BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman industri semakin maju dan berkembang serta diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menurut sumber harian kompas (11 Juli 2014). Setiap perusahaan akan berupaya untuk bisa meningkatkan produktifitas dan mengefisiensikan segala jenis biaya untuk memenangkan persaingan tersebut. Tingkat produktifitas dan tingkat efisiensi yang tinggi, perusahaan dapat mengatur biaya biaya produksi maupun non-produksi yang tidak perlu sehingga harga produksi bisa lebih efisien. Jika harga pokok produksi dapat lebih murah maka secara otomatis perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih besar. Saat ini masalah perusahaan bukan hanya sampai pada masalah produksi dan penekanan biaya, tetapi perusahaan harus bisa meramalkan atau menghitung jumlah permintaan yang dikehendaki konsumen di periode berikutnya. Salah satu industri potensial dan memiliki daya saing cukup tinggi di kawasan Asia terutama, yang ada di Indonesia adalah industri garmen. Dengan perkembangan ekonomi negara-negara Asia saat ini, permintaan akan produk garmen yakni berupa pakaian jadi memang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi menggunakan media internet dimana dijelaskan bahwa menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia, diungkapkan bahwa kebutuhan produk tekstil dan pakaian jadi atau garmen akan terus meningkat dari tahun ketahun. Melihat keadaan tersebut, pastinya banyak pihak yang melihat keadaan tersebut sebagai sebuah peluang yang baik dan secara tidak langsung meningkatkan persaingan pada industri garmen karena banyaknya yang mulai membuka bisnis garmen. Persaingan pada industri garmen di Indonesia yang semakin ketat, didukung dengan fenomena banyak industri luar negeri menyerbu pasar di Indonesia membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri garmen haruslah memiliki manajemen operasional yang baik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat tersebut. Manajemen operasional itu sendiri menurut Heizer dan Render (2009), adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. 1

2 2 Pada dasarnya manajemen operasional diperlukan oleh perusahaan karena apabila manajemen operasional pada suatu perusahaan buruk maka dapat menyebabkan kerugian-kerugian, terutama kerugian di bidang finansial. Dimana dalam usaha perusahaan untuk memenuhi permintaan yang cenderung meningkat secara langsung akan meningkatkan biaya produksi sebagai akibat adanya penambahan kuota jumlah produksi barang yang harus dihasilkan. Tetapi, bisa timbul masalah, dimana perusahaan bersedia menambah ongkos produksi dengan tujuan untuk menghasilkan kuantitas lebih banyak untuk memenuhi permintaan, agar mendapat keuntungan lebih, dan fakta yang terjadi tujuan mendapat keuntungan lebih itu tidak tercapai. Hal inilah yang terjadi pada PT. Trigoldenstar Wisesa. PT. Trigoldenstar Wisesa adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri garmen, produk yang dihasilkan berupa pakaian jadi. PT. Trigoldenstar Wisesa berlokasi di Jln. Rumambe Desa Anggadita, Klari, Karawang Timur. Perusahaan ini sudah berdiri dan beroperasi sejak tahun Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan terhadap Chairudin Angkoso, SE, selaku manajer PT. Trigoldenstar Wisesa masalah utama yang dihadapi perusahaan saat ini adalah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di pasar, perusahaan bersedia menambah ongkos produksi dengan maksud peningkatan produktivitas karyawan untuk menghasilkan kuantitas produk yang lebih dari biasanya sebagai tujuan meningkatkan keuntungan, tetapi tidak tercapai. Sistem produksi yang diterapkan saat ini oleh perusahaan bersistem standar, jam kerja standar dan perusahaan memiliki kebijakan untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan lain untuk memproduksi produknya. Fokus permasalahan yang terjadi pada PT. Trigoldenstar Wisesa adalah dimana kapasitas produksi saat ini ternyata tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasar dikarenakan adanya permintaan akan produk yang meningkat mencapai batas kemampuan produksi yang hanya mampu unit. Hal ini bisa dilihat dari histori permintaan yang dibukukan oleh PT. Trigoldenstar Wasesa, dijelaskan dalam bentuk gambar, sebagai berikut:

3 3 Gambar 1.1 Jumlah Permintaan Baju PT. Trigoldenstar Wisesa Sumber: Data Sekunder PT. Trigoldenstar Wisesa Dari gambar diatas bisa disimpulkan bahwa perusahaan belum bisa memenuhi permintaan yang meningkat sejak bulan Juli 2014 hingga Februari 2015 dikarenakan permintaan dari konsumen yang lebih tinggi dari kapasitas produksi perusahaan. Hal ini membuat perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapat keuntungan lebih, sebagai konsekuensi tidak bisanya perusahaan memenuhi kebutuhan pasar untuk bulan tertentu dan jumlah tertentu dan untuk saat ini, dalam memenuhi permintaan berlebih, perusahaan menggunakan sistem reguler dan membuat seringnya terjadi keterlambatan dalam memenuhi permintaan pasar. Selanjutnya, dikarenakan sudah terjadi permintaan berlebih dan periode pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2015 sudah terjadi, maka penelitian ini akan difokuskan untuk melakukan tindakan preventif untuk periode selanjutnya. Menurut penelitian yang dijalankan oleh Heizer dan Render (2010) dijelaskan bahwa ternyata untuk dapat meminimalisasi biaya produksi, perusahaan dapat menggunakan chase strategy (chase current demand) atau level strategy (average gross demand), dimana chase current demand itu sendiri menurut Heizer dan Render (2010) adalah strategi perencanaan yang menetapkan produksi sama dengan prediksi permintaan (produksinya disesuaikan dengan permintaan). Strategi ini mencoba untuk mencapai tingkat output untuk setiap periode yang memenuhi prediksi

4 4 permintaan untuk periode tersebut. Sedangkan average gross demand adalah strategi mempertahankan tingkat produksi dari periode ke periode berikutnya. Dijelaskan di paragraf kelima bahwa perusahaan memiliki kebijakan untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan lain untuk memproduksi produknya, maka pendekatan yang akan dilakukan adalah overtime pada chase strategy dan level strategy. Permasalahan selanjutnya yang dihadapi perusahaan adalah, hingga saat ini perusahaan tidak mengetahui kuantitas permintaan dari pasar untuk jangka menengah kedepan. karena perusahaan masih mengandalkan sistem tradisional, dimana maksudnya adalah perusahaan hanya mengandalkan pemesanan yang terjadi saat itu dimana terjadi transaksi antara konsumen dengan perusahaan. Dari permasalahan yang ada, perusahaan memerlukan solusi untuk dapat menentukan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan oleh perusahaan, dan mengambil keputusan untuk memilih alternatif mana yang harus dipilih oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan produk di pasar sehingga membuat perusahaan bisa mendapatkan profit sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Maka penelitian ini akan dilanjutkan guna melakukan perhitungan dengan metode perencanaan agregat pada PT. Trigoldenstar Wisesa, dan selanjutnya penelitian ini akan diberi judul: Analisa Perencanaan Agregat Untuk Meminimalisasi Biaya Produksi Pada PT. Trigoldenstar Wisesa 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini melihat dari uraian latar belakang penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya adalah: 1. Bagaimana perhitungan pemenuhan permintaan dengan pendekatan chase strategy pada PT. Trigoldenstar Wisesa? 2. Bagaimana perhitungan pemenuhan permintaan dengan pendekatan level strategy pada PT. Trigoldenstar Wisesa? 3. Berapakah biaya yang paling minimal untuk memenuhi permintaan berlebih pada PT. Trigoldenstar Wisesa? 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas hanya meneliti mengenai permintaan berlebih atas produk T-shirt pada PT. Trigoldenstar Wisesa yang beralamat dijalan Rumambe Ds,Anggadita, Klari, Karawang Timur. Selanjutnya penelitian ini juga akan

5 5 difokuskan hanya pada manajemen operasional yang diterapkan pada PT. Trigoldenstar Wisesa dan tidak membahas faktor-faktor luar yang tidak dapat dikendalikan dan pada dasarnya memiliki kemampuan untuk turut memengaruhi kegiatan operasional perusahaan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini melihat dari uraian rumusan masalah dan ruang lingkup penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya adalah: 1. Untuk memberikan perhitungan pemenuhan permintaan dengan pendekatan chase strategy pada PT. Trigoldenstar Wisesa. 2. Untuk memberikan perhitungan pemenuhan permintaan dengan pendekatan level strategy pada PT. Trigoldenstar Wisesa. 3. Untuk menentukan biaya yang paling minimal untuk memenuhi permintaan berlebih pada PT. Trigoldenstar Wisesa 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pihak PT. Trigoldenstar Wasesa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran untuk perusahaan dalam menentukan pilihan alternatif yang seharusnya diambil garmen dapatkan perencanaan agregat yang optimal. 2. Bagi Penulis Penulis dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan. Penulis mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisa kejadian dalam kehidupan ekonomi yang sebenarnya.

6 6 1.6 State of The Art Penulisan ini dilakukan dengan acuan penelitian terdahulu, antara lain: Tabel 1.1 State of The Art No Nama Tahun Metode Hasil 1 Kissani dan Mokrini 2012 Perencanaan agregat bahwa perencanaan agregat mampu menyelesaikan permasalahan mengenai tingkat produksi yang lebih sedikit dari permintaan dari 2 Iqbal et al 2014 Perencanaan Agregat 3 Chinguwa et al 2013 Perencanaan Agregat 4 Octavianti et al 2013 Perencanaan Agregat Sumber : Data Penelitian pasar. bahwa chase strategy dan level strategy berhasil menyelesaikan permasalahan operasional terutama dalam menyelesaikan kegiatan produksi atas permintaan berlebih. bahwa metode perencanaan agregat mampu mengatasi permasalahan mengenai permintaan yang melebihi kapasitas produksi. bahwa strategi agregat terpilih digunakan untuk melakukan perencanaan produksi agregat untuk periode mendatang, dilanjutkan dengan perhitungan disagregasi serta penentuan Jadwal Induk Produksi. Strategi agregat terpilih adalah Hybrid Strategy yang memberikan total biaya produksi paling minimum.