HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 89 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sampai penelitian ini dilakukan, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak antara 8 o 12 o Lintang Selatan dan 118 o 125 o Bujur Timur terdiri dari 15 Kabupaten dan satu Kota. Ada tiga Kabupaten pemekaran baru yaitu Kabupaten Lembata (tahun 1999), pemekaran dari Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Rote Ndao (tahun 2003), pemekaran dari Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Manggarai Barat (tahun 2003), pemekaran dari Kabupaten Manggarai. Ada tiga Kabupaten pemekaran baru lagi yang telah disetujui DPR RI tahun 2006, yakni Kabupaten Nagekeo pemekaran dari Kabupaten Ngada, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat. Gambar 2 Peta Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Luas wilayah daratan adalah km2 tersebar di 566 pulau (42 pulau yang dihuni dan 524 pulau tidak dihuni). Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. Sesuai dengan peta di atas, batas-batas Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut : sebelah Utara dengan laut Flores, sebelah Selatan dengan lautan Hindia, sebelah Barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan sebelah Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste (bekas Provinsi Timor Timur). Di samping itu Provinsi Nusa

2 90 Tenggara Timur adalah bagian terselatan dari wilayah Republik Indonesia, dan dalam posisi dunia provinsi ini merupakan wilayah srategis yang berdampingan dengan benua Australia. Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terbagi dalam 15 kabupaten dan 1 kota terdiri dari 197 kecamatan dan desa/kelurahan dengan jumlah penduduk adalah jiwa. Dari luas wilayah daratan Ha, sebanyak Ha atau 34,96% dijadikan lahan usaha pertanian dengan pembagian Ha atau 32,28% lahan kering, dan Ha atau 2,69% lahan basah (sawah). Lahan kering yang diperuntukkan bagi usaha pertanian terdiri dari lahan dengan kategori S1 (sangat sesuai untuk lahan pertanian) seluas Ha, S2 (sesuai untuk lahan pertanian) seluas Ha, dan S3 (sesuai bersyarat untuk lahan pertanian) seluas ha. Kabupaten Kupang terletak antara Bujur Timur dan Bujur Timur dan antara Lintang Selatan dan Lintang Selatan di bagian utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia serta sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Kabupaten Kupang mencakup 27 pulau (lima pulau yang dihuni dan 22 lainnya belum dihuni). Permukaan tanahnya umumnya berbukit-bukit, bergunung-gunung dan sedikit dataran rendah dengan musim hujan pendek yang jatuhnya sekitar bulan Desember-April; beriklim kering akibat angin Muson. Kabupaten dengan jumlah penduduk orang ini terdiri dari 22 Kecamatan, 165 desa, 21 kelurahan, 728 dusun, 1265 rukun kampung dan 2532 rukun tetangga dengan luas wilayah seluruhnya 5.898,18 km 2 (Kupang dalam Angka, 2004). Kabupaten Timor Tengah Selatan terletak pada koordinat 124 0, Bujur Timur dan 9-10 Lintang Selatan, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Belu. Luas wilayahnya 3.947,00 km2, terdiri dari 21 Kecamatan dan 215 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk jiwa (Timor Tengah Selatan dalam Angka, 2004).

3 91 Kabupaten Manggarai terletak di pulau Flores bagian barat. Luas wilayahnya 7.136,40 km2 dengan jumlah penduduk jiwa. Kabupaten ini terdiri dari 12 Kecamatan, 254 desa/kelurahan (Manggarai dalam Angka, 2005). Kabupaten yang penduduknya lebih dari 80% petani ini terdiri dari tanah pegunungan dan perbukitan dengan curah hujan yang tinggi hampir sepanjang tahun. Karena itu, maka tanahnya subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. Hasil utamanya adalah padi, vanili, kopi, cengkeh, jambu mete, kemiri dan sebagainya. Sewaktu masih bergabung dengan Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dikenal sebagai lumbung pangan untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kondisi Penyuluhan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Struktur Kelembagaan Sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, pelaksanaan penyuluhan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami kemunduran oleh karena rendahnya perhatian pemerintah daerah. Minimnya perhatian pemda ini nampak dari bentuk kelembagan dan organisasi penyuluhan yang tidak hanya bervarisi di setiap kabupaten/kota, tetapi juga rendahnya Eselonering pejabatnya yang tidak memungkinkan dilakukannya koordinasi yang sejajar dengan lembagalembaga lain. Di tingkat provinsi, kelembagaan penyuluhan pertanian dilaksanakan oleh Bidang Bina Sumberdaya Manusia Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan Peraturan Daerah Nusa Tenggara Timur Nomor 11 Tahun Di Kabupaten/Kota, kelembagaan penyuluhan pertanian sangat bervariasi, ada yang berbentuk Badan, Kantor, atau salah satu Sub Dinas tertentu. Di Kabupaten Kupang dinamakan Sub Dinas informasi Penyuluhan dan Bimas Ketahanan Pangan (salah satu Subdin dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan), di Kabupaten Timor Tengah Selatan dinamakan Sub Dinas Penyuluhan, Perlindungan, Sarana dan Prasarana (salah satu Subdin dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura), dan di Kabupaten Manggarai dinamakan Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian.

4 92 Adanya variasi bentuk kelembagaan penyuluhan ini menunjukkan keberagaman persepsi dan cara pandang pemerintah daerah terhadap penyuluhan pertanian. Ada pemda yang menganggap penyuluhan pertanian adalah penting seperti Kabupaten Ngada dan Ende sehingga lembaganya berbentuk badan sehingga sejajar dengan lembaga lain seperti dinas-dinas teknis. Dalam birokrasi kesejajaran ini penting karena memudahkan koordinasi dengan lembaga-lembaga setingkat. Jika lembaganya hanya berbentuk Kantor seperti di Alor, Lembata, Manggarai, Sumba Timur dan Sumba Barat, apalagi hanya sebagai Sub Dinas dan Bidang seperti di Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu, Rote Ndao, Flores Timur, Kupang, maka ia tidak bisa berdiri setingkat dengan lembaga lain seperti Dinas atau Badan. Koordinasinya akan berjalan tidak efektif. Seorang Kepala Kantor, Kepala Sub Dinas (Sub Din) atau Kepala Bidang yang adalah Eselon III tidak bisa berkoordinasi secara pantas dengan Kepala Badan atau Kepala Dinas yang adalah Eselon II dalam hal penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Dengan kata lain bargaining positionnya lemah. Sementara di pihak lain, pemerintah provinsi tidak bisa mengintervensi pemerintah kabupaten/kota untuk mengubah struktur kelembagaannya. Di tingkat kecamatan di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, jumlah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak sebanding dengan jumlah Kecamatan yang ada. Idealnya satu kecamatan memiliki satu BPP (rasio 1 : 1). Kenyataannya masih banyak kecamatan di provinsi ini yang sudah tidak memiliki BPP lagi, padahal kehadiran BPP di kecamatan akan sangat membantu pelaksanaan penyuluhan di desa-desa. BPP menjadi tempat tersedianya sumber informasi penyuluhan untuk petani di desa-desa sehingga tidak perlu ke kabupaten/kota. Dari 197 kecamatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang ada bangunan fisik BPP hanya di 79 kecamatan. Yang belum ada bangunan fisiknya berjumlah 118 Kecamatan. Dari 79 BPP, yang baik dan berfungsi hanya 32 BPP, yang rusak dan tidak berfungsi ada 47. Dari kondisi kelembagaan penyuluhan di kecamatan ini, bisa diasumsikan betapa mandegnya pelaksanaan penyuluhan pertanian di wilayah ini. Di tiga kabupaten yang menjadi lokasi penelitian yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai diperoleh gambaran sebagai

5 93 berikut. Dari 22 kecamatan di Kabupaten Kupang, hanya ada 8 kecamatan yang memiliki BPP dan 14 kecamatan yang lain belum memiliki. Ke delapan BPP yang ada berfungsi sebagaimana mestinya. Di kabupaten Timor Tengah Selatan, dari 21 kecamatan, hanya enam kecamatan yang mempunyai BPP, 15 kecamatan tidak memiliki. Dari BPP yang ada, tiga BPP dalam kondisi baik dan berfungsi, tiga BPP tidak berfungsi. Di Kabupaten Manggarai, dari 12 kecamatan yang ada, lima kecamatan yang memiliki BPP dan tujuh kecamatan belum ada. Dari lima BPP, dua yang masih berfungsi dan tiga tidak berfungsi. Sumberdaya Manusia Penyuluh Jumlah penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil hingga tahun 2006 tercatat orang yang terdiri dari 26 orang yang berada di Provinsi dan orang tersebar di 15 Kabupaten dan 1 Kota. Di tiga lokasi penelitian, jumlah Penyuluh Trampil dan Penyuluh Ahli disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Sebaran Penyuluh Pertanian berdasarkan Jabatan Trampildan Ahli di kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Tahun 2006 No Kabupaten/Kota Jabatan Trampil % Ahli % Jumlah Kupang Timor Tengah Selatan Manggarai ,9 85, , ,4 98 Jumlah ,1 14, Sumber : Diolah dari Laporan Kegiatan Penyuluhan di NTT (Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT,2006) Dari Tabel 10 terlihat bahwa jabatan fungsional Penyuluh Pertanian dari tiga Kabupaten sebagian besar adalah Penyuluh Pertanian Trampil yang berjumlah 258 (83,5%) dan Penyuluh Pertanian Ahli ada 51 orang (16,5%). Hal ini menunjukkan rendahnya minat penyuluh pertanian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Atau ada minat, tetapi tidak didukung oleh kemampuan pembiayaan. Dominasi Penyuluh Trampil adalah lulusan Pendidikan Menengah Atas. Hal itu berarti kualifikasi pendidikan bagi jabatan fungsional Penyuluh Pertanian ini belum seluruhnya memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menkowasbangpan No : 19/KEP/MK.WASPAN/ 5/1999 yaitu pendidikan minimal bagi Penyuluh Pertanian minimal Diploma III.

6 Kualifikasi pendidikan Penyuluh Pertanian di tiga Kabupaten di atas dilihat pada Tabel Tabel 11 Kualifikasi Pendidikan Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Tahun 2006 No Kab/Kota SLTA (SPMA) Pendidikan D1 D2 D3 D4 S1 S2 Jumlah Kupang Timor Tengah Selatan Manggarai Jumlah Sumber : Diolah dari Laporan Kegiatan Penyuluhan di NTT (Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT, 2006) Data Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh di tiga kabupaten penelitian hanya berlatar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Menengah Atas (57,6 persen), Diploma (24,6 persen), dan Sarjana (17,8 persen). Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penyuluhan Ada banyak definisi pendidikan dan pelatihan (selanjutnya disebut diklat) yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Robinson (1988), Laird (1985) dan The Trainer s Library (1987). Robinson (1988) mengatakan diklat adalah proses kegiatan pembelajaran antara pengalaman untuk mengembangkan pola perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, ketrampilan atau sikap untuk mencapai standar yang diharapkan. Proses pembelajaran ini menghasilkan suatu pengalaman, suatu disiplin atau kesadaran yang menyebabkan seseorang menerima sesuatu yang baru tentang perilaku sebelumnya (Laird, 1985). Besarnya peranan diklat dalam mengembangkan kompetensi seseorang ditentukan oleh keseluruhan disain diklat tersebut yang menurut The Trainers s Library (1987) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pegawai, ketrampilan dan meningkatkan sikap, perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik yang sekarang menjadi tanggungjawabnya sehingga tujuan organisasi tercapai. Diklat bagi penyuluh pertanian pada dasarnya memiliki tujuan agar ada peningkatan dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang akan menjadi

7 95 modal sosial dalam pelaksanaan tugas. Karena penyuluh pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil maka diklat penyuluhan lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Diklat adalah gabungan dari dua kata kunci yakni pendidikan dan pelatihan. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat kinerjanya (Atmodiwirio, 2002). Pelatihan menurut konsep Lembaga Administrasi Negara lebih menekankan pada proses peningkatan kemampuan seorang individu dalam melaksanakan tugasnya. Diklat sebagai media pencerdasan belum disadari peranannya oleh semua orang atau pun kelembagaan; atau telah disadari namun orang terjebak ke dalam suatu dilema yang disebut Krause sebagai mitos yang keliru (Irianto, 2001). Mitos pertama adalah manajer (pimpinan lembaga) beranggapan bahwa semua pekerja (pegawai) yang ada sudah memiliki pengalaman yang mnemadai dan karena itu tidak perlu diklat (our people are experienced; they do not need to be trained). Mitos kedua adalah bahwa pelatihan sudah pernah diadakan, namun tidak memiliki hasil yang signifikan bagi kemajuan organisasi (we tried it and it did not work). Mitos yang ketiga adalah manajer (pimpinan lembaga) beranggapan bahwa organisasi yang dipimpinnya terlalu kecil untuk mampu mengadakan pelatihan. Dengan biaya yang besar rasanya tidak adil kalau pelatihan tetap diadakan karena ada pos belanja lain yang lebih memerlukan dana. Mitos keempat adalah manajer (pimpinan organisasi) tidak memiliki waktu lagi untuk melatih karyawan (pegawai) (we do not have time). Keempat mitos yang diciptakan oleh Krause, seorang praktisi manajemen yang memiliki banyak pengalaman di bidang pelatihan di Amerika Serikat itu tidak jarang menghantui banyak pimpinan lembaga baik swasta ataupun pemerintahan. Mitos yang keliru itu menurut Krause menghantui setiap manajer atau pimpinan lembaga yang tidak memiliki visi dan misi untuk memajukan organisasi melalui peningkatan kompetensi para karyawannya. Karena itu seorang

8 96 pemimpin atau manajer harus bisa keluar dari mitos yang keliru itu agar pegawai atau karyawan diberi kesempatan untuk mengikuti diklat guna meningkatkan kinerjanya. Jebakan mitos Krause di atas secara analogis terjadi dalam konteks penyelenggaraan diklat bagi penyuluh pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama setelah pelaksanaan otonomi daerah tahun Menurut para penyuluh pertanian, sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 diklat bagi penyuluh pertanian di Nusa Tenggara Timur hampir tidak diadakan lagi. Pergolakan politik pasca jatuhnya Orde Baru sampai dengan masa transisi penyerahan wewenang kepada daerah melalui kebijakan otonomi daerah mengganggu kelancaran roda pemerintahan termasuk diklat yang selama ini diselenggarakan oleh Departemen Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis Balai Diklat Noelbaki di Kupang. Setelah periode otonomi daerah penyelenggaraan diklat bagi penyuluh pertanian di Provinsi kepulauan ini semakin menurun dari tahun ke tahun. Padahal diklat adalah salah satu media peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh pertanian yang lebih dari 50 persen hanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Atas. Beberapa tahun terakhir ini penyelenggaraan diklat bagi penyuluh pertanian mulai diadakan lagi namun frekwensinya sangat kecil. Pada tahun 2005 hanya ada tujuh diklat yang diikuti oleh sebagian kecil penyuluh pertanian di Nusa Tenggara Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 12. Ada dua kategori diklat yang diadakan yakni diklat teknis dan diklat fungsional. Diklat teknis dan beberapa diklat fungsional tidak hanya diikuti oleh penyuluh pertanian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, tetapi juga dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali. Dari Tabel 12 terlihat bahwa para peserta diklat juga terbatas. Hal ini berarti secara kuantitatif, diklat itu kurang signifikan dengan jumlah penyuluh pertanian yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk pada tiga kabupaten yang menjadi lokasi penelitian. Pola diklat gabungan dari tiga wilayah ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu kelebihannya adalah adanya pertukaran pengalaman, ide, dan gagasan di antara mereka. Salah satu kelemahannya adalah bahwa pola campuran ini terkait juga dengan perbedaan karakteristik wilayah yang ada.

9 Karena itu perlu ada diklat khusus tersendiri bagi para penyuluh Nusa Tenggara Timur. Tabel 12 Kegiatan Diklat bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2005 di Kupang No Nama Pelatihan Peserta A. DIKLAT TEKNIS 1. Diklat Pengelolaan Pakan Ternak 2 Diklat Tata Guna Air dan Konservasi Lahan 3 Diklat Pengolahan Hasil Pertanian B. DIKLAT FUNGSIONAL 1 Diklat Penyetaraan D3 bagi PPL 2 Diklat Dasar Fungsional Penyuluh bagi PPL dan Penyuluh Swakarsa 3 Diklat Manajemen HMT 4 Diklat Pengelolaan BPP Jumlah (orang) Provinsi/Kabupaten Asal Peserta Lama Diklat Sumber Dana 97 PPL 30 NTT, NTB, Bali 7 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL 30 NTT, NTB, Bali 7 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL 30 NTT, NTB, Bali 14 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL Kab/Kota NTT 60 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL 30 NTT, NTB, Bali 7 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL 30 NTT, NTB, Bali 7 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL 30 NTT, NTB, Bali 7 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang 5 Diklat Kepemanduan PPL 50 NTT 3 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang 6 Diklat MP3 PPL 30 NTT 105 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang 7 Diklat tentang gender PPL 50 NTT 12 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang Selanjutnya pada tahun 2006, diklat bagi penyuluh pertanian semakin menurun (Tabel 13). Hanya ada 3 jenis diklat yang dilaksanakan dan pesertanya tidak hanya penyuluh PNS/honorer, tetapi juga penyuluh swakarsa. Tabel 13 Kegiatan Diklat bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2006 di Kupang No Nama Pelatihan Peserta 1. TOT Pendampingan bagi petugas 2 Diklat Metodologi Penyuluhan Partisipatif (MP3) 3 Diklat Pendampingan Kelompok PPL dan Penyuluh Swakarsa Jumlah Kabupaten Lama (orang) Asal Peserta Diklat Sumber Dana Kab/Kota 4 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL Kab/Kota 105 hari Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang PPL dan Penyuluh Swakarsa 100 kelompok a 20 org 15 Kab/Kota NTT 24 kali pertemuan Dana Rutin BDA Noelbaki-Kupang Dari tahun terlihat bahwa dukungan Pemerintah daerah terhadap pelaksanaan diklat bagi penyuluh pertanian sangat rendah. Dalam hal ini pemda tidak bisa disalahkan karena wewenang penyelenggaraan diklat ada pada

10 98 Departemen Pertanian. Hal yang bisa dilakukan adalah perlunya kerja sama antara Departemen Pertanian dengan pemda dalam mengkoodinasi penyelenggaraan diklat di daerah. Pemda sebagai user tentu bertanggungjawab atas upaya pencerdasan masyarakatnya baik yang duduk dalam pemerintahan maupun masyarakat umum seperti petani, nelayan, pedagang, tukang dan sebagainya. Departemen Pertanian melalui Balai Diklatnya adalah penyedia jasa diklat yang perlu memperluas visi dan misinya dalam rangka meningkatkan kemampuan manusia Indonesia di daerah. Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.26 Tahun 2005, struktur kelembagaan penyuluhan di Kabupaten Kupang berbentuk Bidang Informasi Penyuluhan (Eselon III) dan menjadi bagian dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan. Dari 22 kecamatan di Kabupaten Kupang, hanya ada delapan kecamatan yang memiliki Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan 14 kecamatan yang lain belum memiliki BPP. Ke delapan BPP yang ada berjalan secara normal. Selebihnya belum memiliki gedung BPP sendiri. Kegiatan penyuluhan berpusat di Kantor Camat dengan tenaga yang terbatas dan mekanisme kerja yang kurang teratur dan tertata dengan baik. Akibatnya penyuluhan menjadi tersendat-sendat. Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang berjumlah 99 orang dan menyebar di tingkat kabupaten dan delapan BPP. Wilayah kerja dari delapan BPP tersebut mencakup 22 kecamatan. Tabel 14 memperlihatkan penyebaran wilayah kerja Penyuluh Pertanian di setiap Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang tidak seimbang antara jumlah penyuluh dengan jumlah desa yang dilayani. Pada Tabel 14 terlihat rasio yang tidak seimbang antara jumlah penyuluh pertanian dengan jumlah desa yang menjadi wilayah kerjanya. Padahal idealnya sesuai dengan Undang-Undang Penyuluhan No.16 tahun 2006, seorang penyuluh

11 melayani satu desa. Dengan terbatasnya jumlah penyuluh pertanian ini amat sulit bagi mereka melayani masyarakat secara maksimal. 99 Tabel 14 Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang Tahun 2006 berdasarkan wilayah kerja Kabupaten Sebaran Penyuluh Pertanian No Wilayah Kerja/kecamatan Jlh Jlh Desa Perbandingan Nama BPP Penyuluh 1 Raeloro Sabu Barat ,2:1 desa Sabu Timur ,3:1 desa Raijua 3 5 0,6:1 desa Sabu Liae 4 8 0,5:1desa Hawu Mehara 4 8 0,5:1 desa 2 Oenesu Kupang Barat ,5:1 desa Semau ,4:1 desa 3 Oeteta Sulamu 6 5 1,2:1 desa 4 Oben Kupang Tengah ,6:1 desa Nekamese ,4:1 desa 5 Tesbatan Amarasi 3 7 0,4:1 desa Amarasi Barat 4 8 0,5:1 desa Amarasi Timur 5 4 1,3:1 desa Amarasi Selatan 3 5 0,6:1 desa Amabi Oefeli Timur 4 8 0,5:1 desa 6 Amfoang Amfoang Utara 3 9 0,3:1 desa Amfoang Barat Laut 3 6 0,5:1 desa 7 Takari Takari 2 7 0,3; 1 desa Amfoang Selatan ,4:1 desa Amfoang Barat Daya 4 4 1:1 desa 8 Naibonat Kupang Timur ,7:1 desa Fatuleu ,6:1 desa Jumlah ,5:1 desa Keterangan: kecamatan yang tercetak Italic (miring) adalah lokasi penelitian Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Timor Tengah Selatan Berdasarkan SK Bupati No.130/KEP/HK/2005, tanggal 27 September 2005, struktur kelembagaan penyuluhan di Kabupaten Timor Tengah Selatan berbentuk Sub Dinas Penyuluhan, Perlindungan, Sarana dan Prasarana (Eselon III) dan menjadi bagian dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, hanya ada enam kecamatan yang memiliki BPP dan 15 kecamatan yang lain belum memiliki BPP. Dari enam BPP yang ada, tiga BPP yang baik dan berfungsi dan tiga tidak berfungsi lagi. Penyuluh Pertanian di Kabupaten ini berjumlah 155 orang yang terdiri dari 112 orang PNS dan 43 orang Honorer. Penyuluh-penyuluh tersebut

12 100 menyebar di tingkat kabupaten dan 21 BPP seperti terlihat pada Tabel 15. Data Tabel 15 menunjukkan juga ketidakseimbangan antara jumlah penyuluh dengan jumlah desa yang dilayani. Tabel 15 Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2006 berdasarkan wilayah kerja No Nama BPP Wil.Kerja (kecamatan) Sebaran Penyuluh Pertanian PNS Honorer Jlh Desa Perbandingan 1 SoE Kota SoE ,1:1 desa 2 Nulle Amanuban Barat ,1:1 desa 3 Niki-niki Amanuban Tengah :1 desa 4 Mauleum Amanuban Timur ,3:1 desa 5 Kie Kie ,4: 1 desa 6 Oinlasi Amanatun Selatan ,6:1 desa 7 Ayotupas Amanatun Utara ,5:1 desa 8 Kuanfatu Kuanfatu ,6: 1 desa 9 Siso Mollo Selatan ,7: 1 desa 10 Netpala Mollo Utara :1 desa 11 Oebelo Amanuban Selatan ,6: 1 desa 12 Polen Polen ,8: 1 desa 13 Fatumnasi Fatumnasi : 1 desa 14 Boking Boking ,5: 1 desa 15 Batu Putih Batu Putih ,4: 1 desa 16 Kualin Kualin ,6: 1 desa 17 Kolbano Kolbano ,3: 1 desa 18 Oenino Oenino :1 desa 19 Kot'olin Kot'olin ,8:1 desa 20 Nunkolo Nunkolo ,6:1 desa 21 Toi'anas Toi'anas ,7: 1 desa Jumlah ,6: 1 desa Penyebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Manggarai Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No.36 tahun 2000, struktur kelembagaan penyuluhan berbentuk Kantor dan disebut Kantor Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Dari 12 Kecamatan yang ada, lima Kecamatan memiliki Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan 7 Kecamatan yang belum memiliki BPP. Dari lima BPP yang ada, dua yang masih baik dan berfungsi dan tiga yang rusak dan tidak berfungsi lagi. Untuk kelancaran pelaksanaan penyuluhan di Kabupaten Manggarai, Pemda merekrut 70 penyuluh honorer selain 98 Penyuluh PNS. Khusus untuk penyuluh PNS terdapat 76 Penyuluh Trampil dan 22 Penyuluh ahli. Penyebaran wilayah kerja dari para penyuluh pertanian di Kabupaten Manggarai baik yang PNS maupun yang honorer dapat dilihat pada Tabel 16.

13 101 Tabel 16. Sebaran Penyuluh Pertanian di Kabupaten Manggarai Tahun 2006 Berdasarkan Wilayah Kerja No Kab/BPP Wil.Kel Kecamatan Sebaran Penyuluh Pertanian PNS Honorer Jlh desa Perbandingan 1 LangkeRembong LangkeRembong ,1: 1 desa 2 Ruteng Ruteng ,7:1 desa 3 Wae Ri i Wae Ri i ,1:1 desa 4 Satarmese Satarmese ,4:1 desa 5 Cibal Cibal ,4:1 desa 6 Reo Reo ,4:1 desa 7 Sambi Rampas Sambi Rampas ,8:1 desa 8 Poco Ranaka Poco Ranaka ,5:1 desa 9 Lambaleda Lambaleda ,8: 1 desa 10 Borong Borong ,7: 1 desa 11 Kotakomba Kotakomba ,9: 1 desa 12 Elar Elar ,4: 1 desa Jumlah ,7:1 desa Keterangan: kecamatan yang tercetak italic (miring) adalah lokasi penelitian. Sebagaimana dua kabupaten lainnya, penyebaran penyuluh pertanian di kabupaten Manggarai pun sangat tidak seimbang antara jumlah penyuluh pertanian yang tersedia dengan jumlah desa binaan yang dilayani. Ketimpangan rasio perbandingan antara keduanya juga belum mampu memenuhi amanat Undang-Undang Penyuluhan No.16 Tahun 2006 yang menghendaki seorang penyuluh melayani satu desa binaan. Karakteristik Responden Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Manggarai Pada Tabel 17 disajikan karakteristik responden penyuluh pertanian kabupaten Kupang. Dari Tabel ini tampak bahwa sebagan besar (67 persen) Penyuluh Trampil di Kabupaten Kupang baik sektor pangan maupun hortikultura berpendidikan rendah yakni Sekolah Menengah Pertanian Pertama (SPMA) dan semua Penyuluh Ahli untuk kedua sektor itu berpendidikan tinggi (Sarjana); sepertiga penyuluh pertanian berpendidikan Diploma. Pendidikan sebagian besar penyuluh pertanian yang rendah ini tidak didukung dengan pelatihan-pelatihan yang memadai. Hal ini tampak dari sedikitnya pelatihan yang diikuti oleh Penyuluh Trampil yang hanya rata-rata 2,8 pelatihan per penyuluh. Sebaliknya

14 102 Penyuluh Ahli baik untuk sektor pangan maupun hortikultura cukup intens mengikuti pelatihan dengan rata-rata 6,2 diklat. Tabel 17 Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian Kabupaten Kupang Tahun 2006 (n=22) Karakteristik Individu Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Umur Masa Kerja Sifat Kosmopolitan Pendapatan Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Penyuluh Trampil: 15 org Penyuluh Ahli: 7 org Kategori Pangan (%) n = 8 Horti (%) n = 7 Pangan (%) n = 3 Horti (%) n = 4 Rendah:SPMA/Sederajat 62,5 71,4 0,0 0,0 Sedang:Dipl. 37,5 28,6 0,0 0,0 Tinggi:Sarj. 0,0 0, Rendah:Tdk Pernah diklat 0,0 0,0 0,0 0,0 Sedang:diklat 1-4 x 62,5 71,4 33,3 50 Tinggi:diklat > 4 x 37,5 28,6 66,7 50 Muda: ,5 14,3 66,6 75 Sedang: ,4 33,4 20 Tinggi:> 45 12,5 14,3 0,0 0,0 Baru:0-5 th 12,5 14,3 33,3 0,0 Sedang:6-14 th 75 71,4 66,7 75 Lama:> 15 th 12,5 14,3 0,0 0,0 Rendah: tidak baca 25 28,6 0,0 0,0 Sedang:Sering baca 50 42,8 33,3 25 Tinggi: Selalu baca 25 28,6 66,7 75 Rendah:Rp.800- Rp. 1juta 12,5 14,3 0,0 0,0 Sedang:1,1-1,5 juta 62,5 71,4 66,7 75 Tinggi:> 1,6 jt 25 14,3 33,3 25 Rendah 37,5 42,8 0,0 0,0 Sedang 50 42,8 33,3 25 Tinggi 12,5 14,3 66,7 75 Rendah 0,0 0,0 0,0 0,0 Sedang 25 28,6 66,7 50 Tinggi 75 71,4 33,3 50 Dari aspek umur, sebagian besar Penyuluh Trampil berumur sekitar tahun dengan rata-rata 36,2 tahun. Sebagian besar Penyuluh Ahli berumur relatif lebih muda antara tahun dengan umur rata-rata 27,2 tahun. Lebih dari separuh Penyuluh Ahli belum lama menamatkan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Penyuluh berumur relatif tua (di atas 45 tahun) hanya sekelompok kecil dengan rata-rata umur 48,5 tahun. Sebagian besar penyuluh adalah laki-laki. Dari aspek latar belakang keahlian, semua penyuluh pada umumnya berbasis pertanian. Para Penyuluh di Kabupaten Kupang baik Trampil maupun Penyuluh Ahli sebagian besarnya memiliki masa kerja yang relatif sedang berkisar dari 6-14 tahun dengan rata-rata 9,1 tahun. Ada sekelompok kecil terutama Penyuluh Trampil memiliki masa kerja di atas 15 tahun.

15 103 Sifat keterbukaan terhadap informasi, ilmu, pengetahuan, gagasan dan pengaruh luar nampak sekali berbanding lurrus dengan pendidikan formal mereka. Sebagian besar Penyuluh Ahli memiliki sifat kosmopolitan yang tinggi, berbeda dengan Penyuluh Trampil yang kurang dari sepertiganya termasuk mempunyai sifat kosmopolitan tinggi. Hal ini didorong oleh kesempatan yang lebih banyak dimiliki oleh Penyuluh Ahli. Dari aspek pendapatan, lebih dari separuh penyuluh berpendapatan sedang atau menengah dengan rata-rata 1,4 juta per bulan. Ada sekelompok penyuluh baik penyuluh Ahli maupun Penyuluh Trampil yang berpendapatan tinggi > Rp.1,5 juta dengan rata-rata Rp. 1,6 juta. Berdasarkan pengamatan di lapangan, mereka yang tergolong berpendapatan tinggi mempunyai pekerjaan sampingan dan usaha ekonomis produktif. Dari aspek motivasi, sebagian besar Penyuluh Trampil baik sektor pangan maupun hortikultura memiliki motivasi tinggi dalam bekerja karena dorongan dari luar diri seperti uang, jabatan, karir dan sebagainya. Sebaliknya, sebagian besar Penyuluh Ahli lebih termotivasi oleh karena adanya dorongan dari dalam diri seperti keinginan berprestasi (motivasi intrinsik). Di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagaimana tampak dari Tabel 18, komposisi keadaan responden penyuluh pertanian tidak berbeda jauh dengan kabupaten Kupang. Dari aspek pendidikan formal, lebih dari separuh Penyuluh Trampil hanya berbasis Sekolah Menengah Pertanian Pertama (SPMA) dan semua Penyuluh Ahli berpendidikan Sarjana. Sebagian besar penyuluh, baik Penyuluh Trampil maupun Penyuluh Ahli telah mengikuti diklat berkisar di antara 1-4 kali dengan rata-rata 2,7diklat/orang. Dari segi umur, semua Penyuluh Ahli tergolong muda dengan umur sekitar tahun dengan rata-rata umur 28,2 tahun; kurang dari separuh Penyuluh Trampil berumur sedang berkisar di antara tahun dengan umur rata-rata 32,3 tahun; kurang dari sepertiga Penyuluh Trampil berumur > 45 tahun dengan umur rata-rata 48,4 tahun. Selanjutnya, sebagian besar penyuluh adalah laki-laki dan sisanya perempuan; semua penyuluh mempunyai keahlian yang berlatarbelakang pertanian. Masa kerja lebih dari separuh penyuluh (baik Penyuluh Trampil maupun Penyuluh Ahli) berkisar antara 6-14 tahun dengan rata-rata 8,8 tahun.

16 104 Tabel 18 Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2006 (n= 28) Karakteristik Individu Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Umur Masa Kerja Sifat Kosmopolitan Pendapatan Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Penyuluh Trampil: 20 org Penyuluh Ahli : 8 org Kategori Pangan (%) n =10 Horti (%) n = 10 Pangan (%) n = 4 Horti (%) n = 4 Rendah:SPMA/Sederajat ,0 0,0 Sedang:Dipl ,0 0,0 Tinggi:Sarj. 0,0 0, Rendah:Tdk Pernah diklat 0,0 0,0 0,0 0,0 Sedang:diklat 1-4 kali Tinggi:diklat > 4 kali ,0 Muda: Sedang: Tinggi:> ,0 0,0 Baru:0-5 th ,0 Sedang: Lama:> 15 th ,0 0,0 Rendah: tidak pernah baca ,0 0,0 Sedang:Sering baca ,0 0,0 Tinggi: Selalu baca Rendah:Rp.800- Rp. 1juta ,0 0,0 Sedang:1,1-1,5 juta Tinggi:> 1,6 jt Rendah ,0 0,0 Sedang Tinggi Rendah ,0 0,0 Sedang Tinggi Separuh dari Penyuluh Trampil sektor pangan memiliki sifat kosmopolitan rendah karena tidak pernah membaca literatur apapun dan juga tidak pernah bepergian ke tempat lain (desa atau kota lain). Separuh dari Penyuluh Trampil sektor hortikultura tergolong memiliki sifat kosmopolitan sedang karena sering membaca walau tidak terus menerus; mereka pernah juga bepergian ke tempat lain dan cukup terbuka dengan informasi, pengaruh dan gagasan-gagasan baru; semua Penyuluh Ahli memiliki sifat kosmopolitan tinggi karena selalu terbuka dengan dunia dan gagasan-gagasan baru; mereka selalu mengikuti perkembangan informasi dan memiliki semangat tinggi untuk mencari informasi dan pengetahuan. Dari segi pendapatan, lebih dari separuh Penyuluh Trampil dan Penyuluh Ahli berpendapatan menengah berkisar di antara Rp.1,1 sampai Rp. 1,5 juta dengan rata-rata Rp. 1, ; kurang dari sepertiga penyuluh berpendapatan

17 105 tinggi > Rp.1,5 juta dengan rata-rata Rp.1, 6 juta. Sekelompok kecil penyuluh berpendapatan tinggi ini pada umumnya memiliki usaha sampingan seperti membuka kios dan berdagang kecil-kecilan. Dari segi motivasi untuk mengembangkan diri, lebih dari separuh Penyuluh Trampil didorong oleh motivasi eksternal seperti cepat naik pangkat dan mendapat tunjangan yang lebih tinggi. Dari pengamatan di lapangan kelompok penyuluh seperti ini pada umumnya yang sudah berumur tua (mau memasuki masa pensiun). Di Kabupaten Manggarai komposisi responden penyuluh pertanian tampak dalam Tabel 19. Tabel 19 Karakteristik Individu Penyuluh Pertanian Kabupaten Manggarai Tahun 2006 (n=22) Karakteristik Individu Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Umur Masa Kerja Sifat Kosmopolitan Pendapatan Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Penyuluh Trampil:15 org Penyuluh Ahli: 7 org Kategori Pangan (%), n =8 Horti (%) n =7 Pangan (%) n =4 Horti (%) n =3 Rendah:SPMA/Sederajat 75 57,2 0,0 0,0 Sedang:Dipl ,8 0,0 0,0 Tinggi:Sarj. 0,0 0, Rendah:Tdk Pernah diklat 0,0 0,0 0,0 0,0 Sedang:diklat 1-4 kali 75 57, ,3 Tinggi:diklat > 4 kali 25 42, ,7 Muda: , ,3 Sedang: , ,7 Tinggi:> ,3 0,0 0,0 Baru:0-5 th 12,5 14, ,3 Sedang: , ,7 Lama:> 15 th 12,5 14,3 0,0 0,0 Rendah: tidak pernah baca 25 28,6 0,0 0,0 Sedang:Sering baca 50 42, ,7 Tinggi: Selalu baca 25 28, ,3 Rendah:Rp.800- Rp. 1juta 12,5 14,3 0,0 0,0 Sedang:1,1-1,5 juta 62,5 71, ,7 Tinggi:> 1,6 jt 25 14, ,3 Rendah 37,5 42,8 0,0 0,0 Sedang 50 42, ,3 Tinggi 12,5 14, ,7 Rendah 0,0 0,0 0,0 0,0 Sedang 25 28, ,7 Tinggi 75 71, ,3 Pada Tabel 19 terlihat lebih dari separuh Penyuluh Trampil sektor pangan dan hortikultura di Kabupaten Manggarai berpendidikan rendah (Sekolah Pertanian Menengah Atas) dan semua Penyuluh Ahlinya berpendidikan tinggi

18 106 (Sarjana). Penyuluh Trampil yang berpendidikan sedang atau diploma hanya sebagian kecil. Lebih dari separuh Penyuluh Trampil telah mengikuti diklat (pendidikan non formal) berkisar antara 1-4 kali dengan rata-rata 2,9 diklat/orang; Kurang dari separuh Penyuluh Ahli telah mengikuti diklat > 4 kali dengan ratarata 5,5 diklat/orang. Lebih dari separuh Penyuluh Trampil berumur sekitar tahun dengan umur rata-rata 33,4 tahun; demikian pun Penyuluh Ahli sektor pangan dan hortikuktura lebih dari separuhnya berumur sekitar tahun dengan umur rata-rata 32,1 tahun. Sebagian besar penyuluh adalah laki-laki. Masa kerja sebesar lebih dari separuh Penyuluh (Penyuluh Trampil dan Penyuluh Ahli) berkisar 6-14 tahun dengan rata-rata masa kerja 9,2 tahun. Lebih dari separuh penyuluh (trampil dan ahli) mempunyai sifat kosmopolitan sedang, dan penyuluh yang memiliki sifat kosmopolitan tinggi hanya sepertiganya, dan ada sekelompok kecil penyuluh bahkan memiliki sifat kosmopolitan rendah. Letak desa binaan yang tersebar di tempat-tempat terpencil dan jauhnya pusat informasi dan nara sumber diduga menjadi faktor penyebab rendahnya keterbukaan penyuluh terhadap ide, informasi dan gagasan dari luar. Dari pengamatan lapangan, Penyuluh yang berdiam dekat kota saja yang lebih memiliki kesempatan dalam hal mengakses informasi. Dari segi pendapatan, lebih dari separuh penyuluh (baik Penyuluh Trampil maupun Penyuluh Ahli) berpendapatan menengah berkisar antara Rp.1,1 juta Rp.1,5 juta/bulan dengan rata-rata pendapatan Rp Dalam mengembangkan pengetahuan dan kinerja penyuluhan sebuan besar Penyuluh Trampil memiliki motivasi ekstrinsik seperti jabatan, uang, dan kebutuhankebutuhan materi. Sebaliknya, lebih dari separuh Penyuluh Ahli lebih terdorong oleh motivasi intrinsik seperti ingin mencapai prestasi dalam pengetahuan dan pengakuan dari orang lain. Hasil analisis uji beda mengindikasikan adanya perbedaan yang nyata karakteristik individu penyuluh pertanian antara lahan kering yang mencakup Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan dan lahan basah mencakup Kabupaten Manggarai. Adapun peubah yang berbeda nyata adalah pendidikan non formal, umur, masa kerja, sifat kosmopolitan dan motivasi. Pada semua

19 peubah tersebut, jika dilihat dari rata-ratanya, ternyata rata-rata pada lahan kering lebih tinggi dibandingkan lahan basah. 107 Tabel 20 Hasil uji beda karakteristik individu penyuluh antara lahan kering (Kupang dan Timor Tengah Selatan) dan lahan basah (Manggarai) Tahun 2006 Peubah Rataan Lahan kering Lahan basah Sig. Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal ** Umur ** Masa Kerja ** Sifat Kosmopolitan ** Pendapatan Ekonomi Motivasi ** Keterangan: * nyata pada a =0,05; ** nyata pada a = 0,01 Dari hasil uji beda antara kategori penyuluh pertanian yakni penyuluh ahli dan trampil terlihat bahwa yang berbeda nyata pada karakteristik individu penyuluh adalah pendidikan formal, pendidikan non formal, masa kerja, sifat kosmopolitan dan pendapatan. Secara umum, rata-rata skor pada penyuluh ahli lebih tinggi dibandingkan penyuluh trampil. Tabel 21 Hasil uji beda karakteristik individu antara penyuluh ahli dan trampil di kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Tahun 2006 Peubah Rataan Ahli Trampil Uji beda (p) Pendidikan Formal ** Pendidikan Non Formal * Umur Masa Kerja ** Sifat Kosmpolitan ** Pendapatan ** Motivasi Keterangan: * nyata pada a =0,05; ** nyata pada a = 0,01 Berdasarkan kategori jenis usahatani yang disuluh pada kelompok penyuluh ahli, perbedaan yang nyata ditemukan pada pendidikan formal dan non formal. Pada kelompok penyuluh trampil perbedaan yang nyata antara usahatani hortikultura dan pangan dijumpai pada karakteristik individu penyuluh adalah pendidikan formal, pendidikan non formal, umur, dan masa kerja.

20 108 Tabel 22 Hasil uji beda karakteristik individu penyuluh usahatani hortikultura dan pangan di kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Tahun 2006 Peubah Ahli Trampil Hortikultura Pangan Uji beda (p) Hortikultura Pangan Uji beda (p) Pendidikan Formal ** ** Pendidikan Non Formal * * Umur ** Masa Kerja ** Sifat Kosmpolitan Pendapatan Motivasi Karakteristik Individu Petani di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai Tahun 2006 Dari Tabel 23 tampak bahwa petani yang sempat mengenyam pendidikan lebih dari enam tahun sekolah hanya dimiliki oleh petani pelopor dan petani perintis, sedang petani penganut dini dan lambat umumnya hanya mengenyam pendidikan berkisar 1-5 tahun sekolah; bahkan petani kolot tidak bersekolah sama sekali. Kesempatan mengikuti pelatihan juga hanya dimiliki oleh petani pelopor dan perintis. Luasnya wawasan dan pengetahuan mereka memungkinkan mereka selalu terpilih untuk mengikuti pelatihan. Kesempatan mengikuti pelatihan ini hampir tidak dimiliki oleh petani penganut dini, petani penganut lambat, apalagi petani kolot. Petani pelopor dan petani perintis pada umumnya masih berumur muda, energik dan dinamis, sebaliknya petani penganut dini dan petani penganut lambat sudah agak tua; umur petani kolot sudah sangat tua (dilihat dari ukuran umur orang Indonesia). Petani pelopor dan perintis yang energik, dinamis dan masih berumur muda ini lebih sering berinteraksi dengan pihak lain. Pikiran mereka sangat terbuka dengan ide dan gagasan-gagasan baru sehingga mereka memiliki sifat kosmopolitan tinggi daripada kelompok petani lainnya. Keterbukaan, inovasi dan kreativitas yang mereka miliki juga berhubungan secara diametral dengan pendapatannya. Secara ekonomis, pendapatan mereka jauh lebih tinggi dari kelompok petani lainnya.

21 109 Tabel 23 Karakteristik Petani di Tiga Kabupaten Penelitian (n=180) Karakteristik Individu Kelompok Petani Kategori Jumlah % (orang) Pendidikan Formal Pelopor Tinggi (> 6 tahun sekolah) Perintis Tinggi (> 6 tahun sekolah) Penganut dini Sedang (1-5 tahun sekolah) Penganut. lambat Sedang (1-5 tahun sekolah) Kolot Rendah (tidak sekolah) Jumlah Pendidikan Non Formal Pelopor Tinggi (> 2 pelatihan) Perintis Tinggi (> 2 pelatihan) Penganut dini Sedang (1 x pelatihan) Penganut. lambat Sedang (1 x pelatihan) Kolot Rendah (tidak pernah) Jumlah Umur Pelopor Muda (20-37 tahun) Perintis Muda (20-30 tahun) Penganut dini Sedang (38-55 tahun) Penganut. lambat Sedang (38-55 tahun) Sifat Kosmopolitan Kolot Tinggi (> 56 tahun) Jumlah Pelopor Tinggi Perintis Tinggi Penganut dini Sedang Penganut. lambat Sedang Kolot Rendah Jumlah Pelopor Tinggi (> 1,1 juta/bln) Pendapatan Perintis Tinggi (> 1,1 juta/bln) Penganut dini Sedang (Rp Rp.1juta) Penganut. lambat Sedang (Rp Rp. 1juta) Kolot Rendah (< Rp /bln) Jumlah Hasil analisis uji beda (Tabel 24) mengindikasikan adanya perbedaan yang nyata karakteristik individu petani antara lahan kering (Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan) dan lahan basah (Kabupaten Manggarai). Adapun peubah yang berbeda nyata adalah pendapatan ekonomi, dimana pendapatan petani pada lahan basah lebih tinggi dibandingkan petani lahan kering. Tabel 24 Hasil uji beda karakteristik individu petani antara lahan kering (Kupang dan Timor Tengah Selatan) dan lahan basah (Manggarai) Peubah Rataan Lahan kering Lahan basah Sig. Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Umur Sifat Kosmopolitan Kategori Adopter Pendapatan Ekonomi ** Keterangan: * nyata pada a =0,05; ** nyata pada a = 0,01

22 110 Berdasarkan kategori jenis usahatani yang digeluti petani perbedaan yang nyata dijumpai pada sifat kosmopolitan dimana petani hortikultura lebih tinggi skornya dibandingkan petani pangan (Tabel 25). Tabel 25 Hasil uji beda karakteristik individu petani hortikultura dan pangan Rataan Peubah Hortikultura Pangan Sig. Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Umur Sifat Kosmopolitan ** Kategori Adopter Pendapatan Keterangan: * nyata pada a =0,05; ** nyata pada a = 0,01 Sebaran Pendapat Penyuluh Pertanian Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Manggarai tentang Diklat Penyuluhan Pada Tabel 26 dikemukakan pendapat penyuluh kabupaten Kupang tentang sejauh mana diklat penyuluhan yang mereka ikuti memberikan nilai tambah pada peningkatan kompetensi mereka. Diklat penyuluhan sebagai salah satu media penambahan ilmu, pengetahuan, pembentukan sikap dan karakter, peningkatan ketrampilan merupakan pengalaman pembelajaran yang disiapkan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja pegawai pada saat sekarang (Nadler, 1980). Penelitian menemukan adanya ketidakpuasan terhadap diklat penyuluhan baik disampaikan oleh Penyuluh Trampil maupun Penyuluh Ahli. Hal itu ditunjukkan dengan elemen-elemen diklat yang ditanggapi kurang positif oleh para penyuluh. Lebih dari separuh penyuluh dari kedua kelompok mengatakan kurikulum diklat kurang sesuai dengan kompetensi yang mereka butuhkan karena kurikulum itu diturunkan dari pusat tanpa terlebih dahulu secara obyektif melakukan kajian kebutuhan penyuluh lokal.

23 Tabel 26 Sebaran Pendapat Penyuluh Pertanian Kabupaten Kupang Tahun 2006 tentang Diklat Penyuluhan (n=22) 111 Elemen Diklat Kesesuaian Kurikulum dengan kompetensi yang dibutuhkan Pengalaman Belajar yang diperoleh Kompetensi Widyaiswara Manfaat penerapan metode belajar Komitmen Pengelola diklat Sistem Evaluasi Diklat Dukungan dana,sarana/prasarana diklat Penyuluh Trampil: 15 org Penyuluh Ahli: 7 org Kategori Pendapat Pangan (%) n = 8 Horti (%) n = 7 Pangan (%) n = 3 Horti (%) n = 4 Tidak Sesuai 25 14,3 0,0 25 Cukup Sesuai 62,5 57,1 66,7 50 Sesuai 12,5 28,6 33,3 25 Kurang 12,5 14,3 66,7 50 Cukup 62,5 57,1 33,3 50 Banyak 25 28,6 0,0 0,0 Rendah 12,5 28,6 33,3 50 Sedang 50 57,1 66,7 50 Tinggi 37,5 14,3) 0,0 0,0 Tidak bermanfaat 12,5 14,4) 0,0 25 Cukup bermanfaat 37,5 42,8 66,7 25 Bermanfaat 50 42,8 33,3 50 Rendah 25 14,3 66,7 50 Sedang 50 57,1 33,3 25 Tinggi 25 28,6 0,0 25 Tidak baik 50 28,6 33,3 50 Kurang 12,5 14,3 66,7 25 Baik 37,5 57,1 0,0 25 Tidak mendukung 25 28,6 33,3 25 Cukup 50 42,8 33,3 50 Mendukung 25 28,6 33,3 25 Diklat yang kurang memuaskan ini menyebabkan pengalaman belajar yang mereka peroleh tidak bisa secara penuh diterapkan di tengah masyarakat petani. Diklat penyuluhan yang ada belum direncanakan secara matang dan berkoordinasi dengan elemen-elemen terkait di daerah seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Kehutanan dan sebagainya. Penyelenggara diklat di daerah kurang mampu berkoordinasi dan bekerja sama dengan stakeholder lain guna menindaklanjuti hasil diklat. Saat penyuluh misalnya mengikuti pelatihan teknologi pengelolaan pascapanen, dinas-dinas kemakmuran tidak merencanakan pelatihan yang sama bagi petani sehingga saat penyuluh turun ke lapangan petani pun sudah memahami cara mengelola produk pascapanen. Pandangan yang tidak berbeda jauh tentang efektivitas diklat penyuluhan dan pengaruhnya pada peningkatan kompetensi penyuluh dikemukakan oleh para penyuluh di kabupaten Timor Tengah Selatan seperti terlihat pada Tabel 27.

24 112 Tabel 27. Sebaran Pendapat Penyuluh Pertanian Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2006 tentang Diklat Penyuluhan (n=28) Elemen Diklat Kesesuaian Kurikulum dengan kompetensi yang dibutuhkan Pengalaman Bela jar yang diperoleh Kompetensi Widyaiswara Manfaat penerapan metode belajar Komitmen Pengelola diklat Sistem Evaluasi Diklat Dukungan dana,sarana/ prasarana diklat Penyuluh Trampil: 20 org Penyuluh Ahli : 8 org Kategori Pendapat Pangan (%) n = 10 Horti (%) n = 10 Pangan (%) n = 4 Horti (%) n = 4 Tidak Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Kurang Cukup Banyak Rendah Sedang Tinggi Tidak bermanfaat Cukup bermanfaat Bermanfaat Rendah Sedang Tinggi Tidak baik Kurang Baik Tidak mendukuung Cukup Mendukung Lebih dari separuh Penyuluh Ahli baik sektor pangan maupun sektor hortikultura di Kabupaten Timor Tengah Selatan memberikan persepsi yang negatif terhadap beberapa aspek diklat seperti pengalaman belajar, kompetensi widyaiswara, komitmen pengelola diklat dan dukungan dana, sarana dan prasarana diklat. Persepsi yang cukup baik hanya terdapat pada dua aspek diklat yakni manfaat penerapan metode belajar dan kesesuaian kurikulum diklat dengan kompetensi yang dibutuhkan. Pada kelompok Penyuluh Trampil, persepsi yang cukup baik hampir terdapat pada semua aspek seperti kesesuaian kurikulum dengan kompetensi yang dibutuhkan, pengalaman belajar, kompetensi widyaiswara, manfaat penerapan metode belajar, komitmen pengelola diklat, sistem evaluasi diklat dan dukungan dana, sarana dan prasarana. Namun persepsi yang cukup baik oleh Penyuluh Trampil ini tidak berarti penylenggaraan diklat secara umum telah memberikan manfaat dan kepuasan bagi penyuluh karena persepsi yang negatif pun disampaikan oleh lebih dari separuh Penyuluh Ahli. Dari fakta tersebut tetap disimpulkan di sini bahwa diklat penyuluhan secara

25 113 umum belum mampu memberdayakan, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penyuluh secara optimal. Pandangan penyuluh di kabupaten Manggarai tentang diklat penyuluhan yang selama ini mereka ikuti dikemukakan dalam Tabel 28. Tabel 28. Sebaran Pendapat Penyuluh Pertanian Kabupaten Manggarai Tahun 2006 tentang Diklat Penyuluhan (n=22) Elemen Diklat Kategori Pendapat Penyuluh Trampil:15 org Pangan (%) Horti n = 8 (%) n = 7 Kesesuaian Kurikulum dengan kompetensi yang dibutuhkan Pengalaman Belajar yang diperole h Penyuluh Ahli: 7 org Panga n (%) n = 4 Horti (%) n =3 Tidak Sesuai 12,5 28, ,3 Cukup Sesuai 62,5 42, ,3 Sesuai 25 28, ,3 Kurang 25 14, ,3 Cukup 12,5 57, ,3 Banyak 62,5 28, ,3 Kompetensi Widyaiswara Rendah 12,5 28, ,3 Sedang 50 42, ,3 Tinggi 37,5 28, ,3 Manfaat penerapan metode belajar Komitmen diklat pengelola Tdk bermfaat 12,5 14, ,3 Ckp bermfaat 50 57, ,3 Bermanfaat 37,5 28, ,3 Rendah 25 28, ,3 Sedang 50 42, ,3 Tinggi 25 28, ,3 Sistim evaluasi diklat Tidak baik 12,5 28, ,3 Kurang 50 42, ,3 Baik 37,5 28, ,3 Dukungan dana, sarana/prasarana diklat Tidak mendukuung 12,5 28, ,3 Cukup 50 42, ,3 Mendukung 37,5 28, ,3 Pada Tabel 28 tampak bahwa Penyuluh di Kabupaten Manggarai pun memiliki persepsi yang kurang lebih sama terhadap diklat penyuluhan sebagaimana penyuluh di dua Kabupaten sebelumnya. Penyuluh Ahli sektor pangan di Manggarai cenderung memberikan persepsi negatif terhadap diklat penyuluhan yang diikuti, sebaliknya Penyuluh Ahli sektor hortikultura cenderung seimbang dalam memberikan pendapatnya. Penyuluh Trampil sektor pangan cenderung memberikan penilaian yang lebih positif terhadap diklat penyuluhan daripada Penyuluh Trampil sektor hortikultura; hal ini disebabkan oleh

26 114 kesempatan mengikuti diklat lebih dimiliki oleh penyuluh sektor pangan daripada sektor hortikultura. Hasil analisis uji beda mengindikasikan adanya perbedaan yang nyata penilaian diklat penyuluhan antara penyuluh lahan kering yang mencakup Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan dan penyuluh lahan basah mencakup Kabupaten Manggarai. Adapun peubah yang berbeda nyata adalah kurikulum, pengalaman belajar, widyaiswara, komitmen pengelola, sistem evaluasi, serta dukungan dana, sarana dan prasarana. Secara umum skor penilaian diklat penyuluhan pada lahan kering lebih tinggi dibandingkan pada lahan basah. Dalam menilai diklat secara keseluruhan, penyuluh lahan kering jauh proporsional daripada penyuluh di lahan basah. Mereka menilai diklat secara obyektif dan realistis dan tidak semata-mata melihat kelemahan diklat yang ada. Tabel 29 Hasil uji beda penilaian diklat penyuluhan oleh penyuluh pertanian lahan kering (Kupang dan Timor Tengah Selatan) dan lahan basah (Manggarai) Tahun 2006 Peubah Rataan Lahan kering Lahan basah Sig. - Kurikulum (X21) ** - Penglaman Belajar (X22) ** - Widyaiswara (X23) ** - Komitmen PengelolaX24) ** - Sistem Evaluasi (X25) * - Dukungan dana, sarana dan prasarana (X26) ** Diklat Penyuluhan Analisis uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata penilaian diklat penyuluhan antara penyuluh ahli dan trampil pada peubah kurikulum, pengalaman belajar, komitmen pengelola, sistem evaluasi, serta dukungan dana, sarana dan prasarana. Skor komposit diklat penyuluhan juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara penyuluh ahli dan trampil. Secara umum skor penilaian diklat penyuluhan penyuluh ahli pada peubah-peubah tersebut lebih tinggi dibandingkan pada penyuluh trampil. Dalam menilai diklat secara keseluruhan, penyuluh ahli jauh lebih kritis daripada penyuluh trampil. Dengan dasar pendidikan sarjana dan pengetahuan yang relatif cukup memadai penyuluh ahli lebih memperlihatkan sikap kritis.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST) 1 Nusa Tenggara Timur: 46.760 9.930 7.328 8.055 5.690 17.071 17.982 14.395 19.658 146.869 2 Alor 173 14 33 13 31 40 66 49 41 460 3 Alor Barat Laut 32-2 1 1 5 11 19 11 82 4 Alor Selatan 19 1 6 1 9 3 9 4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG, PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan motivasi kerja dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 13/09/53/Th. I, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

PROFIL BALAI POM DI KUPANG

PROFIL BALAI POM DI KUPANG PROFIL BALAI POM DI KUPANG SEKILAS TENTANG BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI KUPANG Balai POM di Kupang berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 05018/SK/KBPOM sejak tanggal

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilakukan untuk menunjang dan mendorong berkembangnya pembangunan daerah. Di samping itu, pembangunan daerah juga ditingkatkan untuk memperkokoh

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT Assalamu alaikum Wr. Wb. Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar lahan pertaniannya terdiri atas lahan kering.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Jakarta, 12 Nopember 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/07/53/Th. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB III. KONDISI KEKURANGAN GIZI ATAU MALNUTRITION di KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III. KONDISI KEKURANGAN GIZI ATAU MALNUTRITION di KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR BAB III KONDISI KEKURANGAN GIZI ATAU MALNUTRITION di KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR Luasnya bangsa Indonesia yang membentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan kendala dalam pemerataan dan pendistribusian

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 16/07/Th. XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk memacu perkembangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI TIMUR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PROFIL KEMENTERIAN AGAMA

PROFIL KEMENTERIAN AGAMA PROFIL KEMENTERIAN AGAMA KANTOR KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Jl. Gajah Mada, No. 33, SoE-85512, Telp/Fax. (0388) 21102 email : kabtimortengahselatan@kemenag.go.id GAMBARAN UMUM KABUPATEN TIMOR TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 180, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3901)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 180, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3901) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 180, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3901) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD FAUZI IBRAHIM HASAN L2D 000 440 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pekerjaan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 OLEH : IR. EDGAR R. TIBULUDJI Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur Disampaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 05/05/53/Th. XX, 20 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta NTB 63.0 NTT 64.8 NTB 63.0 NTT 64.8 Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta Letak Geografis : 8 0-12 0 LS dan 118 0-125 0 BT

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II 3.1. UMUM S ejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 162 TAHUN 2012 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEMBATA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEMBATA UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LEMBATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45 BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1. Kondisi Fisik Kabupaten Purwakarta 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107º30

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bagian I :

KATA PENGANTAR Bagian I : KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010 No. 01 Desember KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan.

Lebih terperinci