BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Kakada Pratama merupakan salah satu industri karet barang jadi yang berkualitas premium untuk pembangunan konstruksi jembatan ataupun bantalan pelabuhan. Perusahaan yang sekarang beralamat di Jl. Batutulis Gang Jaya Tunggal No.3 Bogor memiliki luas tanah sebesar m 2 dan luas bangunan sebesar m 2. Sejak berdirinya pada tahun 1986 PT Kakada Pratama telah banyak memiliki pelanggan dengan industri konstruksi, salah satunya ialah PT Wijaya Karya serta PT Bukaka Teknik yang paling sering melakukan pemesanan pada PT Kakada Pratama hingga saat ini. Adapun produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Kakada Pratama sebagai berikut (PT. Kakada Pratama): 1. Elastomeric Rubber Bearing Pad (Bantalan Jembatan) Biasanya digunakan pada struktur berbentang kecil atau beban yang tidak terlalu besar, untuk mengatasi pergeseran kecil dan getaran pada jembatan kaki atau balok jembatan. Dapat digunakan bersamaan dengan bantalan khusus lainnya, dimana gaya horisontal yang ditahan oleh bantalan panduan dan gaya vertikal serta pergeseran itu ditahan oleh Elastomeric Bearing Pads. Sumber: PT. Kakada Pratama Gambar 4.1 Elastomer Bearing Pad 2. Expansion Joints Merupakan sambungan beton jembatan berupa karet jadi yang dapat dicetak sesuai dengan model, ukuran, dan spesifikasi permintaan. Sumber: PT. Kakada Pratama Gambar 4.2 Expansion Joints 3. Rubber Dock Fender ( Type V Fender) Merupakan jenis rubber fender yang telah dioptimalkan untuk peningkatan penyerapan energi untuk gaya reaksi rasio yang berfungsi untuk melindungi konstruksi beton pada dinding dermaga dan pelabuhan agar tidak terjadi benturan dengan badan kapal pada saat akan bersandar. Sumber: PT. Kakada Pratama Gambar 4.3 Rubber Dock Fender 17

2 18 Adapun bisnis proses pada PT Kakada digambarkan sebagai berikut: 1. Pemesanan Konsumen 2. Pemasaran 3. Pembelian Bahan 4. Produksi 5. Quality Control 6. Sertifikasi 7. Hasil Uji Baik 4 a. Produksi Bahan Baku Karet 4 b. Produksi Barang Jadi Karet 8. Pengiriman Barang 1. Persiapan Karet & Bahan Kimia 6. Finishing 1. Persiapan Cetakan 5. Proses Vulkanisasi 2. Pemotongan Pelat 2. Giling Compound 4. Pemotongan Rubber Compound 3. Pengecatan Pelat Sumber: PT. Kakada Pratama Gambar 4.4 Bisnis Proses PT Kakada Pratama

3 19 Dari gambar 4.4 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemesanan konsumen PT Kakada Pratama merupakan perusahaan yang menganut19sistem make to order dimana perusahaan hanya akan membuat barang jadi ketika ada pesanan dari konsumen. 2. Pemasaran Bagian Pemasaran PT Kakada Pratama akan menerima order dari konsumen, dimana kesepakatan harga dan jenis barang yang dipesan dilakukan pada tahapan ini. 3. Pembelian bahan Setelah menerima order, maka PT Kakada Pratama akan membeli bahan baku terlebih dahulu agar tahap produksi dapat berjalan. 4. Produksi Pada tahap produksi ini PT Kakada Pratama membagi tahapan prosesnya ke dalam dua kelompok, yaitu memproduksi bahan mentah karet menjadi bahan setengah jadi, dan membuat barang jadi dari hasil bahan setengah jadi tersebut. a. Produksi bahan baku karet Berikut merupakan tahapan proses bahan baku karet: 1) Persiapan karet dan bahan kimia Tahapan pertama yaitu menyiapkan bahan kimia dan karet yang sudah diasap yang didapat dari supplier, lalu mecampur sesuai dengan racikan PT Kakada Pratama karena setiap perbedaan jenis barang. 2) Proses pembuatan rubber compound Setelah karet dicampur dengan bahan kimia, maka selanjutnya yaitu menggiling karet dengan menggunakan mesin giling hingga karet dan bahan kimia menyatu. Setelah menyatu kemudian karet dilapisi dengan plastik agar tidak menempel satu sama lain. b. Produksi barang jadi karet 1) Persiapan cetakan Cetakan digunakan untuk mencetak jenis barang yang dipesan oleh konsumen, dan jika pesanan belum ada cetakannya, maka PT Kakada Pratama akan membuatnya terlebih dahulu sesuai dengan ukuran yang dipesan. 2) Pemotongan pelat Pelat yang dibeli dari supplier akan dipotong menggunakan mesin las atau mesin potong seusai dengan ukuran yang dipesan. 3) Pengecatan pelat Pelat yang telah dipotong melalui proses polishing dimana pelat yang sudah dipotong akan digerinda bagian alasnya supaya menghilangkan lapisan yang masih menempel. Agar lapisan hilang secara menyeluruh maka pelat yang sudah mengalami

