MEREFORMASI KERANGKA PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)

Transkripsi

1 MEREFORMASI KERANGKA PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) Seperti yang saya ketahui setidaknya sejak tahun 1979, bahwa bentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) selalu didahului dengan MUKADIMAH. Sedangkan pihak-pihak yang membuat perjanjian ditempatkan di dalam batang tubuh (isi) PKB tersebut. Hal ini bisa terjadi hingga puluhan tahun karena memang Pemerintah dalam hal ini Kemenaker sejak tahun 1980-an hingga tahun 1990-an memberikan pedoman dalam setiap peraturan Menteri yang terkait dengan pembuatan PKB dalam bentuk seperti yang terjadi hingga sekarang ini. Apakah betul begitu.? PKB dalam penggunaannya adalah sebagai undang-undang/regulasi yang berlaku bagi para pembuatnya. Namun dalam pembuatan PKB, dilakukan dalam bentuk PERJANJIAN antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja. Prof. R. Subekti, S.H. dalam bukunya Hukum Perjanjian, cetakan ke-viii, PT Intermasa, menerangkan bahwa Struktur Perjanjian atau kerangka dari suatu perjanjian, pada umumnya terdiri dari: (1) Judul/Kepala; (2) Komparisi yaitu berisi keterangan-keterangan mengenai para pihak atau atas permintaan siapa perjanjian itu dibuat. (subyek hukum yang membuat PKB); (3) Keterangan pendahuluan dan uraian singkat mengenai maksud dari para pihak atau yang lazim dinamakan premisse ; (4) Isi/Batang Tubuh perjanjian itu sendiri, berupa syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan; dan (5) Penutup dari Perjanjian.

2 Oleh karena itu, semestinya dalam pembuatan PKB didahului dengan: 1. (Judul PKB): PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA PT DENGAN SERIKAT PEKERJA PT. 2. (Komparasi): Pada hari ini,... tanggal... bulan... tahun..., kami yang bertandatangan di bawah ini: (Nama)... (jabatan) dan (Nama)... (jabatan), bertindak untuk dan atas nama PT... yang didirikan berdasarkan Akte Notaris No.... dengan Pengesahan dari Menteri Kehakiman RI tertanggal..., beralamat di..., yang selanjutnya dalam Perjanjian Kerja Bersama ini disebut... PENGUSAHA; (Nama)... (jabatan) dan (Nama)... (jabatan), bertindak untuk dan atas nama... yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja... dengan No...., mewakili seluruh Pekerja PT..., beralamat di..., yang selanjutnya dalam Perjanjian Kerja Bersama ini disebut... SERIKAT PEKERJA. 3. (premise): Pihak Pengusaha dan Pihak Serikat Pekerja sebelumnya menerangkan terlebih dahulu sebagai berikut: - Pihak Pengusaha mengakui bahwa SP... adalah satu-satunya organisasi pekerja yang sah untuk mewakili semua pekerja di dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama dan dalam penyelesaian masalah-masalah hubungan industrial di perusahaan sesuai dengan fungsi, peranan dan tugas pokok serikat pekerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pihak Serikat Pekerja mengakui bahwa Pengusaha adalah pihak yang mempunyai hak penuh untuk memimpin dan mengelola perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Perjanjian Kerja Bersama. Bahwa para pihak setuju dan sepakat untuk membuat dan melaksanakan Perjanjian Kerja Bersama, selanjutnya disingkat PKB yang mengatur hak dan kewajiban

3 kedua belah pihak, dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Bab-bab dan Pasal-pasal berikut ini. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah dengan struktur atau kerangka PKB seperti itu, masih diperlukan adanya MUKADIMAH? Mukadimah dimaksudkan sebagai tujuan ideal yang akan dicapai dengan dibentuknya PKB oleh para pihak yang berjanji. Oleh karena itu, tujuan-tujuan ideal yang selama ini termuat dalam Mukadimah, dapat langsung ditempatkan pada Bab atau Pasal TUJUAN. Itu sama halnya dalam pembentukan undang-undang, hal-hal yang menjadi tujuan ideal dibentuknya undang-undang ditempatkan pada Bab atau Pasal Tujuan. Berikutnya, barulah disusun Isi/Batang Tubuh PKB hingga Penutup, seperti contoh berikut ini: BAB 1 KETENTUAN UMUM terdiri dari: Istilah-Istilah, Tujuan, Luasnya Perjanjian, Kewajiban Para Pihak, Jaminan Para Pihak. BAB 2 SARANA BAGI SP/SB terdiri dari: Bantuan Fasilitas, Bantuan Pemungutan Iuran Anggota, Dispensasi Bagi Pengurus dan Anggota SP/SB, Izin Pengumpulan Dana atau Sokongan. BAB 2 HUBUNGAN INDUSTRIAL terdiri dari: Prinsip, Perudingan Bersama, Forum Konsultasi Bipartit.

4 BAB 3 HUBUNGAN KERJA terdiri dari: Terjadinya Hubungan Kerja, Penerimaan Pekerja Baru, Masa Percobaan, Promosi, Mutasi, Demosi, Pendidikan dan Pelatihan, Berakhirnya Hubungan Kerja. BAB 4 SYARAT-SYARAT KERJA terdiri dari: Hari Kerja dan Hari Istirahat Mingguan, Hari Libur Resmi, Waktu Kerja, Jam Kerja Lembur, Cuti Tahunan, Cuti Panjang, Istirahat Karena Haid, Istirahat Kehamilan dan Keguguran Kandungan, Istirahat Karena Sakit, Istirahat Karena Sakit Jangka Waktu Panjang, Ijin Tidak Masuk Kerja Dengan Tetap Menerima Upah, Ijin Tidak Masuk Kerja Tanpa Upah, Ijin Untuk Menjalankan Tugas Negara, Ijin Menunaikan Ibadah Haji, Tidak Bekerja Karena Ditahan Yang Berwajib, Penangguhan Sementara Operasional Perusahaan. BAB 5 FASILITAS KERJA DAN PERLENGKAPAN KERJA terdiri dari: Fasilitas Antar Jemput/Penggantian Tranportasi, Fasilitas Kantin dan Makan, Tempat Ibadah, Seragam Kerja, Kartu Identitas Pekerja (ID Card), Peralatan Kerja. BAB 6 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA terdiri dari: Perlindungan Kerja, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Secara Periodik, Pemeriksaan dan Pengobatan di Tempat Kerja, Pencegahan Penyakit Menular, Pencegahan Kecelakaan Kerja, Perlindungan Khusus Bagi Pekerja Perempuan.

5 BAB 7 PENGUPAHAN teridir dari: Penetapan Upah, Komponen Upah, Struktur dan Skala Upah, Tunjangan Tetap, Tunjangan Tidak Tetap, Penyesuaian dan Kenaikan Upah, Upah Lembur, Cara Pembayaran Upah, Pemotongan Upah Atas Kewajiban Pekerja, Klaim dan Koreksi Pembayaran Upah. BAB 8 JAMINAN SOSIAL terdiri dari: Kepesertaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjan, Bantuan Duka Cita, Bantuan Tertimpa Bencana. BAB 9 KESEJAHTERAAN terdiri dari: Tunjangan Hari Raya dan Bingkisan, Bantuan Pernikahan, Bantuan Peringatan Hari-hari Besar Nasional dan Keagamaan, Rekreasi, Koperasi, Keluarga Berencana. BAB 10 PERATURAN TATA TERTIB KERJA terdiri dari: Umum, Tata Tertib Masuk Kerja, Tata Tertib Dalam Bekerja, Tata Tertib Meninggalkan Pekerjaan, Tata Tertib Tidak Masuk Kerja, Pengamanan Atas Asset Perusahaan, Penuntun Perilaku Atasan dan Bawahan, Larangan. BAB 11 ATURAN HUKUMAN terdiri dari: Prinsip, Tingkat dan Bentuk-bentuk Hukuman, Teguran Lisan, Surat Peringatan Pertama, Surat Peringatan Kedua, Surat Peringatan Ketiga, Skorsing, Demosi, Pembelaan Diri, Keringanan Hukuman.

6 BAB 12 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA terdiri dari: Ketentuan Umum, Sebab-Sebab Terjadinya PHK, Kewajiban Para Pihak, Pengunduran Diri Secara Sukarela, Kompensasi Atas PHK. BAB 13 PENYELESAIAN KELUH KESAH terdiri dari: Prinsip Penyelesaian, Jenjang Penanganan Keluh Kesah. BAB 14 ATURAN PELAKSANAAN terdiri dari: Masa Berlaku, Perpanjangan, Pembaruan. BAB 15 ATURAN PERALIHAN terdiri dari: Perubahan dan Perbaikan, Masa Transisi. BAB 16 PENUTUP Jakarta, 15 Oktober 2017 Indra Munaswar (Sekjen FSPTS)