BAB I PENDAHULUAN. Paragraf di atas sedikit banyak menggambarkan keadaan. wanita di Jepang pada masa feodal, sebelum Restorasi Meeji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Paragraf di atas sedikit banyak menggambarkan keadaan. wanita di Jepang pada masa feodal, sebelum Restorasi Meeji"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang This is a satire on the peculiar custom among the well-to-do Japanese woman who, according to the dictates of the fashion of the time, shaved off their eyebrows and blackened their teeth. They did this when they reached marriageable age and continued the practice till death. 1 Paragraf di atas sedikit banyak menggambarkan keadaan wanita di Jepang pada masa feodal, sebelum Restorasi Meeji bergulir (1868). Di mana pada masa itu, wanita seakan hanya belajar bagaimana mempercantik diri dan bersiap menjadi seorang istri yang patuh. Gambaran wanita yang demikian tidak jauh berbeda dengan wanita di Indonesia, khususnya pada masyarakat Jawa pada masa sebelum Kemerdekaan. Konsep bagaimana seorang wanita dalam budaya Jepang dan Jawa memiliki banyak persamaan, di mana seorang wanita dituntut menjadi seorang sosok istri dan ibu yang mampu mendidik anak-anaknya. Hanya saja, pendidikan bukanlah milik wanita dalam budaya tersebut. Tidak semua wanita mendapatkan pendidikan yang layak. 1 Fukuzawa Yukichi. Katawa Musume dalam Fukuzawa Yukichi Zenshuu, vol. 3 (1872) via Fukuzawa Yukichi on Japanese Women, Selected Works yang diterjemahkan dan diedit oleh Eiichi Kiyooka, (Tokyo: University of Tokyo Press, 1988), hlm. 3. 1

2 2 Di Jepang, pada masa Edo ( ) hingga masa Meeji ( ), hanya wanita dari golongan bangsawan dan golongan samurai kelas atas yang mampu memperoleh pendidikan yang layak. Itupun hanya sampai jenjang pendidikan dasar. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, khususnya pada wanita Jawa. Dari masa kolonial Belanda hingga setelah Kemerdekaan pun, pendidikan bagi wanita Jawa masih dianggap sebagai sesuatu yang penting, terutama bagi masyarakat golongan bawah. Permasalahan mengenai pendidikan wanita tersebut kemudian memunculkan tokoh-tokoh pendidikan, baik di Jepang maupun di Jawa. Salah satunya adalah Fukuzawa Yukichi di Jepang dan Ki Hajar Dewantara di Indonesia. Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara merupakan dua orang tokoh yang berjasa dalam bidang pendidikan modern. Fukuzawa Yukichi merupakan seorang tokoh yang berhasil mendirikan Keio Gijuku (Universitas Keio) di Jepang. Di Indonesia, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan yang mengenalkan pendidikan kerakyatan dengan mendirikan Perguruan Tamansiswa. Secara umum, baik di Jepang hanya ditujukan untuk kaum laki-laki. Pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa 2 dibedakan 2 Shogun berarti Panglima Tertinggi dalam ekspedisi pengusiran bangsa Barbar atau sebutan untuk pemimpin

3 3 pada kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Di mana dalam budaya feodal Jepang, samurai menempati kelas tertinggi. Kelas samurai tersebut mampu mendapatkan pendidikan di sebuah institusi pendidikan yang mengajarkan pendidikan Cina klasik berupa ajaran Konfusianisme, literatur Cina, dan sejarah Cina. Lalu terdapat sekolah terakoya (pusat pembelajaran) yang umumnya diselenggarakan di dalam kawasan kuil, di mana masyarakat umum dapat belajar di tempat itu. Namun, pembelajaran di terakoya berbeda dengan pembelajaran yang diterima oleh kelas samurai, di mana dalam pendidikannya diutamakan pada bacatulis serta kemampuan praktis. 3 Selain itu, adanya politik sakoku 4 pemerintahan militer. Gelar ini dianugerahkan oleh Kaisar sejak masa Kamakura ( ) hingga masa Edo. Kekuasaan Shogun Tokugawa (lebih dikenal sebagai masa Edo) berlangsung pada tahun , di mana kekuasaan tersebut diturunkan secara turun-menurun di dalam klan Tokugawa. 3 Institute for International Cooperation Japan International Cooperation Agency. The History of Japan s Educational Development, What implications can be drawn for developing countries today, (diunduh dan diakses dari ri.jica.go.jp/ific_and_jbici- Studies/english/publications/reports/study/topical/educational/i ndex.html, pada tanggal 8 Februari 2015 pukul 10.30, hlm. 13). 4 Sakoku merupakan politik isolasi yang diterapkan pemerintah Shogun Tokugawa sejak yang melarang bangsa asing melakukan perdagangan ataupun membuka hubungan dengan Jepang. Pada masa itu, pemerintah Tokugawa hanya mengijinkan Belanda (VOC) yang hanya diberikan ruang yang cukup kecil, yakni di pulau Dejima, sebuah pulau kecil di wilayah Nagasaki. Kedatangan empat kapal perang Amerika yang

4 4 pada masa itu mengakibatkan adanya larangan dari muncul dan berkembangnya ide-ide pemikiran maupun pendidikan Barat di Jepang. Fukuzawa Yukichi berasal dari sebuah keluarga samurai kelas bawah di Nakatsu han, Kyushu. Langkahnya untuk dapat mencicipi pendidikan Barat dimulai saat ia meninggalkan kampung halaman menuju Nagasaki lalu menuju Osaka untuk belajar bahasa Belanda. Pada tahun 1858, Fukuzawa Yukichi mendapat perintah dari klannya untuk pergi ke Edo (sekarang Tokyo) untuk mengajarkan bahasa Belanda pada para pegawai di kantor Edo. 5 Bisa dikatakan, itu adalah kali pertama bagi Fukuzawa Yukichi menjadi seorang pengajar. Dari karir awalnya tersebut, Fukuzawa Yukichi mulai menuliskan pemikirannya ke dalam tulisan, tidak hanya mengenai pendidikan namun juga tentang masalah sosial dan politik. Hingga kumpulan tulisannya tentang pendidikan yang berjudul Gakumon dikomandani oleh M.C. Perry di teluk Uraga pada tanggal 3 Juli 1853 berhasil meruntuhkan sistem isolasi tersebut. Kala itu, M.C. Perry membawa surat dari Presiden Millard Fillmore yang mendesak pemerintah Jepang segera membuka pelabuhannya dan menawarkan kerjasama perdagangan. 5 Kazuyoshi Nakayama dalam Eiichi Kiyooka, Fukuzawa Yukichi on Education, Selected Works, (Jepang: University of Tokyo Press, 1985), hlm. viii.

5 5 no Susume diterbitkan pada tahun Selain itu, Fukuzawa Yukichi juga menghasilkan banyak tulisan yang fenomenal dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemerintahan Jepang pada masa itu. Sebelum wafat pun ia masih sempat menuliskan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan yang tidak kalah fenomenal dengan Gakumon no Susume, termasuk karya berjudul Onnadaigaku Hyooron; Shin Onnadaigaku yang membahas mengenai pendidikan wanita (1899). Di Indonesia, masuknya bangsa Eropa, terutama Kolonial Belanda di Nusantara memberikan pengaruh yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Munculnya kebijakan politik Etis pada 1907 berdampak pada pengadaan sekolah-sekolah bumiputera, dan hal itu memberikan peluang bagi rakyat untuk mendapatkan pendidikan. Hanya saja, murid-murid tidak mendapatkan pelajaran sejarah Indonesia di sekolah-sekolah bentukan Kolonial Belanda tersebut, dan lebih menekankan pada bahasa Belanda. Tujuan dari pemerintah Kolonial Belanda adalah mendidik muridmurid bumiputera menjadi seorang pegawai dengan menanamkan 6 Edisi pertama dari buku Gakumon no Susume yang ditulis mulai tahun 1872 hingga 1876 telah terjual kopi (Yukichi Fukuzawa. An Encouragement of Learning (Judul asli: Gakumon no Susume [penerjemah: David A. Dilworth dan Umeyo Hirano]), Jepang: Sophia Univ., 1969, hlm. xi.), dan hingga saat ini buku ini masih terus diterbitkan dengan edisi terbaru. Untuk mengatasi kesulitan membaca karena edisi asli dari buku tersebut yang menggunakan bahasa Jepang ejaan lama, telah banyak ilmuwan yang menerjemahkannya tanpa mengubah isi.

6 6 budaya Barat, sehingga mereka sangat menghindari sistem pengajaran yang bersifat kebangsaan. 7 Selain itu, pemerintah Kolonial Belanda juga membedakan pendidikan bagi masyarakat golongan bawah dengan pendidikan untuk golongan atas. Sosok Ki Hajar Dewantara mulai tampil dengan mendirikan sebuah sekolah rakyat yang diberi nama Taman Siswa pada Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat yang merupakan cucu dari Paku Alam III yang dilahirkan di Yogyakarta. Ia pernah mengenyam pendidikan di STOVIA School tot opleiding van Indische Artsen di Batavia. 8 Hanya saja ia tidak menyelesaikan pendidikannya itu. Setelah sempat bekerja di pabrik gula, ia kemudian tertarik pada dunia jurnalistik. Hingga akhirnya terjun ke kancah politik dengan bergabung di organisasi Boedi Oetomo, Sarekat Islam, kemudian mendirikan Indishe Partij bersama dua orang tokoh nasionalis lainnya. Dobrakannya terhadap sikap pemerintah Kolonial Belanda pada saat itu adalah ketika ia menuliskan sebuah risalah (Vlugschrift) yang menyindir pemerintah saat itu yang berjudul 7 Leo Agung S. dan T. Suparman, Sejarah Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm H.A.H. Harahap dan B.S. Dewantara, Ki Hajar Dewantara DKK, Ditangkap Dipenjarakan dan Diasingkan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1980), hlm. 3.

7 7 Seandainya saya seorang Belanda (Als ik eens Nederlands was ). 9 Hingga menyebabkan ia dipenjara oleh pemerintah Kolonial Belanda. Selama masa pengasingan di negeri Belanda, Suwardi banyak mencurahkan waktunya untuk mengajar, dan pada saat itulah kesadaran untuk mengajar di dunia pendidikan menjadi lebih besar. Minatnya untuk menyalurkan pemikirannya dalam bentuk tulisan pun tidak berkurang sejak masa sebelum pengasingan. Bersama dengan istrinya, Suwardi juga mendirikan sekolah keputrian untuk pendidikan wanita di Yogyakarta. Pemikiran yang dimiliki oleh Fukuzawa Yukichi maupun Ki Hajar Dewantara memang berada pada rentang waktu, budaya, dan negara yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama mampu membawa perubahan yang cukup besar bagi bangsa mereka. Mengingat hubungan sejarah antara Indonesia dan Jepang yang tidak bisa dipisahkan begitu saja, kajian mengenai pemikiran kedua tokoh di atas dalam bidang pendidikan sangat penting untuk dikaji lebih mendalam. Terutama mengenai pemikiran kedua tokoh dalam hal konsep pendidikan wanita. Walaupun mereka lahir di dalam periode yang berbeda, dan bangsa yang berbeda. Mengingat kedua latar belakang kedua tokoh yang samasama hidup pada masa peralihan kekuasaan pada rentang periode 9 Abdurrachman Suryomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1989), hlm. 57.

8 8 yang berbeda, penelitian tentang pemikiran kedua tokoh tidak pada pembahasan paralelisme periodisasi, melainkan pada paralelisme perkembangan gagasan. Hingga sejauh ini, masih sangat jarang kajian-kajian ilmiah yang membahas mengenai pemikiran kedua tokoh mengenai konsep pendidikan wanita. Kajian-kajian ilmiah yang selama ini ditulis bisa hanya sebatas konsep-konsep pendidikan secara umum yang dimiliki oleh kedua tokoh, kontribusi mereka dalam dunia pendidikan dan kebangkitan bangsa, juga mengenai ide-ide mengenai keutamaan seorang pengajar. Sehingga, kajian mengenai pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara mengenai konsep pendidikan wanita masih memiliki ruang untuk dikaji lebih mendalam. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Pokok permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pemikiran Fukuzawa Yukichi di Jepang dan pemikiran Ki Hajar Dewantara di Indonesia tentang konsep pendidikan wanita. Pada masa di mana kedua tokoh tersebut hidup, pendidikan wanita dirasa masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan pendidikan yang diterima oleh kaum lakilaki.

9 9 Dari permasalahan pokok di atas muncul pertanyaanpertanyaan berikut ini. Pertama, mengenai latar belakang dari pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara. Perbedaan ruang, rentang waktu, dan tempat tentu saja akan mempengaruhi pola pemikiran seseorang, terutama dalam hal ini adanya perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia, khususnya di Jawa. Selain itu, bagaimana seseorang dibentuk oleh lingkungannya, terutama keluarga dan pendidikan sejak kecil akan menjadi salah satu penentu pola pemikiran seseorang. Dalam hal ini kemudian timbul pertanyaan utama, yakni bagaimana latar belakang dari pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara, terutama tentang konsep pendidikan wanita? Kedua, tingkat pendidikan masyarakat di Jepang pada rentang memiliki perubahan yang cukup besar, bahkan pada masa Meeji. Begitu pula dengan di Jawa pada tingkat pendidikan yang diterima oleh masyarakat tentunya cukup berbeda. Terlebih masyarakat di Jepang pada masa itu terkotak-kotak dalam strata masyarakat yang memiliki tingkatan pendidikan yang berbeda. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Untuk itu muncul pertanyaan, apakah dan sejauh mana perubahan yang terjadi pada masyarakat dan kebijakan pemerintah, terutama yang berkaitan dengan konsep pendidikan untuk wanita setelah Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar

10 10 Dewantara menyebarkan pemikiran mereka melalui tulisan dan sekolah yang mereka rancang? Ketiga, baik Fukuzawa Yukichi maupun Ki Hajar Dewantara masing-masing telah menulis banyak karya buah pemikirannya. Dalam hal ini tulisan kedua tokoh tersebut tentang pendidikan, yakni Fukuzawa Yukichi dengan buku Gakumon no Susume dan Onnadaigaku Hyouron; Shin Onnadaigaku; dan Ki Hajar Dewantara dengan Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan. Untuk itu muncul pertanyaan, apa saja perbedaan maupun persamaan dari pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara tentang konsep pendidikan wanita yang tertuang dalam karya-karya mereka? Penelitian ini mengambil perspektif dari sejarah pemikiran, yakni pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara. Karena kedua tokoh hidup di rentang masa yang berbeda, maka penelitian ini mengambil rentang waktu yang berbeda untuk masing-masing tokoh, di mana pada penelitian tentang Fukuzawa Yukichi akan lebih fokus pada masa Bakumatsu 10 hingga masa Meeji ( ). Rentang waktu ini dipilih sebagai batasan 10 Masa Bakumatsu merupakan salah satu periodesasi sejarah Jepang yang mengacu pada masa menjelang akhir dari pemerintahan Shogun Tokugawa (lebih dikenal sebagai masa Edo, ) antara tahun 1857 dan 1867, di mana masa ini dimulai sejak runtuhnya politik isolasi (sakoku) pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa. Masa Meeji berlangsung pada 1868 hingga 1912.

11 11 dengan pertimbangan bahwa masa tersebut dinilai sebagai masa transisi pemerintahan, yakni perpindahan kepemimpinan dari Shogun kepada Kaisar yang diwakili oleh Perdana Menteri. Restorasi Meeji juga dianggap sebagai masa di mana modernitas Jepang dimulai. Kemudian penelitian tentang Ki Hajar Dewantara akan lebih difokuskan pada tahun Rentang waktu ini dipilih dengan alasan bahwa masa Pergerakan Nasional dinilai sebagai tonggak kebangkitan, di mana pada masa ini golongan intelektual mulai menunjukkan eksistensinya bahkan pada masa setelah masa Kemerdekaan. Selain itu, rentang waktu ini juga dipilih sebagai pembanding mengenai pendidikan pada masa Kolonial menjelang Kemerdekaan hingga setelahnya, di mana pada masa tersebut pula modernitas Indonesia dimulai. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Ada tiga tujuan penelitian ini. Pertama, untuk mengetahui latar belakang yang membingkai pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara tentang konsep pendidikan wanita. Kedua, untuk mengetahui pengaruh pemikiran Fukuzawa Yukichi di Jepang dan Ki Hajar Dewantara di Indonesia pada bidang pendidikan untuk wanita pada masa itu. Ketiga, untuk mengetahui perbedaan pemikiran yang tertuang dalam karya

12 12 Fukuzawa Yukichi, Onna Daigaku Hyooron; Shin Onna Daigaku, dan Ki Hajar Dewantara, Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian I Pendidikan mengenai konsep pendidikan wanita. Mengingat kajian sejarah tentang perbandingan pemikiran antara tokoh intelektual Indonesia dengan tokoh intelektual asing masih belum mendapatkan tempat dalam historiografi Indonesia, maka penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengisi kekurangan itu dengan menyajikan perbandingan pemikiran Fukuzawa Yukichi di Jepang dan Ki Hajar Dewantara di Indonesia dalam hal konsep pendidikan wanita. Hingga saat ini, penelitian mengenai sejarah Jepang dan Indonesia hanya terpaku pada masalah yang terkait penjajahan Jepang di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk penelitian yang akan datang mengenai sejarah Jepang dan Indonesia, terlepas dari sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Hingga saat ini, masih sedikit kajian ilmiah yang secara langsung membahas dan membandingkan pemikiran Fukuzawa Yukichi dengan Ki Hajar Dewantara. Di antara kajian-kajian ilmiah berupa skripsi maupun tesis hingga saat ini hanya membahas pemikiran tokoh-tokoh tersebut secara terpisah. Di antara kajian-kajian ilmiah tersebut adalah:

13 13 1. Sebuah skripsi yang ditulis oleh Wahyu Bekti Utami yang berjudul Moral Education Concept of Fukuzawa Yukichi and Its Relevance to Islamic Education (2012). Secara sekilas disebutkan bahwa Fukuzawa Yukichi memiliki kesamaan dengan Ki Hajar Dewantara dalam kontribusinya terhadap konsep pendidikan. Namun, dalam karya ini, Wahyu Bekti Utami tidak membandingkan pemikiran ataupun konsep pendidikan antara Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara. Wahyu Bekti Utami lebih memfokuskan penelitiannya pada konsep pendidikan moral dari Fukuzawa Yukichi di Jepang, serta konsep-konsep moral dari Fukuzawa Yukichi yang berkaitan dengan pola pendidikan Islam. 11 Dalam skripsinya, Wahyu Bekti Utami merumuskan dua hal, yakni (1) apakah konsep pendidikan moral dari Fukuzawa Yukichi; (2) bagaimana relevansi dari konsep pendidikan moral dari Fukuzawa Yukichi dengan pendidikan Islam sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan dari degradasi moral di Indonesia. Dalam penelitiannya, ia menjabarkan biografi Fukuzawa Yukichi, konsep pendidikan moral menurut Fukuzawa Yukichi, kemudian analisa dari konsep pendidikan moral dari Fukuzawa Yukichi 11 Wahyu Bekti Utami. Moral Education Concept of Fukuzawa Yukichi and Its Relevance to Islamic Education, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, skripsi, (Diakses: df pada 5 April 2014)

14 14 dengan pendidikan Islam. Hasil dari penelitiannya tersebut, ia menyimpulkan bahwa nilai-nilai konsep pendidikan moral Fukuzawa Yukichi yang relevan dengan pendidikan Islam terbagi atas lima hal utama, yakni kejujuran, kasih sayang, ketaatan, patriotisme, perilaku baik atau sopan. Kesimpulan dari penelitian tersebut, ia menyebutkan bahwa hal tersebut sangat relevan dengan pendidikan Islam saat ini, karena pada saat Fukuzawa Yukichi menghadapi modernisasi Barat, dan mengingat hal itu ia tidak ingin kaum muda terjerumus pada kebudayaan Barat dan selalu mengingat tentang pendidikan moral. Indonesia saat ini juga dirasa menghadapi modernisasi yang sama seperti Jepang pada saat. Karena itulah pendidikan Islam, terutama mengenai moral dirasa sangat penting Sebuah tesis yang ditulis oleh Rukiyati yang berjudul Konsep Pendidikan Menurut Fukuzawa Yukichi ( ) (1999). Di mana dalam penelitiannya, Rukiyati merumuskan dua hal, yakni: (1) apakah hakikat dan prinsip-prinsip pendidikan menurut Fukuzawa Yukichi; dan (2) bagaimana relevansi antara pendidikan dan peradaban menurut Fukuzawa Yukichi. Kemudian dari penelitiannya tersebut, Rukiyati menyimpulkan bahwa dipandang dari sudut filsafat, pemikiran Fukuzawa Yukichi merupakan perpaduan antara pemikiran Barat masa Pencerahan dan 12 Ibid.

15 15 pemikiran filsafat Konfusianisme. Selain itu, keterjalinan konsep yang dikemukakan Fukuzawa Yukichi untuk memperbaiki masyarakat dan memajukan bangsa Jepang bertitik tolak dari konsep persamaan manusia. Dalam kesimpulannya, Rukiyati juga menyebutkan bahwa beberapa konsep Fukuzawa Yukichi tentang pendidikan mempunyai relevansi dengan konsep Pancasila, yakni persamaan dan hak-hak asasi manusia, peradaban, nasionalisme dan demokrasi, utamanya dalam hal pendidikan Sebuah tesis yang ditulis oleh Runi Hariantati yang berjudul Konsep Kemerdekaan Diri Dalam Pendidikan Demokratis Menurut Ki Hajar Dewantara (2002). Di dalam kajiannya ini, Runi merumuskan penelitiannya ke dalam tiga pertanyaan, yakni: (1) apakah makna kemerdekaan diri; (2) apakah batas kemerdekaan diri dalam proses pendidikan; dan (3) bagaimana peranan kemerdekaan diri dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis. Kemudian ia menyimpulkan hasil penelitiannya ke dalam delapan kesimpulan, yang beberapa di antaranya adalah: bahwa kemerdekaan diri sebagai dasar dan tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai melalui satu jalan yaitu alam perguruan saja, tetapi ketiga pusat pendidikan lainnya, keluarga dan masyarakat harus berhubungan serapat-rapatnya secara harmonis dan 13 Rukiyati. Konsep Pendidikan Menurut Fukuzawa Yukichi ( ), Universitas Gadjah Mada, tesis (tidak dipublikasikan), 1999.

16 16 dinamis. Konsep Ki Hajar Dewantara dan sistem pendidikan Taman Siswa yang berwawasan kebangsaan, kebudayaan dan kemajuan masih bertahan hingga saat ini, misalnya saja ajaran among yang dilambangkan dengan semboyan Tut Wuri Handayani. 14 Selain kajian-kajian ilmiah di atas, terdapat beberapa kajian yang membahas mengenai pemikiran Fukuzawa Yukichi dengan Ki Hajar Dewantara yang dipublikasikan dalam bentuk blog. Hingga saat ini, peneliti telah menemukan delapan artikel yang dipublikasikan dalam bentuk blog yang membandingkan kedua tokoh secara langsung ataupun dalam artikel yang terpisah. Di antara kedelapan artikel tersebut, yakni artikel berjudul Ki Hajar Dewantara dan Fukuzawa Yukichi, Tokoh Pemrakarsa Pendidikan Modern di Indonesia dan Jepang 15. Pada bagian awal blog tersebut menyebutkan latar belakang pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Fukuzawa Yukichi, kemudian menjabarkan prestasi kedua tokoh di negara masing-masing, termasuk peranan keduanya di dalam 14 Runi Handayani. Konsep Kemerdekaan Diri Dalam Pendidikan Demokratis Menurut Ki Hajar Dewantara, Universitas Gadjah Mada, tesis (tidak dipublikasikan), Ditulis oleh administrator blog: (diakses pada 4 April 2014)

17 17 kemajuan pendidikan. Hanya saja, blogsite tersebut masih kurang menggali dan menjabarkan pemikiran kedua tokoh tersebut. Hampir sama seperti blog di atas, pada website yang mengambil judul artikel Pelopor Pendidikan 16, penulis menjabarkan prestasi Ki Hajar Dewantara dan Fukuzawa Yukichi dalam bidang pendidikan. Di dalam website ini, penulis hanya terkesan mengenalkan kepada pembaca bahwa Jepang juga memiliki seorang tokoh dalam bidang pendidikan yang serupa dengan Ki Hajar Dewantara. Kemudian dalam blog yang mengambil judul artikel Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan Fukuzawa Yukichi 17, penulis menjabarkan bagaimana konsep pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dan Fukuzawa Yukichi secara singkat namun memberikan gambaran yang jelas mengenai konsep pendidikan kedua tokoh. Dalam artikelnya, penulis lebih menyoroti mengenai pentingnya pendidikan dalam perkembangan teknologi yang semakin maju. Penulis artikel sekaligus memaparkan gambaran cara pandang masyarakat Jepang terhadap pendidikan pada saat 16 Ditulis oleh administrator website milik lembaga pendidikan dan kebudayaan Jepang di Indonesia (Japan Foundation): (diakses pada 4 April 2014) 17 Ditulis oleh administrator website: (diakses pada 4 April 2014)

18 18 ini. Hanya saja, penulis artikel kurang menyoroti lebih mendalam mengenai latar belakang, hasil karya, dan pemikiran kedua tokoh. Dalam sebuah academic paper yang kemudian diunggah ke dalam blog yang berjudul Konsep Pendidikan Indonesia, UNESCO, dan Jepang, dengan jelas menjabarkan kajiannya ke dalam empat permasalahan utama, yakni mengenai konsep pendidikan yang dimiliki oleh Ki Hajar Dewantara, Fukuzawa Yukichi, dan UNESCO. Kemudian membandingkan konsep-konsep pendidikan di antara ketiganya, dan menyimpulkan pentingnya Indonesia mencontoh konsep-konsep pendidikan tersebut dan menerapkannya. 18 Berdasarkan karya-karya di atas, dapat dikatakan bahwa studi ilmiah mengenai perbandingan pemikiran antara Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara masih sangat langka, terutama yang mengambil tema mengenai pemikiran kedua tokoh tentang konsep pendidikan wanita. Terlebih, karya-karya ilmiah berupa buku maupun jurnal yang selama ini lebih banyak menyoroti salah satu tokoh saja. Oleh karena itu, tesis ini mencoba untuk mengkaji dan membandingkan pemikiran-pemikiran Fukuzawa Yukichi di Jepang dan Ki Hajar Dewantara di Indonesia dalam hal konsep pendidikan wanita. 18 Ditulis oleh Ani Marisah dalam (diakses pada 4 April 2014)

19 19 E. Kerangka Konseptual Penelitian ini menggunakan perspektif sejarah pemikiran. Bertolak dari konsep tersebut, penulis ingin menelusuri faktor intelektual yang dimiliki Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan wanita di Jepang dan Jawa. Roland N. Stromberg menyatakan bahwa sejarah pemikiran adalah terjemahan dari history of thought, history of ideas, atau intellectual study. Dalam penjabarannya, sejarah pemikiran dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang peran dari ide-ide dalam peristiwa dan proses sejarah. 19 Kajian tentang sejarah pemikiran erat kaitannya dengan latar belakang keluarga dan pendidikan yang dimiliki oleh seorang tokoh. Tugas sejarah pemikiran adalah membicarakan pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, melihat konteks pemikiran tersebut muncul tumbuh dan berkembang, serta melihat pengaruh pemikiran tersebut pada masyarakat bawah. 20 Penelitian ini berusaha menjawab ketiga tugas dari sejarah pemikiran tersebut dengan melihat genealogi pemikiran tokoh yang dimaksud dalam kurun waktu yang terentang dan lebih jauh 19 Roland N. Stromberg via Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2003), hlm Ibid., hlm. 191.

20 20 lagi bagaimana ide tersebut berpengaruh pada masyarakat sekitarnya. Sejalan dengan pendapat Robert F. Berkhofer, karena berhubungan dengan manusia maka faktor yang harus diperhatikan adalah pada manifestasi bukti masa lalu dan perilaku lain yang menyimbolkan ide dan pribadi tokoh hingga memunculkan tindakan. Hasil-hasil dokumentasi adalah bukti fisik sebagai hasil perilaku eksternal, namun belum menunjukkan ide atau manifestasi perilaku nyata dari tokoh atau pelaku. Bukti dokumentasi memungkinkan sejarawan mengungkap sisi subyektif pelaku, dan sebagai obyek fisik diharapkan mampu mendeskripsikan banyak hal seputar peran dari pelaku di kehidupan lalu. Diperlukan kemampuan menjelajahi lagi hipotesis implisit atau eksplisit untuk menemukan perilaku aktual manusia. Analisis bukti pada satu sisi bergantung pada teori perilaku sebagai interpretasi dari aktifitas behavioral. Sejarawan harus menggunakan teori "relationship" atau hubungan timbal balik agar dapat ditemukan hubungannya, dan selanjutnya agar bisa dijelaskan keterkaitan antara aspek internal seperti maksud (intention) dan motivasi dengan aktifitas behavioral eksternal Robert. F. Berkhofer, Jr. A Behaviorak Approach to Historical Analysis. (New York: A free Press Paperback, 1969), hlm 18.

21 21 Ketika semakin sedikit bukti yang ditemukan tentang sebuah masa, menjadi sebuah kewajiban bagi sejarawan untuk menggunakan teori tentang manusia dan hubungannya dengan lingkungan fisik serta sosial untuk menghasilkan rekonstruksi sejarah masa itu. Berkhofer menjabarkan dua langkah analisis untuk menghasilkan apa yang dinamakan "sejarah", yaitu analisis bukti untuk menghasilkan fakta, dan sintesis fakta-fakta tersebut hingga menjadi wujud tertulis (written history). Langkah analisis tersebut dapat dihubungkan dengan konsep dan teori mengenai perilaku manusia dan masyarakat yang bersifat timbal-balik. Teori perilaku manusia sangat berguna pada tiap tahapan penulisan sejarah. Pendekatan ini menggabungkan sejumlah faktor yang memperngaruhi perilaku manusia dalam sebuah tatanan analisis, misalnya idiosinkratik, rasional, kultural, sosial, psikologi, motivasi bawah sadar (unconscious motivation), conscious intention, dan lingkungan biologis serta fisik, serta menempatkan faktorfaktor tersebut dalam hubungannya dengan tindakan nyata sebagai individu, sebagai organisme yang mampu berpikir, berperasaan, beraksi dan bereaksi. 22 Sejarah pemikiran berusaha memetakan input pengetahuan dan pengalaman yang diolah oleh seorang tokoh dan bagaimana hasil pengolahan tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk 22 Ibid., hlm. 33.

22 22 pemikiran dan kebijakan. Penelitian ini ingin mendudukkan Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara sesuai dengan jiwa zamannya. Model sejarah pemikiran yang dipakai tersebut untuk memperkaya kajian historis sehingga tidak hanya mendeskripsikan mengenai sebuah kronologi, namun lebih mengkaji sebuah pola sosial yang terbentuk pada akhir abad 19 dan awal adab 20 yang berasal dari sebuah pemikiran. Penelitian ini mengupas lebih dalam mengenai pemikiran-pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara terutama bagaimana pendidikan yang didapatnya, serta bagaimana perubahan pemikiran yang dialaminya. dalam penelitian ini, sebuah kesadaran yang diaplikasikan dalam kebijakan2 pemerintahannya. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah wanita, pencerahan, dan pendidikan. Sejarah wanita menjadi salah satu topik yang menarik untuk diangkat, di mana kedua tokoh mengangkat tema mengenai wanita meskipun bukanlah seorang tokoh feminis. Konsep pencerahan sesuai dengan hasil terjemahan buku Fukuzawa Yukichi, yakni Gakumon no Susume yang dalam bahasa Inggris memakai kata enlightenment, apa sebenarnya yang dimaksud dengan pencerahan itu? Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pencerahan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mencerahkan. Tidak hanya Fukuzawa Yukichi yang menyiratkan kata tersebut di dalam karya tulisnya,

23 23 Ki Hajar Dewantara juga disebut sebagai tokoh pencerah dunia pendidikan di Indonesia. Kata ini memiliki sebuah fiksi bahwa sebelumnya keadaan sesuatu itu gelap hingga tiba sesuatu yang membawa kecerahan itu. Selain itu, kata pendidikan sebagai konsep penting. Menilik kedua tokoh tersebut merupakan tokoh pendidikan yang cukup terkenal di negara masing-masing. Fukuzawa Yukichi dengan konsep pendidikan yang diterapkannya di dalam sekolah yang kemudian didirikannya, begitu pula dengan Ki Hajar Dewantara dengan sekolah Tamansiswanya. Melalui kata kunci pendidikan tersebut, kita akan menemukan konsep modernitas yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Penelitian tentang pemikiran kedua tokoh tidak pada pembahasan paralelisme periodisasi, melainkan pada paralelisme perkembangan gagasan. F. Metode dan Sumber Penelitian Langkah heuristik penelitian ini adalah menelusuri sumbersumber kepustakaan primer dan sekunder. Untuk karya-karya Fukuzawa Yukichi, peneliti lebih banyak menggunakan koleksi pribadi, yakni buku-buku karya Fukuzawa Yukichi. Kemudian untuk melacak karya-karya Ki Hajar Dewantara, Museum Dewantara Kirti Griya menjadi lokasi utama penemuan sumber.

24 24 Perpustakaan universitas dan fakultas juga menjadi lokasi pencarian. Sumber-sumber yang terkumpul, baik berupa buku, jurnal, mau arsip akan diperiksa data-datanya melalui tahap kritik. Kemudian mengklasifikasikan dan mengelompokkan sumbersumber tersebut sesuai dengan urutan sejarah yang terjadi pada masa itu dan melakukan tahapan menginterpretasikan data-data tersebut. Penulis lalu melakukan analisis dari bahan yang telah terkumpul sesuai dengan topik penelitian yang diangkat, membuat deskripsi, dan menyajikannya secara utuh dalam bentuk karya tulis. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan dibagi dalam lima bab. Bab I sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode dan sumber penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menggambarkan secara umum mengenai kondisi sosial dan politik di Jepang pada masa Bakumatsu (1857) hingga akhir masa Meeji (1912), dan di Indonesia, khususnya di Jawa pada masa Pergerakan Nasional (1908) hingga setelah masa Kemerdekaan Indonesia (1955).

25 25 Bab III akan menjabarkan mengenai kedudukan wanita dan pendidikan wanita pada masa tersebut. Bab ini dirasa penting sebagai landasan untuk mengetahui bagaimana fondasi dasar pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara pada masanya. Bab IV akan lebih berpusat pada Fukuzawa Yukichi, di mana permasalahan pokok akan mulai dibahas dengan menjelaskan tentang latar belakang, serta biografi singkat Fukuzawa Yukichi dari masa kecil hingga dewasa. Bab ini akan menjabarkan latar belakang keluarga serta pendidikan Fukuzawa Yukichi beserta dengan tokoh-tokoh intelektual yang mempengaruhi pemikirannya, khususnya dalam bidang pendidikan untuk wanita. Akan dijabarkan pula mengenai buah pikirannya dalam Gakumon no Susume, Onnadaigaku Hyouron; Shin Onnadaigaku, dan beberapa karya lainnya yang cukup berpengaruh pada masa itu, terutama yang berhubungan erat dengan pendidikan wanita. Bab V akan berpusat pada Ki Hajar Dewantara, dengan menjabarkan latar belakang serta biografi singkat mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Selain itu juga akan menjabarkan latar belakang keluarga dan pendidikan dari seorang Ki Hajar Dewantara, termasuk pada saat ia berada di dalam pengasingan. Bab ini juga akan mengupas buah karya Ki Hajar Dewantara, terutama bukunya yang berjudul Karya Ki Hadjar Dewantara

26 26 Bagian I Pendidikan, termasuk juga karya tulis lainnya yang mendukung pemikirannya mengenai pendidikan wanita. Bab VI merupakan jawaban dari pertanyaan dan permasalahan yang diajukan pada penulisan tesis ini. Kesimpulan yang dihasilkan dalam bab ini adalah berupa analisis dari perbandingan pemikiran Fukuzawa Yukichi dan Ki Hajar Dewantara, termasuk bentuk-bentuk perubahan yang terjadi di masyarakat pada masa itu.

BAB VI KESIMPULAN. Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari. perubahan sosial politik, baik di Jepang ( ) dan di Jawa

BAB VI KESIMPULAN. Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari. perubahan sosial politik, baik di Jepang ( ) dan di Jawa BAB VI KESIMPULAN Proses modernisasi menjadi salah satu pemicu dari perubahan sosial politik, baik di Jepang (1957-1912) dan di Jawa (1908-1955). Perubahan sosial politik tersebut kemudian berhasil mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 5 Ringkasan Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih dikenal dengan politik

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan berfikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung Shimabara, Kyushu. Sebagian besar pelaku dari gerakan ini adalah para petani dan ronin (samurai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ketika Komodor Matthew Perry berhasil memaksa Jepang keluar dari masa isolasi, menyebabkan munculnya kegelisahan dan kekacauan di dalam negeri. Ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman Edo tepatnya pada tahun 1633, shogun Tokugawa Iemitsu mengeluarkan kebijakan untuk mentutup atau mengisolasi total seluruh Jepang dari semua hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan November 1867, Tokugawa Yoshinobu mengembalikan pemerintahan kepada kaisar ( tenno ). Ini berarti jatuhnya bakufu yang sampai saat itu dikuasai oleh keluarga

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Jepang,jika dilihat dari segi geografis, merupakan salah satu negeri yang berdekatan dengan China. Tak jarang kebudayaan yang dipahami oleh masyarakat Jepang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya organisasi-organisasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TYAS UNINGASRI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user

SKRIPSI. Oleh : TYAS UNINGASRI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user ANALISIS PERANAN SEMANGAT BUSHIDO DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh : TYAS UNINGASRI K4410061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi yang berjudul Masyarakat Jepang Pasca Perang Dunia II (Tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk

BAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan seorang misionaris asal Portugis bernama Fransiskus Xaverius di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk agama Kristen dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA SAKINA MAWARDAH

GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA SAKINA MAWARDAH GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA SAKINA MAWARDAH PAHAM-PAHAM YANG MENDASARI MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL NASIONALISME Perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya, timbul karena adanya kesamaan sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam periode tersebut, terjadi perubahan sosial yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan Tokugawa di Edo

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penulisan sejarah (historiografi) merupakan fase atau langkah yang penting dari beberapa fase yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terinci mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE BAB I PENDAHULUAN Dalam bab Pendahuluan ini penulis akan menguraikan secara garis besar mengapa judul KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE 1927-1959 ini menarik dan perlu untuk diangkat serta dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih tetap ada sampai sekarang ini. Wanita Jepang memiliki citra sebagai seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah-masalah ekonomi dan politik yang dihadapi setelah pendudukan Jepang dan revolusi sangatlah besar, harapan-harapan yang ditimbulkan oleh revolusi tidaklah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. negara/negeri matahari terbit. Nama ini disebut dalam korespondensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Menyoroti kembali mengenai Perang Dunia II yang terjadi selama kurun waktu 1939-1945, hal tersebut mengingatkan kita mengenai sebuah peristiwa pembunuhan

Lebih terperinci