BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan suatu bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, dimana terdapat berbagai bahan esensial yang diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lemak, karbohidrat, itamin, dan mineral. Selain itu susu merupakan sumber protein hewani yang paling baik dibanding dengan bahan makanan lainnya. Susu tidak hanya dapat dikonsumsi dalam keadaan segar tetapi juga dalam bentuk olahan. Ada berbagai alasan atau tujuan yang melatarbelakangi timbulnya keinginan untuk mengolah susu, antara lain: kelebihan produksi susu segar, memperpanjang masa simpan susu dan memperoleh rasa atau aroma lain (Sudarwanto, 2000). Berbagai produk olahan susu yang telah dipasarkan antara lain : susu pasteurisasi, susu kental manis, susu sterilisasi, susu bubuk, metega, keju, es krim, dan lain-lain. Susu pasteurisasi adalah produk olahan susu yang diperoleh dengan proses pasteurisasi pada suhu minimal 62,8ºC selama 30 menit unuk proses LTLT (low temperature long time) atau pada suhu 75ºC selama 15 detik untuk proses HTST (high temperature short time) (Fardiaz,1992). Proses pasteurisasi pada susu dapat membunuh sebagian bakteri yang ada di dalamnya (Geniigeorgis dan Rieman, 1979 yang dikutip Nurliana, 1997). Susu pasteurisasi yang dipanaskan pada suhu 71-75ºC hanya membunuh 90-95% bakteri yang ada dalam susu (Fox dan Cameron, 1989). Penggunaan panas pada pasteurisasi tidak terlalu menimbulkan perubahan pada komposisi gizi dan rasa susu sehingga masih seperti susu segar. Susu pasteurisasi memerlukan pengendalian mutu yang sangat kuat dan seksama, karena masih mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada konsumen dan harus menjamin bahwa komposisi zat gizi susu pasteurisasi tetap bagus. Adanya suatu sistem pengendalian mutu yang baik dan terkendali akan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi atau sesuai dengan standart yang berlaku dan dapat memenuhi keinginan konsumen serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Kepercayaan konsumen berkaitan erat dengan 1

2 keberhasilan penjualan produk di pasaran, yang menentukan keuntungan bagi perusahaan. PT. Indomilk, Jakarta adalah salah satu industri pengolahan susu di Indonesia yang memproduksi susu pasteurisasi coklat dan plain (tawar) yang mengandung lemak. Proses pengendalian mutu yang dilakukan PT Indomilk meliputi pengendalian bahan baku, proses, mesin dan peralatan, kadar bahan kering, jumlah mikroba dan jumlah koliform. Proses produksi susu pasteurisasi meliputi tahap pencampuran/standarisasi bahan baku, penyaringan, regenerasi, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penyimpanan sementara dan pengisian. Teknik pengendalian mutu yang digunakan adalah diagram sebab-akibat (fishbone diagram) dan histogram. Diagram sebab-akibat (fishbone diagram) didefinisikan sebagai diagram yang menunjukkan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor. Kelebihan diagram ini yaitu dapat mengilustrasikan dengan jelas bermacam-macam penyebab yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi. Sedangkan histogram efektif digunakan dalam pengendalian mutu untuk mengetahui data-data yang tidak normal dan mencari penyebab terjadinya penyimpanganderta dapat digunakan untuk memperbaiki batas-batas dan mutu produk atau mengetahui hubungan antara karakteristik produk dengaan spesifikasi produk. (Ishikawa, 1988) 1.2 Tujuan Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini adalah Memahami karakteristik mutu utama susu pasteurisasi. Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu susu pasteurisasi. 1.3 Manfaat Dilihat dari tujuan yang ada manfaat yang dapat diambil adalah Mengetahui karakteristik mutu utama susu pasteurisasi. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu susu pasteurisasi. 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Pasteurisasi Pada dasarnya susu yang berasal dari sapi yang sehat mengandung sedikit mikroorganisme (Soejoedono, 1995). Setelah meninggalkan ambing, maka susu akan terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari tubuh sapi, lingkungan, peralatan pemerahan dan pekerja (Kay, 1962 yang dikutip Dwijayanti 1996). Suhu penyimpanan yang tidak sesuai dan penyimpanan yang terlalu lama sejak diperah sampai dikonsumsi atau diolah akan menyebabkan susu mudah rusak dan tidak layak dikonsumsi (Frazier dan Westhoff, 1988). Metode pengawetan bahan pangan dengan menggunakan panas sudah lama dikenal. Salah satu cara yang sering dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan adalah dengan pasteurisasi (Sofos, 1993). Tujuan pasteurisasi adalah untuk menginaktifkan sel-sel vegetatif bakteri patogen, bakteri pembusuk dan bakteri pembentuk toksin pada pemanasan minimum sehingga tidak terjadi kerusakan gizi susu serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu bahan pangan seperti warna, tekstur, dan cita rasa (Hoobs dan Robert, 1987; Fardiaz, 1992). Berikut adalah perbandingan komposisi susu segar dan susu pasteurisasi dapat dilihat pada tabel: Perbandingan komposisi susu segar dan susu pasteurisasi komposisi Susu segar Susu pasteurisasi Protein 3,5% 2,73 2,90% Lemak 3,8% 3,0 3,4% Laktosa 4,8% 4,8 4,91% Mineral 0,65% 0,16-0,18% Air 87,25% 87,31-88,61% Sumber: Muchtadi dan Sugiyono (1992) Proses pasteurisasi pada susu menurut Hubbert dan Hagstad (1991) yang berdasarkan rekomendasi Public Health Service (PHS) Amerika Serikat tahun 1987 adalah proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu. Suhu dan waktu proses pasteurisasi dapat dilihat pada : Tabel Suhu dan Waktu Pada Proses Pasteurisasi 3

4 Suhu Waktu Istilah Umum ºC ºF Detik ,5 0,1 0,05 0,01 2 Long Time Holding (LTH) High Temperature Short Time (HTST) Ultra Pasteurized (UHT) Sumber: Hubbert dan Hagstad (1991) Proses pasteurisasi pada susu hanya membunuh sebagian bakteri yang ada di dalamnya (Genigeorgis dan Rieman, 1979 yang dikutip Nurliana, 1997). Susu pasteurisasi yang dipanaskan pada suhu 71-75ºC hanya membunuh 90-95% bakteri yang ada dalam susu (Fox dan Cameron, 1989). Penggunaan panas pada pasteurisasi tidak terlalu menimbulkan perubahan pada komposisi gizi dan rasa susu sehingga masih seperti susu segar. Daya simpan susu pasteurisasi dapat dipertahankan dengan membunuh mikroorganisme pembusuk, sekaligus dapat mencegah agar susu tidak asam bila ditempatkan pada suhu rendah (Hubbert dan Hagstad, 1991). Biasanya pada susu pasteurisasi yang diikuti dengan pendinginan, daya simpannya akan lebih lama dan mutunya juga lebih baik (Frazier dan Westhoff, 1988). Menurut soewarto (1995) proses pasteurisasi yang digunakan di Indonesia adalah pemanasan pada suhu 87ºC selama 15 detik akan mempunyai daya tahan tujuh hari dengan suhu penyimpanan 1-4ºC. Menurut Sudarwanto (2000), ciri-ciri susu pasteurisasi, antara lain suhu pemanasan di bawah titik didih, kuman patogen mati, jumlah kuman dikurangi, enzim inaktif, nilai gizi hampir sama dengan susu segar, spora tetap hidup dan daya simpan dalam suhu dingin maksimum tujuh hari. 2.2 Mutu dan Keamanan Susu Pasteurisasi 4

5 Pengolahan susu dengan cara pasteurisasi bertujuan untuk mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan atau kehilangan zat gizi yang terdapat dalam susu. Tetapi bila tidak ditangani dengan baik, seperti tidak ditempatkan pada suhu rendah, maka produk tersebut akan mudah rusak sebelum sampai ke tangan konsumen atau bahkan bisa menyebabkan keracunan akibat mengkonsumsi susu yang mengandung bakteri patogen (Frazier dan Westhoff, 1988). Mutu susu pasteurisasi sangat tergantung pada kehadiran mikroorganisme. Susu pasteurisasi yang bermutu baik adalah yang memiliki jumlah mikroorganisme sesuai standart dan tidak terdapat mikroorganisme patogen. Jumlah mikroorganisme pada susu pasteurisasi dipengaruhi oleh pemanasan. Pemanasan yang terlalu tinggi, apalagi jika berlangsung lama, akan membunuh seluruh mikroorganisme, tetapi akan menyebabkan terjadinya kerusakan / kehilangan zat-zat gizi tertentu yang terdapat pada susu. Sedangkan pemanasan yang terlalu rendah atau pemanasan di bawah pemanasan minimum yang dibutuhkan unuk membunuh mikroorganisme patogen akan membuat zat-zat gizi susu tetap utuh, tetapi tidak aman untuk dikonsumsi karena mikrooraganisme tetap terdapat dalam susu dalam jumlah yang tinggi. Jumlah mikroorganisme susu pasteurisasi berada diantara CFU/ml pada pemanasan minimum dan dapat terus meningkat karena kontaminasi selama pasteurisasi baik secara langsung maupun tidak langsung (Abubakar dan Noor, 1995). Diperkirakan lebih dari 30 genus bakteri terdapat dala susu atau yang dapat mengkontaminasi susu. Jenis bakteri yang sering ditemukan dalam susu antara lain Campylobacter jejuni, Salmonella sp, Shigella sp, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, Escherichia coli, Vibrio sp, Aeromonas hydrophila, Mycobacterium bovis, Brucella sp, Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Bacillus aureus dan lain-lain (Garbutt, 1997). El Marrakchi et al. (1993) mengemukakan bahwa hanya susu mentah dan produk susu dengan penanganan secara tradisional yang mengandung Listeria monocytogenes. Oleh sebab itu, Sofos (1993) menyatakan bahwa proses pasteurisasi dengan pemanasan 72 C selama 15 detik sangat efektif untuk 5

6 membunuh bakteri tersebut. Proses pasteurisasi juga mampu membunuh Mycobacterium bovis dan Brucella abortus. ((Frazier dan Westhoff, 1988; Hubbert dan Hagstad, 1991) Penelitian yang dilakukan di Addis Ababa oleh Mahari dan Gashe (1990) menemukan beberapa genus bakteri dalam susu pasteurisasi seperti Bacillus, Streptococcus, Lactobacillus, Arthrobacter, Alkaligenes, Aeromonas dan Pseudomonas. Menurut laporan Kirov, Hui dan Hayward (1993) kira-kira 4% susu pasteurisasi terkontaminasi oleh Aeromonas karena kesalahan saat penanganan. Mutu susu pasteurisasi dipengaruhi oleh jumlah dan jenis mikroorganisme, suhu dan waktu pasteurisasi (Frazier dan Westhoff, 1988), juga dipengaruhi oleh jumlah awal mikroorganismee dalam susu mentah, kondisi saat diproses dan kontaminasi setelah pasteurisasi (Richter et al, 1992). Untuk menjamin mutu dan keamanan susu pasteurisasi, serta untuk mengoptimalkan daya simpan, maka Richter et al. (1992) mengemukakan bahwa standart susu pasteurisasi berdasarkan standart pasteurisasi Grade A, adalah sebagai berikut: susu pasteurisasi harus didinginkan secepatnya pada suhu kurang dari 7ºC dengan batas maksimal jumlah bakteri CFU/ml susu, dan jumlah koliform kurang dari 10/ml susu, serta pengujian fosfat harus negatif. Di Indonesia peraturan yang ditetapkan untuk persyaratan mutu susu pasteurisasi disesuaikan dengan surat keputusan direktorat jendral peternakan nomor 17/1983, yaitu negative terhadap uji fosfat dan storch, jumlah mikroba kurang dari CFU/ml susu dan koliform tidak lebih dari 1 CFU/ml susu pasteurisasi. Syarat mutu susu pasteurisasi menurut SNI (1977) dapat di pada: Tabel Syarat Mutu Susu Pasteurisasi Karakteristik mutu Keadaan (bau, rasa, konsistensi) Normal Kadar air (%) 87,31-88,61 Kadar bahan kering (%) Kadar lemak (%) 3,5 4 Protein (%) 3,0 3,2 Spesifikasi 6

