Lampiran 1 Panduan wawancara untuk masyarakat a. Pertanyaan umum
|
|
- Hadian Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN 71
2 72 Lampiran 1 Panduan wawancara untuk masyarakat a. Pertanyaan umum 1. Apakah mata pencaharian utama dan sampingan Bapak/Ibu saat ini? 2. Berapa jumlah tanggungan Bapak/Ibu? 3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu? 4. Berapa penghasilan rata-rata Bapak/Ibu per bulan? 5. Berapa rata-rata pengeluaran Bapak/Ibu sebulan? Untuk keperluan apa? 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai sejumlah lahan? Berapa hektar? Digunakan untuk apa? Bagaimana status lahan tersebut? b. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jasa lingkungan dari hutan/tegakan berkayu? 8. Bagaimana perilaku bapak/ibu terhadap mata air dan aliran sungai sekitar rumah Bapak/Ibu? 9. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Pembayaran Jasa Lingkungan di desa ini? 10. Apakah Bapak/Ibu menerima sejumlah pembayaran jasa lingkungan? Berapa besar? sejak kapan? 11. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme PJL yang ada saat ini di desa Bapak/Ibu? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan? 12. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya? 14. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini? 15. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?
3 73 Lampiran 2 Panduan wawancara untuk ketua kelompok tani a. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 1. Bagaimanakah pandangan Bapak/Ibu mengenai lingkungan sekitar? 2. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme PJL yang ada saat ini di desa Bapak/Ibu? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan? 3. Bagaimana latar belakang keterlibatan dan proses keterlibatan kelompok tani ini dalam mekanisme PJL? 4. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 5. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai mekanisme PJL? 6. Bagaimana alur mekanisme PJL tersebut berlangsung? b. Pertanyaan terkait kepentingan 7. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? 8. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL ini? 9. Sumberdaya/komitmen apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 10. Apakah kepentingan Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme ini? 11. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap LSM/pemerintah/swasta? c. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 12. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya? 14. Apa saja keuntungan yang Bapak/Ibu rasakan setelah terlibat dalam mekanisme PJL ini? 15. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini? 16. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?
4 74 Lampiran 3 Panduan wawancara untuk swasta a. Pertanyaan umum mengenai DAS 1. Apa peran penting DAS Citarum yang Bapak/Ibu ketahui? Apakah manfaat air dari DAS tersebut untuk perusahaan Bapak/Ibu? 2. Dari peran penting tersebut apakah upaya konservasi perlu dilakukan? Mengapa? 3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kondisi dari DAS Citarum saat ini? b. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 4. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme PJL? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan? 5. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 6. Berapakah dana yang Bapak/Ibu keluarkan untuk dana kompensasi PJL ini? Bagaimana cara penetapan besarnya dana tersebut? Apakah jumlah dana tersebut sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu? c. Pertanyaan terkait kepentingan 7. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? 8. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL ini? 9. Sumberdaya/komitmen apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 10. Apakah kepentingan Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme ini? 11. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap LSM/pemerintah/masyarakat? d. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 12. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya? 14. Apa saja keuntungan yang Bapak/Ibu rasakan setelah terlibat dalam mekanisme PJL ini? 15. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini? Solusi apa yang diambil untuk mengatasi hambatan tersebut? 16. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?
5 75 Lampiran 4 Panduan wawancara untuk lembaga pemerintahan a. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 1. Sejauh mana Bapak/Ibu mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam mekanisme PJL ini? Siapa saja pihak-pihak tersebut? 2. Bagaimana alur dalam mekanisme PJL itu berlangsung? 3. Apakah sudah ada peraturan pemerintah yang digunakan sebagai payung hukum dari mekanisme ini? Peraturan apa saja yang digunakan? 4. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai mekanisme PJL? b. Pertanyaan terkait kepentingan 5. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? Bagaimana instansi/lembaga Bapak/Ibu berencana mewujudkannya? 6. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL ini? 7. Sumberdaya/komitmen apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 8. Apakah kepentingan Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme ini? 9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap LSM/masyarakat/swasta? c. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 10. Dalam mekanisme PJL ini apa peran dan fungsi lembaga Bapak/Ibu? 11. Sejauh ini bagaimana fungsi dan peran tersebut bermanfaat bagi mekanisme PJL? 12. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja hak dan kewajiban Bapak/Ibu? 13. Menurut Bapak/Ibu apa saja dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari mekanisme tersebut? 14. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu yang ditemui dalam penerapan mekanisme PJL ini? 15. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?
6 76 Lampiran 5 Panduan wawancara untuk LSM a. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 1. Mengapa Bapak/Ibu menginisiasi DAS Citarum sebagai lokasi penerapan mekanisme PJL? 2. Sejauh mana Bapak/Ibu mengetahui pihak-pihak yang berpotensi untuk terlibat dalam mekanisme PJL ini? Siapa saja pihak-pihak tersebut? 3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu mengajak stakeholder lain untuk berpartisipasi? 4. Bagaimana alur mekanisme PJL tersebut berlangsung? 5. Bagaimanakah proses penetapan jumlah dana yang dikompensasikan? Apakah metode tertentu seperti metode valuasi ekonomi? 6. Adakah peraturan pemerintah yang dijadikan payung hukum untuk mekanisme PJL ini? b. Pertanyaan terkait kepentingan 7. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? 8. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL ini? 9. Sumberdaya apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 10. Apakah kepentingan Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme ini? 11. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap swasta/pemerintah/masyarakat? c. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 12. Apakah peranan dan fungsi dari lembaga Bapak/Ibu pada mekanisme PJL ini? 13. Apa saja Hak dan Kewajiban dari lembaga Bapak/Ibu dalam mekanisme ini? Kegiatan apa saja yang dirancang untuk dilakukan demi berjalannya mekanisme ini? 14. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam mekanisme PJL ini? 15. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu yang ditemui selama penerapan mekanisme PJL ini? Apa saja solusi yang diambil? 16. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?
7 Lampiran 6 Perjanjian kerjasama PT. Aetra dengan Kelompok Tani Syurga Air 77
8 78
9 79
10 80
11 81
12 82
13 Lampiran 7 Skoring pengaruh dan kepentingan para pihak No Pihak Pengaruh Tingkat Argumen kepentingan Pihak primer 1. Masyarakat hulu penyedia jasa 5 5 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan lingkungan mekanisme PJL => skor 5 Pengaruh pihak ini tinggi terkait dengan keputusan penggunaan lahan milik mereka yang tidak dapat diganggu gugat=> skor 5 2. PT. Aetra air Jakarta 4 5 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL => skor 5 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 3. PT. Palyja 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 4. PDAM Kota Bandung 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 5. PDAM Kabupaten Bandung 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 6. PT. Indonesia Power 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan 83
14 mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 7. Perum Jasa Tirta II 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 8. PT. Lippo Cikarang 4 4 Tingkat kepentingan pihak ini merupakan prioritas dari tujuan mekanisme PJL namun pihak ini belum terlibat langsung dalam mekanisme sebagai pemanfaat jasa lingkungan=> skor 4 Pengaruh pihak ini cukup tinggi karena dapat mempengaruhi aturan dalam mekanisme seperti besaran dana kompensasi atau keikutsertaan dalam mekanisme karena sifat mekanisme yang sukarela => skor 4 Pihak sekunder 9. BPLHD 3 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pengaruh pihak ini sedang karenabelum ada aturan mengikat terkait PJL dan pengaruh sebatas lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS/lingkungan =>skor BBWSC 3 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pengaruh pihak ini sedang karenabelum ada aturan mengikat terkait PJL dan pengaruh sebatas lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS =>skor BPDAS Citarum-Ciliwung 3 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa 84
15 12. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung Barat Pengaruh pihak ini sedang karenabelum ada aturan mengikat terkait PJL dan pengaruh sebatas lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS =>skor Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pihak ini berpengaruh dalam kebijakan pengelolaan daerah hulu (pertanian, perkebunan, dan kehutanan) tingkat kabupaten =>skor Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat 3 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa 14. Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Jawa Barat 15. Pemda : Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat, dan kota Bandung Pengaruh pihak ini sedang karenabelum ada aturan mengikat terkait PJL dan pengaruh sebatas lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS bagian hulu (hutan) =>skor Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pengaruh pihak ini sedang karenabelum ada aturan mengikat terkait PJL dan pengaruh sebatas lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS =>skor Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pihak ini memiliki pengaruh terhadap kebijakan yang berjalan di daerah otoritasnya=>skor ICWRMP 2 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pihak ini memiliki wewenang langsung di bawah BBWSC dan memiliki koneksi dengan pihak-pihak lain=>skor LP3ES 2 3 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa Pihak ini memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih terhadap mekanisme PJL dan membutuhkan aliansi dengan pihak yang 85
16 memiliki wewenang terhadap pengelolaan DAS => skor YPC 2 2 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa tujuan mekanisme =>skor 2 Pihak ini mempunyai pengaruh terkait koneksinya dengan masyarakat hulu dan pengetahuannya mengenai lingkungan => skor PKK DAS Citarum 2 2 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa tujuan mekanisme =>skor 2 Pihak ini mempunyai pengaruh terkait koneksi dan kemampuan informasi terhadap masyarakat serta pengetahuannya mengenai lingkungan => skor PORTAB 2 2 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa tujuan mekanisme =>skor 2 Pihak ini mempunyai pengaruh terkait koneksinya dengan masyarakat hulu dan pengetahuannya mengenai lingkungan => skor K3A (Kelompok Kerja Komunikasi Air) 2 2 Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa tujuan mekanisme =>skor Forum Komunikasi Penggiat Lingkungan Pihak ini mempunyai pengaruh terkait koneksi dan kemampuan informasi terhadap masyarakat serta pengetahuannya mengenai lingkungan => skor Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa tujuan mekanisme =>skor 2 Pihak ini mempunyai pengaruh terkait koneksi dan kemampuan informasi terhadap masyarakat serta pengetahuannya mengenai lingkungan => skor 2 86
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Mekanisme Inisiatif Pembayaran Jasa Lingkungan di Sub DAS Cikapundung, DAS Citarum 5.1.1 Latar belakang mekanisme inisiatif pembayaran jasa lingkungan di Sub DAS Cikapundung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti
Lebih terperinciVI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sub DAS Cikapundung 4.1.1 Letak dan luas Daerah Sungai Cikapundung terletak di sebelah utara Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, dan merupakan bagian hulu Sungai
Lebih terperinciPeserta yang Terlibat dalam Aksi Tanam Pohon Bersama Para Pihak
LAPORAN AKSI PENANAMAN POHON BERSAMA PARA PIHAK DI BANJAR BUKIAN, DESA PELAGA DAN BANJAR JEMPANANG DESA BELOK SIDAN 25 Nopember 2015 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kita yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada paradigma kehutanan sosial, masyarakat diikutsertakan dan dilibatkan sebagai stakeholder dalam pengelolaan hutan, bukan hanya sebagai seorang buruh melainkan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN
369 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Selama tahun 1990-2009 terjadi pengurangan luas hutan SWP DAS Arau sebesar 1.320 ha, mengakibatkan kecenderungan peningkatan debit maksimum, penurunan debit minimum
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sekampung hulu; pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juni Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive) dengan
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Hijau Makmur, Desa Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, di wilayah DAS Sekampung hulu;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan terkait antara hubungan faktor abiotik, biotik dan sosial budaya pada lokasi tertentu, hal ini berkaitan dengan kawasan bentanglahan yang mencakup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana
Lebih terperinciLampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan
LAMPIRAN 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permasalahan konservasi 1. Permasalahan internal 2. Permasalahan eksternal. Variasi kegiatan di Lampiran 2 Panduan wawancara pengelolaan 1. Apa saja kekuatan, kelemahan,
Lebih terperinciKonsep Kebijakan Tata Air Sebagai Jasa Lingkungan
KONSEP TATA AIR SEBAGAI JASA LINGKUNGAN Oleh : Dra. Sylviani Isu Kawasan Lindung Sebagai Penyedia Air Peningkatan kebutuhan air baik untuk publik, dunia usaha Banyak para pihak yg terlibat : pengelola
Lebih terperinciIX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH
IX. ANALISIS STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN SUB DAS BATULANTEH Pengelolaan DAS terpadu merupakan upaya pengelolaan sumber daya yang menyangkut dan melibatkan banyak pihak dari hulu sampai hilir dengan kepentingan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung
PENDAHULUAN Ekosistem penghasil beragam produk dan jasa lingkungan keberlanjutan kehidupan. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Nilai guna langsung pangan, serat dan bahan bakar,
Lebih terperinciKonsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah *
Konsep Imbal Jasa Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air Oleh: Khopiatuziadah * Pada akhir masa sidang III lalu, Rapat Paripurna DPR mengesahkan salah satu RUU usul inisatif DPR mengenai
Lebih terperinciFOREST LANDSCAPE RESTORATION
FOREST LANDSCAPE RESTORATION Indonesia Disampaikan dalam Workshop di Wanagama, 7-8 Desember 2009 Forest Landscape Restoration? Istilah pertama kali dicetuskan pada tahun 2001 oleh para ahli forest landscape
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian
83 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Partisipasi Masyarakat Kabupaten Simeulue Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove Pasca Tsunami. Oleh : Rasyid Assaf Dongoran /057004018 Mahasiswa Pasca Sarjana Pengelolaan
Lebih terperinciPANDUAN KUNJUNGAN INSTANSI PRAKTIKUM TEKONOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN
PANDUAN KUNJUNGAN INSTANSI PRAKTIKUM TEKONOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 AGENDA KEGIATAN A. Jadwal Kegiatan Kunjungan Instansi Waktu Kegiatan
Lebih terperinciModel Optimalisasi Kinerja DAS Solo Berbasis Pemberdayaan Masyarakat menggunakan AHP (Analisis Hirarki Proses) Lokasi SUB DAS :. Nama :...
KUISIONER Model Optimalisasi Kinerja DAS Solo Berbasis Pemberdayaan Masyarakat menggunakan AHP (Analisis Hirarki Proses) Lokasi SUB DAS :. Tujuan : Untuk menentukan bobot dan alternativ pada model optimalisasi
Lebih terperinci(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)
SISTEM ELEKTRONIK DAS (e-das) WILAYAH KERJA BPDAS CITARUM-CILIWUNG (Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan Derah Aliran Sungai (DAS) secara terpadu
Lebih terperinciINDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM
INDONESIA WATER LEARNING WEEK WATER SECURITY FOR INDONESIA WATER ENERGY ENERGY FOOD NEXUS INSTITUTIONAL ASPECTS OF WRM MASALAH KELEMBAGAAN Tingkat DAS Tingkat Pusat Dewan SDA Nasional Presiden Kem. PU
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem
Lebih terperinciKERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)
KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tersedia pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan BPDAS Citarum-Ciliwung untuk data seri dari tahun 2002 s/d
Lebih terperinciSKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT
SKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT Hasil kinerja sistem berdasarkan hasil analisis keberlanjutan sistem dan kinerja model sistem menunjukkan bahwa sistem
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Harapan kami semoga buku Statistik Pembangunan ini dapat bermanfaat. Bogor, Maret 2009 KEPALA BALAI
KATA PENGANTAR Buku Statistik Pembangunan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum-Ciliwung Tahun 2008 merupakan penerbitan lanjutan tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya kesinambungan penerbitan,
Lebih terperinciKOMPENSASI HULU-HILIR DAN INSENTIF PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG SEBAGAI PENGATUR TATA AIR
KOMPENSASI HULU-HILIR DAN INSENTIF PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG SEBAGAI PENGATUR TATA AIR Oleh Sylviani 1) Ringkasan Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk melindungi kawasan yang berpotensi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara kedanau atau laut. Dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung
Pertemuan 13 PENDAHULUAN Ekosistem penghasil beragam produk dan jasa lingkungan keberlanjutan kehidupan. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Nilai guna langsung pangan, serat
Lebih terperinciDASAR HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
DASAR HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Sub DAS Batulanteh dengan memilih Desa Batudulang, Kecamatan Untir Iwis dan Kecamatan Sumbawa sebagai daerah sampel.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI KEBIJAKSANAAN PENDAYAGUNAAN SUNGAI DAN PEMELIHARAAN KELESTARIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang
Lebih terperinciMengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1
Mengoptimalkan Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Dalam Unit Daerah Aliran Sungai 1 Arif Ismail GIS Specialist SCBFWM Disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012 tentang pengelolaan daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat
Lebih terperinciKesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar
Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud Dan Tujuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial di daerah mempunyai kewenangan
Lebih terperinciBAB II. PERENCANAAN KINERJA
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang
Lebih terperinciJudul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG. Di tulis oleh: Subki, ST
Judul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG Di tulis oleh: Subki, ST Disampaikan kepada: Tim redaktur/pengelola website DLHK Provinsi Banten Kawasan pusat pemerintahan
Lebih terperinciKAJIAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Oleh: Sylviani. Ringkasan
KAJIAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Oleh: Sylviani Ringkasan Peranan air bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta lingkungan sangatlah penting dan merupakan kebutuhan pokok, karenanya
Lebih terperinciU R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 3,200,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 25,835,766, BELANJA LANGSUNG 46,824,589,000.00
Urusan Pemerintahan Organisasi : : 2.02 URUSAN PILIHAN Kehutanan 2.02.01 Dinas Kehutanan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,200,000,000.00 00 00 1 2 Retribusi Daerah 3,200,000,000.00
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi
BAB 5 PENUTUP Bab penutup ini akan memaparkan temuan-temuan studi yang selanjutnya akan ditarik kesimpulan dan dijadikan masukan dalam pemberian rekomendasi penataan ruang kawasan lindung dan resapan air
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM BINGKAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN OLEH: PAIMIN dan PRIYONO Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jl. A Yani. Pabelan. Surakarta. Telp. 0271 717417
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung
Lebih terperinciSURAT EDARAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR S.75/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG
SURAT EDARAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR S.75/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG SURAT EDARAN MASALAH HUKUM ADAT DAN TUNTUTAN KOMPENSASI/GANTI RUGI OLEH MASYARAKAT HUKUM ADAT Nomor : S.75/Menhut-II/2004 Jakarta,
Lebih terperinciMemperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciSASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN
DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2015 No Sasaran Program Indikator Kinerja Program (IKP) 1 tutupan hutan di hutan lindung dan lahan (S1.P2.1) 2 kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma
Lebih terperinciPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 94 /Dik-1/2010 T e n t a n g
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah dan air berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS) berupa : lahan kritis, lahan gundul, erosi pada lereng-lereng
Lebih terperinciSIDANG UJIAN TUGAS AKHIR
SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya otonomi daerah (Otoda), telah memberikan peluang bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini membawa konsekuensi logis kepada
Lebih terperinciPENELITIAN DEBIT DAN POTENSI AIR, SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG
PENELITIAN DEBIT DAN POTENSI AIR, SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MAGELANG Suharyanto, dkk Balitbang Prov. Jateng bekerjasama dengan Fakultas Teknik UNDIP Jl. Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.24/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan bahwa dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung tahun anggaran 2012 berdasarkan kontrak
Lebih terperinciU R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00
Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.03 URUSAN WAJIB Pekerjaan Umum 1.03.02 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 10,000,000.00 00 00 1 2 Retribusi
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO Manado, 23-24 Oktober 2012 Assalamualaikum Warakhmatullah Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat Partisipasi adalah turut berperan sertanya seseorang atau masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan laporan di dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat
Lebih terperinciLampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003
LAMPIRAN 34 Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003 Bulan Cikapundung Citarik Cirasea Cisangkuy Ciwidey mm Januari 62,9 311 177 188,5 223,6 Februari 242,1 442 149 234 264 Maret 139,3 247 190
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan hutan dan lahan di Indonesia telah banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satunya adalah kritisnya sejumlah daerah aliran sungai (DAS) yang semakin
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, hutan adalah suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensitas kegiatan manusia saat ini terus meningkat dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan sumberdaya alam ini khususnya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciVII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM
VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu
Lebih terperinciSTANDAR DAN KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN I. BATASAN SISTEM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
STANDAR DAN KRITERIA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN I. BATASAN SISTEM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan, yang ditempatkan
Lebih terperinciBIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan
- 130-27. BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah daerah. 2. Penunjukan,,, Pelestarian Alam, Suaka Alam dan Taman Buru
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU
137 Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU No Amanat pertauran perundang-undangan 1 Mempertahankan kecukupan hutan minimal 30 persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai
Lebih terperinciVIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP)
88 VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) Kerusakan hutan Cycloops mengalami peningkatan setiap tahun dan sangat sulit untuk diatasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS KEHUTANAN RUT 2011 Jl. Patriot No. O5 Tlp. (0262) 235785 Garut 44151 RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN 2014-2019 G a r u t, 2 0 1 4 KATA PENGANTAR Dinas Kehutanan
Lebih terperinciJasa Ekosistem dan Pembayaran Jasa Ekosistem (Air) Oleh: Tri Agung Rooswiadji National Coordinator for Freshwater Program, WWF Indonesia
Jasa Ekosistem dan Pembayaran Jasa Ekosistem (Air) Oleh: Tri Agung Rooswiadji National Coordinator for Freshwater Program, WWF Indonesia Jasa Ekosistem adalah... Natural processes through which ecosystems
Lebih terperinciKerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat
Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat ekologi dari pola ruang, proses dan perubahan dalam suatu
Lebih terperinci"- I,, /;i-r. I Y i,r. D,.
"- I,, I Y i,r. D,. /;i-r. STUDI "BENCH MARK" PROYEK KONSERVASI DAN PENGEMBANGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI @AS) CIMANUK HULU (Studi Kasus di Desa Tenjonagara, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa
Lebih terperinciPemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 90 96 ISSN: 2085 1227 Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu Program Studi Geografi
Lebih terperinciSUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH
- 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,
Lebih terperinciREVITALISASI KEHUTANAN
REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan
Lebih terperinciDinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 1. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur Visi Provinsi Jawa Timur : Terwujudnya Jawa Timur Makmur dan Berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2009) saat ini Indonesia memiliki luas kawasan hutan seluas juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, (2009) saat ini Indonesia memiliki luas kawasan hutan seluas 133.453.366 juta Ha, yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBENTUKAN FORUM DAS DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
KEBIJAKAN PEMBENTUKAN FORUM DAS DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Bejo Slamet Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Kondisi Pengelolaan DAS di Indonesia Fenomena kejadian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing
Lebih terperinciDaerah Aliran Sungai (DAS) dan Upaya Pengelolaannya
1 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Upaya Pengelolaannya Yudi Wahyudin Peneliti PKSPL-IPB Dimuat pada Harian RADAR Bogor, 28 Februari 2002. * Peristiwa banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa daerah
Lebih terperinciISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi yang tidak sehat dan buruk dapat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit. Penyakit
Lebih terperinci