BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
|
|
- Hartanti Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagian besar pembahasan mengenai Afrika selalu terfokus pada isu-isu instabilitas politik, perang saudara, endemi penyakit, dan kemiskinan. Kemiskinan menjadi perhatian karena selama kurun , ketika jumlah penduduk miskin di berbagai belahan dunia menurun seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, penduduk miskin di sub-sahara Afrika justru bertambah ditengah pertumbuhan ekonomi yang hanya berkisar 0,7% per tahun. 1 Upaya mencari penjelasan mengapa pembangunan ekonomi di Afrika tidak berhasil memunculkan banyak teori. Kelompok neoliberal meletakkan kesalahan pada pemerintah negara-negara Afrika yang kurang efektif. Kelompok lain menyoroti sistem perekonomian internasional yang tidak menguntungkan bagi negara-negara Afrika. 2 Mayoritas negara-negara Afrika pada saat itu mengadopsi kebijakan ekonomi yang diresepkan oleh International Finance Institution (IFI) seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) sebagai syarat untuk mendapat bantuan yang sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan dan keluar dari krisis utang. Hasil evaluasi Structural Adjustmen Program (SAP) menunjukkan program ini tidak berhasil menekan angka kemiskinan di negara yang menerapkannnya. IFI mendapat kritik karena mendorong negara-negara miskin menerapkan program ekonomi dengan prinsip one fit for all tanpa memahami masalah spesifik yang dihadapi oleh negara-negara. Uganda yang pada saat akan memulai membangun kembali setelah selama dua dekade hidup di bawah kekacauan politik dan ekonomi adalah salah satu negara pengadopsi SAP. Hingga pertengahan dekade 1990an, sektor ekonomi makro mengalami perbaikan dan peningkatan yang tinggi. Angka pertumbuhan 1 Jeffrey Sachs, The End of Poverty, (London, 2005), hal Alex Thomson, An Introduction to African Politics, (London, 2005), hal
2 ekonomi tercatat rata-rata sebesar 6,7% setiap tahunnya dan inflasi, yang awalnya berada di kisaran 240%, dapat ditekan di level satu digit. Uganda diakui sebagai satu dari sedikit negara yang mampu membangun kembali ekonominya setelah diporakporandakan oleh instabilitas politik dan ekonomi. Terlepas dari keberhasilan di sektor ekonomi makro, prestasi ini tidak berarti banyak bagi angka kemiskinan di Uganda setelah sebuah survei nasional di tahun 1995 mengungkapkan bahw 50% lebih rakyat Uganda hidup dalam kemiskinan. Uganda masih menjadi salah satu negara termiskin di Afrika dan di dunia. Pengalaman Uganda menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan tidak selalu sejalan. Strategi mencapai pertumbuhan ekonomi perlu disertai upaya untuk menjamin pertumbuhan tersebut dapat turut dirasakan oleh masyarakat miskin. Uganda lantas memulai mencari strategi baru untuk mengurangi angka kemiskinan dengan mengumpulkan perwakilan dari berbagai kelompok masyarakat untuk memberi masukan kepada pemerintah tentang wajah kemiskinan yang sebenarnya. Proses ini menghasilkan sebuah rencana pemberantasan kemiskinan yang disebut Poverty Eradication Action Plan (PEAP) di tahun Sebagai kerangka pengentasan kemiskinan nasional, PEAP bertujuan mengurangi secara bertahap jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan absolut menjadi 10% di tahun 2017 dengan jalan mempertahankan reformasi ekonomi, memperluas pertumbuhan dan kesempatan ekonomi, meningkatkan pelayanan publik, dan meningkatkan kemampuan negara dalam merespon masalah-masalah ekonomi yang muncul. Berbeda dengan program-program pembangunan yang dijalankan sebelumnya, PEAP merupakan hasil sebuah proses politik yang melibatkan berbagai stakeholders untuk berpartisipasi menyusun rencana pembangunan yang tepat sasaran disertai mekanisme untuk menjamin akses warga miskin kepada pertumbuhan dan kesempatan ekonomi. Sejak penerapan PEAP, angka kemiskinan Uganda mengalami penurunan dan terjadi peningkatan dalam beberapa indikator pembangunan manusia. Meskipun demikian, ada sejumlah data statistik yang dapat mengindikasikan ketidakmampuan Uganda memenuhi target pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2
3 pertama PEAP tercatat angka kemiskinan sebesar 44%. Angka ini menurun menjadi 33,8% di tahun 2000, namun kembali meningkat menjadi 37,7% di tahun Meskipun data terakhir tahun 2008 menunjukkan kemiskinan berhasil ditekan kembali sampai pada angka 31%, peningkatan kemiskinan pada periode kedua PEAP patut diwaspadai sehingga pemerintah bisa mengidentifikasi titik kelemahan program pengentasan kemiskinan. Masalah lain adalah pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat dan tingkat pendapatan per kapita yang rendah masih menjadikan Uganda sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Selain itu, beberapa sektor yang selama ini menunjukkan peningkatan pesat, seperti sektor kesehatan yang terkait dengan pencegahan penyebaran HIV/AIDS, menunjukkan kemunduran. Dengan masa berlakunya PEAP yang hanya tinggal lima tahun lagi, Uganda harus memperbaiki praktik yang berjalan jika ingin mampu mencapai target. Meskipun tujuan awalnya berkaitan dengan kemiskinan dan pembangunan, PEAP sejak awal memiliki muatan politik yang cukup tinggi. PEAP tidak hanya berfungsi sebagai dokumen nasional yang mengatur program pengentasan kemiskinan, melainkan turut berperan untuk membentuk kultur politik baru yang inklusif yang memungkinkan partisipasi langsung masyarakat dalam kebijakan yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan. Karena PEAP adalah program yang mengandalkan proses politik antar aktor-aktor terkait untuk menentukan arah kebijakan pengentasan kemiskinan, keberhasilan dan kegagalan PEAP berhubungan erat dengan proses politik tersebut. 2. Rumusan Masalah Fokus pembahasan akan diletakkan pada dua rumusan masalah, yaitu: 1. Mengapa terjadi pergeseran perspektif pembangunan yang menekankan pada proses dan partisipasi politik sebagai pendekatan untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan nasional di Uganda? 2. Bagaimana proses politik antar aktor-aktor domestik dan internasional mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan upaya pengentasan kemiskinan di Uganda? 3
4 3. Kerangka Konseptual Skripsi ini akan bertolak dari konsep pro-poor growth (PPG) untuk menjelaskan mengapa angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Uganda tidak membawa banyak perbaikan bagi rakyat miskin di negara tersebut. Selanjutnya skripsi ini akan menguraikan tentang pengaruh proses politik nasional Uganda terhadap keberhasilan dan kegagalan Poverty Eradication Action Plan (PEAP) dalam memenuhi target pengentasan kemiskinan. Ada dua definisi PPG yang merujuk pada income poverty. Pertama, secara relatif, pertumbuhan disebut pro-poor jika rakyat miskin memperoleh peningkatan rata-rata pendapatan yang lebih tinggi dibanding rata-rata peningkatan pendapat nasional. Definisi pertama ini mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi kesejahteraan, seperti ketidaksetaraan. Definisi inilah yang akan digunakan dalam skripsi ini. Kedua, secara absolut, pertumbuhan disebut pro-poor hanya jika kaum miskin yang mendapat keuntungan. Dalam definisi ini, faktor ketidaksetaraan tidak diperhitungkan dan hanya melihat pada masalah pendapatan. 3 Definisi PPG lain yang akan digunakan melihat kaitan antara pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan diklasifikasikan sebagai pro-poor jika pertumbuhan tersebut berdampak positif pada pengurangan tingkat kemiskinan. Dengan demikian, definisi yang digunakan dalam skripsi ini melihat PPG tidak hanya dari sisi prosentase pertumbuhan ekonomi nasional dan perbandingan rata-rata peningkatan pendapatan nasional dibanding rata-rata peningkatan pendapatan rakyat miskin, melainkan juga harus memungkinkan rakyat miskin untuk secara aktif berpartisipasi dalam dan mendapatkan manfaat dari aktivitas ekonomi. 4 PPG adalah hasil kolaborasi dari kebijakan di berbagai sektor, yaitu: 1. kebijakan ekonomi makro yang mempengaruhi performa ekonomi secara keseluruhan, misalnya politik anggaran dan stabilitas ekonomi 3 Swiss Agency for Development and Cooperation, Pro-Poor Growth, hal. 3-4, diakses melalui < pada 3 November N. Kakwani dan E.M. Pernia, What is Pro-Poor Growth?, Asian Development Review 18,
5 2. kebijakan sektoral untuk mempromosikan pertumbuhan di sektor-sektor dimana warga miskin beraktivitas, misalnya kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pembangunan pedesaan, reformasi pertanian, dan kebijakan industri 3. kebijakan regional untuk memperomosikan pertumbuhan dimana kaum miskin terpusat, berhubungan erat dengan pembangunan pedesaan atau penyelesaian kemiskinan perkotaan 4. kebijakan redistribusi yang berprinsip pada redistribution for growth, yaitu yang mampu mempengaruhi kemampuan warga miskin untuk secara berkelanjutan berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi. Redistribusi dapat terkandung dalam kebijakan seperti public spending untuk meningkatkan akses pendidikan dan layanan kesehatan, dsb. 5 Strategi pengentasan kemiskinan yang berdasar pada pro-poor policy untuk menciptakan PPG dapat digambarkan dalam bagan berikut: Grafik 1. Strategi Pengentasan Kemiskinan untuk Menciptakan PPG 6 INCOME GROWTH POLICY REFORM CHANGE IN POVERTY CHANGE IN INCOME DISTRIBUTION Pertumbuhan ekonomi tetap menjadi syarat dasar karena PPG haruslah pro-poor dan juga pro-growth. Namun, untuk menjawab pertanyaan bagaimana growth dapat berubah menjadi pro-poor growth suatu negara harus memahami problema 5 Swiss Agency for Development and Cooperation, op.cit., hal J. Humberto Lopez, Pro-Poor Growth: A Review of What We Know (and of What We Don t), World Bank s PREM Poverty Group, hal. 3, diakses melalui < pada 3 November
6 kemiskinan yang dihadapinya, dan pemahaman tersebut tercermin dalam strategi pengentasan kemiskinan yang dipilih. Kemiskinan memiliki aspek ekonomi dan aspek sosial. Aspek ekonomi kemiskinan terdiri dari sejumlah indikator yang digunakan untuk mendefinisikan miskin. Secara umum, kemiskinan ekonomi dimaknai sebagai ketidakmampuan memenuhi standar kebutuhan pokok kehidupan dikarenakan rendahnya tingkat penghasilan. Sedangkan aspek non-ekonomi kemiskinan mempertimbangkan kelangkaan faktor yang mempengaruhi distribusi sumber daya dan kekuasaan dalam masyarakat dan pengakuan bahwa kemiskinan adalah hilangnya kemampuan seseorang untuk hidup layak. 7 Dengan mempertimbangkan berbagai aspek ini, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai the result of economic, political, and social processes that interact with each other and frequently reinforce each other in ways that exacerbate the deprivation in which poor people live 8. Karena kemiskinan adalah fenomena yang kompleks dan terdiri dari banyak aspek, pembangunan tidak bisa hanya ditujukan untuk tujuan akhir peningkatan pendapatan rakyat miskin dan kesejahteraan. Pembangunan ekonomi perlu untuk melihat tujuan di luar pertumbuhan ekonomi dan memasukkan unsur pembangunan sosial untuk rakyat miskin dan berbagai kelompok lain yang termarjinalisasikan. Strategi pembangunan yang kerap ditemui dan gagal adalah hasil konsultasi terbatas di level eksekutif atau antara eksekutif dengan pihak eksternal tanpa adanya suplai informasi tentang kondisi kemiskinan aktual di masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. Duncan Green menguraikan Development is about transforming the lives and expectations of a nation s inhabitants, an ambition that goes far beyond simply increasing monetary income. People living in poverty must take or 7 Amartya Sen, Commodities and Capabilities; dikutip dalam Siddiqur Rahman Osmani, Evolving Views on Poverty: Concept, Assessement, and Strategy, 2003; diakses dari < pada 20 Desember World Development Report, Attacking Poverty: Opportunity, Empowerment, and Security, 2001/2002, hal. 1 6
7 create power over their own lives and destinies.. 9 Menurut definisi ini, the poor perlu didorong untuk terlibat langsung dalam aktivitas ekonomi. Dalam hal ini negara diharapkan menciptakan sebuah mekanisme yang menjamin partisipasi rakyat miskin karena tanpa strategi pembangunan yang partisipatoris rakyat miskin yang tidak menguasai modal tidak mampu bersaing dalam aktivitas ekonomi dan pembangunan. Partisipasi adalah keterlibatan warga negara dalam proses politik dan ekonomi sebagai strategi untuk mendorong reformasi sosial yang penting menentukan akses informasi, menetapkan tujuan dan kebijakan, alokasi dana, maupun pelaksanaan program yang memungkinkan warga negara untuk turut menikmati kemakmuran dalam masyarakat yang diinginkan. 10 Tujuannya agar pemerintah dapat dengan tepat menyusun strategi, mengalokasikan dana, dan mengerahkan sumber daya untuk menyelesaikan masalah kemiskinan aktual. Dalam partisipasi, stakeholder terutama warga miskin sebagai primary stakeholder dapat mempengaruhi dan berbagi kontrol atas penentuan prioritas, pembuatan kebijakan, alokasi sumber daya, dan/atau implementasi program pengentasan kemiskinan. 11 Partisipasi turut menjadi kunci untuk mengakumulasi informasi yang relevan bagi kebijakan dengan menyertakan para stakeholder yang berbagi kepentingan dalam isu yang dibahas baik dalam proses input maupun output. 12 Asumsi dasarnya, tuntutan akan partisipasi akan menciptakan kultur politik baru yang memungkinkan pemerintah dan aktor-aktor domestik lainnya melakukan negosiasi antar mereka sendiri untuk memutuskan kebijakan pembangunan yang akan diambil, dan dengan adanya proses ini komitmen mereka 9 Duncan Green, From Poverty to Power: How Active Citizens and Effective States Can Change the World, (London, 2008), hal Sherry R. Arnstein, A Ladder of Citizen Participation, JAIP vol. 35 no. 4, Juli 1969, hal World Bank, Participation in Poverty Reduction Strategy Papers. A Retrospective Study, hal. 237 dalam Walter Eberlei, Accountability in Poverty Reduction Strategies: The Role of Empowerment and Participation, Social Development Paper Participation & Civic Engagement, Paper no. 104, Mei 2007, diakses melalui < DEVELOPMENT/Resources/ / / Accountability _in_poverty_reduction_strategies.pdf> pada 1 Februari Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Yogyakarta, 2007), hal
8 terhadap kebijakan tersebut akan lebih tinggi. 13 Ini menggarisbawahi prinsip national ownership yang diharapkan dari PEAP dan menandai bergesernya praktik pembangunan yang awalnya cenderung donor-oriented. Jeffrey Sachs menyatakan apa yang bisa dicapai secara positif oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesempatan ekonomi, kebebasan politik, dan kekuatan sosial. Dengan demikian, rakyat miskin harus bebas untuk berpartisipasi membuat keputusan publik yang berimplikasi pada pertumbuhan 14 untuk menjamin mereka turut menikmati dampak dari pertumbuhan itu. Lebih jauh lagi, pengentasan kemiskinan dan proses politik adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Berbagai unsur dalam pembangunan yang pro-rakyat miskin, seperti policy reform dan partisipasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat mengubah proses politik sebuah negara. Di sisi lain, arah pembangunan dalam sistem yang partisipatoris turut ditentukan oleh proses politik yang terjadi antar aktor-aktor di negara tersebut. 4. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan pengolahan data sekunder dan kajian pustaka dari berbagai sumber, seperti buku teks, jurnal, surat kabar, majalah, artikel internet, dan media lainnya yang mendukung dan relevan dengan pokok bahasan 5. Argumen Sementara Keberhasilan Uganda membangun kembali perekonomian di dekade an dipengaruhi oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu kesadaran pemerintah bahwa perbaikan di segala bidang adalah salah satu cara untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan, harapan, serta kepercayaan yang tinggi dari rakyat kepada pemerintah untuk membawa stabilitas yang tidak pernah dinikmati 13 David Booth, Missing Links in the Politics of Development: Learning from the PRSP Experiment, Overseas Development Institute, Working Paper 256, hal. 6 Oktober 2005, diakses melalui < pada 3 November Henry T. Simarmata (ed.), Negara Kesejahteraan dan Globalisasi: Pengembangan Kebijakan dan Perbandingan Pengalaman, (Jakarta, 2007), hal
9 sebelumnya selama era pemerintahan diktator Idi Amin dan perang saudara sesudahnya. Setelah pemerintah Uganda dibawah kepemimpinan Museveni mulai mengkonsolidasikan kekuatannya, karakter-karakter yang ada dalam sistem politik Uganda pada era Amin seperti personal rule dan patronase politik kembali muncul. Situasi politik Uganda saat ini mulai mencerminkan kembali situasi politik lama. Kondisi ini berdampak pada melemahnya pengentasan kemiskinan di Uganda karena pembangunan tidak lagi menjadi prioritas pemerintah dan politik yang korup menghabiskan sumber daya yang dialokasikan untuk pembangunan. 6. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bagian, yaitu: Bab I Pendahuluan Bagian ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, metode penelitian, dan argumen sementara Bab II Poverty Eradication Action Plan sebagai Dasar Pengentasan Kemiskinan Uganda Bagian ini menjelaskan alasan dibalik dirumuskannya Poverty Eradication Action Plan (PEAP), pemikiran yang melandasinya, dan aktor-aktor yang berperan didalamnya. Bab III Proses Politik dalam Pengentasan Kemiskinan Nasional Bagian ini menjelaskan bagaimana perbedaan dinamika politik antar aktor dalam PEAP mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pencapaian target pengentasan kemiskinan nasional. Bab IV Penutup Bagian ini memaparkan kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi. 9
BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciGrowth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung
Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The
Lebih terperinciTATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto
TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... viii KATA PENGANTAR... ix ABSTRAK...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di
81 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokus Penelitian Lokus dalam penelitian ini adalah adanya indikasi masuknya ideologi neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di Indonesia. 3.2 Tipe
Lebih terperinciPresented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian
Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945
Lebih terperinciPertumbuhan Pro- Kemiskinan. Ekonomi Pembangunan
Pertumbuhan Pro- Kemiskinan Ekonomi Pembangunan Pendahuluan Konsep pertumbuhan pro- kemiskinan telah menjadi sangat populer selama dekade terakhir. Hal ini mencerminkan gagasan bahwa pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola
Lebih terperinciWorkshop Pengembangan Model Global Governance dalam Penanganan Isu-isu Global
Workshop Pengembangan Model Global Governance dalam Penanganan Isu-isu Global (Draft Presentasi) Yogi Suwarno LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL 2011 Latar Belakang #1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan absolut (absolute poverty) merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi sebagian besar pemerintahan di dunia. Data World Bank pada tahun
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan kemudian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN
Handout Perkuliahan PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Program Studi PGSD Program Kelanjutan Studi Semester Gasal 2011/2012 Kelas G, H, dan I. Oleh: Samsuri E-mail: samsuri@uny.ac.id Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciOleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015
Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015 MDGs (dan dokumen luasnya Millennium Development Goals) diadopsi oleh UN GA September 2000 oleh 189 negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Mahmudi, 2010). Gambaran buruknya sektor publik memunculkan kritik keras
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, kurang kreativitas, dan berbagai kekurangan lainnya (Mahmudi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciPerumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015
Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki 2015 Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Tema Presidensi Turki: Pertumbuhan inklusif yang kuat Inclusiveness
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciDIMENSI PEMBANGUNAN. Anie Eka Kusumastuti. Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang
DIMENSI PEMBANGUNAN Anie Eka Kusumastuti e-mail: anieeka@ub.ac.id Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang Konsep Pembangunan No society can surely be flourishing and happy of which the
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel
Lebih terperinci& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan
PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciOleh : Muhlisin, S.E., M.Si.
Oleh : Muhlisin, S.E., M.Si. World Bank: Penduduk miskin adalah kelompok penduduk yang jumlah pengeluarannya kurang dari 1 dollar per hari. Amartya Sen (pemenang Nobel Ekonomi): Kemiskinan merupakan sebuah
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN TUTORIAL METODOLOGI PENELITIAN
MODUL PELATIHAN TUTORIAL METODOLOGI PENELITIAN Disusun oleh: Al Muizzuddin Fazaalloh, SE., ME. UNTUK MAHASISWA JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS - UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 1. PEDOMAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development
BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sedangkan tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia
Lebih terperinciKemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia
Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan indikator dan faktor-faktor penyebab kemiskinan Mahasiswa mampu menyusun konsep penanggulangan masalah kemiskinan
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. berlangsung dalam jangka panjang (Suryana:2000).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV
VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa
Lebih terperinciKEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) LATAR BELAKANG, KONSEP KEPEMERINTAHA, KONSEP GOOD GOVERNANCE
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) LATAR BELAKANG, KONSEP KEPEMERINTAHA, KONSEP GOOD GOVERNANCE JAT KELOMPOK IV 1 LATAR BELAKANG 1. ADANYA PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL POLITIK PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
Lebih terperinciENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT
ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciPOVERTY ALLEVIATION THROUGH RURAL-URBAN LINKAGES: POLICY IMPLICATIONS
POVERTY ALLEVIATION THROUGH RURAL-URBAN PL6121 - Pembangunan Perdesaan Institut Teknologi Bandung LINKAGES: POLICY IMPLICATIONS (YAP KIOE SHENG) CRITICAL REVIEW LA ODE ATRI SARJANI MUNANTA 254 14 008 PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen kebijakan fiskal dan implementasi perencanaan pembangunan setiap tahun. Strategi dan pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap praktek Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah pemerintah Indonesia
Lebih terperinciPemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth
Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilisasi dan liberalisasi ekonomi pada akhir dekade 1960-an terbukti merupakan titik awal bagi pembangunan ekonomi dan industri. Pergeseran kepemimpinan nasional dari
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciMeninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan
Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciProses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri
Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan
Lebih terperinciMANAJEMEN KOPERASI MENUJU GLOBAL COOPERATIVE. Anwar Sitompul. Abstrak. Abstract
GLOBAL COOPERATIVE MANAJEMEN KOPERASI MENUJU GLOBAL COOPERATIVE Anwar Sitompul Abstrak global cooperative Abstract cooperative namely : (1) programming by the Board of Management, manager, and Commitee
Lebih terperincipenduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global saat ini, sistem internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Era globalisasi yang muncul bukan hanya memudarkan batas-batas negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan
Lebih terperinciKemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia
Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini: Kepemilikan modal Kepemilikan lahan Sumber daya manusia Kekurangan gizi Pendidikan Pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya
177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.
Lebih terperinciGLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES
PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang pada hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat Indonesia. Kegiatan Pembangunan
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional
Lembaga Keuangan Internasional Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 9 Asian Development Bank Didirikan pada tahun 1966 yang didasari oleh adanya kebutuhan bantuan keuangan bagi negara-negara Asia untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara langsung berhubungan dengan pemerataan dan stabilitas. Indikator ini penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
Lebih terperinciProf. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER
Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER 2014 Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved ISBN :...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak bias sehingga kemiskinan sulit dihilangkan (Chambers, 1983, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan dimanapun adalah masalah pelik yang tidak kunjung terpecahkan. Kegagalan mengatasi persoalan ini sering dikaitkan dengan kebijakan penanggulangan kemiskinan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5784 EKONOMI. Keanggotaan Kembali. Republik Indonesia. Dana Moneter Internasional. Bank Internasional. Undang-Undang. Nomor 9 Tahun 1966. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1967.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Reformasi pada tahun 1998 merupakan momentum yang menandai berakhirnya sistem ketatanegaraan Indonesia yang bersifat sentralistik. Pasca runtuhnya rezim orde baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keberadaan isu Corporate Governance (Swasembada, edisi: 09/XXI/28 april-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance telah menjadi sebuah isu yang menarik sejak dekade terakhir. Organisasi dunia seperti Bank Dunia dan The Organization For Economic Cooperation
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciPekerjaan yang Layak untuk Ketahanan Pangan
Pekerjaan yang Layak untuk Ketahanan Pangan Program sektoral ILO untuk mempromosikan pekerjaan yang layak dan mata pencaharian yang berkelanjutan melalui pengembangan rantai nilai pangan berbasis pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah tujuan utama dari pembangunan sebuah negara atau daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya dengan melihat pada
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir
Lebih terperinci