BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan tentang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan tentang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan tentang fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pengelolaan keuangan daerah merupakan fokus penting dalam strategi pemberdayaan pemerintah daerah terlebih dalam proses desentralisasi yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab yang mana pemerintah juga dituntut untuk transparan dan akuntabel dalam upaya mewujudkan tujuan pemerintah daerah yang bersih, sehingga konsep tata kelola pemerintahan yang baik benar dapat terwujud. Reformasi pengelolaan pemerintah daerah merupakan bagian rangkaian reformasi birokrasi yang ditandai dengan lahirnya Manajemen Publik yang Baru (New Public Management/NPM), dipandang sebagai sarana peningkatan kinerja pemerintah menjadi lebih baik melalui pelaksanaan yang tepat, terukur dan termonitor serta fokus utama pada pencapaian kinerja, efektivitas dan akuntabilitas publik (Hood,1991). Salah satu wujud pertanggungjawaban kinerja atas keberhasilan/kegagalan terhadap penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat, pemerintah 1

2 menggunakan sebuah instrumen yaitu Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) guna memenuhi kewajiban pertanggungjawaban yang terdiri dari kesatuan berbagai komponen dimulai dari proses perencanaan strategik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, implementasi kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi kinerja. DiMaggio dan Powell (1983) menyatakan birokrasi dan perubahan sebuah organisasi terbentuk merupakan hasil dari suatu proses yang mana satu unit dalam organisasi didorong menjadi lebih mirip satu dengan unit yang lain dalam menghadapi kondisi lingkungan yang sama tanpa harus membuat mereka menjadi lebih efisien, hal itulah yang dinamakan isomorfisma (isomorphism). Dalam praktiknya yang sering terjadi dalam pemerintahan adalah kecenderungan pada tekanan mimetik yaitu meniru orang/organisasi lain yang dirasa telah berhasil, seperti PEMDA suatu daerah meniru daerah lain yang berhasil maju. BPKAD sebagai suatu organisasi publik, dalam melakukan segala tugas dan kewajiban pengelolaan keuangan dalam pencapaian kinerja, memperoleh tekanan institusional akibat tekanan dari luar. Papua sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang berhak memperoleh status Otonomi Khusus selain Nanggro Aceh Darusalam dan Papua Barat. Undang-undang No.21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi dasar pemberian status otonomi khusus bagi Provinsi Papua. Tujuan dana otonomi khusus tersebut adalah untuk mensejahterakan dan memajukan rakyat Papua. Dalam tahun 2011, 2012, 2013 laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Provinsi Papua sangat tidak memuaskan yaitu tidak dapat memberikan pendapat. 2

3 Serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja oleh KEMENPAN-RB atas LAKIP pada tahun mendapatkan penilaian dengan kategori C yang mana perlu banyak dilakukan perbaikan, termasuk perubahan yang sangat mendasar. Hasil Keputusan Mentri Dalam Negeri RI Nomor Tahun 2013 tentang Penentuan Peringkat Dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Secara Nasional, menyatakan pemerintah Papua mendapat peringkat ke 29 dengan status sedang. Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Provinsi Papua (BPKAD) sebagai instansi pemerintah daerah sesuai dengan perannya membantu Kepala Daerah untuk penyelenggaraan pemerintah dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah, berkewajiban mempertanggungjawabkan dan melaporkan keseluruhan kinerja sesuai dengan sistem pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja. Dengan sistem pelaporan kinerja dan sistem pengukuran kinerja yang baik akan memotivasi instansi untuk meningkatkan kinerjanya, dan membantu mengkomunikasikan kepada publik tentang tingkat penyelesaian yang berhasil dicapai oleh unit kerja organisasi dan perbandingan kinerja dengan unit kerja organisasi yang serupa lainnya. (Bastian,2006:303) BPKAD Papua dari hasil evaluasi LAKIP tahun mendapatkan nilai C dengan banyak kekurangan dan harus dilakukan perbaikan. BPKAD dalam melakukan proses pengukuran kinerja, proses pengembangan terhadap indikator kinerja hingga proses pelaporan kinerja lebih untuk memenuhi persyaratan peraturan pusat daripada untuk membuat organisasi mereka untuk menjadi lebih efektif dan 3

4 efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas formalitas dan serimonial rutin melakukan pelaporan kinerja tahunan. Fenomena tersebut yang menjadikan peneliti melakukan penelitian penilaian kinerja pada BPKAD Papua dengan mencoba melihat apakah sistem pengukuran dan pelaporan kinerja sudah berbasis hasil dengan menggunakan pendekatan model logika (logic model) melalui pengelolaan dan pengukuran kinerja yang berkelanjutan (Ongoing Performance Management and Measurement/OPM&M). Pendekatan model logika ini dipandang sebagai metode yang efektif dalam merencanakan dan mengevaluasi suatu program sehingga diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada BPKAD Papua untuk mengintegrasikan sistem pengukuran kinerja dan dilakukannya pengembangan berkelanjutan. OPM&M merupakan pendekatan evaluasi dan perencanaan komprehensif dengan menggunakan model logika yang dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja (Performance Blueprint). Penelitian pengukuran dan pelaporan kinerja dengan menggunakan pendekatan model logika menarik untuk di kaji dan akan memberikan wawasan pribadi bagi para pejabat pemerintah berwenang mengingat penelitian terkait belum dilakukan di Provinsi Papua khususnya pada BPKAD dan diikuti dengan belum maksimalnya proses pengukuran kinerja di BPKAD, serta model logika sendiri masih merupakan suatu isu yang relevan saat ini karena pengukuran kinerja di organisasi pemerintahan memerlukan perbaikan berkelanjutan dan masih terdapatnya masalah dalam implementasi sistem pengukuran kinerja. BPKAD tidak hanya sebatas sebagai badan yang bertugas melaksanakan pengelolaan keuangan dan aset daerah secara 4

5 profesional dan bertanggungjawab saja tetapi juga seberapa jauh program-program yang dilaksanakannya bisa mencapai target yang diharapkan. Untuk mengetahui kinerja layanan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem pengukuran kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang ada. Evaluasi penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini dilihat dari teori institusional yang mencoba melihat fenomena isomorfisma di BPKAD Provinsi Papua. Oleh karena itu peneliti mengangkat topik penelitian yaitu EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN DAN PELAPORAN KINERJA (Studi Pada BPKAD Provinsi Papua). 1.2 Rumusan Masalah Desain sistem pengukuran kinerja dan sistem pelaporan kinerja yang sesuai dengan kebutuhan BPKAD Papua diperlukan untuk melakukan pengukuran kinerja dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran berdasarkan sumber dana, dan pemerintah melakukan pelaporan hasil kinerjanya secara komprehensif, objektif, jujur, akurat, dan transparan sesuai dengan lingkup tanggung jawab, prioritas dan manfaat melalui penyusunan LAKIP sesuai dengan Inpres No.7/1999 untuk mewujudkan pencapaian kinerja dan akuntabilitas. Hasil atas penilaian kinerja melalui evaluasi LAKIP Papua mendapat nilai C diikuti juga oleh SKPD BPKAD Papua. Berpijak dari hal tersebut menunjukan rendahnya kinerja dari BPKAD Papua dalam pengelolaan keuangan daerah Provinsi Papua, sehingga berdampak publik tidak bisa mempercayai sepenuhnya kualitas 5

6 informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam laporan pertanggungjawaban. BPKAD Papua melakukan tugasnya hanya untuk memenuhi persyaratan peraturan pemerintah pusat sebagai bentuk legitimasi. Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem pengukuran dan pelaporan kinerja dengan pendekatan model logika yang dipandang sebagai metode efektif dalam merencanakan dan mengevaluasi suatu program. Evaluasi sistem pengukuran dan pelaporan kinerja dalam penelitian ini akan dilihat dari teroi institusional dengan mencoba melihat fenomena isomorfisma di BPKAD Provinsi Papua. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kesesuaian informasi yang terdapat dalam dokumen-dokumen penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua? 2. Bagaimana pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua? 3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam tahap penerapan perencanaan strategis hingga tahap pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua? 4. Apakah terdapat teori isomorfisma di dalam pengimplementasian sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua? 6

7 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji kesesuaian informasi yang terdapat pada dokumen penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua. 2. Menguji pendekatan model logika melalui OPM&M dengan model cetak biru kinerja dapat digunakan untuk mengevaluasi penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua. 3. Mengevaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam tahap penerapan perencanaan strategis hingga tahap pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua. 4. Menguji keberadaan teori isomorfisma di dalam pengimplementasian sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan bahan pertimbangan atau alternatif lain bagi instansi BPKAD Provinsi Papua dalam menyusun program dengan menggunakan model logika, sehingga program dan kegiatan yang disusun sungguh-sunguh dapat terlaksana serta dapat memenuhi tuntutan peningkatan pelayanan dan memberikan manfaat publik. 2. Sumbangsih pemikiran bagi Pemerintah Papua mengenai pengukuran kinerja berbasis pada hasil (outcome) dengan pendekatan model logika. 7

8 3. Bagi akademisi, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang kajian pengukuran kinerja di sektor publik dengan pendekatan model logika. 1.6 Batasan Penelitian Agar penelitian lebih fokus dan terarah, diperlukan batasan penelitian berikut: 1. Penelitian ini membahas sistem pengukuran dan pelaporan kinerja pada satu instansi pemerintah di Provinsi Papua, yakni BPKAD Provinsi Papua. 2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPKAD Papua yang digunakan adalah 2 tahun anggaran yakni: 2013, Sistematika Penulisan Penelitian hendaknya disusun secara sistematis dan terstruktur. Adapun sistematika penelitian disusun sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Bab ini menguraikan rencana penelitian yang dijabarkan dalam latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Literatur Bab ini membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan, serta yang sesuai dengan pokok permasalahan sebagai dasar analisis data dan pembahasan kasus. 8

9 BAB III: Latar Belakang Kontekstual Objek Penelitian Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian dan aplikasi teori atau konsep yang diterapakn di dalam objek penelitian, untuk mendapatkan pemahaman spesifik mengenai karakteristik objek penelitian terkait dari teori dan konsep yang digunakan di bab tinjauan pustaka. BAB IV: Metodologi Penelitian Bab ini berisi metode dan alasan menggunakan penelitian kualitatif, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik menganalisis data. BAB V: Pemaparan Temuan Penelitian Lapangan Bagian ini berisi uraian temuai dalam penelitian di lapangan yang menggambarkan fakta-fakta yang dapat menjawab tujuan penelitian. BAB VI: Penutup Bagian ini berisi simpulan dari analisis permasalahan yang ada. Bab ini juga membahas keterbatasan penelitian. Serta, bab ini juga memberikan informasi dan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. 9

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang melandasi pembahasan terkait dengan pengukuran kinerja sektor publik. Dalam pengukuran kinerja penelitian ini menggunakan pendekatan model logika guna melihat kesesuaian sistem pengukuran dan pelaporan kinerja pada setiap dokumen kinerja yang ada, pendekatan pengelolaan dan pengukuran kinerja yang berkelanjutan (OPM&M) atau yang dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja digunakan untuk melihat apakah indikator kinerja BPKAD Provinsi Papua telah berorientasi pada hasil yang memberikan manfaat layanan kepada publik, dan teori institusional-isomorfisma digunakan untuk mengetahui pertimbangan SKPD BPKAD dalam menyusun indikator kinerja. 2.1 Tinjauan Literatur Teori Institusional (Institutional Theory) Teori Institusional atau teori kelembagaan memiliki ide dasar yaitu organisasi terbentuk oleh lingkungan institusional yang ada di sekitar mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian di institusionalkan dan dianggap sah dan diterima sebagai cara berpikir ala organisasi tersebut (DiMaggio and Powell,1983). Kelembagaan adalah respon yang rasional, sehingga tercermin lingkungan organisasi menjadi semakin 10

11 mirip dengan organisasi lain dibidang yang sama sebagai hasil dari kekuatan isomorfisma yang lebih kuat dari kekuatan pasar. DiMaggio dan Powell (1983) melihat ada tiga isomorfisma yaitu, pertama; isomorfisma koersif yang menunjukkan bahwa organisasi melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena tekanan negara atau masyarakat yang lebih luas, dengan kata lain diartikan sebagai tekanan perubahan yang diharuskan oleh pemerintah. Proses penyesuaian menuju kesamaan dengan cara pemaksaan. Tekanan dari pengaruh politik dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan dari peraturan pemerintah agar bisa diakui. Kedua; isomorfisma mimetik, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang lain sehingga organisasi menjadi mengikuti atau meniru organisasi lain yang lebih sukses. Biasanya proses peniruan ini muncul di lingkungan yang tidak pasti. Contohnya adalah LAKIP dari pemerintah daerah di Jawa yang banyak ditiru oleh pemerintah daerah Papua karena dianggap berhasil. Ketiga, isomorfisma normatif, adalah kesamaan dari tindakan yang mereka ambil terjadi dikarenakan adanya tekanan yang diasosiasikan dengan keterkaitan organisasi dengan industri atau lingkungan karena adanya tuntutan profesional. Norma atau sesuatu yang tepat bagi organiasi berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal itu di bidang tertentu yang menyokong dan menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika profesionalisme meningkat maka tekanan normatif juga akan meningkat. 11

12 Pada intinya, dalam pengambilan keputusan organisasi/instansi dipengaruhi oleh adanya organisasi/instansi lain yang memiliki pengaruh terhadap organisasi, sehingga membuat organisasi harus menyesuaikan dengan keadaan Kinerja Pemerintah Daerah Kinerja pemerintah daerah didefinisikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi daerah yang tertuang dalam dokumen Perencanaan Daerah. Sebagai pertanggungjawaban publik, kinerja pemerintah daerah harus diinformasikan pada masyarakat dan para pemangku kepentingan mengenai tingkatan pencapaian hasil (Chabib, 2011). Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2008 (PP No.6/2008) tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa salah satu evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD). Untuk melengkapi PP No.6/2008, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.73 Tahun 2009 (Permendagri No.73/2009). Permendagri No.73/2009 menyebutkan bahwa salah satu evaluasi kinerja yang dilakukan Pemerintah terhadap Pemda berupa EKPPD yang menggunakan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD) sebagai sumber informasi utama. EKPPD adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara 12

13 sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan sebuah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategis yang telah ditetapkan. Jenis-jenis indikator kinerja pemerintah meliputi (Mahsun, 2006:77): a. Indikator masukan (input), segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran/biaya, sumber daya manusia, material dan masukan lain yang dipakai melaksanakan kegiatan. b. Indikator proses (process). Dalam indikator proses, organisasai merumuskan ukuran kegiatan, baik dari sisi kesepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangan 13

14 yang dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan dilaksanakan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan. c. Indikator keluaran (output) merupakan sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari sebuah kegiatan baik berupa fisik maupun non fisik. Indikator keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari sebuah kegiatan. Dengan membadingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan sebuah kegiatan apabila dikaitan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. d. Indikator hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mencakup kepentingan banyak pihak. e. Indikator manfaat (benefit) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat akan terlihat setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. f. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik bersifat positif, maupun negatif Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) SAKIP berdasarkan PP No. 29 Tahun 2014 adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan 14

15 pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. SAKIP diintegrasikan dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan dan sistem akuntansi pemerintahan. SAKIP kemudian dikelompokan dalam delapan komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis SKPD, Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kerja SKPD, Rencana Kerja Anggaran, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Penetapan Kinerja, dan LAKIP. Berikut ini adalah gambaran sistem pengukuran kinerja komprehensif. Perencanaan Strategis Penyusunan Program Penyusunan Anggaran Implementasi Semakin bersifat kualitatif fedback Pengukuran Kinerja Gambar 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif Sumber : Mahsun

16 Sistem pengukuran kinerja komprehensif merupakan sistem penilaian ketercapaian tujuan organisasi sehingga hendaknya pendesainannya telah dilakukan sejak penentuan tujuan, antara kegiatan satu dan kegiatan lainnya dalam sistem pengukuran kinerja komprehensif saling berkaitan. Keterkaitan antara TAPKIN dan SAKIP digambarkan dalam gambar 2.2 berikut ini. RPJM RENSTRA RKT TAPKIN Rencana Kerja & Anggaran (RKA) Kinerja Aktual LAKIP Lap. Keuangan Gambar 2.2 Hubungan TAPKIN dan SAKIP Sumber: Modul Pelatihan Penyusunan Penetapan Kinerja (Kemenpan, 2005) Dalam tahapan proses penetapan kinerja haruslah melihat pada dokumen perencanaan yang telah disusun sebelumnya, dan dalam proses pelaksanaannya diharapkan dapat sesuai dengan perencanaan sehingga dalam tahap pelaporan kinerja tidak terdapat perbedaan. Melihat hubungan gambar diatas, berdasarkan penilaian terhadap LAKIP BPKAD Papua yang mana terdapat permasalahan adanya perbedaan dalam dokumen pelaporan dengan dokumen pada proses perencanaan, menjadi sangat 16

17 dimungkinkan bahwa perencanaan, pengukuran dan pelaporan kinerja dilaksanakan secara bersamaan sehingga prosesnya tidak melihat kepada dokumen penetapan kinerja yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang perlu dipertanggungjawabkan. Entitas yang berkewajiban membuat pelaporan kinerja pemerintah sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan kinerja tersebut selanjutnya diserahkan ke masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga informasi yang diterima lengkap dan tajam mengenai kinerja program pemerintah (Bastian,2006). SAKIP sesuai dengan PP No.8/2006 dibentuk dan dikembangkan dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengeloaan sumber daya pelakasanaan kebijakan dan program yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Setiap instansi pemerintah secara periodik wajib mengkomunikasikan pencapaian tujuan dan sasaran strategis dari organisasinya kepada para pemangku kepentingan yang dituangkan dalam LAKIP. Penyusunan LAKIP BPKAD Papua dilakukan melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja tahunan, penetapan kinerja, pengukuran dan evaluasi kinerja. LAKIP berperan sebagai alat kendali, alat penilai kualitas kinerja, dan pendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. LAKIP juga berfungsi sebagai media pertanggungjawaban kepada publik. Melalui LAKIP instansi 17

18 pemerintah mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. LAKIP dapat dikategorikan sebagai laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan setiap tahun sekali. Pada dasarnya, LAKIP memuat informasi kinerja yakni hasil pengolahan data capaian kinerja yang membandingkan antara realisasi capaian kinerja dengan rencana kinerja yang ada sehingga diperoleh pengetahuan mengenai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi dan dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja berkesinambungan. Dalam penyusunan LAKIP harus mengikuti prinsip-prinsip pelaporan demikian: harus disusun secara jujur, objektif, akurat dan transparan. LAKIP tidak berdiri sendiri tetapi merupkan suatu kesatuan dalam sistem manajemen strategis yaitu sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan Model Logika (Logic Model/LM) Pengertian Model Logika Model logika (LM) adalah alat bantu berfikir yang disusun secara sederhana guna membantu menerangkan sebuah gagasan dalam mencapai sebuah hasil yang diharapkan berdasarkan rasionalisasi hubungan sebab-akibat yang digunakan untuk menjalankan sebuah program agar dapat dideskripsikan dengan logis (Knowlton, 2013). LM adalah gambaran visual logis dari sebuah program yang menunjukkan rangkaian/hubungan antara masukan, aktifitas, sampai dengan keluaran dan hasil yang diharapkan sebagai respon terhadap sebuah situasi yang dihadapi organisasi, 18

19 dapat menjadi alat evaluasi yang bermanfaat dalam memfasilitasi perancangan, perencanaan dan pembelajaran program/kegiatan yang efektif dapat mendokumentasikan hasil dengan cara yang lebih baik (Akbar, 2013). Dapat disimpulkan bahwa LM adalah sebuah metode sistematis dan visual untuk menyajikan ide untuk digunakan menunjukkan berbagai pemahaman dari hubungan antara sumber daya yang dimiliki dalam menyusun kebijakan, mengoperasikan program/kegiatan yang ada dan yang direncanakan serta perubahan/hasil yang akan dicapai. Berikut adalah gambaran komponen LM yang dapat menunjukkan hubungan logis antara sumber daya atau investasi yang digunakan untuk melaksanakan program, aktivitas yang dilaksanakan, keluaran yang dihasilkan, dan kemudian hasil akhir yang memberikan dampak positif. MASUKAN AKTIVITAS KELUARAN HASIL Gambar 2.3 Standar logic model Sumber : Ohio University, 2002 Berikut gambar cetak biru kinerja yang dikembangkan oleh University of wiconsinu, memberikan penjelasan yang lebih terstruktur dan mudah dipahami: Input Aktivitas Output Outcome S I T U A S P R I O R I T SDM Keuangan Waktu Penelitian Teknologi Staff Ket: Sumberdaya apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanaka n proses Kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh publik (aktivitas untuk menghasilkan output) Sesuatu yang dihasilkan langsung dari aktivitas suatu program yang telah ditentukan yang diharapkan akan berkontribusi. Konsumen Kelompok tertentu yang menjadi target program Jk Pendek Perubahan pengetahuan (1-3 tahun) SIKAP Jk Menengah Perubahan tindakan (4-6 tahun) PERILAKU Jk Panjang Perubahan keadaan (7-10 thn) KONDISI SOSIAL 19

20 Gambar 2.4 Cetak Biru Kinerja Sumber: University of Wiconsin.2010.Developing a Logic Model 1. Situasi dan Prioritas Situasi merupakan sebuah keadaan yang biasanya kompleks dari lingkungan, sosiopolitik, dan ekonomi. Situasi dapat menjadi isu yang dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan program dimana model logika berperan dalam memetakannya. Setelah masalah dipetakan dan dianalisis, selanjutnya tentukan mana yang menjadi faktor dalam menentukan prioritas. Singkatnya dalam mengembangan model logika diperlukan prioritas dari sebuah kompleksitas. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas adalah visi dan misi; nilai-nilai; sumber daya; keahlian dan pengalaman; dan data historis. Penentuan prioritas mendorong untuk identifikasi hasil yang diinginkan. 2. Masukan Masukan merupakan semua sumber daya yang dikuasai organisasi dan masih perlu diproses sehingga dapat bermanfaat. Masukan diklasifikasikan dalam kategori material dan nonmaterial. Masukan material dapat berupa personil, relawan, peralatan 20

21 dan infrastruktur. Sedangkan untuk masukan nonmaterial berupa kepemimpinan, strategi dan metode, kompetensi, serta komitmen SDM. 1. Aktivitas Kegiatan adalah aktivitas yang dilakukan organisasi dalam pengimplementasian program dan memproses masukan menjadi keluaran. 2. Keluaran Keluaran merupakan produk langsung dari sebuah kegiatan dalam suatu program yang diharapkan akan berkontribusi pada hasil. 3. Hasil Hasil merupakan perubahan atas suatu kondisi, perlilaku, sikap, pengetahuan, dan keterampilan sasaran program yang mengindikasikan kemajuan atau justru kemunduran terhadap misi dan tujuan dari program. Hasil diklasifikasikan kedalam hasil jangka pendek menunjukkan hasil perubahan pembelajaran yang dicapai dalam waktu 1 sampai dengan 3 tahun, hasil jangka menengah menunjukkan hasil perubahan tindakan yang dicapai dalam waktu 4 sampai dengan 6 tahun, hasil jangka panjang menunjukkan hasil perubahan kondis yang dicapai dalam waktu 7 sampai dengan 10 tahun, dari suatu organisasi, partisipan, atau sistem secara lebih general. 4. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi lingkungan budaya, iklim, struktur ekonomi, lingkungan politik, latar belakang dan pengalaman peserta program, pengaruh media, perubahan kebijakan dan prioritas. Faktor eksternal tidak dapat diabaikan sebab faktor-faktor ini saling berinteraksi dengan program. 21

22 Pengelolaan Dan Pengukuran Kinerja Yang Berkelanjutan (Ongoing Performance Management and Measurement/OPM&M)/Cetak Biru Kinerja (Performance Blueprint) Pendekatan dalam model pengukuran kinerja dalam penelitian ini meluas dalam perencanaan dan evaluasi model yang komprehensif yang disebut dengan pendekatan Pengelolaan dan Pengukuran Kinerja yang Berkelanjutan (OPM&M). OPM&M menggunakan LM yang inovatif dan luas sebagai alat dalam melakukan evaluasi dan perencanaan yang dikenal dengan rancangan/cetak biru dari kinerja, model ini dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan perencanaan dan evaluasi. Model OPM&M dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membuat prioritas guna melakukan pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan misi organisasi dan maksud dari sebuah program. OPM&M juga melakukan penggabungan dengan menyarankan model yang dapat mengidentifikasi kualitas indikator kinerja dengan membagi kualitas indikator kinerja ke dalam empat bagian yakni upaya (effort) dan dampak (effect) serta terbagi atas kuantitas dan kualitas, pendekatan tersebut yaitu Pendekatan Empat Kuadran (Friedman,2000) 22

23 EFORT EFECT Quantity Quality % OUTPUTS Quantity ₄ Quality ₂ EFORT EFECT Quantity ₃ Quality ₁ Gambar 2.4 Pendekatan Empat Kuadran Sumber: Paul J. Longo (2011) 23

24 Berikut ini gambaran pengukuran kinerja hasil penggabungan antara pendekatan OPM&M dan pendekatan empat kuadran yang dikenal dengan model cetak biru kinerja. INPUT & SUMBER DAYA Pihak penyedia dan pelaksana jasa AKTIVITAS, STRATEGI & PELAYANAN Klien & Pelanggan OUTPUT Kuantitas Kualitas 4 Upaya 2 Kuantitas Kualitas 3 Dampak 1 OUTCOME Hasil yang berorientasi pada penyedia layanan Hasil yang berorientasi pada manfaat yang diterima pengguna / konsumen Gambar 2.5 Model Cetak Biru Kinerja Sumber: OhioUniversity (2002) Selanjutnya Friedman mengkombinasikan ukuran kinerja tersebut yang kemudian dipetakan dalam kategori gambaran pengukuran kinerja berikut: U p a y a D a m p a k Kuantitas Seberapa banyak pelayanan yang dapat diberikan? 4 3 # Apakah keadaan menjadi lebih baik? Kualitas Seberapa baik pelayanan tersebut dilakukan? 2 % 1 Gambar 2.6 Pendekatan Empat Kuadran Sumber:Friedman (2005) 24

25 Menurut Friedman (2005) bahwa semua sistem akuntabilitas kinerja ditetapkan dengan cara ukuran/indikator kuantitas dan kualitas dari upaya dan dampak. Friedman menggabungkan dua perspektif ukuran kinerja yang berbeda tersebut untuk menghasilkan kategori antara lain sebagai berikut: 1. Kuantitas upaya (quantity) of effort): seberapa banyak pelayanan yang diberikan? 2. Kualitas upaya (quality)of effort): seberapa baik pelayanan yang diberikan? 3. Kuantitas dampak (quantity)of effect): berapa banyak pelanggan menjadi lebih baik? 4. Kualitas dampak (quality) of effect): berapa persen pelanggan menjadi lebih baik atau bagaimana mereka menjadi lebih baik? Enam tahap penggunaan model cetak biru kinerja sebagai sarana perencanaan dan evaluasi kinerja: 1. Merumuskan dan memurnikan/memfokuskan/mempersempit hasil Meninjau hasil dari atas ke bawah (pemerintah pusat & bagian yang diharapkan, dibutuhkan, dan diamanatkan) Meninjau hasil dari bawah ke atas (komunitas yang diinginkan) Campuran hasil antara atas ke bawah dan bawah ke atas Merumuskan serangkaian hasil Menetapkan target pada waktu yang tepat 2. Mengidentifikasi populasi target (Klien, pelanggan, konsumen, dsb.) 25

26 Populasi yang dijadikan target meliputi tidak hanya penerima manfaat yang dituju dari strategi pelayanan tersebut, namun juga para pengguna informasi pengkuran kinerja 3. Menetapkan ukuran efektivitas untuk komunitas dan kelompok yang ditargetkan Perubahan-perubahan yang diharapkan Mengidentifikasi pengukuran kinerja yang terkait dengan efek Menetapkan target pada waktu yang tepat 4. Tentukan strategi, pelayanan, dan kegiatan yang dibutuhkan Hasil yang dijelaskan dan "dampak yang diharapkan" ditetapkan dan diberikan, rumuskan strategi layanan pengiriman diperlukan untuk mencapai target Menetapkan pihak yang akan menyediakan/menawarkan pelayanan tersebut 5. Tetapkan pengukuran kinerja pemberian pelayanan Menentukan seberapa baik pelayanan tersebut harus dilakukan, seberapa baik strategi harus dilakukan, dan seberapa baik kegiatan yang harus dijalankan Identifikasi pengukuran kinerja yang terkait usaha 6. Gunakan sumber daya yang tersedia/temukan sumber daya tambahan yang dibutuhkan Kenyataan yang sering terjadi dana yang tersedia datang dengan syarat, syarat ini biasanya terikat dengan tujuan dan standar kinerja yang memaksa suatu organisasi untuk memulai kegiatan yang tidak terduga. Direkomendasikan sebuah pendekatan yang ideal dan nyata. Namun, lembaga tersebut dapat 26

27 mengontrol dengan cara menentukan terlebih dahulu siapa yang perlu dilayani, bagaimana mereka harus dilayani, dan menemukan sumber daya untuk melakukan hal itu. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengukuran kinerja sektor publik pada pemerintahan daerah diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Solikhin (2005) meneliti mengenai pelaporan akuntabilitas di Indonesia dengan hasil bahwa laporan LAKIP masih bias. Bias tersebut muncul akibat perlakuan pemerintah yang berlebihan dalam mengaitkan kinerja yang baik dengan usaha sendiri dan kinerja yang tidak baik dikaitkan dengan faktor eksternal. 2. Agus Taruno (2012) meneliti tentang pengukuran kinerja dinas pendidikan kabupaten Bantul dengan metode balanced scorecard. Penelitian ini memberikan hasil bahwa penerapan konsep BSC sebagai alternatif sistem pengukuran kinerja pada Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul sangat mungkin dilakukan karena melalui peta strategi tergambar dengan jelas alur strategi organisasi dalam mencapai visi dan misi secara menyeluruh, baik dari aspek keuangan maupun non-keuangan dan dapat berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di masa yang akan datang. 3. Marvin (2012) meneliti mengenai evaluasi penyusunan indikator kinerja pada pemerintahan kabupaten Bantul. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 27

28 indikator kinerja Pemerintah Kabupaten Bantul belum menunjukkan kesesuaian informasi (hubungan yang logis) antara dokumen perencanaan hingga dokumen pelaporan. Indikator Kinerja SKPD/unit kerja sebagian besar belum menunjukkan indikator berbasis hasil (result-based performance indicator) sehingga belum sepenuhnya mendukung kinerja Pemerintahan Kabupaten Bantul 28

29 BAB III LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL OBJEK PENELITIAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti secara deskriptif seperti gambaran umum, visi dan misi dari BPKAD Provinsi Papua untuk mendapat pemahaman yang lebih spesifik tentang karakteristik dari objek penelitian. 3.1 Gambaran Umum Provinsi Papua Pemerintah Papua dipimpin oleh seorang Gubernur dibantu perangkat daerah yang terdapat di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua. Provinsi Papua saat ini membawahi 28 Kabupaten dan 1 Kota. 3.2 Visi dan Misi Provinsi Papua memiliki Visi dan Misi yaitu membangun Papua Baru dengan menata kembali Pemerintahan Daerah untuk dapat membangun pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa guna menerapkan Tata Pemerintahan yang baik pada semua jajaran dan tingkatan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Papua No. 10 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi BPKAD dinyatakan bahwa BPKAD Provinsi Papua merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pengelolaan keuangan dan asset daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Visi dari BPKAD Provinsi Papua adalah Terwujudnya Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah 29

30 Provinsi Papua yang Profesional dan Bertanggung jawab. Berdasarkan Visi BPKAD tersebut maka Misi yang diterapkan adalah mewujudkan koordinasi internal ekternal, perencanaan anggaran, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan, serta mewujudkan pelayanan keuangan secara tepat waktu dan prima yang berkualitas. 3.3 Tujuan Tujuan yang adalah penjabaran atau implementasi dari visi dan misi BPKAD mencakup pengupayaan peningkatan kualitas dari SDM aparatur BPKAD, kualitas seluruh pelayanan di BPKAD, kualitas pengelolaan keuangan BPKAD, hingga kualitas penyelenggaraan evaluasi laporan pertanggungjawaban kinerja BPKAD. 3.4 Sasaran Sasaran adalah target spesifik dan terukur dari tiap tujuan perencanaan BPKAD meliputi terselenggaranya penegakan disiplin dari SDM aparatur BPKAD, terselenggaranya peningkatan kapasitas aparatur BPKAD melalui diklat dan pelatihan, terselenggaranya efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan BPKAD terselenggaranya monitoring dan evaluasi laporan pertanggungjawaban kinerja 30

31 3.5 Struktur Organisasi BPKAD Provinsi Papua KEPALA BADAN KEPALA BADAN KASUBAG UMUM KASUBAG KEUANGA KASUBAG KEPEGAWAIA KASUBAG PROGRAM KABID ANGGARAN KABID PEMBINAAN KEUANGAN DAERAH BAWAHAN KABID PERBENDAHAR AAN &KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH KABID PENGELOLAA N ASSET DAERAH KABID AKUNTANSI KABID KAS DAERAH KASUBID ANGGARAN URUSAN WAJIB KASUBID PENGESAHAN & PERHITUNGA N ANGGARAN SUBBID PERBENDAHA RAAN URUSAN WAJIB SUBBID ANALISIS KEBUTUHAN & PENGADAAN ASSET SUBBID PENGOLAHAN DATA & PERHITUNGA N ANGGARAN SUBBID PENERIMAAN KASUBID ANGGARAN URUSAN PILIHAN KASUBID PENATAUSAHA AN KEUANGAN SUBBID PERBENDAHA RAAN URUSAN PILIHAN SUBBID INVENTARISAS I & SISTEM INFORMASI ASSET DAERAH SUBBID EVALUASI & VERIFIKASI SUBBID PENGELUARAN KASUBID PERENCANAA N ANGGARAN &TEKNOLOGI KASUBID PERTANGGUN GJAWABAN & PELAPORAN SUBBID BELANJA PEGAWAI SUBBID PEMELIHARAA N & PENGHAPUSA N ASSET DAERAH SUBBID PENGEMBAN GAN SISTEM AKINTANSI &SISTEM INFORMASI KEUANGAN SUBBID PELAPORAN KAS DAERAH Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPKAD Provinsi Papua Sumber: Diolah dari RENSTRA BPKAD PAPUA 31

32 BAB IV RANCANGAN PENELITIAN STUDI KASUS Bab ini menguraikan mengenai metode pengambilan data dan analisis data dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang meliputi rasionalitas penelitian, pemilihan objek penelitian, jenis sumber dan teknik pengumpulan data serta metode analisis data. 4.1 Rasionalitas Obyek Penelitian BPKAD sebagai SKPD yang berhubungan langsung dengan pelayanan keuangan daerah Papua. Dengan ditetapkannya UU No.32/2004 dan UU No.33/2004 serta PP No.38/2007 telah diterapkan oleh BPKAD Papua dalam hal pembuatan program/kegiatan yang berada dalam lingkungan dinas yang selanjutnya diimplementasikan dalam bentuk LAKIP setiap tahunnya. BPKAD Provinsi Papua dalam menjalankan fungsinya yaitu melakukan proses pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja sampai saat ini sebatas untuk memenuhi persyaratan peraturan pusat daripada untuk membuat organisasi mereka untuk menjadi lebih efektif dan efisien, berdampak pada hasil yang sifatnya sebatas formalitas dan serimonial rutin melakukan pelaporan kinerja tahunan. Selain itu hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi terkait bagaimana sistem pengukuran dan pelaporan kinerja yang ada untuk menunjukkan kualitas kinerja dari 32

33 BPKAD dan apakah setiap program yang telah ditetapkan benar-benar telah sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Keberhasilan kinerja organisasi pemerintah seharusnya tidak hanya ditunjukkan sebatas dari keberhasilan mencapai tujuan pemerintah yang terangkum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi saja, dan tidak sekedar melihat dari keberhasilan memperoleh predikat baik pada LAKIP, namun kinerja organisasi seharusnya dapat diukur dengan melihat dari kesesusian informasi indikator kinerja yang tertuang dalam dokumen perencanaan hingga dokumen pelaporan kinerja. 4.2 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus pada BPKAD Provinsi Papua. Moleong (2012) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan lainnya dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada sebuah konteks khusus yang ilmiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 4.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder, yakni sebagai berikut : 1. Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan dari obyek penelitian yaitu BPKAD Provinsi Papua berdasarkan wawancara. Responden yang diwawancarai dipilih secara sampling dengan teknik purposive sampling, 33

34 pengambilan sampel dengan teknik ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh peneliti seperti orang tersebut dianggap seseorang yang paling memahami mengenai apa yang akan peneliti teliti sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyo,2013). Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memilih responden yang merupakan pejabat atau orang-orang yang terlibat langsung dalam proses penyusunan SAKIP pada BPKAD Provinsi Papua. 2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah, dapat berupa data publikasi. Pegumpulan data sekunder dilakukan melalui arsip dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 4.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik trianggulasi yaitu pengumpulan data yang menggunakan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data secara simultan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara dalam objek penelitian (Moleong, 2007). Denzin (dalam Moleong, 2007) membedakan empat macam trianggulasi yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber data yang banyak seperti dokumen, arsip, dan hasil wawancara; penggunaan beberapa peneliti yang melakukan penelitan dengan menggunakan pendekatan yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama; penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat; penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara 34

35 dan metode observasi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik riset lapangan dan riset kepustakaan, sebagai berikut : Riset Lapangan (Field Research) Riset lapangan adalah riset yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke instansi yang menjadi objek penelitian yakni BPKAD Provinsi Papua. Metode riset lapangan dilakukan dengan metode dokumentasi dan wawancara semi terstruktur berikut: 1. Dokumentasi Dokumentasi data dilakukan dengan cara mempelajari data dan informasi yang relevan terhadap penelitian, sumber dari obyek penelitian. Beberapa dokumen tersebut meliputi RENSTRA, RKT, TAPKIN, dan LAKIP BPKAD Papua. 2. Wawancara Wawancara merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan penelitian setelah dilakukan analisis dokumen perencanaan dan pelaporan kinerja terhadap perbedaan penyusunan indikator kinerja ataupun terhadap hasil evaluasi indikator kinerja. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur (semistructured interview) dilakukan secara lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Adapun pejabat yang direncanakan akan diwawancarai yaitu kepala BPKAD, kepala bagian bina program, kepala bagian dan kepala bidang tiap unit. 35

36 4.4.2 Riset Kepustakaan Riset kepustakaan adalah riset pengumpulan data dengan membaca segala hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Riset ini dilakukan untuk menunjang penelitian mengenai sistem pengukuran kinerja. 4.5 Validitas Data Dalam penelitian kualitatif, dikatakan valid suatu temuan atau data apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Aspek kesahihan (validitas) pada penelitian ini ditentukan melalui triangulasi. Agar pendekatan penelitian menjadi konsisten dan reliable, (Yin, 2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan sebanyak mungkin langkah-langka dalam prosedur tersebut. Yin juga merekomendasikan agar para peneliti kualitatif merancang secara cermat studi kasusnya. 4.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi model penelitian, alat analisis dan metode analisis data sebagai berikut: Model Penelitian Model penelitian ini diawali dengan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh BPKAD Provinsi Papua dengan dasar Inpres No.7/1999 tentang Akuntabilitas. 36

37 Akuntabilitas Kinerja BPKAD Provinsi Papua tertuang dalam LAKIP. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model logika untuk mengevaluasi hasil kinerja BPKAD Papua sehingga dapat memberikan kesimpulan apakah kinerja BPKAD Provinsi Papua telah sesuai dengan perencanaan strategis yang dibuat dengan berbasis pada hasil. Skema model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini: RENSTRA BPKAD VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ORGANISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PENDUKUNG SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA MASING-MASING PROGRAM & KEGIATAN Cetak Biru Kinerja (Performance Blueprint) Model Logika Analisis Empat Kuadran Gambar 6.1 Rancangan Model Penelitian Alat Analisis Tematik analisis digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Merupakan sebuah metode kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan menyajikan pola/tema berdasarkan data-data yang diperoleh (Braun and Clarke, 2006). Diharapkan melalui analisis tematik akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena untuk selanjutnya dihasilkan sebuah teori melalui tema yang telah mendeskripsikan dan menyempurnakan data secara 37

38 detail. Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola/tema yang muncul secara acak dalam kumpulan informasi yang ada/tersedia. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data tematik menurut Braun and Clarke (2006) adalah sebagai berikut: 1. Mentranskripkan Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dikumpulkan terlebih, diubah bentuknya dari yang semula bentuk lisan menjadi bentuk tulisan/tranksrip data. 2. Membuat Kode Data Awal Selanjutnya adalah membuat kode data awal yang mana dibuat dengan terlebih dahulu membaca data transkrip untuk menemukan data-data yang sering muncul di dalam transkrip data awal yang relevan dengan topik penelitian. Selanjutnya data-data tersebut dikelompokan dan disusun sesuai kodenya masing-masing. 3. Mencari Tema Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kode-kode data awal tersebut untuk pencarian tema yang selanjutnya digabungkan menjadi tema. 4. Melakukan Evaluasi Tema Tema yang ditemukan harus dilakukan evaluasi dengan meninjau kembali dan disempurnakan, sehingga tema yang dihasilkan menjadi relevan dengan topik. 5. Menamakan dan Mendefinisikan Tema Setelah tema relevan dengan topik penelitian terbentuk, tahap akhir yang dilakukan yaitu menamakan dan mendefinisikan tema. Mendefinisikan berarti mengidentifikasi esensi dari setiap tema secara keseluruhan dan menentukan 38

39 aspek data pada tiap tema. Masing-masing tema yang ada terdiri dari data yang beragam dan kompleks untuk itu perlu dilakukan penamaan dan pendefinisian tema sehingga data-data yang terdapat di dalam tema menjadi tidak terlalu banyak/beragam/kompleks. 6. Menghasilkan laporan Laporan analisis disajikan ringkas, koheren, logis, tidak berulang dan menarik, menjelaskan tentang data peneliti dan membuat sebuah argumen dalam kaitannya dengan pertanyaan penelitian Metode Analisis Diperlukan beberapa langkah analisis penelitian kualitatif dalam penelitian ini, yakni menganalisis data penelitian untuk memecahkan masalah yang ada, dengan melakukan beberapa tahapan sebagai berikut: a. Analisis alur logika perencanaan strategis Dalam tahap ini dilakukan pemetaan terhadap dokumen perencanaan strategis, rencana kerja tahunan dan penetapan kinerja BPKAD Provinsi Papua. Analisis dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang terdapat dalam alur model logika. b. Analisis deskripstif atas proses sebelumnya Tahap ini menganalisis tahapan proses yang dilakukan sebelumnya dengan data dan informasi yang mendukung dalam pengukuran kinerja dengan alat analisis yaitu cetak biru kinerja. Untuk hal-hal yang belum dapat diketahui maka akan 39

40 dilakukan wawancara kepada pihak yang berkompeten akan informasi yang diperlukan. c. Analisis hasil wawancara dengan tematik analisis Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan tematik analisis. Tujuan menganalisis wawancara dengan tematik analisis agar dapat memilah-milah hasil jawaban wawancara yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. d. Pengambilan Keputusan Dalam tahap ini akan ditarik sebuah kesimpulan atas proses yang telah dilakukan dari mulai perencanaan strategis, penetapan indikator kinerja, hasil kinerja yang diharapkan dan proses evaluasi pada BPKAD Provinsi Papua. Kemudian akan diberikan rekomendasi atas penelitian ini. 40

41 BAB V PEMAPARAN TEMUAN DAN ANALISIS HASIL Pembahasan tentang hasil penelitian yang dilakukan pada BPKAD Papua beserta analisisnya untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini terdiri dari kesesuaian antar dokumen terkait kinerja, dan kendala-kendala penerapan sistem pengukuran dan pelaporan kinerja di BPKAD Provinsi Papua, serta analisis hasil penelitian. 5.1 Kesesuaian Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua BPKAD Papua dalam mengimplementasikan sasaran kinerja berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2011 dengan tetap mengacu kepada Permendagri 54 tahun 2010 menjelaskan bahwa Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam Renja-SKPD diterangkan mengenai visi, misi, strategi, kebijakan, dan program. Tahun 2013 hingga 2018 BPKAD Provinsi Papua telah merencanakan pencapaian visi dan misi melalui tujuan dan sasaran yang tertuang dalam dokumen Renstra-BPKAD. Tahun 2013 dalam pencapaian visi dirumuskan 5 (lima) misi dengan tujuan dan sasaran kinerja yang ditetapkan adalah: Tabel 5.1 Struktur Sasaran Kinerja BPKAD Provinsi Papua Selama 5 Tahun No MISI Tujuan Jumlah Sasaran 1 Misi Pertama Tujuan 1 4 Sasaran Tujuan 2 1 Sasaran Tujuan 3 1 Sasaran 41

42 Tujuan 4 2 Sasaran 2 Misi Kedua Tujuan 1 4 Sasaran 3 Misi Ketiga Tujuan 1 4 Sasaran Tujuan 2 2 Sasaran 4 Misi Keempat Tujuan 1 5 Sasaran 5 Misi Kelima Tujuan 1 2 Sasaran Jumlah Sasaran Strategis 24 Sasaran Sumber: data diolah dari RENSTRA BPKAD Prov.Papua Dari penjabaran tabel RENSTRA diatas misi, tujuan, dan sasaran kinerja yang dituangankan dalam berbagai kebijakan tersebut yang selanjutnya lebih teknis digunakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja melalui tindakan operasional dalam kurun waktu lima tahun. Sasaran kinerja diatas merupakan sasaran yang akan dicapai oleh BPKAD Papua yang dijabarkan dan dilaporkan dalam TAPKIN dan LAKIP setiap tahunnya. RENSTRA BPKAD PROVINSI PAPUA RKT RKT RKT RKT RKT TAPKIN TAPKIN TAPKIN TAPKIN TAPKIN LAKIP LAKIP LAKIP LAKIP LAKIP Indikator Kinerja Sasaran Gambar 5.1 Model Logika Pengujian Indikator Kinerja Strategis Sumber: Inpres 7/1999 dan sumber lainnya (diolah) Bagan tersebut menggambarkan proses pengujian indikator kinerja BPKAD Papua selama dua tahun anggaran dengan menggunakan model logika. Pengujian 42

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab ke tujuh sebagai penutup penelitian ini berisi ringkasan, simpulan,

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Bab ke tujuh sebagai penutup penelitian ini berisi ringkasan, simpulan, BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ke tujuh sebagai penutup penelitian ini berisi ringkasan, simpulan, keterbatasan dan rekomendasi hasil penelitian. Ringkasan berisi gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang No.33 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat terhadap kualitas kinerja publik baik di pusat maupun daerah kini kian meningkat. Kesadaran masyarakat ini berkaitan dengan kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang yang akan dikerucutkan menjadi rumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan akan adanya perubahan pada organisasi sektor publik yang selama ini digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi, rendah kualitas, kurang inovatif,

Lebih terperinci

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 7.1. Ringkasan Sebagai bentuk dari tanggung jawab pemerintahan kabupaten dan kota dalam melakukan pengelolaan sumber dayanya, pemerintah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, pemerintah telah bertekad untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mempertanggungjawabkan amanah

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 109 BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ini adalah bab terakhir dari seluruh rangkaian tesis, bab ini memaparkan ringkasan penelitian dari bab awal hingga bab analisis, kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang dapat digunakan RSUD Muntilan untuk perubahan kearah yang lebih baik.

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang dapat digunakan RSUD Muntilan untuk perubahan kearah yang lebih baik. BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi ringkasan penelitian serta kesimpulan yang diambil dari penelitian ini, keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang

BAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan permasalahan penelitian, pertanyaan riset, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada akhir abad 20 tidak dapat dilepaskan dari kegagalan pemerintah dalam mengembangkan sistem manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini fenomena reformasi birokrasi merupakan isu penting bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

BAB V KESIMPULAN. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program BAB V KESIMPULAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan dari keseluruhan penelitian mengenai penyusunan RKA DPU kabupaten Wonogiri. Selain itu, bab ini juga akan membahas mengenai keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998 bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan, hal ini terlihat dari semakin tingginya kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam sebuah laporan penelitian menyajikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, hingga kontribusi yang diharapkan dari penelitian. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (L A K I P) TAHUN 2016 DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH D I S U S U N O L E H : BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja (performance measurement)

BAB I PENDAHULUAN. Selama lebih dari dua dekade, pengukuran kinerja (performance measurement) BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran dari latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Dalam bab ini juga berisi rumusan permasalahan, pertanyaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan fenomena, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia setelah masa kejayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia setelah masa kejayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pemerintahan dan pembangunan di Indonesia setelah masa kejayaan orde baru telah mengalami banyak perubahan. Dalam pelaksanaannya, Indonesia yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Bab akhir dalam penelitian ini memberikan ringkasan penelitian, kesimpulan,

BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Bab akhir dalam penelitian ini memberikan ringkasan penelitian, kesimpulan, BAB VII RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab akhir dalam penelitian ini memberikan ringkasan penelitian, kesimpulan, keterbatasan dan beberapa rekomendasi terhadap penelitian berjudul

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Konsep manajemen publik baru (new public management) dalam manajemen kinerja

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Konsep manajemen publik baru (new public management) dalam manajemen kinerja BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan dan rekomendasi ini terdiri dari ringkasan, kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi atas hasil penelitian dalam penyusunan dan pelaporan indikator kinerja dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu organisasi dikatakan berhasil apabila visi, misi dan tujuannya tercapai. Untuk dapat mencapainya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) SKPD Menurut SK LAN No. 239/IX/6/8/2003 tahun 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi

BAB. I PENDAHULUAN. Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konsep New Public Management (NPM) birokrasi pemerintah sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dituntut untuk lebih mengedepankan aspek hasil ( result)

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akuntabilitas pada instansi pemerintah semakin meningkat. Selain itu tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan akuntabilitas pada instansi pemerintah semakin meningkat. Selain itu tuntutan yang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi pada tahun 1999,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu : Bentuk Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit) Tujuan : Praja dapat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan.

BERITA NEGARA. KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2012 KEPOLISIAN. LAKIP. Penyusunan. Laporan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan penelitian yang diajukan, motivasi peneliti dan kontribusi yang peneliti harapkan dengan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini berfokus pada penggunaan sistem pengukuran kinerja dan faktor-faktor organisasional yang dapat berpengaruh terhadap akuntabilitas dan kinerja organisasi sektor publik di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah Dalam suatu pemerintahan apabila ingin berjalan dengan baik maka harus ada unsur 3P (Personil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi guna mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Departemen Keuangan sebagai lembaga negara yang berfungsi melaksanakan kebijakan fiskal sangatlah vital bagi terselenggaranya hampir semua aspek perekonomian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN Disampaikan oleh : KEPALA BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SETDA KABUPATEN LAMONGAN DASAR HUKUM SISTEM AKIP 1. UU No. 23 Tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS KINERJA

AKUNTABILITAS KINERJA BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabiltas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana pemerintahan dalam hal ini pemerintah dituntut oleh rakyat untuk dapat melaksanakan good governance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya isu di masyarakat yang menggambarkan kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang efektif, efisien dan ekonomis, menyebabkan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari adanya krisis moneter / resesi ekonomi yang berkepanjangan sehingga menjadi krisis multi dimensi dan lebih jauh lagi menjadi krisis kepercayaan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perwujudan good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA (APLIKASI UNTUK PEMERINTAH PUSAT) 1 ANGGARAN BERBASIS KINERJA Metode Penganggaran bagi Manajemen yang mengaitkan setiap biaya yang dibebankan dalam kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 30 Tahun 2005 tanggal 16 Nopember 2005, maka Nomenklatur Badan Pengawas Daerah Kabupaten Banyuasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Satuan Kerja Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 LKIP Inspektorat Kabupaten Pandeglang Tahun 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERJANJIAN KINERJA, PELAPORAN KINERJA DAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN

Lebih terperinci