KATA PENGANTAR Bagian I :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR Bagian I :"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Lembaga Penelitian Undana. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai Juli 2013 sampai dengan Desember Penelitian ini diarahkan untuk memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam konteks pengembangan UMKM di tingkat Kabupaten/Kota dan ditingkat Provinsi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian Baseline Economic Survey tahun 2013 meliputi 21 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 200 Kecamatan sebagai wilayah penelitian. Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan pada berbagai pihak, baik penentu kebijakan, instansi teknis terkait lainnya, lembaga perbankan, lembaga lainnya, maupun pengusaha guna mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi, dengan menetapkan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan Daerah di Nusa Tenggara Timur. Penelitian KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan empat metode utama untuk pengolahan data yaitu Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Bayes. Metode ini menggunakan pendekatan partisipatif yang menggabungkan pendekatan top-down dalam penetapan kriteria dan bottom-up pada penetapan KPJu yang diungkapkan dengan prinsip dari, oleh dan untuk daerah. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan UMKM dilibatkan sebagai narasumber. Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil UMKM beserta faktor pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah dan perbankan. Karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan guna mendukung perekonomian daerah sesuai dengan ketersediaan sumberdaya dan kapasitas kelembagaan setiap daerah. Laporan penelitian ini disajikan dengan sistematika secara umum sebagai berikut: Bagian I : 1) Pendahuluan, 2) Metode Penelitian 3) Kondisi Umum Wilayah Provinsi NTT 4) Hasil Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Provinsi NTT 5) Kesimpulan dan Rekomendasi

4 Bagian II : Laporan per Kabupaten/Kota, dengan sistematika di setiap Kabupaten/Kota sebagai berikut: 1) Kondisi Umum Wilayah Kabupaten/Kota 2) Hasil Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota 3) Kesimpulan dan Rekomendasi Pada laporan bagian II, yaitu laporan per kabupaten/kota tidak lagi ada Bab Penddahuluan dan Metodologi, karena sudah di paparkan di Bagian I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan per kabupaten/kota. Dengan sistematika demikian diharapkan pembaca dan/atau pengguna imformasi dapat dengan mudah dan utuh memahami kondisi daerah dan KPJu untuk tingkat provinsi atau kabupaten/kota tertentu. Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, Tim Peneliti Universitas Nusa Cendana dan Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, Manggarai Barat dan Pemerintah Kota Kupang, yang telah memberikan kerjasama yang sangat baik serta masukan data, fakta dan keterangan yang sangat berguna. 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata, Badan Pusat Statistik dan instansi terkait lainnya, serta Pihak Perbankan dan dunia usaha tingakt provinsi dan kabupaten/kota yang banyak memberikan informasi serta data yang diperlukan. 3. Para narasumber kecamatan yang terdiri dari para Pejabat Kecamatan, Penyuluh/Mantri Tani dan Koordinator Statistik Kecamatan di tingkat kecamatan yang ada di wilayah penelitian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. Akhirnya kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengembangan UMKM dan pembangunan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang, Desember 2013 Penanggung Jawab Penelitian Ketua Lembaga Penelitian Undana Prof. Dr. Mien Ratoe Oedjoe, M.Pd NIP

5 DAFTAR ISI JUDUL KATA PENGANTAR TIM PENELITI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman i ii iii v vi v PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Survey dan Penelitian 4 II METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Daerah Survei dan Penelitian Metode Analisis Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data Narasumber Penelitian Tingkat Provinsi NTT Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan Jangka Waktu Penelitian 12 III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Fisik Wilayah Demografi Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Wilayah Ekonomi Wilayah 24 IV HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM 26 TINGKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 4.1. Bobot Tujuan dan Kriteria KPJu Kabupaten dan Kecamatan Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT KPJu Unggulan Tingkat Provinsi NTT Hasil Analisis Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJu Unggulan 31 Tingkat Provinsi NTT 4.5. Hasil Analisis SWOT KPJu Unggulan Lintas Sektor Provinsi NTT Hasil Analisis Siklus Bisnis KPJu Unggulan Lintas Sektor Hasil Analisis Inflasi KPJu Unggulan 40 V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 44 KOTA KUPANG I KONDISI UMUM WILAYAH KOTA KUPANG Kondisi Fisik Wilayah Demografi Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Wilayah 48 v

6 1.5. Ekonomi Wilayah Potensi UMKM Perbankan UMKM 51 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KOTA KUPANG Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kota Kupang KPJU Unggulan Per Sektor di Kota Kupang KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang Hasil Analisis Hasil Analisis Potensi Dan Prospek KPJu Unggulan Kota Kupang 54 III Kesimpulan dan rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi 56 KABUPATEN KUPANG I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN KUPANG Kondisi Fisik Wilayah Demografi Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Wilayah Ekonomi Wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 67 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN KUPANG Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Kupang KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Kupang KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang Hasil Analisis Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJu Unggulan Kabupaten Kupang 71 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 73 KABUPATEN ROTE NDAO I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ROTE NDAO Fisik wilayah Demografi Potensi Sumber daya Alam Infrastruktur Ekonomi Wilayah Potensi UMKM Perbankan UMKM 81 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN ROTE NDAO Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Rote 82 Ndao 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Rote Ndao KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao Hasil Analisis Perspektif Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Rote Ndao 84 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 86 vi

7 KABUPATEN SABU RAIJUA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA Kondisi Fisik Wilayah Demografis Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Wilayah Ekonomi Wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 93 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SABU RAIJUA Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Sabu Raijua KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sabu Raijua 96 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 98 KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Kondisi Fisik Wilayah Demografis Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Ekonomi Wilayah Perbankan dan UMKM 114 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Timor 116 Tengah Selatan 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Selatan 118 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 119 KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA Kondisi Fisik Wilayah Demografis Potensi Sumber Daya Alam Infrastruktur Ekonomi Wilayah Perbankan dan UMKM 131 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten TTU 132 vii

8 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Utara 134 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 135 KABUPATEN BELU I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN BELU Kondisi Fisik Wilayah Demografis Potensi Sumber Daya Alam Ekonomi Wilayah Perbankan dan UMKM 144 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN BELU Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Belu KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Belu KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Belu 147 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 148 KABUPATEN SUMBA TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Perbankan dan UMKM 163 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SUMBA TIMUR Bobot Sektor- Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 165 Sumba Timur 2.2. KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Timur KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Timur Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Timur 167 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 169 KABUPATEN SUMBA TENGAH I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA TENGAH Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Perbankan dan UMKM 189 viii

9 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SUMBA TENGAH Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 191 Sumba Tengah 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Tengah KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Tengah Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Tengah 193 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 195 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Struktur Ekonomi Wilayah 203 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 210 Sumba Barat Daya 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Barat Daya 212 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 213 KABUPATEN SUMBA BARAT I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Stuktur Ekonomi Wilayah 221 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SUMBA BARAT Bobot Sektor-Sub Sektordalam pengembangan UMKM Kabupaten 226 Sumba Barat 2.2 KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Barat KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Barat Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Barat 228 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 230 ix

10 KABUPATEN ALOR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ALOR Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Peranan Perbankan dan UMKM 245 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN ALOR Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten Alor KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Alor KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Alor Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Alor 250 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 252 KABUPATEN LEMBATA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN LEMBATA Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 263 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN LEMBATA Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 266 Lembata 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Lembata KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Lembata Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Lembata 268 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 269 KABUPATEN FLORES TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN FLORES TIMUR Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 282 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN FLORES TIMUR 285 x

11 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 285 Flores Timur 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Flores Timur KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Flores Timur Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Flores Timur 287 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 288 KABUPATEN SIKKA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SIKKA Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 299 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SIKKA Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 302 Sikka 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sikka KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sikka Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 304 II KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 305 KABUPATEN ENDE I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ENDE Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 320 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN ENDE Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 323 Ende 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Ende KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Ende Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 325 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 326 xi

12 KABUPATEN NAGEKEO I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 338 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN NAGEKEO Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 341 Nagekeo 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Nagekeo KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Nagekeo Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 343 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 344 KABUPATEN NGADA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN NGADA Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Perbankan dan UMKM 355 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN NGADA Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 357 Ngada 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Ngada KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Ngada Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 359 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 361 KABUPATEN MANGGARAI TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 378 xii

13 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI TIMUR Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 379 Manggarai Timur 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai Timur KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai Timur Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 382 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 383 KABUPATEN MANGGARAI I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Potensi UMKM Perbankan dan UMKM 398 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 401 Manggarai 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 404 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 405 KABUPATEN MANGGARAI BARAT I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT Kondisi Fisik Wilayah Demografi Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia Infrastruktur Wilayah Ekonomi wilayah Perbankan dan UMKM 416 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI BARAT Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 419 Manggarai Barat 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai Barat KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai Barat Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 422 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 423 xiii

14 DAFTAR TABEL No Tabel Uraian PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Halaman 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian 4 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan UMKM Tingkat Kabupaten Kota 9 3. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk NTT Per 14 Kabupaten 4. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja 1 Minggu Yang Lalu Menurut 15 Lapangan Usaha di NTT, Jumlah Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin 16 Tahun Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 16 Tahun Produktivitas Tanaman Pangan Tahun Produktivitas Perkebunan di Provinsi NTT Tahun Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur Perkembangan Persediaan rumah layak huni Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk 26 Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 12. Hasil Analisis Penentuan Bobot Sektor/Sub Sektor Prioritas KPJU 28 Tingkat Provinsi NTT 12. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk 28 Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 13. KPJu Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi NusaTenggaraTimur 30 Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan 15. Skor dan Kategori Penilaian Potensi dan Prospek KPJU Unggulan Matriks Posisi KPJu Unggulan di Provinsi NTT Berdasarkan Kriteria Potensi dan Kabupaten 31 KOTA KUPANG 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun Jumlah Penduduk Kota Kupang Menurut Jenis Kelamin, Luas Lahan dan Penggunaannya di Kota Kupang Potensi Sumber Air di Kota Kupang Banyaknya Kendaraan Umum dan Pribadi menurut Jenisnya di Kota 48 Kupang 6. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid menurut Tingkat Pendidikan di Kota 48 Kupang Tahun Persentase Penduduk Kota Kupang Menurut Golongan 49 Pengeluaran Konsumsi perbulan 8. PDRB Kota Kupang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun xiv

15 No Tabel Uraian Halaman 9. Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di Kota Kupang 50 Tahun Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 52 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kota Kupang 11. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 53 di Kota Kupang KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 54 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang 13. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang 55 KABUPATEN KUPANG 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kupang Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Kupang Tahun Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Kupang Tahun Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta 62 di Kabupaten Kupang Tahun Persentase Penduduk Kabupaten Kupang Menurut Golongan 62 Pengeluaran Konsumsi perbulan 6. Presentase Distribusi PDRB Kabupaten Kupang Atas Dasar Harga 63 Konstan Tahun (%) 7. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Kabupaten Kupang Tahun Jumlah Perusahaan, dalam sektor Industri dan perdagangan 66 Di Kabupaten Kupang Nilai Produksi Perusahaan sektor Industri dan perdagangan 66 di Kabupaten Kupang Posisi Pembiayaan Menurut Sektor Usaha Komposisi pemberian kredit Bank NTT Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 69 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Kupang 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 70 di Kabupaten Kupang KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 71 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang 72 KABUPATEN ROTE NDAO Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga Serta Kepadatan Penduduk Per km 2 di Kabupaten Rote Ndao Tahun Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja pada Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Rote Ndao 76 xv

16 No Tabel Uraian Halaman 3. Distribusi Luasan Lahan Pertanian Menurut Pola Usaha Tani di 77 Kabupaten Rote Ndao 4. Persentase Penduduk Kabupaten Rote Ndao dan Menurut Golongan 79 Pengeluaran Konsumsi perbulan Tahun PDRB Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut 80 Lapangan Usaha, Tahun Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di 80 Kabupaten Rote Ndao Tahun Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Rote Ndao Rangking dan Skor Terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Rote Ndao KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 84 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao 85 KABUPATEN SABU RAIJUA 1. Jumlah kecamatan, luas wilayah, dan jumlah desa/kelurahan Kondisi Jalan Provinsi di Kabupaten Sabu Raijua tahun Pengeluaran Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 91 perbulan 4. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 91 perbulan 5. PDRB Kabupaten Sabu Raijua Atas Dasar Konstan dan harga Berlaku 92 Tahun (juta rupiah) 6. Jumlah Dan Perkembangan UMKM Menurut Sector Usaha 93 di Kabupaten Sabu Raijua Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 94 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sabu Raijua 8. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 95 di Kabupaten Sabu Raijua KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 96 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sabu Raijua 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua 97 KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) Perkembangan Produksi Tanaman Pangan, Tahun (Ton) Perkembangan Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tahun 2011 (ton) Jumlah Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah 104 Selatan Tahun 2011 (ton) 5. Kondisi Produksi Tanaman Perkebunan Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak 105 xvi

17 No Tabel Uraian Halaman 7. Jumlah Produksi Perikanan Menurut Macam Produksi (Kg) Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tata Guna, Jenis Bahan Galian Golongan C dan Cadangan 107 di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah 107 Selatan Tahun Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Perdagangan 108 Tahun di Kabupaten Timor Tengah Selatan 12. Kondisi Permukaan Jalan Status Jalan Kabupaten di Kabupaten TTS Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan 110 Di Kabupaten TTS, Tahun Jumlah dan Perbandingan Prasarana dan Sarana Pelayanan Kesehatan 111 Di Kabupaten TTS, Tahun Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran 111 Per Kapita Sebulan, PDRB Kabupaten TTS berdasarkan Harga Berlaku dan 112 Harga Konstan (Jutaan Rupiah) 17. Struktur Perekonomian Kabupaten TTS (%) Jumlah Nasabah dan Nilai Kredit (Jutaan Rupiah) Menurut Bank Umum 115 di Kabupaten TTS 19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 116 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 20. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 117 di Kabupaten Timor Tengah Selatan KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 118 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 22. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 118 KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun Jumlah Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara dan Tingkat 122 kepadatan per Kecamatan. Tahun Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Pada 123 Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Timor Tengah Utara 4. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tahun 2010 di Kabupaten Timor 124 Tengah Utara (ton) 6. Perkembangan Produksi Tanaman Buah-buahan 124 di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun (ton) 7. Jumlah Luas Areal (Ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan 125 Tahun 2010 di Kabupaten Timor Tengah Utara 8. Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak 125 xvii

18 No Tabel Uraian Halaman 9. Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Timor 126 Tengah Utara Tahun 2010 (Ton) 10. Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tataguna Tahun Potensi Sumber Daya Mineral Golongan A dan B di Kabupaten Timor 127 Tengah Utara Tahun 2010 (ppm) 12. Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah 128 Utara Tahun Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran 130 Per Kapita Sebulan Produk Domestik Bruto Kabupaten TTU Atas Harga Berlaku 130 Menurut Lapangan Usaha Tahun Posisi Kredit menurut Sektor Ekonomi dan Jenis Kredit 131 Pada BRI, BNI dan Bank NTT Cabang Kefamenanu Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 132 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Utara 17. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 133 di Kabupaten Timor Tengah Utara KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 134 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 134 KABUPATEN BELU 1. Wilayah Kabupaten Belu dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan (2011) 137 (Tidak Termasuk DOB Malaka) 2. Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Belu Luas Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Belu, Jumlah Penduduk Kabupaten Belu dan Tingkat kepadatan 140 per Kecamatan, Tahun Luas Lahan Sawah (Ha) di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan dan 141 Jenis Pengairan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Belu Menurut 141 Kecamatan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung 142 di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan, PDRB Kabupaten Belu berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan 142 (Jutaan Rupiah) 9 Struktur Perekonomian Kabupaten Belu (%) Posisi Kredit Perbankan di Kabupaten Belu, tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 145 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Belu 12 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Belu 146 xviii

19 No Tabel Uraian Halaman KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 147 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu 147 KABUPATEN SUMBA TIMUR 1. Luas wilayah Kabupaten Sumba Timur menurut kecamatan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk tahun Angkatan Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas, tahun Banyaknya Usaha Industri dan Tenaga Kerja di Kabuapten Sumba 156 Timur, Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid pada Berbagai Jenjang Pendidikan 157 di Kabupaten Sumba Timur, Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 158 Kabupaten Sumba Timur, Golongan Pengeluaran per Kapita dalam SebulanKabupaten Sumba 158 Timur, Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan PDRB Kabupaten Sumba Timur Atas Dasar Harga Konstan tahun Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di 164 Kabupaten Sumba Timur, Periode Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 165 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Timur 12 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 166 di Kabupaten Sumba Timur KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 167 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Timur 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Timur 168 KABUPATEN SUMBA TENGAH 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba 171 Tengah Tahun Jumlah Desa di Kabupaten Sumba Tengah Banyaknya hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Setahun 172 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Tengah 173 Tahun Persentase Penduduk 7-24 Tahun menurut Jenis Kelamin, Kelompok 175 Umur dan Partisipasi Sekolah Tahun Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah 176 Tertinggi yang Dimiliki 8. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di 178 Kabupaten Sumba Tengah Tahun Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten Sumba Tengah, xix

20 No Tabel Uraian Halaman 10. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumba Tengah Menurut Sektor Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Kabupaten Sumba Tengah, (ADHK) 12. Jumlah Luas Tanam, Panen serta Produksi Tanaman Pangan 181 Kabupaten Sumba Tengah Tahun Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten 181 Sumba Tengah Menurut Kecamatan Tahun Luas Panen dan Produksi Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten Sumba 182 Tengah Menurut Kecamatan Tahun Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kedelai dan Kacang 182 Hijau di Kabupaten Sumba Tengah Menurut Kecamatan Tahun Rekapitulasi Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan di 183 Kabupaten Sumba Tengah Tahun Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan 183 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun Populasi Kayu Cendana Menurut Kecamatan dan Jenis Pohon, Populasi Hewan Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan di 184 Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 (ekor) 20. Populasi Ternak Unggas Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba 185 Tengah Tahun 2011 (ekor) 21. Produksi Perikanan Pada tahun 2009 dan 2011 di Kabupaten Sumba 185 Tengah 22. Banyaknya Armada Penangkap Ikan Menurut Kecamatan di Kabupaten 186 Sumba Tengah Tahun Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan 187 Industri di Kabupaten Sumba Tengah Tahun Jumlah Usaha Perdagangan Menurut Skala Usaha di Kabupaten Sumba 187 Tengah Tahun Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah 188 Tahun Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Total Output Sektor 189 Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri (Periode ) 27. Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di 190 Kabupaten Sumba Tengah, Periode Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 191 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Tengah 29. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 192 di Kabupaten Sumba Tengah KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 193 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Tengah 31. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Tengah 194 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun xx

21 No Tabel Uraian Halaman 2. Banyaknya hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Setahun 198 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Barat Daya 199 Tahun Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah 201 Tertinggi yang Dimiliki 6. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta 202 di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten Sumba 203 Timur, PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya Menurut Lapangan Usaha, Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya Menurut 204 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan, Produksi Tertinggi Tanaman Perkebunan di Lima Kecamatan - Sumba 205 Barat Daya, 2011 ( dalam ton) 11. Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan 207 Industri di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 210 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Barat Daya 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 211 Kabupaten Sumba Barat Daya KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 212 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Barat Daya 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya 212 KABUPATEN SUMBA BARAT 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba Barat Tahun Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Barat Tahun Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumba Barat Tahun Jumlah Rumah Sakit dan Tenaga Layanan Kesehatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun Perkembangan PDRB Kabupaten Sumba Barat Menurut Sektor Tahun (ADHK) 6. Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan Industri di Kabupaten Sumba Barat Tahun Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba barat xxi

22 No Tabel Uraian 9. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumba barat Halaman KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 228 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba barat 11. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Barat 228 KABUPATEN ALOR 1. Keadaan Tanah di Kabupaten Alor Menurut Tingkat KemiringanDan 233 Persentase Terhadap Luas Wilayah 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Alor dan Tingkat kepadatan per 233 Kecamatan, Tahun Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut 234 Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 234 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, Jumlah Guru menurut Jenjang Pendidikan dan Ijazah yang DimilikiTahun Golongan Pengeluaran per Kapita dalam SebulanKabupaten Alor, Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 240 Kabupaten Alor, PDRB Kabupaten Alor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 241 Tahun Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Alor Atas 242 Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 246 AlorMenurut Jenis Penggunaan, Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Alor 246 Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Alor 247 Menurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten AlorMenurut 247 Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 248 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Alor 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 249 Kabupaten Alor KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 250 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Alor 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Alor 250 KABUPATEN LEMBATA 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lembata dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun Persentase Penduduk Kabupaten Lembata Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, xxii

23 No Tabel Uraian Halaman 3. Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan Menurut StatusTenaga Kesehatan 259 per Kecamatan, Tahun Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Lembata ADHB dan 259 ADHK Tahun Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Lembata 260 Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000Tahun Penyebaran Kelompok Industri Kecil Menengahdi Kabupaten Lembata 262 Tahun Koperasi Primer Berbadan Hukum, Bidang Usahadan Keaktifan 263 Koperasi Di Kabupaten Lembata Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank di Kabupaten Lembata Menurut 264 Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 264 LembataMenurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 265 LembataMenurut Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 266 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 267 Kabupaten Lembata KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 268 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lembata 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lembata 268 KABUPATEN FLORES TIMUR 1. Keadaan Tanah di Kabupaten Flores Timur Menurut Tingkat Kemiringan Dan Persentase Terhadap Luas Wilayah 2. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, Jumlah Pelanggan dan Produksi Menurut Ranting dan Pulau Tahun Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah Dan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Flores Timur, Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis PengeluaranKabupaten Flores Timur, Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten FloresTimur, PDRB Kabupaten Flores Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Flores Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Flores Timur Menurut Jenis Simpanan, xxiii

24 No Tabel Uraian Halaman 10. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Flores 283 Timur Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores 284 TimurMenurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores 284 TimurMenurut Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 285 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur 14. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 286 Kabupaten Flores Timur KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 287 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Flores Timur 16. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Flores Timur 287 KABUPATEN SIKKA 1. Luas Daerah Kabupaten Sikka Menurut Pulau Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Kepadatan Menurut Kecamatan Tahun dan Kecamatan Pemekaran Tahun Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Di Kabupaten Sikka, Penduduk 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha 294 di Kabupaten Sikka, Jumlah Surat Yang Dikirim Lewat Kantor Pos Maumere menurut Jenis 295 Suratdi Kabupaten Sikka Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Golongan 296 Pengeluaran Perkapita SebulanUntuk Makanan dan Non Makanan di Kabupaten Sikka, PDRB Kabupaten Sikka Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Sikka Menurut Jenis 300 Simpanan, Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Sikka 300 Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka 301 Menurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka 301 Menurut Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 302 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 303 Kabupaten Sikka KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 304 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sikka 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sikka 305 xxiv

25 No Tabel Uraian KABUPATEN ENDE Halaman 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Ende Jumlah Penduduk Kabupaten Ende dan Tingkat kepadatan per 309 Kecamatan, Tahun Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja MenurutJenis 310 Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 312 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah 314 Dan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Ende, Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Di Kabupaten Ende, PDRB Kabupaten Ende Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 316 Tahun 2000, Tahun Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Ende Atas 317 Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun Pertumbuhan Eknomi Kabupaten Ende Tahun Dalam 318 Persentase 10. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Ende Menurut Jenis 320 Simpanan, Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Ende 321 Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Ende 322 Menurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Ende 322 Menurut Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 323 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Ende 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 324 Kabupaten Ende KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 325 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Ende 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ende 325 KABUPATEN NAGEKEO 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja MenurutJenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut IjazahTertinggi yang Dimiliki, Jumlah Rumahtangga Pengguna Air Menurut Sumber Air Di Kabupaten Nagekeo, Tahun Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolahdan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Nagekeo, xxv

26 No Tabel Uraian Halaman 6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 334 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, Rata-rata dan persentase Pengeluaran per kapita Sebulan di Kabupaten 334 Nagekeo, PDRB Kabupaten Nagekeo Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga 335 Konstan Tahun 2000, Tahun Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Nagekeo 336 Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun Pertumbuhan Eknomi Kabupaten Nagekeo Tahun Dalam 337 Persentase 11. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Nagekeo 339 Menurut Lapangan Usaha, Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 340 Nagekeo Menurut Jenis Penggunaan, Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Nagekeo 340 Menurut Jenis Penggunaan, Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 341 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Nagekeo 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 342 Kabupaten Nagekeo KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 343 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupate 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Nagekeo 343 KABUPATEN NGADA 1. Curah Hujan di Kabupaten Ngada Menurut Kecamatan, Tahun Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Di Kabupaten Ngada 347 Dirinci Per Kecamatan 2011(Ha) 3. Persentase Penduduk Kabupaten Ngada Menurut Golongan Umur 348 dan Jenis Kelamin Tahun Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Ngada Tahun Jenis Objek Wisata Alam, Seni dan Budaya di Kabupaten Ngada Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Dibawah Depdiknas Menurut Tingkat 350 pendidikan, 2011/ Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 353 Kabupaten Ngada (%) 8. Perkembangan Pendapatan per Kapita MasyarakatKabupaten Ngada 354 Pada Periode Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan 354 di Kabupaten Ngada Tahun Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi Menurut kelompok Industri di Kabupaten Ngada, Tahun xxvi

27 No Tabel Uraian Halaman 11. Jumlah Dana yang Dihimpun Dari Masyarakat Di kabupaten Ngada 355 menurut Jenisnya, Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 357 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Ngada 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 358 Kabupaten Ngada KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 359 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ngada 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ngada 360 KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 1. Kemiringan Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur 363 (Ha) 2. Luas Wilayah dan Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai 365 Timur (Ha) 3. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Manggarai 366 Timur (Ha) 4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten 367 Manggarai Timur Tahun Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun Panjang Jalan Negara Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur Panjang Jalan Propinsi Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan di 369 Kabupaten manggarai Timur 8. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan 370 di Kabupaten Manggarai Timur 9. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Jenis jalan di Kabupaten 370 Manggarai Timur. 10. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 373 Kabupaten Manggarai Timur (%) 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB Kabupaten Manggarai 374 TimurAtas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (%) 13. Perkembangan PDRB Kabupaten Manggarai Timuratas Dasar Harga 376 Berlaku, Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan 376 di Kabupaten Manggarai Timur Periode Tahun Jumlah UMKM di Kabupaten Manggarai TimurMenurut Kecamatan 379 Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 380 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai Timur 17. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Manggarai Timu 381 xxvii

28 No Tabel Uraian Halaman KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 381 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Timur 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Timur 382 KABUPATEN MANGGARAI 1. Luas Wilayah dan Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai 386 (Ha) 2. Luas Peruntukan Lahan di Kabupaten Manggarai Tahun Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamindi Kabupaten 388 Manggarai Tahun Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Tahun Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Manggarai Tahun Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 395 Kabupaten Manggarai (%) 7. Perkembangan Pendapatan per Kapita Masyarakat Kabupaten 396 Manggarai Pada Periode Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten 398 Manggarai Tahun Posisi Dana Masyarakat Yang Dihimpun Oleh Setiap Bank di Kabupaten 399 Manggarai Periode Tahun Jumlah Kredit Yang Disalurkan Kepada Masyarakat Oleh Setiap Bankdi 400 Kabupaten Manggarai Pada Tahun Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 401 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 402 Kabupaten Manggarai KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 403 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai 404 KABUPATEN MANGGARAI BARAT 1. Persentase Penduduk Manggarai Barat Menurut Golongan Umur dan 409 Jenis Kelamin 2. Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Barat Tahun Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktu 414 rkabupaten Manggarai Barat (%) 4. Perkembangan Pendapatan per Kapita Masyarakat Kabupaten 415 Manggarai Barat Pada Periode Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten 416 Manggarai Barat Tahun Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Total Output Sektor 417 Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri (Periode ). 7. Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di Kabupaten Manggarai Barat, Periode Tahun xxviii

29 No Tabel Uraian Halaman 8. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 419 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai Barat 9. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 420 Kabupaten Manggarai Barat KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 421 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Barat 11. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Barat 422 xxix

30 DAFTAR GAMBAR No Gambar Uraian Hamalan PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1. Persentase Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota, Perkembangan Pemotongan ternak di NTT Tahun KOTA KUPANG 1. Pertumbuhan ekonomi Kota Kupang Tahun KABUPATEN KUPANG 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kupang tahun KABUPATEN ROTE NDAO 1 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rote Ndao Tahun KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1 Proporsi Tanaman Perkebunan menurut Kategori 104 Tanaman Belum Menghasilkan, Menghaslkan dan Tidak Menghasilkan di Kabupaten TTS 2 Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan untuk 112 Makanan dan Bukan Makanan Menurut Golongan Pengeluaran, Pertumbuhan sektor ekonomi TTS tahun (%) Nilai PAD Kabupaten TTS, Tahun KABUPATEN BELU 1. Persentase Jumlah Kecamatan Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan 138 Laut 2. Persentase Desa Pesisir dan Non Pesisir di Kabupaten Belu Data Curah hujan kabupaten Belu (a) Rerata Jumlah Hari Hujan setiap 139 Bulannya di Kabupaten Belu, 2011, (b) Intensitas Hujan setiap Bulannya di Kabupaten Belu (mm), Nilai PAD Kabupaten Belu, Tahun KABUPATEN SUMBA TIMUR 1. Perkembangan Produksi Pos Menurut Jenisnya Jumlah pelanggan PDAM Perkembangan Populasi Empat Ternak Terpilih Produktivitas Komoditas Perkebunan Perkembangan Produksi Ikan Tangkap, KABUPATEN SUMBA TENGAH 1 Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Perkembangan Penduduk Kabupaten Sumba Tengah Persentasi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 178 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 1 Perkembangan penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya selama tahun Porsi Pengeluaran Rumah Tangga di Sumba Timur 203 xxx

31 No Gambar Uraian Hamalan KABUPATEN SUMBA BARAT 1 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Sumba Barat 221 KABUPATEN ALOR 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Alor dan Provinsi NTT Pendapatan per Kapita Kabupaten Alor dan Provinsi NTT Data UKM Kabupaten Alor Menurut Sektor Tahun KABUPATEN LEMBATA 1. Data UKM Kabupaten Lembata Menurut Sektor Per Desember KABUPATEN FLORES TIMUR 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun Pendapatan per Kapita Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun Data UKM Menurut Sektor Per Desember KABUPATEN SIKKA 1. Persentase Penduduk Kabupaten Sikka Menurut Kelompok Umur, Tahun , 2010, dan Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sikka Data UKM Kabupaten Sikka Menurut Sektor Tahun KABUPATEN ENDE 1. Pendapatan per Kapita Kabupaten Ende dan Provinsi NTT Tahun Data UKM Kabupaten Ende Menurut Sektor Tahun KABUPATEN NAGEKEO 1. Pendapatan per Kapita Kabupaten Nagekeo dan Provinsi NTT Tahun UKM Kabupaten Nagekeo Menurut Sektor Tahun KABUPATEN NGADA 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Ngada KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai Timur KABUPATEN MANGGARAI 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai KABUPATEN MANGGARAI BARAT 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai Barat xxxi

32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 53,8 juta unit atau 99,99% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,22% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 57,12% dari total PDB 1. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (Demand Side) dan dari sisi penawaran (Supply Side). Kebijakan Demand Side adalah kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya sehingga menjadi bankable. Kebijakan ini meliputi penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan kerjasama BI dengan lembaga internasional dan Pemerintah. Kebijakan Supply Side adalah kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk mendorong bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, kemitraan dan penguatan kelembagaan. Sebagaimana tersebut di atas, salah satu kebijakan dari sisi penawaran adalah penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Untuk itu, sebagai salah satu bentuk perwujudannya, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai Komoditas/Produk/JenisUsaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan dan difokuskan pada UMKM yang merupakan pelaku 2 ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam Penelitian KPJUunggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan 1 Sumber dari BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, Hal ini sejalan dengan amanat dalam Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 Tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Oleh Bank Umum Dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dimana salah satu bentuk Bantuan Teknis yang diberikan berupa penelitian. Dalam penjelasan pasal 8 PBI dimaksud disebutkan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh BI antara lain berupa penelitian mengenai pola pembiayaan komoditas yang dibiayai bank dan komoditas/produk/jasa usaha unggulan Usaha Mikro, Kecil dan menengah yang disampaikan kepada stakeholders. 1

33 UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didiseminasikan pada sistem informasiinfo UMKMyangdapat diakses melalui internet di alamat Pada kajian Penelitian KPJUunggulan UMKM ini, terdapat perubahan y ang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas. Semula penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan. Namun dengan metode tersebut hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP), Potensial (P) dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan atau rangking KPJU dimasing-masing kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul di kelompoknya masing-masing, karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yaitu SP atau P atau KP. Dalam rangka mengeliminir kelemahan tersebut, selanjutnya metode penet apan KPJU unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) y ang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana, yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004) 3. Dalam rangka memenuhi salah satu peran Bank Indonesia yaitu dalam pengendalian inflasi, maka analisis dalam penelitian KPJU Unggulan juga memberikan informasi mengenai sumbangan KPJU/komoditi pembentuknya terhadap inflasi. Dalam hubungan ini, maka akan dilakukan pendalaman terhadap komoditas-komoditas pembentuk inflasi di masing-masing provinsi, khususnya untuk setiap KPJU unggulan lintas sektor yang sudah ditetapkan pada tingkat provinsi. Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di suatu provinsi diharapkan memiliki KPJU Unggulan UMKM dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Kriteria unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif: a. Perspektif Tujuan Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih dengan jaminan return yang cepat, atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha lemah namun berpotensi unggul di masa datang. b. Perspektif Keberpihakan Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya keperpihakan pada pengusaha lokal. c. Perspektif Skenario Kebijakan Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (existing) KPJU unggul dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas dengan wacana adanya skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia kendaraan. 3 Metode AHP ini sudah dipergunakan oleh banyak negara dengan beragam persoalan pengambilan keputusan pada berbagai bidang seperti pada bidang pemerintahan, bisnis, industri, kesehatan dan pendidikan. Beberapa contoh dari penggunaan metode AHP ini, antara lain adalah untuk mendukung pengambilan keputusan oleh pemerintah pada saat terjadi krisis ekonomi jilid kedua dan pengembangan agroindustri oleh Departemen Pertanian. 2

34 d. Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJU sebagai unggulan akan dilihat juga tahap siklus produksinya. Apakah KPJU dalam tahap matang (mature) karena saat ini unggul dibanding KPJU yang lain, meskipun kemungkinan besar akan mengalami penurunan (decline), atau saat ini tidak terlalu unggul namun berpotensi besar menjadi unggulan di masa depan (tahap pertumbuhan/growth). Keberadaan KPJU unggulan pada satu tahap siklus tertentu akan memberikan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan maupun pengambilan kebijakan dan keputusan setiap stakeholders. Sebagai contoh apakah pemilihan KPJU Unggulan bertujuan untuk pengembangan usaha (mengembangkan yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU tersebut (ekstensif). Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Sesuai dengan hasil Lokakarya Nasional Pengembangan UKM pada tanggal 24 Agustus 2005 di Jakarta yang dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia, Kepala Kantor Perwakilan dan pejabat Satuan Kerja terkait di Kantor Pusat, telah disepakati bahwa mulai tahun 2006 pelaksanaan Penelitian Pengembangan KPJUunggulan UMKM diserahkan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) di tingkat provinsi. Selanjutnya penelitian dalam rangka pembaharuan data dan informasi penelitian tersebut menjadi tugas dan wewenang KPwBI provinsi. Hal ini merupakan upaya untuk mewujudkan Destination Statement peran KBI, yaitu sebagai Advisor Pemerintah Daerah dan penyedia data dan informasi di daerah Tujuan Penelitian a. Mengenal dan memahami mengenai: (i) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya. (ii) Profil UMKM di wilayah/provinsi penelitian termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. (iii) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM. (iv) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM. b. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan dalam rangka: (i) mendukung pembangunan ekonomi daerah; (ii) menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja; serta (iii) meningkatkan daya saing daerah/produk. c. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJU unggulan di masing-masing sektor dan lintas sektor di masing-masing kabupaten/kota, misal mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan). d. Memberikan informasi tentang KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu. 3

35 e. Memberikan rekomendasi berupa: (i) KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota (ii) Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan (iii) Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM. Dalam laporan, bobot atau proporsi pemaparan dari butir a, (b & c), d dan e di atas adalah masing-masing sebesar 30%, 40%, 10% dan 20% dari seluruh laporan Ruang Lingkup Survey dan Penelitian a. Kegiatan penelitian meliputi kegiatan pengumpulan data primer, pengumpulan data sekunder, serta evaluasi data dan informasi yang diperoleh untuk menetapkan KPJU unggulan dan KPJU potensial. b. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei langsung kepada narasumber di lapangan. c. Wilayah penelitian meliputi 21 kab/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur. Tabel 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Kota/Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Kecamatan Sampling Zona 1 1) Kota Kupang 6 6 2) Kab. Kupang ) Kab. Rote Ndao ) Kab. Sabu Raijua 6 6 Zona 2 5) Kab. Timor Tengah Selatan ) Kab. Timor Tengah Utara ) Kab. Belu Zona 3 8) Kab. Sumba Timur ) Kab. Sumba Tengah ) Kab. Sumba Barat Daya ) Kab. Sumba Barat 6 6 Zona 4 12) Kab. Alor ) Kab. Lembata ) Kab. Flores Timur ) Kab. Sikka ) Kab. Ende ) Kab. Nagekeo 7 8 Zona 5 18) Kab. Manggarai Barat ) Kab. Manggarai ) Kab. Ngada ) Kab. Manggarai Timur 6 6 TOTAL d. Survei dan penelitian terhadap KPJU Unggulan UMKM dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 4

36 e. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) adalah suatu jenis barang atau jasa atau kegiatan usaha yang memiliki nilai ekonomi. f. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang mendukung perekonomian daerah, mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja, memiliki prospek serta mempunyai daya saing yang tinggi. KPJU yang tergolong unggulan adalah KPJU di masing-masing sektor dan lintas sektor yang menempati ranking 1 s.d. 5 setelah dilakukan perhitungan dengan metode Bayes. Penetapan KPJU unggulan dilakukan pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi. g. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) potensial adalah KPJU unggulan yang tidak masuk rangking lima besar, namun berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. h. Sektor Ekonomi yang masuk dalam cakupan penelitian, meliputi : 1) Sektor Pertanian (terdiri dari: Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Hortikultura, Peternakan, Kehutanan, Perikanan), 2) Pertambangan dan Penggalian, 3) Industri Pengolahan, 4) Perdagangan, 5) Penyediaan Akomodasi (Hotel) dan Penyediaan Makan Minum (Restoran/Rumah Makan, Bar dan Jasa Boga), 6) Transportasi, 7) Bangunan/konstruksi dan Jasa-jasa. i. Definisi UMKM adalah sebagaimana disebutkan dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil usaha hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang memiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah). 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: 5

37 a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh miliar rupiah). j. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai : 1) Profil daerah untuk provinsi dan untuk masing-masing kabupaten/kota, antara lain meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya dana aspek lainnya yang terkait. 2) Profil UMKM di provinsi dan di masing-masing kabupaten/kota, termasuk potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. 3) Kebijakan Pemerintah (pusat/daerah) dalam rangka pengembangan UMKM dan KPJU unggulan. 4) Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU unggulan UMKM di wilayah penelitian, antara lain berupa data kredit UMKM s.d kabupaten/kota. 5) Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk masing-masing sub sektor/sektor dan atau lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi). 6) Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU di masing-masing kabupaten/kota. 7) KPJU potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU unggulan. 8) Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam pengembangan KPJU unggulan UMKM. 6

38 BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data serta informasi penelitian terdiri dari: a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui kegiatan survei lapangan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dan Indepth Interview (wawancara) kepada nara sumber/responden di tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang Daerah Survei dan Penelitian a. Seluruh kecamatan di kabupaten/kota di suatu provinsi yang ditetapkan sebagai wilayah penelitian dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. b. Apabila daerah survei dan penelitian tidak dilaksanakan di seluruh wilayah yang ada (tidak seluruh kecamatan), maka penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis (pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta kebijakan Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) Metode Analisis a. Metode Bayes adalah suatu metode pendekatan secara statistik untuk menghitung tradeoffs diantara keputusan yang berbeda-beda, dengan menggunakan probabilitas yang menyertai suatu pengambilan keputusan tersebut (Marimin, 2004). b. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004). c. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah alat analisis yang didukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004). d. Analisis Product Life Cycle (PLC) adalah analisis yang digunakan untuk melihat posisi suatu KPJU dalam tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Dalam analisis ini juga dilihat sampai berapa lama KPJU tersebut mampu bertahan pada posisi tersebut. e. Analisis Inflasi adalah analisis untuk melihat sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing provinsi (misal:cabe, beras). Apabila KPJU unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dianalisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal: roti yang dibuat dari gandum atau beras). f. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang 7

39 (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei ke lapangan kepada responden/narasumber sbb.: (i) Indepth Interview (wawancara) kepada narasumber/responden di seluruh kecamatan di setiap wilayah kabupaten/kota. (ii) Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber di seluruh kabupaten/kota dan di provinsi. Dalam hal pelaksanaan FGD di tingkat kabupaten/kota tidak dapat dilaksanakan maka akan dilakukan melalui Indepth Interview (wawancara). (iii) Kegiatan FGD di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dilakukan 2 kali yakni: - FGD pertama dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh bobot tujuan, kriteria, dan sektor ditingkat provinsi dan bobot kriteria ditingkat kabupaten/kota. - FGD kedua dilaksanakan dengan maksud untuk mengkonfirmasikan hasil penetapan KPJU unggulan di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dan memperoleh informasi mengenai kendala dan permasalahan yang dihadapi untuk pengembangan masing-masing KPJU unggulan. b. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu: (i) Kriteria untuk Bayes di tingkat kecamatan, yakni 1) jumlah unit/rumah tangga, 2) jangkauan pemasaran, 3) sumbangan terhadap perekonomian lokal dan 4) ketersediaan bahan baku. (ii) Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota, yakni:1) Tenaga Kerja (TK) terdidik, 2) bahan baku, 3) modal, 4) sarana produksi/usaha, 5) teknologi, 6) sosial budaya, 7) manajemen usaha, 8) ketersediaan pasar, 9) harga, 10) penyerapan TK dan 11) sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota ini merupakan referensi untuk melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-masing wilayah penelitian. c. Tahap Pembobotan (i) Pada tingkat provinsi : 1) pembobotan tujuan, 2) pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk, dan 3) pembobotan kriteria. Pembobotan kriteria terdiri dari 1) kriteria penentuan KPJU unggulan tingkat kecamatan dan 2) kriteria penentuan KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota. Hasil pembobotan terhadap tujuan serta kriteria digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua kecamatan dan kabupaten/kota serta sektor/sub sektor dalam suatu provinsi. 8

40 (ii) Pada tingkat kabupaten/kota: pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk. Nilai pembobotan ini digunakan dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan metode Bayes. d. Tahap Penentuan KPJU di tingkat Kecamatan Berdasarkan daftar KPJU seluruh kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan penetapan KPJU tingkat kecamatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (i) Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik. (ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi narasumber). (iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber). (iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber). Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan Metode Bayes. Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan nara sumber di tingkat kecamatan, misal Kepala Kecamatan, Mantri Tani, Mantri Statistik, Pejabat atau Staf Seksi Perekonomian, Tokoh Masyarakat yang mengetahui potensi ekonomi daerah setempat (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di masing-masing daerah). Jumlah responden di setiap kecamatan minimal sebanyak 3 orang. Berdasarkan analisis Bayes ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kecamatan. e. Tahap Penentuan Kandidat KPJU di tingkat kabupaten/kota dengan Metode Borda. Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode Bayes, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) Kandidat KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota untuk dipilih sebagai KPJU unggulan kabupaten/kota. f. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode AHP di Tingkat Kabupaten/Kota Tahap Pertama. Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota. Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana tabel berikut ini: Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan UMKM Tingkat Kabupaten Kota Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga Kerja Terampil (skilled) Tingkat pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja 2 Bahan Baku (Khusus untuk sektor industri) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/ pelatihan Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) Kesinambungan bahan baku 9

41 Mutu bahan baku 3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga 5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial Budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan masyarakat Turun temurun 7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK 11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (backward & forward linkages) Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di kabupaten/kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000). Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap pertama dengan nara sumber di tingkat kabupaten/kota, misal: pejabat dinas/instansi, asosiasi usaha, Kadin, Bappeda, BPS, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi setempat. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU Unggulan untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Melalui forum FGD atau wawancara, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi. g. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi di tingkat Kabupaten/Kota Tahap Kedua Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap kedua untuk setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan. h. Tahap Penentuan KPJU unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes dan analisis kendala & permasalahan yang dihadapi di Tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/sub sektor di tingkat kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor dengan metode Bayes, untuk memperoleh skor terbobot yang merupakan hasil kali antara skor KPJU unggulan dengan bobot sektor/sub sektor ekonomi dari KPJU unggulan yang bersangkutan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan normalisasi nilai skor KPJU unggulan yang bersangkutan. Berdasarkan perhitungan dengan metode diatas,ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU Unggulan lintas sektor ditingkat kabupaten/kota. 10

42 Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT. Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini. i. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi. Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi dengan metode Borda. Pada setiap KPJU unggulan per sektor/sub sektor dari setiap kabupaten/kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU per sektor/sub sektor ekonomi. j. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes di Tingkat Provinsi Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi, maka dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor di tingkat provinsi dengan menggunakan metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat provinsi (FGD Pertama). Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor ditingkat provinsi. Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahannya pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT. Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini. k. Dalam rangka penetapan KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi dilakukan pendalaman terhadap KPJU unggulan yang teridentifikasi berdasarkan perspektif Product Life Cycle (PLC). l. Selain itu, terhadap KPJU Unggulan Lintas Sektor di tingkat provinsi juga perlu dilakukan pendalaman/analisis sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing provinsi (misal:cabe, beras). Apabila KPJU unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dianalisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal:roti yang dibuat dari gandum atau beras). 11

43 2.5. Narasumber Penelitian Tingkat Provinsi NTT Peserta FGD I tingkat provinsi, yang adalah narasumber adalah para pimpinan SKPD, wakil Perguruan Tinggi, Perbankan dan wakil dari dunia usaha, diantaranya : 1. Kadiv UMKM Bank NTT 2. Kabid Industri Kecil DISPERINDAG Provinsi NTT 3. Sekretaris DEKRANASDA Provinsi NTT 4. Dekan FAPERTA Undana 5. Sekretaris BKPP Provinsi NTT 6. Dekan FE UNWIRA 7. Kasubag PDG Distanbun Provinsi NTT 8. KABAN BPS Provinsi NTT 9. Kasie Standarisasi DISBUDPAR Provinsi NTT 10. Dekan FPT UKAW 11. Kasie Pelaksanaan SDA DPU Provinsi NTT 12. Staf Biro Ekonomi Setda Provinsi NTT 13. Kasubid Produksi BAPPEDA Provinsi NTT 14. Waketum BPD PHRI 15. Kabid Geologi & SDM DISTAMBEN Provinsi NTT 16. KADIS DISPERINDAG Provinsi NTT 17. Kabid Budidaya Dinas Peternakan Provinsi NTT 18. Kasubag Perencanaan DKP Provinsi NTT 19. Kepala Bidang Koperasi KUMKM Provinsi NTT 2.6. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan a. Prinsip Penilaian Kriteria Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan usaha padakpju. b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam Pengembangan KPJU unggulan UMKM. Setelah diperoleh KPJU unggulan dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi maupun saran-saran serta solusi dalam upaya pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh Pemda maupun menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari Pemerintah Daerah Jangka Waktu Penelitian Jangka waktu penelitian maksimum 24 minggu, terhitung sejak tanggal penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK)/Perjanjian Kerja atau tanggal penunjukan pemenang. Kegiatan diseminasi hasil penelitian melalui seminar akhir dilaksanakan setelah penelitian selesai dan tidak termasuk dalam jangka waktu penelitian. 12

44 BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 3.1. Fisik Wilayah Wilayah administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak antara LS dan BT yang terdiri dari kurang lebih 1192 buah pulau besar dan kecil dimana 432 pula telah diberi nama dan hanya 44 buah pulau yang tercatat berpenghuni tetap. Luas wilayah daratan sekitar ,9 km 2 dan luas lautan sekitar km 2, NTT secara administratif memiliki 20 daerah otonom setingkat kabupaten dan 1 kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 290 dan jumlah desa/kelurahan sebanyak buah. Gugusan kepulauan Provinsi NTT berbatasan dengan Laut Flores disebelah utara, Samudera Hindia dan Negara Australia sebelah selatarn, Negara Republic Democratic Timor Leste sebelah timur, dan sebeah baratnya dengan Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ketinggian tempatnya sebanyak 86,35 % berada pada rentang ketinggian meter dpl sedangkan 3,65% lainnya pada ketinggian > m dpl. Keadaan topografinya didominasi oleh pebukitan dengan dataran tersebar tersebar tersebar secara sporadik pada gugusan yang sempit, kebanyakan disepanjang garis pantai. Walaupun demikian ditemukan pula sejumlah taran sempit yang tersebar diantara pebukitan. Aspek geologi wilayah Provinsi NTT termasuk dalam kawasan circum-pasifik. Pulau-pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau sekitarnya terbentuk secara vulkanik dan sering terjadi patahan. Sedangkan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan pulau sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan daerah dengan kondisi tanah yang subur namun labil dan berpotensi untuk terjadi bencana alam. Deposit tambang yang dimiliki baik mineral maupun sumber-sumber energi lainnya seperti : Pasir besi (Fe), Mangan (Mn), Emas (AU), Flourspor (Fs), Bari (Ba), Belerang (S), posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps),Gipsum (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu Gamping, Granit (Gr), Andesit (An), Balsistis, Pasir Batu (Pa), Batu Apung (Pu), Tanah Diatomea (Td) Lempung /clay (Td). Keadaan Klimatologi NTT memiliki tipe iklim kering dengan musim kemarau panjang sekitar 8-9 bulan, diikuti oleh musin hujan (basah) sekitar 3 bulan khususnya sekitar Bulan November sampai Februari. Keadaan curah hujan yang pendek ini sering pula disertai dengan intensitas curah hujan yang tinggi yang tidak jarang berdampak bencana banjir disejumlah daerah. Dua situasi sulit yang sering dihadapi oleh penduduk NTT khususnya para petani sehingga memerlukan upaya adaptasi adalah kesulitan air karena musim kemarau yang panjang dan banjir pada saat musim penghujan yang pendek tetapi berintensitas tinggi Demografi Publikasi BPS tahun 2012 untuk data tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk NTT sampai tahun 2011 adalah sebesr kurang lebih 4.7 juta jiwa dengan tingkat kepadatan sekitar 101 jiwa per Km 2. Kepadatan penduduk tertinggi berada pada wilayah administratif Kota Kupang dengan tingkat kepadatan sebesar jiwa 13

45 pe Km 2 dan kepatan terendah adalah Kabupaten Sumba Timur dengan tingkat kepadatan sebesar 33 jiwa per Km 2. Persebaran penduduk menurut kabupaten dapat dijelaskan sebagai berikut. Kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kabupaten TTS ( jiwa), diikuti oleh kabupaten Belu ( jiwa) dan Kota Kupang ( jiwa). Secara Detail proporsi persebaran penduduk menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1 Persentase Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota, 2011 Sumber NTT Dalam Angka, 2012., BPS NTT Kabupaten Flores Timur (1.19%). Rerata laju pertumbuhan penduduk NTT periode sekitar 2.07 %, sedang pertumbuhan tahun terakhir tercatat hanya 1,31 %. Rincian pertumbuhan penduduk menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tertinggi tahun terakhir tercatat terjadi pada Kabupaten Sumba Barat Daya (1.42 %), sedangkan terendah terjadi pada Kabupaten Sabu Raijua (1.17%) dan Tabel 3. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk NTT Per Kabupaten No Kabupaten Jumlah Penduduk (orang) Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%) Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Sumba Tengah Sumba Barat Daya Nagekeo Manggarai Timur Sabu Raijua Kota Kupang Nusa Tenggara Timur Sumber: NTT dalam Angka, 2012 (BPS Prov. NTT) 14

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/07/53/Th. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010 No. 01 Desember KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 13/09/53/Th. I, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang

Lebih terperinci

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA TIMUR Peta Nusa Tenggara Timur 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilakukan untuk menunjang dan mendorong berkembangnya pembangunan daerah. Di samping itu, pembangunan daerah juga ditingkatkan untuk memperkokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta NTB 63.0 NTT 64.8 NTB 63.0 NTT 64.8 Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta Letak Geografis : 8 0-12 0 LS dan 118 0-125 0 BT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Jakarta, 12 Nopember 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ --l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN

Lebih terperinci

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENEllIIAN PENBEMBA A KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20 Kerj ama c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUKlJENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA BATU

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KABUPATEN ROTE NDAO 2015

STATISTIK DAERAH KABUPATEN ROTE NDAO 2015 STATISTIK DAERAH KABUPATEN ROTE NDAO 2015 STATISTIK DAERAH KABUPATEN ROTE NDAO 2015 ISSN : No. Publikasi: Katalog BPS : Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 35 halaman Naskah: Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi 1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi 1. Penyempurnaan Database Struktur Database Existing SIPD A. Data Umum 1. Demografi 2. Geografi 3. Pemerintahan B. Sosial Budaya 1. Kesehatan 2. Pendidikan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xvi xviii xix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian. 10 1.5. Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1 BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 16/07/Th. XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 05/05/53/Th. XX, 20 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 P age Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur Strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan berdasarkan pertumbuhan melalui

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA 4lD BANK IND NESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASURUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Ekonomi Sumbawa Barat Sebelum Transformasi Sektor pertambangan memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembentukan nilai output Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang saat ini. Perkembangan tersebut merata keseluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah

Lebih terperinci

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ~ BANK INDONESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013 TAHUN LUAS TANAM LUAS PANEN PROVITAS PRODUKSI 2007 294,530 217,478 23,65 514,335 2008 285,780 271,561 24,89 676,044

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kpadatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat

BAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti pengangguran dan inflasi berkontribusi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 5A TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci