FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE"

Transkripsi

1 Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE Margo Utomo 1,Wulandari Meikawati 2, Zilfa Kusuma Putri 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang margoutomofkm@yahoo.com ABSTRACT Background. Osteoporosis is a chronic disease characterized by reduced bone mass. Factors which affect such as family history, physical activity, nutritional status and habits of high calcium foods.objective. To analyze the correlation between family history, physical activity, nutritional status and habits of high calcium foods consumption with bone density at postmenopausal women.methods. This study is a survey with a cross sectional approach with 35 subject. Independent variables was family history, physical activity, nutritional status and habits of high calcium foods consumption while dependent variable is the density of bone. The data family history and physical activity were searched by interview, nutritional status based on BMI and habits of high calcium foods consumption habits was searched by interview using FFQ. Bone density were measured by Ultrasound. The data analysed with Pearson Product Moment, Spearman Rank and Chi Square.Results. Six subjects (17,1%) have history of osteoporosis. A few of physical activity subjects (22,9%) is low category. Most subjects had a BMI> 18 kg / m 2. A total of 74,3% subjects consumed milk. Two subjects (5,7%) had osteoporosis. There were significant correlation between family history, nutritional status and habits of high calcium foods consumption with bone density, but there was no correlation between physical activity with bone density. Conclusion. there were correlation between family history, nutritional status and habits of high calcium foods with bone density. Keywords. family history, physical activity, nutritional status, food calcium, bone density, postmenopausal women. ABSTRAK Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang. Faktor yang berpengaruh antara lain riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi.tujuan: Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause.metode: Metode penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 35 orang. Variabel bebas adalah riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi sedangkan variabel terikat adalah kepadatan tulang. Data riwayat keluarga dan aktifitas fisik diperoleh melalui wawancara, status gizi dihitung berdasarkan IMT dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi menggunakan FFQ. Kepadatan tulang diukur dengan ultrasound densitometry. Analisis data yang digunakan adalah Pearson s Product Moment, Rank Spearman dan Chi Square.Hasil: Enam orang (17,1%) mempunyai riwayat osteoporosis. Aktifitas fisik 8 orang (22,9%) tergolong baik. Sebagian besar subjek mempunyai IMT > 18 kg/m 2. Sebanyak 74,3% subjek mengkonsumsi susu. Sebanyak 2 orang (5,7%) termasuk osteoporosis. Terdapat hubungan antara riwayat keluarga, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatan tulang, namun tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan kepadatan tulang.kesimpulan: Riwayat keluarga, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi berhubungan dengan kepadatan tulang sedangkan kebiasaan mangkonsumsi makanan berkalsium tinggi berhubungan negatif dengan kepadatan tulang. Kata kunci: Riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi, makanan berkalsium, kepadatan tulang, wanita postmenopause htpp://jurnal.unimus.ac.id 1

2 Margo Utomo,Wulandari Meikawati J Kesehat Masy Indones PENDAHULUAN Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah [1,2]. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis [3]. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia lanjut [2]. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun [4]. Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis [2]. Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis [5]. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan (27,75%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%) [6]. Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur tahun yaitu 24% sedang pada pria usia tahun sebesar 62% [7]. Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi juga berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang aktifitas tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan massa tulang, asupan kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit diabetes mellitus tipe I dan II [8,9]. Pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini sampai usia dewasa muda agar mencapai kondisi puncak massa tulang (peak bone mass) dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium ( mg kalsium per hari), berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol [3,7]. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause. METODA Penelitian dilaksanakan di RB Kusuma dan di RW IV Kedungmundu Kota Semarang pada bulan April 2010 merupakan penelitian explanatory dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan Quota Sampling, dimana populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita peserta senam lansia dan senam jantung sehat RW IV Kedungmundu. Jumlah subjek adalah 35 orang yang diambil berdasarkan kriteria inklusi yaitu wanita postmenopause berusia 45 tahun, bersedia mengikuti penelitian, telah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan htpp://jurnal.unimus.ac.id 2

3 Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan kepadatan tulang di RB Kusuma Semarang dan bertempat tinggal di Semarang serta berdasarkan kriteria eksklusi yaitu menggunakan kontrasepsi hormonal, menderita DM, merokok, menggunakan obat kortikosteroid dan mengalami patah tulang. Variabel bebas terdiri dari riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi. Variabel terikatnya adalah kepadatan tulang. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu data identitas yang meliputi nama, usia, alamat, pendidikan, pekerjaan, berat badan dan tinggi badan ; data riwayat keluarga ; data aktifitas fisik ; data status gizi ; data kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi serta data hasil pemeriksaan kepadatan tulang subjek yang diukur menggunakan alat Ultrasound Bone Densitometry oleh petugas pemeriksaan tulang. Kepadatan tulang didefinisikan sebagai perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-rata densitas tulang pada orang seusia atau dewasa muda yang dinyatakan dalam skor standar deviasi (T-score). WHO menyatakan osteoporosis adalah keadaan dimana kepadatan mineral tulang dibawah -2,5 SD, osteopenia adalah keadaan dimana kepadatan mineral -1 sampai -2,5 SD sedangkan dinyatakan normal adalah bila kepadatan mineral tulang diatas -1 SD. Riwayat keluarga didefinisikan adanya riwayat osteoporosis yang pernah dialami oleh keluarga subjek. Data aktifitas fisik didefinisikan sebagai suatu bentuk aktifitas subjek yang diukur melalui banyaknya frekuensi dan lamanya (durasi) olah raga yang dilakukan oleh responden dalam satu minggu dalam 3 bulan terakhir. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi yang diukur melalui penimbangan berat badan (BB) dan pengukuran tinggi badan (TB) kemudian dikategorikan dalam Index Massa Tubuh (IMT) menjadi status gizi kurus, normal, dan gemuk. Kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi merupakan frekuensi mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi responden yang diukur dengan menggunakan Food Frequency Questionare yang dinyatakan dalam skor. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi, kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dan kepadatan tulang. Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan kepadatan tulang menggunakan uji Chi Square, hubungan aktifitas fisik dengan kepadatan tulang menggunakan uji Rank Spearman karena data berdistribusi tidak normal, sedangkan hubungan status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatn tulang menggunakan uji Pearson Product Moment karena berdistribusi normal. HASIL PENELITIAN Karakteristik subjek Subjek pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Tabel 1 menunjukkan bahwa usia subjek berkisar 48 sampai 73 tahun. sebanyak 25 subjek (71,4%) berusia 48 sampai 59 tahun dan 10 subjek (28,6%) berusia antara 60 sampai 73 htpp://jurnal.unimus.ac.id 3

4 Margo Utomo,Wulandari Meikawati J Kesehat Masy Indones tahun. Sebagian besar subjek yaitu 14 subjek (40%) adalah seorang ibu rumah tangga dan 17 subjek (48,6%) berpendidikan tamat SMA. Berdasarkan hasil pemeriksaan kepadatan tulang diketahui bahwa terdapat 2 orang (5,7%) dalam kategori osteoporosis, 16 subjek (45,7%) dalam kategori osteopenia, dan 17 subjek (48,6%) termasuk dalam kategori kepadatan tulang normal. Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Pendidikan dan Hasil BMD frekuensi n % usia ,4 > ,6 jumlah ,0 pekerjaan Ibu rumah tangga 14 40,0 PNS 6 17,1 Wiraswasta 5 14,3 Guru 3 8,6 Pensiunan 7 20,0 pendidikan Tidak tamat SD 1 2,9 Tamat SD 2 5,7 Tamat SMP 3 8,6 Tamat SMA 17 48,6 Akademi (D1,D2,D3) 2 5,7 Sarjana (S1,S2,S3) 10 28,6 Hasil BMD Normal 17 48,6 Osteopenia 16 45,7 Osteoporosis 2 5,7 Riwayat Keluarga, Aktifitas Fisik, Status Gizi dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yaitu 29 orang (82,9%) tidak memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarga, hanya 6 orang (17,1%) yang memiliki riwayat keluarga. Sebagian besar subjek yaitu 27 orang (77,1%) memiliki aktifitas fisik yang kurang. Status gizi normal dan gemuk dimiliki sebagian subjek yaitu masing-masing sebesar 17 orang (48,6%) dan hanya 1 orang (2,9%) yang memiliki status gizi kurus. Status gizi diperoleh dari penghitungan pengukuran berat badan subjek dalam satuan kilogram dibagi panjang tinggi badan kuadrat dalam satuan meter kemudian dikategorikan dalam IMT. htpp://jurnal.unimus.ac.id 4

5 Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek Berdasarkan Riwayat Keluarga, Aktifitas Fisik, Status Gizi dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi frekuensi n % Riwayat keluarga Ada 6 17,1 Tidak ada 29 82,9 Aktifitas fisik Baik 8 22,9 Kurang 27 77,1 Status gizi Kurus 1 2,9 Normal 17 48,6 Gemuk 17 48,6 Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata skor kepadatan tulang subjek yaitu - 0,95 skor T. rata-rata skor kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi 682,14. Hanya terdapat 1 subjek (2,9%) yang mempunyai skor kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi lebih dari Skor kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi berkisar antara rata-rata IMT subjek sebesar 25,75 kg/m 2. Tabel 3. Nilai Minimum, Maksimum, Rerata dan Standar Deviasi Nilai BMD, Skor Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi dan IMT Variabel n Min Maks rerata± SD Nilai BMD 35-3,64 1,49-0,95±1,13 Skor makanan ,14±158,94 IMT 35 16,85 33,64 25,74±4,19 Hubungan Riwayat Keluarga, Aktifitas Fisik, Status Gizi dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi Dengan Kepadatan Tulang Hasil analisis bivariat menggunakan Chi Square, korelasi Rank Spearman dan Pearson Product Moment pada tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dan aktifitas fisik dengan kepadatan tulang, namun terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatan tulang.. Tabel 4. Hubungan Riwayat Keluarga, Aktifitas Fisik, Status Gizi dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi Dengan Kepadatan Tulang variabel Nilai BMD r p Riwayat keluarga a Aktifitas fisik b -0,042 0,810 Status gizi c 0,557 0,001 Kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi c -0,341 0,045 a uji Chi square b uji korelasi Rank Spearman c uji korelasi Pearson Product Moment htpp://jurnal.unimus.ac.id 5

6 Margo Utomo,Wulandari Meikawati J Kesehat Masy Indones hasil T-score Index Massa Tubuh responden Gambar 1. Hubungan Status Gizi Dengan Kepadatan Tulang hasil T-score skor makanan berkalsium Gambar 2. Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi Dengan Kepadatan Tulang PEMBAHASAN Pada penelitian ini dipilih subjek wanita karena osteoporosis banyak terjadi pada wanita sejalan dengan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun [1]. Pada wanita postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pembentukkan tulang [10]. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat munculnya osteoporosis. Semakin bertambah usia, semakin besar risiko mengalami osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan dan kepadatannya [11,12]. Pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar 1,25 (OH)2D yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet, gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit [13]. Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Kepadatan Tulang Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kepadatan tulang. Hal htpp://jurnal.unimus.ac.id 6

7 Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan ini dapat dilihat bahwa subjek yang terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarganya sebanyak 6 orang (17,1%) sedangkan yang tidak terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga sebanyak 29 orang (82,9%) sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek yang tidak mempunyai riwayat keluarga berpeluang untuk memiliki kepadatan tulang yang normal. Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga menderita osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada ukuran dan densitas tulang [14]. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ada 6 subjek mempunyai anggota keluarga dengan riwayat osteoporosis yaitu ibu dari subjek yang bungkuk, merasa linu-linu pada kaki bila untuk berjalan. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kepadatan Tulang Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor aktifitas fisik dengan kejadian osteoporosis pada wanita postmenopause. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Recker dkk (2000) yang membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang spinal. Hal ini dikarenakan pengukuran aktifitas fisik ditanyakan 3 bulan ke belakang sedangkan pembentukkan massa tulang membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga tidak dapat mengukur aktifitas fisik yang dilakukan pada saat masih muda. Usia yang semakin menua akan mengakibatkan perubahan pola hidup, yaitu berkurangnya aktifitas fisik sehari-hari. Oleh karena itu, olah raga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam mencegah osteoporosis. Jalan kaki secara teratur kira kira 4,5 km/jam selama 50 menit, 5 kali dalam seminggu dapat mempertahankan kekuatan tulang. Selain itu latihan beban dan senam juga dapat dilakukan pada penderita osteoporosis [15]. Hubungan Status Gizi Dengan Kepadatan Tulang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kepadatan tulang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aan Nurwenda (2004) bahwa indeks massa tubuh yang rendah dan kekuatan tulang yang menurun semuanya berkaitan dengan berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh [9]. Osteoporosis lebih banyak diderita oleh orang yang bertubuh kurus dan berkerangka kecil, namun pada penelitian ini sebagian besar subjek mempunyai postur tubuh yang normal dan gemuk dengan IMT >18 kg/m 2. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan subjek sudah cukup, namun karena faktor usia penyerapan kalsium mengalami penurunan. Kelebihan berat badan dapat mempengaruhi massa tulang terutama melalui efeknya terhadap rangka tubuh. Wanita yang kelebihan berat badan memberikan tekanan yang lebih besar pada tulangnya, sehingga merangsang terbentuknya tulang baru sehingga penurunan kepadatan tulang dapat dikurangi [16]. Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Berkalsium Tinggi Dengan Kepadatan Tulang htpp://jurnal.unimus.ac.id 7

8 Margo Utomo,Wulandari Meikawati J Kesehat Masy Indones Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kejadian osteoporosis pada wanita postmenopause. Hal ini sejalan dengan pendapat Hiromi Shinya yang mengemukakan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi susu akan mengakibatkan osteoporosis. Kadar kalsium dalam darah sebanyak 9-10 mg. Namun pada saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat. Pada saat konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat, tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan abnormal menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Penyerapan kalsium membutuhkan peran sel osteoblas yang juga berfungsi membentuk matriks tulang sedangkan pembuangan kalsium dari tulang membutuhkan aktivitas osteoklas. Kalsium diserap secara normal sesuai kebutuhan tubuh. Jumlah kalsium yang diserap ke dalam darah hanya 200 mg. Selain disebablan karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan berkalsium, penyebab osteoporosis juga dapat disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi acid yang berasal dari daging, gula dan bahan-bahan yang mengandung kimia. Untuk menetralisir acid tersebut, tubuh mengambil kalsium dari tulang. Dengan demikian, mengkonsumsi banyak kalsium bukan pencegahan osteoporosis jika tetap mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung acid. Solusi yang utama adalah menghindari makanan pembentuk acid dan lebih banyak mengkonsumsi sayuran [17]. Pada pengumpulan data kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan menggunakan Food Frequency Questionare (FFQ). Metode ini dapat menimbulkan terjadinya bias karena sangat tergantung pada daya ingat subjek. Berdasarkan FFQ yang dikumpulkan, sebagian besar subjek (74,35%) mengkonsumsi susu walaupun bukan susu yang berkalsium. Susu dan hasil olahan susu seperti keju, yogurt merupakan sumber kalsium utama yang penting untuk pencegahan penurunan kepadatan tulang pada wanita postmenopause. Ikan dimakan dengan tulang seperti ikan kering atau ikan presto merupakan sumber kalsium yang baik. Sayuran hijau, kacang-kacangan, tahu dan tempe merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang dapat menghambat penyerapan kalsium seperti serat, asam fitrat dan asam oksalat [18]. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu alat yang digunakan untuk memeriksa kepadatan tulang hanya dapat memprediksi besar risiko tanpa menunjukkan letak atau bagian tulang yang mengalami penurunan kepadatan tulang. KESIMPULAN Hanya 2 orang (5,7%) yang menderita osteoporosis. Mayoritas (82,9%) subjek tidak memiliki riwayat osteoporosis dalam keluarganya. Sebagian kecil (22,9%) subjek melakukan aktifitas fisik dengan kategori baik. Sebagian subjek (48,6%) yang mempunyai status gizi normal. Makanan berkalsium tinggi yang htpp://jurnal.unimus.ac.id 8

9 Vol 6 no 2 Th 2010 Faktor-Faktor yang Berhubungan sering dikonsumsi tiap hari adalah tempe dan tahu banyaknya 2 kali per hari sedangkan bahan makanan sumber kalsium tinggi dari hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu dengan frekuensi 1 kali per hari. Ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause. Tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dan aktifitas fisik dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause. SARAN Perlu diberikan penyuluhan kesehatan masyarakat pada masyarakat terutama wanita postmenopause dan petugas kesehatan agar meningkatkan asupan zat gizi terutama kalsium sesuai anjuran 1200 mg dan mempunyai kebiasaan hidup yang baik agar risiko osteoporosis dapat dikurangi. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan alat ukur kepadatan tulang yang lebih sensitif seperti Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA) agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya. penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh anggota klub senam lansia dan senam jantung sehat RW IV Kedungmundu, Aniek S. yang telah berperan serta dalam kegiatan penelitian ; dr. H. Margo Utomo yang telah membimbing penulis dalam penyusunan artikel ini serta Wulandari Meikawati, SKM, M.Si atas masukan dan saran yang telah diberikan ; semua pihak yang telah membantu penelitian ini, dan keluarga serta teman-teman yang telah memberi semangat dan dukungan. DAFTAR PUSTAKA 1. Zaviera F. Osteoporosis. Deteksi dini, penanganan, dan terapi praktis. Jogjakarta:Katahati; N Sennang AN., Mutmainnah., RDN Pakasi., Hardjoeno. Analisis Kadar Osteokalsin Serum Osteopenia Dan Osteoporosis Diakses 15 Mei Ulfah NY. Epidemiologi asupan gizi osteoporosis Diakses 26 april Nugroho W. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi ke-3. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; hal Klinik media. Peningkatan Usia Harapan Hidup diakses 16 februari Depkes. Kecenderungan osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih tinggi dibanding negeri Belanda Depkes. 1 dari 3 wanita dan 1 dari 3 pria memiliki kecenderungan menderita osteoporosis diakses 16 Februari Astaqauliyah. Kejadian Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia (kasus RS.DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar). htpp://jurnal.unimus.ac.id 9

10 Margo Utomo,Wulandari Meikawati J Kesehat Masy Indones 25 april Nurwenda A. Hubungan Tingkat Konsumsi Kalsium, Protein dan Status Gizi dengan Derajat Osteoporosis Pada lansia Sudarsono D. Osteoporosis Perkembangan baru etiopatogenesis dan tata laksana terkini. Simposium Reumatologi Tema Reumatologi Kedepan Untuk Menyongsong Sehat Tulang dan Sendi. Solo 17 Maret: hal Baziad A. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis mengenal, mengatasi, dan mencegah tulang keropos. Jakarta : gramedia pustaka utama; Lane NE. Osteoporosis. Edisi 1. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada; Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis mengenal, mengatasi, dan mencegah tulang keropos. Jakarta : gramedia pustaka utama; Yuzo Sato. Effect of walking on bone quality as determinant by ultrasound in the elderly. Scandinavian journal of Medicine and Science in Sports:2000. p Ardiansyah. Keseimbangan kalsium penting untuk cegah osteoporosis april Shinya Hiromi. The Miracle of Enzyme. Bandung: Qonita;2008. hal Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama;2003. hal htpp://jurnal.unimus.ac.id 10

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masa dewasa awal sebagai masa transisi dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu perhatian khusus adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulang yang sehat adalah tulang yang kuat dan tidak mudah patah. Kekuatan tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis didefinisikan sebagai kondisi rendahnya kepadatan mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang, peningkatan kerapuhan tulang dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai

Lebih terperinci

ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang)

ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang) ABSTRAK FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang) Wulandari Meikawati 1, S. Fatimah Muis 2, SA. Nugraheni 2 Latar belakang : Kebutuhan kalsium pada masa remaja

Lebih terperinci

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis LEMBARAN KUESIONER Judul Penelitian : Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Pondok Bahar RW 06 Karang Tengah Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian Osteoporosis terutama pada lansia akan mempunyai dampak yang sangat buruk bagi penderitanya. Osteoporosis pada lansia akan mengakibatkan terjadinya fraktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

FACTORS RELATED TO BLOOD TRIGLYCERIDE LEVELS (STUDY IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS WIRA BHAKTI HOSPITAL TAMTAMA SEMARANG)

FACTORS RELATED TO BLOOD TRIGLYCERIDE LEVELS (STUDY IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS WIRA BHAKTI HOSPITAL TAMTAMA SEMARANG) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TRIGLISERIDA DALAM DARAH (Studi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang) Raden roro Dwi Irawati 1, Wulandari Meikawati 1,

Lebih terperinci

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

Olahraga dengan Kadar Gula Darah Vol 7 No.1 tahun 2011 Hubungan Ketaatan Diet dan Kebiasaan Olahraga dengan Kadar Gula Darah HUBUNGAN KETAATAN DIET DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS YANG BEROBAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Universitas Indonesia

BAB V HASIL. Universitas Indonesia 40 BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum Puskesmas Teluk Pucung Puskesmas Teluk Pucung terletak di Jl. Perjuangan No.1 Bekasi Utara, Kota Bekasi. Wilayah kerja Puskesmas ini, terdiri dari 2 kelurahan, yaitu kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam satu kurun waktu, maksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN MEROKOK, PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS (Studi Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya) Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel

Lebih terperinci

II. PENGETAHUAN RESPONDEN Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) pada jawaban yang saudara anggap benar.

II. PENGETAHUAN RESPONDEN Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) pada jawaban yang saudara anggap benar. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN JATI MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA TAHUN 2010 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama :...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia Abstrak Latar Belakang : Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/osteoporosis-konsumsi-susu-jenis-kelamin-umur-dan-daerah-di-dki-ja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan, meskipun prevalensi osteoporosis tertinggi diderita oleh wanita usia lanjut, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM) yang menyebabkan kebutuhan kalsium paling tinggi pada masa ini dibandingkan dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

LATIHAN BEBAN BAGI PENDERITA OSTEOPOROSIS

LATIHAN BEBAN BAGI PENDERITA OSTEOPOROSIS J u r n a l O l a h r a g a P r e s t a s i, V o l u m e 1 1, N o m o r 2, J u l i 2 0 1 5 42 LATIHAN BEBAN BAGI PENDERITA OSTEOPOROSIS Ricky Wahyu Sugiarto Prodi IK S2, PPS UNY Osteoporosis merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf

Lebih terperinci

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

Proposal Peminjaman Alat

Proposal Peminjaman Alat LAMPIRAN 1 Proposal Peminjaman Alat Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Osteopenia Pada Kelompok Vegetarian Umur 20-35 Tahun Di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat Tahun 2008 DISUSUN OLEH : DWI WAHYUNI

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka konsep : Berdasarkan tujuan penelitian diatas, kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan dan sikap terhadap osteoporosis dan asupan kalsium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009 27 BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Nutrisi olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan akan menjadi salah satu faktor penentu prestasi atlit. Untuk dapat menghasilkan kualitas performa yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi

Lebih terperinci

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2 GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang 13 Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang Filandita Nur Septianggi 1, Tatik Mulyati, Hapsari Sulistya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain ini dipilih sesuai dengan kegunaan dari desain studi cross sectional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 53 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Departemen Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Nasional merupakan suatu lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab pada usaha pencerdasan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani Osteoporosis Mengapa Masalah Osteoporosis Pasca Menopause Akhir-Akhir Ini Menjadi Masalah? - Menghadapi tahun 2010-an terjadi peningkatan harapan hidup wanita sampai usia 70 tahun dan - Pada usia 2000-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

OSTEOPOROSIS DEFINISI

OSTEOPOROSIS DEFINISI OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pusdiklat Maitreyawira. Penelitian ini dilakukan di Pusdiklat Maitreyawira yang beralamat di Jl.

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pusdiklat Maitreyawira. Penelitian ini dilakukan di Pusdiklat Maitreyawira yang beralamat di Jl. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pusdiklat Maitreyawira Penelitian ini dilakukan di Pusdiklat Maitreyawira yang beralamat di Jl. Tubagus Angke Blok A-8 Duta Mas Jakarta-Barat. Pusdiklat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu kalsium disebut sebagai makro mineral. Kalsium juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian adalah Explanatory research karena mempelajari dan menjelaskan hubungan variabel pengetahuan, sikap, praktek

Lebih terperinci

Aida Minropa* ABSTRAK

Aida Minropa* ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI KENAGARIAN API-API WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2013 Aida Minropa* ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci