BAB II LANDASAN TEORI. Dasar teori untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan job commitment

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Dasar teori untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan job commitment"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Dasar teori untuk menjawab pertanyaan mengenai hubungan job commitment dengan motivasi berprestasi pada tenaga penjual kartu kredit di kota Medan adalah teori motivasi berprestasi, job commitment, dan tenaga penjual. Di bawah ini akan diuraikan mengenai teori-teori tersebut. A. MOTIVASI BERPRESTASI 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Teori motivasi berprestasi dikemukakan oleh David McClelland. Ia mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah karyawan yaitu : kebutuhan akan prestasi (need of achievement), kebutuhan akan afiliasi (need of affiliation), dan kebutuhan akan kekuatan (need of power) (McClelland, 1987). Hasibuan (2003) menambahkan, dari ketiga kebutuhan tersebut, kebutuhan akan prestasi yang kemudian mendorong munculnya motivasi berprestasi. Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu kebutuhan berprestasi ini akan mendorong sesorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal. Namun motivasi keinginan pencapaian ini diimbangi dengan keinginan menghindari kegagalan, sehingga perilaku mungkin diarahkan ke tujuan dengan kesukaran

2 menengah dan bukannya kebutuhan dengan kesukaran tinggi (Atkitson & Feather dalam Jewell & Siegeall, 1998). McClelland, dkk (1953) menyebutkan motivasi berprestasi dapat digunakan dalam konteks bekerja dan belajar. Menurut McClelland, dkk (1953) motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan daripada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1987) bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Standar prestasi yang dimaksud bisa berupa hasil pelaksanaan tugas, perbandingan dengan prestasi sendiri dan perbandingan dengan orang lain (Heckhausen, 1967). Pencapaian standar prestasi digunakan oleh individu untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Individu yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sejalan dengan teori McClelland, Sabur (dalam Dahlani, 2009) menyatakan bahwa motivasi berprestasi didefinisikan sebagai suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental. Dari pendapat tersebut, Sabur (dalam Dahlani, 2009) mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya

3 tersebut akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan. Ahli lain yakni Gellerman (dalam Dahlani, 2009) menyatakan, bahwa motivasi berprestasi ditandai dengan adanya perasaan senang saat berhasil memenangkan suatu persaingan dan keberanian menanggung segala resiko sebagai konsekuensi dari usaha untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (dalam Dahlani, 2009) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi. Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan. Di mana nilai kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaannya dengan suatu keberhasilan atas penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu maupun berupa keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu nilai kehormatan. 2. Ciri Motivasi Berprestasi Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang dijabarkan oleh McClelland (1987), yakni sebagai berikut : a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang

4 Mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak menyukai tugas yang terlalu mudah atau tidak menantang, yang dinilai tidak mampu memuaskan kebutuhan berprestasi mereka. Mereka berpendapat jika tugas terlalu mudah, tidak ada alasan utuk terlihat lebih baik karena semua orang pasti dapat melakukannya. Namun disisi lain mereka juga tidak menyukai tugas yang terlalu sulit karena hal ini dapat menghambat kesempatan mereka untuk meraih sukses. Mereka tidak tertarik untuk melakukannya karena kemungkinan untuk gagal terlampau besar. Maka dari itu orangorang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi menyenangi tugas, pekerjaan, dan vokasional yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan kemampuan mereka dengan tuntutan dari pekerjaan mereka tersebut b. Bertanggung jawab secara personal atas performa kerja Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih untuk bertanggungjawab secara personal untuk performa mereka, karena hanya dalam kondisi tersebut mereka dapat memperoleh kepuasan setelah melakukan sesuatu yang lebih baik. individu tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya hingga tuntas, dan selelau ingat akan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan. Intinya, mereka fokus pada peningkatan performa mereka secara pribadi, tanpa memperhatikan apakah prestasi tersebut berpengaruh bagi anggota kelompok mereka atau tidak.

5 c. Menyukai umpan balik (feedback) Orang dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi menyukai performa mereka dapat dibandingkan dengan yang lain. Mereka senang mendapatkan umpan balik yang tepat, cepat dan jelas dari apa yang telah mereka kerjakan. Umpan balik menunjukkan seberapa baik mereka telah bekerja. Mereka selalu mengontrol hasil kerja mereka karena tidak suka mengambil risiko untuk gagal. d. Inovatif Mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi juga selalu berupaya untuk lebih inovatif, menemukan cara baru yang lebih baik dan efisien untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Hal yang mendorong mereka untuk bertindak seperti itu disebut dengan motif efisiensi. Mereka menghindari segala sesuatu yang monoton dan berhubungan dengan rutinitas. Mereka senang mencari informasi untuk menemukan cara menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Morgan, dkk (1986) menambahkan, ketika orang yang memiliki kebutuhan berprestasi meraih kesuksesan, mereka akan terus meningkatkan level aspirasi mereka dengan cara yang realistis, jadi mereka dapat bergerak menuju tugas yang lebih sulit dan menantang. e. Ketahanan (persistence) Orang dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi ternyata juga memiliki ketahanan kerja yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugas. Mereka memiliki ketahanan yang lebih dalam menghadapi kegagalan yang

6 mungkin ditemui dalam pekerjaan. Individu tersebut umumnya mampu bertahan terhadap tekanan sosial yang ada. Hal ini didorong dengan kepercayaan bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat dan baik serta mampu mengerjakan pekerjaan yang serupa dengan hasil yang lebih baik di masa depan. Namun ketahanan ini tetap tergantung pada kemungkinan mereka untuk meraih sukses. 3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Andreani (dalam Kadir 2009) menjelaskan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada karyawan dilihat dari sumbernya secara umum terbagi 2 (dua) yaitu : faktor internal dan eksternal. a. Faktor internal Bersumber dari dalam diri individu seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian. Berdasarkan jenis kelamin, McClelland (dalam Schultz & Sydney, 1993) menjelaskan bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Troll & Schwartz (dalam Sopah, 1999) menambahkan bahwa perbedaannya terletak pada perlakuan dan sosialisasi, dimana laki-laki lebih dilatih untuk aktif, kompetitif, dan mandiri sementara perempuan dibiasakan pasif, bergantung pada orang lain, dan kurang percaya diri. Dari segi usia, Schultz & Sydney (1993) mengatakan bahwa kualitas motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia individu. Motivasi berprestasi individu tertingggi pada usia tahun dan mengalami penurunan setelah usia pertengahan (middle age) yang berkisar

7 antara tahun. Dari segi tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, Mulyawati (2008) mengatakan bahwa seorang karyawan yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan mempunyai pengalaman kerja pasti mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi dalam bekerja, sehingga dengan hasil kerja yang baik mereka akan mendapat upah atau gaji yang tinggi dari apa yang mereka lakukan. Herzberg (dalam Siagian, 1995) menyatakan, motivasi berprestasi lebih dipengaruhi oleh faktor yang sifatnya intrinsik dan dihubungkan dengan kepuasan kerja, seperti keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karir, dan pertumbuhan professional dan intelektual yang dialami sesorang. Kepuasan kerja menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada diri seseorang (Irawan, 2007). Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak dari sikap karyawan terhadap pekerjaan yang dijalani dan dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja karyawan untuk dapat bekerja dengan baik dan secara langsung mempengaruhi prestasi karyawan. Kepuasan kerja disini juga merupakan salah satu dimensi dari job commitment (Morrow & McElroy, 1986), dimana orang yang puas akan pekerjaannya akan memiliki job commitment yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak merasa puas akan pekerjaannya akan memiliki job commitment yang rendah.

8 b. Faktor eksternal Meskipun motivasi berprestasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal, sejumlah ahli juga mengungkapkan beberapa faktor eksternal yang turut mempengaruhi. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi sesorang yang bersumber dari luar diri individu tersebut, terdiri dari : hubungan pimpinan dengan bawahan, hubungan antar rekan sekerja, sistem pembinaan dan pelatihan, sistem kesejahteraan, lingkungan fisik tempat kerja (Andreani dalam Kadir, 2009), status kerja, administrasi dan kebijakan perusahaan (Herzberg dalam Siagian, 1995), harapan orangtua terhadap anaknya, pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan, latar belakang budaya seseorang dibesarkan, peniruan tingkah laku, dan lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung (McClelland dalam Sukadji & Singgih, 2001). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita lihat sejumlah faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi baik internal maupun eksternal. Dari faktor internal, ditemukan bahwa kepuasan kerja terkait erat dengan job commitment seseorang. Job commitment sendiri akan dibicarakan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya. B. JOB COMMITMENT Morrow (1993) mengungkapkan 5 (lima) bentuk universal dari komitmen kerja, yaitu: protestan work ethic, career commitment, organizational commitment (terbagi atas affective dan continuance commitment), serta job commitment.

9 Career commitment yang berfokus pada peningkatan karir seseorang, dan organizational commitment yang berfokus pada komitmen terhadap organisasi tempat seseorang bekerja, berbeda dengan job commitment yang berfokus pada komitmen terhadap jenis pekerjaan yang dijalani saat ini. Selanjutnya dibahas tentang pengertian job commitment. 1. Pengertian Job Commitment Lodahl dan Kejner (dalam Cohen, 2003) menyatakan bahwa job commitment adalah internalisai nilai-nilai kebaikan dari suatu pekerjaan ataupun pentingnya pekerjaan tersebut dalam mempengaruhi harga diri seseorang. Mereka kemudian menyatakan bahwa orang yang memiliki job commitment menganggap pekerjaannya adalah bagian terpenting dalam hidup mereka, dan secara pribadi sangat dipengaruhi oleh situasi dari pekerjaannya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki job commitment tidak mementingkan pekerjaan dalam kehidupannya. Pekerjaan bukan merupakan bagian penting bagi kehidupan psikologisnya, ketertarikan hidupnya tidak bersumber dari pekerjaan dan inti dari gambaran diri, identitas dirinya, tidak dipengaruhi oleh jenis pekerjaan atau seberapa baik ia menjalankan pekerjaan tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Morrow (1983) mendefinisikan job commitment sebagai derajat dimana seseorang secara psikologis mengidentifikasikan dirinya terhadap pekerjaannya: dimana performa pekerjaan dapat berdampak pada self esteem sesorang. Job commitment menurut Lawler & Hall (dalam Bashaw & Grant, 1994) bukan merujuk kepada organisasi maupun kepada karier seseorang, tetapi kepada pekerjaan itu sendiri. Seseorang merasa terikat dengan pekerjaan

10 memiliki perasaan yang kuat atas tugas atau kewajiban dari pekerjaannya, dan menempatkan nilai hakiki atas pekerjaannya sebagai central life interest. Ingram, Lee & Skinner (1989) juga menambahkan, job commitment menggambarkan keterikatan dan keterlibatan yang tinggi pada aktivitas dari pekerjaan yang ditekuni. Definisi yang hampir sama diungkapkan oleh Kanungo (dalam Carmeli, Elizur & Yanif, 2007) yang menyatakan bahwa job commitment adalah keyakinan seseorang terhadap pekerjaan yang dijalaninya kini, dan menggambarkan seberapa jauh pekerjaan tersebut mampu memuaskan kebutuhan orang tersebut. Sedangkan menurut Chusmir (1986) job commitment adalah tingkah laku atau orientasi terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan identifikasi seseorang terhadap pekerjaannya. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka job commitment didefinisikan sebagai derajat dimana performa kerja seseorang dapat mempengaruhi self-esteem orang tersebut. Job commitment berarti seseorang memiliki komitment terhadap pekerjaan yang dijalaninya saat ini, yang ditandai dengan adanya perasaan terikat secara psikologis, keyakinan yang kuat, dan keterlibatan yang tinggi pada aktivitas dari pekerjaan tersebut. 2. Dimensi Job Commitment Lodahl & Kejner (dalam Boshoff, A., Wyk, R.V & Cilliers, F, 2003) mengatakan bahwa job commitment memiliki dua dimensi utama yakni performance self esteem dan psychological total self image of work importance. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rabinowitz & Hall (dalam Cohen, A, 2003)

11 yang mengatakan bahwa definisi dari job commitment itu sendiri tersusun atas 2 (dua) konsep utama yakni performance self esteem contingency dan komponen self image, berikut penjelasannya : a. Performance self esteem contingency Artinya disini, job commitment menggambarkan bahwa self esteem seseorang itu dipengaruhi oleh level performa seseorang. Orang yang menampilkan performa kerja yang baik akan memiliki self esteem yang positif, dengan kata lain individu memberi nilai yang positif pada konsep dirinya. Sebaliknya, jika performa kerjanya buruk, maka orang tersebut akan member nilai yang negative pada konsep dirinya. Job commitment merupakan tingkatan yang menunjukkan sejauh mana seseorang mampu mengidentifikasikan diri secara psikologik dengan pekerjaannya, atau taraf pentingnya kerja bagi gambaran dirinya. b. Psychological total self image of work importance Artinya disini, job commitment menggambarkan derajat identifikasi diri seseorang secara psikologis terhadap pekerjaannya. Job commitment menjelaskan seberapa jauh hasil kerja individu (performance) dapat mempengaruhi harga dirinya (self esteem), atau dengan kata lain bagi individu, pekerjaan merupakan tempat mengekspresikan self-imagenya. 3. Ciri-ciri Job Commitment Tingkat job commitment yang tinggi berperan dalam membentuk performance kerja, kualitas dan kuantitas hasil kerja yang lebih besar serta efisiensi kerja yang tinggi. Job commitment mempunyai pengaruh yang signifikan

