IV. METODE PENELITIAN
|
|
- Suryadi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Sub DAS Batulanteh dengan memilih Desa Batudulang, Kecamatan Untir Iwis dan Kecamatan Sumbawa sebagai daerah sampel. Pemilihan lokasi tersebut, atas pertimbangan ketiganya dianggap sudah representatif untuk mewakili bagian hulu, tengah dan hilir dari Sub DAS Batulanteh, dimana Desa Batudulang berada di bagian hulu, Kecamatan Untir Iwis berada di zona tengah dan Kecamatan Sumbawa berada di bagian hilir. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur. Sementara data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data-data statistik yang berasal dari instansi-instansi terkait seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum, BPDAS Dodokan Moyosari, Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kabupaten Sumbawa, DPRD Kabupaten Sumbawa, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa, dan PDAM Kabupaten Sumbawa. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel Metode Pengambilan Sampel Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling, dimana responden ditentukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan, sehingga nantinya responden dikelompok menjadi 3 yaitu : kelompok masyarakat hulu, kelompok masyarakat tengah-hilir dan pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan. Dalam pengumpulan data akan menggunakan panduan kuesioner yang tersturktur. Untuk jumlah responden pada kelompok masyarakat hulu didekati dengan teknik Nomogram Harry King. Metode ini berlaku untuk populasi dengan tingkat kesalahan 0.3-5% dan faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan, dimana dalam nomogram untuk confiden interval (interval
2 40 kepercayaan) 80% faktor pengalinya = 0,780; untuk taraf kepercayaan 85% faktor pengalinya = 0,875; untuk taraf kepercayaan 90% faktor pengalinya =,32; untuk taraf kepercayaan 95% faktor pengalinya =,95; dan untuk taraf kepercayaan 99% faktor pengalinya =,573. Tabel 7. Tujuan, jenis dan sumber data penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Menganalisis peraturan menyangkut jenis urusan dan peletakan kewenangan dari urusan tersebut UU dan Peraturan Pemerintah Kementerian Kehutanan dan Kementerian PU 2 Menganalisis respon Pemda dan masyarakat terhadap sejumlah amanat peraturan 3 Memetakan ragam Hak kepemilikan 4 5 Menganalisis stakeholder Meredesain kelembagaan pengelolaan Sub DAS - Program kerja di masing-masing SKPD - Bentuk keterlibatan dan inisitaif masyarakat dalam pelestarian sumber daya alam termasuk DAS Data pola penggunaan lahan Kepentingan, sikap, pengaruh dan tingkat kerlibatan eksisting setiap stakeholder - Infrastruktur kelembagaan (eksisting) - Struktur kelembagaan (eksisting) Dishutbun Kab. Sumbawa, Dinas PU Kab. Sumbawa, BAPPEDA Kab. Sumbawa, studi literatur, wawancara BPDAS Dodokan Moyosari, Dishutbun Kab. Sumbawa, wawancara wawancara output dari analisis tujuan - 4 Penentuan jumlah sampel dengan metode ini dilakukan dengan cara menarik garis dari jumlah populasi dengan melewati garis tingkat kesalahan, misalnya 0% sehingga diperoleh persentase besarnya sampel yang kemudian dikalikan dengan jumlah populasi dan faktor pengali dari taraf kepercayaan 90% yakni :,32 (Sugiyono, 2008). Dengan metode Nomogram Harry King, maka jumlah sampel yang didapatkan dengan tingkat kesalahan 0% dan faktor pengali
3 4 dari taraf kesalahan 90% (,32) adalah sebanyak 58 KK 8 dari 256 Kepala Keluarga (KK) 9 yang ada di Desa Batudulang berdasarkan data BPS tahun 200. Sedangkan jumlah responden pada kelompok masyarakt tengah-hilir dan pemerintah daerah ditentukan secara sengaja, dengan tetap memperhatikan aspek posisi dan peran mereka dalam organisasinya masing-masing. Berikut Tabel 8 di bawah ini, menyajikan komposisi responden untuk kelompok masyarakat hilir dan pemerintah daerah berdasarkan nama instansi, posisi/jabatan dan jumlahnya, yaitu: Tabel 8. Komposisi responden berdasarkan insatansi, jabatan dan jumlah Nama Instansi Posisi/ Jabatan Jumlah (orang) BAPPEDA Kab. Kepala Bappeda Sumbawa Kabid atau Kasi yang membidangi terkait Dinas Kehutanan dan Kepala Dinas Perkebunan Kab. Kabid atau Kasi yang membidangi terkait Sumbawa Dinas Pekerjaan Umum Kepala Dinas Kab. Sumbawa Kabid atau Kasi yang membidangi terkait Dinas Pertanian Kab. Sumbawa DPRD Kab. Sumbawa Kepala Dinas Kabid atau Kasi yang membidangi terkait Ketua DPRD Ketua komisi yang membidangi terkait PDAM Direktur PDAM GP3A *P3A Ketua GP3A Ketua pada setiap P3A masing-masing orang Kelompok konservasi Ketua kelompok lahan Lemak Sewe Kelompok konservasi Ketua kelompok lahan Batu Balomo Kelompok konservasi Ketua kelompok lahan Karya Baru Total 20 Ket.*) ada 5 P3A pada irigasi Aji dan Pungka. 8 Untuk memilih responden sebanyak 58 KK dalam penelitian ini, menggunakan teknik simple random sampling, dimana teknik dipilih atas pertimbangan bahwa responden relatif homogen. 9 Dalam penelitian ini, KK dijadikan sebagai jumlah populasi dalam suatu wilayah, bukan jumlah penduduk sebagaimana yang lazim digunakan. 5
4 Metode Analisis Data Sugiyono (2008), menerangkan bahwa analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun data yang telah diperoleh secara sistematis dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta terakhir membuat kesimpulan. Dari definisi di atas, maka dibawah ini disajikan penjelasan mengenai teknik analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian, yaitu : 4.4. Analisis Isi/Konten Peraturan 0 Analisis isi/konten adalah pemahaman makna peraturan melalui identifikasi issue atau aturan tertentu secara berjenjang mulai yang ada pada Undang-undang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pendalaman terhadap peraturan pemerintah yang terkait. Undang-undang dan peraturan pemerintah yang dijadikan objek kajian dalam penelitian ini adalah sebagaimana disebutkan dalam batasan operasional. Analisis ini akan menggunakan metode analytic comparation. Dalam analisisnya, dilakukan dalam dua tahapan yakni :pertama, mempelajari jenis urusan apa saja yang diatur dalam peraturan perundangundangan tersebut. Kedua, dari informasi pada tahap pertama, selanjutnya dilakukan pemetaan peletakan wewenang atas sejumlah urusan tersebut pada organisasi tingkat makro, meso dan organisasi tingkat mikro dengan menggunakan matrik peta sebagaimana disajikan pada Gambar 7. KEWENANGAN Makro ( Menteri) Meso (Gubernur) Mikro (Bupati/Walikota) NAMA PERATURAN Mikro (Kabupaten) Meso (Propinsi) URUSAN Makro (Pusat) Gambar 7. Matrik peletakan kewengan urusan berdasarkan peraturan tertentu Sumber : Ismanto, 200 (dimodifikasi) 0 Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan penilaian dalam analisis ini, maka nantinya dalam proses analisis akan selalu dilakukan rekonfirmasi pada stakeholder yang berkompeten, misalnya DPR dan lain-lain
5 43 Berdasarkan matrik di atas, dapat diketahui apakah urusan-urusan tertentu telah ditempatkan kewengannya pada organisasi yang sesuai atau belum. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi yaitu : pertama, peletakan wewenang suatu urusan pada organisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pada gambar tersebut tercermin adanya urusan-urusan yang berada di atas atau dibawah garis (sel) diagonal. Kedua, urusan telah diletakkan secara tepat, apabila berada pada sel-sel diagonal atau bagian yang diarsir. Jika kolom kewenangan sebagai ordinat (sumbu) Y) dan baris urusan sebagai axis (sumbu X), maka posisi kebijakan dan institusi akan terklasifikasikan ke dalam 9 kelompok, yakni sebagai berikut : Institusi (,) : kebijakan dan institusi tingkat mikro telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso; Institusi (,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro; Institusi (2,) : kebijakan dan institusi tingkat meso telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (2,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro; Institusi (2,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro; Institusi (3,) : kebijakan dan institusi tingkat makro telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (3,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro; dan Institusi (3,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso Analisis Respon Terhadap Peraturan Analisis respon terhadap peraturan, merupakan tindak lanjut dari analisis konten di atas. Fokus dari analisis ini adalah melihat apakah urusan atau tugas dan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mulai dari undangundang samapai dengan peraturan pemerintah yang sebelumnya dibahas dalam
6 44 analisis konten di atas sudah dilaksakan atau belum oleh pemerintah daerah yang notabene sebagai eksekutor di tingkat daerah dan masyarakat hulu sebagai penerima dampak dari peraturan atau kebijakan tersebut. Untuk mengukur respon pemerintah daerah terhadap peraturan adalah dengan melihat kesesuaian antara substansi/amanat dari peraturan perundangundangan tersebut dengan program kerja yang terdokumentasi dalam rencana strategis (RENSTRA) dan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah (LAKIP) pada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang telah disusun dalam periode Substansi/amanat dari peraturan perundangan-undangan yang dijadikan acuan perbandingan dengan program kerja SKPD terlampir (lihat lampiran ). Sedangkan untuk mengukur respon masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam batasan operasional adalah dengan melihat keterlibatan masyarakat dalam sejumlah program pemerintah dan upaya atau inisiatif yang pernah dilakukan dalam rangka pelestraian Sub DAS Pemetaan Ragam Hak Kepemilikan Pemetaan hak kepemilikan dalam penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap : pertama, mengidentifikasi hak kepemilikan yang ada, guna memberikan gambaran tentang regims hak kepemilikan yang ada, apakah kepemilikan pribadi, kepemilikan pemerintah, kepemilikan bersama, akses terbuka atau kombinasi diantara keempatnya; kedua, melalui pendekatan Hanna (995), informasi pada tahap pertama kemudian ditindak-lanjuti dengan melihat apakah para pemilik hak atau pemegang akses baik pemerintah maupun masyarakat telah melaksanakan hak dan kewajibanya terhadap hak kepemilikannya atau belum. Selanjutnya dalam tahap ini juga akan dilakukan pendalaman lagi dengan melihat strata hak kepemilikan melalui pendekatan Schlager dan Ostrom (992) sebagaimana disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Strata hak kepemilikan berdasarkan klasifikasi Schlager dan Ostrom Strata Hak Pemilik Pengelola Penyewa Pengguna Access and Withdrawal X X X X Management X X X Exclusion X X Alienation X Sumber : Schlager dan Ostrom (992)
7 45 Acces adalah hak memasuki areal atau sumber daya tertentu yang telah ditetapkan batas-batas secara fisik Withdrawal adalah hak memanfaatkan produk dari sumber daya tertentu Management adalah hak mengubah/memanipulasi sumber daya menjadi produk tertentu dan hak untuk mengatur manfaatnya. Exclusion adalah sebagai hak menentukan siapa yang akan dan tidak mendapatkan akses dan hak menentukan cara tersebut dapat dialihkan Alienation adalah sebagai hak menjual dan atau menyewakan sumber daya tersebut Analisis Stakeholder Ramirez (999) menerangkan bahwa analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya dalam kaitannya dengan isu atau sumber daya yang ada. Adapun tahapan analisis stakeholder dalam penelitian ini adalah:. Membuat tabel stakeholder, yang berisi informasi mengenai : a. Daftar stakeholder b. Kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya pada kebijakan. c. Sikap stakeholder, yaitu reaksi dari setiap stakeholder dalam memutuskan pandangan terhadap kebijakan. Untuk penilaian sikap akan menggunakan skala likert yaitu dari 3 hingga -3, dimana : 3 = sangat mendukung; 2 = cukup mendukung; = netral; -2 = cukup menentang; dan -3 = sangat menentang. d. Pengaruh dari masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat kewenanganya. Untuk penilaian tingkat pengaruh akan menggunakan skala likert yaitu antara sampai 5, dimana : 5 = sangat kuat; 4 = kuat; 3 = ratarata; 2 = lemah; dan = sangat lemah. e. Nilai total yaitu perkalian antara sikap dan pengaruh f. Keputusan menyangkut kebutuhan keterlibatan. Untuk memutuskan kebutuhan keterlibatan stakeholder dalam kebijakan, dimana jika nilai total kurang dari 6 maka stakeholder dapat diabaikan dan jika lebih dari atau sama dengan 6 maka stakeholder harus dilibatkan.
8 46 g. Tingkat keterlibatan eksisting stakeholder, dimana penilaiannya menggunakan skala likert yaitu sampai 5, dimana: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = sedang; 2 = rendah; dan = sangat rendah. Tabel 0. Analisis stakeholder pengelolaan Sub DAS Batulanteh Stakeholder Kriteria evaluasi Kepentingan Sikap Pengaruh Total Keputusan keterlibatan Tingkat keterlibatan eksisting Sumber : Wijayanti, 2009 (dimodifikasi) Dari informasi pada Tabel 0, maka selanjutnya disusunlah diagram untuk menggambarkan tingkat pengaruh dan keterlibatan masing-masing stakeholder. Tinggi (I) Keterlibatan (IV) (II) (III) Rendah Pengaruh Tinggi Gambar 8. Tingkat keterlibatan dan pengaruh stakeholder dalam pengelolaan Sub DAS Batulanteh (Sumber : Wijayanti, 2009) (dimodifikasi) Re-Desain Kelembagaan Pengelolaan Sub DAS Batulanteh Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan main yang membentuk interaksi dalam masyarakat. Dalam konteks yang lebih konkret kelembagaan adalah aturan formal maupun informal beserta bentuk pengorganisasianya. Hasil analisis pada tahap sebelumnya mulai dari analisis peraturan perundang-undangan, kemudian respon terhadap peraturan, struktur hak kepemilikan lahan sampai pada analisis stakeholder yang terlibat akan menjadi input dalam melakukan re-desain kelembagaan pengelolaan Sub DAS Batulanteh.
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH Pengelolaan DAS terpadu merupakan upaya pengelolaan sumber daya yang menyangkut dan melibatkan banyak pihak dari hulu sampai hilir dengan kepentingan
Lebih terperinciVIII. STRUKTUR HAK KEPEMILIKAN LAHAN DALAM KAWASAN SUB DAS BATULANTEH
VIII. STRUKTUR HAK KEPEMILIKAN LAHAN DALAM KAWASAN SUB DAS BATULANTEH Deng Xio Ping suatu ketika pernah mengatakan bahwa the China s problem is land problem, and the land problem is rural problem. Persoalan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Waduk Cirata, di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. adalah petani ikan. Keberadaan responden yang diamati adalah:
BAB IV METODE PENELITIAN 4.. aktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksakan pada Bulan September sampai Oktober 0 Penelitian dilakukan pada petani ikan Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan aduk
Lebih terperinciVII. RESPON PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
VII. RESPON PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Setelah memahami apa yang menjadi urusan di dalam peraturan perundang-undangan, kemudian kondisi pelatakan kewenangan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis fungsi kelembagaan perikanan ini dilaksanakan di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU
137 Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU No Amanat pertauran perundang-undangan 1 Mempertahankan kecukupan hutan minimal 30 persen dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian pada masyarakat di Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Desa Bunati merupakan salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini adalah ; 1. Penelitian ini ditekankan pada pembahasan mengenai partisipasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah
25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya
Lebih terperinciINDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM
INDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM MASALAH KELEMBAGAAN Tingkat DAS Tingkat Pusat Dewan SDA Nasional Presiden Kem. PU
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinci2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Lampiran Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tanggal : 6 Mei 2014 Nomor : 188.4/3528/115.01/2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Peternakan Provinsi Jawa selanjutnya disebut Dinas
Lebih terperinciRancangan Akhir Renstra Dinas Peternakan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang No. 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi Penelitian berada di Kawasan Perkotaan Cianjur yang terdiri dari 6 Kelurahan dan 14 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian atau penelaah subyek dengan tujuan utama mendeskriptifkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung
Lebih terperinci31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sekampung hulu; pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juni Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive) dengan
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Hijau Makmur, Desa Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, di wilayah DAS Sekampung hulu;
Lebih terperinciTujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Peternakan Provinsi Jawa sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah berkewajiban untuk menyiapkan Rencana Strategis sebagai acuan penyelenggaraan pemerintahan dan
Lebih terperinciBIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA
BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA OLEH : DR. M LUTHFUL HAKIM PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Kondisi Kritis Ketahanan Pangan Nasional Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Cipanas berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur). Berdasarkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciMateri Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII
Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. analisis daya yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Dengan
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis daya yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Dengan kata lain,
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH KEPUTUSAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 050.13/40/054/TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN HULU
Lebih terperinciPENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 467 PENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO Mas Ayu Ambayoen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciANALISIS KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH DI KABUPATEN SUMBAWA (Perspektif Ekonomi Kelembagaan) YADI HARTONO
ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH DI KABUPATEN SUMBAWA (Perspektif Ekonomi Kelembagaan) YADI HARTONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
1 3.1 Objek Penelitian BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penerapan analisis pemicu biaya dan belanja langsung. Penelitian ini dilakukan pada
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20/KPTS-II/2001 TENTANG POLA UMUM DAN STANDAR SERTA KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MENTERI KEHUTANAN,
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20/KPTS-II/2001 TENTANG POLA UMUM DAN STANDAR SERTA KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa proses degradasi sumber daya alam hutan
Lebih terperinciBUPATI DONGGALA. KEPUTUSAN BUPATI DONGGALA Nomor : /0377/BLHD/2013 TENTANG
SALINAN BUPATI DONGGALA KEPUTUSAN BUPATI DONGGALA Nomor : 188.45/0377/BLHD/2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM MASYARAKAT HULU SUNGAI DESA POWELUA KECAMATAN BANAWA TENGAH KABUPATENDONGGALA BUPATI DONGGALA,
Lebih terperinciJakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii
KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG BARAT
BUPATI LAMPUNG BARAT KEPUTUSAN BUPATI LAMPUNG BARAT NOMOR : B/ 179/ KPTS/ 05/ 2001 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA TATA BATAS HUTAN DAN PANITIA TATA BATAS KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BUPATI LAMPUNG BARAT Menimbang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang
Lebih terperinciBAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitiannya akan dilakukan di daerah Kabupaten Gorontalo
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitiannya akan dilakukan di daerah Kabupaten Gorontalo Utara dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai pada bulan
Lebih terperinciIV. PERUBAHAN INSTITUSI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRODUKSI
IV. PERUBAHAN INSTITUSI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN ALAM PRODUKSI Setelah Undang-undang kehutanan no. 5 tahun 1967 diubah menjadi Undangundang no. 41 tahun 1999, sistem pengusahaan hutan produksi
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS KEHUTANAN RUT 2011 Jl. Patriot No. O5 Tlp. (0262) 235785 Garut 44151 RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN 2014-2019 G a r u t, 2 0 1 4 KATA PENGANTAR Dinas Kehutanan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI IRIGASI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. b. c. d. e. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan
Lebih terperinciKonsep Kebijakan Tata Air Sebagai Jasa Lingkungan
KONSEP TATA AIR SEBAGAI JASA LINGKUNGAN Oleh : Dra. Sylviani Isu Kawasan Lindung Sebagai Penyedia Air Peningkatan kebutuhan air baik untuk publik, dunia usaha Banyak para pihak yg terlibat : pengelola
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek
Lebih terperinciLampiran 1 Panduan wawancara untuk masyarakat a. Pertanyaan umum
LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1 Panduan wawancara untuk masyarakat a. Pertanyaan umum 1. Apakah mata pencaharian utama dan sampingan Bapak/Ibu saat ini? 2. Berapa jumlah tanggungan Bapak/Ibu? 3. Apakah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (0:6) mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rinci (Nana Syaodih, 2007:287). Penelitian ini menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian akan dilaksanakan atau langkah-langkah pengumpulan data yang diuraikan secara rinci (Nana Syaodih,
Lebih terperinciLANSKAP HUTAN BERBASIS DAS
Seminar Regional Pembangunan Kehutanan Berkelanjutan dalam Perspektif Tata Ruang LANSKAP HUTAN BERBASIS DAS Niken Sakuntaladewi (n.sakuntaladewi@yahoo.com) Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Kupang,
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANGAN
25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan
Lebih terperinciBab II Perencanaan Kinerja
Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR /HK/KPTS/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK,
KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR /HK/KPTS/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengukuran keberhasilan
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi yang menjadi penelitian adalah P.T. Perkebunan Nusantara VIII
29 BAB III METODE PENELITIAN A Lokasi & Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang menjadi penelitian adalah P.T. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Teh Ciater. Perkebunan Ciater terletak di kaki Gunung Tangkuban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir
Lebih terperinciBUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN
i ii Kata Pengantar Penyusunan rencana pengelolaan ( Manajemen Plan) Sub DAS Gogopan merupakan bahagian dari kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan di wilayah DAS Asahan Barumun melalui program
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II
Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data dari lapangan. Metode penelitian yang digunakan penulis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian
Lebih terperinciWALIKOTA TEBING TINGGI
WALIKOTA TEBING TINGGI PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten
IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
Lebih terperinciSTANDAR DAN KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN I. BATASAN SISTEM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
STANDAR DAN KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN I. BATASAN SISTEM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan
Lebih terperinciPenyelenggaraan Tugas Pembantuan
Penyelenggaraan Tugas Pembantuan 4.1. Tugas Pembantuan Yang Diterima Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan azas tugas pembantuan sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 7
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Tika (2005 : 1) penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah,
Lebih terperinciMatriks Program Strategis AMPL Kabupaten Banyuasin Tahun
Matriks Program Strategis AMPL Kabupaten Banyuasin Tahun 2014-2018 SKPD 1 Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong - Setiap kawasan strategis di Ibukota Kabupaten dan Kecamatan telah memiliki infrastruktur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif yaitu dengan menggambarkan atau menjelaskan suatu keadaan, kondisi, peristiwa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berdampak pada terjadinya perubahan yang mendasar bagi perencanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Buaya Indonesia Jaya (TBIJ) yang terletak di Desa Sukaragam, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive sampling. berdasarkan pertimbangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana strategi studi kasus dipilih dan bersifat multi metode. Strategi studi kasus ini dianggap memadai dengan tiga dasar pertimbangan:
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling,
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung pada bulan Maret 2012. B. Alat, Bahan, dan Objek Penelitian Bahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian merupakan bagian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di TNGHS yang secara administratif terletak di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di Provinsi
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN. deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif
Lebih terperinci