IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek kebisingan dan pencahayaan ini diperhatikan dengan baik dalam suatu industri maka diharapkan akan diperoleh kondisi yang nyaman dan memenuhi standar K3 untuk hasil kerja yang optimal. Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek yang sudah melekat pada lingkungan kerja. Begitu juga dalam bengkel-bengkel yang di dalamnya terdapat sejumlah mesin yang beroperasi menghasilkan komponen-komponen pembentuk mesin dengan berbagai proses dan hasil akhir yang beragam juga tidak lepas dari dua aspek ini. Kebisingan yang ada dalam suatu industri dapat dideteksi dengan berbagai cara sehingga akan diketahui tingkat kebisingan yang ada. Kebisingan yang melebihi ambang batas sering kali disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari lingkup dekat lingkungan kerja, seperti besarnya daya mesin, tingginya putaran poros mesin, jenis transmisi yang digunakan atau hal-hal yang berhubungan dengan peralatan di dalam ruang kerja. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan kerja yang dekat biasanya dari luar ruang kerja, seperti kebisingan yang disebabkan kendaraan bermotor yang hilir mudik di jalan, atau bunyibunyian yang berasal dari luar lingkungan kerja lainnya. Umumnya suatu pabrik atau industri beroperasi menggunakan beberapa shift atau waktu gilir dari kelompok pekerja satu waktu dengan kelompok kerja waktu berikutnya. Akan tetapi berbeda pada industri konstruksi mesin. Kedua bengkel tidak ada sistem gilir waktu kerja (shift). Pada bengkel alsintan besar, pekerjaan dalam hari itu hanya dilakukan dalam sekali waktu selama 8 jam dari jam dengan istirahat 1 jam, Sedangkan pada CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana), pekerjaan dimulai dari jam dengan waktu istirahat 1 jam,

2 1. Kebisingan dan Pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) Pada bengkel ini terdapat sejumlah mesin yang digunakan antara lain mesin las listrik, mesin gerinda, mesin potong plat, dan mesin bubut. Sedangkan aktivitas yang dilakukan di dalamnya juga tidak terlalu banyak. Aktivitas pekerjaan yang ada berupa membubut poros, menghaluskan hasil pekerjaan setengah jadi, memotong plat dan mengelas dengan las listrik. Luas bangunan bengkel ini ± 500 m² yang terdiri dari ruang kerja, ruang utama produksi, gudang dan kamar mandi. Letak bengkel berada di sebuah area dengan pengaruh kebisingan eksternal yang relatif kecil. Kebisingan yang ada merupakan kebisingan internal yaitu kebisingan yang berasal dari aktivitas dalam lingkungan dekat kerja yang seperti bunyi mesin-mesin yang sedang digunakan. Angka kebisingan yang terjadi di tempat ini mencapai 102 db(a). Kebisingan ini dihasilkan oleh mesin gerinda. Sedangkan mesin las listrik juga menghasilkan kebisingan yang cukup tinggi tetapi masih di bawah nilai ambang batas yang diijinkan. Sedangkan mesin bubut tidak menghasilkan kebisingan karena bunyi yang dihasilkannya relatif tenang. Sehingga kebisingan pada bengkel ini termasuk ke dalam jenis kebisingan terputusputus. Sedangkan aspek pencahayaan pada bengkel ini sangat bergantung pada pantulan cahaya matahari. Konstruksi bangunan bengkel belum modern. Hal ini terlihat selain pada konstruksi atap, tembok dan lantainya yang tidak terawat, juga pada tata letak ruangannya yang masih belum tertata rapih. Barang-barang setengah jadi yang dihasilkan belum tersimpan pada ruang penyimpanan yang layak. Gudang yang disediakan pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pencahayaan yang ada tidak merata di setiap sudut ruangan dan hanya terfokus pada daerah-daerah tertentu. Pencahayaan optimal ada pada daerah-daerah di sekitar daerah yang mendapatkan cahaya matahari secara langsung. Di sanalah kegiatan di bengkel ini dilakukan. Sedangkan di daerah lain yang jauh dari daerah yang terkena matahari langsung tidak ada aktivitas produksi di sana, karena cahaya 20