7 Laktosa (%) Bahan pengawet Logam-logam berbahaya Jumlah mikroba (CFU/ml) Koliform 4,8 5 Negatif Negatif Maksimal < 1 Sumber: SNI (1977) dalam Dwijayanti (1996) 2.3 Pengendalian Mutu Menurut Feigenbaum (1989), mutu produk adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dari pemasaran, rekayasa, pembuatan dan pemeliharaan yang membuat produk tersebut memenuhi harapan-harapan konsumen. Lien (1981) menyatakan bahwa mutu suatu prosuk diartikan sebagai kesesuaian sifat terhadap derajat keunggulan yang dirumuskan dalam bentuk standart atau spesifikasi yang jelas. Selain itu, mutu bahan berarti kumpulan beberapa sifat yang berpengaruh nyata terhadap derajat penerimaan. Tindakan pengendalian mutu dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu pengendalian rancangan baru, pengendalian bahan yang masuk, pengendalian produk dan kajian proses khusus. Pengendalian rancangan baru meliputi pembentukan dan spesifikasi mutu dari segi biaya, keamanan dan keterandalan yang diperlukan untuk memenuhi kepuasan konsumen, serta mencari kemungkinan sumber-sumber gangguan mutu sebelum dilakukan produksi. Pengendalian produk adalah pengendalian dari sumber produksi hingga pemasaran, sehingga penyimpangan-penyimpangan mutu dapat dikoreksi sebelum produk-produk yang cacat atau tidak sesuai dihasilkan. Kajian proses khusus melibatkan penyelidikan dan pengujian untuk menetapkan tempat penyebab terjadinya produk-produk yang tidak sesuai untuk memperbaiki karakteristik mutu dan untuk menjamin bahwa perbaikan atau tindakan korektif sudah permanen (Feigenbaum, 1989) 2.4 Teknik-Teknik Pengendalian Mutu Menurut perhimpunan manajemen mutu Indonesia (1986), teknik-teknik yang umum digunakan pada program pengendalian mutu ada tujuh piranti (steven tools), yaitu: 7

8 1. Lembar pemeriksaan (check sheet) 2. Pengelompokan atau stratifikasi 3. Diagram pareto 4. Histogram 5. Diagram pencar (scalter diagram) 6. Diagram sebab akibat (fishbone diagram) 7. Bagan kendali (control chart) Lembar pemeriksaan (check sheet) terutama digunakan unuk memindahkan pengumpulan data dan mengatur data secara otomatis sehingga memudahkan penggunaan selanjutkan (Kume, 1989). Barra (1986) menyatakan bahwa diagram pareto digunakan untuk mewujudkan analisis data menjadi angka-angka dan persentsenya sehingga memperjelas masalah-masalah yang penting (utama) dan masalah-masala yang tidak penting, selanjutnya dengan diagram pareto akan dihasikan gagasan untuk pemecahan masalah tersebut. Menurut Ishikawa (1988), diagram pencar (scatter diagram) digunakan untuk mengumpulkan beberapa grup data yang berhubungan, kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Sedangkan diagram sebab-akibat (fishbone diagram) didefinisikan sebagai diagram yang menunjukan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor. Diagram sebab-akibat mampu mengilustrasikan dengan jelas bermacam-macam penyebab yang mempengaruhi mutu suatu produk. Ishikawa (1988) menyatakan bahwa histogram efektif digunakan dala pengendalian mutu untuk mengetahui data-data yang tidak normal dan mencari penyebab terjadinya penyimpangan serta dapat digunakan untuk memperbaiki batas-batas dan mutu produk.selain itu dengan histogram dapat dilihat hubungan antara karakteristik produk dengan spesifikasi produk. Bagan kendali (control chart) merupakan grafik kronologis (jam ke jam atau hari ke hari, dan lain-lain) yang membandingkan karakteristik mutu nyata produk dengan batas kemampuan mutu produksi produk tersebut yang ditunjukan dengan pengalaman dan pengamatan dimasa lalu (Feigenbaum, 1989). Menurut Lawrence (1986), bagan kendali adalah perangkat statistika yang memungkinkan suatu organisasi untuk mengetahui dan memantau konsistensi suatu proses atau produk yang dihasilkan melalui pengamatan 8

9 proses yang sedang berlangsung dan proses yan lalu, dengan menggunakan prinsip-prinsip statistika dalam penyelesaiannya. Diagram Sebab-Akibat Diagram sebab-akibat (fishbone diagram) digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu susu pasteurisasi. Diagram sebabakibat dapat menunjukkan hubungan antara karakteristik mutu dan faktor. Diagram sebab-akibat mampu mengilustrasikan dengan jelas bermacammacam penyebab yang mempengaruhi mutu suatu produk. Langkah pembuatan diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut: a. Menentukan masalah atau sesuatu yang akan diperbaiki. Masalah tersebut digambarkan dalam sebuah kotak di sebelah kanan dari garis panah utama. b. Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh dan diberi garis panah cabang yang mengarah ke panah utama. c. Mencari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci dan berpengaruh pada faktor utama tersebut, dituliskan di sebelah kanan dan kiri dari panah cabang serta dihubungkan dengan garis panah yang mengarah ke panah cabang. d. Mencari penyebab-penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap dengan menganalisa data yang ada. Jika tidak ada, dipilih faktor-faktor yang diduga sangat berpengaruh untuk menentukan ukuran penyebab. Struktur diagram sebab-akibat yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar dibawah (Ishikawa, 1998) : Histogram Histogram digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik produk dengan spesifikasi produk atau untuk mengetahui apakah produk berada di 9

10 dalam atau di luar spesifikasi. Histogram efektif digunakan dalam pengendalian mutu untuk mengetahui data-data yang tidak normal dan mencari penyebab terjadinya penyimpangan serta dapat digunakan untuk memperbaiki batas-batas dan mutu produk. Selain itu dengan histogram dapat dilihat hubungan antara karakteristik produk dengan spesifikasi produk. Langkah-langkah pembuatan histogram (Kume, 1989) adalah sebagai berikut: a. Penentuan parameter mutu b. Pengumpulan data c. Perhitungan kisaran (R), penentuan batas interval kelas (h), batas kelas dan titik tengah kelas d. Pembuatan tabel frekuensi (f) e. Pembuatan histogram : sumbu horizontal ditandai dengan nilai batas kelas dan sumbu vertikal ditandai dengan skala frekuensi f. Penggambaran garis rata-rata dan batas spesifikasi g. Penulisan keterangan yang diperlukan h. Analisis histogram 10

