Daftar Pustaka. Coplin, W. D Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung. Indonesia.
|
|
- Adi Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Daftar Pustaka Buku dan Jurnal Bergin, Anthony and Sam Bateman Future unknown: The terrorist threat to Australian maritime security. Australian Strategic Policy Institute. Canberra. Coplin, W. D Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung. Indonesia. David, F Human Smuggling and Trafficking: An Overview of The Responses at The Federal Level, Research and Public Policy Series, No.24, Australian Institute and Criminology, Canberra. Departemen Hubungan Internasional. Universitas Airlangga. Vol. 8/ No.1/ September Frederickson H.G, Smith K.B The Public Administration Theory Primer. Rational Choice Theory and Irrational Behavior. Westview Press. Pp Ishiyama T. John dan Breuning M st Century Political Science; A Reference Handbook. Chapter 5; Rationality and Rational Choice. SAGE Publications. Krustiyati A Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kajian Dari Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol Law Review Volume XII No. 2 - November Mar iyah C Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral, Granit, Jakarta. Phillips, J Parliament of Australia, Department of Parliamentary Service. The Pacific Solution Revisited: a Statistical Guide to The Asylum Seeker Caseloads on Nauru and Manus Island. Phillips, Janet and Harriet Spink Boat arrivals in Australia since Parliament of Australia, Department of Parliamentary Service. Diakses dari <http;// entarylibrary/pubs/bn/ /boatarrivals> pada tanggal 2 Oktober 2015 Pujayanti A Isu Pencari Suaka dalam Hubungan Bilateral Indonesia- Australia. Kajian Singkat Terhadap Isu-Isu Terkini. Vol. VI, No. 04/II/P3DI/Februari/2014 Rahmawaty A Pelanggaran Australia terhadap Perairan Indonesia: Apakah Indonesia Sudah Cukup Peduli?. Forum Kajian Pertahanan dan Maritim.
2 Soesilowati S Sekuritisi Manusia Perahu : Efektifkah?. Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga. Global & Strategies, Th. 8, No.1 Tanzalia E Motivasi Australia Menerapkan Kebijakan Sekuritisasi terhadap Irregular Maritime Arrivals (IMAs) tahun JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober Tapiheru, J Rational-Choice Theory. Rational-Choice: Sebuah Perspektif dan Perangkat Analisis dalam Ilmu Politik. Jakarta. Wallace M.M. Rebecca Hukum Internasional. IKIP Semarang Press. Warsono Serangan World Trade Centre. Jurnal profesi, Vol. 10. Watson, S Perjuangan Lanjutan Australia dengan Pencari Suaka yang Tiba dengan perahu Bagaimana Konsistensi adalah Pendekatan Kebijakan Sekarang dan Internasional Australia Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Kemanusiaan?, Jurnal Kesejahteraan Sosial dan Hak Asasi Manusia, Vol. 2, No. 2 Wood J. A The Pacific Solution: Refugees Unwelcome in Australia. Diakses dari < pada tanggal 23 Dokumen Resmi Australian Government: Australia Customs and Border Protection Service, Operation Sovereign Borders. Diakses dari < pada tanggal 10 Oktober Australian Government, Department of Immigration and Border Protection. Statistic Section. Diakses dari < federal/timeline2.pdf> pada tanggal 3 Oktober Australian Government-Department of Forreign Affairs and Trade. Diakses dari < pada tanggal 3 Oktober Australian Government-Department of Forreign Affairs and Trade. MoU on Asylum Seeker Signed With Nauru. Diakses dari < releases/foreign/2001/fal7701.html> pada tanggal 10 Oktober Australian Government, First 100 days Government. Diakses dari < pm.gov.au/sites/default/files/reports/first-100-days-of-goverment.pdf> pada tanggal 12.
3 Australian Human Right Commision. Migration Law. Diakses dari < humanrights.gov.au/human-right-law-bulletin-volume-2> pada tanggal 5 Oktober Deklarasi Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 1967 Tentang Teritorial Pesuaka (UN.Declaration on Territorial Asylum 1967) Department Immigration and Citizenship Refused Immigration Clearance Report, December 1999, Unauthorised Arrivals Section, Canbera. Diakses dari < pada tanggal 25. Department Immigration and Citizenship. Annual Report Offshore Asylum Seekers Management. Diakses dari < reports/annual/ /report38.htm> pada tanggal 25. Department Immigration and Citizenship. Immigration detention statistics summary. Diakses dari < facilities/about> pada tanggal 4 Oktober Human Right and Aqual Opportunity Commision Who ve come Across the seas: Detention of Unauthorized Arrivals in Australia. Canbera: Australian Government Publishing Service. Lembar fakta operasi perbatasan berdaulat. Diakses dari < gov.au/site/translations/.../fact-sheet-indonesia.pdf> pada tanggal 11. Lembar Fakta Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Lembar Fakta Konvensi Jenewa 1951 mengenai Status Pengungsi Lembar Fakta Protokol New York 1967 mengenai Status Pengungsi Lembar Fakta Statuta UNHCR Liberal Party. Operation Sovereign Borders. Diakses dari < latest-news/2013/07/26/operation-sovereign-border> pada tanggal 11 Oktober Parliament of Australia Diakses dari <htttp://aph.gov.au/about-parliament/ Parliamentary-Department/Parliamentary-Library/pubs/rp/rp0001/01RP05> 10 Oktober Parliament of Australia: Department of Parliamentary Services, Statistical Appendix Updated 23 July 2013, pages Diakses dari < au/about-parliament/parliamentary-departments/parliamentarylibrary/pubs/ rp/rp1314/boatarrivals> 15 Oktober 2015.
4 UNHCR-The UN Refugee Agency. Tentang UNHCR. Diakses dari < unhcr.or.id/id/tentang-unhcr> pada tanggal 15 Oktober Website Amnesty Internasional, Document-Australia: This is breaking people processing centre on Manus Island, Papua New Guenia. < library/asset/asa12/002/2013/en/e7e7cf37-f409-49fl-8de3-ecf89508d74e/ asa en.html> diakses pada tanggal 20 Oktober Australian Federal Police (AFP). People Smuggling. < policing/human-trafficking/people-smuggling.aspx> diakses pada tanggal 20 Oktober BBC News, Australia:Why boat people risk it all, 4 September < diakses pada tanggal 27 Grattan M Bowen Policy to Deter Boats Laden with Risks. The Age. < diakses tanggal 27 Sepetember Kedutaan Besar Australia Indonesia. Australia Ambil Tindakan Tegas Terhadap Penyelundupan Manusia dan Menghentikan Pemrosesan Klaim oleh Bebebrapa Pencari Suaka. < jaktindonesian/sm10033.html> diakses pada tanggal 27 Pacific Media Centre. Australia s Pacific Solution for Asylum Seekers-a Timeline. < diakses pada tanggal 28 Republika, Australia Berlakukan Lagi Visa Sementara untuk Pengungsi dan Pencari Suaka,< diakses pada tanggal 21 Oktober The Australian. Julia Gillard s speech to the Lowy Institute on Labor s new Asylum Seekers Policy for Australia. 6 Juli < polics/juliagillards-speech-to-the-lowy-institute-on-labors-new-asylum-seeker -policy-foraustralia/story-e6frgczf > diakses tanggal 28 The Coaltion s Operation Sovereign Borders Policy, < Portals/0/2013/policy/The%20Coalition%E2%80%99s%20Operation%20Sov ereign%20borders%20policy.pdf> diakses pada tanggal 25.
5 Wood, Alexander J. The Pacific Solution: Refugees Unwelcome in Australia. < diakses tanggal 1 Oktober 2015
Bab I. Pendahuluan. negara lain. Hak tersebut dikenal dengan The Right to Asylum yang diakui Persatuan
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia internasional, setiap individu yang mengalami ketakukatan maupun penyiksaan yang disebabkan oleh konflik atau perang serta ketidakadilan di negara asalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih
Lebih terperinciMUHAMMAD RIFQI HERDIANZAH ABSTRACT
KEBIJAKAN PEMERINTAH AUSTRALIA TERKAIT PERMASALAHAN IRREGULAR MARITIME ARRIVALS PERIODE KEPEMIMPINAN PERDANA MENTERI JULIA GILLARD TAHUN 2010-2012 MUHAMMAD RIFQI HERDIANZAH ABSTRACT Australia is a country
Lebih terperinciOperation Sovereign Border: Kebijakan Australia sebagai Proteksi terhadap Ancaman dari Luar Negara
Operation Sovereign Border: Kebijakan Australia sebagai Proteksi terhadap Ancaman dari Luar Negara Wiwit Putri Handayani 1 Prof. Drs. Pawito, Ph.D 2 Lukman Fahmi Djarwono, S.IP, M.Si 3 Abstract The Australian
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AUSTRALIA TERHADAP IMIGRAN GELAP PADA MASA PEMERINTAHAN PARTAI BURUH AUSTRALIA
Andhika Bayu Prastya, et.al Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Australia terhadap Imigran 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AUSTRALIA TERHADAP IMIGRAN GELAP PADA MASA PEMERINTAHAN PARTAI
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.
91 DAFTAR PUSTAKA Buku: Ali, Mahrus dan Bayu Aji Pramono, (2011), Perdagangan Orang : Dimensi, Instrumen Internasional dan Pengaturannya Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti. Budi, Winarno, (2001),
Lebih terperinciBAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL
BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL Luasnya wilayah perairan Indonesia menjadi salah satu pendorong marak terjadinya kasus imigran ilegal di Indonesia yang turut diikuti
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) AUSTRALIA TERHADAP HUBUNGAN AUSTRALIA-INDONESIA KONTEMPORER
DAMPAK KEBIJAKAN ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) AUSTRALIA TERHADAP HUBUNGAN AUSTRALIA-INDONESIA KONTEMPORER THE IMPACT OF AUSTRALIAN POLICY ON ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) TOWARDS CURRENT RELATION
Lebih terperinciJournal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal Online di
Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal 250-260 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi PELANGGARAN PRINSIP NON-REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DAN PENCARI
Lebih terperinciPenerapan Prinsip Non-refoulement dalam Kasus Relokasi Pencari Suaka. Ilegal Australia Ke Pulau Manus dan Pulau Nauru. Oleh: Clara Ignatia Tobing
Penerapan Prinsip Non-refoulement dalam Kasus Relokasi Pencari Suaka Ilegal Australia Ke Pulau Manus dan Pulau Nauru. Oleh: Clara Ignatia Tobing 110120120015 ABSTRAK Australia merupakan salah negara di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi, perpindahan atau pergerakan manusia dari negara asal ke negara yang baru bukanlah fenomena yang baru saja terjadi belakangan ini. Selama berabad-abad, jauh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia internasional tidak luput dari masalah-masalah yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia internasional tidak luput dari masalah-masalah yang mengakibatkan timbulnya perang serta konflik di berbagai negara sehingga menimbulkan ketidakamanan yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pengungsi dan pencari suaka hingga saat ini menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia internasional. Ketimpangan pembangunan dan peristiwa
Lebih terperinciRASIONAL-KONSTRUKTIVIS: INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN MERESPON KEBIJAKAN TURN BACK THE BOATS AUSTRALIA
Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2016, hal. 105-113 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi RASIONAL-KONSTRUKTIVIS: INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN MERESPON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah Australia dalam mengatasi masuknya pengungsi secara ilegal melalui jalur laut adalah dengan mengusir perahu sebelum memasuki teritori laut
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Achmad Romsan., et al Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sanic
108 DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Achmad Romsan., et al. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sanic Offset. Ali Fahrudin. 2013. Dinamika Islam: Perkembangan Islam di Burma Pasca Kemerdekaan:
Lebih terperincimerupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas
Lebih terperinciJURNAL PENGUSIRAN PENCARI SUAKA OLEH AUSTRALIA MENURUT KONVENSI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 (THE 1951 CONVENTION RELATING TO THE STATUS OF REFUGEES)
JURNAL PENGUSIRAN PENCARI SUAKA OLEH AUSTRALIA MENURUT KONVENSI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 (THE 1951 CONVENTION RELATING TO THE STATUS OF REFUGEES) ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Lebih terperinciKEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA
KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA I. A. A Wulansari Mahadewi 1), Putu Ratih Kumala Dewi 2), A. A. Bagus Surya 3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciSILABI KEJAHATAN LINTAS NEGARA
SILABI KEJAHATAN LINTAS NEGARA A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : KEJAHATAN LINTAS NEGARA STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 SKS PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN
Lebih terperinciUPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014
UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014 Zuky Iriani dan Kodiran * ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran imigrasi dalam menangani keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu para pencari suaka politik (asylum seeker 1 ) ke Australia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu para pencari suaka politik (asylum seeker 1 ) ke Australia menjadi permasalahan nasional yang dihadapi oleh Australia. Gelombang kedatangan pencari suaka politik
Lebih terperinciJURNAL. Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA NPM : