Sintesis Polimer Konduktif sebagai Bahan Baku untuk Perangkat Penyimpan Energi Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sintesis Polimer Konduktif sebagai Bahan Baku untuk Perangkat Penyimpan Energi Listrik"

Transkripsi

1 43 Sintesis Polimer Konduktif sebagai Bahan Baku untuk Perangkat Penyimpan Energi Listrik Berlian Sitorus 1), Veinardi Suendo 2) dan Ferdinand Hidayat 3) 1) Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Ahmad Yani Pontianak ) Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung Abstract Penggunaan material anorganik menjadi sebuah masalah ketika baterai tidak dapat diolah secara alamiah, efisiensinya yang rendah dan biaya produksi yang tinggi. Solusi alternatif pembuatan baterai adalah dengan menggunakan material organik berupa polimer konduktif sebagai bahan baku. Polimer konduktif dapat secara luas diproduksi dengan biaya yang relatif lebih murah, dan bersifat organik. Akan tetapi polimer konduktif memiliki keterbatasan dalam hal konduktivitas yang relatif rendah sehingga perlu dilakukan proses doping untuk meningkatkan konduktivitasnya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis untuk menghasilkan polimer konduktif yang merupakan perpaduan polianilina dan selulosa dengan dua metoda perlakuan yang berbeda yakni menggunakan sonik dan tanpa sonik. Dari hasil analisis terhadap frekuensi, hambatan maupun konduktifitas terhadap polimer yang dihasilkan dari kedua perlakuan disimpulkan bahwa polimer yang dihasilkan dengan menggunakan sonik akan menghasilkan polimer dengan sifat konduktifitas yang lebih baik yakni 1,02x10-4 dibandingkan 1,79x10-5 tanpa sonik. Nilai hambatan. Kata kunci- Polimer konduktif, konduktifitas, sonik 1. Pendahuluan Krisis energi yang merupakan salah satu isu permasalahan global yang terjadi dewasa ini telah memunculkan alternatif pengembangan perangkat penyimpan energi yang terbarukan. Salah satu perangkat penyimpan energi yang menjadi fokus pengembangan adalah baterai. Pengembangan baterai masih terfokus pada material berbasis anorganik seperti baterai Ni, Ni- Cd, dan Li-ion. Penggunaan material anorganik menjadi sebuah masalah ketika baterai tidak dapat diolah secara alamiah, efisiensinya yang rendah dan biaya produksi yang tinggi. Solusi alternatif pembuatan baterai adalah dengan menggunakan material organik berupa polimer konduktif sebagai bahan baku [1]. Pengembangan baterai dari bahan organik menjadi pilihan alternatif sejak publikasi nobel oleh [2]. Polimer konduktif seperti polianilina, poliasetilena, polipirole, merupakan polimer organik yang memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik dengan sistem konjugasi ikatan rangkap. Polimer konduktif dapat secara luas diproduksi dengan biaya yang relatif lebih murah, dan bersifat organik. Akan tetapi polimer konduktif memiliki keterbatasan dalam hal konduktivitas yang relatif rendah sehingga perlu dilakukan proses doping untuk meningkatkan konduktivitasnya. Pada penelitian [3] dilaporkan bahwa nilai hambatan pada polianilina (PANI) yang didoping satu ka li adalah sebesar 1240 Ω/cm 2. Nilai hambatan mengalami penurunan saat polianilina didoping dua kali menjadi 108 Ω/cm 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses doping dapat menurunkan nilai hambatan polianilina. 2. Teori Dasar 2.1 Konduktivitas Material Polimer Sifat elektronik suatu bahan dapat ditentukan berdasarkan struktur elektroniknya. Pada suatu senyawa logam, terjadi overlap antara orbital-orbital sejenis dengan atom berlainan untuk membentuk orbital molekul. Proses ini akan membuat rapatan struktur yang tinggi pada logam, sehingga elektron dapat dengan mudah mengalir secara terus-menerus pada logam. Pada logam, celah pita antara HOMO dan LUMO mendekati nol, sehingga dengan medan listrik yang kecil sekalipun, elektron akan terdistribusi dengan mudah. Hal ini membuat sifat logam menjadi lebih konduktor. Pada material semikonduktor, celah pita antara HOMO dan LUMO lebih besar dibandingkan dengan logam. Aliran elektron akan lebih mudah mengalir bila terjadi peningkatan temperatur pada material semikonduktor. Hal ini dikarenakan energi kalor akan memaksa elektron dari HOMO menuju orbital LUMO, sehingga elektron dapat mengalir. Gambar 1 oleh [2] memperlihatkan bahwa material isolator memiliki celah pita paling lebar dibandingkan dengan semikonduktor dan konduktor. Perbedaan jarak yang relatif jauh antara orbital HOMO dan LUMO, memperkecil kemungkinan perpindahan elektron. Perpindahan elektron membutuhkan energi yang sangat tinggi, sehingga material seperti ini lebih digolongkan sebagai isolator. Pada polimer konduktif, perpindahan elektron dari orbital HOMO menuju LUMO, dibantu oleh suatu atom dopan. Berdasarkan jenis atom dopannya, semikonduktor terbagi menjadi semikonduktor tipe p dan tipe n. Semikonduktor tipe n terjadi pada suatu material dengan memiliki banyak elektron sehingga atom dopan berada dekat dengan orbital LUMO, sedangkan pada semikonduktor tipe p terjadi pada

2 44 material dengan kondisi sedikit elektron sehingga atom dopan berada dekat dengan orbital HOMO. Gambar 1. Perbedaan celah pita konduktor, semi konduktor dan isolator 2.2 Polimer Konduktif Beberapa jenis polimer memiliki daya hantar listrik yang mirip dengan daya hantar listrik senyawa logam. Polimer dengan potensial konduktivitas menjadi penelitian setelah adanya publikasi oleh [2] yang memaparkan tentang pengembangan senyawa-senyawa organik yang dapat menghantarkan arus listrik seperti sifat logam. Contoh polimer yang dapat menghantarkan arus listrik antara lain adalah polipirole, poliasetilena, dan polianilina. Prinsip kerja polimer konduktif adalah karena adanya karena ikatan rangkap terkonjugasi pada suatu rantai polimer. Sehingga atom karbon mengikat atom karbon lain dengan ikatan tunggal dan ganda secara bergantian (berselang -seling) yang dapat mempengaruhi sifat konduktif pada polimer terkonjugasi. Penambahan senyawa kimia berupa doping akan merubah kerapatan elektron pada ikatan π atau π * polimer terkonjugasi sehingga terjadi perubahan konduktifitas polimer dari semikonduktif menjadi konduktif. Dewasa ini, polimer konduktif menjadi fokus yang mulai dikembangkan dalam skala laboratorium, dengan polimerisasi pirole dan anilina pada larutan elektrolit [1-4]. Polianilina merupakan polimer konduktif dengan tipe p yang mana pada kondisi normal akan memiliki jumlah hole yang lebih banyak dibandingkan dengan elektron. Hal ini akan menyebabkan dominasi hole sebagai pembawa muatan, sehingga konduktivitas sampel dapat diintrepretasi sebagai konduktivitas hole. Polimer konduktif menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyimpanan energi listrik, karena sifatnya yang ringan, fleksibel, murah dan gampang untuk diproduksi. Selain itu penggunaan polimer yang berasal dari alam merupakan salah satu solusi untuk menggunakan material yang ramah lingkungan. 2.3 Pengukuran Konduktivitas Polimer Pengukuran konduktivitas sampel material pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode EIS ( Electrochemical Impedance System). Penggunaan EIS dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penumpukan pembawa muatan pada salah satu elektroda sehingga hasil yang dimunculkan akan menjadi lebih akurat. Prinsip dasar metode ini adalah pengukuran impedansi sel pada rentang frekuensi tertentu, yang dianalisis dengan model sirkuit elektronik khusus bagi sistem untuk menentukan nilai-nilai parameter pada sirkuit sel tersebut. Nilai impedansi terdiri dari nilai real dan nilai imajiner. Bagian real menyatakan resistansi bahan dan bagian imajiner menyatakan kapasitansi dari bahan. Konfigurasi kedua nilai tersebut pada suatu sirkuit dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran dan analisis bentuk kurva impedansi. Hasil yang ditampilkan pada EIS adalah nilai sudut dan nilai hambatan. Nilai tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai hambatan real dan nilai hambatan imaginer. Melalui hasil pengolahan EIS, dapat diketahui konduktivitas sampel dari konversi hambatan real menggunakan persamaan : 1 l x... (1) R A dimana: σ : konduktivitas (S/cm) R : resistansi real (Ω) l : jarak antar elektroda / ketebalan smapel (cm) A : luas permukaan sampel (cm 2 ) Hubungan antara frekuensi pengukuran terhadap konduktivitas material secara umum dapat dijelaskan dengan persamaan : E = h. f... (2) E : energi h : konstanta planck f : frekuensi Berdasarkan persamaan tersebut, terlihat bahwa semakin besar nilai frekuensi, maka energi yang dipancarkan akan semakin besar. Hal ini mempengaruhi nilai resistansi dan konduktivitas, dimana : E = V 2. t. R (3) V : Tegangan (V) t : waktu (s) R : hambatan (Ω) Kenaikan frekuensi akan meningkatkan energi kinetik spesi pada material sehingga terjadi transfer muatan yang tinggi pada daerah antar muka. Kondisi ini menjelaskan terjadinya aliran elektron dari kondisi HOMO menuju kondisi LUMO semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar frekuensi yang diberikan kepada material, maka akan meningkatkan aliran muatan atau nilai konduktivitas material tersebut. 2.4 Swelling dan Sonik Swelling atau pengembangan selulosa merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan serat selulosa yang teregenerasi, delignifikasi selulosa dan modifikasi selulosa pada kondisi fase reaksi homogen maupun heterogen. Pada selulosa yang sudah mengalami pengembangan umumnya akan terjadi perubahan supramolekul pada strukturnya [5]. Sifat kristalin alami pada material menyebabkan material tersebut memiliki tingkat kelarutan yang rendah

3 45 pada pelarut konvensional. Penetrasi pelarut ke dalam material memerlukan interaksi molekul yang kuat. Pengukuran interaksi pelarut dengan selulosa dapat dianalisis melalui pengukuran volume pengembangan. Interaksi antara selulosa dan pelarut dipengaruhi oleh volume molar, kelarutan, dan interaksi dipole cairan. Pada proses pengembangan, pelarut harus masuk ke dalam jaringan serat selulosa. Mekanisme masuknya suatu pelarut ke dalam serat selulosa dapat terjadi melalui tiga mekanisme. Pertama, aliran bebas pelarut dibawah tekanan gradien dan kapilaritas material. Kedua, pelarut diuapkan masuk ke dalam jaringan selulosa. Ketiga, difusi pelarut melalui dinding sel selulosa. Proses pengembangan bertujuan sebagai tahap aktivasi sampel selulosa yang akan digunakan. Pada proses ini, swelling agent akan berpenetrasi ke dalam struktur serat selulosa yang memiliki banyak ikatan silang antar struktur. Swelling agent akan membantu pemutusan ikatan hidrogen antar molekul pada selulosa sehingga terdapat ruang antar struktur yang cukup besar untuk dimasuki oleh molekul anilina. Sonokimia merupakan suatu metode sintesis material dengan menggunakan energi ultrasonik (sonik) pada proses sintesisnya. Ultrasonik dalam bentuk gelombang akan ditransimisikan melewati suatu media menggunakan tekanan gelombang dari induksi gerakan vibrasi molekul. Pada keadaan tersebut gelombang akan menyebabkan molekul melakukan bending (penekukan) dan stretching (perengganggan) stuktur molekul medium dengan variasi waktu. Secara umum, frekuensi ultrasonik berada pada rentang 20kHz-10MHz dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu ultrasonik frekuensi rendah ( khz), ultrasonik frekuensi sedang (100 khz - 2 MHz) dan ultrasonik frekuensi tinggi (2-10 MHz). Frekuensi yang memiliki rentang 20kHz - 2MHz inilah yang digunakan dalam sonokimia. Prinsip dasar sonokimia adalah penggunaan frekuensi ultrasonik untuk membentuk gelembung udara pada cairan yang kemudian gelembung akan pecah secara mikroskopik dalam rentang waktu yang singkat. Pecahan ini akan memberikan efek tekanan yang tinggi dan efek kimia. Umumnya energi ultrasonik ini dapat digunakan untuk modifikasi senyawa organik maupun anorganik seperti proses aglomerasi, difusi, reduksi material dan pemecahan mekanik. 3. Metode Penelitian 3.1 Pembuatan Komposit Dengan Swelling Sonic + Asam Sonic Sebanyak 0,5 gr sampel selulosa di swelling dengan 35 ml DMSO selama 1 jam menggunakan ultrasonic 220W. Campuran kemudian ditambahkan dengan 50 ml HCl 2M dan disonic selama 1 jam. Selanjutnya ditambahkan anilina dengan variasi konsentrasi 0,1 g; 0,2 g; 0,3 g dan ditetesi dengan Ammonium persulfate dengan perbandingan mol terhadap anilina 3:4. Polimerisasi dilakukan selama 150 menit dengan variasi suhu (suhu ruang dan suhu 0 0 C) kemudian campuran disaring menggunakan corong bunchner. Hasil komposit kemudian dicuci dengan HCl sebanyak 100 ml dan dilanjutkan dengan aseton 100 ml. Komposit kemudian dikeringkan pada suhu 60 0 C selama 3 jam. Sampel selanjutnya disebut sebagai A. 3.2 Pembuatan Komposit Tanpa Swelling Sebanyak 0,5 gr sampel selulosa ditambahkan dengan anilina dengan variasi konsentrasi 0,1 g; 0,2 g; dan 0,3 g dan didiamkan selama 1 jam. Selanjutnya dimasukkan dalam 50 ml HCl dan ditetesi dengan Ammonium persulfate dengan perbandingan mol terhadap anilina 3:4. Polimerisasi dilakukan selama 150 menit kemudian campuran disaring menggunakan corong bunchner. Hasil komposit kemudian dicuci dengan HCl sebanyak 100 ml dan dilanjutkan dengan aseton 100 ml. Komposit kemudian dikeringkan pada suhu 60 0 C selama 3 jam. Sampel selanjutnya disebut sebagai B. 3.3 Pengukuran Konduktifitas, Hambatan dan Frekuensi Pada penelitian ini digunakan sinyal gelombang dari potensial AC dengan amplitudo 1 V dan rentang frekuensi dari 20 khz hingga 200 MHz. Grafik yang dimunculkan pada hambatan real terhadap hambatan imaginer menunjukkan grafik semi lingkaran. Perilaku ini dapat dihubungkan dengan disperse frekuensi akibat dari kekasaran permukaan material. 4. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, dilakukan variasi perlakuan pada proses sintesis material komposit antara lain proses swelling, sonikasi dan jumlah anilina yang ditambahkan. Perlakuan awal pada sampel selulosa adalah proses penggembungan ( swelling) sebelum digunakan sebagai matriks material komposit. Selulosa memiliki ikatan silang antar molekul yang menghalangi suatu molekul untuk masuk dan berinteraksi dengan selulosa. Oleh karena itu, perlu suatu proses untuk memutuskan ikatan hidrogen dan mengaktifkan gugus hidroksil pada selulosa sehingga molekul anilina dapat masuk ke dalam selulosa. Penggembungan serat selulosa dapat dilakukan dangan bantuan swelling agent [5]. Pada penelitian ini dilakukan variasi proses perlakuan sonikasi terhadap bahan-bahan. Pada perlakuan sonikasi, terjadi induksi vibrasi ultrasonik pada medium cair sehingga muncul tekanan yang menyebabkan kecepatan alir cairan ke dalam padatan menjadi lebih tinggi. Proses sonikasi akan membuat penetrasi DMSO lebih mudah untuk memasuki daerah antar jaringan selulosa sehingga dengan adanya tahapan ini, proses penggembungan akan menjadi lebih cepat dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian [6] yang menggunakan proses sonikasi untuk penetrasi anilina ke dalam matriks TiO 2, anilina dapat masuk ke dalam pori TiO 2 dengan lebih optimal. Hal tesebut menjadi acuan untuk penetrasi anilina dan asam menggunakan sonikasi ke dalam selulosa yang sudah mengalami penggembungan. Tabel 1 menunjukkan pengaruh perbedaan konsentrasi anilina terhadap frekuensi offset dengan dua perlakuan yang

4 46 berbeda yakni A : swelling + sonikasi sedangkan B : dengan melalui tanpa sonikasi. Frekuensi offset merupakan frekuensi pengukuran pada saat nilai hambatan paling minimum. Pada keadaan tersebut, konduktivitas material berada pada kondisi optimum. Nilai hambatan real berbanding terbalik dengan nilai konduktivitas. Konduktivitas merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk menghantarkan arus listrik. Hasil pengolahan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi anilina sebanding dengan kenaikan frekuensi offset. Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa nilai frekuensi offset kondisi B adalah lebih optimal dibandingkan dengan kondisi A. Nilai tertinggi dengan perlakuan A = sedangkan B = Keduanya dicapai pada konsentrasi 0,3 mol anilina. Pengaruh protonasi pada selulosa yang sudah menggembung meningkatkan jumlah anilina yang masuk ke dalam struktur selulosa sehingga polianilina yang terbentuk mencapai kondisi optimal. Kondisi tersebut memerlukan frekuensi yang semakin besar untuk meningkatkan energi kinetik elektron pada polianilina. Tabel 1. Konsentrasi vs Frekuensi Offset Mol anilina C aniline F A F B 0,001 0, ,002 0, ,003 0, Berdasarkan hasil percobaan, terlihat bahwa pada setiap kondisi perlakuan terdapat kenaikan nilai frekuensi kritis terhadap konsentrasi. Peningkatan konsentrasi anilina akan meningkatkan jumlah polianilina yang terbentuk, sehingga memerlukan frekuensi yang semakin besar untuk mengeksitasi elektron dari kondisi HOMO menuju kondisi LUMO. Hal ini akan meningkatkan konduktivitas masingmasing bahan. Pengaruh frekuensi offset yang berbeda pada konsentrasi yang sama tersebut dapat diakibatkan adanya pengaruh DMSO sebagai swelling agent pada larutan. Keberadaan senyawa lain pada proses polimerisasi akan menurunkan kristalinitas bahkan jumlah yield yang didapatkan. Kondisi tersebut menyebabkan frekuensi yang dibutuhkan untuk menentukan nilai kapasitansi polianilina tidak lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa DMSO. Secara umum kapasitansi material meningkat sebanding dengan konsentrasi anilina yang ditambahkan. Pengaruh antara konsentrasi terhadap R offset digambarkan pada Tabel 2. R offset merupakan hambatan real pada material. Pada kondisi tersebut hambatan mulai mengalami penurunan hambatan secara drastis. Saat hambatan paling menurun, konduktivitas material akan meningkat hingga kondisi maksimum. Kenaikan konsentrasi anilina berbanding terbalik terhadap hambatan realnya. Peningkatan konsentrasi anilina akan meningkatkan jumlah polianilina yang terbentuk sehingga jumlah elektron yang mengalir semakin besar dan hambatan real menjadi semakin kecil. Tabel 2. Konsentrasi vs Hambatan Offset Mol anilina C anilina R A R B 0,001 0, ,25 x ,45 x ,002 0, ,3 x x ,003 0,02 3,3 x x 10 3 Nilai hambatan yang menurun dengan baik adalah pada perlakuan A yaitu saat selulosa yang sudah di swelling mengalami protonasi oleh asam klorida. Hal ini menunjukkan nilai konduktivitas maksimum terjadi saat perlakuan A dengan konsentrasi tertinggi. Penambahan asam pada selulosa dapat mengaktivasi selulosa dengan memutuskan ikatan hidrogen sehingga anilina dapat masuk dengan mudah ke dalam jaringan selulosa kemudian berinteraksi dengan asam dan selulosa [7]. Sedangkan pada kondisi B yang tidak mengalami swelling dan sonikasi, memberikan hasil hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi A. Perbedaan perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan sonikasi mempengaruhi konduktifitas. Pada perlakuan A, pengasaman selulosa dengan sonikasi akan membuat asam terpenetrasi pada setiap bagian selulosa, kemudian anilina yang ditambahkan akan berinteraksi lebih baik dengan selulosa terasamkan. Polimerisasi polianilina berlangsung dengan optimal pada setiap bagian selulosa, sehingga menghasilkan konduktifitas yang lebih baik. Sedangkan pada perlakuan B, tanpa pengasaman dan tanpa sonikasi menjangkau setiap bagian selulosa sehingga anilina hanya berada pada beberapa bagian selulosa yang terasamkan. Pengaruh ini hanya akan membentuk polianilina pada selulosa yang terasamkan. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan sonikasi dapat membantu molekul asam untuk terpenetrasi dengan baik pada molekul selulosa sehingga polimerisasi anilina akan menghasilkan polianilina yang optimal dan konduktifitas yang lebih tinggi. konduktifitas 1,20E-04 1,00E-04 8,00E-05 6,00E-05 4,00E-05 2,00E-05 A B 0,00E ,005 0,01 0,015 0,02 0,025 konsentrasi Gambar 2. Grafik perubahan konduktivitas Vs konsentrasi dengan 2 perlakuan (A & B) Pada hasil penelitian terlihat kenaikan konsentrasi anilina sebanding dengan konduktifitas sampel. Nilai Semakin banyak anilina yang ditambahkan, maka

5 47 jumlah polianilina yang terbentuk akan semakin banyak dan meningkatkan konduktifitas polimer. 4. Kesimpulan 1. Semakin besar konsentrasi anilina yang ditambahkan, maka konduktifitas semakin besar. 2. Perlakuan sonikasi akan meningkatkan konduktifitas polimer. Referensi [1] Nystrom G., Razaq, A.; Strømme, M.; Nyholm, L.and Mihranyan, Ultrafast All-Polymer Paper-Based Batteries. Nano Letters. Vol 9, No , [2] Heeger, A. Conductive polymers, The Nobel Prize in Chemistry, [3] Li J., Xueren Qian., Wang LiJuan., dan An, XianHui. XPS Characterization and Percolation Behavior of Polyaniline- Coated Conductive Paper. Bioresource Technology, [4] Nystrom, G., Razaq, A., Strømme, M., Nyholm, dan L. Mihranyan. A Nanocellulose Polypyrrole Composite Based on Microfibrillated Cellulose from Wood. J. Phys. Chem. B, 114, , [5] Ludmila C. Fidale, Naiara Ruiz, Thomas Heinze, Omar A and El Seoud. Cellulose Swelling by Aprotic and Protic Solvents: What are the similarities and Differences? Macromol. Chem. Phys. 209, , [6] Baig S, Farooq R, and Rehman F. Sonochemistry and its industrial applications. World Applied Sciences Journal. 10(8) : , [7] Mo, Z., Zhao, Z., Chen, H., Niu, G., Shi, H., 2009, Heterogeneous preparation of cellulose polyaniline conductive composites with cellulose activated by acids and its electrical properties, Carbohydrate Polymers, 75: , Biography Berlian Sitorus lahir di Barus, Indonesia, 10 Oktober Memperoleh gelar Sarjana Sains dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 1998, M.Si dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2001 bidang ilmu Kimia Fisika Material dan M.Sc dari Universiteit Gent, Belgia, Sejak tahun 2002 menjadi dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Bidang penelitian saat ini adalah kimia fisika material dan lingkungan. Veinardi Suendo lahir di Jakarta, Indonesia, 7 November Memperoleh gelar Sarjana Sains dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 1998, M. Eng dari teknik material di Tokyo Institute of Technology hingga Dr. (doktor) dalam bidang fisika di Ecole Polytechnique, Perancis. Sejak tahun 1999 menjadi dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA, di Institut Teknologi Bandung. Bidang penelitian saat ini adalah kimia fisika material. Ferdinand Hidayat lahir di Pontianak, Indonesia, 2 Februari Mahasiswa S1 Universitas Tanjungpura jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Bidang penelitian saat ini adalah kimia fisika material.

SINTESIS KOMPOSIT POLIANILINA-SELULOSA MENGGUNAKAN MATRIKS SELULOSA DARI TANDAN KOSONG SAWIT

SINTESIS KOMPOSIT POLIANILINA-SELULOSA MENGGUNAKAN MATRIKS SELULOSA DARI TANDAN KOSONG SAWIT SINTESIS KOMPOSIT POLIANILINA-SELULOSA MENGGUNAKAN MATRIKS SELULOSA DARI TANDAN KOSONG SAWIT Eko Saputra 1*, Berlian Sitorus 1, Harlia 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Polimerisasi Terhadap Sifat Transpor dan Struktur Polianilina Berbentuk Garam Emeraldine

Pengaruh Suhu Polimerisasi Terhadap Sifat Transpor dan Struktur Polianilina Berbentuk Garam Emeraldine Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.2, 2014, pp. 48-52 ISSN : 2356-3303 Pengaruh Suhu Polimerisasi Terhadap Sifat Transpor dan Struktur Polianilina Berbentuk Garam Emeraldine

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR 1 JANUARI 2012 Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya Rakhmat Hidayat Wibawanto dan Darminto Jurusan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat telah memaksa riset dalam segala bidang ilmu dan teknologi untuk terus berinovasi. Tak terkecuali teknologi dalam bidang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia menyebabkan beberapa perubahan yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Energi

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev,

BAB I PENDAHULUAN. SiO 2 memiliki sifat isolator yang baik dengan energi gapnya mencapai 9 ev, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Graphene adalah material yang tersusun atas atom karbon dengan susunan kisi hexagonal dengan ketebalan satu atom. Graphene yang disusun dalam bentuk 3 dimensi, dimana

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi dunia terhadap energi listrik kian meningkat seiring pesatnya teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat 1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat Alkali halida Dalam alkali halida (mis. NaCl), kation lebih mobil drpd anion. Ion Na + dapat berpindah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL KONDUKTIF FILM KOMPOSIT POLIPIROL (PPy)/SELULOSA BAKTERI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL KONDUKTIF FILM KOMPOSIT POLIPIROL (PPy)/SELULOSA BAKTERI SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL KONDUKTIF FILM KOMPOSIT POLIPIROL (PPy)/SELULOSA BAKTERI M. Irvan Maulana 1*, Intan Syahbanu 1, Harlia 1 1 Program Studi Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi matahari di muka bumi sangat besar yakni mencapai 3x10 24 J/tahun atau sekitar 10.000 kali lebih banyak dari energi yang dibutuhkan makhluk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAH ULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAH ULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Polimer secara umum merupakan bahan dengan kemampuan menghantarkan listrik yang rendah dan tidak memiliki respon terhadap adanya medan magnet dari luar. Tetapi melalui

Lebih terperinci

Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin. Oleh : Agus salim Suwardi

Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin. Oleh : Agus salim Suwardi Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin Oleh : Agus salim Suwardi Pendahuluan Polimer elektroaktif telah menjadi objek penelitian yang menarik bagi kalangan

Lebih terperinci

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) 2. Tinjauan Pustaka 2.1 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sel bahan bakar merupakan salah satu solusi untuk masalah krisis energi. Sampai saat ini, pemakaian sel bahan bakar dalam aktivitas sehari-hari masih

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam mulia yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki banyak kegunaan. Sifatnya yang tahan korosi dan memiliki penampilan menarik membuat

Lebih terperinci

Pengujian Karakteristik Komposit Polimer-Karbon Sebagai Bahan Sensor Gas

Pengujian Karakteristik Komposit Polimer-Karbon Sebagai Bahan Sensor Gas Pengujian Karakteristik Komposit Polimer-Karbon Sebagai Bahan Sensor Gas Budi Gunawan 1,2, Muchammad Rivai 1, Hendro Juwono 3 1 Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya, Indonesia 2 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi dan permasalahan lingkungan yang menjadi polemik global saat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi dan permasalahan lingkungan yang menjadi polemik global saat BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Krisis energi dan permasalahan lingkungan yang menjadi polemik global saat ini merupakan dampak dari terus berkembangnya kebutuhan manusia dan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat-alat elektronik sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam divais elektronik yang tersusun sehingga memiliki fungsinya tersendiri.

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri pada berbagai bidang aplikasi seperti pengawasan produk makanan, pertanian, dan medis membutuhkan perangkat yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polyvinyl alcohol (PVA) merupakan salah satu polimer yang banyak digunakan di kalangan industri. Dengan sifatnya yang tidak beracun, mudah larut dalam air, biocompatible

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kapasitansi Membran Telur dari Ayam Petelur Tanpa Perebusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kapasitansi Membran Telur dari Ayam Petelur Tanpa Perebusan Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan penelitian, persiapan eksperimen, eksperimen, analisa data dan dilanjutkan dengan pembahasan hasil dalam bentuk skripsi. Persiapan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan gas alam menjadi pendorong bagi manusia untuk mencari sumber energi alternatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK Andry Permana, Darminto. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi saat ini menjadi bahan yang tak akan pernah habisnya dibahas, pasalnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman ini terus berkembang. Bahan bakar

Lebih terperinci

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Disusun Sebagai Materi Pelatihan Guru-Guru SMA/MA Provinsi Nangro Aceh Darussalam Disusun oleh: Dr. Agus Setiawan, M.Si Dr. Dadi Rusdiana, M.Si Dr. Ida Hamidah, M.Si Dra. Ida Kaniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP NILAI RESISTANSI SENSOR GAS BERBAHAN POLYMER

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP NILAI RESISTANSI SENSOR GAS BERBAHAN POLYMER PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP NILAI RESISTANSI SENSOR GAS BERBAHAN POLYMER Budi Gunawan* 1), Arief Sudarmadji 2) 1) Jurusan Teknik Elektro Fak Teknik Universitas Muria Kudus 2) Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang berbentuk kristal tunggalatau kristal jamaktelah mapan dan mempunyai efisiensi berkesan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah sumber kehidupan masyarakat modern. Pemanasan global, persediaan bahan bakar fosil dan polusi kota mendorong untuk menggunakan energi terbarukan (Tarascon,2010).

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Untuk menentukan jenis korosi, laju korosi dan inhibitor yang sesuai pada korosi material runner turbin di lingkungan PLTA Saguling, dilakukan pengukuran dan pengujian laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel surya merupakan suatu piranti elektronik yang mampu mengkonversi energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan dampak buruk terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON 5.1. Pendahuluan Pada Bab 5 ini akan dibahas mengenai validasi dan analisis dari hasil simulasi yang dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Ekstraksi senyawa antosianin dan fenolik dari sumber tanaman telah banyak

1. PENDAHULUAN. Ekstraksi senyawa antosianin dan fenolik dari sumber tanaman telah banyak 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Ekstraksi senyawa antosianin dan fenolik dari sumber tanaman telah banyak diteliti, termasuk dari tanaman rosella (Hibiscuss sabdariffa L). Tanaman rosella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK 3.1 Gelombang Ultrasonik Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau gelombang bunyi dengan persamaan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai

Lebih terperinci

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi)

Bab 6. Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Bab 6 Elektron Dalam Zat Padat (Teori Pita Energi) Teori Pita Energi Untuk Zat Padat (Model Untuk Teori Pita Energi) Berdasarkan daya hantar listrik, zat padat dibedakan menjadi tiga jenis : Logam dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT LISTRIK POLIANILIN (PANi)

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT LISTRIK POLIANILIN (PANi) PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT LISTRIK POLIANILIN (PANi) Astuti, Henny Prastiwi Laboratorium Fisika Material. Jurusanan Fisika. Universitas Andalas Kampus Unand. Limau Manis. Padang Email

Lebih terperinci