4 20 proses polishing akan dicelupkan kedalam larutan HCL. Setelah mongering maka pelat siap dicat dengan menggunakan cat khusus yaitu chemical lock. 4) Pemotongan rubber compound Compound dari hasil produksi bahan baku karet dipotong sesuai ukuran, lalu dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dipersiapkan sebelumnya sambil dilapisi juga dengan pelat. 5) Proses Vulkanisasi Compound dan pelat yang telah siap dalam cetakan diproses dalam mesin press hidrolic untuk disatukan. 6) Finishing Hasil cetakan yang telah dingin mengalami proses finishing, yaitu pemotongan karet lebih dan grinding. Pada tahap ini pula diberikan tindakan khusus dari permintaan pelanggan. 5. Quality Control (QC) PT Kakada Pratama memastikan produk dengan kualitas prima sehingga perlu melalui tahap QC sebelum pengiriman. Pada beberapa kasus, pelanggan ikut serta pada proses QC agar perubahan yang diinginkan dapat segera diselesaikan. 6. Sertifikasi Sertifikasi ini dilakukan pada pihak independen pengujian karet di balai jembatan Bandung dan BPTK Bogor dengan mengambil sample untuk diuji kekuatan dari produk. 7. Hasil Uji Baik Jika hasil sampel telah mendapatkan sertifikat dan hasil uji baik, maka barang dapat dinyatakan aman untuk digunakan oleh konsumen. Kemudian barang siap dikirim. 8. Pengiriman Barang Barang yang sudah melalui hasil uji maka barang siap dikirim kepada setiap konsumen. Mesin yang dimiliki oleh PT Kakada Pratama adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Mesin di PT Kakada Pratama No. Tipe Kapasitas Kuantitas 1 Mesin Bubut 4,5 Kw 1000 mm 1 Unit 2 Mesin Bor 2 PK 30 mm 1 Unit 3 Mesin Gergaji 180 mm 1 Unit 4 Mesin Las 9,7 Kw 1 Unit 5 Mesin Press Karet 250 Ton 1 Unit 6 Mesin Press Karet 60 Ton 3 Unit 7 Compression Moulding Press 40 Ton 1 Unit

5 21 Tabel 4.1 Mesin di PT Kakada Pratama (Lanjutan) No. Tipe Kapasitas Kuantitas 8 Plate Fulcanicing Press 360 Ton 1 Unit 9 Stoom Ketel 40 Kg/cm² 1 Unit 10 PLN 105 KVA 1 Unit 11 Genset 50 KVA 2 Unit Sumber: PT. Kakada Pratama Serta struktur organisasi sebagai berikut: Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT Kakada Pratama 4.2 Perencanaan SMK3 PT Kakada Pratama Komitmen dan Kebijakan SMK Komitmen Perusahaan Untuk memulai pembentukan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada suatu perusahaan, maka langkah pertama yang harus dibuat oleh PT Kakada Pratama ialah membuat komitmen tertulis sebagai bentuk tekad perusahaan dalam melaksanakan K3. Komitmen disusun dan ditanda tangani oleh dewan direksi sebagai bentuk perjanjian kesiapan perusahaan dalam menerapkan dan mengendepankan K3 dalam pelaksanaan produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama. Komitmen K3 harus dipegang teguh oleh seluruh pimpinan perusahaan agar SMK3 dapat terlaksana dengan efektif. Adapun komitmen K3 PT Kakada Pratama berbunyi: Seluruh manajemen dan karyawan PT Kakada Pratama berkomitmen untuk menciptakan, melaksanakan, serta memelihara sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama demi melindungi seluruh pihak yang terkait. PT Kakada Pratama senantiasa melakukan perbaikan yang berkesinambungan dalam meningkatkan praktek keselamatan dan kesehatan kerja secara aktif dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan menaati segala peraturan dan perundangan-undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

6 Usulan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mengikuti komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan SMK3, dalam memenuhi peraturan dan perundang-undangan terkait K3, perusahaan harus membuat suatu kebijakan yang menjadi landasan pokok perusahaan dalam upaya penerapan SMK3. Kebijakan K3 yang disusun setidaknya memuat visi dan misi perusahaan terkait K3 dan secara resmi disahkan oleh pimpinan perusahaan. Kebijakan harus disebarluaskan kepada seluruh personel yang terkait dengan lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama tidak terkecuali pengunjung ataupun pihak lain yang berada di tempat kerja. Kebijakan K3 yang diusulkan pada PT Kakada Pratama diuraikan sebagai berikut: Untuk mendukung komitmen perusahaan terkait keselamatan dan kesehatan kerja, maka PT Kakada Pratama membuat suatu kebijakan untuk: 1) Memenuhi segala peraturan dan perundangan-undangan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja. 2) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sistematis dan terkendali. 3) Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja. 4) Melakukan komunikasi dan sosialisasi terkait keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh pihak yang terlibat di lingkungan kerja untuk menjunjung keselamatan dan kesehatan kerja. 5) Memperbaiki dan meninjau sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkala guna senantiasa meningkatkan segala aspek keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan Manual SMK3 Untuk memberikan pedoman yang menjabarkan secara umum pelaksanaan SMK3 pada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama, maka disusunlah manual SMK3. Manual SMK3 untuk lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama dibuat sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Manual SMK3 harus disebarluaskan kepada seluruh pimpinan dan karyawan terkait. Pada penyusunannya, Manual SMK3 setidaknya memuat pedomanpedoman umum yang mencakup lima tahapan pelaksanaan SMK3. Kelima tahapan tersebut yakni penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3. Usulan Manual SMK3 untuk lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama terlampir Prosedur SMK3 Untuk mendukung SMK3, diperlukan dokumen-dokumen yang menjelaskan sistematika dalam penerapannya. Salah satu dokumen yang dibutuhkan adalah kumpulan prosedur K3. Prosedur disusun mengikuti manual yang telah disusun sebelumnya untuk menjelaskan implementasi SMK3 dengan lebih mendetail. Berbeda dengan manual, prosedur disusun untuk menjelaskan sistematika umum dari setiap aktivitas yang ada. Dibawah ini adalah usulan

7 23 prosedur yang dibuat sebagai referensi prosedur K3 untuk lantai produksi barang jadi PT Kakada Pratama: 1. Komitmen dan Kebijakan (terlampir) 2. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko (terlampir) 3. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya (terlampir) 4. Tujuan, Sasaran, dan Program K3 (terlampir) 5. Penyediaan Sumber Daya Manusia, Pelatihan, dan Kompetensi Kerja (terlampir) 6. Komunikasi, Konsultasi, dan Kesadaran (terlampir) 7. Tanggung Jawab dantanggung Gugat (terlampir) 8. Pembentukan P2K3 (terlampir) 9. Dana Anggaran (terlampir) 10. Manajemen Informasi dan Pelaporan (terlampir) 11. Pendokumentasian dan Pengendalian Dokumen (terlampir) 12. Perancangan dan Rekayasa (terlampir) 13. Prosedur dan Instruksi Kerja (terlampir) 14. Menghadapi Keadaan Darurat (terlampir) 15. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat (terlampir) 16. Pemeriksaan, Pengujian, dan Pengukuran (terlampir) 17. Internal Audit (terlampir) 18. Tinjauan Manajemen (terlampir) Identifikasi Bahaya pada Kegiatan Produksi Barang Jadi Karet PT Kakada Pratama Dilakukan identifikasi bahaya menyangkut pencahayaan, suhu kelembaban, dan kebisingan di lantai produksi PT Kakada Pratama pada tiap proses produksi dengan menggunakan multimeter sebagai berikut: Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Mengenai Pencahayaan, Suhu, Kelembaban, dan Kebisingan pada Kegiatan Produksi PT Kakada Pratama Alat Jenis No Kegiatan Bahan Standar Hasil Kerja Pengukuran 1 2 Persiapan cetakan Pemotongan pelat Las listrik Las listrik Mesin potong Pencahayaan 800 lux 247 lux Suhu C 35 C Kelembaban 40-60% 58,6% Kebisingan 90 dba 100 dba Pencahayaan 800 lux 247 lux Suhu C 35 C Kelembaban 40-60% 58,6% Kebisingan 90 dba 67 dba Pencahayaan 800 lux 1188 lux Suhu C 35 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 62,7dBA

8 Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Mengenai Pencahayaan, Suhu, Kelembaban, dan Kebisingan pada Kegiatan Produksi PT Kakada Pratama (Lanjutan) Polishing Degreasing Pengecatan Pemotongan compound Penyusunan compound 5 Vulkanisasi 6 Finishing Mesin poles Kuas cat Larutan HCL Chemlock 205 primer Chemlock 220 adhesive Pencahayaan 600 lux 524 lux Suhu C 34 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 81,6 dba Pencahayaan 400 lux 522 lux Suhu C 35 C Kelembaban 40-60% 59,8% Kebisingan 90 dba 60,8 dba Pencahayaan 800 lux 885 lux Suhu C 34 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 57,8 dba Pencahayaan 800 lux 885 lux Suhu C 34 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 57,8 dba Penggaris Pencahayaan 300 lux 80 lux Pensil Suhu 30 C 33 C Cutter Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 70 dba Pencahayaan 300 lux 80 lux Cetakan Suhu 30 C 33 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 70 dba Mesin press hidrolic Mesin gerinda Mesin bubut Mesin frais Pencahayaan 600 lux 85 lux Suhu C 37 C Kelembaban 40-60% 60% Kebisingan 90 dba 70 dba Pencahayaan 600 lux 610 lux Suhu 30 C 35 C Kelembaban 40-60% 56,8% Kebisingan 90 dba 86 dba Pencahayaan 600 lux 178 lux Suhu 30 C 35 C Kelembaban 40-60% 56,7% Kebisingan 90 dba 77 dba Pencahayaan 600 lux 76 lux Suhu 30 C 35 C Kelembaban 40-60% 56,8% Kebisingan 90 dba 70 dba

9 25 Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Mengenai Pencahayaan, Suhu, Kelembaban, dan Kebisingan pada Kegiatan Produksi PT Kakada Pratama (Lanjutan) Pencahayaan 600 lux 92 lux Suhu C 35 C Tapper Kelembaban 40-60% 57% Kebisingan 90 dba 76 dba Dilakukan pula identifikasi bahaya yang terjadi pada lantai produksi bahan jadi karet PT Kakada Pratama dengan metode job safety analysis untuk menentukan sumber bahaya dan mengetahui kejadian yang tidak diinginkan dari masing-masing kegiatan produksi. Pada job safety analysis pun terdapat pengendalian usulan dan risiko residual yang digambarkan pada tabel, dimana tabel job safety analysis terlampir pada lampiran 2. Identifikasi bahaya menyangkut aspek manusia, metode, lingkungan kerja, dan mesin untuk mengetahui penyebab SMK3 tidak berjalan dengan efektif dipetakan dalam fishbone diagram dalam Gambar 4.6 Fishbone Diagram. People Method Tidak terlatih Kurangnya pengetahuan K3 APD tidak selalu digunakan Kurang kedisiplinan Menganggap remeh Tidak ada prosedur dan instruksi kerja Tidak ada ikatan kerja karyawan Tidak ada pelatihan dan pendidikan K3 SMK3 tidak efektif APD tidak memadai Posisi kerja tidak ergonomis Kurang fasilitas pendukung Tidak tersedia instruksi tertulis terkait K3 Tidak ada perawatan terjadwal Tidak ada checklist sebelum pemakaian Environment Machine Gambar 4.6 Fishbone Diagram

10 Analisis Perencanaan SMK Analisis Penilaian Risiko Berdasarkan pengamatan kondisi unit kerja, seperti yang dijabarkan dalam Tabel 4.2 terlihat bahwa seluruh unit kerja pada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama belum memenuhi standar temperatur yang direkomendasikan oleh NIOSH. Hal ini dibuktikan dengan tingginya temperatur pada setiap unit kerja yang berada pada kisaran C. Bila dibandingkan dengan standar yang ada, maka lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama seharusnya menurukan temperatur hingga C. Pencahayaan lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama sudah baik pada unit kerja pemotongan pelat dengan mesin potong, degreasing, pengecatan, serta finishing dengan mesin gerinda duduk. Posisi unit-unit kerja tersebut berada di dekat jendela sehingga sinar matahari membantu pencahayaannya. Sedangkan unit kerja lainnya yang terletak cukup jauh dari jendela, mengandalkan pencahayaan buatan yang kurang memadai standar pencahaan berdasarkan beban pekerjaannya. Kelembaban pada seluruh area lantai produksi barang jadi karet sudah memenuhi kriteria kelembaban yang dapat menghambat pertumbuhan virus. Selain itu, tingkat kebisingan untuk sebagian besar unit kerja sudah baik, kecuali pada persiapan cetakan yang menggunakan las listrik. Unit kerja ini memiliki tingkat kebisingan di atas toleransi sehingga harus diberikan penanganan lebih lanjut. Selain permasalahan yang terdapat pada Tabel 4.2, potensi-potensi dari risiko pekerjaan pada lantai produksi barang jadi karet, diuraikan dengan metode Job Safety Analysis (JSA) yang dijabarkan pada lampiran 2. Dari hasil perhitungan risiko pada JSA, didapatkan bahwa mayoritas kejadian yang tidak diinginkan masih dapat diterima oleh pekerja karena hasil perhitungan risiko menunjukkan nilai risiko 8, yakni nilai standar yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan. Nilai tersebut dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa SMK3 baru akan diterapkan pada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama. Seiring dengan waktu, sesuai dengan komitmen, lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama akan meningkatkan standar nilai risiko. Oleh karena itu, meskipun nilai risiko tetap dalam batas toleransi, beberapa pengendalian risiko tetap direkomendasikan. Pada kejadian yang tidak diinginkan dengan nilai risiko melebihi ambang batas toleransi, pekerja diwajibkan untuk menerapkan dan menggunakan pengendalian yang diusulkan. Salah satu contoh kejadian ini adalah tersengat listrik yang memiliki probabilitas relatif tinggi. Kejadian tersengat listrik dapat terjadi pada saat penggunaan las listrik, mesin gerinda, mesin press hidrolic, gerinda duduk, mesin bubut, dan mesin frais. Selain itu, pada kegiatan degreasing, masih banyak kejadian yang tidak diinginkan melebihi ambang batas risiko perusahaan. Hal ini disebabkan risiko kejadian memliki tingkat keparahan yang relatif dapat dianggap membahayakan nyawa pekerja akibat penggunaan langsung larutan asam HCl. Faktor-faktor yang dinilai menjadi penyebab SMK3 tidak berjalan secara efektif diuraikan menggunakan diagram fishbone pada Gambar 4.6. Dapat dilihat bahwa kelemahan dari faktor manusia disebabkan oleh kurangnya pelatihan, kedisiplinan, dan pengetahuan mengenai K3. Selain itu, banyak pekerja yang masih menganggap remeh risiko dari pekerjaannya sehingga pekerja tidak selalu menggunakan APD.

11 27 Kelemahan dari faktor metode SMK3 yang diterapkan pada lantai produksi barang jadi PT Kakada Pratama adalah tidak adanya prosedur dan instruksi kerja, tidak adanya ikatan kerja dengan karyawan, serta tidak memberikan pelatihan dan pendidikan K3 kepada pekerjanya. Pada faktor lingkungan kerja, kekurangan disebabkan oleh APD yang kurang memadai, kurang fasilitas pendukung, posisi kerja yang masih kurang ergonomis, serta tidak tersedianya instruksi tertulis terkait K3. Kekurangan pada faktor mesin adalah tidak adanya perawatan mesin secara teratur serta tidak tersedianya checklist sebelum pemakaian Analisis Pengendalian Risiko Berdasarkan penilaian risiko yang telah dilakukan, ada beberapa pengendalian risiko yang dapat diusulkan kepada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama. Pertama ialah pengendalian terhadap kondisi kerja pada Tabel 4.2. Untuk mengatasi permasalahan yang mayoritasnya adalah suhu dan tingkat pencahayaan, usulan pengendalian yang diberikan adalah dengan menambahkan beberapa exhaust fan dan lampu penerangan. Pencahayaan pada proses persiapan cetakan dan pemotongan pelat membutuhkan iluminasi sebesar 800 lux untuk mencapai standar pencahayaan sesuai beban kerjanya. Faktanya, tingkat pencahayaannya hanya berkisar di angka 247 lux. Dengan kata lain, ruangan ini masih membutuhkan 553 lux untuk mencapai standar. Oleh sebab itu, bedasarkan perhitungan pada lampiran 6, ruangan ini masih membutuhkan sekitar lumens. Nilai lumens ini bisa dicapai dengan memasang lampu jenis Pulse Start Metal Halide sebesar 250 watt. Untuk pemotongan compound dan vulkanisasi, kebutuhan luminansi sebesar 220 lux dan 515 lux dapat dipenuhi dengan menggunakan lampu tipe T8 Fluorescent dengan daya sebesar 85 watt. Untuk proses polishing dan penyusunan compound, kebutuhan pencahayaan dapat dicapai dengan memasang lampu T8 Fluorescent dengan daya sebesar 25 watt dan 32 watt. Kebutuhan pencahayaan untuk seluruh proses finishing dapat dipenuhi dengan menggunakan lampu jenis T12 High-Output Fluorescent. Pada penggunaan mesin frais dan tapper, daya lampu yang dibutuhkan sebesar watt, sedangkan penggunaan mesin bubut dapat menggunakan lampu dengan daya 2 85 watt. Dari seluruh stasiun kerja yang masih mengalami defisiensi tingkat pencahayaan, mengacu pada perhitungan yang telah dilakukan, maka jumlah lampu yang perlu ditambahkan pada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama adalah sejumlah 1 (satu) buah lampu tipe Pulse Start Metal Halide 250 watt, 2 (dua) buah lampu T8 Fluorescent 86 watt, 1 (satu) buah lampu T8 Fluorescent 35 watt, 1 (satu) buah lampu T8 Fluorescent 25 watt, 4 (empat) buah lampu T12 High-Output Fluorescent, dan 2 (dua) buah lampu T12 High-Output Fluorescent 85 watt. Permasalahan pada kondisi kerja yang kedua adalah pada suhu udara. Pada Tabel 4.2, terlihat bahwa pada lantai produksi barang jadi karet, temperatur udara menjadi masalah yang paling dominan. Temperatur udara pada seluruh stasiun kerja melebihi ambang batas suhu udara yang nyaman untuk bekerja. Kemungkinan penyebab dari masalah ini adalah sirkulasi udara yang sangat terbatas akibat kurangnya keberadaan ventilasi udara. Untuk mengatasi masalah ini, maka perusahaan dapat menempatkan sejumlah exhaust fan di lantai produksi yang berfungsi membantu sirkulasi udara di dalam pabrik. Perputaran udara yang dihasilkan mampu mengurangi

12 peningkatan suhu tubuh. Sebanyak 5 exhaust fan diusulkan dengan pertimbangan bahwa menempatkan satu buah exhaust fan disetiap sisi pabrik dan menempatkan dua exhaust fan di sisi sebelah belakang karena terdapat banyak mesin. Diusulkan sebagai berikut karena 1 exhaust fan ini memiliki kapasitas sebesar 900 m 3 /jam dengan sirkulasi udara sebesar 210 liter/detik. Selain pada kondisi kerja, pengendalian risiko yang harus diberikan dan diterapkan pada lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama adalah aktivitas dari kegiatan produksi itu sendiri. Berkaitan dengan faktorfaktor penyebab yang disebutkan pada Gambar 4.6, kurang memadainya alat pelindung diri (APD), fasilitas pendukung K3, instruksi keselamatan hingga peraturan yang mengikat menjadi halangan perusahaan dalam menerapkan SMK3 secara efektif. Secara mendasar, penggunaan APD sangat penting untuk dihimbau dan dilaksanakan oleh pekerja. Berdasarkan JSA yang telah dilakukan, aktivitas produksi yang menggunakan mesin las diharuskan mengenakan helm las, wear pack, safety shoes, dan welding gloves. Selain untuk melindungi tubuh dari percikan api, keempat peralatan ini mampu melindungi pekerja dari silau yang berlebihan, risiko tersengat listrik, dan paparan sinar UV yang muncul dari mesin las. Dalam mengatasi bising, earmuff mampu mereduksi bising hingga kisaran db. Seperti yang juga tertera pada tabel 4.2, bising yang ditimbulkan pada penggunaan mesin las listrik mencapai 10 db diatas ambang bising yang direkomendasikan. Dengan menggunakan earmuff, bising yang diterima oleh pekerja dapat ditekan menjadi db sehingga masih dibawah ambang batas yang dianjurkan. Pada proses polishing yang menggunakan mesin gerinda, APD yang perlu untuk digunakan berupa masker untuk mencegah terhirupnya debu yang dihasilkan saat grinding, safety glasses untuk melindungi mata dari debu tersebut, wear pack untuk melindungi tubuh dari kemungkinan tergoresnya kulit oleh serpihan, serta safety shoes untuk mencegah kejadian tersengat listrik akibat menginjak kabel saat proses grinding. Peralatan-peralatan pelindung serupa juga dibutuhkan saat melakukan proses finishing. Safety glasses, sarung tangan, masker, wear pack, dan safety shoes diperlukan baik pada penggunaan mesin bubut maupun mesin frais. Peralatan APD ini berfungsi untuk melindungi serpihan masuk ke mata, mengurangi risiko menyentuh benda kerja yang relatif panas akibat pengerjaan, mencegah kulit terkena serpihan panas yang dapat menimbulkan iritasi, maupun risiko tersengat listrik yang dihasilkan oleh mesin. Berbeda dengan proses sebelumnya, proses degreasing berhadapan dengan bahan kimia berupa HCl untuk membersihkan pelat. Pada proses ini, sarung tangan karet, safety shoes, goggles, wear pack, dan sepatu yang tahan air sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak larutan asam tersebut dengan tubuh. Selain kontak langsung, penguapan HCl juga dapat terjadi sehingga harus diatasi dengan penggunaan masker untuk mencegah terhirupnya uap dari larutan tersebut. Seperti halnya penggunaan HCl, proses pengecatan juga menggunakan bahan kimia berupa cat Chemlock yang memiliki risiko bahaya apabila gas yang dihasilkan terhirup. Selain itu, apabila terkena mata atau kulit, cat juga dapat menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, pengendalian terhadap proses pengecatan menganjurkan untuk penggunaan masker, safety glasses, wear pack, dan sarung tangan. 28

13 29 Dalam mengendalikan risiko, tentu perusahaan juga harus turut memberikan kontribusi secara aktif demi terlaksananya SMK3 secara efektif. Selain menyediakan APD bagi pekerjanya, perusahaan juga harus senantiasa menyediakan anggaran untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Kamar las dibangun dengan tujuan agar karyawan lain yang tidak mengenakan APD seperti pekerja las, namun berada di sekitar pengelasan tidak terpapar sinar UV dan gas fume hasil pengelasan yang dapat memicu penyakit kanker. Selain itu kamar las berfungsi untuk mencegah terjadinya kebakaran karena dalam kamar tidak terdapat bahan-bahan yang dapat terbakar. Ruang asam berfungsi untuk memberikan temperatur/iklim yang tepat untuk penyimpanan lautan HCl agar tidak menguap karena gas hidrogen yang dihasilkan mudah terbakar. Setiap pekerja wajib mengikuti pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tujuan agar mengerti akan arti dari tanda-tanda hazard, pentingnya penggunaan APD, serta hak dan kewajibannya untuk menjamin keberlangsugan SMK Analisis Estimasi Biaya Penerapan SMK3 Biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan SMK3 yang telah dirancangkan didapatkan dari beberapa aspek yang ditunjukkan pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Total Cost pada Tahun Implementasi SMK3 No Penerapan yang Diusulkan Biaya (Rp) Pengeluaran Pada Tahun Implementasi 1 Penyediaan APD Rp Penyediaan lampu Rp Biaya listrik penerangan Rp Biaya listrik penyejuk ruangan Rp Pembangunan dan penyediaan 5 sarana K Rp Jumlah Biaya Biaya Kesehatan Setelah Implementasi Total Cost (B) Rp Rp Rp Pada perhitungan biaya yang hilang (lampiran 7 dan 8), indirect cost factor yang digunakan adalah sebesar 1,2. Nilai ini didapat dari estimasi indirect cost rate sebesar 20%. Dengan menggunakan nilai ini, perhitungan pada Lampiran 7 menunjukkan perincian biaya keselamatan dan kesehatan kerja sebelum melakukan implementasi, dimana didapatkan pengeluaran untuk membayar total ganti rugi sebesar Rp ,00 /tahun (A). Perincian biaya keselamatan dan kesehatan kerja sesudah melakukan implementasi pada lampiran 8, ditunjukkan bahwa pengeluaran untuk membayar total ganti rugi sebesar Rp ,00 /tahun. Tentunya diperlukan biaya untuk mengoptimalkan fungsi dari sarana SMK3 yang ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

14 30 Tabel 4.4 Pengeluaran Tahunan untuk Penerapan SMK3 No Penerapan yang Diusulkan Biaya (Rp) Pengeluaran Anual 1 Penyediaan APD Rp Penyediaan lampu Rp Biaya listrik penerangan Rp Biaya listrik penyejuk ruangan Rp Jumlah Biaya Rp Biaya Kesehatan Setelah Implementasi Rp Total Cost (C) Rp Perhitungan pengeluaran beberapa tahun ke depan dengan menggunakan metode interest factor untuk mengetahui apakah penerapan SMK3 tersebut akan memberikan keuntungan pada perusahaan ditunjukkan pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Perhitugan Biaya dengan Metode Interest Factor Setelah 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun A/P, i, n 0,8929 1,6901 2,4018 3,0374 3,6048 Sebelum Rp Rp Rp Rp Rp Sesudah Rp Rp Rp Rp Rp Selisih Rp ( ) Rp ( ) Rp Rp Rp Setelah 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun A/P, i, n 4,1114 4,5636 4,9676 5,3283 5,6502 Sebelum Rp Rp Rp Rp Rp Sesudah Rp Rp Rp Rp Rp Selisih Rp Rp Rp Rp Rp Contoh perhitungan: = P + A ) = Rp ,00 + Rp ,00 (2,4018) = Rp ,00 = P + A ) = Rp ,00 + Rp ,00 (2,4018) = Rp ,00 Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan bahwa PT Kakada Pratama akan menghasilkan pengeluaran yang lebih besar apabila tidak menerapkan SMK3 yang disarankan bagi lantai produksi barang jadi karet PT Kakada Pratama. Dengan menerapkan SMK3 yang disarankan maka PT Kakada Pratama akan menyimpan pengeluaran biaya ganti rugi keselamatan dan kesehatan kerja sebesar Rp ,00 di tahun ke-3 (tiga) di depan dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan biaya yang dapat disimpan setelah mengimplementasikan SMK3 dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai berikut:

15 Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Biaya yang Disimpan Setelah Penerapan SMK3 31

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LANTAI PRODUKSI BARANG JADI KARET PT KAKADA PRATAMA

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LANTAI PRODUKSI BARANG JADI KARET PT KAKADA PRATAMA PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LANTAI PRODUKSI BARANG JADI KARET PT KAKADA PRATAMA Jasinta Kusuma Bina Nusantara University, Jl. Pratama 2 blok Q-5, Kemang Pratama I Bekasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TABEL POKOK POKOK PERSYARATAN OHSAS 18001

LAMPIRAN 1 TABEL POKOK POKOK PERSYARATAN OHSAS 18001 36 36 LAMPIRAN 1 TABEL POKOK POKOK PERSYARATAN OHSAS 18001 KLAUSUL PERSYARATAN 4.1. Persyaratan umum 1. Kembangkan SMK3 yang memenuhi persyaratan OHSAS 18001. 2. Dokumentasikan SMK3 sesuai dengan OHSAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada CV. Motekar, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan gerakan-gerakan kerjanya, tata letak tempat kerja, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir ABSTRAK. Pada bagian proses produksi mochi kacang, pemilik pabrik ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya dengan cara memperbaiki kondisi di pabrik. Pada pabrik mochi ini terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil...

II.12 Methods Time Measurement (MTM-1)... II-18 II.13 Bagan Analisa... II-30 II.14 Pengukuran Antropometri... II-30 II.15 Perhitungan Persentil... ABSTRAK PT. Berdikari Metal Engineering memproduksi berbagai macam bagian sparepart motor. Masalah yang dihadapi perusahaan adalah keinginan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi waktu produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat perilaku kerja yang tidak aman yang tinggi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata merupakan salah satu bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Waktu Baku Aktual Setiap Stasiun Kerja yang Diamati Menghitung waktu baku aktual setiap stasiun kerja dengan metoda langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rangkuman

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan.

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA. Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan jembatan. 29 BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Dengan masuknya teknologi baru ke Indonesia, pada sekitar tahun 1976 di Indonesia mulai dikenal penggunaan bantalan karet sebagai perletakan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada perusahaan JOIES CLUB, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan menerapkan berbagai teknologi dan menggunakan bermacam-macam bahan. Hal ini mempunyai

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik perlu diperhatikan faktor pekerja, mesin dan peralatan serta lingkungan. CV.MOTEKAR adalah pabrik yang memproduksi berbagai jenis boneka.boneka yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan BORSANO merupakan sebuah home-industry yang bergerak di bidang produksi sepatu kulit. Saat ini perusahaan memiliki masalah yaitu waktu baku setiap stasiun kerja tidak diketahui, kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Jenis cacat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Sari Harum adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi kerupuk, dimana perusahaan tersebut ingin meningkatkan kelancaran sistem kerjanya, dalam memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara Indonesia ini, perkembangan teknologi masa kini menuntut manusia untuk mengikuti perkembangan di berbagai sektor, salah satu diantaranya adalah sektor industri.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tata letak tempat kerja saat ini : Tata letak tempat kerja keseluruhan PT Kecap Salem pada saat ini masih kurang baik. Gang yang terdapat dalam pabrik hanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 MESIN SILENT CUTTER TYPE SCR-250S Mesin cutter ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak utama dan V-belt untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7. Kesimpulan 7.. Waktu baku perusahaan. Waktu baku perusahaan yang merupakan waktu baku yang sudah dihitung dengan menambahkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT KOMATSU INDONESIA Nama : Fidhini Nurfidiah Firanti NPM : 33413439 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK Seiring dengan perkembangan jaman, industri makanan dan minuman bukan hanya sebatas menyediakan kebutuhan pokok manusia tetapi juga memberikan pelayanan yang dapat memuaskan selera dan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis mengenai sarana- sarana fisik dan lingkungan fisik ruangan laboratorium sistem produksi jurusan teknik industri ada yang sudah ergonomis

Lebih terperinci

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Brian Hadi W 1, Ade Sri Mariawati 2 12 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik,

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh)

Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 Di PT X (Studi Kasus : Produksi Teh) 1) Miftahul Barokah Farid, 2) Nur Rahman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan berbagai aktifitas setiap harinya. Hal ini terbilang wajar sehubungan dengan statusnya sebagai ibukota negara.

Lebih terperinci

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH Mutiara Dwi Putri, Sutarni, Marlinda Apriyani 1 Mahasiswa, 2 Dosen Politeknik Negeri Lampung 1, 3 Dosen Politeknik Negeri Lampung 2

Lebih terperinci

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN CONTOH... [Logo & Nama Perusahaan] RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) [digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pada zaman serba modern ini kebutuhan semakin meningkat. Salah satunya adalah pakaian. CV.Tiga Bintang Mulia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. Saat ini perusahaan mengalami

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN. Chest freezer EFE EFI EFL

PETUNJUK PENGGUNAAN. Chest freezer EFE EFI EFL PETUNJUK PENGGUNAAN Chest freezer ID 7084 718-00 EFE EFI EFL Indonesia 0 1 2 1 3 0 4 1 -! & & $ & $ ' ' - $ ' 5 6 ' +! $ / " ' 7 / " # $ / # " 8 9 : ; < = : > : < :? > : < : = @ : A : B : C : : =? : :

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring dengan banyaknya acara resmi ataupun keluarga, makanan menjadi sarana yang melengkapi. Jasa catering dalam hal ini banyak diperlukan untuk membantu penyelenggara acara dalam penyajian dan

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK Saat ini banyak orang belum mempunyai internet, sehingga banyak usaha yang menyediakan internet atau warung internet (warnet). Objek penelitian yang diambil yaitu warnet X di Bandung. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja

LOGO. Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Lingkungan Fisik Area Kerja LOGO Identifikasi Lingkungan Kerja Fisik No Jenis Area Temperatur Kebisingan Pencahayaan Udara Ruang Gerak Lantai Dinding Atap 1 Buffer area 27-30 C 85 dba Tidak ada bau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. 1. Plant Manager Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tugas Manager bertugas

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Split Type Air Conditioner AQA-KC05AGC6 AQA-KC05AG6 AQA-KC09AG6 Trouble shooting Page Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Agape Craft merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Quilt yang diberi merk AGAPE CRAFT. Perusahaan ingin mengetahui apakah metode kerja terutama pada stasiun potong dan setrika

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Panasia Indo Resources merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tekstil, yaitu pembuatan benang DTY. Pada perusahaan ini ada beberapa stasiun kerja, yaitu stasiun

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang terdapat pada Laboratorium 1 IT, Laboratorium 2 IT, dan Laboratorium 3 IT, ternyata

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERSEPSI PEKERJA TENTANG RISIKO KECELAKAAN KERJA DI DEPARTEMEN PRODUKSI DAN UTILITY PT. WILMAR NABATI INDONESIA DUMAI TAHUN 2012 Data Umum Responden No Responden

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Perancangan fasilitas fisik Perancangan fasilitas fisik yang baik bagi gerbong kereta api Argo Wilis penumpang kelas eksekutif dilihat dari sudut pandang

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci