BAB IV METODE PENELITIAN. Waduk Cirata, di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. adalah petani ikan. Keberadaan responden yang diamati adalah:
|
|
- Verawati Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.. aktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksakan pada Bulan September sampai Oktober 0 Penelitian dilakukan pada petani ikan Karamba Jaring Apung (KJA) di perairan aduk Cirata, di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. 4.. J enis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dan pengamatan langsung di lokasi budidaya ikan KJA di aduk Cirata. Responden adalah petani ikan. Keberadaan responden yang diamati adalah:. Karakteristik petani, seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha.. Keadaan usaha, seperti luas lahan usaha, teknik produksi, modal, tingkat input tetap dan produksi yang dihasilkan serta kendala yang mereka hadapi selama berproduksi. 3. Persepsi dan perilaku petani ikan dalan budidaya perikanan KJA terkait dengan upaya menjaga kualitas perairan aduk Cirata. Data primer lain diperoleh berdasarkan wawancara terstruktur dengan responden dari para stakeholder (pemangku kepentingan) yakni instansi pemerintah Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dari 3 (tiga) Kabupaten (Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta), BPC dan serta para stakeholder lain seperti produsen pakan ikan, distributor produk perikanan, dan kelompok tani/koperasi/organisasi petani ikan KJA berkenaan dengan hal berikut ini:
2 64. Tingkat kepentingan dan pengaruh para stakeholder terhadap pengelolaan aduk Cirata dalam kaitannya dengan budidaya perikanan KJA.. Peran masing-masing stakeholder 3. Hubungan antar stakeholder 4. Pelaksanaan aturan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan aduk Cirata dalam kaitannya dengan budidaya perikanan KJA a. Hak property right/perijinan b. Hak dan kewajiban para stakeholder c. Konflik yang timbul antar stakeholder terkait dengan hak dan kewajiban Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja. Lokasi budidaya perikanan KJA di perairan aduk Cirata yang ada di Kabupaten Cianjur tersebar di 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Maleber, Ciranjang, dan Kecamatan Margalaksana. Penetapan Kabupaten Cianjur sebagai lokasi penelitian didasarkan pada kemudahan akses bagi pengumpulan data. Selain itu keberadaan populasi petani ikan KJA di perairan aduk Cirata pada umumnya homogen. Homogenitas populasi petani ikan KJA di Kabupaten Cianjur, sebagaimana di Kabupaten Purwakarta dan Bandung Barat (dulu Kabupaten Bandung) ditinjau dari hal-hal berikut ini: ) Ukuran petak KJA di perairan aduk Cirata seragam, yaitu 7m x 7m x m. Setiap unit terdiri dari 4 petak. ) Ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas pada layer atas.
3 65 3) Pola pemberian pakan ikan yang dilakukan petani secara keseluruhan sama, yakni 3 kali dalam sehari sesuai dengan kebutuhan atau cuaca. Homogenitas populasi ini menyebabkan peneliti memutuskan banyaknya sampel penelitian tidak menggunakan formula Slovin. Besaran sampel ditetapkan sesuai dengan jumlah petani ikan yang dapat diwawancarai pada saat pengumpulan data yang berlangsung selama bulan. Panduan wawancara yang dibuat senantiasa berkembang, dimana hasil wawancara dari satu petani ikan, digunakan untuk mengeksplore secara lebih jauh ke petani ikan yang lain. 4.4 Metode Analisis 4.4. Model Biaya Pengelolaan Tanpa Eksternalitas Model fungsi biaya adalah biaya produksi budidaya perikanan KJA dengan kendala jumlah produksi yang dihasilkan dan dikenal sebagai minimisasi biaya. Untuk menduga biaya total minimum usaha KJA pada satu kali musim tanam, digunakan fungsi biaya yaitu: C a... (4.) dimana: C : biaya : harga benih ikan mas (Rp/m 3 /tahun) : harga pakan (Rp/m 3 ) 3 : harga Tenaga Kerja (Rp) α o : Intersep α i : Koefisien harga input yang diduga, i =,..3 Model fungsi biaya di atas dapat ditransformasikan ke dalam bentuk fungsi linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan diolah dengan regresi berganda. Bentuk fungsi linier dari fungsi di atas adalah sebagai berikut:
4 66 LnC Ln ln ln ln Q...(4.) dimana: C : biaya total produksi petani ikan KJA per tahun (Rp/m 3 ) a 0 : konstanta (intersep) : harga benih ikan mas (Rp/m 3 /tahun) : harga pakan (Rp/m 3 ) 3 : harga Tenaga Kerja (Rp) Q : jumlah produksi ikan mas (kg/m 3 ) a i : koefisien input yang diduga, i =,, 4 β : koefisien produksi yang diduga Selanjutnya untuk memperoleh informasi besarnya input optimal dari faktor produksi digunakan Shepard s Lemma: C ( i, Q) Xtei ( i, Q) i....(4.3) dimana: C : biaya total minimum i : faktor harga input ke-i, i=,,,n Xte i : permintaan faktor input untuk model tanpa eksternalitas ke-i, i=,,,n Q : produksi 4.4. Model Biaya Pengelolaan Dengan Eksternalitas Model eksternalitas yang dibangun dalam penelitian ini terkait dengan eksternalitas dari perikanan budidaya KJA di aduk Cirata yang didominasi oleh meningkatnya jumlah N dan P di badan perairan waduk dan bersumber dari pakan ikan. Kondisi eksisting waduk yang telah tercemar, merupakan salah satu input lingkungan terhadap produksi ikan. Oleh sebab itu, faktor ini dipandang sebagai faktor kunci terhadap penurunan produksi perikanan budidaya KJA selama ini. C... (4.4). 3 4 u a0 3 4 e dimana:
5 67 C : biaya : harga benih ikan mas (Rp/m 3 /tahun) : harga pakan (Rp/m 3 ) : harga tenaga kerja (Rp) 3 4 : harga recovery (Rp/petak) α o : intersep α i : koefisien harga input yang diduga, i =,..4 Model fungsi biaya di atas dapat ditransformasikan ke dalam bentuk fungsi linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut dan diolah dengan regresi berganda. Bentuk fungsi linier dari fungsi di atas adalah sebagai berikut: LnC Ln ln ln ln ln Q...(4.5) dimana: C : biaya total produksi petani ikan KJA per tahun (Rp/m 3 ) a 0 : konstanta (intersep) : harga benih ikan mas (Rp/m 3 /tahun) : harga pakan (Rp/m 3 ) : harga tenaga kerja (Rp) 3 4 : harga recovery (Rp/petak) Q : jumlah produksi ikan mas (kg/m 3 ) a i : koefisien input yang diduga, i =,, 4 β : koefisien produksi yang diduga Selanjutnya untuk memperoleh informasi besarnya input optimal dari faktor produksi digunakan Shepard s Lemma: Xde (, Q) i i C ( i, Q) i.(6) dimana: C : biaya total minimum i : faktor harga input ke-i, i=,,,4 Xde i : permintaan faktor input untuk model dengan eksternalitas ke-i, i=,,,4 Q : produksi
6 68 Biaya Recovery Eksternalitas Biaya recovery atau perbaikan atas eksternalitas ditentukan berdasarkan hasil kajian analisis yang telah dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dimana disebutkan bahwa untuk mengatasi pencemaran yang akibat lanjutnya akan menghentikan kegiatan ekonomi perikanan di kawasan perairan aduk Cirata dengan dilakukan pengerukan sedimentasi. Tanpa pengerukan, sedimentasi yang ada di perairan aduk Cirata akan mengalami pengerasan, dan berakibat pada volume waduk menurun dan secara keseluruhan akan menurunkan fungsi waduk. Biaya total yang diperlukan untuk pengerukan mencapai Rp50 Milyar (Indradjaja, komunikasi pribadi, 0). Minimnya biaya ini disebabkan adanya kontribusi dari PT Pupuk Kujang yang mendapat kompensasi memperoleh sedimentasi sebagai bahan baku pupuk organik. Besaran biaya yang di atas apabila dikonversikan ke skala luasan per meter persegi hanya sebesar Rp.49,35. Dengan demikian diperlukan biaya pengerukan untuk per petak (luas 49 m ) KJA sebesar Rp ,38. Total biaya yang diperlukan untuk petak (petak KJA yang aktif) adalah sebesar Rp ,6. Eksternalitas yang diukur dalam penelitian ini adalah sedimentasi yang dihasilkan budidaya KJA selama kurun waktu operasional aduk Cirata sampai penelitian ini berlangsung. Telah disebut sebelumnya bahwa eksternalitas budidaya KJA adalah timbulnya sedimentasi di perairan melalui sisa pakan ikan yang tidak termakan ikan serta feses dan urin ikan. Jumlah sedimentasi di perairan aduk Cirata telah mencapai 35.7 ton dimana pertumbuhannya mencapai
7 69 5,6% sejak tahun 007. Sedimentasi ini selanjutnya dihitung jumlahnya secara proporsional ditinjau dari jumlah KJA keseluruhan. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah sedimentasi/m adalah sebesar 5,5 kg. Dengan melihat lama usaha sebagai faktor penghitung jumlah sedimentasi yang dihasilkan masing-masing responden, maka dapat ditentukan jumlah sedimentasi yang dihasilkan masing-masing reponden selama melakukan budidaya ikan KJA. Jumlah berat sedimentasi masing-masing responden dikalikan dengan biaya recovery sebesar Rp.49,35/kg. Besaran biaya recovery ditentukan dari nilai recovery/pengerukan yang besarnya Rp50 Milyar sebagaimana proposal yang ditawarkan oleh PT Pupuk Kujang. Analisis Elastisitas Harga Input Untuk melihat persentase perubahan jumlah input yang dipakai per unit waktu karena adanya persentase perubahan harga input dapat diketahui dengan elastisitas harga inputnya. Elastisitas harga input dapat dihitung:...(4.7) ai dimana: a i : elastisitas permintaan dari harga input : koefisien faktor input ke-i, i=,,,n Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan program excel Batasan dan Pengukuran:. Pembesaran adalah proses pembesaran ikan hingga panen. Biaya Total (C) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani ikan untuk memproduksi output dalam satu kali musim tanam
8 70 3. Produksi (Q) adalah berat total ikan yang dihasilkan untuk satu kali musim tanam. 4. Harga benih ( ) adalah harga benih ikan mas yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam rupiah 5. Harga Pakan ( ) adalah harga pakan ikan yang diterima oleh petani dan dinyatakan dalam rupiah 6. Upah tenaga kerja ( 3 ) adalah upah nominal tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah per 7 jam. 7. Harga recovery lingkungan ( 4 ) adalah biaya yang harus disiapkan petani dalam upaya merehabilitasikan lingkungan melalui cara pengerukan dan dinyatakan dalam rupiah per petak KJA. 8. Model fungsi biaya produksi ikan mas KJA dengan kendala jumlah produksi ikan mas tanpa menyertakan eskternalitas, yang diajukan dalam penelitian ini merupakan model simulasi dari kondisi eksisting yang diperoleh dari responden. 9. Model fungsi biaya produksi ikan mas budidaya KJA yang menyertakan biaya eksternalitas dengan kendala jumlah produksi ikan mas juga merupakan simulasi. Selanjutnya analisis berlanjut pada nilai Surplus Produsen, yang berakibat pada penurunan harga ikan, sehingga diperoleh nilai Surplus Konsumen. Selain itu dihitung pula komparasi nilai antara biaya total minimum dari persamaan di atas dengan biaya total minimum tanpa menyertakan eksternalitas Misalkan biaya total minimum tanpa eksternalitas adalah C dan biaya total minimum dengan
9 7 menyertakan biaya eksternalitas (recovery, biaya sosial) sebagai C, maka setelah dikomparasikan, akan terdapat nilai: C - C - C = K...(4.8) C = K...(4.9) Berdasarkan nilai K, K akan dirancang bentuk instrumen ekonomi yang tepat agar operasional budidaya KJA tidak terkendala lagi terhadap eksternalitas pakan disebabkan pada sisi aturan/rule, petani ikan tidak menggunakan pakan ikan yang menyebabkan eksternalitas dan produsen pakan menghasilkan pakan yang ramah terhadap lingkungan perairan. Semua ini pada gilirannya akan menurunkan biaya recovery perairan yang disebabkan oleh penurunan eksternalitas budidaya KJA Analisis Kelembagaan Analisis Isi Analisis kelembagaan dilakukan dengan lebih dahulu melakukan content analysis terhadap kebijakan yang telah ada sebelumnya yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti Undang-undang, Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Menteri, Keputusan Gubernur, Peraturan Daerah (PERDA) di tingkat Daerah Tingkat I dan II, aturan dari Lembaga yang dibuat oleh Pemerintah Pusat/Daerah. Hasil content analysis ini juga merefleksikan konsekuensi kebijakan yang telah dibuat dalam alur logis. Terdapat kemungkinan bahwa kebijakan yang dibuat bersifat selaras, tumpang tindih dan kontradiktif. Selanjutnya akan diajukan alternatif kebijakan yang mengarah pada upaya budidaya KJA yang lebih ramah terhadap lingkungan perairan waduk serta bentuk
10 7 kelembagaan pengawasan yang berbasis masyarakat terhadap pelaksanaan budidaya KJA. Analisis ini akan menggunakan metode analytic comparation. Dalam analisisnya, dilakukan dalam dua tahapan yakni: pertama, mempelajari jenis urusan apa saja yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Kedua, dari informasi pada tahap pertama, selanjutnya dilakukan pemetaan peletakan wewenang atas sejumlah urusan tersebut pada organisasi tingkat makro, meso dan organisasi tingkat mikro dengan menggunakan matrik peta sebagaimana disajikan pada Gambar 4. KEENANGAN Makro (Menteri) Meso (Gubernur) Mikro (Bupati/alikota) NAMA PERATURAN Sumber : Ismanto, 00 (dimodifikasi). Mikro (Kabupaten) Meso (Propinsi) URUSAN Makro (Pusat) Gambar 4. Matrik Peletakan Kewenangan Urusan Berdasarkan Peraturan Tertentu Berdasarkan matriks di atas, dapat diketahui apakah urusan-urusan tertentu telah ditempatkan kewenangannya pada organisasi yang sesuai atau belum. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi aitu: pertama, peletakan wewenang suatu urusan pada organisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pada gambar tersebut tercermin adanya urusan-urusan yang berada di atas atau di bawah garis (sel) diagonal. Kedua, urusan telah diletakkan secara tepat, apabila berada pada sel-sel diagonal atau bagian yang diarsir. Jika kolom kewenangan sebagai ordinat
11 73 (sumbu Y) dan baris urusan sebagai aksis (sumbu X), maka posisi kebijakan dan institusi akan terklarifikasikan ke dalam 9 kelompok, yakni sebagai berikut: Institusi (,) : kebijakan dan institusi tingkat mikro telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (,) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso; Institusi (,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro; Institusi (,) : kebijakan dan institusi tingkat meso telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (,) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro; Institusi (,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro; Institusi (3,) : kebijakan dan institusi tingkat makro telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya; Institusi (3,) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro; dan Institusi (3,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso; Analisis Stakeholder Pengelolaan aduk Cirata Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan stakeholder dalam hal tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan aduk Cirata, serta potensi kerjasama dan konflik antar para
12 74 stakeholder. Selanjutnya para stakeholder ini akan disebut sebagai aktor, dimana Freeman (984) yang mendefinisikan aktor sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Kelompok-kelompok stakeholder/aktor sering digolongkan menurut aspek sosial ekonomi seperti tingkatan pendidikan, kelompok pekerja, dan status ketenagakerjaan atau menurut tingkat keterlibatan formal di dalam proses pengambilan keputusan, tingkat kohesi kelompok, struktur formal atau informal. Sedangkan Biset (998) mendefinisikan aktor merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Aktor sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu, yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif aktor terhadap issu atau dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka (Ramirez, 999). Aktor merupakan masyarakat yang memiliki daya untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya seolah-olah mereka tidak terkena pengaruh, tetapi kehidupannya dipengaruhi oleh perubahan penggunaan sumberdaya tersebut. Aktor adalah bagian yang secara langsung terkait dengan hasil kajian. Mereka menjadi pengguna di masa depan dari suatu hasil kajian. Mereka bukan kelompok sasaran (target group) bagi hasil suatu kajian. Aktor sangat bervariasi derajat pengaruh dan kepentingannya, dan dapat dikategorikan sesuai dengan banyak atau sedikitnya pengaruh dan kepentingan relatifnya terhadap keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam. Brown et al (00) mengkategorikan aktor sebagai berikut:
13 75 ) Aktor primer, yakni mereka yang mempunyai pengaruh rendah terhadap hasil kebijakan tetapi kesejahteraannya penting bagi pengambil kebijakan. ) Aktor sekunder, yakni mereka yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat karena mereka adalah sebagian besar dari pengambil kebijakan dan terlibat dalam implementasi kebijakan. Secara relatif mereka tidak penting, demikian pula dengan tingkat kesejahteraannya bukan suatu prioritas. 3) Aktor eksternal, yakni individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses melalui lobby kepada pengambil keputusan, tetapi interest mereka tidak begitu penting. Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh aktor terhadap suatu issu, aktor dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok. ODA (995) mengelompokkan aktor ke dalam yaitu aktor primer, sekunder dan aktor kunci.. Aktor utama merupakan aktor yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek yang terkait dengan perairan aduk Cirata. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya masyarakat petani ikan, organisasi petani ikan.. Aktor pendukung (sekunder) adalah aktor yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki keterkaitan erat dengan masyarakat petani ikan/organisasi petani ikan. 3. Aktor kunci merupakan aktor yang memiliki kewenangan secara legal
14 76 dalam hal pengambilan keputusan. Aktor kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif/pemerintah yakni BPC, PLTA dan Dinas Perikanan. Analisis aktor adalah suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off. Langkah-langkah dalam melakukan analisis aktor adalah:. Identifikasi aktor. Membuat tabel aktor 3. Menganalisis pengaruh dan kepentingan aktor 4. Membuat aktor grid Proses penentuan aktor dilakukan dengan beberapa cara antara lain:. Mengidentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman dalam bidang pembangunan wilayah (berkaitan dengan perencanaan kebijakan).. Mengidentifikasi berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasil identifikasi ini berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait dengan pembangunan wilayah pesisir. 3. Identifikasi aktor menggunakan pendekatan partisipatif dengan teknik snowball dimana setiap aktor mengidentifikasi aktor lainnya. Berdiskusi dengan aktor yang teridentifikasi pertama kali dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan aktor penting lain yang berkaitan dengannya. Metode ini juga dapat membantu pengertian yang lebih
15 77 mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan aktor. Untuk memudahkan analisis aktor, setiap aktor dikategorikan ke dalam tiga kategori yakni pemerintah (pengambil kebijakan) yang diwakili oleh BPC, PLTA aduk Cirata, Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta, Produsen Sarana Perikanan, Petani Ikan/Kelompok Perikanan Analisis Pengaruh dan Kepentingan Berdasarkan tabel aktor dilakukan analisis kepentingan (importance) dan pengaruh (influence) masing-masing aktor dalam kaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perairan aduk Cirata. Kepentingan merujuk pada peran seorang aktor di dalam pencapaian output dan tujuan serta menjadi fokus pertimbangan terhadap keputusan yang akan dibuat sedangkan pengaruh merujuk pada kekuatan yang dimiliki seorang aktor untuk mengontrol proses dan hasil dari suatu kebijakan (IIED 00, Mardle 003). Panduan bagi penilaian tentang pengaruh dan kepentingan adalah sebagai berikut:. Pengaruh dari masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat kewenangannya. Untuk penilaian tingkat pengaruh akan menggunakan skala likert yaitu antara sampai 5, dimana 5 = sangat kuat; 4 = kuat; 3 = ratarata; = lemah; = sangat lemah.
16 78. Tingkat kepentingan stakeholder dinilai menggunakan skala likert yaitu sampai 5, dimana 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = sedang; = rendah; = sangat rendah. Kegiatan ini dilakukan dengan wawancara langsung dan kuesioner terhadap wakil dari semua aktor yang teridentifikasi dari hasil analisis aktor. Pengolahan data kualitatif hasil wawancara dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima (Tabel 9). Tabel 9. Ukuran Kuantitatif Terhadap Identifikasi dan Pemetaan Aktor Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan Aktor Sangat Tinggi Sangat bergantung pada keberadaan perairan aduk Cirata Tinggi Ketergantungan tinggi pada keberadaan perairan aduk Cirata 3 9 Cukup Tinggi Cukup bergantung pada keberadaan perairan aduk Cirata 5 8 Kurang Tinggi Ketergantungan pada keberadaan perairan aduk Cirata 0 4 Rendah Tidak tergantung pada keberadaan perairan aduk Cirata Pengaruh Aktor Sangat Tinggi Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas aktor lain Tinggi Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas aktor lain 3 9 Cukup Tinggi Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain 5 8 Kurang Tinggi Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas aktor lain 0 4 Rendah Jika responnya tidak berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain Sumber : Abbas (005) dalam Haswanto (006). Aktor yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap perairan aduk Cirata bervariasi sesuai dengan motif, cakupan wilayah, dan orientasinya. Untuk melihat besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor terhadap pengelolaan dan pemanfaatan perairan, alat analisis yang
17 79 digunakan adalah aktor grid yang mengkategorikan aktor menurut tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan perairan di aduk Cirata Analisis Persepsi Stakeholder Analisis terhadap persepsi para aktor atau stakeholder dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil pengolahan kuesioner. Kuesioner disusun sedemikian rupa sesuai dengan subyek/responden kuesioner dan temanya berfokus pada upaya mencegah terjadinya pencemaran badan perairan aduk Cirata. Fokus kuesioner mengarah pada: o Karakteristik responden/stakeholder o Pengetahuan stakeholder terhadap kondisi terkini perairan aduk Cirata o Upaya meningkatkan kualitas perairan aduk Cirata yang pencemarannya didominasi kegiatan budidaya perikanan KJA baik dari sisi hak dan kewajiban petani, aturan dan sanksinya, kebijakan dan kelembagaannya. o Persepsi stakeholder, yaitu reaksi dari setiap stakeholder dalam memutuskan pandangan terhadap kebijakan. Untuk penilaian persepsi akan digunakan skala likert yaitu dari 3 hingga -3, dimana : 3 = sangat mendukung; = cukup mendukung; = netral; - = cukup menentang; dan -3 = sangat menentang.
IV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Sub DAS Batulanteh dengan memilih Desa Batudulang, Kecamatan Untir Iwis dan Kecamatan Sumbawa sebagai daerah sampel.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten
IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung dengan Penentuan tempat pengambilan sampel memakai Cluster Sampling dimana penentuan tersebut dipilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring dengan berkembangnya pembangunan waduk di Indonesia. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciVI. METODE PENELITIAN
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Rancangan Penelitian
3 METODE PENELITIAN Tempat dan Wau Penelitian Penentuan tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai judgement sampling yang terkategori non probability sampling sebagaimana diterangkan dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan
Lebih terperinciVI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI
VI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI 6.1.Karakteristik Petani Karakteristik petani ikan merupakan salah hal yang penting untuk diketahui dan merupakan salah satu keberhasilan usaha budidaya ikan KJA. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup
39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Secara grafis lokasi penelitian tersebut dapat
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, dengan waktu pelaksanaan pengumpulan data pada bulan Juni sampai
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada 11 Maret 2015 sampai 11 Mei 2015. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah menengah atas yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,
Lebih terperinciEVALUASI RISIKO RANTAI PASOK PEMBUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus carpio)di PERAIRAN UMUM WADUK CIRATA BLOK MALEBER
EVALUASI RISIKO RANTAI PASOK PEMBUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus carpio)di PERAIRAN UMUM WADUK CIRATA BLOK MALEBER Qorry Bunga Antarbangsa*, Atikah Nurhayati**, Syawaludin Alisyahbana Harahap** *) Alumni Fakultas
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. kriteria tertentu. Alasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah TPI Wonokerto
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di TPI Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Lampiran 1). Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan alasan dan kriteria
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survey yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah
25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS
22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara
Lebih terperinciANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI
ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran
21 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran dalam penelitian. Konsep dasar dan definisi operasional
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk
44 III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan mengoperasionalkan
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek
III. METODE PENELITIAN Metode ialah sebuah cara atau jalan, dimana metode menyangkut cara kerja ataupun memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
64 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa
3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh
25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinci4 METODOLOGI PENELITIAN
24 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. 4.1
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.
ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1
Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak
24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian
Lebih terperinciGambar 2 Metode Penarikan Contoh
17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian merupakan bagian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian
17 BAB III METODOLOGI Metode penelitian memuat informasi mengenai lokasi dan waktu penelitian, teknit penentuan responden dan informan, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis fungsi kelembagaan perikanan ini dilaksanakan di Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Informasi yang didapatkan dan dikumpulkan dari jawaban responden dengan menggunakan kuisioner dan wawancara
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, yaitu salah satu metode penelitian dengan
Lebih terperinciVII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara
Lebih terperinciAnalisis Stakeholder dan Evaluasi Kelembagaan Pengelolaan SDAL
EKONOMI KELEMBAGAAN UNTUK SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Analisis Stakeholder dan Evaluasi Kelembagaan Pengelolaan SDAL Oleh: Kastana Sapanli, S.Pi,M.Si Kriteria dan Indikator Manajemen SDAL 1. Efisiensi (Produktivitas)
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANGAN
25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha
24 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Kerangka Pemikiran Pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Usahatani padi dan kedelai merupakan salah satu usaha pertanian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian
8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang
Lebih terperinci