3 yang ada kurang. Pada daerah yang jauh dari daerah cahaya matahari langsung digunakan sebagai tempat barang-barang setengah jadi yang sedang dalam proses pengeringan atau sedang menunggu untuk dikerjakan lebih lanjut. Sehingga penyimpanan barang tidak ditempatkan pada ruangan khusus penyimpanan. Sebaran tingkat pencahayaan yang terjadi yaitu antara lux. Daerah dengan tingkat pencahayaan 15 lux adalah daerah yang terjauh dari pantulan cahaya matahari. Sedangkan daerah dengan intensitas pencahayaan sebesar 3000 lux adalah daerah yang ada di bawah pantulan cahaya matahari langsung. Ket: sumbu x dan y menunjukkan jarak (m) Gambar 3. Kontur kebisingan di CV. Daud Teknik Maju 21

4 Ket: sumbu x dan y menunjukkan jarak (m) Gambar 4. Kontur pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju 2. Kebisingan dan Pencahayaan di PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar) Di bengkel alsintan besar terdapat pembagian unit untuk menghasilkan jenis alsintan tertentu. Terdapat 10 unit dengan jenis mesin yang diproduksi berbeda-beda. Adapun kondisi dan aktivitas di masing-masing unit tidak berbeda jauh karena mesin-mesin yang beroperasi adalah mesin dengan jenis yang sama hanya saja jumlahnya bisa berbeda. Bengkel alsintan besar ini memproduksi mesin sosoh dan mesin pemutih beras. 22

5 Jenis mesin yang ada sangat beragam, begitu pula dengan jumlahnya. Di antara mesin yang ada yaitu mesin gergaji, mesin bubut, mesin milling, mesin penitik, mesin potong plat, mesin gerinda, mesin vibra, mesin bor, mesin tekuk, mesin potong siku, mesin las listrik dan mesin-mesin listrik yang lain dengan jumlah keseluruhan mesin 80 buah. Adapun aktivitas yang dilakukan berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan pembuatan mesin mesin untuk menyosoh beras dan memutihkan beras, yang dimulai dari pengukuran bahan atau plat besi, pemotongan dan pembentukan komponen-komponen mesin, mengelas komponen, hingga pengecatan dan perakitan. Kebisingan yang ada di unit ini merupakan kebisingan internal yakni berasal dari mesin-mesin yang sedang beroperasi di dalam bengkel. Kebisingan eksternal tidak ada, karena unit ini tidak berdekatan dengan jalan umum. Di antara beragam mesin, terdapat mesin yang menghasilkan angka kebisingan sangat tinggi yaitu mesin gerinda jalan mencapai kebisingan 103,56 db(a), mesin cutting wheel (gerinda duduk) mencapai kebisingan 102,83 db(a), mesin potong pelat mencapai kebisingan 101,83 db(a), suara blower painting mencapai kebisingan 102,28 db(a) dan mesin las listrik mencapai kebisingan 103,04 db(a). Sehingga kebisingan yang dihasilkan mesin-mesin ini menutupi kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin lain di sekitarnya yang pada saat yang bersamaan sedang beroperasi. Kebisingan pada unit ini hanya dirasakan berlebihan pada titik-titik tertentu yaitu pada mesin yang menghasilkan kebisingan kuat. Titik-titik tersebut berada pada daerah yang berdekatan dengan ruang gerinda jalan, mesin gerinda duduk(cutting wheel), mesin potong pelat, mesin las listrik dan ruang cat. Sedangkan daerah yang relatif jauh dari mesin-mesin tersebut tidak begitu bising meskipun mesin yang ada sedang beroperasi. Karena mesinmesin selain selain itu relatif tenang dengan kebisingan di bawah NAB. Mesin gerinda dan cutting wheel ini bisa menghasilkan kebisingan yang berubah ubah selama rentan waktu tertentu. Begitu juga dengan mesin las listrik menghasilkan angka kebisingan yang selalu berubah selama rentan waktu tertentu. Hal ini disebabkan pengaruh dari beberapa hal seperti kekerasan benda kerja maupun kualitas mesin. Sehingga kebisingannya 23

6 tergolong pada kebisingan terputus-putus juga termasuk kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dan fluktuatif (fluctuating noise). Pada daerah mesin potong plat yang menghasilkan kebisingan hingga 101,83 db(a) termasuk ke dalam jenis kebisingan impulsif berulang. Adapun pencahayaan di unit ini telah terpenuhi secara konstruksinya di tambah juga penambahan cahaya pada kondisi dan titik-titik tertentu. Unit AEU bengkel alsintan besar dengan luas m² dan tinggi ± 5 m secara konstruksi telah memiliki desain pencahayaan yang baik. Selain itu untuk mengoptimalkan penglihatan dalam bekerja dan menentukan ketelitian angka-angka atau ukuran yang diinginkan tehadap benda kerja, pada mesin mesin tertentu disertai lampu sebagai cahaya tambahan. Di dalam bangunan itu juga dipasang lampu-lampu penerang sebagai penambah cahaya saat cuaca sedang mendung. Bangunan AEU memiliki atap yang terbuat dari asbes dan sebagai pencahayaan ruangan menggunakan fiber. Sehingga pencahayaan yang dihasilkan pun sangat sangat baik dan teratur. Sebaran angka intensitas cahaya hasil pengukuran mulai dari 100 lux hingga 5000 lux. Angka ini termasuk ke dalam angka yang optimal sesuai dengan kebutuhan pada aktivitas yang dilakukan pekerja. 24

7 Ket: sumbu x dan y merupakan jarak (m) Gambar 5. Kontur kebisingan PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) 25

8 Ket: sumbu x dan y merupakan jarak (m) Gambar 6. Kontur pencahayaan PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) 26

9 B. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan titik maksimum yang diperbolehkan pekerja untuk berada di tempay kerja. NAB untuk kebisingan ada tiga standar yaitu standar OSHA (Occupational Safety and Healthy Association), ISO (International Standard Organization), dan standar yang digunakan di Indonesia yaitu standar yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Menaker). Standar ketiganya seperti yang tertulis pada tabel 3 yang disesuaikan dengan lama waktu kerja yang digunakan oleh suatu industri. 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) Pada bengkel alsintan sederhana ini diterapkan waktu kerja selama 7 jam dari jam dengan waktu istirahat 1jam, Sedangkan angka kebisingan maksimal yang terjadi adalah 102,2 db(a). Bila disesuaikan dengan nilai ambang batas yang diijinkan, angka kebisingan ini memiliki beberapa perbedaan batasan lama waktu kerja. Bila menurut standar OSHA, waktu yang diijinkan untuk berada di daerah itu adalah 93,6 menit/hari. Menurut standar ISO, lama waktu yang diijinkan berada di daerah itu adalah 9,36 menit/hari. Sedangkan menurut Menaker waktu yang diijinkan untuk berada di daerah tersebut adalah 46,8 jam/hari. Dengan demikian lama waktu yang diterapkan melebihi batas. Pencahayaan minimum di bengkel ini tercatat 15 lux. Sedangkan pencahayaan maksimum tercatat 3000 lux. Pada bengkel sederhana ini memang tidak merata dalam hal pencahayaannya. Sumber cahayanya pun sepenuhnya mengandalkan cahaya matahari. Kegiatan menggerinda, mengelas dan membubut merupakan kegiatan yang membutuhkan penerangan cukup besar. Seperti tertulis di tabel 4 kegiatan-kegiatan dengan mesin ini akan bisa optimal jika cahaya yang digunakan juga sesuai. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan tersebut minimalnya memerlukan cahaya sebesar 300 lux. 27

10 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di bengkel alsintan besar Bengkel ini menerapkan sistem lama waktu bekerja perharinya yaitu 8 jam dari jam sampai jam dengan waktu istirahat 1 jam, jam Angka kebisingan yang terukur tinggi ini memiliki dampak pembatasan terhadap waktu untuk berada di daerah itu menurut standar yang ada.berikut ini pemaparan waktu yang diijinkan berada di daerah bising yang ada. Tabel 5. Waktu yang aman menurut standar ISO, OSHA dan Menaker Mesin Waktu yang diijinkan menurut standar Nilai bising ISO OSHA MENAKER (db(a)) (menit/hari) (menit/hari) (menit/hari) Gerinda jalan 103,56 7,47 77,28 38,64 Geinda duduk 102,82 7,92 86,04 43,02 Potong pelat 101,83 10,44 98,04 49,02 Blower 102,28 9,3 92,64 46,32 Las listrik 103,04 7,45 83,52 41,76 Pencahayaan minimum di bengkel ini yaitu 100 lux yang ada di ruang cat. Ruangan ini tidak memiliki sumber cahaya untuk matahari, dan hanya menggunakan lampu neon 40 watt sebanyak 4 buah dengan ukuran ruangannya 6x6 m 2. Sedangkan pencahayaan maksimum mencapai 5000 lux yang tersebar di ruang selain ruang cat. Kegiatan-kegiatan di dalamnya seperti menggerinda, mengelas, menitik, membubut, memiling, merakit dan mengecat dan menggaris dan memotong plat termasuk ke dalam kegiatan yang membutuhkan ketepatan tinggi karena berhubungan dengan presisi angka benda-benda yang akan dikerjakan. Sehingga kegiatan-kegiatan ini memerlukan penerangan yang cukup besar. Seperti dituliskan pada tabel 4, cahaya yang dibutuhkan minimal adalah 450 lux. Jadi untuk ruangan pada umumnya di bengkel ini sebagian besar pencahayaannya sudah sesuai dengan standar. 28

11 C. Pengaruh Kebisingan dan Pencahayaan terhadap Pekerja Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan sehingga pada kondisi tertentu bisa menjadi suatu gangguan. Kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin di suatu pabrik memiliki dampak yang serius yang akan dirasakan oleh para pekerja. Dampak tersebut bisa dirasakan dalam jangka waktu yang relatif panjang (tahunan) atau bisa juga dirasakan dalam jangka waktu yang relatif pendek (bulanan). Disadari atau tidak, kebisingan memiliki pengaruh bagi kesehatan. Apabila dilihat dari hasil kuesioner yang telah diberikan kepada para pekerja diperoleh beberapa informasi tentang kondisi mereka selama mereka berada di tempat kerja. Sebanyak 56,6 % atau lebih dari separuh dari jumlah pekerja mengaku mereka bekerja di tempat yang bising, meskipun demikian kondisi ini mereka anggap masih dalam batas kenyamanan sehingga sebagian besar (96,6 %) para pekerja merasa nyaman bekerja di tempat kerjanya. Kenyamanan yang mereka rasakan ini apabila diteliti lebih jauh lagi tidak terlepas dari kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang mereka operasikan dan dari kemampuan penyesuaian diri mereka. Di daerah mesin bubut, mesin bor dan perakitan, kebisingan yang dirasakan oleh pekerja masih di bawah nilai ambang batas sehingga para pekerja tidak merasakan adanya kebisingan yang mengganggu, baik itu mengganggu kesehatan maupun kenyamanan. Selain itu, meskipun para pekerja menganggap kebisingan di sekitar mereka itu berbahaya, mereka mengaku sudah terbiasa dengan kondisi ini karena mereka juga merasa tidak bisa mengendalikan kondisi ini. Adapun pengaruh pencahayaan yang dirasakan kurang bisa berupa kelelahan pada mata saat bekerja pada mesin-mesin yang memerlukan tingkat presisi yang tinggi. Pekerja yang mengoperasikan mesin- mesin bubut, mesinmesin bor, mesin miling, mesin potong, dan perakitan memerlukan pencahayaan yang cukup besar yakni di atas 200 lux. Jika pencahayaan yang ada kurang dari itu maka pekerja mesin-mesin ini akan cepat mengalami kelelahan mata. Sedangkan pada ruang cat cahaya yang diberikan belum 29

12 mencapai 200 lux. Padahal untuk pekerjaan ini akan lebih optimal jika menggunakan cahaya yang lebih besar, sehingga hasil yang diperoleh dari pengecatan juga semakin baik. Hasil kuesioner menunjukkan sebagian pekerja mengaku bahwa tempat mereka bekerja memiliki sistem pencahayaan yang baik dan sebagian merasakan cukup. Lampu sebagai cahaya tambahan dirasa perlu hanya pada saat-saat tertentu seperti ketika mendung. Dan hasil kuesioner juga dapat diketahui bahwa 73,3 (%) dari pekerja tidak mengalami keluhan serius dengan pencahayaan yang ada. Pada gambar 8 juga dapat dilihat bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah kelelahan. Hal ini juga bisa dikarenakan kelelahan akibat kerja mata yang terlalu berat yang berhubungan dengan angka-angka pada mesin yang dioperasikan yang tetntunya membutuhkan pencahayaan atau penerangan yang tinggi. Sedangkan pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap kualitas pekerjaan dan kenyamanan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Jenis keluhan yang dialami pekerja 30

13 Gambar 8. Jenis gangguan yang dialami pekerja D. Upaya Pengendalian Kebisingan dan Optimasi Pencahayaan Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, kebisingan memiliki pengaruh terhadap pekerja baik dalam hal kesehatan maupun kenyamanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas produksi suatu perusahaan. Oleh karena itu pengendalian kebisingan harus ditangani dengan serius agar kondisi yang ada tidak mengakibatkan kefatalan baik untuk pekerja maupun produktifitas perusahaannya. Ketika kebisingan sudah melebihi nilai ambang batas maka upaya pengendalian kebisingan itu merupakan suatu keharusan. Upaya pengendalian ini dimulai dari pengurangan dan pengendalian tingkat kebisingan sumber, pelemahan intensitas dengan memperhatikan faktor alamiah seperti jarak, sifat media, mekanisme rambatan dan vegetasi serta upaya reduksi atau isolasi getaran sumber, pemasangan penghalang, desain struktur dan pemilihan bahan peredam. Pada kedua bengkel baik bengkel alsintan sederhana maupun bengkel alsintan besar, kebisingan tertinggi dihasilkan oleh mesin gerinda. Pada CV. Daud Teknik Maju operasi mesin gerinda menghasilkan kebisingan hingga 102 db, sehingga untuk sampai pada batas kebisingan yang diijinkan membutuhkan reduksi sebesar 17 db. Sedangkan pada bengkel alsintan besar, mesin gerinda menghasilkan kebisingan sebesar 103 db, sehingga untuk sampai pada nilai ambang batas yang diijinkan harus direduksi sebesar 18 db. 31

14 Kebisingan yang ada di daerah mesin gerinda memang berasal dari mesin gerinda sendiri yakni dipengaruhi oleh kekerasan dari benda kerjanya. Pada bengkel alsintan besar kebisingan juga dihasilkan oleh mesin potong plat, gerinda cutting wheel, mesin las listrik dan blower pada ruang cat. Kebisingan dari mesin plat sebenarnya bersumber dari bunyi plat yang dipotong kemudian jatuh, sehingga bukan berasal dari mesin potongnya. Upaya pengendalian kebisingan ini yaitu dengan cara memasang selubung akustik dari bahan peredam getaran. Bahan yang digunakan sebagai peredam memiliki sifat menyerap intensitas kebisingan sehingga intensitasnya akan berkurang. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyediakan ruang tersendiri untuk kegiatan menggerinda kemudian memberikan peredam kebisingan pada dinding ruangan. Hal ini bisa mengurangi kebisingan yang dipancarkan oleh ruang gerinda sehingga daerah di sekitarnya tidak bising. Begitu pula dengan mesin las listrik dan ruang cat, hendaknya disediakan ruang yang disertai dengan peredam kebisingan. Adapun beberapa contoh bahan yang dapat meredam bunyi ada di tabel 5. Tabel 6. Beberapa contoh bahan peredam bunyi Bahan Tebal Koefisien peredaman rata-rata (mm) Pada frekuensi Hz Fiber glass Wol mineral Lapis jerami Lapis wol kayu Sumber: SPLN 46-1 : 1981 Setelah upaya kebisingan itu dilakukan dari sumber bisingnya, maka pengendalian kebisingan pada pekerja juga dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan yang diterima harian. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi kebisingan yang masuk ke telinga yaitu alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk kedalam telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas 32

15 kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Alat pelindung umumnya dapat dibedakan menjadi: 1. Sumbat Telinga (Ear Plug) Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 db(a). Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible ear plug, yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, non dispossible ear plug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau relatif cetak. Dalam pemakaiannya sumbat telinga mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pemakaian sumbat telinga yaitu : a. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil b. Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas c. Tidak membatasi gerak kepala d. Harga relatif lebih murah dari pada tutup telinga e. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut Sedangkan kerugiannya antara lain: a. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga untuk pemasangan yang tepat b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat oleh pengawas d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat 33

16 e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi 2. Tutup Telinga (Ear Muff) Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektivitas telinga menurun yang disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising s/d db(a) dengan frekuensi Hz. Keuntungan dari tutup telinga (earmuff) adalah : a. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda b. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas c. Dapat dipakai pada telinga yang terkena infeksi (ringan) d. Tidak mudah hilang Kerugian dari tutup telinga adalah : a. Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas b. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga c. Tidak mudah dibawa atau disimpan d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit e. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga 3. Helmet (Enclosure) Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi intensitas bising maksimum 35 dba pada 250 Hz sampai 50 dba pada frekuensi tinggi. Beberapa contoh helmet yang direkomendasikan dapat dilihat di lampiran. 34

17 Selain itu, terdapat beberapa jenis pelindung telinga yang dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan yang dirasakan oleh telinga dengan beberapa tingkat reduksinya. Sehingga untuk bengkel sederhana dengan tingkat kebisingan yang mencapai 102,2 db(a) dapat mengalami reduksi kebisingan jika menggunakan beberapa jenis pelindung telinga. Begitu pula dengan bengkel besar dengan kebisingan yang dihasilkan juga bisa direduksi dengan menggunakan jenis pelindung di bawah ini. Peredaman yang dihasilkan oleh jenis pelindung telinga dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Peredaman tingkat kebisingan berbagai jenis pelindung telinga Peredaman Tingkat Bising *) [db(a)] Jenis Pelindung Hz Hz Hz Hz Sumbat telinga (2) (2) (3) (3) Sumbat kapas berlilin (7) (9) (9) (8) Sumbat wol gelas (4) (5) (4) (7) Sumbat tercetak sesuai telinga ybs (7) (8) (5) (5) Penutup berperapat busa (6) (5) (6) (8) Penutup berperapat cairan (6) (6) (6) (6) Helm penerbang (4) (5) (4) (5) *) angka dalam kurung menyatakan (deviasi) standar Sumber : SPLN Hz 12 (6) 27 (11) 29 (6) 30 (5) 36 (7) 38 (7) 48 (7) 4000 Hz 12 (4) 32 (9) 35 (7) 41 (5) 43 (8) 47 (8) 59 (9) 8000 Hz 9 (5) 26 (9) 31 (8) 28 (7) 31 (8) 41 (8) 54 (9) 35

18 Gambar 9. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan sederhana Gambar 10. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar (lokasi mesin gerinda jalan) 36

19 Gambar 11. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin gerinda duduk Gambar 12. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin potong pelat 37

20 Gambar 13. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin blower painting Gambar 14. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin las listrik 38

21 Jenis Aktivitas Tabel 8. Klasifikasi kuat penerangan Kategori Iluminasi, KI Nilai Iluminasi (lux) Ruang Kerja Ruangan publik A Temporary visit B Pencahayaan umum Ruangan kerja C Untuk kerja visual D Komputer Untuk kerja visual Untuk kerja visual periode lama Sumber : Kroemer, 2001 E F Tugas dengan ketelitian Tugas dengan ketelitian tinggi Berdasarkan tabel 7, data pencahayaan di kedua bengkel dapat diolah untuk didapatkan informasi tentang kondisi sistem pencahayaannya. Adapun persentase kriteria iluminasi dari kedua bengkel dapat dilihat pada tabel 8. Dari persentase kriteria iluminasi tersebut menunjukkan bahwa sistem pencahayaan di bengkel alsintan sederhana sudah cukup baik meskipun masih ada daerah-daerah tertentu yang pencahayaannya kurang (19%) dan kurang cukup (12.5%). Pencahayaan bengkel ini dapat dioptimalkan dengan cara pemberian jendela sebagai jalannya cahaya matahari pada daerah-daerah yang dirasa kurang terang. Dapat juga dengan menggunakan cat ruangan yang memiliki daya pantul cahaya yang baik dan pemberian lampu-lampu. Sedangkan pada bengkel alsintan besar, kriteria iluminasi menunjukkan bahwa bengkel memiliki sistem pencahayaan yang cukup baik. Bahkan di dareh-daerah tertentu telah memiliki pencahayaan yang baik (43.2%) dan sangat baik (3.45%). Sehingga optimasi pada bengkel ini hanya diperlukan pada (1.72%) daerah yang pencahayaannya cukup yakni pada daerah atau ruang cat, gosok dan ruang oven. Kegiatan mengecat, mengeringkan dan menggosok memang berada pada satu ruangan yang menggunakan cahaya lampu, bukan pantulan cahaya matahari. Sehingga perlu adanya lampu yang bisa menerangi ruangan dengan intensitas lebih dari 200 lux. 39

22 besar Tabel 9. Kriteria Iluminasi CV. Daud Teknik Maju dan bengkel alsintan Kriteria Iluminasi CV. Daud Teknik Maju PT. Agrindo (%) (%) A 19 0 B C D E F Keterangan Kriteria Iluminasi A : Kurang B : Kurang cukup C : Cukup D : Cukup baik E : Baik F : Sangat baik 40

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi komunikasi dan transformasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR AZZAH KHOIRUN NISA F14061039 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

SISTEM KERJA. Nurjannah

SISTEM KERJA. Nurjannah SISTEM KERJA Nurjannah Definisi Sistem Kerja Sistem adalah komponen komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama guna mencapai tujuan tertentu. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap suara Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memilki nilai kebaikan. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik A. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik Fisika Bangunan 2: Bab 7. Penyerapan Suara Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T yeffry@unikom.ac.id 64 Penyerap akustik dalam ruangan Penyerapan bunyi Bahan lembut, berpori dan kain serta juga manusia menyerap

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja 1. Identifikasi Ukuran Identifikasi ukuran komponen merupakan langkah untuk menentukan ukuran dalam pembuatan casing mesin pemoles. Berdasarkan

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAGIAN III : AKUSTIK

BAGIAN III : AKUSTIK BAGIAN III : AKUSTIK Parameter Akustik dba Tingkat bunyi yang disesuaikan terhadap profil dari kepekaan telinga manusia. Bising Latar Belakang (Background Noise) Tingkat Tekanan suara lingkungan / ambient

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata merupakan salah satu bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan menerapkan berbagai teknologi dan menggunakan bermacam-macam bahan. Hal ini mempunyai

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI PAKAIAN KERJA 1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan dialami pekerja. 2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja 3. Pakaian yang longgar/dasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebisingan di Ruang-ruang Pengolahan Dalam pengolahan teh dibutuhkan mesin-mesin untuk memproduksi teh dalam skala besar untuk meningkatkan produktivitas teh. Di sisi lain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.2 ANALISIS PENGUKURAN DENGAN PARAMETER GAIN 24 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil percobaan berdasarkan perencanaan dari sistem yang telah dibuat dengan referensi yang ada. Dalam percobaan

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan dan hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM Batara Sakti 2408100040 Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Pada Kamar Hotel membutuhkan ketenangan dan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation

Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation Section 14.4 airborne sound insulation of double-leaf partitions Section 14.5 structure-borne sound insulation 14.4 Isolasi bunyi pada kolong udara dengan partisi double lapis Seperti yang terlihat dari

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada CV. Motekar, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai

Lebih terperinci

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL

DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL DESAIN JENDELA UNTUK MENAHAN KEBISINGAN PADA RUMAH TINGGAL Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon (0291) 681024 Abstraksi : Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN Pendahuluan Apartemen dapat dikatakan sebagai penyatuan banyak bangunan tempat tinggal menjadi satu bangunan berlantai banyak yang terdiri dari beberapa unit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci