BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bandar udara terdapat komponen komponen infrastruktur yang mendukung berjalannya transportasi udara diantaranya runway, taxiway, apron, hangar, terminal dan sebagainya. Setiap komponen memiliki fungsi dan peranan masing masing misalnya runway yang merupakan bagian memanjang dari sebuah bandara tempat terjadinya take-off dan landing pesawat, lalu apron yang menjadi tempat parkir dari pesawat, serta taxiway yang berperan sebagai penghubung antara runway dengan apron. Taxiway kebanyakan memiliki permukaan yang keras seperti aspal atau beton, walaupun bandar udara yang lebih kecil kadang-kadang menggunakan kerikil atau rumput. Dari sisi keamanan pesawat, jelas taxiway dengan permukaan aspal atau beton lebih diutamakan ketimbang permukaan kerikil atau rumput (ini biasa hanya untuk bandara kecil dengan tipe pesawat kecil atau helikopter saja). Taxiway memiliki peranan yang cukup penting dalam melancarkan penerbangan. Panjang taxiway berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan sebuah pesawat untuk menuju runway dari apron ataupun sebaliknya dan panjang taxiway tersebut berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar yang akan terbuang selama pesawat taxiing. Dengan volume penerbangan atau volume lalulintas udara yang sangat padat akan mempengaruhi panjang atau konfigurasi dari taxiway tersebut. Seiring dengan berkembangnya jaman, volume penerbangan disetiap bandara menjadi bertambah besar hal ini menjadikan taxiway-taxiway yang sudah ada menjadi tidak efektif dalam menyalurkan pesawat ke runway, sehingga perlu adanya pengembangan dari taxiway-taxiway tersebut baik dari segi ukuran ataupun konfigurasi dari taxiway tersebut. 1

2 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan taxiway? 2. Bagaimana konfigurasi dari taxiway? 3. Bagaimana pengembangan yang terjadi pada taxiway? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai taxiway atau landasan hubung dari suatu bandara secara umum mulai dari pengertian, konfigurasi hingga pengembangan yang sudah dilakukan. 1.4 Manfaat Penulisan Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh pembaca mengenai taxiway dari suatu bandara dan pembaca dapat mengetahui bentuk bentuk konfigurasi dari taxiway, serta pembaca mengetaui perkembangan yang terjadi pada taxiway. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan, tujuan, dan manfaat serta sistematika penulisan. BAB II STUDI PUSTAKA Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah-masalah yang ada. Memberikan gambaran secara umum mengenai bahasan BAB III PENGEMBANGAN 2

3 Dalam bab ini akan dibahas pengembangan yang terjadi pada taxiyaw. BAB IV PENUTUP Pada bab ini akan diambil kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dan analisa. BAB II 3

4 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Taxiway Taxiway sebenarnya adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukan jalan yang menghubungkan landasan pacu dengan hangar, terminal, apron dan fasilitas lainnya. Istilah pesawat sedang taxiing berarti pesawat sedang berjalan di area landasan pacu, baik itu saat persiapan untuk take-off maupun landing (mendarat). Jalan taxiway ini kebanyakan memiliki permukaan yang keras seperti aspal atau beton, walaupun bandar udara yang lebih kecil kadang-kadang menggunakan kerikil atau rumput. Dari sisi keamanan pesawat, jelas taxiway dengan permukaan aspal atau beton lebih diutamakan ketimbang permukaan kerikil atau rumput (ini biasa hanya untuk bandara kecil dengan tipe pesawat kecil atau helikopter saja). Pada bandara yang ramai intensitas penerbangannya, biasa taxiway didesain khusus agar pesawat dapat segera meninggalkan area landasan pacu (take-off atau pun landing). Ini disebut desain high-speed atau rapid-exit taxiway. Tujuannya agar pesawat dapat segera meninggalkan area landasan pacu dan 4

5 memungkinkan pesawat lain menggunakan landasan pacu. Tentu saja ini memerlukan perencanaan dan perancangan desain yang matang. Perbedaan antara taxiway dengan runway adalah apabila runway ditandai dengan angka, maka taxiway ditandai dengan huruf. 2.2 Fungsi Taxiway Fungsi utama taxiway adalah untuk menyediakan akses antara runway dan apron, termasuk juga area hangar. Taxiway harus dirancang sedemikian rupa sehingga pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu kelancaran pergerakan pesawat yang akan take-off. Landasan hubung diatur sedemikian rupa sehingga pesawat yang baru mendarat tidak mengganggu gerakan pesawat yang sedang bergerak perlahan untuk lepas landas. Pada bandar udara yang sibuk dimana pesawat yang akan menuju landasan pacu diduga akan bergerak serentak dalam dua arah, harus disediakan landasan hubung yang sejajar satu sama lain. Pada bandar udara yang sibuk, landasan hubung harus terletak di berbagai tempat di sepanjang landasan pacu, sehingga pesawat yang baru mendarat dapat meninggalkan landasan pacu secepat mungkin sehingga landasan pacu dapat digunakan oleh pesawat yang lain. Kecepatan pesawat yang sudah masuk taxiway, atau akan keluar taxiway menuju landasan pacu tidak sebesar kecepatan pesawat pada landas pacunya, maka persyaratan mengenai kemiringan memanjang, kurve vertical dan jarak pandang tidaklah seketat pada landasan. Begitu pula dengan kecepatannya yang lebih rendah maka lebar taxiway lebih kecil dari pada landasannya. 2.3 Jenis-Jenis Taxiway 1. Jalan keluar Taxiway jenis ini memungkinkan pesawat memasuki runway dari arah pelataran parkir pesawat. Biasanya dibangun tegak lurus runway. Pada kasus dimana tersedia jalan pesawat sejajar, dibangun sejumlah jalan keluar pesawat untuk mengurangi waktu pesawat menggunakan runway. Sudut belok berkisar antara 30o 40o. 5

6 2. Jalan pesawat sejajar Merupakan taxiway yang sejajar dengan runway. Didesain untuk mengurangi waktu penggunaan runway oleh pesawat dan sekaligus meningkatkan jumlah pergerakan untuk lepas landas. 3. Jalan pesawat sejajar dengan kecepatan tinggi Dibangun dengan sudut tertentu terhadap runway sehingga memungkinkan pesawat yang baru mendarat untuk meninggalkan runway dengan kecepatan tinggi. Hal ini untuk mengurangi waktu penggunaan runway sehingga dapat meningkatkan kapasitas runway. Penentuan posisi dan jumlah rapid exit taxiway dilakukan setelah mengetahui jenis pesawat yang akan beroperasi serta jumlah pandaratan dan lepas landas. 4. Jalan pesawat pada pelataran parkir pesawat pesawat. Merupakan bagian dari pelataran parkir yang berfungsi sebagai jalan 6

7 Beberapa contoh gambar konfigurasi taxiway : 1. Entrance Taxiway 2. Dual Parallel Taxiway Entrance 7

8 3. Cross Overtaxiway 4. Bypass Taxiway 8

9 5. Dual Parallel Taxiway Entrance with Bypass 2.4 Dimensi Taxiway A. Menurut SKEP No. 77-VI-2005 Keterangan: Bila taxiway digunakan pesawat dengan roda dasar kurang dari 18m. Bila taxiway digunakan pesawat dengan seperempat roda dasar lebih dari 18m. Bila taxiway digunakan pesawat dengan roda putaran kurang dari 9m. 9

10 Bila taxiway untuk pesawat dengan seperempat roda putaran lebih dari 9m. B. Menurut ICAO ANEX 14, tahun A 7,5 m 1,5 m B 10,5 m 2,25 m 15 m if the taxiway is intended to be 3 m if the taxiway is intended to be C D used by aeroplanes with a wheel base less than 18 m. 18 m if the taxiway is intended to be used by aeroplanes with a wheel base equal to or greater than 18 m. 18 m if the taxiway is intended to be used by aeroplanes with an outer main gear wheel span of less than 9 m. 23 m if the taxiway is intended to be used by aeroplanes with an outer main gear wheel span equal to or greater than 9 m. E 23 m 4,5 m used by aeroplane with a wheel base less than 18 m. 4,5 m if the taxiway is intended to be used by aeroplane with a wheel base equal to or greater than 18 m. 4,5 m LEBAR LANDAS HUBUNG (TAXIWAY) Beberapa persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO dan FAA dalam perancangan geometris landasan hubung (taxiway) sebagaimana pada tabel-tabel berikut : Tabel Lebar Taxiway (ICAO) 10

11 Tabel jari jari desain standar Taxiway 2.5 Tanda-tanda di Taxiway Normal Centreline. Sebuah garis kuning tunggal yang berkesinambungan yang terletak ditengah-tengah landasan, selebar 6 inci (15 cm) sampai 12 inci (30 cm). Enhanced Centreline. Garis tengah yang diperpanjang ini terdiri dari garis parallel berwarna di kedua sisi garis tengah landasan. Garis tengah landasan bisa diperpanjang hingga 150 kaki (45,7 m) sebelum sampai pada tanda posisi siap-pacu. 11

12 Taxiway Edge Markings. Digunakan untuk menunjukan ujung landasan pacu apabila ujung landasan pacu tidak ditandai (sampai dengan) dengan ujung perkerasan. Continuous Markings. Tanda berkesinambungan terdiri dari garis kuning ganda, dengan setiap garis setidaknya selebar 6 inci (15 cm) dan berjarak 6 inci (15 cm) saling terpisah dan menunjukan ujung landasan dari bahu perkerasan atau dari permukaan beraspal lainnya yang tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh pesawat. Taxi Shoulder Markings. Taxiway, holding bays, dan apron terkadang diberikan bahu perkerasan untuk mencegah tabrakan dan erosi air. Bahu perkerasan ini tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh pesawat terbang, dan mungkin tidak dapat memikul beban pesawat. Bahu landasan ditandai dengan garis kuning yang tegak lurus terhadap tepi landasan, dari ujung landasan ke tepi perkerasan, sekitar 10 meter. Surface Painted Taxiway Direction Signs. Latar belakang kuning dengan tulisan hitam, dan diberikan bila tidak mungkin untuk memberikan tanda arah landasan pacu di persimpangan, atau bila diperlukan untuk melengkapi tanda-tanda seperti itu. Tanda-tanda ini terletak di kedua sisi tengah landasan. Surface Painted Location Signs. Latar belakang hitam dengan tulisan kuning. Bila diperlukan, tanda-tanda ini melengkapi tanda lokasi yang berada di sepanjang landasan pacu dan membantu pilot dalam menunjukan jalan menuju tempat pesawat akan ditempatkan. Tanda-tanda ini terletak di sisi kanan garis tengah. Geographic Position Markings. Tanda-tanda ini terletak pada titik-titik di sepanjang rute taxi dengan visibilitas rendah (ketika RVR berada di bawah kaki (360m)). Mereka diposisikan di sebelah kiri garis tengah landasan ke arah taxi. 12

13 2.6 Lampu taxiway Untuk operasi malam, taxiway di banyak bandara dilengkapi dengan lampu, meskipun beberapa bandara kecil yang tidak dilengkapi dengan peralatan ini. Taxiway Edge Lights. Digunakan untuk garis tepi taxiway selama periode kegelapan atau kondisi visibilitas terbatas. Perlengkapan ini akan meningkat dan memancarkan cahaya biru. Taxiway centerline Lights. Peralatan ini tetap menyala dan memancarkan cahaya hijau yang terletak di sepanjang landasan tengah Clearance Bar Lights. Tiga lampu berwarna kuning di posisi siap pacu di taxiway Runway Guard Lights. Stop Bar Lights. 13

14 Lampu taxiway berjarak setiap 75 kaki. Di beberapa bandara, lampulampu lebih berdekatan ketika di persimpangan. 2.7 PERSILANGAN Pada persilangan antara taxiway dengan landasan, apron dengan taxiway perlu tambahan luas agar gerakkan pesawat masih mempunyai Wheel Clearance seperti yang dipersyaratkan, di sini tambahan luas disebut Fillet. Tetapi tambahan luas pada kurve taxiway lebih baik disebut lebar tambahan, sebab memang lebar tambahan merupakan tambahan ke taxiway pada kurvenya. Ada 3 cara untuk menjamin terpenuhinya persyaratan Wheel Clearence : 1. Menggunakan marking sumbu taxiway sebagai pedoman jalannya pesawat dan dibuat fillet 2. Dibuat garis pedoman sisi kanan, sisi kiri dimana pesawat berjalan diantaranya 3. Gabungan no.2 garis pedoman kanan kiri dan tambahan fillet. Beberapa cara yang disarankan ICAO untuk merencanakan Fillet, antara lain: 1. Dengan model simulasi gerakan pesawat 2. Penghitungan Fillet 3. Menggunakan grafik akan menghasilkan data-data pendekatan dari garis-garis gerak pesawat. 14

15 Gambar desain fillet Tabel dimensi fillet taxiway Tabel jari-jari fillet taxiway 15

16 2.8 Exit Taxiway Fungsi dari Exit Taxiway atau Turn Off adalah menekan sekecil mungkin waktu penggunaan landasan oleh pesawat mendarat. Exit Taxiway dapat ditempatkan dengan menyudut siku terhadap landasan atau kalau terpaksa menyudut yang lain juga bisa. Exit Taxiway yang mempunyai sudut 300 disebut kecepatan tinggi atau cepat keluar sebagai tanda bahwa taxiway itu direncanakan penggunaannya bagi pesawat yang harus cepat keluar. Penempatan Exit Taxiway tergantung pada pesawat campuran, kecepatan waktu approach atau waktu menyentuh perkerasan, kecepatan keluar, tingkat pengereman yang tergantung kepada kondisi permukaan perkerasan basah atau kering serta jumlah Exit Taxiway yang direncanakan dibuat. A. Exit Taxiway Menyudut Siku-Siku Keputusan untuk merencanakan dan membangun Exit Taxiway menyudut siku-siku didasarkan kepada analisa lalu lintas yang ada. Apabila lalu lintas rencana pada jam-jam puncak kurang dari 26 gerakan (mendarat dan lepas landas) Exit Taxiway menyudut siku-siku cukup memadai. B. Exit Taxiway Kecepatan tinggi Kebutuhan akan adanya High Speed Exit Taxiway dewasa ini berkembang dengan adanya lalu lintas dipelabuhan udara. Sebab dengan adanya High Speed Exit Taxiway pada sebuah landasan akan menambah kapasitas landasan itu untuk menampung arus gerak mendarat dan lepas landas pesawat. Dengan 16

17 perkembangan kebutuhan ini banyak keuntungannya diadakan Standart high speed exit taxiway yang berlaku untuk lapangan-lapangan terbang internasional. Alasan mengapa memilih perencanaan ini untuk semua lapangan terbang adalah : 1. Kemudahannya bagi sebagian besar, konfigurasi roda pendaratan pesawat untuk membuat belokan 2. Sisa perkerasan yang lapang didapatkan antara sisi luar roda pendaratan dengan tepi perkerasan taxiway 3. Muara yang diperluas dari exit taxiway memungkinkan beberapa variasi sumbu belokan ke taxiway, bila pesawat tidak memulai belokannya dari titik yang ditandai pada landasan. 4. Konfigurasinya memungkinkan pesawat belok walau dengan kecepatan tinggi 50 knot. High speed exit taxiway merupakan salah satu fasilitas dari runway. Karena fungsinya yang demikian penting dalam penentuan waktu pemakaian runway maka lokasi high speed exit taxiway dipilih sedemikian rupa sehingga waktu tinggal pesawat di runway dapat dipersingkat. Penelitian ini mengamati proses landing pesawat mulai dari threshold runway, touchdown hingga pesawat mencapai kecepatan di high speed exit taxiway. Dengan menggunakan kurva normal sebagai distribusi probabilitas lokasi high speed exit taxiway ideal untuk setiap kategori pesawat didapatkan lokasi high speed exit taxiway yang memberikan penambahan waktu pemakaian runway terkecil. C. Jumlah dan Lokasi Taxiway Lokasi exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat waktu mendarat pada landasan dan kelakuan pesawat waktu mendarat. Untuk menentukan jarak lokasi exit taxiway dari Threshold landasan, unsur-unsur dibawah harus diperhitungkan: 1. Kecepatan waktu Touchdown (menyentuh landasan) 17

18 2. Kecepatan awal waktu sampai titik A, yaitu titik perpotongan garis singgung antara landasan dan taxiway 3. Jarak dari Threshold sampai ke Touchdown 4. Jarak dari Touchdown sampai ke titik A Nilai besaran butir b, c dan di rata-ratakan dari pesawat yang biasa dilayani landasan ini. Hanya untuk tujuan perencanaan exit taxiway, kecepatan pesawat waktu touchdown dianggap rata-rata 1,3 kali kecepatan Stall, pada konfigurasi pendaratan dengan rata-rata berat pendaratan kotor 85% dari maximum. D. Taxiway Diatas Jembatan Jembatan taxiway dibangun pada bagian yang lurus dari taxiway, dengan bagian lurus di dua sisi jembatan, agar pesawat berjalan pada satu garis lurus sesaat sebelum masuk jembatan dan sesaat sesudah keluar jembatan. Lebar jembatan taxiway mampu melayani pesawat, bila diukur tegak lurus sumbu taxiway lebarnya tidak kurang dari area yang diratakan bagi strip taxiway. 2.9 Taxiway Shoulders Bagian yang lurus dari taxiway harus dilengkapi dengan bahu dengan luasan simetris pada setiap sisi dari taxiway jadi lebar dari keseluruhan taxiway dan bahu pada bagian lurus minimum seperti dalam tabel berikut, Apabila pada taxiway dengan penggolongan pesawat III, IV, V dan VI untuk jenis pesawat jet propelled, harus menggunakan lebar bahu. Lebar bahu taxiway pada masingmasing ukuran minimum. Tabel taxiway shoulder minimum menurut SKEP No-77-VI

19 BAB III PENGEMBANGAN Pada perancangan Taxiway, Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja mendarat tidak menggangu pesawat lain yang sedang taxi siap menuju ujung lepas landas. Pada bandar udara yang sibuk, lalu lintas pesawat taxi 19

20 diperkirakan bergerak sama banyak dari dua arah, harus dibuat paralel taxiway terhadap landasan untuk taxi satu arah. Untuk pemilihan rute taxiway dipilih rute yang terpendek dari bangunan terminal menuju ujung landasan yang dipakai untuk awal lepas landas, pembuatan taxiway harus bisa dipakai oleh pesawat secepatnya ke luar dari landasan sehingga landasan bisa digunakan oleh pesawat lain untuk mendarat tanpa harus menunggu lama, taxiway ini disebut exit taxiway atau turn off, selain itu pembuatan taxiway memiliki sudut siku siku dengan landasan, maka pesawat yang akan mendarat bisa diperlambat sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum belok masuk taxiway. `Pada bandar udara yang sudah memiliki jadwal penerbangan sangat padat, dengan volume pesawat yang sangat besar peranan taxiway sangat penting dalam melancarkan setiap pesawat baik yang akan take off menuju runway maupun yang akan landing menuju apron. Taxiway menjadi penghubung antara runway dengan apron. Jika taxiway sudah dianggap tidak efektif dalam menghubungkan apron dengan runway maka langkah yang paling banyak digunakan adalah dengan mendesain ulang taxiway tersebut, apakah diperbesar atau diperlebar ataupun ditambah serta konfigurasinya diperbaharui. Untuk bandar udara yang memiliki intensitas penerbangan yang sangat besar bisa menggunakan desain rapid exit taxiway, dimana taxiway didesain untuk bisa menghubungkan pesawat yg menuju runway dengan pesawat yang menuju apron dengan sangat cepat. Taxiway didesain sependek-pendeknya dengan sudut tertentu yang memungkinkan pesawat bisa bergerak secara cepat. 3.1 Taxiway Design Group (TDG) Taxiway design group (TDG) merupakan salah satu inovasi yang dikeluarkan oleh FAA. FAA di amerika oleh perencana bandar udara dan insinyur dianggap sebagai pedoman dalam merancang fasilitas udara. Selama bertahuntahun dokumen slalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan guna 20

21 menjelaskan desain terbaru atau proses desain yang baru untuk referensi jenis pesawat yang baru. Perubahan terbaru diberi nama Alpha yang memiliki definisi yaitu sebgai yang paling menonjol, berbakat dan lebih agresif dalam kelompok. Perubahan yang cukup menonjol tersebut adalah Taxiway Design Group (TDG). Taxiway design group adalah usulan terbaru dibawah tanggung jawab Airplane Design Group (ADG). Perbedaan utama adalah bahwa TDG menggabungkan elemen terkait untuk pesawat yang sebenarnya gerakan pesawat taxi tertentu, lebih memikirkan lebar sayap dan ketinggian ekor yang memiliki keamanan untuk objek atau pesawat yang lain. TDG akan didasarkan pada Main Aksesoris Lebar (MGW) dikombinasikan dengan Kokpit untuk Main Aksesoris (CMG) jarak. Selain itu, semua desain taxiway fillet sekarang akan didasarkan pada mempertahankan kokpit pesawat diatas garis tengah, yang pada dasarnya telah menghilangkan konsep over-kemudi dari desain literatur bandara. Untuk mengurangi atau mengimbangi perubahan yang terjadi pada over-steering, jari-jari fillet masingmasing kelompok desain diperkecil yaitu untuk fillet dengan radius 170 meter dikurangi menjadi fillet dengan radius 130 meter. Dengan radius yang lebih kecil tidak akan mengubah kinerja menjadi lebih jelek akan tetapi kinerjanya akan lebih bagus. Namun, pada awalnya memang digambar skematik desain tersebut terlihat cukup lucu. Pada kenyataannya, ketika diuji dengan menggunakan simulasi, taxiway dapat bekerja dengan sangat baik. Tidak hanya bekerja dengan baik, TDG pun menghemat jumlah atau tebal perkerasanb yang dibutuhkan pada fillet sebesar kira-kira 5-15 persen tergantung pada TDG yang digunakan. Hal tersebut pun berpengaruh pada penghematan biaya konstruksi. Penghematan biaya melalui teknologi. FAA telah mengambil sikap yang positif dengan membuat desain yang menjadikan berkurangnya tebal perkerasan sehingga terjadi penghematan biaya. Tapi ada aspek lain yang penting yaitu AC: penggunaan Computer Aided Design (CAD) sebagai penggati tabel4-3 melalui tabel 4-8 untuk model pergerakan pesawat dapat diterima dan mungkin diperlukan untuk persimpangan dengan sudut tidak standar. 21

22 Perubahan pada tabel tersebut merupakan sebuah revolusi desain yang jika berdasarkan kepada kutipan sastra tampak bahwa FAA seperti bersatu dengan waktu. pemodelan menjadi hal penting disini, pemodelan harus bisa dijelaskan secara umum dengan lebih cepat. Dengan demikian, jika operator bandara / perwakilan memiliki cara untuk berhasil memodelkan taxiway sebuah desain fillet berdasarkan pada gigi pesawat yang sebenarnya gerakan sementara mengikuti kriteria FAA yang baru yaitu TDG, dapat mengurangi daerah trotoar dengan jumlah yang paling optimal. Berbasis CAD software simulasi dapat menyediakan lengkap simulasi untuk menangani berbagai macam perencanaan dan operasional aspek, termasuk desain fillet akurat. perangkat lunak ini beroperasi berdasarkan gerakan yang sebenarnya dan kecepatan gigi hidung pesawat tertentu dan gigi utama. Perancang dapat memilih titik pada pesawat untuk mengikuti kurva tertentu ("kokpit atas tengah" dapat dipilih), membatasi hidung pesawat gigi sudut kemudi (50 derajat FAA limit), dan memiliki perangkat lunak mengikuti garis dari setiap radius tertentu sampai berhenti-titik yang ditunjuk. Perangkat lunak ini kemudian menciptakan mengimbangi line (warna) dari tepi luar dari pesawat yang sebenarnya gigi utama ban, yang didasarkan pada FAA (atau ICAO)-gigi utama persyaratan clearance yang tertentu desain pesawat kelompok. Setelah selesai, Film dapat dibuat dari simulasi. Bandara dan konsultan di dunia banyak yang telah menggunakan perangkat lunak tersebut selama bertahun-tahun dalam rangka untuk menghemat biaya perkerasan dan telah mengandalkan pesawat kritis bukan kelompok desain maksimum persyaratan Menurunnya fillet persyaratan Taxiway Desain baru Kelompok, ditambah dengan penggunaan yang diijinkan perangkat lunak, akan memungkinkan konsultan untuk memberikan tidak hanya bandara, tetapi FAA dan industri bandara secara keseluruhan dengan biaya tabungan dan efisiensi operasional sementara mempertahankan semua izin keamanan yang diperlukan. Kesimpulannya, FAA telah datang dengan sebuah konsep yang berhubungan dengan pesawat yang sebenarnya Gerakan berbasis desain taxiway. Dengan keterlibatan industri, FAA telah terbuka untuk konsep-konsep baru yang lebih 22

23 realistis. Baru AC, berdasarkan pemodelan pesawat yang sebenarnya, tampaknya menjadi larutan padat untuk desain bandara masa depan dan penghematan biaya sistem secara keseluruhan. Seperti semua baru hal, industri mungkin memakan waktu untuk mendapatkan terbiasa dengan standar baru, tapi kemudian lagi, alatalat untuk pelaksanaan sudah ada. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Taxiway sebenarnya adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukan jalan yang menghubungkan landasan pacu dengan hangar, terminal, 23

24 apron dan fasilitas lainnya. Istilah pesawat sedang taxiing berarti pesawat sedang berjalan di area landasan pacu, baik itu saat persiapan untuk take-off maupun landing (mendarat). Jalan taxiway ini kebanyakan memiliki permukaan yang keras seperti aspal atau beton, walaupun bandar udara yang lebih kecil kadang-kadang menggunakan kerikil atau rumput. Dari sisi keamanan pesawat, jelas taxiway dengan permukaan aspal atau beton lebih diutamakan ketimbang permukaan kerikil atau rumput. Beberapa konfigurasi yang ada pada taxiway : 1. Entrance Taxiway 2. Dual Parallel Taxiway Entrance 24

25 3. Cross Overtaxiway 4. Bypass Taxiway 25

26 5. Dual Parallel Taxiway Entrance with Bypass Taxiway memiliki desain pengembangan yang baru yaitu Taxiway Design Group (TDG) yang dikembangkan oleh FAA dimana desain tersebut berhasil membuat tebal perkerasan yang dibutuhkan mengecil sehingga menghemat biaya. Konsep dari TDG yaitu pada saat fillet desain, lebih memmentingkan mempertahankan centerline, sehingga posisi kokpit berada pas diatas garis tengah. 26

27 Dengan demikian maka pada desain ini jari jari fillet pada sebuah taxiway menjadi diperkecil namun tetap dapat bekerja dengan baik. 27

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit Gambar 8.6-24: Marka taxiway pavement-strength limit Marka tepi taxiway utama atau apron terkait, atau marka runway side stripe, harus terpotong di sepanjang lebar jalan masuk taxiway berkekuatan rendah.

Lebih terperinci

ICAO (International Civil Aviation Organization)

ICAO (International Civil Aviation Organization) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menganalisis daerah pendaratan pada bandar udara Adisucipto menggunakan peraturan yang telah ditetapkan oleh ICAO maupun FAA ICAO (International Civil Aviation Organization)

Lebih terperinci

9.23. Lampu Taxiway Centre Line

9.23. Lampu Taxiway Centre Line 9.22.4.5. Jarak spasi terakhir antara lampu pada bagian lurus harus sama dengan jarak spasi pada bagian melengkung. 9.22.4.6. Jika jarak spasi terakhir pada bagian lurus kurang dari 25 m, jarak spasi kedua

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1 PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akibat kondisi kegiatan take - off dan landing pesawat yang begitu padat pada jam - jam sibuk, maka pengelola bandara perlu mempertimbangkan pengembangan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang... Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 00 Tentang Kebandarudaraan Pasal Ayat, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

Physical Characteristics of Aerodromes

Physical Characteristics of Aerodromes Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Physical Characteristics of Aerodromes Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 2 Aerodrome Reference Code Digunakan oleh ICAO untuk membaca hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Fasilitas bantu

Lebih terperinci

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. ANALISA PANJANG LANDASAN Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari advisory circular AC: 150/ 5325-4A dated 1/ 29/ 90, persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI TAXIWAY DI BANDARA ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Disusun oleh : Nur Ayu Diana

Lebih terperinci

AIRPORT MARKING AND LIGHTING

AIRPORT MARKING AND LIGHTING Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University AIRPORT MARKING AND LIGHTING Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Tujuan Marking Alat bantu navigasi ketika melakukan approach ke suatu bandar

Lebih terperinci

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau)

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau) Notes : 1) Kurva dihitung dengan rumus x 2 a 2 + y2 b 2 = 1 a 7.0 11.5 16.5 b 5.0 6.0 8.0 2) Toe-in 2º 3) Lihat catatan kolektif di Paragraf 9.11.1 untuk Gambar 9.11-1 hingga Gambar 9.11-11 Gambar 9.11-6:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

6.4. Runway End Safety Area (RESA) b. Dalam jarak 60 m dari garis tengah precision approach runway kategori I, dengan nomor kode 3 atau 4; atau c. Dalam jarak 45 m dari garis tengah dari sebuah precision approach runway kategori I, dengan

Lebih terperinci

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi. 8.6.7 Marka runway aiming point 8.6.7.1 Marka aiming point harus disediakan pada setiap akhir pendekatan pada runway instrument yang diperkeras dengan code number 2, 3 atau 4. 8.6.7.2 Marka aiming point

Lebih terperinci

9.28. Lampu road-holding position

9.28. Lampu road-holding position 9.27.2. Pola dan Lokasi Lampu Intermediate Holding Position Pada taxiway yang dilengkapi dengan lampu centre line, lampu intermediate holding position harus berisikan paling tidak 3 lampu inset, dengan

Lebih terperinci

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT A.5.2 KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT Peralatan ini dipertimbangkan apabila pada suatu bandar udara terdapat permasalahan sebagai berikut: a. Tidak ada petunjuk yang dapat diikuti secara visual

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan nomor SKEP/161/IX/03 tanggal 3 September

Lebih terperinci

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh : Yoanita Eka Rahayu 3112040611 LATAR BELAKANG Saat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konfigurasi Bandar Udara 2.1.1 Definisi Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/161/IX/2003, Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

Gambar : Typical apron markings

Gambar : Typical apron markings Gambar 8.7-28 : Typical apron markings 8.7.24 Self Manoeuvring Parking 8.7.24.1 Self-manoeuvring. Istilah ini digunakan untuk prosedur dimana pesawat udara masuk dan meninggalkan aircraft stand dengan

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74 ii. 5 lampu unidirectional yang berjarak sama dengan interval 2,4 m dimana lampu paling luar sejajar dengan baris lampu runway edge lainnya; b. 14 lampu unidirectional untuk runway dengan lebar 45 m, lihat

Lebih terperinci

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone) 7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona

Lebih terperinci

mencapai 1200 m Tabel 8.6-2:Standar marka Runway aiming point

mencapai 1200 m Tabel 8.6-2:Standar marka Runway aiming point 8.6.8 Marka Titik sasaran Landasan Pacu(Runway Aiming Point) 8.6.8.1 Marka aiming point harus disediakan pada setiap akhir pendekatan pada runway instrument yang diperkeras dengan code number 2, 3 atau

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC ) TUGAS AKHIR ( RC09 1380 ) Dosen Pembimbing Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD Mahasiswa Sheellfia Juni Permana 3110 106 036 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m Gambar 9.10-3: Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m 74 Gambar 9.10-4: Konfigurasi lampu runway edge pada runway lebar 60 m 75 Gambar 9.10-5: Lampu runway edge, lampu threshold dan lampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, serta

Lebih terperinci

Aircraft stand number designation. Gambar :

Aircraft stand number designation. Gambar : Gambar8.7-11 : Aircraft stand number designation 8.7.11.4 Aircraft type limit designations mengindikasikan aircraft stand mana yang mampu mengakomodasi jenis pesawat udara tertentu. Nomor designation ini

Lebih terperinci

Gambar : Diagram Isocandela untuk lampu Runway edge Omnidirectional Sistem penerangan runway intensitas rendah

Gambar : Diagram Isocandela untuk lampu Runway edge Omnidirectional Sistem penerangan runway intensitas rendah Gambar 9.22-1: Diagram Isocandela untuk lampu Runway edge Omnidirectional Sistem penerangan runway intensitas rendah Gambar 9.22-2: Diagram Isocandela Lampu Runway edge Sistem penerangan runway intensitas

Lebih terperinci

9.14. Lampu Runway Turn Pad

9.14. Lampu Runway Turn Pad a. Berupa lampu inset fixed unidirectional yang memancarkan warna merah dengan menghadap arah runway; dan b. Intensitas lampu minimum harus sesuai dengan penjelasan di Sub Bagian 9.22, Gambar 9.22-7. 9.13.7.

Lebih terperinci

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA BANDAR UDARA Pengertian Bandar Udara Adapun pengertian Bandar udara menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: Menurut International Civil Aviation Organization, bandar udara adalah area tertentu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI DAFTAR lsi LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN INTISARI KATA PENGANTAR ii DAFTAR lsi iv DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii ISTILAH - ISTILAH ix NOTASI- NOTASI xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1

Lebih terperinci

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM Bandar Udara Eddi Wahyudi, ST,MM PENGERTIAN Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar udara (Airport) merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara (Airport) berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandar Udara adalah kawasan di daratan atau perairan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

Selain digunakan untuk operasional penerbangan BAB III BANDAR UDARA ADISUCIPTO 3.1. KONDISI BANDAR UDARA 3.1.1. Lokasi Bandar Udara Bandar udara Adisucipto terletak sekitar 8 km arah timur kota Yogyakarta dengan koordinat geografis 07 47'S - 110 26'

Lebih terperinci

Code Letter Minimum Clearance

Code Letter Minimum Clearance Gambar 6.2-2:Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Code Letter "A" 6.2.4.3. Jika sebuah turn pad untuk pesawat udara tersedia di sembarang titik pada sebuah

Lebih terperinci

Code Letter Minimum Clearance

Code Letter Minimum Clearance Gambar 6.2-2: Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Kode huruf "A" (Pavement required to complete a 180-degree turn Code letter A aircraft) 6.2.4.3. Jika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang tersebar dari ujung Barat Sabang sampai ujung Timur Merauke. Kepulauan Papua yang letaknya di bagian ujung

Lebih terperinci

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar 8.14-21. Gambar8.14-20: Runway exit sign 8.14.8.10 Gambar 8.14-21: Dimensi tanda(sign dimensions) 8.14.8.11 Runway vacated sign 8.14.8.11.1 Runway

Lebih terperinci

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan

Lebih terperinci

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6 b. Jika threshold runway dipindahkan dari ujung runway, maka sebuah rambu yang menunjukkan runway designation dapat dibuat untuk lepas landas pesawat udara. 8.6.2.3 Karakteristik a. Marka runway designation

Lebih terperinci

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 Gambar8.11-3: Marka tiang dan menara Gambar 8.11-4: Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 8.11.5 Marka objek begerak (kendaraan) 8.11.5.1 Marka objek bergerak (kendaraan) yang rutin digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang 2.1.1. Bandar udara Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan

Lebih terperinci

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION (FAA) DAN LOAD CLASSIFICATION NUMBER (LCN) Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1) Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang letaknya sangat strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda transportasi udara saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii - iv v vi - vii viii ix x BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN 5.1. Kondisi Eksisting Bandar udara Domine Eduard Osok adalah bandar udara terbesar di daerah Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua. Bandara ini dibangun pada tahun 2002

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum 2. 1. 1. Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Bandar Udara Radin Inten II terletak di Jl. Alamsyah Ratu Prawiranegara Branti Raya, Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Tepatnya berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Analisis Kapasitas Runway 3 Mulai Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data 1. Data penumpang pesawat tahun 2005-2015 2. Data Pergerakan Pesawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi udara telah menjadi salah satu moda transportasi penting untuk perjalanan dengan jarak menengah dan jarak jauh. Prasarana utama yang menangani pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki prospek untuk berkembang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Bandar udara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan take-off dan landing pesawat udara dengan bangunan tempat penumpang menunggu (Horonjeff R, 1975). Menurut

Lebih terperinci

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9:

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9: b. Jarak antara unit PAPI dari threshold mungkin saja harus dimodifikasi dari posisi optimum setelah mempertimbangkan: i. Panjang runway yang tersisa untuk menghentikan pesawat udara; dan ii. Jarak obstacle

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR AHMAD SAIFULLAH. Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan. Program Strata Satu (S-1) Teknik Sipil.

TUGAS AKHIR AHMAD SAIFULLAH. Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan. Program Strata Satu (S-1) Teknik Sipil. TUGAS AKHIR ANALISIS KAPASITAS RUNWAY 3 BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA BERDASARKAN PERBANDINGAN METODE FAA DAN METODE PENGEMBANGAN PEMODELAN OPERASI PESAWAT Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menambah peluang menurunnya jaminan kualitas keselamatan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. menambah peluang menurunnya jaminan kualitas keselamatan transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketidakseimbangan antara kapasitas suatu infrastruktur transportasi dan volume permintaan akan jasa transportasi telah menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ukuran Bandar Udara

BAB III LANDASAN TEORI Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ukuran Bandar Udara 15 BAB III LANDASAN TEORI 3. 1.Umum Dalam studi pengembangan bandar udara ini penulis menggunakan teori maupun metoda yang diperoleh dari literatur yang menyangkut Bandar Udara dan disesuaikan dengan data

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Perencanaan landas pacu dan perkerasan fleksibel landas pacu sebuah bandar udara adalah salah satu perencanaan yang sangat unik karena belum tentu dapat diprediksi

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : AGUSTINUS BUDI SULISTYO NPM :

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR APRON Nama : Nur Kumala NIM : 0904105061 Jurusan : Teknik Sipil Mata Kuliah : Teknik Bandar Udara UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Apron Pengertian Apron Apron adalah bagian dari lapangan gerak darat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN)

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN) Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.4, Maret 2013 (270275) ISSN: 23376732 PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN) Felicia Geiby Dondokambey A. L. E. Rumayar, M.

Lebih terperinci

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-7: Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-8: Bentuk dan ukuran huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan akan penerbangan sebagai salah satu moda transportasi di Indonesia terus meningkat tajam. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta memerankan peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota Padang, yang menempati lahan seluas ± 427 hektare merupakan pintu gerbang utama Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PAULUS NDAPAMERANG NPM :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter

Lebih terperinci

9.4. Aerodrome Beacon

9.4. Aerodrome Beacon divariasi intensitasnya, misal untuk menghindari kilauan. Jika lampu ini akan dibedakan dari lampu kuning, lampu tersebut harus didisain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga: a. koordinat x warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan salah satu moda transportasi yang tidak dapat dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional, yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR

Lebih terperinci

Perencanaan Bandar Udara

Perencanaan Bandar Udara Perencanaan Bandar Udara Perkerasan Rigid Page 1 Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Perkerasan yang dibuat dari campuran aspal

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM 1 MATERI PEMBELAJARAN Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pembangunan disegala bidang khususnya bidang ekonomi pada dewasa ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat penting didalam menunjang aktifitas

Lebih terperinci

Variabel-variabel Pesawat

Variabel-variabel Pesawat Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan 9.31. Lampu Tepi Apron (Apron Edge Light) 9.31.1. Umum 9.31.1.1. Jika indikasi tambahan alat bantu visual dibutuhkan untuk menggambarkan tepi apron di malam hari, maka lampu taxiway edge dapat digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tingkat pelayanan (level of service) terminal dan apron Bandara. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan, sejalan dengan hal tersebut terjadi pula peningkatan pergerakan

Lebih terperinci

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi 10.18.9. Sistem pemeliharaan preventif digunakan untuk runway precision approach kategori II atau III bertujuan untuk mengetahui approach and runway lights berfungsi dan dalam kondisi tertentu setidaknya

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI Irvan Ramadhan, ST Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Dumai Muhammad Idham, ST, M.Sc Anton Budi Dharma,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) E-12 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-12 Evaluasi Kebutuhan Luasan Apron Pada Rencana Pengembangan Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Muhammad Nursalim,

Lebih terperinci

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance Pelabuhan Udara Gibraltar Airport Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Desain Fasilitas Sisi Udara Sistem Bandar Udara ARFL dan ARC Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA

Lebih terperinci

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI i m v vii ^ x ^ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Analisis 5 1.3 Batasan Masalah 5

Lebih terperinci

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia FAJAR DERMAWAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk kemudian diolah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk menunjang proses penelitian, untuk

Lebih terperinci

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

Kawasan keselamatan operasi penerbangan Standar Nasional Indonesia Kawasan keselamatan operasi penerbangan ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO Freddy Jansen Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Bandar Udara Sam Ratulangi merupakan salah satu pintu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : runway, taxiway dan apron I. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci : runway, taxiway dan apron I. PENDAHULUAN ABSTRAK Kabupaten Tana Toraja di dalam tatanan regional dan nasional adalah sebagai wilayah tujuan wisata nasional dan internasional, sehingga pembangunan dan pengembangan sistem transportasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37 crossbar harus mendekati garis lurus horisontal di sudut yang tepat dan dibagi dua oleh garis tengah lampu garis. Lampu-lampu ini harus diberi jarak sehingga dapat menghasilkan efek linear, kecuali jika

Lebih terperinci

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya A. 14.2 KRITERIA PENEMPATAN STOPBAR LIGHT Stopbar harus ditempatkan diseberang taxiway pada atau tidak lebih dari 0,3 m sebelum titik dimana diharapkan semua lalu lintas yang memasuki Runway berhenti.

Lebih terperinci