Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008"

Transkripsi

1 Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008 Asep Saepudin 1, Rokhmatuloh 1, Tuty Handayani 1 1 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok asep.dede29@yahoo.com Abstrak Tumpahan minyak di perairan telah menimbulkan pencemaran di lingkungan laut maupun di daerah pesisir pantai, sehingga perlu dilakukan penelusuran kejadian tumpahan minyak dapat digunakan untuk mitigasi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dan pergerakan tumpahan minyak di perairan Cilacap, Jawa Tengah tahun 2008, serta hubungannya dengan angin, arus, dan pasang surut. Identifikasi tumpahan minyak dilakukan dengan interpretasi citra Modis surface reflectance dengan melihat penurunan nilai spektral dan diikuti oleh peningkatan nilai fluorescence index. Tumpahan minyak menyebar di sekitar pesisir pantai Teluk Penyu Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala, dengan luas total area yang tercemar sebesar ha. Angin merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap pergerakan minyak dibandingkan dengan arus dan pasang surut. Pergerakan tumpahan minyak menyebar menjauhi lokasi sumber tumpahan dan bergerak searah dengan arah angin menuju ke arah timur. Dari kondisi oseanografis menunjukan bahwa jenis penyebarannya termasuk kedalam jenis difusi gabungan ekspansi dan relokasi. Distribution of Oil Spil in Cilacap Coastal 2008 Abstract The oil spill in the waters has occurred pollution in the marine environment as well as in coastal areas, so needs to do investigation of occurrence oil spill which can use for disaster mitigation. This research is going to describe the distribution and movement of oil spill in Cilacap coastal, Central Java in 2008, and its relation with the wind, currents, and tides. Identification of oil spill conducted by Modis image surface reflectance interpretation by looking at the impairment of spectral and was followed increase in fluorescence index value. Distribution of oil spill spreading around at Teluk Penyu coast of south Cilacap, North Cilacap, Kesugihan, and Adipala, with a total area of ha contaminated. Wind is the dominant factor influencing the movement of oil compared with currents and tides. The movement away from the spreading oil spill and the spill source location moves in the direction of the wind toward the east. Of oceanographic conditions indicate that the type of distribution, including the type of diffusion into the combined expansion and relocation. Keywords : Distribution of Oil Spill, Cilacap Coastal, Modis Image, Fluorescence Index 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kapal tanker serta kegiatan eksplorasi dan produksi minyak di lepas pantai telah menjadikan kawasan-kawasan tertentu di perairan Indonesia salah satu contohnya yaitu

2 perairan Cilacap yang berpotensi terhadap pencemaran tumpahan minyak. Cilacap merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki pelabuhan laut di pantai selatan Pulau Jawa. Sejak peresmian perluasan Kilang Minyak Cilacap tahun 1983 dan kehadiran industri minyak terbesar di Indonesia yaitu PT. Pertamina UP IV Cilacap, secara langsung maupun tidak langsung telah berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Namun demikian keberadaan kilang minyak tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat. Kegiatan di Pelabuhan Cilacap terus meningkat, terutama lalu lintas kapal-kapal tanker. Berbagai jenis minyak baik yang mentah maupun yang telah diolah diangkut dengan menggunakan kapal tanker. Seiring dengan ramainya lalu lintas kapal tersebut, berbagai macam kasus pencemaran akibat tumpahan minyak pernah terjadi di sekitar alur pelayaran. Neff (1976) mengatakan bahwa pengaruh spesifik dari peristiwa tumpahan minyak terhadap lingkungan laut dan pantai tergantung pada jumlah minyak yang tumpah, lokasi kejadian, dan waktu kejadian. Sedangkan menurut Supriharyono (2002), bahwa tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh tumpahan minyak terutama bergantung pada jumlah tumpahan minyak, jenis, dan sifat bahan kimiawi minyak yang tumpah dan kepekaan ekosistem terhadap dampak tumpahan minyak yang ditimbulkan. Kejadian tumpahan minyak di perairan Cilacap terjadi pada tanggal 3 April 2008, peristiwa tersebut terjadi di wilayah kerja pelabuhan khusus pengolahan minyak PT. Pertamina UP IV Cilacap yaitu dermaga II area 70. Tumpahan minyak bersumber dari aktivitas bongkar muat dan pengisian bahan bakar minyak terdapat kebocoran dari venting (lubang udara) pada kapal motor tanker (KMT) Palu Sipat sebesar Kiloliter. Tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap tersebut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pesisir dan secara langsung merusak ekosistem laut. Sistem monitoring dan peringatan dini tumpahan minyak di perairan laut menjadi hal yang perlu dilakukan untuk penentuan tingkat penanggulangan yang diperlukan sehingga dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar dapat dicegah atau diminimalisir. Penggunaan citra MODIS akan mempermudah dalam proses identifikasi kandungan minyak di permukaan laut. Algoritma Fluorescence Index mampu mendeteksi kandungan minyak di perairan (Dessi et al., 2008). Selain itu citra MODIS mempunyai kelebihan untuk memantau tumpahan minyak

3 karena resolusi spasial meter dan resolusi temporalnya juga tinggi, sehingga dapat memberikan informasi spasial dan temporal secara lengkap. 1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Pola Sebaran dan Pergerakan Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Tahun 2008? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap, serta mengetahui pengaruh kondisi fisik oseanografi terhadap pergerakan tumpahan minyak. 1.3 Batasan Masalah Tumpahan minyak adalah kondisi dimana air laut tercemar oleh kandungan minyak yang terjadi akibat bongkar muat industri pengolahan minyak dan sistem transportasi laut dari kecelakaan kapal tanker. Pergerakan tumpahan minyak adalah gambaran arah spasial dari penyebaran tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap. Teori difusi digunakan untuk memberikan informasi penyebaran tumpahan minyak menentukan pola sebaran tumpahan minyak Kondisi fisik laut adalah pengaruh fisik laut yang berperan dalam persebaran dan pembentukan pola tumpahan minyak, seperti arus, angin, dan pasang surut. Angin adalah perpindahan massa udara dari tempat yang memiliki tekanan tinggi menuju tempat yang memiliki tekanan lebih rendah untuk mencapai keseimbangan. Arus adalah gerakan massa air laut horizontal dan vertikal secara terus menerus sampai tercapai keseimbangan (Gross, 1972). Pasang surut adalah proses naik turunnya air laut secara berkala, akibat adanya kombinasi gaya sentrifugal dan gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi (Pariwono, 1989). Pendekatan Fluorscence Index (F) adalah suatu pendekatan yang dijalankan pada citra Modis dengan melihat tumpahan minyak dimana dapat diasumsikan bahwa terdapat anomali dalam nilai reflektan (Fiangas, 1997 dalam Lestari, 2010). Kejadian tumpahan minyak bersumber dari kegiatan bongkar muat kapal tanker yang bersandar di dermaga II area 70 PT. Pertamina UP IV Cilacap pada tanggal 3 April 2008.

4 Citra MODIS yang digunakan adalah citra MODIS surface reflectance 8 harian level Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di pesisir perairan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Secara geografis Kabupaten Cilacap berada pada koordinat 108º º Bujur dan 7º º Lintang Selatan. Secara administratif Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 2011 yang terdiri dari 269 desa dan 15 kelurahan, dengan spesifikasi 11 Kecamatan (72 Desa/Kelurahan) yang memiliki wilayah pesisir di wilayah selatan Jawa Tengah. Tercatat seluas ,729 ha (termasuk Pulau Nusakambangan seluas ha), atau sekitar 6,94 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten yang terletak di pesisir selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan: Bagian Utara : Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan Bagian Selatan : Samudera Hindia Bagian Barat : Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar Bagian : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen 2. Tinjauan Pustaka Minyak mentah (crude oil) adalah campuran kompleks dari hidrokarbon yang memiliki jumlah atom karbon antara 4-26 atom dalam satu molekul, serta membentuk rantai lurus dan rantai cabang (alifatik), rantai siklik (alisiklik), dan rantai aromatik (Clark, 1986). Jumlah komponen hidrokarbon aromatik relatif kecil dan lebih beracun, mudah berubah menjadi gas, dan menguap jika dibandingkan dengan komponen hidrokarbon alifatik dan alisiklik. Secara umum toksisitas minyak mentah meningkat dengan memanjangnya rantai karbon (Mukhtasor, 2007). Hidrokarbon dalam minyak mentah memiliki komposisi senyawa yang berbeda-beda antar sumur minyak yang satu dengan yang lain, tergantung pada sumber penghasil minyak tersebut. Clark (1986) menyatakan untuk memanfaatkan minyak mentah terlebih dulu harus melewati proses penyulingan guna memutuskan ikatan rantai karbon yang berbeda titik didihnya menjadi beberapa fraksi pada minyak mentah. Pencemaran air laut oleh tumpahan minyak menjadi hal serius yang perlu mendapat penanganan khusus. Banyak penyebab mengapa air laut dapat tercemar oleh tumpahan minyak, bukti nyata yaitu adanya kebocoran minyak pada kapal tanker akibat kecelakaan yang menjadi salah satu sumber pencemaran minyak. Penyebaran tumpahan minyak di

5 lingkungan laut dipengaruhi oleh angin dan arus, angin berpengaruh sekitar 3.4% pada sebaran tumpahan minyak. Proses-proses yang terjadi pada tahap awal tumpahan antara lain penyebaran, penguapan, dispersi, emulsifikasi, dan pelarutan. Sementara oksidasi, sedimentasi, dan biodegradasi merupakan proses weathering jangka panjang yang membantu proses penguraian minyak. Menurut Krough (1980) dalam Firdaus (1997), terdapat dua jenis tumpahan minyak berdasarkan kekekalannya (persistent), yaitu tumpahan minyak yang tidak kekal (nonpersistent) dan tumpahan minyak yang kekal (persistent). Tumpahan minyak nonpersistent menyebabkan tumpahan minyak perlahan akan berangsur-angsur menghilang dari permukaan laut akibat adanya proses fisika-kimia, sedangkan tumpahan minyak yang kekal (persistent) akan menyebar secara perlahan sehingga mencemari lingkungan laut. Sementara itu pergerakan tumpahan minyak tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik minyak itu sendiri, tetapi kondisi oseanografi laut juga berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, diantaranya adalah kondisi angin permukaan, arus laut, dan kondisi pasang surut air laut. Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut dipengaruhi oleh angin permukaan. Jika kecepatan angin bertiup lebih besar dari 20 km/jam yang tentu saja terjadi pada laut terbuka, maka penyebaran lapisan minyak ditentukan oleh kondisi angin setempat. Sedangkan Penyebaran lapisan minyak yang berada di permukaan laut sangat dipengaruhi oleh arus permukaan. Jika lapisan minyak dekat dengan daratan dimana kecepatan angin kurang dari 10 km/jam, maka lapisan tersebut 100% menyebar mengikuti arus permukaan. 3. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode kuantitatif, dengan penggunaan data sekunder berupa data Citra MODIS surface reflectance bulan April tahun 2008, 8-harian level 3 dengan resolusi spasial 500 meter yang telah terektifikasi. Data tersebut digunakan untuk memudahkan dalam interpretasi kandungan minyak di lingkungan laut dengan melihat nilai indeks fluorescence dari citra Modis. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari arah dan kecepatan angin, arah dan kecepatan arus, dan pasang surut air laut. Pada penelitian ini digunakan metode analisis spasial dan deskriptif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui arah pergerakan tumpahan minyak yang terjadi pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap dengan melihat faktor-faktor fisik laut yang berpengaruh antara lain arah dan kecepatan angin, arus laut, serta pasang surut air laut. Adapun tahapan yang digunakan untuk menjawab permasalahan adalah sebagai berikut :

6 1) Menganalisis sebaran minyak yang terjadi melalui algoritma fluorescence index pada hasil pengolahan citra MODIS surface reflectance bulan April tahun ) Menganalisis hubungan kondisi fisik lingkungan laut yaitu arus, angin, dan pasang surut di perairan Cilacap dengan sebaran dan pergerakan tumpahan minyak menggunakan metode overlay. 3) Menganalisis pergerakan tumpahan minyak di perairan Cilacap pada bulan April tahun 2008 yang sesuai dengan teori difusi. 4. Hasil Dan Pembahasan Kejadian tumpahan minyak di perairan Cilacap cukup sering terjadi, hal ini dikarenakan kegiatan pelayaran dan aktivitas kapal tanker yang tinggi serta pengaruh beberapa perusahan industri yang menggunakan kapal tanker sebagai sarana transportasi. Peristiwa tumpahan minyak yang terjadi di daerah penelitian yaitu terjadi pada tanggal 3 April Peristiwa tersebut terjadi di wilayah kerja pelabuhan khusus pengolahan minyak PT. Pertamina UP IV Cilacap yaitu dermaga II area 70 dengan titik koordinat 109º1 26,76 BT dan 07º45 14,4 LS. Tumpahan minyak bersumber dari aktivitas bongkar muat dan pengisian bahan bakar minyak terdapat kebocoran dari venting (lubang udara) pada kapal motor tanker (KMT) Palu Sipat, yang memuat minyak bahan bakar untuk keperluan industri. 4.1 Hasil Identifikasi Citra MODIS Penggunaan citra Modis surface reflectance dapat memberikan informasi perbedaan antara darat dan perairan dengan jelas. Wilayah daratan digambarkan dengan rona yang terang, sedangkan untuk wilayah yang digambarkan dengan rona gelap yaitu merupakan wilayah perairan. Penggambaran rona terang di bagian daratan menunjukan pemukiman atau daerah dengan banyak bangunan, karena bangunan memiliki hamburan yang sangat kuat. Selain itu rona terang yang terdapat pada citra Modis menunjukan awan. Citra Modis surface reflectance terdapat tujuh band yang memiliki nilai spektral yang berbeda-beda pada setiap pixelnya. Dengan melihat nilai spektral dari ketujuh band tersebut, citra Modis memiliki kemampuan untuk memastikan terdapatnya kandungan minyak di permukaan laut. Sumber tumpahan minyak berada pada titik koordinat 109º1 26,76 BT dan 07º45 14,4 LS atau pada pixel line Permukaan laut yang bersih pada umumnya memiliki nilai spektral yang konstan dengan nilai berkisar 0, Sedangkan permukaan laut yang terkandung minyak memiliki nilai spektral dari ketujuh band tersebut

7 akan mengalami anomali berupa penurunan nilai spektral hingga mencapai nilai 0,0670 sampai dengan -0, Sebaran Tumpahan Minyak Proses penyebaran tumpahan minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu karakteristik dari minyak itu sendiri yang meliputi perbedaan densitas air dan minyak, serta pengaruh dari kondisi oseanografi yakni gelombang, arus, angin, dan pasang surut. Berdasarkan pengolahan data cita Modis surface reflectance, persebaran tumpahan minyak menyebar disekitar Pantai Teluk Penyu, dengan luas total sebaran tumpahan minyak pada bulan April sebesar ha. Nilai indeks fluorescence yang tinggi menunjukan bahwa terdapat anomali komponen hidrokarbon dan menunjukan adanya kandungan minyak di permukaan air. Hal ini didasarkan oleh adanya penurunan nilai spektral dari ketujuh band citra Modis, yang mana nilai spektral -0,05 sampai dengan 0,02 menunjukan adanya kandungan minyak, 0,02 sampai dengan 0,1 menunjukan tidak terdapat kandungan minyak, dan > 0,1 menunjukan daratan. Gambar 1. Nilai Fluorescence Index Citra MODIS Bulan April (kiri) Tahun 2008 dan Sebaran Tumpahan Minyak Bulan April (kanan) Tahun 2008 (Sumber: Pengolahan data, 2014) Sehingga berdasarkan pengolahan data sekunder pada citra Modis seperti yang terlihat pada gambar diatas, menunjukan hasil dari klasifikasi nilai indeks fluorescence selama bulan April tahun Dengan melihat tiap sampel pixel line dari ketujuh band citra Modis pada masing-masing tanggal, dapat ditentukan pula piksel mana saja yang benar-benar diduga terdapat kandungan minyak di permukaan laut dengan ditandai adanya peningkatan pada nilai indeks fluorescence. Oleh karena itu sebaran tumpahan minyak pada bulan April tahun 2008 ditunjukan pada Gambar.1 (kanan).

8 Analisis citra Modis surface reflectance, tanggal 6 April 2008, dalam keadaan 3 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa teridentifikasi minyak di kawasan Teluk Penyu. Luas sebaran tumpahan minyak pada tanggal 6 April yaitu sebesar 106,5 ha berada di bagian timur dari lokasi sumber tumpahan minyak. Tumpahan minyak teridentifikasi pada pixel line Rona hitam berdasarkan data sekunder berupa nilai spektral dari ketujuh band diatas, ditemukan suatu anomali berupa penurunan nilai spektral, yaitu 0,067 sampai dengan -0,02, disamping itu nilai Indeks Fluorescence mengalami peningkatan yang signifikan mencapai 0,7. Sehingga rona tersebut dapat dinyatakan sebagai tumpahan minyak yang terjadi di perairan Cilacap pada tanggal 6 April Analisis citra Modis surface reflectance tanggal 14 April 2008, yaitu selang 11 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel line 1.856, pixel line 1.847, pixel line 1.851, pixel line 1.850, pixel line terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 611 ha, berada dibagian timur laut hingga bagian timur dari lokasi sumber tumpahan. Sedangkan untuk analisis citra Modis surface reflectance tanggal 22 April 2008, yaitu selang 19 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel line 1.853, pixel line 1.851, pixel line 1.845, dan pixel line terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 383,41 ha, berada dibagian timur laut dari lokasi sumber tumpahan atau disekitar pesisir pantai teluk penyu Kecamatan Cilacap Utara dan Kecamatan Kesugihan. Sementara itu, hasil analisis citra Modis surface reflectance tanggal 30 April 2008, yaitu selang 11 hari setelah terjadinya tumpahan minyak di daerah penelitian, menunjukan bahwa pada pixel line 1.846, pixel line 1.847, dan pixel line 1.848, terdapat suatu rona hitam yang membentuk suatu area dengan luas total sebesar 276,9 ha, berada dibagian timur dari lokasi sumber tumpahan atau didaerah pesisir Pantai Teluk Penyu Kecamatan Adipala. 4.3 Pengaruh Angin Terhadap Tumpahan Minyak Pengaruh angin untuk menggerakkan minyak adalah pada sekitar 2,5% sampai dengan 3,5% dari kecepatan angin. Menurut Wardhana, (2004) dalam Lestari, (2010) mengatakan bahwa lapisan minyak pada umumnya bergerak pada arah yang sama dengan pergerakan angin.

9 Tabel.1 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Gerakan Angin Periode Jarak Migrasi (Km) Arah Migrasi Gerakan Angin Rata- Rata Maksimum Minimum Kecepata n (Knot) Arah (º) 6-14 April ,7 5,57 0,51 Laut - 4,9 174, April ,4 8,17 1,03 Laut - 5,3 156, April ,7 11,77 1,04 Laut - 4,5 176, 1 (Sumber: Analisa Penulis, 2014) Tabel diatas menunjukan bahwa pergerakan tumpahan minyak terdiri dari tiga periode, pertama pergerakan tanggal 6 April 2008 sampai 14 April 2008, kedua pergerakan tanggal 14 April 2008 sampai 22 April 2008, dan terakhir pergerakan tanggal 22 April 2008 sampai 30 April Pembagian periode tersebut dilakukan agar mempermudah dalam menentukan faktor fisik lingkungan laut yang dominan berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, selain itu untuk mengetahui jarak migrasi lapisan minyak dalam satu hari. Gambar 2. Pengaruh Angin terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak (Sumber: Pengolahan data, 2014) Pada periode pertama, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 3,7 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 5,57 Km dan 0,51 Km. Sehingga perharinya minyak bergerak sekitar 0,4 Km dengan kecepatan perharinya 0,54 Knot. Jarak tersebut diperoleh dari perhitungan tiap sample pixel line pada hasil pengolahan data citra Modis. Kecepatan angin pada bulan April 2008 terbagi atas kecepatan rendah berkisar 1 4 Knot, sedang berkisar 4 8 Knot, dan tinggi berkisar 8 12 Knot. Pada periode pertama kecepatan rata-rata angin terhadap pergerakan minyak berada pada kecepatan angin

10 sedang yaitu sebesar 4,9 Knot dengan arah rata-rata menuju ke selatan (174,8 º ). Sehingga kecepatan angin harian yaitu sebesar 0,5 Knot dengan arah harian sebesar 19,4º. Pergerakan angin bergerak menuju timur laut dari sumber tumpahan, yang kemudian dibelokan ke arah timur karena adanya pengaruh angin yang bergerak di sekitar pulau Nusakambangan di bagian selatan, sehingga minyak cenderung mengikuti arah angin yaitu bergerak ke timur. Periode kedua, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 4,4 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 8,17 Km dan 1,03 Km. Pada periode ini minyak mulai menyebar luas menjauh dari tumpahan minyak periode pertama dengan pergerakan minyak perhari sejauh 0,48 Km pada kecepatan 0,58 Knot. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kecepatan angin rata-rata sebesar 5,3 Knot dengan arah pergerakan angin rata-rata menuju ke tenggara (156,1º). Sehingga dengan adanya peningkatan kecepatan angin, pergerakan minyak semakin bertambah luasnya. Sehingga pada tanggal 14 April 2008 minyak bergerak mendekati pesisir karena pengaruh angin yang bergerak ke arah utara hingga timur laut. Pada periode ketiga, jarak migrasi atau perpindahan rata-rata lapisan minyak sebesar 5,7 Km, sedangkan jarak maksimum dan minimum masing-masing sebesar 11,77 Km dan 1,04 Km. Pada periode ini pergerakan minyak mencapai jarak terjauh dari periode sebelumnya dengan pergerakan minyak perhari sejauh 0,63 Km pada kecepatan 0,5 Knot, dan mengalami penurunan luas area yang tercemar seperti yang terlihat pada tumpahan minyak tanggal 22 April 2008 dan tanggal 30 April Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu lapisan minyak bergerak menuju pantai dan mengendap karena arah angin bergerak menuju ke utara mendekati pesisir panati, serta pengaruh angin yang bergerak menuju ke samudera. 4.4 Pengaruh Arus Terhadap Tumpahan Minyak Pada bulan April tahun 2008 arus bergerak ke arah tenggara dengan variasi kecepatan yang rendah, masa air bergerak tenang dengan kecepatan berkisar antara 2 10 m/detik di sebagian besar perairan pesisir Cilacap dan bergerak semakin cepat dengan kecepatan seragam m/detik. Arah arus permukaan berdasarkan data sekunder menunjukan bahwa arus bergerak dominan menuju ke selatan hingga barat daya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap sedang terjadi musim barat.

11 Kecepatan arus pada tiap periode mempunyai nilai cukup tinggi. Pada periode 6 April 2008 sampai 14 April 2008 kecepatan rata-rata arus mencapai 17,6 m/detik dengan arah terbanyak menuju ke tenggara (121º). Pada periode ini pengaruh arus dapat menggerakan minyak perharinya yaitu 0,41 km dengan kecepatan perhari 1,95 m/detik. Arah arus bergerak disekitar pantai dengan kecepetan rendah dan adanya pengaruh pulau Nusakambangan di selatan Cilacap, sehingga arus sebagian bergerak menuju ke utara sampai timur akibat terjadinya pembelokan. Pada periode 14 April 2008 sampai 22 April 2008 kecepatan rata-rata arus terus bertambah dan mencapai nilai maksimum mencapai 25,6 m/detik dengan arah terbanyak menuju ke selatan (172,6º). Pada periode ini pergerakan minyak perhari mencapai 0,48 Km dengan kecepatan perhari 0,58 m/detik, sehingga area yang tercemar oleh minyak semakin meluas. Tabel.2 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Gerakan Arus Periode Jarak Migrasi (Km) Arah Gerakan Arus Rata- Rata Maksimum Minimum Migrasi Kecepatan (m/d) Arah ( o ) ,7 5,57 0,51 Laut 17,6 121 April ,4 8,17 1,03 Laut 25,6 172,6 April April ,7 11,77 1,04 Laut 23,5 144,4 (Sumber: Analisa Penulis, 2014) Gambar 3. Pengaruh Arus terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak (Sumber: Pengolahan data, 2014)

12 Sedangkan pada periode 22 April 2008 sampai 30 April 2008 lapisan minyak mencapai jarak terjauh yaitu mencapai 11,77 Km. Kecepatan arus rata-rata pada periode ini sebesar 23,5 m/detik, dan terjadi penurunan dibanding dengan kecepatan arus periode kedua yang mencapai kecepatan maksimum dengan arah terbanyak menuju ke tenggara (144,4º). Pergerakan lapisan minyak bergerak semakin menjauh dikarenakan jarak migrasi atau perpindahan pada periode ini mencapai jarak terjauh, dengan jarak perharinya sebesar 0,63 dengan kecepatan arus perhari sebesar 0,5 m/detik. 4.5 Pengaruh Pasang Surut Terhadap Tumpahan Minyak Perairan Cilacap memiliki pola pasang surut campuran dominasi ganda dimana dalam satu hari dapat terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pada tipe pasang surut campuran dominasi ganda, lokasi yang terdapat bahan pencemar akan menyebar apabila tidak segera dilakukan clean up, karena bahan pencemar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa hilang di perairan. Tinggi muka air laut pada saat pasang tertinggi mencapai 0.86 meter di atas permukaan laut. Sedangkan tinggi muka air laut pada saat surut terendah mencapai 0.75 meter di bawah Mean Sea Level (MSL). Tabel.3 Periode Pergerakan Minyak, Jarak dan Arah Migrasi, serta Pasang Surut Periode Jarak Migrasi (Km) Arah Migrasi Pasang Rata- Maksimum Minimum Surut Rata (m) 6-14 April 3,7 5,57 0,51 Laut - 1, April 4,4 8,17 1,03 Laut - 1, April ,7 11,77 1,04 Laut - 2,1 (Sumber: Analisa Penulis, 2014) Tabel diatas menunjukan bahwa kondisi pasang surut pada bulan April tahun 2008 di perairan Cilacap mencapai dua meter. Pada periode 6 April 2008 sampai 14 April 2008 dan periode 14 April 2008 sampai 22 April 2008 memiliki pasang surut sebesar 1,9 meter. Sedangkan pada periode 22 April 2008 sampai 30 April 2008 memiliki pasang surut sebesar 2,1 meter. Pada rentang tanggal 14 April 2008 sampai tanggal 30 April 2008, terjadi peningkatan nilai pasang surut, dalam hal ini terjadi pasang surut tertinggi. Keadaan ini dipengaruhi oleh adanya kondisi bulan sedang mengalami bulan purnama yang terjadi sekitar tanggal 15 menurut penanggalan kalender (masehi). Oleh karena itu pada tanggal 14 April 2008 dan tanggal 22

13 April 2008 tumpahan minyak memiliki luas yang tinggi karena proses penyebaran yang dipengaruhi oleh kondisi air laut yang mengalami pasang surut tinggi. Gambar 4. Pengaruh Pasang Surut terhadap Pergerakan Tumpahan Minyak (Sumber: Pengolahan data, 2014) 4.5 Pola Sebaran Tumpahan Minyak di Perairan Cilacap Distribusi sebaran tumpahan minyak berdasarkan hasil identifikasi citra Modis surface reflectance menunjukan bahwa luas permukaan laut yang tertutup lapisan minyak terjadi selama bulan April, dengan luas yang tertutup minyak tertinggi yaitu terjadi pada tanggal 14 April 2008 atau 11 hari setelah peristiwa tumpahan minyak terjadi. Pergerakan minyak bergerak menuju ke arah pesisir pantai dan terus bergerak menjauh dari sumber tumpahan minyak. Pengaruh angin cukup kuat dalam proses pergerakan tumpahan minyak, karena minyak terus bergerak dominan ke arah timur searah dengan arah pergerakan angin Gambar 5. Pergerakan Tumpahan Minyak Bulan April (kiri) Tahun 2008 dan Daerah Blok Tumpahan Minyak (kanan) (Sumber: Pengolahan data, 2014)

14 Berdasarkan hasil pengolahan data citra Modis surface reflectance selama bulan April dengan rentang waktu 8 harian, menunjukan bahwa area sebaran tumpahan minyak terbagi menjadi empat blok dengan luas total ha. Tumpahan minyak pada blok 1 yaitu tanggal 6 April 2008 memiliki luas area sebesar 106,5 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Selatan, tumpahan minyak pada blok 2 yaitu tanggal 14 April 2008 memiliki luas area sebesar 611 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Selatan, tumpahan minyak pada blok 3 yaitu tanggal 22 April 2008 memiliki luas area sebesar 383,41 ha di pesisir pantai Kecamatan Cilacap Utara dan Kecamatan Kesugihan, tumpahan minyak pada blok 4 yaitu tanggal 30 April 2008 memiliki luas area sebesar 276,9 ha di pesisir pantai Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala. Pergerakan tumpahan minyak dari tanggal 6 April 2008 sampai dengan 30 April 2008 mengalami pergerakan lebih jauh dibandingkan dengan tumpahan minyak dari tanggal 6 April 2008 sampai dengan 14 April Hal ini disebabkan karena massa jenis minyak yang bertambah berat akibat minyak berada lebih lama di atas permukaan laut dan mengalami proses fisika dan kimia. Selain itu juga karena adanya pengaruh kondisi fisik laut yang terjadi, yaitu arah arus dan angin yang bergerak berlawanan. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan jenis difusi yang diungkapkan Bintarto (1991), sebaran dan pergerakan minyak pada bulan April tahun 2008 merupakan jenis tipe difusi gabungan antara difusi ekspansi dan difusi relokasi. 5. Kesimpulan Citra Modis dapat membedakan antara daratan dan perairan. Disamping itu penggunaan algoritma fluorescence index dapat mengidentifikasi adanya kandungan minyak di perairan Cilacap. Tumpahan minyak menyebar di sekitar pesisir pantai Teluk Penyu Kecamatan Cilacap Selatan, Kecamatan Cilacap Utara, Kecamatan Kesugihan dan Kecamatan Adipala, dengan luas total area yang tercemar sebesar ha. Pola pergerakan tumpahan minyak menyebar menjauh dari sumber tumpahan dan bergerak mengikuti arah angin menuju ke arah timur dengan jarak migrasi per hari mencapai 0,4 Kilometer dengan kecepatan per hari mencapai 0,54 Knot. Dibandingkan kondisi arus dan pasang surut, angin merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap pergerakan tumpahan minyak, walaupun kondisi arus dan pasang surut cukup tinggi. Dari kondisi oseanografis menunjukan bahwa jenis penyebarannya termasuk kedalam jenis difusi gabungan ekspansi dan relokasi.

15 Daftar Referensi [1] Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES): Jakarta [2] Bioshop, Paul L Marine Pollution and It s Control. New York, Mc Graw Hill Book Co [3] F. Dessi, et all Modis Data Processing For Coastal And Marine Environment Monitoring : A Study On Anomaly Detection And Evolution. University of Cagliari, Italy [4] Firdaus Pemodelan dan simulasi komputer pola arus dan trayektori tumpahan minyak di Perairan Cilacap dengan metode beda hingga eksplisit. Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi: Tidak dipublikasikan) [5] Lestari, Shierly Pergerakan tumpahan minyak di perairan pesisir Indramayu Jawa Barat tahun Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. (Skripsi: Tidak dipublikasikan) [6] Mukhtasor Pencemaran pesisir dan laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta [7] Neff, J.M Effect of Petroleum on Survival Respiration and Growth of Marine Animals. American Institute of Biologycal Science. Washington DC. 25 p [8] Safitri, Rizka Model Sebaran Tumpahan Minyak di Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi: Tidak dipublikasikan) [9] Supriharyono Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta [10] Yananto, A., Khakhim, N., Iswari, N.H Kajian Algoritma Pengolahan Citra Aqua/ Terra Modis untuk Identifikasi dan Monitoring Tumpahan Minyak (oil spill) di Laut Timor Tahun 2009

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Tumpahan Minyak Dari Citra Modis Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12 dan 9 dengan resolusi citra resolusi 1km. Composite RGB ini digunakan

Lebih terperinci

Oleh: Rizka Safitrii C KELAUTAN

Oleh: Rizka Safitrii C KELAUTAN MODEL SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN PELABUHAN TANJUNG INTAN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh: Rizka Safitrii C64104026 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Verifikasi Hasil Pemodelan 4.1.1. Verifikasi Angin 4.1.1.1. Musim Barat Kecepatan angin masukan model memiliki nilai maksimum pada bulan Februari 2007 sebesar 4.2 meter/detik

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbandingan Hasil Pemodelan dengan Data Lapang 4.1.1 Angin Angin pada bulan September 2008 terdiri dari dua jenis data yaitu data angin dari ECMWF sebagai masukan model dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daerah Kajian Daerah yang akan dikaji dalam penelitian adalah perairan Jawa bagian selatan yang ditetapkan berada di antara 6,5º 12º LS dan 102º 114,5º BT, seperti dapat

Lebih terperinci

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT 77 VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT Abstrak Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai

Lebih terperinci

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H PENGANTAR OCEANOGRAFI Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H21114307 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar 2014 Kondisi Pasang Surut di Makassar Kota

Lebih terperinci

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 R. Bambang Adhitya Nugraha 1, Heron Surbakti 2 1 Pusat Riset Teknologi Kelautan-Badan (PRTK), Badan Riset Kelautan

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 429-437 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya

Lebih terperinci

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS Irfan A. Silalahi 1, Ratna Suwendiyanti 2 dan Noir P. Poerba 3 1 Komunitas Instrumentasi dan Survey

Lebih terperinci

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk keanekaragaman sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Sebagian besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan di Kabupaten Bekasi yang terletak pada posisi 06 0 00 06 0 05 lintang selatan dan 106 0 57-107 0 02 bujur timur. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Angin Di perairan barat Sumatera, khususnya pada daerah sekitar 2, o LS hampir sepanjang tahun kecepatan angin bulanan rata-rata terlihat lemah dan berada pada kisaran,76 4,1

Lebih terperinci

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Laut Timor berada di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Laut Timor berada di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Oseanografi Laut Timor Laut Timor berada di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan berbatasan langsung dengan perairan Australia. Selain itu terdapat beberapa pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Daerah yang menjadi objek dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pesisir Kecamatan Muara Gembong yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Posisi geografisnya

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN : PRISMA FISIKA, Vol. II, No. (24), Hal. - 5 ISSN : 2337-824 Kajian Elevasi Muka Air Laut Di Selat Karimata Pada Tahun Kejadian El Nino Dan Dipole Mode Positif Pracellya Antomy ), Muh. Ishak Jumarang ),

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang proses interpretasi salah satu citra NOAA untuk mengetahui informasi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Verifikasi Model Visualisasi Klimatologi Suhu Permukaan Laut (SPL) model SODA versi 2.1.6 diambil dari lapisan permukaan (Z=1) dengan kedalaman 0,5 meter (Lampiran 1). Begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) sampai saat ini masih merupakan sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi, dan rumah tangga.

Lebih terperinci

PEMODELAN SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA

PEMODELAN SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA PEMODELAN SEBARAN TUMPAHAN MINYAK DI ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA Khomsin 1 and Muhammad Maulana Ardi 2 1,2 Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail:

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas Perencanaan Dermaga Data Lingkungan : 1. Data Topografi 2. Data Pasut 3. Data Batimetri 4. Data Kapal

Lebih terperinci

KAJIAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA AQUA/ TERRA MODIS UNTUK IDENTIFIKASI DAN MONITORING TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI LAUT TIMOR TAHUN 2009.

KAJIAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA AQUA/ TERRA MODIS UNTUK IDENTIFIKASI DAN MONITORING TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI LAUT TIMOR TAHUN 2009. KAJIAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA AQUA/ TERRA MODIS UNTUK IDENTIFIKASI DAN MONITORING TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI LAUT TIMOR TAHUN 2009 Ardila Yananto Ardi.geo@gmail.com Nurul Khakhim Nurulkhakhim@ugm.ac.id

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

LAPORAN TIM PENANGANAN

LAPORAN TIM PENANGANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TIM PENANGANAN KEJADIAN TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI PERAIRAN TELUK BALIKPAPAN KOTA BALIKPAPAN DAN KABUPATEN PENAJAM PASIR UTARA,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Total Data Sebaran Klorofil-a citra SeaWiFS Total data sebaran klorofil-a pada lokasi pertama, kedua, dan ketiga hasil perekaman citra SeaWiFS selama 46 minggu. Jumlah data

Lebih terperinci

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi G186 Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi Muhammad Didi Darmawan, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN

ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN ANALISIS DISTRIBUSI ARUS PERMUKAAN LAUT DI TELUK BONE PADA TAHUN 2006-2010 Yosik Norman 1, Nasrul Ihsan 2, dan Muhammad Arsyad 2 1 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Makassar e-mail: yosikbrebes@gmail.com

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pantai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pantai adalah daerah tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah, sedangkan pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat

Lebih terperinci

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,

Lebih terperinci

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di :

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman Online di : JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 218-226 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose ANALISIS POLA SEBARAN TUMPAHAN MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) DENGAN PENDEKATAN MODEL

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi

Lebih terperinci

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis

Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 166-170 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Semarang Menggunakan Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang antara 95 o BT 141 o BT dan 6 o LU 11 o LS (Bakosurtanal, 2007) dengan luas wilayah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendugaan Parameter Input 4.1.1. Pendugaan Albedo Albedo merupakan rasio antara radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang. Namun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

Oleh:Andi Dwi Saputro Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

Oleh:Andi Dwi Saputro Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta. KAJIAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL TAHUN 2002 DAN 2013 DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN PURWOREJO STUDY OF CHANGES IN THE COASTLINE WITH MULTI TEMPORAL LANDSAT IMAGE

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah perairan laut Selat Rupat yang merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya

Lebih terperinci

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit Mifta Nur Rohmah 1), Dr. Ir. Muhammad Taufik 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Bab 3 3 Kondisi Fisik Lokasi Studi Sebelum pemodelan dilakukan, diperlukan data-data rinci mengenai kondisi fisik dari lokasi yang akan dimodelkan. Ketersediaan dan keakuratan data fisik yang digunakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN PASANG SURUT DAN ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN LAMONGAN

KAJIAN PASANG SURUT DAN ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN LAMONGAN KAJIAN PASANG SURUT DAN ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN LAMONGAN Engki A. Kisnarti Staf Pengajar Program Studi Oseanografi Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah andriuht@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI Transpor sedimen pada bagian ini dipelajari dengan menggunakan model transpor sedimen tersuspensi dua dimensi horizontal. Dimana sedimen yang dimodelkan pada penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA Robiatul Udkhiyah 1), Gerry Kristian 2), Chaidir Arsyan Adlan 3) 1,2,3) Program

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa G174 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 44-50 ISSN 0126-6265 Vol 39 No.1 44 Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2011, hlm 44-50 ISSN 0126-6265 Vol 39 No.1 PEMETAAN KEDALAMAN DAN POLA ARUS PASANG

Lebih terperinci

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 277-283 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan Indramayu Citra pada tanggal 26 Juni 2005 yang ditampilkan pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa distribusi SPL berkisar antara 23,10-29

Lebih terperinci

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com)

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com) Arus Geostropik Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah gerak partikel akan sejajar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penutupan Lahan Tahun 2003 2008 4.1.1 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan yang dilakukan pada penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penutupan/penggunaan

Lebih terperinci

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU Tjaturahono Budi Sanjoto Mahasiswa Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Kecamatan Muara Gembong merupakan daerah pesisir di Kabupaten Bekasi yang berada pada zona 48 M (5 0 59 12,8 LS ; 107 0 02 43,36 BT), dikelilingi oleh perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknik Citra Digital atau Digital Image Processing merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai teknik-teknik dalam mengolah citra. Citra yang dimaksud disini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Uji Sensitifitas Sensitifitas parameter diuji dengan melakukan pemodelan pada domain C selama rentang waktu 3 hari dan menggunakan 3 titik sampel di pesisir. (Tabel 4.1 dan

Lebih terperinci

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Nurin Hidayati 1, Hery Setiawan Purnawali 2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang Email: nurin_hiday@ub.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA Astrolabe Sian Prasetya 1, Bangun Muljo Sukojo 2, dan Hepi Hapsari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 2, NOVEMBER 2009: 157-162 KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Martono Bidang Pemodelan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1 BAB I PENDAHULUAN Pantai merupakan suatu sistem yang sangat dinamis dimana morfologi pantai berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu baik secara lateral maupun vertikal yang dapat dilihat dari proses akresi

Lebih terperinci

VARIABILITY NET PRIMERY PRODUCTIVITY IN INDIAN OCEAN THE WESTERN PART OF SUMATRA

VARIABILITY NET PRIMERY PRODUCTIVITY IN INDIAN OCEAN THE WESTERN PART OF SUMATRA 1 VARIABILITY NET PRIMERY PRODUCTIVITY IN INDIAN OCEAN THE WESTERN PART OF SUMATRA Nina Miranda Amelia 1), T.Ersti Yulika Sari 2) and Usman 2) Email: nmirandaamelia@gmail.com ABSTRACT Remote sensing method

Lebih terperinci

Kondisi arus permukaan di perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian

Kondisi arus permukaan di perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 98-102, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kondisi arus permukaan di perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian Surface current conditions in coastal waters:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Lampulo merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami sejumlah perkembangan fisik yang berarti. Kolam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan

Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan ISSN : 2089-3507 Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan Rizkiyah, Denny Nugroho S, Purwanto Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.

Lebih terperinci

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM :

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM : Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai ARUS LAUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 Modul 3. Arus TUJUAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH Totok Gunawan dkk Balitbang Prov. Jateng bekerjasama dengan Fakultas Gegrafi UGM Jl. Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN

Lebih terperinci