12 pada sikap dan perilaku kerja. Terutama menurut Kanungo (dalam Widianto & Sulistio, 2007), mempengaruhi intensitas dan sikap kerja. Hal tersebut dapat dimengerti karena individu yang memiliki job commitment mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya. Aktif berpartisipasi dalam pekerjaan dapat menunjukkan seorang pekerja terlibat dalam pekerjaanya (Allport dalam Widianto & Sulistio, 2007). Aktif partisipasi adalah perhatian seseorang terhadap sesuatu. Dari tingkat atensi nilah maka dapat diketahui seberapa seorang karyawan perhatian, peduli dan menguasai bidang yang menjadi bagiannya. b. Menunjukkan pekerjaannya sebagai yang utama Apabila karyawan merasa bahwa pekerjaan adalah hal yang utama, seorang karyawan akan selalu berusaha yang terbaik untuk pekerjaannya dan menganggap pekerjaannya sebagai pusat yang menarik dalam hidup dan yang pantas untuk diutamakan. c. Melihat pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting bagi harga diri. Keterlibatan kerja dapat dilihat dari sikap seorang pekerja dalam pikiran mengenai pekerjaannya, dimana seorang karyawan menganggap pekerjaan itu penting bagi harga dirinya. Harga diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri dan penghormatan diri, mempunyai harga diri yang kuat artinya merasa cocok dengan kehidupan dan penuh keyakinan, yaitu mempunyai kompetensi dan sanggup mengatasi masalah masalah kehidupan (Wahyurini & Ma shum, 2004). Harga diri adalah rasa suka dan tidak suka

13 akan dirinya (Robins, dalam Widianto & Sulistio, 2007). Apabila pekerjaan tersebut dirasa berarti dan sangat berharga baik secara materi dan psikologis bagi pekerja tersebut maka pekerja tersebut akan menghargai dan akan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin sehingga keterlibatan kerja dapat tercapai, dan karyawan tersebut merasa bahwa pekerjaan mereka penting bagi harga dirinya. Individu yang memiliki job commitment tinggi biasanya menunjukkan kondisi ikut serta dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi dirinya, sehingga mereka cenderung memiliki perasaan puas terhadap pekerjaan. Akibat selanjutnya individu memandang pekerjaannya mampu membangkitkan semangat kerjanya (Rabinowitz dan Hall, dalam Widianto & Sulistio, 2007). C. TENAGA PENJUAL KARTU KREDIT Penelitian tentang job commitment dan motivasi berprestasi ini nantinya akan dilakukan pada tenaga penjual kartu kredit. Tenaga penjual menurut Jean Beltrand (dalam Baudara dan Sirait, 1993) adalah seseorang yang memiliki kemampuan seni menanam benih di hati pembeli, yang membuahkan beranekaragam motivasi, serta tindakan yang diberikan oleh pembeli, yang sesuai dengan keinginan penjual. Sedangkan kartu kredit itu sendiri secara terminologis didefinisikan sebagai kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan sejenisnya yang dapat digunakan oleh pembawanya untuk membeli segala keperluan dan barang-barang serta pelayanan tertentu secara hutang. Disebut juga kartu pinjaman atau kartu yang memberikan kesempatan kepada pembawanya untuk mendapatkan pinjaman

14 (Cummins, 1991). Jadi tenaga penjual kartu kredit dapat diartikan sebagai seseorang yang melakukan suatu bujukan langsung dan menawarkan insentif atau nilai lebih untuk produk kartu kredit yang dikeluarkan oleh pihak bank kepada distributor atau konsumen langsung dengan tujuan utama menciptakan penjualan yang segera. Sutojo (2000) mengungkapkan, dilihat dari bidang usahanya, tenaga penjual kartu kredit ini termasuk ke dalam bidang usaha konsumsi langsung atau lazim disebut sebagai consumer salesmanship yang memperdagangkan barang atau jasa kepada pembeli perseorangan. Tenaga penjual sebagai bagian dari marketing perbankan, umumnya melakukan tugas antara lain sebagai berikut (Kasmir, 2004) : 1. Memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang. 2. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran. Selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah lain mealalui promosi dari mulut ke mulut. 3. Memberi penjelasan tentang ragam pilihan produk, dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula. 4. Menjelaskan manfaat produk perbankan, dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

15 D. HUBUNGAN JOB COMMITMENT DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA TENAGA PENJUAL KARTU KREDIT DI KOTA MEDAN Tenaga penjual adalah seseorang yang memiliki kemampuan seni menanam benih di hati pembeli, yang membuahkan beranekaragam motivasi, serta tindakan yang diberikan oleh pembeli, yang sesuai dengan keinginan penjual (Jean Beltrand dalam Baudara dan Sirait, 1993). Salah satu jenisnya yang termasuk kedalam bidang usaha konsumsi langsung adalah tenaga penjual kartu kredit (Sutojo, 2000). Tugas utama mereka adalah melakukan penawaran produk, memberi penjelasan tentang ragam pilihan produk produk, menjelaskan manfaat produk, serta memberikan pelayanan yang maksimum agar nasabah tertarik untuk membeli produk tersebut (Kasmir, 2004). Untuk membangkitkan motivasi pembeli, tenaga penjual kartu kredit terlebih dahulu perlu membangkitkan motivasi yang tinggi dari dalam dirinya sendiri demi mencapai target atau hasil kerja yang optimal karena menurut Habibi (2005), motivasi berperan penting dalam mendorong semangat kerja para tenaga penjual agar mau bekerja keras. Sejalan dengan hal itu, hasil studi yang dilakukan oleh Cahyawati (2008) juga menemukan bahwa tenaga penjual kartu kredit yang memiliki motivasi dalam bekerja menunjukkan prestasi kerja yang baik. McClelland (1987) mengungkapkan, salah satu jenis motif yang dapat memotivasi gairah karyawan untuk mencapai keberhasilan adalah motif untuk berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan aspek inheren pada manusia dalam

16 mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Mereka lebih menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang, bertanggungjawab secara personal atas performa, menyukai umpan balik, inovatif, dan memiliki ketahanan kerja yang lebih tinggi. Anwar (2008) menambahkan, motivasi berprestasi memang sangat diperlukan dalam usaha pencapaian target kerja. Semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki, maka orang tersebut akan cenderung menampilkan usaha yang lebih maksimal. Andreani (dalam Kadir, 2009) mengatakan, motivasi berprestasi sebagai daya pendorong kemajuan seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah faktor internal, seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan usia. Muliyati (2008) mengatakan bahwa seorang karyawan yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan mempunyai pengalaman kerja pasti mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja, sehingga mereka akan mengembangkan kemampuannya dengan maksimal agar potensi yang dimilikinya dapat berubah menjadi kemampuan yang efektif untuk meraih prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin banyak pengalaman kerja, dan semakin matang usia seseorang, maka semakin baik pulalah motivasi berprestasi yang dimiliki oleh orang tersebut. Selain ketiga faktor internal yang disebutkan sebelumnya, ada satu faktor internal lainnya yang tidak kalah penting, yakni kepuasan kerja (Irawan, 2007). Herzberg (dalam Siagian, 1995) menyatakan, motivasi berprestasi individu lebih dipengaruhi oleh faktor yang sifatnya intrinsik (internal) dan dihubungkan dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

17 pekerjaannya yang dapat mendorong dan mempengaruhi semangat untuk dapat bekerja dengan baik dan secara langsung mempengaruhi prestasi orang tersebut. Sejalan dengan hal itu Weiner dan Vardi (1980) mengatakan bahwa orang yang memiliki job commitment tinggi akan menunjukkan prestasi kerja yang baik karena merasa puas dengan pekerjaan yang dijalani. Kepuasan datang dari sebuah komitmen yang kuat terhadap pekerjaan yang kemudian diistilahkan oleh Morrow (1983) sebagai job commitment. Job commitment didefinisikan sebagai derajat dimana seseorang secara psikologis mengidentifikasikan dirinya terhadap pekerjaannya (Morrow, 1983) dan bagaimana internalisai nilai-nilai kebaikan dari suatu pekerjaan ataupun pentingnya pekerjaan tersebut dalam mempengaruhi harga diri seseorang (Lodahl dan Kejner dalam Cohen, 2003). Job commitment menggambarkan keyakinan seseorang terhadap pekerjaan yang dijalaninya kini, dan seberapa jauh pekerjaan tersebut mampu memuaskan kebutuhan orang tersebut (Kanungo dalam Carmeli, Elizur & Yanif, 2007). Dari pemaparan diatas, terlihat bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Kepuasan juga mengindikasikan tingginya job commitment pada diri seseorang karena menurut Morrow & McElroy (1986) kepuasan kerja termasuk ke dalam salah satu prediktor utama dari job commitment. Individu yang memiliki job commitment tinggi biasanya menunjukkan kondisi ikut serta dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi dirinya, sehingga mereka cenderung memiliki perasaan puas terhadap pekerjaan. Akibat selanjutnya individu memandang pekerjaannya

18 mampu membangkitkan semangat kerjanya (Rabinowitz dan Hall dalam Widianto & Sulistio, 2007). Maka, seseorang yang memiliki job commitment yang tinggi akan menunjukkan bahwa mereka akan lebih semangat dan memiliki motivasi yang tinggi pula, sebaliknya seseorang yang memiliki job commitment yang rendah memiliki semangat yang rendah (Laksono, 2007). E. HIPOTESA Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara job commitment dengan motivasi berprestasi pada tenaga penjual kartu kredit di kota medan. Semakin tinggi job commitment tenaga penjual kartu kredit tersebut, semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimilikinya. Pada penelitian ini juga diungkapkan beberapa hipotesis tambahan terkait dengan variabel kriterium, yakni motivasi berprestasi. Hipotesis tambahan yang diajukan adalah : 1. Terdapat perbedaan motivasi berprestasi tenaga penjual kartu kredit di kota Medan ditinjau dari usia. 2. Terdapat perbedaan motivasi berprestasi tenaga penjual kartu kredit di kota Medan ditinjau dari tingkat pendidikan. 3. Terdapat perbedaan motivasi berprestasi tenaga penjual kartu kredit di kota Medan ditinjau dari lama bekerja.

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan

BAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi berprestasi Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi

BAB II LANDASAN TEORI. dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang, yang mendorong seseorang untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan adalah kartu kredit. Kartu kredit dewasa ini bukan sekedar gaya hidup,

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan adalah kartu kredit. Kartu kredit dewasa ini bukan sekedar gaya hidup, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era persaingan global ini, inovasi perbankan dalam menciptakan produk dan layanan semakin meningkat. Salah satu produk perbankan yang banyak ditawarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) a. Ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaan. b. Ingin mengembangkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu bagian dari organisasi jasa. Organisasi jasa diartikan sebagai organisasi yang memproduksi dan memasarkan jasa-jasa yang tidak berwujud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Citra Tubindo Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan adanya suatu aktivitas kerja anggota-anggotanya sesuai dengan fungsi dan tugas yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah proses seseorang untuk mendorong mereka melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan yang timbul

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: BAB II URAIAN TEORITIS A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. Keinginan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Total Bangun Persada Tbk. adalah sebuah perusahaan di bidang konstruksi dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola operasional pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterlibatan Kerja. 1. Pengertian Keterlibatan Kerja. Keterlibatan kerja adalah keterlibatan mental dan emosional

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterlibatan Kerja. 1. Pengertian Keterlibatan Kerja. Keterlibatan kerja adalah keterlibatan mental dan emosional 15 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterlibatan Kerja 1. Pengertian Keterlibatan Kerja Keterlibatan kerja adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada suatu perusahaan proses pengukuran keberhasilan atau maju mundurnya sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia, yaitu orangorang

Lebih terperinci

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

Motif Technopreneur Sukses by: AGB MOTIVASI WIRAUSAHA Motif Technopreneur Sukses by: AGB PC PE PG Harapan/ Perbandingan Hasil (Outcome) Keterangan : PC = Personal Characteristic PE = Personal Environment PG = Personal Goals BE = Business

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini akan membawa dampak terhadap perkembangan di bidang industri dan organisasi. Aspek yang tidak kalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi Istilah motivasi berprestasi merupakan perpaduan dari dua istilah motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi. Menurut Murray

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia merupakan sumber pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. Sumberdaya manusia merupakan aset organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap rumah sakit ingin berhasil dalam mewujudkan tujuannya, antara lain menjaga kelangsungan hidup rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akibatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi berprestasi, prestasi belajar, dan bimbingan dan konseling. A. Motivasi Berprestasi Beberapa remaja

Lebih terperinci

pekerja yang puas akan membuat kontribusi yang positif terhadap organisasi. Para pimpinan merasakan usaha dan kinerja mereka berhasil apabila

pekerja yang puas akan membuat kontribusi yang positif terhadap organisasi. Para pimpinan merasakan usaha dan kinerja mereka berhasil apabila 33 3 PEMBAHASAN UMUM Pembangunan suatu bangsa memerlukan aset pokok yang disebut sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. PNS sebagai sumber daya manusia yang dimiliki organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari berbagai elemen sumber daya yang terdiri dari bahan baku, peralatan, metode (cara kerja),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Kinerja akhir-akhir ini telah menjadi konsep yang sering dipakai dalam berbagai pembahasan dalam kerangka mendorong keberhasilan suatu organisasi (Sudarmanto:2009).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Harum Sejahtera merupakan perusahaan yang berdiri sejak tahun 2 lalu, perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba. Aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan dan perkembangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Karyawan melakukan pekerjaan di instansi maupun perusahaan untuk memperoleh gaji berupa uang untuk memenuhi kebutuhan kehidupanya seharihari.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan industri nasional. Untuk mengukur daya saing industri nasional, salah satu

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK Lily Indriani Email: lily.indriani99@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Grand Theory 2.1.1. Teori Motivasi Secara psikologi, aspek penting dalam kepemimpinan kerja adalah sejauh mana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S (2007). Skala sikap manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S (2007). Skala sikap manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. DAFTAR PUSTAKA Anwar, H. (2009, September). Motivasi Berprestasi dan Produktivitas kerja pengawas. [on-line]. http://pusdiklatteknis.depag.go.id/index.php/motivasiberprestasi-dan-produktifitas-kerja-pengawas.html

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga profesional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang mendukungnya. Dunia perbankan seakan-akan sedang diuji

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang mendukungnya. Dunia perbankan seakan-akan sedang diuji BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat peka dalam perkembangannya saat ini. Sebagai lembaga yang bersifat pelayanan, perbankan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi tidak disertai dengan peningkatan jumlah lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA T E S I S OLEH : SRI RAHARDJO NIM : P 100030100 MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Suatu prestasi atau achievement berkaitan erat dengan harapan (expection). Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, pada bab ini akan ditampilkan pula saran yang berguna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau daya gerak. Motivasi adalah penting karena dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi dibidang perekonomian bahkan membawa dampak yang cukup besar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber daya manusia,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN. PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT KERTAS PADALARANG (Studi pada Karyawan Biro Produksi)

INSTRUMEN PENELITIAN. PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT KERTAS PADALARANG (Studi pada Karyawan Biro Produksi) INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT KERTAS PADALARANG (Studi pada Karyawan Biro Produksi) No Responden: PETUNJUK PENGISIAN 1. Angket ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Manajemen SDM Dewasa ini dalam dunia praktik, manajer SDM semakin terlibat dalam komite strategis untuk menentukan arah strategis perusahaan. Manajemen SDM telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini mengalami kelangkaan sumber daya berkualitas dan persaingan yang terus meningkat. Efektifitas organisasi tidak terlepas dari efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penilaian Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk. bersaing untuk mencapai yang terbaik (Gudono, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk. bersaing untuk mencapai yang terbaik (Gudono, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk maksimalisasi fungsi utilitas yang terkendala oleh sumber daya yang terbatas. Persaingan

Lebih terperinci

PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA Oleh : Suhartapa Dosen Akademi Manajemen Putra Jaya ABSTRAK Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, mengakibatkan krisis global yang berdampak pula pada Indonesia. Krisis ekonomi global di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu mengelola Sumber Daya Manusia sebaik mungkin. Sebab kunci sukses

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu mengelola Sumber Daya Manusia sebaik mungkin. Sebab kunci sukses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Dalam suatu sistem operasi perusahaan, potensi Sumber Daya Manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dan memegang suatu peran yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulis mengangkat teori Atribusi dari Kelley dan teori motivasi berprestasi dari David McClelland sebagai grand theory. Penemuan fakta lapangan akan didukungan pula dengan data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, work performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Rivai (2009:1) Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi perencanaan,

Lebih terperinci