V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Kelompok Sasaran Dari hasil RapAnalysis diketahui nilai indeks keberlanjutan Kelompok Sasaran dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 21, 07. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek Kelompok Sasaran sudah berada pada kategori buruk, sebagaimana tersajikan pada Gambar 8. 21,07 Gambar 8 Status Aspek Kelompok Sasaran Hasil RapAnalysis selain dapat mengetahui indeks atau status keberlanjutan aspek PEL, juga dapat mengetahui nilai s-stress dan nilai R 2. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Stress yaitu sebesar 0, dan nilai R 2 adalah 0, Menurut Kavanagh, nilai stress yang diperbolehkan adalah apabila dibawah nilai 0,25, dengan nilai 0, menunjukkan bahwa hasil analisis ini cukup baik, karena nilai S- stress yang rendah menunjukkan good fit dan sebaliknya nilai S-stress yang tinggi menunjukkan bad fit. Nilai R 2 =0,94175 menunjukkan bahwa model dengan menggunakan peubah-peubah saat ini sudah menjelaskan 94,17 % dari model yang ada. Untuk model sosial biasanya apabila R 2 lebih dari 80 % sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa model dari aspek Kelompok Sasaran dengan menggunakan peubah-peubah yang ada sangat baik. Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Kelompok Sasaran dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna

2 72 untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Kelompok Sasaran menuju status yang lebih baik. Gambar 9 Faktor Pengungkit Aspek Kelompok sasaran Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Kelompok Sasaran di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Upaya fasilitasi permodalan dari Pemda; (2) Upaya Pemda untuk peningkatan Teknologi, Manajemen dan Kelembagaan Lokal, dan (3) Keamanan. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap ketiga faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Kelompok Sasaran ke tingkat yang lebih baik. Berdasarkan observasi penulis munculnya faktor pengungkit utama, karena Pemda kurang memperhatikan akses permodalan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, padahal peningkatan akses permodalan pada UMKM merupakan salah satu kegiatan pokok dalam RPJM Tahun Munculnya faktor pengungkit kedua berdasarkan observasi penulis, karena Pemda sudah banyak mengupayakan peningkatan teknologi untuk nelayan, namun tidak tepat subyeknya misalnya pemberian long boat untuk nelayan musiman dan tidak tepat obyeknya misalnya pemberian cool box untuk pembudi daya. Menurut penulis hal ini disebabkan oleh tidak akuratnya data base nelayan atau pemberian tersebut bersifat KKN, padahal RPJM Tahun menghendaki adanya penataan data base dan sistem informasi perikanan dan kelautan. Sedangkan upaya Pemda untuk peningkatan manajemen dan kelembagaan lokal belum nampak dalam pembangunan di Kabupaten Kepulauan Aru, namun RPJM Tahun menghendaki adanya

3 73 pemantapan organisasi dan manajemen kelembagaan perikanan serta pembinaan manajemen usaha aquabisnis. Berdasarkan observasi penulis faktor pengungkit ketiga muncul karena tidak adanya pelayanan keamanan yang memadai, bahkan sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Aru jauh dari jangkauan polisi. Sehingga menyebabkan tidak adanya jaminan stabilitas dan kepastian berusaha. Hal ini tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan dianggap sebagai urusan pelaku usaha. 5.2 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Faktor Lokasi Hasil analisis dari beberapa indikator pada aspek faktor lokasi menunjukkan bahwa nilai S-stress yaitu sebesar dan nilai R 2 adalah , ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan peubah-peubah indikator aspek faktor lokasi. Penentuan status menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan Faktor Lokasi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 37,07. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek Faktor Lokasi berada pada kategori Buruk, sebagaimana tersaji pada Gambar ,07 Gambar 10 Status Aspek Faktor Lokasi Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Faktor Lokasi dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Faktor Lokasi menuju status yang lebih baik. Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Faktor Lokasi di Kabupaten Kepulauan Aru

4 74 sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun industri hulu-hilir; (2) Jumlah Lembaga Keuangan Lokal, dan (3) Lembaga Penelitian. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap ketiga faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Faktor Lokasi ke tingkat yang lebih baik. Munculnya faktor pengungkit utama berdasarkan observasi penulis berupa peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun industri huluhilir karena industri yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru tidak bersinergi baik industri sejenis maupun industri hulu-hilir. Dan hal ini sudah menjadi permasalahan dalam RPJM Tahun , namun belum ada langkah konkrit untuk mensinergikan industri Gambar 11 Faktor Pengungkit Aspek Faktor Lokasi Berdasarkan observasi penulis munculnya faktor pengungkit kedua, karena jumlah Lembaga Keuangan Lokal yang ada masih terbatas dan hanya ada di ibukota kabupaten saja, sedangkan pada tingkat kecamatan belum ada Lembaga Keuangan Lokal. Hai ini diakui oleh RPJM Tahun bahwa belum berkembangnya perbankan dan lembaga keuangan lainnya di Kabupaten Kepulauan Aru, namun belum ada upaya untuk memperbanyak lembaga keuangan lokal.

5 75 Berdasarkan observasi penulis munculnya faktor pengungkit ketiga, karena kerjasama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru dengan Lembaga Penelitian hanya sebatas penyusunan dokumen perencanaan daerah sehingga tidak dirasakan langsung manfaatnya bagi masyarakat dan pelaku usaha. 5.3 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan Hasil analisis dari beberapa indikator pada aspek kesinergian dan fokus kebijakan menunjukkan bahwa nilai S-stress yaitu sebesar dan nilai R 2 adalah , ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan peubah-peubah indikator aspek kesinergian dan fokus kebijakan. 23,26 Gambar 12 Status Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan Penentuan status menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan aspek kesinergian dan fokus kebijakan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 23,26. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek kesinergian dan fokus kebijakan berada pada kategori buruk, sebagaimana tersaji pada Gambar 12. Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan menuju status yang lebih baik.

6 76 Gambar 13 Faktor Pengungkit Aspek Kesinergian dan Fokus kebijakan Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Kesinergian dan Fokus kebijakan di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif; (2) Kebijakan pengembangan jaringan usaha antarpelaku ekonomi, dan (3) Kebijakan pengembangan komunitas seperti: perbaikan lingkungan, perbaikan kampung. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap ketiga faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Kesinergian dan Fokus kebijakan ke tingkat yang lebih baik. Munculnya faktor pengungkit utama berdasarkan observasi penulis, karena kebijakan pengurangan kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Aru selama ini masih bersifat top down dan keproyekan sehingga belum dapat mengurangi kemiskinan secara signifikan dan berkelanjutan. Artinya bahwa selama proyek dilaksanakan penduduk miskin berkurang, tetapi setelah proyek selesai jumlah penduduk miskin kembali seperti semula. Padahal dalam permasalahan pembangunan RPJM Tahun sudah ditegaskan bahwa kemiskinan tidak terlepas dari rendahnya kapasitas dan akses terhadap sumberdaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru tidak memahami rencana pembangunannya sendiri.

7 77 Berdasarkan observasi penulis faktor pengungkit kedua muncul karena selama ini Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru tidak mempunyai kebijakan mengenai pengembangan jaringan usaha antarpelaku ekonomi. Selama ini jaringan usaha antarpelaku ekonomi yang terbentuk dan ada di Kabupaten Kepulauan Aru merupakan inisiatif dan upaya pelaku ekonomi atau pelaku usaha sendiri, tanpa bantuan apapun dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru. Munculnya faktor pengungkit ketiga berdasarkan observasi penulis, karena kebijakan pengembangan komunitas seperti: perbaikan lingkungan, perbaikan kampung sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru, namun pelaksanaannya dalam bentuk proyek sehingga dianggap sebagai kebijakan yang hanya menguntungkan pengusaha (kontraktor). Fenomena yang terjadi adalah adanya penolakan terhadap proyek pemerintah daerah di beberapa Desa. 5.4 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan Hasil analisis dari beberapa indikator pada aspek Pembangunan Berkelanjutan menunjukkan bahwa nilai S-stress yaitu sebesar dan nilai R 2 adalah , ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan peubah-peubah indikator aspek Pembangunan Berkalanjutan. Penentuan status PEL menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan aspek pembangunan berkelanjutan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 11,32. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Kepulauan Aru berada pada Kategori Buruk, sebagaimana tersaji pada Gambar ,32 Gambar 14 Status Aspek Pembangunan Berkelanjutan

8 78 Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Pembangunan Berkelanjutan menuju status yang lebih baik. Gambar 15 Faktor Pengungkit Aspek Pembangunan Berkelanjutan Pada Gambar 15 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Kepulauan Aru, yaitu PEL mempertimbangkan keberadaan Adat dan Kelembagaan Lokal. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Pembangunan Berkelanjutan ke tingkat yang lebih baik. Berdasarkan observasi penulis, keberadaan Adat dan Kelembagaan Lokal dalam pengelolaan SDA dan lingkungan hidup misalnya sasi hampir punah, sehingga dibutuhkan revitalisasi kelembagaan adat untuk pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. Sejalan dengan RPJM Tahun yang hendak meningkatkan peran masyarakat adat dengan kearifan lokalnya dalam pengelolaan SDA dan lingkungan hidup, namun sayangnya tidak pernah dilaksanakan.

9 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Tata Pemerintahan Hasil analisis dari beberapa indikator pada aspek Tata Pemerintahan menunjukkan bahwa nilai S-stress yaitu sebesar 0, dan nilai R 2 adalah 0,948553, ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan peubah-peubah indikator aspek Tata Pemerintahan. Penentuan status PEL menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan aspek Tata Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar 39,58. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek Tata Pemerintahan berada pada kategori buruk, sebagaimana tersaji pada Gambar ,58 Gambar 16 Status Aspek Tata Pemerintahan Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Tata Pemerintahan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Tata Pemerintahan menuju status yang lebih baik.

10 80 Gambar 17 Faktor Pengungkit Aspek Tata Pemerintahan Pada Gambar 17 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Tata Pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Reformasi sistem insentif pengembangan SDM Aparatur; (2) Prosedur pelayanan administrasi publik, dan (3) Peran Asosiasi industri/komoditi/forum bisnis terhadap perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap ketiga faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Tata Pemerintahan ke tingkat yang lebih baik.

11 81 Berdasarkan observasi penulis munculnya faktor pengungkit utama, karena praktek sistem insentif pengembangan SDM Aparatur dijalankan berdasarkan pertimbangan selera pimpinan dan/atau putera daerah. Berbeda dengan RPJM Tahun yang menghendaki penerapan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik. Menurut penulis dibutuhkan strong leadership untuk dapat menerapkan paradigma pemerintahan yang baik dalam Tata Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Aru. Munculnya faktor pengungkit kedua berdasarkan observasi penulis, karena selama ini prosedur pelayanan administrasi publik yang digunakan tidak jelas standarnya, bahkan kadang pelayanan berlangsung dirumah petugas pelayanan atau dirumah penerima pelayanan. Padahal RPJM menghendaki pelaksanaan standar pelayanan minimal di Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru. Munculnya faktor pengungkit ketiga berdasarkan observasi penulis, karena Asosiasi industri/komoditas/forum bisnis tidak berperan terhadap perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL sebab organisasiorganisasi tersebut dalam keadaan mati suri dan tidak pernah diajak berpartisipasi. Hal ini sejalan dengan RPJM Tahun yang sama sekali tidak mempunyai komitmen untuk melibatkan pelaku usaha dalam manajemen pembangunan daerah, khususnya dalam perencanaan pembangunan. 5.6 Analisis Status Keberlanjutan dan Faktor Pengungkit Aspek Proses Manajemen Hasil analisis dari beberapa indikator pada aspek Proses Manajemen menunjukkan bahwa nilai S-stress yaitu sebesar 0, dan nilai R 2 adalah 0,954166, ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan peubah-peubah indikator aspek Proses Manajemen. Penentuan status PEL menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan aspek Proses Manajemen dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu sebesar Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek PEL, maka kondisi aspek Proses Manajemen berada pada kategori buruk, sebagaimana tersaji pada Gambar 18.

12 82 8,75 Gambar 18 Status Aspek Proses Manajemen Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek Proses Manajemen dalam Pengembangan Ekonomi Lokal berguna untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek Proses Manajemen menuju status yang lebih baik. Pada Gambar 19 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit untuk aspek Proses manajemen di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi stakeholder PEL dan (2) Analisis dan pemetaan potensi ekonomi. Dengan melakukan intervensi atau perlakuan terhadap kedua faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan status aspek Proses manajemen ke tingkat yang lebih baik. Berdasarkan observasi penulis munculnya faktor pengungkit utama, karena tidak pernah ada upaya identifikasi stakeholder sehingga berdampak pada pembangunan Kabupaten Kepulauan Aru yang bersifat top down dan keproyekan. Sebagai catatan, RPJM Tahun hanya menghendaki partisipasi masyarakat namun tidak memberikan kesempatan berpartisipasi pada pelaku usaha.

13 83 Gambar 19 Faktor Pengungkit Aspek Proses manajemen Muncul faktor pengungkit kedua berdasarkan observasi penulis, karena ketiadaan analisis dan pemetaan potensi ekonomi sehingga menyulitkan pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Aru dalam merumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal dan investasi daerah. Berbeda dengan kenyataan lapangan, RPJM Tahun menghendaki adanya inventarisasi dan evaluasi potensi SDA.

14 Status Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Kepulauan Aru Status PEL di Kabupaten Kepulauan Aru telah dikaji dengan Rapid Assessment Technique for Local Economic Development (RALED) dengan menggunakan enam aspek yang dijabarkan ke dalam 77 indikator keberlanjutan (sustainable indicator) dan sebagai resume hasilnya disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 20. Tabel 13 Nilai Indeks Aspek PEL di Kabupaten Kepulauan Aru No Nilai Aspek PEL Indeks 1 Kelompok Sasaran Faktor Lokasi Kesinergian dan Fokus Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Tata Pemerintahan Proses Manajemen 8.75 Status Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Kepulauan Aru Kelompok Sasaran Proses Manajemen Tata Pemerintahan Faktor Lokasi Kesinergian dan Fokus Kebijakan Gambar 20 Layang-Layang PEL Kabupaten Kepulauan Aru. Pembangunan Berkelanjutan

15 85 Gambar layang-layang PEL di atas, menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal untuk seluruh aspek Heksagonal PEL di Kabupaten Kepulauan Aru masuk dalam kategori buruk. Dari enam aspek pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kepulauan Aru, aspek Proses Manajemen merupakan aspek dengan nilai indeks keberlanjutan terendah atau terburuk Rendahnya indeks keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Proses Manajemen disebabkan oleh tidak adanya diagnosa secara partisipatif dalam perencanaan pembangunan daerah. Hal ini harus mendapat perhatian serius dalam revitalisasi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kabupaten Kepulauan Aru, agar pengembangan ekonomi lokal sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan stakeholder pembangunan daerah. Selain itu, perlu juga diperhatikan pengembangan pelaku usaha lokal, daya tarik lokasi bagi pelaku usaha, keterkaitan kebijakan pengembangan jaringan antar pelaku ekonomi dengan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan wilayah yang berfokus untuk pengurangan kemiskinan berbasis komunitas, dan memberdayakan kelembagaan adat untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, serta perlu adanya reformasi sektor publik dan pengembangan organisasi pelaku usaha. Tabel 14 Status PEL Kabupaten Kepulauan Aru No Aspek PEL Nilai Indeks BOBOT GABUNGAN JUMLAH 1 Kelompok Sasaran Faktor Lokasi Kesinergian dan Fokus Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Tata Pemerintahan Proses Manajemen JUMLAH Hasil analisis dari Program RALED hanya menentukan status atau kondisi dari masing-masing aspek PEL, tetapi tidak dapat menentukan status PEL secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bobot dari masingmasing aspek PEL yang dianggap sama. Padahal dalam kenyataannya, bobot antara masing-masing aspek PEL tersebut bisa saja berbeda. Untuk menentukan status PEL secara keseluruhan dengan menentukan bobot dari masing-masing aspek PEL digunakan Program Penentuan Bobot Aspek PEL yang merupakan modifikasi dari Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Saaty. Besarnya bobot mencerminkan persepsi stakeholders mengenai skala prioritas (derajat kepentingan) dari setiap aspek PEL

16 Status PEL Kabupaten Kepulauan Aru berdasarkan penentuan bobot aspek PEL sebesar 26,90, sehingga Status PEL Kabupaten Kepulauan Aru termasuk dalam kategori Buruk. Hasil status PEL secara keseluruhan disajikan pada Tabel

17 87 VI. PERUMUSAN STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU 6.1 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Kelompok Sasaran Berdasarkan hasil analisis RALED, tiga faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Kelompok Sasaran di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Upaya fasilitasi permodalan dari Pemda; (2) Upaya Pemda untuk peningkatan Teknologi, Manajemen dan Kelembagaan Lokal, dan (3) Keamanan. Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Kelompok Sasaran berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Kelompok Sasaran No Faktor Pengungkit Strategi Program 1 Upaya fasilitasi permodalan dari Pemda 2 Upaya Pemda untuk peningkatan Teknologi, Manajemen, dan Kelembagaan Lokal Mengembangkan kemitraan dalam permodalan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Meningkatkan Teknologi, Manajemen, dan Kelembagaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibidang perikanan 1. Pengembangan Fasiltas Pembiayaan Modal Ventura Pengembangan Lembaga CSR untuk pembiayaan Usaha Mikro. 1. Peningkatan Teknologi Perikanan Tepat Guna. 2. Peningkatan Manajemen UMKM Perikanan. 3 Keamanan Mengembangkan Sistem Pelayanan Keamanan dan Ketertiban Terpadu 1. Pembentukan Kantor Bersama Satpol PP dan Samapta. 2. Fasilitasi sarana dan prasarana pelayanan keamanan dan ketertiban terpadu untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal. 3. Meningkatkan koordinasi antara Kecamatan dan Polsek untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal. 6.2 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Faktor Lokasi Berdasarkan hasil analisis RALED, tiga faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Faktor Lokasi di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun industri hulu-hilir; (2) Jumlah Lembaga Keuangan Lokal, dan (3) Lembaga Penelitian. 1 Modal Ventura merupakan fasilitas pembiayaan berupa penyertaan modal dan manajemen dari lembaga ventura (dalam kajian ini adalah pemerintah daerah) dalam suatu usaha baru atau lama yang dinilai prospektif dan inovatif sebagai pilihan bagi para pengusaha.

18 88 Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Faktor Lokasi berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Faktor Lokasi No. Faktor Pengungkit Strategi Program 1 Peluang kerja sama dalam industri sejenis maupun hulu - hilir 2 Jumlah Lembaga Keuangan Lokal Mengembangkan klaster dibidang perikanan, baik ikan maupun non ikan Memperbanyak dan memperluas jaringan Bank dan lembaga keuangan bukan bank 3 Lembaga penelitian Membangun kerjasama dengan Lembaga Penelitian untuk pembibitan ikan dan non ikan, serta menanggulangi hama dan penyakit di bidang perikanan 1. Pengembangan klaster ikan. 2. Pengembangan klaster rumput laut. 1. Fasilitasi pembukaan Kantor Cabang Utama Bank Umum di Dobo dan pembukaan Kantor Cabang Pembantu Bank Umum di ibukota kecamatan. 2. Pendirian BPR dengan Kantor Cabang di setiap kecamatan. 3. Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam di setiap Kecamatan. 1. Kerjasama dengan Lembaga Penelitian untuk pembibitan ikan dan non ikan varietas unggul. 2. Kerjasama dengan Lembaga Penelitian untuk menanggulangi kematian kerang mutiara dan rumput laut. 6.3 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan Berdasarkan hasil analisis RALED, tiga faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif; (2) Kebijakan pengembangan jaringan usaha antarpelaku ekonomi, dan (3) Kebijakan pengembangan komunitas. Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 17.

19 89 Tabel 17 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Kesinergian dan Fokus Kebijakan No. Faktor Pengungkit Strategi Program 1 Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif 2 Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar pelaku usaha 3 Kebijakan pengembangan komunitas Meningkatkan ksesibilitas masyarakat terhadap Modal, Pasar, Teknologi dan Kelembagaan agar dapat berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi lokal, sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin Membentuk forum bisnis dan asosiasi Komoditas Memberdayakan masyarakat dalam perbaikan kampung 1. Pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank untuk Usaha Mikro di setiap kecamatan. 2. Pengembangan Terminal Perikanan untuk Usaha Mikro di setiap kecamatan. 3. Pengembangan Inkubator Agribisnis 2 Perikanan untuk Usaha Mikro. 1. Pembentukan Forum Bisnis. 2. Pembentukan Asosiasi Komoditas. 1. Pengaturan alokasi ADD untuk perbaikan kampung. 2. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam perbaikan kampung. 6.4 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan hasil analisis RALED, faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu PEL mempertimbangkan keberadaan Adat dan Kelembagaan Lokal. Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Pembangunan Berkelanjutan No. Faktor Pengungkit Strategi Program 1 PEL mempertimbangkan keberadaan adat dan kelembagaan lokal Merevitalisasi kelembagan adat untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan Revitalisasi kelembagaan adat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup 6.5 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Tata Pemerintahan Berdasarkan hasil analisis RALED, tiga faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Tata Pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Reformasi sistem insentif pengembangan SDM 2 Inkubator Agribisnis merupakan lokasi atau tempat yang didirikan sebagai sarana untuk menjamin kegiatan usaha mikro berjalan dengan lancar dan mengurangi masalah-masalah keuangan, dengan menyediakan kemudahankemudahan dalam hal tempat dan sewa yang fleksibel dalam jangka waktu tertentu dengan biaya yang cukup ringan, mendapatkan bantuan fasilitas layanan seperti telpon, akuntansi, sekretariat, akses mesin feksimile dan fotokopi, perpustakaan, dan ruang pertemuan, bantuan teknis dan usaha, bantuan dalam memperoleh pendanaan, penciptaan jejaring kerja dengan pelaku usaha lain.

20 90 Aparatur; (2) Prosedur pelayanan administrasi publik, dan (3) Peran Asosiasi industri/komoditi/forum bisnis terhadap perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL. Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Tata Pemerintahan berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Tata Pemerintahan No. Faktor Pengungkit Strategi Program 1 Reformasi sistem insentif serta pengembangan SDM aparatur 2 Prosedur pelayanan administrasi publik 3 Peran asosiasi industri/ komoditi/ forum bisnis terhadap perbaikan kebijakan pemerintah dibidang PEL Menerapkan sistem insentif dan pengembangan SDM Aparatur berdasarkan meritokrasi Menerapkan standar pelayanan minimal dan membentuk Ombudsman Daerah untuk mengawasi pelaksanaan pelayanan administrasi Publik Merevitalisasi asosiasi pelaku usaha untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal berbasis agribisnis perikanan 1. Penetapan Tunjangan Kinerja Daerah. 2. Pengisian Jabatan Stuktural berdasarkan Uji Kepatutan dan Kelayakan. 1. Penerapan standar pelayanan minimal (SPM) di bidang perizinan usaha. 2. Pembentukan Ombudsman Daerah. 1. Peningkatan kapasitas dan peran asosiasi pelaku usaha 2. Pelibatan asosiasi pelaku usaha dalam manajemen pembangunan daerah. 6.6 Strategi dan Program PEL Untuk Aspek Proses Manajemen Berdasarkan hasil analisis RALED, dua faktor pengungkit dalam Pengembangan Ekonomi Lokal untuk aspek Proses Manajemen di Kabupaten Kepulauan Aru sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi stakeholder PEL dan (2) Analisis dan pemetaan potensi ekonomi. Strategi dan program pengembangan ekonomi lokal untuk aspek Proses Manajemen berdasarkan faktor pengungkit tersebut disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Strategi & Program PEL Untuk Aspek Proses Manajemen Faktor No. Pengungkit 1 Identifikasi stakeholder PEL 2 Analisis dan pemetaan potensi ekonomi Strategi Mengidentifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal Menginventarisasi potensi ekonomi dan menyusun peta potensi ekonomi Program 1. Pengidentifikasian stakeholder kunci untuk mendirikan forum kemitraan PEL. 1. Penginventarisasian potensi ekonomi. 2. Penyusunan peta potensi ekonomi.

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN 39 III. METODOLOGI KAJIAN 3. Kerangka Pemikiran Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat lokal, dan organisasi

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 1. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur Visi Provinsi Jawa Timur : Terwujudnya Jawa Timur Makmur dan Berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi Provinsi

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU JOHN WENRY UTUKAMAN

STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU JOHN WENRY UTUKAMAN 1 STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS AGRIBISNIS PERIKANAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU JOHN WENRY UTUKAMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 2 SURAT PERNYATAAN MENGENAI TUGAS

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015

Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015 Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta Tahun 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta Tahun 2015 Laporan Akhir Kajian Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Surakarta 2015 Page i KATA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL I A Program Percepatan Pembangunan Daerah pusat produksi daerah 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

5.1 Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan V PEMBAHASAN UMUM Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diamanatkan bahwa wilayah perbatasan negara sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN), maka program pengembangan wilayahnya

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Rencana Umum Penanaman Modal Aceh Dr. Nazamuddin, SE, MA Universitas Syiah Kuala Salah Satu MISI PEMBANGUNAN ACEH RPJM 2012-2017 Mewujudkan Peningkatan Nilai Tambah Produksi Masyarakat dan Optimalisasi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah

Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Oleh : Marsuki Disampaikan dalam diskusi panel Simpul Demokrasi Kab. Jeneponto Sulsel. Tema: Bisnis, Politik, Demokrasi dan Peluang Investasi Daerah.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam upaya mewujudkan Misi maka strategi dan arah kebijakan yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut. 6.1. MISI 1 : MENINGKATKAN PENEGAKAN SUPREMASI

Lebih terperinci

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

5.1. VISI MEWUJUDKAN KARAKTERISTIK KABUPATEN ENDE DENGAN MEMBANGUN DARI DESA DAN KELURAHAN MENUJU MASYARAKAT YANG MANDIRI, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Mengacu kepada arah pembangunan jangka panjang daerah, serta memerhatikan kondisi riil, permasalahan, dan isu-isu strategis, dirumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 50 63 ISSN : 1829-9946 ANALISIS PEMETAAN STATUS PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL) DI KABUPATEN SUKOHARJO R. KUNTO ADI Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia yang ada pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Namun dalam upaya mencapai

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN

BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN BAB IV ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN SINTANG TAHUN 2006-2026 4.1. SASARAN PEMBANGUNAN Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2006-2026 adalah mewujudkan Kabupaten Sintang yang maju, mandiri,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM Jumlah usaha mikro dan kecil di Indonesia relatif sangat banyak (lebih dari 42 juta unit), sedang pada sisi

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

Isu Strategis Kota Surakarta

Isu Strategis Kota Surakarta Isu Strategis Kota Surakarta 2015-2019 (Kompilasi Lintas Bidang) Perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Sinkronisasi

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Untuk dapat mewujudkan Visi Terwujudnya Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis Masyarakat yang Berakhlak dan Berbudaya sangat dibutuhkan political will, baik oleh

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah Kabupaten Pinrang bersama seluruh pemangku kepentingan mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Keynote Speech Kebijakan Business Development Center Untuk Mendukung Penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Kebijakan dan Anggaran/Sekretaris

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PETANI DAN KOMODITAS PERTANIAN JAGUNG DAN KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung adalah salah satu perangkat daerah di lingkungan Pemerintah

Lebih terperinci

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES 8.1 Pendahuluan Untuk dapat memahami persoalan dalam pemanfaatan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Sumbawa di era desentralisasi, demokrasi dan globalisasi ini, strategi dan arah kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam mengoptimalkan lokasi obyek pantau, secara umum lebih kepada penguatan tupoksi, dan kewenangan

Lebih terperinci