11 BAB III PEMBAHASAN Secara garis besar, proses produksi susu pasteurisasi yang dilakukan oleh PT. Indomilk meliputi tahap pencampuran/standarisasi bahan baku, penyaringan, regenerasi, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penyimpangan sementara dan pengisian (filling). Bahan baku, terutama susu segar (fresh milk) harus distandardisasi terlebih dahulu, yang bertujuan untuk menyesuaikan kadar lemak dan total bahan kering minimal yang harus dipenuhi untuk memproduksi susu pasteurisasi yang di PT. indomilk disebut dengan pasteurized liquid milk (PLM). Umumnya susu segar yang digunakan masih dicampur dengan susu bubuk skim di dalam tangki pencampur agar tercapai kadar lemak dan total bahan kering sesuai dengan jenis susu pasteurisasi yang dibuat. Pencampuran diawali dengan pemanasan susu segar dengan air hingga mencapai suhu kurang lebih 50ºC untuk plain dan kurang lebih 60ºC untuk susu pasteurisasi rasa coklat. Tujuan pemanasan ini adalah untuk membantu mempermudah pelarutan bahan-bahan yang ditambahkan. Untuk pembuatan susu pasteurisasi rasa coklat, bahan-bahan tambahan seperti coklat, gula, vitamin dan zat penstabil dimasukkan ke dalam tangki pencampuran kedua. Campuran susu kemudian di pompa ke dalam balance tank. Tahap selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan nylon filter berukuran lubang 200 μm dan steel berukuran 300 μm untuk memisahkan/menyaring kotoran atau bahan-bahan yang tidak larut. Selanjutnya susu segar yang masih mentah akan dipanaskan dengan penggunaan medium pemanas yaitu berupa plat-plat regenerator, suhu susu yang keluar berkisar 60ºC. Proses homogenisasi dilakukan di dalam homogenizer. Di dalam homogenizer campuaran susu ditekan oleh piston berkekuatan 500 psi. Tujuan homogenisasi adalah untuk memecahkan butiran lemak sehingga tercapai ukuran kurang dari dua micron sehingga lemak tambahan dapat bercampur rata dengan bahan susu lain dan tidak terjadi pemisahan lemak ke bagian atas. Setelah homogen, susu dipompa ke dalam pasteurizer untuk dipasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan pada suhu 87ºC selama 32 detik dengan memakai system high temperature short time (HTST). Alat untuk pasteurisasi 11

12 ini disebut plate heat exchanger.proses pasteurisasi bertujuan untuk membunuh Bakteri patogen, karena pemanasan di bawah titik didih, tidak semua bakteri mati sehingga susu pasteurisasi belum bebas dari bakteri. Karena masih terdapat bakteri, susu pasteurisasi mempunyai daya tahan yang relative singkat. Selanjutnya susu mengalir melalui flow diversion valve ke cooler dan terjadi penurunan suhu susu sampai ke kisaran 64ºC. pada cooler suhu didinginkan dengan menggunakan medium air dingin biasa dengan suhu berkisar 17-18ºC. tahapan selanjutnya susu dialirkan ke chiller dan didinginkan hingga suhunya berkisar 4-6ºC. selanjutnya susu dimasukkan ke angki penyimpanan (storage vat) yang suhunya kurang dari 10ºC untuk selanjutnya dilakukan analisis mutu, seperti mutu kadar bahan kering, ph, kadar lemak oleh laboratorium pengendalian mutu. Pada tangki ini, susu dapat bertahan sampai enam jam, pada suhu dibawah 9ºC. Susu pasteurisasi yang telah memenuhi standart mutu dialirkan ke ruang pengisian. Susu pasteurisasi diisikan ke kemasan karton dalam berbagai ukuran, pengisian dan pelabelan dilakukan oleh mesin Hercules. Setelah selesai diisi susu pasteurisasi disimpan di cold room dengan suhu 2-4ºC selama dua hari untuk menunggu hasildari laboratorium mikrobiologi terhadap jumlah mikroba dan jumlah koliform. Apabila hasil pengujian dari laboratorium telah memenuhi standar maka produk tersebut boleh dipasarkan. Lama susu pasteurisasi berada di pasaran sekitar 6-7 hari setelah itu ditarik kembali. Untuk susu pasteurisasi yang kondisinya masih baik diolah kembali menjadi produk susu olahan lainnya dan jika susu pasteurisasi sudah rusak akan dibuang. Diagram alir proses pembuatan susu pateurisasi yang dilakukan oleh PT. Indomilk, Jakarta dapat dilihat pada gambar. 12

13 Diagram alir proses pembuatan susu pateurisasi di PT. Indomilk, Jakarta. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Diagram sebab akibat digunakan untuk menemukan faktor-faktor yang berpengaruh pada mutu susu pasteurisasi. Menurut ISO dan UNCTAD/GATT (1933), diagram sebab akibat membantu secara sistematik dalam menemukan penyebab suatu permasalahan. Menurut Feigenbaum (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu produk ada Sembilan faktor, yaitu manusia, mesin/peralatan, metode, bahan baku, biaya, pasar, manajemen, pemeriksaan/pengawasan dan motivasi. Pada PT. Indomilk terdapat lima penyebab pokok permasalahan mutu. Faktorfaktor yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi yang di produksi oleh PT. Indomilk meliputi bahan baku, metode, mesin/peralatan, pemeriksaan/pengawasan dan manajemen/manusia. Diagram sebab-akibat mutu susu pasteurisasi ialah sebagai berikut 13

14 Diagram sebab-akibat mutu susu pasteurisasi 1. Bahan baku Bahan baku yang digunakan oleh PT. Indomilk untuk pembuatan susu pasteurisasi terdiri dari bahan baku utama yaitu susu segar dan bahan baku tambahan seperti susu bubuk skim/skim milk powder (SMP), krim susu, gula pasir, penstabil, bubuk coklat dan flavor. Bahan baku tersebut diperoleh baik dari pemasok local maupun import. Susu segar dan gula diperoleh dari pemasok local, sedangkan susu bubuk skim dan krim susu diimport dari Eropa, Australia dan Selandia Baru. Mutu bahan baku merupakan faktor utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Menurut Herschdoerfer (1986) yang dikutip Nuriliana (1997) menyatakan bahwa mutu susu pasteurisasi sangat dipengaruhi oleh mutu susu segar. Pengendalian mutu bahan baku di PT. Indomilk dilakukan dengan cara menetapkan batas spesifikasi untuk setiap jenis bahan baku yang masuk. Susu segar, misalnya, ditetapkan standart kadar lemak 3,0%, ph ± 6,5 dan hasil uji alcohol 70% harus negative. Sedangkan untuk gula, harus mempunyai tingkat kemurnian 99,8% dan kadar air maksimum 6%. Mutu susu segar tergantung pada beberapa faktor, seperti sapi perah, manusia, lingkungan dan kebijakan perusahaan. Hal-hal yang berpengaruh 14

15 pada sapi perah antara lain faktor genetika, umur sapi, pakan dan pemeliharaan ternak. Faktor manusia melibatkan sikap mental dan tanggung jawab peternak dalam hal pemeliharaan ternak maupun kebersihan peralatan memerah dan lingkungannya, sehingga susu segar yang diperoleh semaksimal mungkin terhindar dari kontaminasi. Faktor lingkungan seperti lokasi peternakan yang jauh letaknya dari unit pengumpulan susu menyebabkan selang waktu yang cukup lama sebelum susu dapat disimpan dalam cooling uint, sehingga mutu susu segar sudah menurun. Kebijaksanaan perusahaan dengan menetapkan system denda dan bonus juga dapat memacu peternakan guna meningkatkan mutu susu segar yang dihasilkan. Kadar lemak merupakan salah satu dasar penerimaan dan penolakaan serta harga susu yang dipasok oleh produsen susu segar. Susu segar yang dipasok oleh koperasi-koperasi susu ke PT. Indomilk mempunyai kadar lemak berkisar 2,8 3,9%. Susu segar dengan kadar lemak < 2,8 tidak diterima (ditolak). Mutu gula juga berperan penting dalam menghasilkan produk susu pasteurisasi yang berkualitas baik. Agar mutu gula terkendali, perusahaan melakukan seleksi pemaso, secara umum, mutu bahan, mutu bahan baku dipengaruhi oleh sifat fisik bahan baku, seperti keragaman dan kemurnian, serta sifat kimiawi bahan baku (komposisi). Untuk menjain mutu bahan baku yang diterima berkualitas baik, diperlukan pengendalian yang tepat erhadap berbagai karakteristik mutu yang ditetapkan. Hal ini merupakan tahapan yang paling penting untuk menghasilkan produk susu pasteurisasi seperti yang diharapkan yaitu susu pasteurisasi yang berkualitas tinggi. Tanpa bahan baku yang bermutu baik, sangat tidak mungkin menghasilkan produk susu pasteurisasi yang berkualias, sehingga hal ini harus benar-benar dikendalikan. Syarat mutu bahan baku utama susu segar yang ditetapkan PT. Indomilk dapat dilihat pada tabel. Syarat mutu susu segar PT.Indomilk, Jakarta Pengujian Syarat Kualitas Berat jenis 1,0270 1,0350 Uji alcohol 70% Negatif Kadar lemak 3,3% 15

16 Resazurin test 4 jam (maksimum) Titik beku -0,526 sampai -0,560 Keasaman 0,18% (maksimum) ph 6,6 6,7 Kadar bahan kering 11,00 12,08% Kadar bahan kering tanpa lemak 7,7 8,0% Kadar air 87,2% Bakteri pathogen Negatif Jumlah koloni bakteri per ml 1x10 6 (maksimum) Organoleptik (bau, rasa, dan warna) Standart Sumber: Quality Control PT. Indomilk, Jakarta 2. Metode Faktor lain yang mempengaruhi mutu susu pasteurisasi adalah metode, seperti formulasi, proses produksi dan pengendalian. Formulasi bahan baku merupakan tahap awal yang penting sebelum memasuki tahap proses produksi. Perhitungan rasio bahan baku yang tepat akan mendukung tercapainya komposisi produk akhir yang tepat. Proses produksi meliputi tahap-tahap proses yang dilakukan dan kondisi proses yang digunakan. Sedangkan pengendalian mencakup pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses dan pengendalian mutu produk akhir. 3. Mesin / Peralatan Mesin/peralatan menentukan mutu produk susu pasteurisasi yang dihasilkan oleh PT. Indomilk. Faktor-faktor yang menunjang diantaranya adalah teknik penggunaan, perawatan, kalibrasi, dan kapasitas mesin/peralatan. Teknik penggunaan melibatkan cara pengoperasian mesin/peralatan produksi. Kesalahan dalam teknik penggunaan dapat menyebabkan penyimpangan/ keragaman mutu produk yang dihasilkan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya prosedur operasional standar (standard operational procedurs / SOP) ataupun deskripsi kerja untuk setiap tahap proses produksi. Berdasarkan pedoman tersebut, maka pekerja / operator semaksimal mungkin dapat terhindar dari kesalahan pengoperasian mesin/peralatan. Agar mesin/peralatan tidak cepat rusak, perlu adanya perawatan berkala, dan untuk menjamin bahwa mesin/peralatan tetap menghasilkan output sesuai standar, perlu dilakukan kalibrasi secara teratur.dengan demikian penggunaan mesin/peralatan dapat efektif dan efesien. 16

17 Kapasitas mesin/peralatan secara tidak langsung ikut menunjang mutu produk yang dihasilkan. Kapasitas berhubungan dengan jumlah dan kemampuan atau efesiensi mesin/peralatan yang digunakan. 4. Pemeriksaan / Pengawasan Pada tahapan tertentu dalam proses produksi perlu dilakukan pemeriksaan / pengawasan terutama pada tahap-tahap yang menjadi critical control point. Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya adalah petugas pengendalian mutu (quality control), alat uji / ukur, metode pengujian dan ketelitian. Petugas-petugas pengendalian mutu yang benar-benar ahli di bidangnya sangat diperlukan agar mutu produk terkendali dengan baik. Guna meningkatkan keahlian tersebut dapat dilakukan pelatihan-pelatihan dalam hal pengendalian mutu, khususnya pengendalian mutu produk susu pasteurisasi. Peralatan uji / ukur yang terpelihara dengan baik ikut menunjang tercapainya mutu produk yang diinginkan. Ketelitian melibatkan faktor manusia dan alat yang digunakan. Agar ketelitian / ketepatan hasil pengukuran dapat dipertahankan, maka perlu dilakukan kalibrasi alat secara berkala. Faktor lain yang termasuk dalam pemeriksaan / pengawasan adalah metode pengujian. Untuk itu diperlukan deskripsi kerja secara tertulis dan jelas mengenai prosedur/metode yang digunakan untuk setiap karakteristik mutu yang diukur.dengan demikian petugas-petugas penendalian mutu dapat bekerja sesuai acuan yang telah ditetapkan. 5. Manajemen Faktor-faktor manajemen meliputi organisasi, kebijakan dan tujuan mutu, pedoman mutu serta dokumentasi. ISO dan UNCTAD / GATT (1993), menyatakan bahwa perusahaan harus mengorganisasikan dirinya, sehingga faktor teknis, administratif dan manusia yang mempengaruhi mutu dapat dikendalikan. Kebijakan mutu adalah keseluruhan maksud dan tujuan perusahaan yang berkaitan dengan mutu, yang secara formal ditetapkan oleh pempinan puncak.sedangkan pedoman mutu mencakup tindakan-tindakan yang harus dilakukan dan system yang harus dikembangkan guna mengendalikan faktorfaktor yang berhubungan dengan mutu. Pedoman tersebut antara lain meliputi 17

18 tujuan mutu yang akan dicapai, prosedur-prosedur khusus dalam instruksi kerja, pengawasan / pengujian mutu serta hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan mutu. Faktor manajemen selanjutnya adalah dokumentasi.pedoman mutu, uraian prosedur, laporan audit mutu dan catatan mutu lainnya harus tertulis dan didokumentasikan secara sistematis.dengan demikian keseluruhan unsur mutu dapat terlihat dan terdefinisikan secara jelas. Analisis Mutu 1. Kadar bahan kering Untuk mengetahui keadaan kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat dan susu pasteurisasi plain yang diproduksi oleh PT. Indomilk, Jakarta dilakukan analisis terhadap kadar bahan kering dengan menggunakan analisis histogram. Distribusi frekuensi kadar bahan kering dapat dilihat pada table: Distribusi frekuensi kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat Distribusi frekuensi kadar bahan kering susu pasteurisasi plain 18

19 Nilai rata-rata bahan kering untuk susu pasteurisasi coklat adalah 19,23% dengan standar deviasi 0,71 dan produk susu pasteurisasi plain diperoleh ratarata kadar bahan kering sebesar 12,52% dengan standar deviasi 0,31. Jika dibandingkan dengan standar perusahaan, maka nilai rata-rata bahan kering produk susu pasteurisasi coklat dan plain berada dalam batas spesifikasi perusahaan. Batas spesifikasi perusahaan untuk kadar bahan kering produk susu pasteurisasi coklat adalah 19,2% - 19,8% dan susu pasteurisasi plain adalah 12,4% - 13,0%. Untuk mengetahui keadaan bahan kering susu pasteurisasi yang diproduksi oleh PT. Indomilk dilakukan analisis terhadap kadar bahan kering dengan menggunakan analisis histogram. Keseluruhan histogram dapat dilihat pada gambar Histogram kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat Histogram kadar bahan kering susu pasteurisasi plain 19

20 Analisis histogram menunjukan adanya disperse nilai-nilai hasil pengukuran yang lebih besar dan lebih kecil dari batas spesifikasi, baik untuk produk susu pasteurisasi coklat maupun plain. Selanjutnya dilakukan evaluasi proses terhadap kemampuan pemenuhan batas spesifikasi dengan menghitung indeks kemampuan proses (CP). Hasil perhitungan indeks kemampuan proses (CP) untuk kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat adalah 0,15 dan susu pasteurisasi plain adalah 0,32. Indeks kemampuan proses menunjukan < 1,00 baik untuk produk susu pasteurisasi coklat maupun plain. Hasil ini menunjukan adanya produkproduk dengan kadar bahan kering di luar batas spesifikasi yang telah ditentukan. Persentase produk yang berada di luar batas spesifikasi untuk susu pasteurisasi coklat sebesar 45% - 67% dan susu pasteurisasi plain sebesar 59% 79%. Hasil ini menunjukan kadar bahan kering produk susu pasteurisasi plain lebih banyak berada di dalam batas spesifikasi dibandingkan kadar bahan kering produk susu pateurisasi coklat. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan koreftif agar mutu produk dapat terkendali dengan keragaman yang minimum. Menurut Walstra dan Jennes (1984), kandungan bahan kering dari susu dan produk-produk susu termasuk susu pasteurisasi menjadi penting karena mempengaruhi mutu produk dan termasuk syarat mutu yang ditetapkan untuk susu pasteurisasi. Pengaruh kadar bahan kering terhadap mutu susu pasteurisasi adalah susu menjadi tidak tahan lama atau mudah rusak jika kadar 20

21 bahan keringnya rendah dan akan terjadi endapan pada dasar susu jika kadar bahan keringnya terlalu tinggi. Adanya produk dengan kadar bahan kering yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapa disebabkan oleh kesalahan formulasi atau perhitungan rasio bahan baku. Misalnya, kekurangan jumlah gula dari yang seharusnya ditambahkan, akan menghasilkan produk dengan kadar bahan kering yang rendah. Penyebab lain dari kadar bahan kering adalah kesalahan dalam menambahkan bahan baku tambahan lainnya, seperti susu bubuk skim, dimana bila susu bubuk skim yang dicampurkan kurang akan menyebabkan kadar bahan kering rendah dan sebaliknya. Kadar bahan kering susu segar juga sangat mempengaruhi kadar bahan kering produk susu akhir, untuk itu kadar bahan kering susu segar harus diketahui, sehingga dapat menyiapkan formulasi yang tepat agar produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi. Akhirnya untuk mendapatkan susu pasteurisasi dengan standar mutu kadar bahan kering sesuai spesifikasi perlu dilakukan pengendalian formulasi, yaitu dengan cara melakukan perhitungan rasio bahan baku secara cermat dan tepat, pengendalian proses dilakukan dengan pengukuran kadar bahan kering secara kontinyu, baik pada tahap penyiapan susu segar, tahap pencampuran susu bubuk skim, tahap penambahan gula dan material lainnya sampai pada tahap akhir proses produksi. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah pengendalian kadar bahan kering susu segar, yaitu dengan meningkatkan standar penerimaan kadar bahan kering dari pemasok. 2. Jumlah mikroba (Total Plate Count) Distribusi frekuensi jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat dan susu pasteurisasi plain yang diproduksi PT. Indomilk, Jakarta dapat dilihat pada tabel. Distribusi frekuensi jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat 21

22 Distribusi frekuensi jumlah mikroba susu pasteurisasi plain Nilai rata-rata jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat adalah 654,7 CFU/ml dengan standar deviasi 1016,3 dan susu pasteurisasi plain adalah 1185,7 CFU/ml dengan standar deviasi 1488,1. Jika dibandingkan dengan standar perusahaan, maka nilai rata-rata jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat dan plain berada dalam batas spesifikasi perusahaan. Batas spesifikasi perusahaan untuk jumlah mikroba kedua jenis susu pasteurisasi adalah CFU/ml. Untuk mengetahui keadaan jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat dan susu pasteurisasi plain yang diproduksi oleh PT. Indomilk dilakukan analisis terhadap jumlah mikroba dengan menggunakan histogram. Histogram selengkapnya dapat dilihat pada gambar. Histogram jumlah mikroba susu pasteurisasi coklat. 22

23 Histogram jumlah mikroba susu pasteurisasi plain 23

24 Analisis histogram menunjukan tidak ada nilai-nilai pengukuran yang berada di luar spesifikasi baik untuk produk susu pasteurisasi coklat maupun plain.sehingga persentase produk yang berada di dalam spesifikasi perusahaan adalah 100%. Susu pasteurisasi yang dipanaskan pada suhu 75ºC selama 15 detik dikenal dengan sistem HTST (high temperature short time), sistem yang umum digunakan di industry pangan, hanya membunuh 90-95% bakteri yang ada dalam susu (Fox dan Cameron, 1989). Menurut Abubakar dan Noor (1995), jumlah kuman susu pasteurisasi dengan pemanasan minimum yang dapat membunuh seluruh mikroorganisme patogen berada diantara CFU/ml. data hasil perhitungan nilai rata-rata produk susu pasteurisasi coklat dan plain berada di bawah angka tersebut. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemanasan yang dilakukan untuk memproduksi produk-produk tersebut lebih dari pemanasan minimum yang diperlukan. Hal ini mengakibatkan zat-zat gizi yang ada dalam susu berkurang dan perubahan rasa susu. Pemanasan yang berlebihan ini mengakibatkan rasa dan keadaan gizi susu pasteurisasi mirip dengan susu sterilisasi. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat mengurangi kandungan lemak dalam susu, karena rusaknya butir-butir lemak susu. Timbulnya flavor masak dan kemungkinan rusaknya lapisan tipis di atas sekitar butir lemak dapat terjadi pada suhu 66 C. i (Purnomo dan Adiono, 1987 dalam Abubakar dan Noor, 1995) 3. Jumlah Koliform Hasil perhitungan jumlah koliform dengan metode hitung cawan menggunakan media VRB yang dilakukan Nando (2001) di PT. Indomilk, Jakarta untuk semua produk susu pasteurisasi coklat dan plain adalah nol/tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa susu pasteurisasi memenuhi standar spesifikasi yang ditetapkan perusahaan dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor 17 Tahun 1983 yang berarti layak dikonsumsi. Ketidakhadiran bakteri koliform pada susu pasteurisasi terjadi karena sifatnya yang tidak tahan panas. Menurut Frazier dan Westhoff (1988), bakteri koliform hanya dapat bertahan sampai suhu C. Sementara itu, susu pasteurisasi ini dihasilkan dengan pemanasan 87 C sehingga melebihi daya tahan bakteri koliform terhadap panas, maka bakteri ini akan mati/musnah. Alasan dari pentingnya memusnahkan bakteri koliform ialah karena perannya 24

25 dalam proses terjadinya kerusakan makanan yakni menggunakan karbohidrat dan bahan organik lain untuk energi dan nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen, kemampuan koliform untuk mensintesa vitamin-vitamin penting dan kemampuan untuk memproduksi gas dan asam dari gula sehingga dapat mengubah rasa makanan. (Frazier dan Westhoff, 1988) Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa sanitasi dalam pengolahan susu pasteurisasi sangat baik. Menurut Hitchins et al. (1992) bakteri koliform merupakan indikator sanitasi dalam pengolahan pangan artinya kehadiran bakteri ini dalam suatu makanan menunjukkan terjadinya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik selama proses pengolahan makanan tersebut. Menurut Buckle et al. (1987), bakteri koliform dapat mengkontaminasi makanan melalui bahan baku, tangan, peralatan produksi. 25

26 BAB IV PENUTUP Kesimpulan Dari hasil analisis diagram sebab-akibat dan histogram menunjukkan bahwa mutu susu pasteurisasi secara umum dipengaruhi oleh faktor bahan baku, metode, mesin atau peralatan, pemeriksaan atau pengawasan dan manajemen; dan secara khusus atau karakteristik mutu produk susu pasteurisasi yang paling utama adalah jumlah mikroba, jumlah koliform dan kadar bahan kering. Dari hasil analisis mutu pada produk susu pasteurisasi didapat bahwa nilai rata-rata kadar bahan kering susu rasa coklat sebesar 19,23% dan rasa plain sebesar 12,52%. Nilai rata-rata kadar bahan kering ini berada dalam batas spesifikasi perusahaan karena nilai rata-rata untuk rasa coklat sebesar 19,2% - 19,8% dan rasa plain adalah 12,4% - 13%. Namun pada hasil perhitungan Indeks Kemampuan Proses (Cp) untuk kadar bahan kering susu pasteurisasi coklat adalah 0,15 dan plain adalah 0,32 dimana nilai menunjukkan < 1,00 sehingga kadar bahan kering kedua produk ini berada diluar batas spesifikasi yang telah ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan korektif agar mutu produk dapat terkendali dengan keragaman yang minimum. Pada hasil analisis jumlah mikroba, nilai rata-rata susu pasteurisasi coklat adalah 654,7 CFU/ml dan rasa plain sebesar 1185,7 CFU/ml sedangkan batas spesifikasi jumlah mikroba kedua jenis susu pasteurisasi sebesar CFU/ml sehingga nilai rata-rata jumlah mikroba susu pasteurisasi berada di dalam batas spesifikasi perusahaan. Namun pada hasil analisis histogram didapat bahwa nilai pengukuranjumlah mikroba yang berada diluar spesifikasi tidak ada artinya persentase produk yang berada di dalam spesifikasi perusahaan sebesar 100%. Hal ini menandakan bahwa produk dikenai pemanasan yang melebihi pemanasan minimum karena nilai rata-rata yang didapat kurang dari 2450 CFU/ml. Jumlah tersebut adalah nilai rata-rata jumlah bakteri yang dikenai sistem HTST sehingga jenis susu ini mendekati susu sterilisasi. 26

27 Untuk analisis mutu jumlah koliform sebesar nol/tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa produk ini layak dikonsumsi karena bakteri koliform merupakan indikator sanitasi dan bakteri ini hanya dapat bertahan sampai suhu 44,5 45 C. 27

28 i

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12 MIKROORGANISME MAKANAN DAN KEMASAN Bahan pangan mempunyai mikroflora spesifik yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2 TEKNOLOGI HASIL TERNAK Kuliah ke 2 METODE PRESERVASI DAGING, SUSU DAN TELUR 1. Penggunaan panas atau PROSES TERMAL (THERMAL PROCESSING) 2. Penurunan suhu atau PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN (COOLING AND FREEZING)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengolah susu mentah sehingga aman dikonsumsi adalah pasteurisasi. Pasteurisasi akan membunuh seluruh mikroorganisme patogen

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-4

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-4 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-4 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair Sebelum membahas produk susu cair akan dijelaskan perlakuan sebelum susu diolah yaitu susu sebagai

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 PASTEURISASI Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 DEFINISI Merupakan perlakuan panas yang bertujuan membunuh mikroba patogen dan pembusuk, serta inaktivasi enzim Proses termal pada produk pangan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,

Lebih terperinci

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril

Homogenisasi, Separasi, Susu Steril PENGOLAHAN SUSU Homogenisasi, Separasi, Susu Steril Materi 10 TATAP MUKA KE-10 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol Edisi 6 Juni Vol 4 2016 Food for Kids I N D O N E S I A SUSU BISA GANTIKAN Makanan Utama? Mitos Minum Susu pada Bumil SUSU BISA PACU TINGGI BADAN? Love Milk Food for Kids I N D O N E S I A DAFTAR ISI Edisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang digunakan dalam pengolahan susu oleh sebagian besar peternak sapi perah adalah proses homogenisasi dan proses pendinginan. Proses homogenisasi adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN: 1. Mikrobia penyebab kerusakan dan mikrobia patogen yang dimatikan. 2. Panas tidak boleh menurunkan nilai gizi / merusak komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan mengandung tinggi protein

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Susu Menurut SNI susu segar adalah susu murni yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Susu Menurut SNI susu segar adalah susu murni yang tidak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Susu Menurut SNI 01-3141-1998 susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu 39 570.90 kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kesempurnaan Susu UHT/Uji Kekeruhan (Aschaffenburg test) Pengujian dilakukan terhadap 30 sampel susu UHT dari Australia dengan merek A sebanyak 15 sampel, dan merek B sebanyak 15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu dan produk olahannya merupakan pangan asal hewan yang kaya akan zat gizi, seperti protein, lemak, laktosa, mineral dan vitamin yang dibutuhkan untuk memenuhi hampir

Lebih terperinci

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair (Lanjutan). Pengaruh Pasteurisasi (pemanasan) terhadap sifat fisik dan kimia susu Pemanasan dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan yang bergizi tinggi, sehat dan aman dapat dihasilkan bukan hanya dari bahan baku yang pada dasarnya bermutu baik, namun juga dari proses pengolahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase MURNI SARI, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. 4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1 2 Merupakan proses thermal yang menggunakan suhu Blansing: perlakuan pendahuluan pada buah dan sayuran Pasteurisasi dan sterilisasi merupakan proses pengawetan pangan 3 Blansing air panas Blansing uap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi yang diperoleh dari hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda, kambing dan unta (Usmiati, 2009). Komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif cukup rendah (umumnya dilakukan pada suhu di bawah 100 o C) dengan tujuan

Lebih terperinci

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Jahe Merah Tanaman jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman rimpang yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) adalah

Lebih terperinci

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI PENGOLAHAN TERMAL I BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI TIM DOSEN PENGAMPU BRAWIJAYA UNIVERSITY 2013 outline 1 PENDAHULUAN 4 STERILISASI 3 PASTEURISASI 2 BLANCHING PENDAHULUAN MERUPAKAN PROSES THERMAL

Lebih terperinci

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor TUGAS AKHIR Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor ( The Influence of Time and Nutrient in The Manufacture

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan produk hewani yang umum dikonsumsi oleh manusia mulai dari anak-anak hingga dewasa karena kandungan nutrisinya yang lengkap. Menurut Codex (1999), susu

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Revenue Rate of Pasteurized Milk Unit of "Warga Mulya" Economic Enterprise Sleman Regency Yogyakarta)

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK PENGOLAHAN SUSU SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK Materi 11 TATAP MUKA KE-11 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Satu diantara berbagai problema yang ada di negara berkembang seperti di

BAB I PENDAHULUAN. Satu diantara berbagai problema yang ada di negara berkembang seperti di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara berbagai problema yang ada di negara berkembang seperti di Indonesia adalah permasalahan tentang gizi masyarakat. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER

PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER PENENTUAN WAKTU TINGGAL OPTIMUM PASTEURISASI SUSU DENGAN PLATE HEAT EXCHANGER Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia - Politeknik Negeri Bandung Jl Gegerkalong Hilir Ciwaruga, Bandung 40012 Telp/fax :

Lebih terperinci

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) Elok Zubaidah *, Joni Kusnadi *, dan Pendik Setiawan ** Staf Pengajar Jur. Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa proses pengolahan susu kambing menjadi yoghurt. Melalui beberapa tahapan yang digambarkan melalui bagan alir dbawah ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang dihasilkan selama periode laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan sistem kekebalan bagi anak yang baru dilahirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Susu 1. Pengertian Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari sekresi ambing sapi sehat, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tahu merupakan makanan yang biasa dikonsumsi bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Asia lainnya. Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengkonsumsi

Lebih terperinci

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar DESKI CITRA DWITANIA DAN IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroba Patogen dan Pembusuk Potensial Identifikasi mikroba target dilakukan dengan mengidentifikasi cemaran mikroba di dalam nata de coco, yaitu dengan melakukan analisis mikrobiologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ultra High Temperature merupakan pemanasan bahan pangan dengan temperatur di antara 135 C hingga 150 C selama 2 5 detik [1]. Proses sterilisasi UHT mampu membunuh spora

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi susu kambing segar Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses respirasi setelah pemanenan. Klimakterik menghasilkan etilen lebih banyak sehingga mempercepat terjadinya

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin

Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin PENGOLAHAN TELUR Pendahuluan, Telur Cair, Telur Asin Materi 8 TATAP MUKA KE-8 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan manusia dapat bersumber dari produk hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein hewani yang dikenal masyarakat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto,

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Susu Susu adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan yang menyusui lainnya, yang dapat diminum atau digunakan sebagai bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar I GUSTI AYU FITRI DIASTARI DAN KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA

VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA VII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN TINGKAT KINERJA 7.1. Analisis Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Penelitian ini menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yang (2008), produk merupakan apapun yang dapat ditawarkan ke pasar yang dapat memuaskan keinginan maupun kebutuhan. Produk dapat dibedakan menjadi dua tipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes HASIL DAN PEMBAHASAN Tiga puluh sampel keju impor jenis Edam diambil sebagai bahan penelitian. Sampel keju impor diambil didasarkan pada frekuensi kedatangan keju di Indonesia, dilakukan di Instalasi Karantina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Percobaan Pembuatan yoghurt dari kacang merah Bahan : Kacang merah = 250 gram Aquadest = 1000 ml Gula pasir = 7,5 gram Susu Skim = 70 gram Jumlah Kultur = Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan Starter Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah bogor meliputi langkah-langkah sebagai berikut, dapat dilihat pada Gambar 1.

Lebih terperinci

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU Mentega dan Es Krim Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-P Formulasi dan Daya Terima Susu Fermentasi yang Ditambahkan Ganyong (Canna edulis. Kerr) sebagai Minuman Sinbiotik Serta Daya Hambatnya Terhadap Pertumbuhan E.coli. Oleh: Babang Yusup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas tentang dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengetahui kecepatan perambatan panas pada proses pasteurisasi pengalengan susu. Dasar-dasar teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang menjadi pusat wisata kuliner di Indonesia yang

Lebih terperinci