BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah tujuan utama dari pembangunan sebuah negara atau daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya dengan melihat pada tingkat kemiskinan penduduk. Pada tahun 2010, berdasarkan laporan dari Asian Development Bank (ADB) dalam Country Diagnostic Studies Indonesia: Critical Development Constraint (ADB, ILO dan IDB, 2010) menyatakan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia baik dari dimensi pendapatan maupun non-pendapatan masih tinggi. Komitmen pemerintah untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang mampu menanggulangi kemiskinan terkendala oleh beberapa hal, salah satunya adalah ketidakadilan dan kurangnya akses terhadap pendidikan khususnya pendidikan menengah atas dan pendidikan kejuruan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun modal manusia. Dengan pendidikan yang lebih baik akan memungkinkan seseorang untuk memiliki pekerjaan atau upah yang lebih baik dibanding orang yang pendidikannya lebih rendah. Kesuksesan pendidikan untuk mewujudkan modal manusia yang berkualitas sangat ditentukan oleh faktor kesehatan. Kondisi kesehatan yang baik akan memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik serta dapat menerapkan ilmu yang dipelajarinya, sehingga menghasilkan manfaat baik secara finansial atau non finansial. Pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas pembangunan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan, pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran untuk pendidikan minimal sebesar 1

2 20 persen dan untuk kesehatan sebesar 10 persen dari total anggaran belanja Negara atau daerah sebagaimana tercantum pada undang-undang. Jaminan sosial juga merupakan satu komponen lain, selain bidang pendidikan dan kesehatan, yang diperlukan dalam usaha pengurangan kemiskinan. Jaminan perlindungan sosial melindungi seseorang dari risiko kehilangan pendapatan yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia lanjut, pemutusan hubungan kerja, pengangguran, cacat fisik/mental (disability) atau kecelakaan (Der Berg et al., 2008). Der Berg et al. (2008) menyatakan bahwa pemberian bantuan sosial di Afrika Selatan berpengaruh signifikan terhadap pengurangan kemiskinan karena program disusun dan direncanakan dengan target penerima yang jelas. Penetapan target penerima yang tepat menjadikan pemberian bantuan tersebut efektif sesuai dengan tujuan utamanya. Jaminan sosial juga merupakan upaya untuk distribusi pendapatan (income distribution) untuk mengurangi kesenjangan sosial. Sebagaimana tercantum pula dalam Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pemerintah harus melindungi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat salah satunya dengan penyediaan sistem jaminan sosial. Indikator kesejahteraan daerah selain dari tingkat kemiskinan, juga dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat kemiskinan. Teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasikal dari Solow, dan teori Endogen oleh Romer maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yakni: 1) akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru; 2) pertumbuhan penduduk; dan 3) kemajuan teknologi. Tiga faktor tersebut diharapkan dapat mengurangi kemiskinan. 2

3 Salah satu provinsi di Indonesia yang tingkat kemiskinannya cukup tinggi dan di atas rata-rata nasional adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data statistik BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di DIY sejak tahun 2002 sampai tahun 2012 selalu berada di atas persentase kemiskinan nasional. 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% DIY Nasional Gambar 1.1 Grafik Tingkat Kemiskinan DIY dibanding Tingkat Kemiskinan Nasional, Sumber: BPS, (diolah) Apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, tingkat kemiskinan rata-rata DIY termasuk salah satu tertinggi yaitu peringkat dua teratas di Jawa. Gambar 1.2 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di DIY berada jauh di atas provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Tingkat kemiskinan DIY juga berada di atas Provinsi Jawa Timur dan sedikit di atas tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah pada tahun

4 Tingkat kemiskinan (%) 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten 0,00% Tahun Gambar 1.2 Grafik Tingkat Kemiskinan Provinsi di Pulau Jawa, Sumber: BPS, (diolah) Sejalan dengan teori mengenai faktor-faktor penentu tingkat kemiskinan di banyak negara atau daerah, indikator kemiskinan di DIY juga dapat diamati dari tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat pendapatan riil masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Ma ruf (2009) bahwa beberapa faktor internal yang menjadi tantangan pokok bagi Pemerintah DIY adalah tingkat penduduk miskin yang masih relatif tinggi, keterbatasan akses dan keterbatasan sistem dana perlindungan sosial bagi masyarakat, kualitas pendidikan, serta kesehatan masyarakat yang masih relatif rendah. Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilaksanakan, antara lain dengan kebijakan-kebijakan yang diakomodir dalam anggaran belanja pemerintah daerah bagi kepentingan pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial. Namun hingga tahun 2012 belum terlihat hasil penurunan tingkat kemiskinan yang signifikan dan angka kemiskinan DIY masih di atas 10 persen. 4

5 Tingkat Kemiskinan (%) Untuk mempelajari pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengurangan kemiskinan di suatu provinsi maka perlu melihat kondisi kabupaten/kota yang dibawahinya karena wilayah dan kependudukan merupakan wewenang dari pemerintah tingkat dua atau kabupaten/kota (Peraturan Pemerinah Nomor 38 Tahun 2010). Berikut disajikan data kondisi kabupaten/kota di DIY. Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota DIY, (%) Kabupaten/Kota Bantul 19,43 18,54 17,64 16,09 17,28 16,97 Gunungkidul 28,9 25,96 24,44 22,05 23,03 22,72 Kulon Progo 28,61 26,85 24,65 23,15 23,62 23,32 Sleman 12,56 12,34 11,45 10,7 10,61 10,44 Kota Yogyakarta 9,78 10,81 10,05 9,75 9,62 9,38 Sumber: BPS, (diolah) Bantul Gunungkidul Kulon Progo Sleman Kota Yogyakarta Tahun Gambar 1.3 Grafik Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY, Sumber: BPS, (diolah) Berdasarkan data tersebut, sejak tahun 2007 sampai dengan 2012 dapat dilihat bahwa 4 dari 5 kabupaten/kota di DIY memiliki tingkat kemiskinan di atas 10 5

6 Pertumbuhan Ekonomi (%) persen. Kemiskinan tersebut rata-rata terjadi di wilayah pedesaan, dimana sebagian besar penduduknya bekerja dalam sektor pertanian. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di wilayah DIY memiliki kecenderungan yang meningkat setiap tahunnya sebagaimana tersaji pada Gambar 1.4. Pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten/kota se DIY cukup fluktuatif dari tahun 2007 sampai Tahun Bantul Gunungkidul Kulon Progo Sleman Kota Yogyakarta Gambar 1.4 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di DIY, Sumber: BPS, (diolah) Peran pemerintah dalam menjaga atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya didukung dari sektor ekonomi saja, tetapi perlu didukung juga dengan modal manusia yang produktif. Peranan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif diwujudkan dalam berbagai program-program antara lain dalam bidang pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. 6

7 Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki konsekuensi anggaran yang dimuat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bagi pemerintah Pusat atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Struktur anggaran antara APBN dan APBD memiliki perbedaan yang mendasar sesuai dengan dasar hukum yang melandasinya. Penyusunan APBN berdasarkan undangundang, sedangkan APBD disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 beserta perubahan-perubahannya. Pendapatan yang diterima daerah baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun yang dihasilkan sendiri, digunakan untuk membiayai urusan-urusan yang menjadi kewenangannya termasuk penanggulangan kemiskinan. Secara keseluruhan anggaran belanja pemerintah daerah meningkat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut diharapkan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Bantul Gunungkidul Kulon Progo Sleman Yogyakarta total belanja daerah 2011 total belanja daerah 2012 pdduk miskin 2011 pdduk miskin 2012 Gambar 1.5 Peningkatan Belanja Pemerintah dan Tingkat Kemiskinan Sumber: BPS dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, (diolah) 7

8 Terdapat dua pendekatan paradigma dalam penelitian, pertama, phenomenological paradigm yaitu dengan pendekatan kualitatif dan bersifat subjektif. Dengan pendekatan ini, maka pengukuran tentang seberapa besar perbedaan keadaan penerima program (masyarakat) sebelum dan sesudah program dilaksanakan dengan berdasar pada survei persepsi dari masyarakat penerima program (Gertler et al., 2011: 35). Kedua, positivistic paradigm yaitu dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data sekunder dan bersifat objektif. Berdasarkan data yang digunakan dan sifat penelitian, maka penelitian ini mengacu pada paradigma positivism sebagaimana di atas. Peran pemerintah pada bidang pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan, dalam penelitian ini diwakili dengan data realisasi belanja pemerintah daerah kabupaten/kota di bidang pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial serta indikator pertumbuhan ekonomi. Peningkatan anggaran bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial serta tingkat pertumbuhan ekonomi diharapkan menjadi salah satu upaya dalam mengurangi kemiskinan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka keterkaitan antara anggaran belanja pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial dan tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di DIY pada tahun menjadi fokus dari penelitian ini. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemiskinan terkait dengan pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial telah banyak dilakukan baik didalam maupun luar negeri. Namun penelitian untuk mengetahui pengaruh anggaran pendidikan, kesehatan, 8

9 perlidungan sosial dan pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten/kota terhadap tingkat kemiskinan tersebut belum pernah dilakukan di DIY. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil berbagai penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian ini. Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terkait dengan Pendidikan, Kesehatan, Perlindungan Sosial, Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan No 1 Peneliti Santosa et al. (2003) 2 Grammy dan Assane (2006) 3 Der Berg et al. (2008) 4 5 Pafrida (2010) Fatony (2010) Lokasi Penelitian Periode Metoda Hasil DIY 2003 Kualitatif Program Kerja Mandiri (Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)) dan Program Padat Karya telah berhasil menurunkan jumlah peserta program yang miskin sebesar 26,1 persen dan 0 persen. 66 Negara 2006 Strategi pembangunan yang berbasis pada perbaikan dalam distribusi pendapatan serta diperkuat oleh pertumbuhan ekonomi dan kebebasan sosialpolitik akan membantu mengurangi kemiskinan absolut. Afrika Selatan DIY Kota Yogyakarta 2008 Sistem perlindungan sosial di Afrika Selatan terbukti dapat mengurangi dampak kemiskinan secara signifikan. Program perlindungan sosial diberikan dalam bentuk proyek padat karya dan bantuan tunai bersyarat. Program didesain dengan target yang jelas dan system yang memadai Kualitatif Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan ketimpangan pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Serta pertumbuhan ekonomi di DIY sudah pro poor growth. Program-program pengentasan kemiskinan di Kota Yogyakarta telah dilaksanakan oleh seluruh SKPD & persentase anggaran kebijakan pengentasan kemiskinan 9

10 No 6 Peneliti Benderly (2010) 7 Widodo, Waridin dan Maria (2011) 8 Raza dan Ara (2012) 9 Suryahadi, Hadiwijaya dan Sumarto (2012) 10 Sumner (2013) Lokasi Penelitian Mexico 2011 Jawa Tengah Periode Metoda Hasil 2009 Statistik deskriptif dan kuantitatif Pemkot Yogyakarta lebih tinggi dari Pemda lainnya. Hasil penelitian ini fokus pada target kinerja yang dicapai tetapi tidak menunjukkan hasil terhadap tingkat kemiskinan. Program Penanggulangan kemiskinan di Mexico secara umum berhasil mengatasi kemiskinan jangka pendek dan jangka panjang melalui Program Conditional Cash Transfer (Oportunidades/Progressa) Pengeluaran pemerintah sektor publik untuk pendidikan dan kesehatan mempengaruhi penurunan kemiskinan secara tidak langsung dan signifikan bila digunakan dengan variabel IPM. Bangladesh 2012 Kualitatif Program microfinance dan program sosial pada umumnya seperti jaring pengaman sosial terbukti tidak cukup untuk menangani kasus kemiskinan yang parah. Kemiskinan yang parah/ekstrem perlu program khusus yaitu paket bantuan yang meliputi pelatihan kerja/wirausaha, bantuan barang modal, tunjangan social dan subsidi kesehatan. Indonesia Indonesia Persentase pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor jasa berpengaruh pada peningkatan PDB dan mempengaruhi pengurangan kemiskinan secara signifikan. Kemiskinan merupakan masalah mulidimensi, tetapi domain utamanya adalah kesehatan dan pendidikan, begitu juga di Indonesia. Dua dekade terakhir, tingkat kemiskinan pendidikan di Indonesia tidak berubah. Kepala Keluarga yang berpendidikan rendah (SD) menjadi salah satu penyebab peningkatan kemiskinan dalam hal kesehatan. 10

11 1.3 Rumusan Masalah Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sektor pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan terbukti dapat mengurangi kemiskinan dan dampak kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun demikian hingga saat ini belum ada penelitian yang menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah tersebut serta pertumbuhan ekonomi dalam mengurangi kemiskinan di kabupaten/kota di DIY. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja pemerintah daerah kabupaten/kota di DIY untuk anggaran pendidikan, anggaran kesehatan, anggaran perlindungan sosial dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di wilayah tersebut. 1.4 Pertanyaan penelitian Pertanyaan penelitian yang menjadi fokus utama dari penulis adalah sebagai berikut. 1. Apakah belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk pendidikan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di DIY tahun ? 2. Apakah belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk kesehatan berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di DIY tahun ? 3. Apakah belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk perlindungan sosial berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di DIY tahun ? 11

12 4. Apakah tingkat pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di DIY tahun ? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisis pengaruh belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk pendidikan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di wilayah DIY pada tahun ; 2. menganalisis pengaruh belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk kesehatan terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di wilayah DIY pada tahun ; 3. menganalisis pengaruh belanja pemerintah daerah kabupaten/kota untuk perlindungan sosial terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di wilayah DIY pada tahun ; 4. menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di wilayah DIY pada tahun Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi mengenai efektifitas anggaran pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial dan pertumbuhan ekonomi tahun 2007 hingga tahun 2012 terhadap penurunan tingkat kemiskinan di wilayah kabupaten/kota se DIY bagi pengambil kebijakan wilayah kabupaten/kota di DIY. Berdasarkan informasi ini diharapkan akan dapat membantu dalam menetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini juga diharapkan akan memberikan 12

13 kontribusi pada dunia ilmu pengetahuan dalam memahami pengaruh belanja pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial dan pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan kemiskinan di wilayah kabupaten/kota di DIY. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu Bab I menguraikan mengenai latar belakang permasalahan di mana permasalahan dalam penelitian ini berfokus pada kemiskinan di wilayah kabupaten/kota se DIY yang dibingkai melalui perumusan masalah dan diuraikan pada tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang beberapa teori mengenai variabel yang diteliti seperti tingkat kemiskinan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dan pertumbuhan ekonomi. Bab ini juga menyatakan hipotesis penelitian. Bab III menguraikan variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data, serta metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV menguraikan isi pokok dari penelitian yang berisi deskripsi objek penelitian, analisis data dari pembahasannya, sehingga dapat diketahui hasil analisis yang diteliti mengenai hasil pembuktian hipotesis sampai dengan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Bab V berisi kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian dan saran-saran kepada pihak-pihak terkait mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. 13