PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
|
|
- Ade Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil Perundingan antara Serikat - Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), atau beberapa SP/SB yang tercatat pada Instansi yang bertanggungjawab dibidang Ketenagakerjaan dengan Pengusaha atau Perkumpulan Pengusaha yang Berbadan Hukum yang isinya memuat syarat syarat kerja, Hak dan Kewajiban kedua belah pihak TUJUAN PEMBUATAN PKB Menciptakan Ketenangan Bekerja Bagi Pekerja Dan Ketenangan Berusaha Bagi Pengusahan Meningkatkan Syarat-syarat Dan Kondisi Kerja Meningkatkan Kesejahtraan Pekerja dan keluarganya Meningkatkan Produktifitas Dan Keuntungan Perusahaan MANFAT PKB: Memberikan Jaminan & Kepastian Hukum akan Hak & Kewajiban para pekerja & pengusaha Sebagai pedoman/peraturan bagi perngusaha dan pekerja dalam melaksanakan hak & kewajiban masing-masing Terciptanya hubungan kerja yang kondusif, dinamis dan berkeadilan
2 DASAR HUKUM PEMBUATAN PKB 1.UUD 1945 pasal 28 tentang Hak berserikat 2.UU No.18 thn 1956 tentang Hak berorganisasi dan berunding bersama (ratifikasi Konvensi ILO No. 98/1949) 3.UU No.21 tahun 2000 tentang SP/SB 4.UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 5.Keputusan Menakertrans No. Kep.48/Men/IV Tahun 2004 tentang Tata-cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama MATERI / ISI PKB SEKURANG-KURANGNYA HARUS MEMUAT: 1.Nama dan alamat serta kedudukan para pihak (SP/SB serta Nomor Pencatatan dan Pengusaha serta Badan Hukumnya ) 2.Hak dan Kewajiban para pihak (Hak dan Kewajiban Pengusaha dan SP/SB) diatur secara jelas dan mudah dimengerti 3.Ruang Lingkup PKB, (misalnya): PKB berlaku untuk seluruh perusahaan dan anak cabangnya atau tidak, dll, Hal-hal yang dibicarakan dalam forum Bipartit, Batasan jabatan yang boleh jadi Pengurus SP, 4.Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya PKB 5.Aturan Peralihan 6.Tanda tangan para pihak yang membuat PKB 2
3 KEDUDUKAN HUKUM & KEKUATAN PKB Kedudukan hukum PKB, sebagaimana hukum perjanjian pada umumnya adalah sebagai Undang- Undang bagi para pihak yang membuatnya (PKB setara dengan UU) Semua Perjanjian yang dibuat secara syah berlaku sebagai undang- Undang bagi mereka yang mebuatnya (HUHPerdata psl 1338) Isi PKB yang bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku, Batal demi Hukum dan yang berlaku adalah Undang-Undang (psl 124 ayat 3 UUK 13/2003) Isi Perjanjian Kerja yang dibuat oleh Pengusaha dengan Pekerja yang bertentangan dengan isi PKB, batal demi Hukum dan yang berlaku adalah isi PKB Pengusaha dilarag mengganti PKB dangan Peraturan Perusahaan, selama diperusahaan masih ada SP/SB Apabila Pengusaha mengganti PKB dengan Peraturan Perusahaan (SP/SB tidak ada lagi), isi Peraturan Perusahaan tsb tidak boleh lebih rendah dari isi PKB MASA BERLAKUNYA PKB 1.Berlaku hanya 2 (dua) tahun 2.Dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun atas Kesepakatan tertulis dari para pihak 3.Perundingan pembaharuan dimulai 3 (tiga) bulan sebelum berakhir 4.Apabila dalam perundingan pembaharuan PKB tidak tecapai kesepakatan, PKB tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun 5.Isi PKB dapat dalakukan perobahan atas kesepakatan para pihak 3
4 SYARAT MEMBUAT PKB Dibuat dan diajukan oleh salah satu atau masing masing pihak. SP/SB yg berhak membuat PKB, adalah SP/SB yang sudah tercatat pada Instansi yang bertanggung jawab dibidang Ketenagakerjaan dan mempunyai anggota 50% lebih, atau mendapat dukungan dari 50% lebih dari seluruh pekerja (apabila hanya terdapat 1(satu) SP/SB diperusahaan tsb) Apabila tidak tercapai dukungan 50%, perundingan PKB dapat dilakukan oleh gabungan SP/SB yang ada diperusahaan tsb dan jumlah anggota teamnya secara proporsinal Dimusyawarahkan oleh para pihak PKB harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan bisa diterjamahkan oleh penterjemah yg sudah disumpah PENDAFTARAN PKB PKB yang sudah ditandatangani wajib didaftarkan oleh pengusaha pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan Kabupaten/Kota (apabila perusahaan hanya dalam 1(satu) wilayah tsb) Didaftarkan pada Instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan di Provinsi (apabila perusahaan terdapat pada lebih dari satu Kabupaten/kota dalam 1 (satu) Provinsi) Didaftarkan di Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial (apabila perusahaan terdapat pada lebih dari 1 (satu) Provinsi) PKB yg sudah didaftarkan diteliti oleh pejabat seperti tersebut diatas dalam waktu paling lama 7(tujuh) hari sejak diterima 4
5 PKB yang sudah diteliti harus diberikan surat keputusan Pendaftaran, dan apabila ada isi PKB yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan harus membuat catatan dalam surat keputusan tersebut. PROSES PEMBUATAN PKB A.PERSIAPAN 1.Pengurus SP/SP membentuk Team(Panitia) perumus 2.Team perumus mengumpulkan bahan/materi yang akan dirundingkan dari lapangan /anggota 3.Masukan dari anggota dibahas oleh team bersama pengurus dalam rapat untuk ditetapkan dan disususun menjadi kosep/bahan materi perundingan 4.Dalam menentukan materi perlu dipertimbangkan masukan (aspirasi) dari anggota, untuk dijadikan sksla prioritas dalam perundingan 5.Hasil rumusan team di bahas kembali dalam rapat team dan pengurus SP untuk ditetapkan menjadi materi perundingan 6.Bentuk team perunding dan tetapkan melalui rapat pengurus dan perwakilan 7.Team perunding yang sudah disetujui dalam rapat tsb di berikan SK oleh pengurus SP/SB B.TEAM PERUNDING TEAM PERUNDING MENGADAKAN RAPAT UNTUK : 1.Menentukan pembagian tugas antara lain siapa yang menjadi ketua team, sekretaris dan anggota 2.Mepelajari kembali konsep materi yang akan dirundingan serta menentukan strategi dalam perundingan 3.Membuat/menyusun tata tertib perundingan 5
6 4.Membuat dan mengajukan surat ke pimpinan perusahaan untuk permohonan/pemberitahuan prundingan PKB (Surat diajukan melaui pengurus SP/SB dan dalam surat tersebut dicantumkan nama dan susunan team perunding Sahat.B DPP C. PRA PERUNDINGAN Setelah Mendapat Jawaban dari Pimpinan Perusahaan, Team Perunding mengadakan pertemuan dengan Team Perunding Perusahaan untuk membicarakan : 1.Konsep /materi yang akan dibahas dalam perundingan baik dari SP/SB maupun dari management 2.Dispensasi dan pasilitas untuk team perunding. 3.Menetapkan waktu dan tempat perundingan 4.Menyusun tata tertib perundingan 5.Hal-hal lain yang berkaitan dengan perundingan D.TATA TERTIB PERUNDINGAN UNTUK KELANCARAN PERUNDINGAN, PERLU DIBUAT TATA TERTIB PERUNDINGAN MEMUAT ANTARA LAIN: 1.Waktu dan tempat perundingan 2.Dispensasi dan pasilitas untuk team perunding 3.Pihak pihak yang berunding (nama-nama dan susunan team perunding) 4.Jadwal perundingan (berapa kali dalam seminggu dan berapa jam dalam setiap perundingan ) 5.Sistim perundingan ( apakah melaui juru bicara dan siapa yang menjadi notulen ) 6.Sistim pembahasan materi ( untuk kelancaran perundingan dapat di dahulukan dibahas materi yang lebih mudah 7.Konsep siapa yang dibahas dalam perundingan (apakah konsep dari SP atau keduaduanya) 6
7 8.Penundaan sidang/skors (berapa lama sidang ditunda/di skors) 9.Apabila perundingan mengalami jalan buntu/macet, (kepada siapa/instansi mana meminta bantuan penyelesaian 10.Apabila perlu dilakukan konsulatasi (bagaimana cara penyampaian hasil/jalannya perundingan 11.Mulaiberlakunya materi yang telah disepakati (apakah meteri yang telah disepakati tersebut berlaku sejak PKB ditanda tangani atau sejak berakhinya PKB yang lama (apabila pembaharuan) 12.Pemeriksaan draff hasil perundingan sebelum penanda tanganan PKB dan pencetakan( perlu diperiksa dan di paraf dan dimiliki setiap deraff yang sudah disepakati oleh masing masing paihak) E.PROSES PERUNDINGAN 1.Materi yang dibahas dalam perundingan, terbatas pada konsep yang sudah disepakati dalam tata tertib 2.Masing masing team perunding supaya berpedoman atas tata tertib yang sudah disepakati 3.Perundingan dilakukan dengan rasa kekeluargaan, jangagan menyerang/ mendiskritkan pribadi 4.Masing masing team perunding dapat bergantian siapa yang membuka perundingan 5.Setiap materi yang sudah disepakati perlu di paraff dan dicantumkan tanggal persetujuannya. 6.Setiap akhir perundingan supaya saling mencocokan notulen perundingan. F.LAPORAN HASIL PERUNDINGAN 1.Setelah selesai dilakukan perundingan, team perunding melaporkan hasilnya kepada pengurus SP 7
8 2.Pengurus SP mengadakan rapat pengurus dan perwakilan untuk melaporkan hasil perundingan 3.Apabila ada kekurangan dan kegagalan team perunding (tidak dapat memperjuangkan seluruh aspirasi), apabila masih memungkinkan untuk dirundingkan kembali dengan pihak management, maka perlu diupayakan oleh pengurus SP agar management bersedia membahas kembali, namum apabila tidak memungkinkan maka hal tersebut dijadikan bahan evaluasi untuk perundingan PKB berikutnya) 4.Hasil rapat tersebut menjadi keputusan organisasi yang harus diterima oleh seluruh anggota KERANGKA ISI PKB A.MUKADIMAH B.UMUM 1.istilah-istilah 2.Pihak-Pihak yang membuat Perjajian 3.Tujuan Perjanjian Kerja Bersama 4.Luasnya /Ruang lingkup PKB 5.Kewajiban pihak-pihak yang mengadakan Perjanjian C.PENGAKUAN, JAMINAN DAN PASILITAS BAGI S P 1.Pengakuan hak-hak Pengsaha dan SP 2.Jaminan bagi SP 3.Fasilitas bagi SP 8
9 4.Fungsi,dan keanggotaan LKS Bipartit D.HUBUNGAN KERJA 1. Penerimaan Pekerja baru 2. Masa percobaan 3. Surat Keputusan Pengangkatan 4. Golongan dan Jabatan pekerja 5. Kesempatan berkarir 6. Pendidikan dan latihan kerja. 7.Mutasi,alasan, tujuan dan prosedurnya 8.Penilaian Prestasi Kerja 9.Promosi E.WAKTU KERJA, ISTRAHAT KERJA DAN LEMBUR 1.Hari Kerja 2.Jam Kerja, Isterahat, dan Kerja Shif 3.Lembur 4.Perhitungan upah lembur 9
10 F.PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA 1. Isterahat Mingguan 2. Hari libur resmi 3. Cuti tahunan 4. Cuti Besar 5. Cuti Haid 6. Cuti Hamil/melahirkan 7. Cuti Pernikahan 8. Cuti sakit 9. Ijin meninggalkan Pekerjaan G.KESELAMATAN DAN KESEHATAN KEJA (K 3) 1.Prinsip-prinsip K 3 2.Hygiene Perusahaan dan Kesehatan 3. Pakaian kerja, sepatu kerja dan peralatan kerja 4. Alat Pelindung diri 5. Panitia dan Pembina K 3 6. Audit K3 10
11 H.PENGUPAHAN 1. Pengertian Upah 2. Komponen Upah 3. Pembayaran Upah 4. Pemotongan Upah 5. Systim Kenaikan upah dan Penyesuaian Upah 6. Upah minimun di peusahaan 7. Tunjangan Jabatan 8. Tunjangan Transport 9. Tunjangan Perumahan 10. Tunjangan untuk tempat kerja tertentu 11. Tunjangan Hari Raya agama 12. Premi Hadir 13. Premi Shif 14. Premi Produksi 15. Premi Perjalanan dinas luar perusahaan H. PENGOBATAN DAN PERAWATAN 1. Poliklinik Perusahaan 2. Pengobatan diluar Poliklinik 11
12 3. Perawatan dan Biaya Perawatan di Rumah Sakit 4. Biaya Bersalin (melahirkan) 5. Biaya Pengantian Gigi 6. Biaya Penggantian Pembelian Kaca mata 7. Tata cara dan prosedur untuk mendapatkannya J.JAMINAN SOSIAL 1. Jaminan Kecelaan Kerja 2. Jaminan Hari tua 3. Jaminan Kematian 4. Dana Pensiun K.KESEJAHTRAAN 1. Fasilitas makan/kantin 2. Extra Fooding 3. Sumbangan Pernikahan 4. Sumbangan Kematian 5. Sumbangan/Bantuan Bencana alam 6. Tempat Ibadah 7. Koperasi 12
13 8. Rekreasi, olah raga dan kesenian 9. Penghargaan masa kerja 10.Pemilihan Pekerja teladan dan penghargaan. L.TATA TERTIB KERJA 1. Aturan Kerja dan kewajiban setiap pekerja 2. Larangan-Larangan 3. Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib/aturan kerja M.PENYELESAIAN KELUH KESAH 1. Prinsip-prinsip 2. Tata cara penyelesaian keluh kesah N.PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) 1. PHK dalam masa percobaan 2. PHK atas permintaan sendiri/mengundurkan diri 3. PHK karena Kecelakaan Kerja 4. PHK karena usia lanjut/pensiun 5. PHK karena meninggal dunia 6. PHK karena sakit berkepanjangan 13
14 7. PHK karena Rasinalisasi, marger dan relokasi perusahaan 8. PHK karena Pensiun di percepat 9. PHK karena ditahan oleh pihakyang berwajib O.PELAKSANAAN DAN PENUTUP P.TANDA TANGAN PARA PIHAK HAL - HAL LAIN YANG PERLU DIKETAHUI UNTUK MEBUAT PERJANJIAN KERJA BERSAMA /PKB A.SYARAT SYAHNYA SUATU PERJANJIAN (psl 1320 KUH Perdata) 1.Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2.Cakap untuk membuat suatu perikatan 3.Suatu hal tertentu 4.Suatu sebab yang halal Syarat 1 dan 2 disebut Syarat Subjektif Syarat 3 dan 4 disebut Syarat Objektif Catatan: Apabila syarat 1&2 tidak terpenuhi, Perjanjian dapat dibatalkan Apabila syarat 3&4 tidak terpenuhi, Perjanjian tersebut batal Demi Hukum SYARAT UNTUK MEBUAT SUATU PERJANJIAN 1.PIHAK-PIHAK YANG MEMBUAT PERJANJIAN HARUS DALAM KEADAAN SEHAT JASMANI DAN ROHANI 2.TIDAK BOLEH DI BAWAH UMUR ( HARUS SUDAH DEWASA ) 3.TIDAK DALAM TEKANAN SALAH SATU PIHAK 14
15 4.DALAM MEMBUAT PERJANJIAN TERSEBUT TIDAK BOLEH ADA TIPU DAYA DARI SALAH SATU PIHAK (maksud-maksud pihak tertentu untuk merugikan salah satu pihak ) KETENTUAN/ATURAN LAIN YANG MEMPERKUAT KEDUDUKAN HUKUM PKB Dalam hal terjadi pembubaran SP/SB atau pengalihan kepemilikan Perusahaan, maka PKB tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu PKB (psl 131 UUK 13/2003) Dalam hal terjadi marger (penggabungan perusahaan) dan masing masing perusahaan mempunyai PKB, maka PKB yang berlaku adalah PKB yang menguntunkan pekerja/buruh (ayat 2) Dalam hal terjadi marger antara Perusahaan yang mempunyai PKB dengan Perusahaan yang tidak mempunyai PKB, maka PKB tersebut berlaku bagi Perusahaan yang bergabung sampai dengan berakhirnya jangka waktu PKB (psl 131 ayat 3) RUANG LINGKUP PKB (Berdasarkan isi Kep:Men 48/2004 ) PKB berlaku untuk seluruh pekerja/buruh (psl 13 ayat 1) PKB induk berlaku untuk semua cabang perusahaan dan dapat dibuat PKB turunan yang berlaku masing-mawsing cabang Perusahaan ( psl 13 ayat 2) PKB induk yang berlaku diseluruh cabang Perusahaan dan PKB turunan, memuat pelaksanaan PKB induk yang disesuaikan dengan kondisi cabang Perusahaan masingmasing (ayat 3 ) Dalam hal PKB induk telah berlaku di Perusahaan, namun dikehendaki adanya PKB turunan di cabang Perusahaan, maka selama PKB turunan belum disepakati, tetap berlaku PKB induk 15
16 Dalam hal beberapa Perusahaan tergabung dalam satu Group dan masing-masing Perusahaan merupakan Badann Hukum sendiri-sendiri, maka PKB dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing Pengusaha dan SP/SB masing-masig perusahaan (psl 14) 16
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 102 1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA
Lebih terperinciMEREFORMASI KERANGKA PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
MEREFORMASI KERANGKA PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) Seperti yang saya ketahui setidaknya sejak tahun 1979, bahwa bentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) selalu didahului dengan MUKADIMAH. Sedangkan pihak-pihak
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA,
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA, Menimbang : a.
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Hubungan Kerja Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah
Lebih terperinci: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
Lebih terperinciRINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.
1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk
Lebih terperincicopyright by Elok Hikmawati 1
copyright by Elok Hikmawati 1 Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata-tertib perusahaan. Bagian Keenam Bab XI Undang-Undang No.13 th.2003 tentang Ketenagakerjaan
Lebih terperinciPERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003
1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri/pejabat Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun 42 ayat 2 Pemberi kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun
Lebih terperinciperjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang
perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya
Lebih terperinciSetiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.
PENGANTAR Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi pembahasan manusia sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA A. Pengertian Perjanjian kerja bersama Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya Undang-undang No.21 Tahun 2000. Istilah
Lebih terperinci2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciLabor and Industrial Relations
Labor and Industrial Relations Modul ke: 13 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha 2. Membandingkan hubungan tenagakerja di Indonesia dan USA Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lebih terperinciHubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi
Modul ke: Hubungan Industrial Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Daftar Pustaka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985
PERATURAN PEMERINTAH NO. 01 TH 1985 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/85 TENTANG PELAKSANAAN TATA CARA PEMBUATAN KESEPAKATAN KERJA BERSAMA (KKB) MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciHUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG
MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PUBLIKDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis
Lebih terperinciPERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN
PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN (UNDANG UNDANG No : 13 TAHUN 2003) PERLINDUNGAN 1.PENYANDANG CACAT 1. ANAK 2. PEREMPUAN 3. WAKTU KERJA 4. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 1 PENYANDANG CACAT
Lebih terperinciUndang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA
Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA 1 Seekor tiram berjemur diri dipantai dengan kedua kulitnya yang terbuka lebar, Tatkala
Lebih terperinciPeran Serikat Pekerja Dalam Dinamika
Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika Hubungan Industrial Purwanto HCS Expert PT. Angkasa Pura I Jakarta, 16 Desember 2016 Agenda : 1. Referensi 2. Organisasi Profesi dan Organisasi Pekerja 3. Hubungan
Lebih terperinciKISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN
KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
Lebih terperinciPengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ialah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggungjawab
Lebih terperinci-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN
Lebih terperinciETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013
MK. ETIKA PROFESI ETIKA BISNIS Smno.tnh.fpub2013 Pengertian Etika Pengertian; Etika kata Yunani ethos, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika flsafat moral, ilmu yang membahas nilai dan norma yang
Lebih terperinciSerikat Pekerja dan Hubungan Industrial
MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan
Lebih terperinciMSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial
MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelesaikan perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan perlu dilakukan upaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala
Lebih terperinciPasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN
UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Industrial Relation in Indonesia UU No. 13, Tahun 2003 HRM - IM TELKOM 1 DEFINISI KETENAGAKERJAAN. Segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama, dan
Lebih terperinciPROSEDUR MENYAMPAIKAN PENGADUAN PENYELESAIAN KELUH KESAH DALAM HUBUNGAN INDUSTRIA
PROSEDUR MENYAMPAIKAN PENGADUAN & PENYELESAIAN KELUH KESAH DALAM HUBUNGAN INDUSTRIA POKOK BAHASAN 1. Apa itu Keluh Kesah 2. Macam macam Keluh Kesah 3. Alur dan tahap penyelesaian pengaduan Keluh Kesah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TENGAH, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan semangat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciHUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN III) HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 HUBUNGAN KERJA Hubungan Kerja adalah suatu hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha setelah
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 32/MEN/XII/2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN
Lebih terperinci*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 25/1997, KETENAGAKERJAAN *10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa perlindungan terhadap tenaga
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang
Lebih terperinciPANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI
PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI Anita Maharani 1 Abstrak Hubungan industrial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hubungan
Lebih terperinci- 1 - LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG
- 1 - LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciJam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017
Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja
Lebih terperinciDEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUBUNGAN INDUSTRIAL DEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara semua pihak yang terkait dalam proses produksi suatu barang/jasa di suatu organisasi/perusahaan.
Lebih terperinciH U B U N G A N K E R J A
IX H U B U N G A N K E R J A HUBUNGAN KERJA TERJADI KARENA ADANYA PERJANJIAN KERJA Pengusaha Pekerja/buruh Secara tertulis / lisan ps 51 (1) Untuk waktu tertentu ps 56 (1) Untuk waktu tidak tertentu Perjanjian
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL BAB PERJANJIAN KERJA
TUGAS MAKALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL BAB PERJANJIAN KERJA TRI ATMADI NUGROHO 125030200111097 MOH. INTAN SIRI K 125030200111010 ALLISYA PUSPITA DEWI 125030201111010 RIZKI DWI SETIAWAN 125030207111146 JURUSAN
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan
Lebih terperinciPenjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia
Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia Penjelasan mengenai penentuan upah sehari Sesuai ketentuan Pasal 77 ayat (2) UU Ketenagakerjaan No. 13/2003, bahwa waktu kerja adalah: 1. a. 7 (tujuh)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) sudah mulai dikenal dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN U M U M
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa perlindungan terhadap
Lebih terperinciDr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA PENGERTIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana
Lebih terperinciFUNGSI ADVOKASI SERIKAT PEKERJA DALAM LINGKUP PERUSAHAAN. Pusat Kajjian Kebijakan dan Advokasi Perburuhan
FUNGSI ADVOKASI SERIKAT PEKERJA DALAM LINGKUP PERUSAHAAN Pusat Kajjian Kebijakan dan Advokasi Perburuhan HAK BURUH DAN HAK SERIKAT BURUH Hak Buruh Bersifat personal, hanya melekat pada diri buruh sendiri
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN WALIKOTA SERANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: Mengingat: WALIKOTA SERANG, a. bahwa untuk melaksanakan salah satu kewenangan
Lebih terperinciHUKUM KETENAGAKERJAAN
HUKUM KETENAGAKERJAAN Oleh Suripno Pengantar Istilah : 1. Buruh 2. Pekerja 3. Karyawan 4. Pegawai Pengertian hukum ketenagakerjaan Secara yuridis Pengertian buruh: 1. Buruh: setiap orang yg bekerja pd
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciMOGOK KERJA DAN LOCK-OUT
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XI) MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT copyright by Elok Hikmawati 1 Definisi Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh
Lebih terperinciUndang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB
Lebih terperinci* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)
* *mogok kerja sebenarnya adalah hak dasar dari pekerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan, (Pasal 137 UUK). * Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan
Lebih terperinciIII. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2)
Lebih terperinciPERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
Lebih terperinciJURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI
JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI RISMAN FAHRI ADI SALDI. NIM : 0810015276. Analisis Terhadap Perjanjian
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya
Lebih terperinci: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 255/MEN/2003 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK
Modul ke: Hubungan Industrial PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) JENIS-JENIS PHK dan PENYELESAIAN PHK Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan
Lebih terperinciPasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
* * Pasal 150 UUK *Mencakup pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta, pemerintah,
Lebih terperinciLex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 Oleh : Ruben L. Situmorang 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciPEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14
PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)
Lebih terperinciSerikat Pekerja/Serikat Buruh
Serikat Pekerja/Serikat Buruh a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran baik secara lisan maupun secara tulisan, memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA
31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan
Lebih terperinciK E P U T U S A N NOMOR : KEP-438/MEN/1992 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN SERIKAT PEKERJA DI PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA R.
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA K E P U T U S A N MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-438/MEN/1992 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN SERIKAT PEKERJA DI PERUSAHAAN MENTERI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciOleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011
Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
31 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan plastik khususnya kantong plastik Reclosable
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003
UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha
Lebih terperinciPERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PERATURAN PERUSAHAAN DAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA Hardijan Rusli ABSTRACT Internal Enterprise Regulations are outlined in the Minister of Manpower, Transmigration and Cooperatives Regulation No. Per.02/Men./1978
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciPROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciTENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 183 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA
CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan ) yang berkedudukan
Lebih terperinciPERJANJIAN KERJA BERSAMA. antara PT. BETTS INDONESIA. dengan
PERJANJIAN KERJA BERSAMA antara PT. BETTS INDONESIA dengan SERIKAT PEKERJA KIMIA, ENERGI dan PERTAMBANGAN SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA UNIT KERJA PT. BETTS INDONESIA Periode 2014-2016 1 DAFTAR ISI
Lebih terperinci