BAB II TINJAUAN PUSATAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSATAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSATAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan pustaka Padi sawah Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Bila didataran tinggi kita mengenal padi gogo, maka didataran rendah kita mengenalnya dengan padi sawah.umumnya padi dapat dibudidayakan sampai pada ketinggian m dpl. (Nabilussalam, 2011). Di Indonesia dikenal lebih dari 1000 jenis padi. Jumlah yang banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam rangka peningkatan hasil. Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam 2 jenis sebagai berikut: 1. Padi beras, yaitu tanaman padi yg dijadikanan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan pokok. 2. Padi ketan, Setalah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok, tetapi diolah menjadi bermacam- macam makanan ringan, misal jadah, jenang, tape ketan,menurut cara bertananmnya, padi beras dapat dibedakan atas 2 macam sebagai berikut: a. Padi sawah, yaitu padi yang dalam pertumbuhannnya memerlukan air. Padi ini ditanam ditanah persawahan.

2 b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air Usaha Tani Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Faktor faktor yang mendukung usaha pertanian ialah ketersediaan sarana produksi yang terjangkau oleh daya beli petani dan memenuhi syarat 4 tepat ( waktu, kuantitas, kualitas, tempat ), pasar yang dapat menampung produk pertanian serta transportasi yang memungkinkan pengangkutan produk ke pasar, kredit produksi dengan bunga dan tenggang waktu pembayaran kembali yang sesuai dengan kemampuan petani sehingga dapat mengisi kekurangan modal usaha, lembaga penelitian yang menghasilkan teknologi tepat guna, lembaga penyuluhan dan pelatihan, kebijakan politik dan ekonomi, kelembagaan petani yang dapat meningkatkan posisi produsen dalam menghadapi konsumen, serta kebijaksanaan harga masukan dan produk pertanian yang menimbulkan insentif berproduksi (Simatupang dkk, 1996). Usaha pertanian yang berwawasan agribisnis mencakup kagiatan mulai dari pengadaan sarana produksi, menghasilkan produk primer, mengolah hingga mendistribusikan produk produk tersebut sampai ke konsumen. Oleh karenanya berwawasan agribisnis mengandung beberapa persyaratan, yaitu:

3 a. Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem. Sub sistem akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu sub sistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua sub sistem didalamnya karena tidak ada satu sub sistem yang lebih penting dari sub system lainnya. b. Tiap subsistem dalam agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Subsistem akan berfungsi baik apabila ditunjang oleh bahan baku yang dihasilkan produksi primer dan subsistem pengolahan akan berhasil baik jika menemukan pasar untuk produknya. c. Agribisnis memerlukan lembaga penunjang seperti lembaga pertahanan, keuangan, pendidikan, penelitian, dan perhubungan. Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan pelaku pelaku agribisnis yang propesional, sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga lembaga penunjang kebanyakan ada diluar sector pertanian sehingga semakin erat sektor pertanian terkait dengan sektor yang lainnya, semakin besar sumbangan yang dapat diberikan sektor agribisnis dalam ekonomi nasional, sebagai penyedia bahan kebutuhan hidup, penghasil devisa, pencipta lapangan kerja, dan sumber peningkatan pendapatan masyarakat. d. Agribisnis melibatkan pelaku dari pihak BUMN, swasta, koperasi dengan profesi sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang, distributor sarana produksi, importer, eksportir, dan lainnya. Kualitas sumber daya manuasia sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam

4 agribisnis dan dalam memelihara kelancaran arus komoditas dari produsen ke konsumen (Simatupang dkk, 1996 ). Strategi pengembangan usahatani sangat menggantungkan diri pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Sumberdaya merupakan faktor untuk mencapai pendapatan, tetapi sumberdaya terbatas jumlahnya, sehingga kemampuan untuk mencapai pendapatan juga terbatas. Pada prinsipnya, sumberdaya yang merupakan faktor utama dalam meningkatkan pendapatan petani terdiri dari: - Keterampilan manajemen petani - Modal, meliputi modal tetap dan modal variabel - Tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas - Tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitas (Prayitnodkk, 1989: 96-97) Faktor Produksi Usahatani Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir factorfaktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang

5 diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship. 1.Lahan Pertanaman sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang di terima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto,1995). Tanah dan bagian-bagian diatasnya, merupakan faktor produksi penting dalam usahatani di negara-negara yang sedang berkembang. Tanah meliputi persen dari modal seluruhnya, sehingga merupakan faktor dominan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sebagian petani Indonesia rata-rata memiliki lahan yang sempit. (Khoiri, 1993: 2). 2. Modal Modal (sarana produksi) dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).

6 Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari : a) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai, makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai. b) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. c) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Soekartawi, 2003). 3. Tenaga Kerja. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja/produktif, yaitu tahun yang dapat berkerja untuk memproduksi. Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama dalam setiap cabang produksi (Daniel, 2008: 11). Tenaga kerja usahatani terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita dan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dalam keluarga maupun diluar keluarga. Tenaga kerja diluar keluarga diperoleh dengan cara upah. Produktifitas tenaga kerja pada daerah yang masyarakatnya memiliki lahan terbatas belum sepenuhnya mendukung kemajuan di bidang pertanian, karena faktor tenaga kerja merupakan faktor produksi yang kurang terbatas jumlahnya bila dibandingkan dengan tanah dan modal (Khoiri, 1993: 2).

7 Pendapatan petani Sedangkan yang disebut Pendapatan pada prinsipnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang berasal dari penjualan hasil produksi Usahatani. Sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan (Wardani, 2003: 27). Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam. Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Hadisaputro, 1985). Pendapatan bersih (net farm income) mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam (Soekartawi, 1989: 90). Suatu rencana usahatani dalam azasnya harus mengandung hal-hal berikut: jenis dan nilai input, jumlah dan harga input yang akan digunakan, jumlah uang/kredit yang diperlukan untuk pembiayaan pelaksanaan rencana, jumlah

8 produksi yang akan diperoleh dan seberapa banyak dari produksi tersebut yang akan dijual untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan bersih yang diharapkan (Tohir, 1991:144). Input atau masukan bagi usahatani itu dalam garis besarnya terdiri atas alam, tenaga kerja, modal, manajemen, dan sosial budaya. Sedangkan output atau hasil dari usahatani terdiri dari sewa tanah, bahan baku, bunga modal, modal, penyusutan, upah, pembayaran, pajak, beban sosial dan keuntungan (Tohir, 1991: 166). Menurut Suratiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut: 1.Faktor internal terdiri dari beberapa factor yaitu umur petani, pendidikan, pengetahuan,pengalaman, dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan. modal 2.Faktor eksternal terdiri dari beberapa factor yaitu input yang meliputi ketersediaan dan harga, sedangkan factor output meliputi permintaan dan harga

9 Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian adalah suatu system pendidikan diluar sekolah untuk keluarga keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu, dan bias menyelesaikan sendiri masalah masalahnya yang dihadapinya sacara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluh pertanian itu adalah bentuk pendidikan yang cara, bahan dan sarfananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari sasaran, waktu dan tempat. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan bias juga disebut pendidikan nonformal. ( wiraatmadja, 1978 ). Penyuluh pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian, oleh karena itu penyuluh pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bias berkomunikasi secara efektif dengan petani, dan harus dapat mendorong minat belajar petani. Sejumlah tahapan yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk suatu kegiatan penyuluhan adalah a. Menganalisa masalah yang dihadapi b. Merumuskan tujuan komunikasi c. Memilih media d. Menentukan pendekatan yang digunakan ( Van Den Ban dan Hawknis, 1999 ) Penyuluh pertanian membawa dua misi pokok, yaitu pengembangan sumber daya manusia dan ahli teknologi. Kedua misi pokok ini merupakan tugas yang perlu dilaksanankan oleh penyuluh pertanian untuk membawa kemajuan pada sektorpertanian, pengembangan sumber daya manusia berinti pada pengembangan perilaku dan kemampuan serta pendayagunaan kemampuan

10 kemampuan yang telah berkembang didalam upaya upaya peningkatan pendapatan, kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, kesehatan lingkungan serta kelangsungan pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. ( B. Sinulingga, 1995 ) Kegiatan penyuluh pertanian dinaksud untuk menyelenggarakan alih pengetahuan dan keterampilan dari petugas kepada anggota kelompok tani, serta untuk mengubah sikap mereka dalam berusaha tani. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota kelompok tani melalui peningkatan produktifitas usaha taninya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka dan dengan peningkatan pendapatan maka kehidupan petani akan lebih sejahtera keluarganya ( Abbas, 1994 ) penelitian terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi ( 2012 ), dengan judul peranan kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi di Desa Serba Jadi, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang bahwa dari hasil penelitian dalam keberhasilan pupuk bersubsidi di Serba Jadi dalam pengetahuan anggota kelompok tani mengenai undang undang penyaluran pupuk bersubsidi 33,3% yang mengetahui, 20% ragu ragu dan 47,6% yang tidak mengetahui. Dan berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang harga subsidi dalam Desa Serba Jadi diketahui 30% yang mengetahui, 23% ragu ragu, dan 47% yang tidak mengetahui Ulima ( 2010 ) tentang peranan kelompok tani dalam peningkatan status social ekonomi petani padi sawah di Desa Rumah Pilpil, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdanng, bahwa ada perbedaan antara produktifitas petani

11 sebelum menjadi anggota kelompok tani dengan sesudah menjadi anggota kelompok tani. Dimana produktifitas petani padi sawah sesudah menjadi anggota kelompok tani lebih tinggi disbanding sebelum menjadi anggota kelompok tani. Dan pengeluaran untuk tiap jenis pola konsumsi pangan sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah yaitu Rp dari pada pengeluaran untuk tiap jenis pola konsumsi pangan sesudah menjadi anggota kelompok tani yaitu rp ,3. Sedangkan rata rata pengeluaran tiap jenis pola konsumsi non pangan sebelum menjadi anggota kelompok tani lebih rendah yaitu sebesar ,3 dari pada rata rata pengeluaran untuk tiap jenis pola konsumsi non pangan sesudah menjadi anggota kelompok tani yaitu sebesar Rp ada perbedaan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani 2.2. Landasan teori Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan di bentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002).. Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompoktani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupum petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontaktani. Sedangkan menurut Departemen Pertanian (2007), kelompoktani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan

12 kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan usahanya Kelembagaan Petani dan Pelaku Usaha Pertanian Lainnya merupakan : 1) Kelembagaan petani dan pelaku usaha pertanian lainnya adalah organisasi yang anggotanya petani dan pelaku usaha pertanian lainnya dan dibentuk oleh mereka, baik formal maupun non formal. 2) Kelembagaan petani yang formal berupa koperasi petani dan atau bentuk organisasi badan hukum lainnya. 3) Kelembagaan petani yang non formal dapat berbentuk kelompoktani, gabungan kelompoktani, dan asosiasi petani. 4) Kelembagaan petani tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan para anggotanya. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain (Samsudin, 1993). beerikut: Karateristik dan cirri - ciri kelompok tani dijalaskan dibawah ini sebagai

13 1. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok 2. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani 3. Semakin cepat proses perembesan penerapan inovasi baru 4. Semakin meningkatnya orientasi pasar baik yang berkaitan erat dengan input maupun outpun yang dihasilkan 5. Semakin dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasan oleh petani input itu sendiri. Motivasi utama keikutsertaan anggota dalam kelompok tani terutama didorong oleh hasrat meningkatkan kemampuan berusaha tani dan pemenuhan kebutuhan primer ( terutama yang berupa sarana produksi ). ( Mardikanto, 1993 ). Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat kelas kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002) adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Pemula: a. Kontak tani masih belum aktif. b. Taraf pembentukan kelompok masih awal. c. Pimpinan formal. d. Kegiatan kelompok bersifat informatif. 2. Kelompok Lanjut: a. Kelompok ini menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terbatas. b. Kegiatan kelompok dalam perencanaan.

14 c. Pimpinan formal aktif. d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani. 3. Kelompok Madya: a. Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha. b. Pimpinan formal kurang menonjol. c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama usahatani. d. Berlatih mengembangkan program sendiri. 4. Kelompok Utama: a. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD. b. Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan. c. Program usahatani terpadu. d. Program diusahakan dengan usaha koperasi/ KUD. e. Pemupukan modal dan pemilikan atau pengunaan benda modal. Peranan menunjuk pada konotasi ilmu social, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi kelompok tani dalam struktur social. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status. Apabila seseorang melaksanakan hak hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari kelompok tani dalam suatu kedudukan atau status. Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang diharapkan dilaksanakan kelompok tani berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Dengan katalain, peranan ialah pengejawantahan jabatan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan

15 sesama manusia dalam suatu masyarakat atau organisasi. ( Dinas Pertanian Kota Medan, 2008 ). Menurut mentri pertanian Indonesia nomor 273/kpts/OT.160/2007 bahwa pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri yang dicirikan antara lain: a. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan b. Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan partisivasi secara partisipasi c. Memiliki aturan/norma yang disepakati bersama d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapi e. Memfasilitasi kegiatan kegiatan usaha bersama di sector hulu dan hilir f. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar g. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya h. Adanya jalinan kerjasama antara kelompok tani dengaqn pihak lain i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok tani. ( hhtp:// ) Kelompok tani berfungsi sebagai wadah terpelihara dan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan serta kegotongroyongan, berusaha tani pada anggotanya, fungsi tersebut dijabarkan dalam kegiatan sebagai berikut:

16 1) Mengadakan sarana produksi yang termurah dengan cara melakukan pembelian sacara bersama 2) Pengadaan bibit yanmg resisten untuk memenuhi kepentingan anggotanya dalam jalan mengusahakan bersama 3) Mengusahakan kegiatan pemberantasan, pengendalian hama tanaman secara terpadu 4) Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana prasarana yang menunjang saranaa produksi 5) Guna memantapkan cara bertani, menyelenggarakan demonstrasi cara bercocok tanam, cara mengatasi hama penyakit yang dilakukan bersama penyuluh 6) Mengadakan pengolahan hasil secara bersama agar terwujud kualitas yang baik, seragam dan kemudian mengusahakan pemasarannya secara bersama agar terwujudnya harga yang baik dan seragam. ( Kartasapoetra, 1991 ) 2.3. kerangka pemikiran Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengelola usaha di bidang pertanian, agroforestry, agrofishery, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang mencakup usaha hulu, usahatani, usaha hilir dan usaha jasa penunjang (UU Sistem Penyuluhan Pertanian). Untuk membuat uasaha tanunya lebih produktif, maka petani membutuhkan ilmu pengetahuan serta wawasan dan pengalaman dalam mncapai kebutuhan petani. Maka untuk itu, petani membutuhkan adanya kelompok tani yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan produktifitas petani guna meningkatkan pendapatan petani.

17 Kelompok tani merupakan salah satu wahana petani dalam proses usaha taninya yang terbentuk karena petani merasa butuh suatu kerjasama antar sesama petani guna mengatasi masalah para yang dihadapi petani. Dengan adanya kesamaan profesi, senasib, setujuan dan masalah yang sama, maka dibentuklah lembaga tani non formal ini ditengah tengah masyarakat yang beertujuan smemecahkan masalah bersama. Dan berperan sebagai tempat belajar, tempat bekerjasama, dan sebagai unit produksi. Dengan adanya peran kelompok tani ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani guna menunjang peningkatan pendapatan petani. Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan mengenal satu sama lain. Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. Penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Dalam penyuluhan terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal). Tujuan Penyuluhan Pertanian mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan jangka pendek yaitu menumbuhkan

18 perubahan-perubahan dalam diri petani yang mencakup tingkat pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan motivasi petani terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan. Tujuan penyuluhan jangka panjang yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat tani sehingga kesejahteraan hidup petani terjamin. [1] Tujuan pemerintah terhadap penyuluhan pertanian adalah: meningkatkan produksi pangan, merangsang pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa, mengusahakan pertanian yang berkelanjutan. Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai

19 jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang atau perusahaan yang menjalankan suatu proses produksi disebut Produsen. Di dalam kegiatan produksi pasti ada modal. Modal adalah semua alat yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan barang dan jasa, dengan imbalan berupa bunga modal kepada pemodal. Modal dibagi 4, yaitu : Modal tetap, Modal lancer, Modal sendiri, Modal asing Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam waktu lam, atau lebih dari satu kali putaran proses produksi. Modal lancar adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi. Modal ini sekali dipakai dalam proses produksi, kemudian berubah sifat atau wujudnya menjadi barang lain. Modal sendiri adalah modal yang diserahkan pemilik modal kepada badan usaha. Laba yang diperoleh dan tidak atau belum diserahkan kepada pemilik modal, dengan sendirinya digolongkan sebagai modal sendiri. Modal asing adalah modal yang diberikan oleh orang-orang atau badan-badan lain kepada suatu badan usaha sebagai pinjamn. Faktor-faktor Produksi : Alam, Tenaga kerja, Modal, Kewirausahaan. Sektor-sektor produksi : Primer, Sekunder, Tersier, Publik, Swasta, Konsumsi, Investasi. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dan biaya produksi.

20 Secara sistematis Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Petani Kelompok tani Peranan dan kegiatan kelompok tani : Sosialisasi Penanaman dan pemupukan Sebagai tempat kerja sama Penyedia input produksi Bantuan Pupuk Perbaikan prasarana penunjang Rendah Sedang/ Cukup Tinggi Usaha tani produksi Keterangan: pendapatan : hubungan : pengaruh

21 2.5. Hipotesis Penelitian. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Peranan kelompok tani dalam usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang, tinggi 2. Terdapat hubungan yang erat antara peranan kelompok tani dengan pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelompok Tani Kelompok adalah kumpulan pe terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya),

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di antara penyuluhan-penyuluhan yang ada di Indonesia penyuluhan pertanian merupakan penyuluhan tertua, di mulai sejak awal tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian, Kelompok Tani, dan Usahatani padi sawah 2.1.1 Pertanian an merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling belajar informasi, pengalaman tentang berbagi kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Dewi, dkk (2009), dalam penelitiannya, dengan judul Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Kelompok Tani Dalam Memenuhi Kebutuhan Usahatani Padi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk

TINJAUAN PUSTAKA. keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan sikap mental

Lebih terperinci

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub Divisi Kelas Keluarga Genus : Spermatophyte : Angiospermae : Monotyledonae

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL 2-8 - 2011 PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT I. LATAR BELAKANG Mayoritas masyarakat Kabupaten Garut bermata

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun demikian sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelembagaan Pertanian Kelembagaan merupakan terjemahan langsung dari istilah socialinstitution. Dimana banyak pula yang menggunakan istilah pranata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekarangan Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 1 PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PETANI DAN KOMODITAS PERTANIAN JAGUNG DAN KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi Sawah Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman semusim yang sangat bermanfaat di Indonesia karena menjadi bahan makanan pokok. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah mulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA Kabupaten Nagan Raya secara historis dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2002 yang diresmikan pada tanggal 22 Juli 2002 beserta empat kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Nuhung (2006), untuk membangun sosok pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Nuhung (2006), untuk membangun sosok pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi prioritas pembangunan di Indonesia. Menurut Nuhung (2006), untuk membangun sosok pertanian yang tangguh dibutuhkan organisasi

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Program PUAP Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang dinisiasi oleh Kementrian Pertanian.Menteri Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang penduduk Indonesia bermata

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembagunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP AGRIBISNIS MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN KONSEP AGRIBISNIS

PENGENALAN KONSEP AGRIBISNIS MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN KONSEP AGRIBISNIS PENGENALAN KONSEP AGRIBISNIS MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN KONSEP AGRIBISNIS Apa itu Agribisnis? So...What is Agribusiness? Agribisnis = perusahaan di bidang pertanian Pemahaman yang bersifat mikro, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian, sehingga Indonesia merupakan masuk pada kategori negara yang sedang berkembang hingga saat ini. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS dwijenagro Vol. 3 No. 2 : ISSN : 1979-3901 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN PERTANIAN: KAJIAN TEORITIS MADE WIJANA Alumni Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra I PENDAHULUAN Di Indonesia, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci