Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga"

Transkripsi

1 Bab 8 Strategi Menyeimbangkan dan Menguatkan Peran Istri Nelayan Dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Strategi Menyeimbangkan Kegiatan Domestik dan Kegiatan Publik Bagi kaum perempuan atau istri, sejarah mencatat bahwa sudah cukup lama mereka terlibat atau berpartisipasi pada kegiatan- kegiatan di ranah publik yang berorientasi ekonomi atau pendapatan, secara kultural religius, sosial maupun politik. Keterlibatan mereka pada kegiatan- kegiatan di ranah publik tidak serta merta mengabaikan atau meninggalkan kegiatan di ranah domestik seperti memasak, memelihara atau mengasuh anak, mengurus keperluan rumah tangga dan kegiatan sejenisnya atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kasur - sumur - dapur. Peran domestik lazimnya mencakup perempuan sebagai: (a) istri, (b) ibu dan (c) pengelola rumah tangga. Sedang peran atau kegiatan pada ranah publik mencakup perempuan sebagai: (a) tenaga kerja, (b) anggota masyarakat dan (c) orang yang terlibat dalam organisasi kemasyarakatan. Terkait dengan kedua jenis peran tersebut yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kaum perempuan atau istri khususnya atau rumah tangga pada umumnya mampu mengelola sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah dalam rumah tangga. Dengan demikian pemecahannya adalah bagaimana memadukan atau menyeimbangkan kedua jenis peran tersebut. 183

2 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Pengelolaan kedua jenis kegiatan tersebut yakni ranah domestik dan ranah publik, terkait dengan pendekatan yang dilakukan kaum perempuan mensinergikan keduanya atau menyeimbangkan keduanya, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi rumah-tangganya. Dengan demikian satu dan lain pihak mampu mencegah kemungkinan terjadinya dampak negatif dalam rumah tangga. Pendekatan atau strategi menyeimbangkan kegiatan di ranah domestik dan ranah publik nampaknya berbeda-beda diantara kaum perempuan tergantung banyak faktor, antara lain faktor budaya lokal dan yang penting adalah kerakteristik dari kegiatan publik yang dilakukan oleh kaum perempuan. Setiap jenis pekerjaan memiliki karakteristik tertentu seperti hal-hal yang berkaitan dengan: (a) resiko, (b) kondisi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut, (c) curahan waktu yang dibutuhkan dan (d) ketersediaan bahan baku dan karakteristik yang lain. Hunga dalam Candraningrum Dewi (2014), dalam penelitiannya mengenai batik menunjukkan bahwa kaum perempuan mensinergikan kedua jenis kegiatan tersebut dengan cara mendekatkan kegiatan- kegiatan di ranah publik sebagai pekerja batik dengan kegiatan-kegiatan domestik. Kedua jenis kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah atau di tempat tinggalnya. Pendekatan atau strategi semacam itu juga ditemukan dari penelitian Mila Karmilah dkk dalam Candraningrum Dewi (2014) di Kasongan kaum perempuan yang mengerjakan kerajinan gerabah membawa pekerjaanya atau kegiatan ranah publik ke rumah atau tempat tinggalnya sehingga mereka masih dapat melakukan tugasnya untuk kegiatan-kegiatan domestik secara bersama-sama. Berbeda dengan kedua jenis temuan penelitian di atas, penelitian ini menemukan strategi atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan kaum perempuan atau istri nelayan tradisional dalam menyeimbangkan kegiatan-kegiatan di ranah domestik dan di ranah publik. Karakteristik kegiatan yang dilakukan mereka atau para istri 184

3 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA nelayan tradisional lebih banyak melakukan kegiatan publik atau kegiatan produktif untuk mendapatkan pendapatan di lokasi dekat pantai atau dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) yang lokasinya tidak selalu berdekatan dengan lokasi rumah atau tempat tinggalnya. Yang dilakukan para istri nelayan dalam menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik ialah dengan cara menyerahkan sebagian kegiatan di ranah domestik kepada anggota rumah tangga seperti anaknya, orang tuanya atau anggota rumah tangga yang lain, manakala istri nelayan tradisional yang bersangkutan berada di lokasi kegiatan publik. Selama istri nelayan masih berada di rumah atau tempat tinggalnya, mereka melakukan semua jenis kegiatan domestik. Menurut peneliti, kiranya masalahnya bukan terletak pada bagaimana pentingnya atau apapun bentuknya selama tidak menimbulkan dampak negatif pada: (a) kenyamanan atau harmonisasi dalam rumah tangga, (b) terjaga dan terjaminnya relasi antar anggota rumah tangga dan (c) terbangunnya saling pengertian semua anggota rumah tangga. Menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik mencakup banyak aspek kehidupan dalam rumah tangga, antara kepentingan anggota rumah tangga, dalam pemenuhan kebutuhan, pemenuhan kesenangan atau hobi masing-masing anggota rumah tangga, termasuk kerja atau kegiatan untuk memperoleh pendapatan dan kehidupan rumah tangga. Hal ini terkait dengan kehidupan para istri nelayan tradisional dalam dua ranah yakni ranah publik (work) dan ranah domestik (live). Secara konseptual, keseimbangan kerja (work) dan rumah tangga (live) dikenal sebagai Work Live Balance : WLB. Greenbalt (2002) menyatakanwork-live Balance as the absence of unacceptable levels of conflict between work and non-work demands. Jadi Work-Live Balance sebagai ketiadaan konflik antara bekerja (work) dengan non bekerja (live) atau kehidupan rumah tangga. Definisi lain tentang Work-Live Balance disampaikan Clark (2000) yakni Work-Live Balance as satisfaction and good functioning at 185

4 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR work and at home with a minimum of role conflict. Hal ini mengandung arti bahwa Work-Live Balance sebagai kondisi kepuasan kerja dan rumah tangga dengan kondisi konflik yang minimum. Berdasarkan penjelasan tersebut maka pada dasarnya menyeimbangkan kegiatan domestik dan publik bagi rumah tangga bukanlah merupakan kondisi yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan baik bila anggota rumah tangga yang bersangkutan memahami akan konsekuensi dalam setiap melakukan kegiatankegiatan domestik maupun publik. Dengan demikian diperlukan sikap dan perilaku serta memperhatikan budaya dan karakteristik dari kedua kegiatan tersebut. Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Analisis FGD dilakukan untuk memetakan seluruh strategi yang dapat dilakukan dalam rangka menguatkan peran istri nelayan tradisional dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga. Terdapat empat hal yang perlu dikaji yakni aspek fisik dan finansial, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek kebijakan. Pada masing-masing aspek juga terdiri dari beberapa alternatif program yang lebih bersifat breakdown dari masing-masing aspek. Dalam penelitian ini, seluruh aspek dan strategi teknis diperoleh dari survey awal yang dilakukan di lapangan. Survey awal berupa diskusi dengan seluruh key persons dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti aparat pemerintah desa, dinas terkait, masyarakat nelayan tradisional, istri nelayan tradisional hingga akademisi. Kemudian dihasilkan serangkaian upaya berdasarkan intisari dari hasil FGD tersebut. Tabel 8.1 di bawah menunjukan masing-masing strategi dalam rangka penguatan peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah tangga. 186

5 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA Tabel 8.1 Serangkaian Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan Tradisional Berdasarkan Hasil FGD Kriteria Aspek Fisik dan Finansial Aspek Manajemen Aspek SDM Alternatif Pemberian bantuan peralatan teknis (timbangan, cool box, ember, penjemur ikan dan lainnya) Pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan yang bergerak di sektor UMKM kenelayanan Pelatihan pengelolaan manajemen modern Menguatkan peran manajemen kelembagaan (KUD, kelompok usaha istri nelayan tradisional dan lainnya) Pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk menjalankan usaha berbasis manajemen modern Program pemberdayaan wanita pesisir (penyuluhan, motivasi, dukungan psikologis, dan lainnya) Mengubah pola pikir istri nelayan yang masih sederhana Pendidikan informal melalui pelatihan teknis (inovasi produksi, inovasi pemasaran, inovasi usaha, diversifikasi produksi, dan lainnya) Pendampingan berkala kepada istri nelayan Aspek Kebijakan Peningkatan alokasi anggaran daerah untuk pemberdayaan istri nelayan Merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, aspiratif dan berbasis pada pemetaan kondisi kewilayahan Penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen terkait yakni Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan lainnya Keseluruhan kriteria dan alternatif tadi merupakan intisari dari hasil musyawarah FGD. Tujuan dari musyawarah adalah mencari jawaban dari permasalahan dengan lebih komprehensif. Harapannya akan diperoleh informasi-informasi yang holistik. Pemahaman akan 187

6 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR peran istri nelayan dalam kehidupan ekonomi rumah tangga perlu untuk dikaji secara mendalam dan lebih luas. Selanjutnya dari keempat aspek ini akan dikaji secara mendalam berdasarkan informasi yang diperoleh dari key persons. Dari hasil analisis FGD dapat dinyatakan bahwa aspek fisik dan financial merupakan salah satu hal yang paling prioritas dalam upaya penguatan peran istri nelayan tradisional untuk mendukung ekonomi rumah tangga. Aspek fisik dan finansial menjadi prioritas utama antara lain karena merupakan permasalahan klasik istri nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan produktif. Karena selama ini kendala utama adalah kekurangan modal dan sarana penunjang produksi. Selanjutnya aspek utama yang lain dalam rangka penguatan peran istri nelayan tradisional adalah aspek manajemen. Sistem manajemen usaha yang masih tradisional dan konvensional dirasakan menjadi hambatan dalam mengembangkan kegiatan produktif yang dijalankan oleh para istri nelayan. Aspek lain yang tidak dapat ditinggalkan dalam rangka menguatkan peran istri nelayan tradisional adalah SDM. Berikut disajikan paparan lebih lanjut untuk setiap aspek. Aspek Fisik dan Finansial Dalam penelitian ini, aspek fisik dan financial adalah salah satu elemen terpenting. Mengacu pada hasil FGD, terdapat dua alternatif program dalam aspek ini yakni: pemberian bantuan peralatan teknis seperti timbangan, cool box, ember, penjemur ikan, serta alternatif kedua yaitu pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan tradisional yang bergerak di sektor UMKM kenelayanan. Kedua hal ini yang menurut seluruh key persons dianggap sangat penting dalam penguatan peran istri nelayan guna mendukung ekonomi rumah tangga. Para istri nelayan tradisional menganggap bahwa, bantuan fisik dan finansial merupakan dua hal yang sama-sama penting dan sangat dibutuhkan. Selama ini, masyarakat sangat tergantung pada pinjaman dari lembaga keuangan konvensional untuk memenuhi kebutuhan 188

7 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA modal mereka, terlebih bila kebutuhan modal sangat mendesak. Kebutuhan yang sangat mendesak biasanya dipenuhi istri nelayan dari lembaga keuangan non resmi yang disebut Bank Tongol. Lembaga keuangan kebanyakan berbadan hukum sebagai unit Koperasi Simpan Pinjam (KSP), para istri nelayan tradisional tidak akan kesulitan untuk mencari pinjaman karena Bank Tongol akan sangat mudah ditemukan di kampung pesisir. Keberadaan Bank Tongol cukup membantu para istri nelayan yang sering mengalami kekurangan modal harian. Bank Tongol juga banyak memberikan pinjaman modal kepada para nelayan. Kebutuhan modal harian rumah tangga nelayan lebih cepat dan lebih mudah dipenuhi oleh Bank Tongol. Tapi, di sisi lain, tingkat bunga yang ditetapkan relatif tinggi. Skim pinjaman dengan bunga tinggi dianggap memberatkan rumah tangga nelayan. Masyarakat nelayan tradisional sebenarnya sangat menyadari hal ini, namun mereka tidak memiliki pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Kesadaran akan hal inilah yang membuat para istri nelayan tradisional memandang permodalan merupakan aspek yang terpenting dalam rangka menguatkan kapasitas usaha mereka. Istri nelayan tradisional membutuhkan pinjaman dengan skim yang ringan. Lembaga keuangan konvensional yang resmi dianggap mampu memberikan dukungan kepada istri nelayan tradisional. Pemerintah perlu untuk mengambil peran dalam hal ini. Memang perlu disadari bahwa kemampuan anggaran pemerintah daerah juga terbatas. Oleh karena itu, aspek penyediaan modal tidak harus dipenuhi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil tugas atau wewenang sebagai fasilitator dan evaluator serta pendamping. Untuk penyediaan dana segar, pemerintah dapat menggandeng pihak terkait seperti lembaga keuangan konvensional seperti Bank Pembangunan Daerah dan lembaga lain yang terkait. Selain permodalan, pemberian bantuan teknis berupa peralatan-peralatan yang menunjang kegiatan produksi merupakan hal-hal yang diperlukan oleh para istri nelayan tradisional dalam menjalankan kegiatan usahanya. Selama ini, peralatan yang dimiliki 189

8 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR masih tradisional. Belum ada peralatan modern yang dapat menunjang aktivitas istri nelayan dalam melakukan kegiatan produktif. Selama ini, peralatan dipenuhi dengan cara membeli sendiri. Banyak keluhan dari hasil diskusi dan observasi yang memperlihatkan bahwa peralatan yang dimiliki masih sangat tradisional dan banyak yang sudah rusak. Hal inilah yang menjadi penyebab bahwa hasil produksi belum higienis serta efisiensi kegiatan usaha jauh dari kata optimal. Maka dari itu, bantuan pemberian peralatan untuk menunjang teknis kegiatan usaha mutlak perlu diberikan. Peralatan teknis seperti ember, cool box, dan lain sebagainya perlu untuk terus diberikan kepada istri nelayan tradisional untuk menunjang kegiatan produktif mereka. Aspek Manajemen Aspek selanjutnya dalam penelitian ini adalah aspek manajemen. Dalam aspek manajemen sendiri terdapat tiga alternatif di dalamnya yaitu: pelatihan pengelolaan manajemen modern, meningkatkan peran manajemen kelembagaan seperti KUD, kelompok usaha istri nelayan tradional dan lainnya dan pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif berbasis manajemen modern. Berdasarkan diskusi FGD diketahui bahwa alternatif berupa pendampingan dari lembaga terkait kepada istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif berbasis manajemen modern menjadi prioritas utama. Istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif selama ini dengan sistem manajemen yang sederhana sehingga perlu untuk diberikan pendampingan dari lembaga terkait. Selama ini, kegiatan produktif yang dilakukan para istri nelayan tradisional dengan pola manajemen yang masih tradisional. Para istri nelayan belum mengenal pengelolaan yang modern, mereka belum dapat memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk 190

9 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA kegiatan produktif. Banyak pengeluaran rumah tangga yang dibiayai dari uang modal usaha. Mereka belum menyadari berapa sebenarnya keuntungan yang diperoleh. Tetapi seluruh keperluan rumah tangga dibiayai dari uang yang sebenarnya adalah modal berjalan. Sistem pembukuan juga belum dijalankan dengan benar. Bahkan banyak istri nelayan yang tidak memiliki pembukuan sama sekali. Kegiatan produktif yang dijalankan para istri nelayan tradisional juga belum mengaplikasikan pola pemasaran modern. Pemasaran dijalankan dengan sangat konvensional. Produk dibuat, setelah jadi dijual kepada pembeli yang kebanyakan adalah pedagangpedagang komoditas hasil laut. Tidak ada kuasa untuk menentukan harga, tidak ada inovasi dalam mendiferensiasi pasar. Inovasi dalam promosi hampir dikatakan tidak ada. Para istri nelayan menjual langsung produk mereka. Jika ada pembeli maka akan langsung dijual, apabila tidak ada pembeli maka barang akan disimpan hingga ada pembeli. Praktis tidak ada konsumen baru. Pasar yang digarap pun bukan konsumen akhir. Maka dari itu, pelatihan pengelolaan usaha yang berbasis sistem manajemen modern menjadi penting. Para istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif perlu untuk dilatih agar mampu menjalankan kegiatan usahanya dengan lebih baik. Mereka perlu dilatih tentang sistem administrasi modern, sehingga tidak akan ada pencampuradukan antara pendapatan dan modal. Masyarakat perlu dilatih agar mampu menerapkan sistem manajemen modern. Dengan mengenal sistem manajemen modern maka masyarakat secara sadar atau secara tidak langsung akan mampu mengenal konsep tabungan serta mampu merancang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dengan lebih baik. Pelatihan manajemen modern tidak hanya barhenti pada pengelolaan administrasi dan pembukuan saja. Pelatihan tentang pemasaran perlu untuk memberikan pemahaman kepada para istri nelayan bahwa pemasaran produk perikanan tidak hanya dilakukan secara tradisional. Pemasaran dapat dikembangkan dengan mendife- 191

10 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR rensiasi pasar yang baru. Mendiferensiasi pasar yang baru tidak berarti harus membuat produk sendiri yang unik. Mendiferensiasi pasar dapat pula dilakukan dengan memberikan variasi dalam pengemasan produk yang dihasilkan. Meningkatkan peran manajemen kelembagaan seperti KUD, kelompok usaha istri nelayan tradisional dan lainnya, adalah upaya selanjutnya. Kemudian alternatif ketiga dari hasil penelitian ini adalah Pelatihan pengelolaan manajemen modern. Peran kelembagaan istri nelayan dirasakan masih belum optimal. Sebenarnya kelompok istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari telah terbentuk, tetapi kurang berjalan dengan baik. Fakta ini menarik karena peran kelembagaan secara teoritis dianggap penting karena mampu memberikan wadah penyalur aspirasi, advokasi serta sarana komunikasi yang intens. Akan tetapi, masyarakat cenderung belum memahami urgensi dari organisasi istri nelayan tradisional. Kegiatan yang dijalankan oleh para istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif terkesan berjalan sendiri-sendiri, padahal media organisasi mutlak diperlukan untuk mengakomodir segala macam hal yang terkait dengan kegiatan produktif mereka. Rendahnya kesadaran untuk berorganisasi terjadi bukan tanpa sebab. Tidak adanya sosok pendamping dan motivator menjadi salah satu alasannya. Latar belakang pendidikan yang rendah, mental dan kemampuan berkomunikasi yang masih lemah juga menjadi alasan tersendiri. Para istri nelayan tradisional juga memandang bahwa organisasi tidaklah menjadi sesuatu yang penting. Para istri nelayan tradisional memandang bahwa organisasi istri nelayan tradisional tidak memberikan manfaat langsung terhadap mereka. Mengacu pada fenomena empiris di atas maka peran lembaga kelompok istri nelayan tradisional sebagai organisasi formal perlu untuk dikembangkan. Banyak lembaga yang dapat lebih berperan. Revitalisasi Koperasi Istri nelayan memang perlu untuk dikembangkan kembali. Kendala mengenai akses permodalan, bantuan peralatan, ban- 192

11 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA tuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta dukungan untuk pemasaran produk yang dihasilkan kepada istri nelayan tradisional dapat dilakukan melalui koperasi istri nelayan tradisional. Lembaga formal lain seperti organisasi kelompok istri nelayan tradisional juga perlu untuk direvitalisasi. Perlu ditunjuk leader yang bisa membawa organisasi menjadi berkembang dan mampu menyadarkan istri nelayan tradisional akan pentingnya organisasi. Lembaga istri nelayan tradisional juga dapat mendukung peran advokasi para istri nelayan. Pelatihan dan pendidikan adalah sebuah keharusan. Pendidikan formal yang rendah harus segera diantisipasi dengan memberikan bekal keterampilan dan pendidikan informal. Pelatihan dan pendampingan adalah dua hal yang harus berjalan seiring terkait dengan upaya meningkatkan peran manajemen kelembagaan. Para istri nelayan tradisional tidak harus dipaksa dengan pendidikan formal. Untuk menutupi rendahnya pendidikan formal maka mereka membutuhkan ilmu yang sifatnya terapan, dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan atau kegiatan produktif, tujuannya agar inovasi dapat selalu ditingkatkan, adaptasi terhadap dinamisasi pasar juga terus berkembang. Muara dari permasalahan ini semua adalah peningkatan kesejahteraan rumah tangga nelayan tradisional agar usaha mereka berkembang. Pendidikan informal dengan model sekolah lapangan atau masyarakat serta pelatihan dengan pendekatan pendampingan secara langsung diiringi evaluasi, mutlak menjadi hal yang penting. Paradigma berpikir juga harus diubah. Lembaga tidak hanya berfungsi dasar sebagai wadah penyalur aspirasi, dan wahana sosial. Lembaga dapat mengambil peran dan menjadi sarana pendidikan dan pelatihan kepada istri nelayan untuk dapat mengembangkan diri. Melalui lembaga, segala upaya untuk mengembangkan istri nelayan menjadi lebih mudah karena sudah ada wadah yang menjadi tempatnya. 193

12 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam aspek SDM terdapat empat alternatif, sebagai berikut: Program pemberdayaan perempuan pesisir seperti penyuluhan, motivasi, dukungan psikologis, dan lainnya. Mengubah cara pandang istri nelayan tradisional yang masih berpola pikir sederhana dengan pendidikan informal melalui pelatihan teknis seperti inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi usaha, diversifikasi produksi, dan lainnya serta pendampingan berkala kepada istri nelayan tradisional. Pendidikan informal melalui pelatihan teknis dianggap menjadi hal yang terpenting dalam upaya menguatkan peran istri nelayan tradisional dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Selama ini, para istri nelayan tradisional sangat menyadari bahwa inovasi yang dilakukan masih sangat minim. Berangkat dari fakta tersebut maka pendidikan informal menjadi pilihan yang paling utama untuk mengembangkan istri nelayan tradisional dari aspek SDM. Sejalan dengan prioritas pada aspek sebelumnya tentang peran kelembagaan dalam mendukung pendidikan informal, maka pada aspek SDM ini lebih ditekankan lagi mengingat sulit untuk menumbuhkan jiwa kreativitas di kalangan para istri nelayan tradisional, yang nyaris tidak ada perubahan dalam hal produk yang dihasilkan, dan metode pengolahan hasil laut. Rendahnya inovasi juga berimplikasi pada minimnya kreasi produk dan tidak adanya efisiensi dalam melakukan kegiatan produktif. Faktor pendidikan adalah salah satu alasan utamanya. Namun para istri nelayan justru menganggap bahwa sesuatu yang baru akan membuat mereka keluar dari zona nyaman. Para istri nelayan tradisional beranggapan bahwa pendidikan akan membawa konsekuensi logis berupa perubahan dalam pola melakukan kegiatan produktif yang berarti kesulitan baru akan didapat. Para istri nelayan tradisional juga kebanyakan berpikir bahwa pengetahuan yang didapat tidak akan banyak bermanfaat bagi kehidupan mereka. Pandangan ini yang harus diluruskan. Para istri nelayan tradisional harus disadarkan dahulu bahwa pendidikan adalah hal 194

13 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA yang penting dan mereka harus mendapatkannya. Namun, para istri nelayan tradisional tidak bisa dipaksa untuk mendapatkan pendidikan akademis, dan teoritis. Pengetahuan yang sesuai dengan mereka adalah pengetahuan yang sifatnya terapan, langsung mereka aplikasikan. Setelah hal ini diketahui bersama, maka langkah selanjutnya adalah merancang metode pembelajaran dan materi yang sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan mereka. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan masyarakat pesisir, jenis pendidikan yang berupa pelatihan berkala menjadi hal penting. Selama ini para istri nelayan jarang sekali mendapatkan pelatihan, padahal mereka menganggap hal itu sangat efektif, setidaknya mengurangi kejenuhan karena aktivitas sehari-hari yang sifatnya monoton. Pelatihan yang ada selama ini tidak berjalan secara berkala. Hal itu diakui sendiri oleh stakeholders yang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal yang menyatakan program pelatihan kebanyakan hanya dilakukan setiap tahun sekali, dan itupun tidak rutin. Mengingat keterbatasan anggaran dan beberapa instansi lain juga melakukan pelatihan dengan masyarakat sasaran yang sama. Adapun pelatihan yang pernah dilakukan untuk para istri nelayan pesisir di Kecamatan Rowosari biasanya berupa pelatihan pengolahan ikan dan hasil laut atau masih terbatas pada aspek hulu saja. Akan tetapi, pihak pemberi pelatihan yang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan juga mengalami banyak kendala dalam memberikan pelatihan kepada para istri nelayan tradisional. Mulai dari semangat belajar mereka yang lemah, sehingga tidak efektifnya program pelatihan dan pemberian bantuan. Banyak ditemukan bahwa setelah program pelatihan dijalankan para istri nelayan tradisional tidak mengaplikasikan ilmunya langsung, hingga lingkungan sosial sekitar yang sangat tidak mendukung, sehingga bantuan peralatan usaha yang tidak terpakai, hanya disimpan dan menjadi rusak tidak terawat. Terkait dengan intensitas pelatihan, para istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari juga mengkonfirmasi hal yang sama. Selama ini, sangat jarang ada program pelatihan yang ditujukan 195

14 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR kepada mereka. Jikalau ada maka intensitasnya hanya sesekali saja. Program pelatihan yang diberikan tidaklah berkala, sehingga bisa dipastikan tidak ada evaluasi dan pendampingan di dalamnya. Bantuan yang diberikan juga dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam pendampingan diperlukan pemetaan yang jelas mengenai apa kebutuhan istri nelayan tradisional pada masing-masing daerah. Belum tentu hal yang diinginkan oleh para istri nelayan merupakan sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan. Belum tentu juga apa yang diberikan oleh pemerintah dan semua pihak terkait yang memberikan pelatihan akan efektif membantu para istri nelayan. Pemetaan tentang apa yang menjadi kebutuhan harus bedasarkan aspirasi dan aplikasi teknologi tepat guna. Dalam hal materi dan intensitas pelatihan pun demikian. Materi pelatihan yang diberikan hendaknya melibatkan pihak-pihak lain yang lebih ahli seperti perguruan tinggi, perusahaan, dan lembagalembaga terkait sehingga kualitas pelatihan akan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan karena pemateri memang ahlinya. Kreativitas istri nelayan tradisional memang tidak perlu diciptakan sendiri, tapi bisa dipancing melalui pelatihan. Inovasi mulai diperkenalkan dalam materi pelatihan. Pelatihan yang diberikan tidak hanya pengolahan dan variasi produk saja. Pelatihan tentang pengemasan produk, promosi, dan pemasaran juga harus selalu diberikan. Tidak lupa dengan dorongan untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Selanjutnya, pendampingan berkala kepada istri nelayan serta mengubah cara pandang istri nelayan yang masih berpola pikir sederhana adalah faktor yang tak dapat ditinggalkan. Terakhir adalah program pemberdayaan perempuan pesisir. Pendampingan dalam hal ini dapat diberikan oleh seluruh pihak yang akan memberi pelatihan. Perguruan tinggi, Dinas Kelautan dan Perikanan, Perusahaan, Mahasiswa dan seluruh pihak lain dapat mengambil peran dalam hal ini. Intensitas pelatihan tidak dapat dijalankan sesekali saja. Pelatihan harus dijalankan secara berkala, dengan maksud apabila pelatihan berlangsung secara rutin maka akan terjadi proses pendam- 196

15 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA pingan di sana. Para istri nelayan tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri setelah pelatihan, mereka perlu untuk terus didampingi,karena dengan proses pendampingan maka diharapkan budaya belajar dan inovatif akan terus tumbuh. Proses pendampingan juga menyebabkan adanya evaluasi di setiap tahap kegiatan, sehingga setiap kendala, kemajuan yang didapat akan selalu tercatat. Proses pendampingan yang berkala akan membuat para istri nelayan memiliki pamong dalam berkarya. Kesulitan yang dihadapi para istri nelayan akan dapat langsung dikonsultasikan. Pendamping juga dapat membantu merumuskan strategi pengembangan istri nelayan dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Pelatihan yang berkala juga akan menciptakan nuansa kekeluargaan yang akrab, sehingga budaya ewuh pakewuh akan selalu terjaga. Kegiatan pelatihan tidak terbatas pada hal-hal teknis saja. Pendamping harus selalu memberikan motivasi dan dukungan moral. Hubungan yang dibangun tidak sebatas pada hal professional saja, hubungan juga perlu dibangun dengan nuansa kekeluargaan. Selama ini, salah satu kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya semangat dan motivasi dari para istri nelayan. Oleh karena itu, motivasi perlu selalu diberikan. Tokoh masyarakat perlu lebih berperan untuk membantu, karena masyarakat pedesaan cenderung memiliki rasa hormat yang lebih kepada tokoh masyarakat. Aspek Kebijakan Aspek kebijakan menjadi penutup dalam peta strategi peningkatan peran istri nelayan tradisional guna menguatkan ekonomi rumah tangga. Terdapat tiga alternatif pada aspek kebijakan, yaitu; (a) peningkatan alokasi anggaran daerah untuk pemberdayaan istri nelayan, (b) merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, aspiratif dan berbasis pada pemetaan kondisi kewilayahan dan; (c) penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen atau pihak-pihak terkait seperti Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan lainnya. 197

16 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up menjadi elemen utama berdasarkan diskusi FGD. Selanjutnya prioritas kedua adalah peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan istri nelayan. Alternatif ketiga yang menjadi prioritas adalah penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif antara elemen terkait seperti Pemda, Pemerintah Desa, Penyuluh, Akademisi, dan pihak-pihak lainnya. Selama ini, para istri nelayan tradisional memandang pemerintah belum banyak memberikan dukungan kepada mereka dalam melakukan kegiatan produktif. Tidak hanya pemerintah, banyak elemen yang sebenarnya bisa mengambil peran dalam memberdayakan istri nelayan tradisional. Sebaliknya, pemerintah memiliki argumen bahwa keterbatasan anggaran dan kendala dari masyarakat sendirilah yang menjadi faktor penghambat. Harus diakui bahwa memang program yang dibangun selama ini tidak berdasarkan aspirasi dari bawah. Program disusun lebih berdasarkan kepada kegiatan yang seringkali dilaksanakan dari tahun ke tahun. Padahal inovasi perlu diberikan, pemerintah juga dianggap kurang banyak menyapa masyarakat pesisir. Ketika ada kondisi tertentu saja pemerintah turun ke bawah misalnya terjadi perubahan iklim yang mengakibatkan nelayan tradisional tidak dapat melaut, bencana alam dan sebagainya. Namun di lain pihak para istri nelayan tradisional juga tidak dapat memberikan aspirasi terkait apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Sikap hidup yang apatis serta ketiadaan wadah dianggap menjadi kendala. Semua itu dilengkapi dengan keterbatasan dalam pengetahuan atau pendidikan yang rendah. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa kebijakan yang disusun hendaklah bersifat aspiratif. Pendampingan rutin senantiasa diberikan mengingat banyak program yang sudah digalakkan pemerintah dan elemen lain ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat perlu didekati dengan pendampingan. Agar mereka tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan, dan bukan apa yang mereka inginkan, dengan memperhatikan potensi yang dimilki dan kekurangan yang ada pada mereka. 198

17 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA Pemerintah tidak dapat dipaksa mengucurkan sejumlah besar dana dari anggarannya untuk pemberdayaan istri nelayan tradisional, anggaran negara juga terbatas. Prioritas anggaran pun tidak hanya untuk pemberdayaan perempuan pesisir. Oleh karena itu, dengan anggaran yang terbatas pemerintah harus mampu mengalokasikan anggarannya tersebut agar dapat dipergunakan untuk membiayai program-program terkait pemberdayaan istri nelayan tradisional dengan efektif, sehingga sangat bijak apabila program yang dijalankan memperoleh hasil maksimal. Anggaran yang terbatas juga dikeluhkan oleh dinas terkait bahwa mereka tidak dapat membiayai semua program dan tidak dapat memberdayakan seluruh istri nelayan tradisional. Pemerintah dalam hal ini sebenarnya perlu dibantu oleh pihak terkait untuk menyelenggarakan program pemberdayaan istri nelayan tradisional. Paradigma yang dibangun bukanlah menambah alokasi anggaran. Hal itu tentu saja akan sulit dipenuhi mengingat fokus pemerintah berbeda-beda, alokasi anggaran juga harus mengacu pada rencana strategis daerah pada jangka waktu tertentu. Paradigma yang dibangun adalah dengan membangun sistem kemitraan bersama dengan institusi lain. Perguruan tinggi memiliki skim anggaran untuk pemberdayaan masyarakat. Maka menggandeng perguruan tinggi dirasakan mampu menjadi salah satu alternatif. Terlebih sumber daya di peruruan tinggi juga dianggap mampu untuk memberikan dukungan kepada pemerintah dalam memberdayakan istri nelayan melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selain Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Penyuluh yang disingkat Bakorluh, dinas pemberdayaan perempuan, lembaga keuangan daerah dan beberapa instansi pemerintah lain juga memiliki concern pada pemberdayaan istri nelayan tradisional atau perempuan secara umum. Mekanisme sharing dana dan joint program lintas departemen perlu untuk diaplikasikan. Nantinya, pemberdayaan istri nelayan tradisional bukan lagi menjadi tanggung jawab Dinas Kelautan dan Perikanan saja, tetapi semua dinas yang berkepentingan 199

18 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR akan dapat mengambil peran. Peran yang dapat diambil terlebih dahulu harus ditetapkan atau disepakati bersama dalam bentuk program pembangunan daerah yang berbasis partisipasi. Pihak perusahaan swasta, lembaga keuangan dan Lembaga Swadaya Masyarakat juga dapat diberikan peran. Selama ini, akumulasi modal banyak terdapat di sektor swasta dan lembaga keuangan, sehingga bentuk partnership antara pemerintah dan swasta serta masyarakat dengan pola kemitraan merupakan salah satu pola yang paling ideal. Swasta dapat memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Dapat berupa bantuan sosial melalui Coorporate Sosial Responsibility yang disingkat CSR, atau kemitraan yang sifatnya memberikan daya dukung untuk masing-masing pihak. Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai organisasi sosial sudah saatnya diberikan ruang untuk ikut dapat berkontribusi dalam bidang bantuan pendampingan dan advokasi kepada masyarakat dan para istri nelayan. Dalam penelitian ini disajikan kompilasi strategi prioritas untuk semua alternatif dari masing-masing aspek. Dari urutan alternatif secara keseluruhan maka dapat dilihat bahwa pemberian bantuan peralatan teknis berupa timbangan, cool box, ember dan peralatan lain adalah alternatif yang paling prioritas. Hal ini berarti bantuan teknis dianggap menjadi hal yang paling penting dalam upaya untuk penguatan peran istri nelayan tradisional dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Selanjutnya dengan persentase prioritas sama adalah pemberian pinjaman lunak kepada istri nelayan tradisional yang bergerak di sektor UMKM. Bantuan teknis dan permodalan selama ini menjadi kendala utama para istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif, sehingga wajar apabila dalam kacamata permasalahan di atas diketahui bahwa pemberian bantuan peralatan teknis dan pinjaman lunak adalah hal-hal yang sangat penting dan prioritas. Adapun yang menjadi prioritas ketiga adalah pendampingan teknis kepada istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif. Istri nelayan tradisional tidak boleh dibiarkan berjuang sendiri. Pengetahuan dan daya inovasi yang rendah dianggap menjadi faktor penghambat kemajuan mereka. 200

19 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA Prioritas selanjutnya adalah pendampingan kepada istri nelayan tradisional dari lembaga terkait. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pemberdayaan istri nelayan tidak akan berhasil apabila semua pihak yang terkait masih menggunakan pola penyuluhan yang temporer saja. Masyarakat menyadari bahwa mereka perlu untuk didampingi dalam melakukan kegiatan produktif, sehingga dengan pendampingan maka kegiatan, supervisi dan evaluasi akan dapat berjalan dengan baik. Istri nelayan tradisional tidak dilepas sendiri dalam melakukan kegiatan produktif. Pendampingan ini sendiri dapat diberikan melalui program pelatihan teknis tentang inovasi pengolahan hasil ikan, pengelolaan manajemen dan administrasi usaha yang lebih modern, serta pelatihan tentang pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan demikian kegiatan pelatihan-pelatihan tadi tidak hanya dilaksanakan sesekali saja namun secara berkala dapat terus diberikan. Mengenai kendala pemerintah yakni sulit untuk menambah anggaran guna merutinkan kegiatan pelatihan. Beberapa langkah yang dapat diambil adalah menggandeng pihak-pihak terkait yang memiliki kepentingan dan kepedulian tentang pemberdayaan istri nelayan tradisional agar mampu berkontribusi terhadap ekonomi rumah tangga. Institusi akademik, perusahaan swasta, dan lembaga swadaya masyarakat tentu saja dapat diberikan ruang dan peranan dalam hal ini. Kemudian beberapa alternatif yang menjadi prioritas terakhir antara lain merancang program pemberdayaan yang bersifat bottom up, peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan istri nelayan serta penyusunan program dan merancang kebijakan yang koordinatif. Hal-hal di atas sebenarnya penting bagi upaya pemberdayaan istri nelayan dalam kaitannya dengan upaya penguatan peran mereka dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Namun, sesuatu yang bersifat kebijakan seperti di atas aplikasinya tidak dapat dilaksanakan secara cepat, efek yang ditimbulkan juga tidak dapat langsung dirasakan, sehingga diperlukan program yang sifatnya teknis dan cepat dalam rangka pemberdayaan istri nelayan tradisional. 201

20 MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Rangkuman Peran istri nelayan Kerja pendapatan Kerja rumah tangga Jenis pekerjaan alasan manfaat konsekuensi Strategi peningkatan peran istri nelayan dalam bekerja Ketergantungan yang tinggi akan LK non resmi Sistem pengelolaan tradisional Rendahnya pendidikan dan ketrampilan Dukungan kelembagaan belum maksimal Fisik dan finansial Manajemen SDM Kebijakan - Bantuan peralatan teknis - Pinjaman lunak kepada istri nelayan - Support permodalan - Mengurangi ketergantungan akan LK non resmi - Pelatihan pengelolaan manajemen modern - Peningkatan peran manajemen kelembagaan Hulu Modernisasi sistem Hilir - Program pemberdayaan wanita pesisir - Mengubah mindset istri nelayan - Pendidikan informal melalui pelatihan - Pendampingan - Peningkatan ketrampilan - Perubahan paradigma masyarakat - Peningkatan alokasi anggaran daerah - Merancang program bottom up berbasis pada pemetaan kewilayahan - Penyusunan program yang koordinatif Kebijakan yang konstruktif Perbaikan kinerja usaha istri nelayan Kualitas usaha Peningkatan pendapatan Gambar Visualisasi Strategi Menguatkan Peran Istri Nelayan dalam Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

21 BAB 8 STRATEGI PENINGKATAN PERAN ISTRI NELAYAN DALAM KEHIDUPAN EKONOMI RUMAH TANGGA Istri nelayan tradisional memegang peranan sentral dalam rumah tangga nelayan tradisional, tidak hanya peran domestik sebagai istri yang mengurus rumah tangga, menjalankan aktivitas rutin kerumahtanggaan. Namun lebih daripada itu, istri nelayan tradisional juga banyak memberikan kontribusi dalam struktur pendapatan rumah tangga nelayan. Tidak semua istri nelayan tradisional memilih kegiatan atau pekerjan produktif dengan berbagai alasan. Akan tetapi, hal ini cukup menjawab sebuah pertanyaan bahwa peran istri nelayan tradisional dalam kehidupan rumah tangga telah bertambah penting, sehingga dapat menekan kemiskinan atau tidak memperparah kemiskinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa para istri nelayan tradisional di Rowosari mampu menyeimbangkan antara kegiatan publik atau kegiatan produktif yakni kegiatan untuk memperoleh pendapatan dengan kegiatan domestik atau kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur. Hal ini nampak bahwa kehidupan rumah tangga nelayan tradisional tetap terjaga kenyamanannya atau harmonisasi, terjaminnya relasi antar anggota rumah tangga dan terbangunnya saling pengertian di antara para anggota rumah tangga. 203

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya

Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya Bab 7 Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya Istri Nelayan dalam Kegiatan Mengelola Hasil Tangkapan Kegiatan produktif sebagian besar istri nelayan tradisional di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia, dari 25,9 juta (17,7%) pada tahun 1993 menjadi 129,6 juta atau 66,3% dari

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Kelompok Sasaran Dari hasil RapAnalysis diketahui nilai indeks keberlanjutan Kelompok Sasaran dalam Pengembangan

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB III Visi dan Misi

BAB III Visi dan Misi BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Dr. Nazamuddin, SE, MA Universitas Syiah Kuala Salah Satu MISI PEMBANGUNAN ACEH RPJM 2012-2017 Mewujudkan Peningkatan Nilai Tambah Produksi Masyarakat dan Optimalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN PEMBERDAYAAN KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN INDONESIA DI KABUPATEN GARUT MELALUI BATIK GARUTAN Makalah ini disajikan pada Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, Pusat Penelitian Peranan Wanita (P3W), Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN Oleh: Sri Wening, Enny Zuhni K, Sri Emy Yuli S A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

5 / 7

5 / 7 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018 BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 55 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Sebagai badan, suatu peran tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya partisipasi masyarakat. Selain sebagai institusi ekonomi, peran juga

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Laporan Akhir Hasil Penelitian TA.2015 KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Tim Peneliti: Kurnia Suci Indraningsih Dewa Ketut Sadra

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut menyangkut beberapa masalah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012) 4.1 Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian. Bab empat (IV) ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman tahun 2012-2016 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan bidang sanitasi di Kabupaten Pati telah dilakukan oleh SKPD sesuai dengan tupoksinya dan stakeholder terkait melalui serangkaian program dan kegiatan dalam

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Industri rumput laut memiliki peran penting dalam penciptaan lapangan kerja yang terkait dengan pendapatan masyarakat, diantaranya melalui keterlibatan nelayan dalam budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing

Terwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, FUNGSI, PERAN DEKOPIN

KEDUDUKAN, FUNGSI, PERAN DEKOPIN KEDUDUKAN, FUNGSI, PERAN DEKOPIN DALAM PERSPEKTIF PENCAPAIAN TUJUAN KOPERASI Oleh : Abdul Wahab DIERKTUR PERENCANAAN DEKOPIN PUSAT Disampaikan pada : Musyawarah Nasional (MUNAS) Forum Komunikasi Koperasi

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN SKPD Identifikasi permasalahan pada BPBD Kabupaten Lamandau berdasarkan tugas

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah

Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah Deddy Supriady Bratakusumah * Penyelenggaraan Kewenangan dalam Konteks Otonomi Daerah I. Pendahuluan Sejak beberapa dekade yang lalu beberapa negara telah dan sedang melakukan desentralisasi, motivasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci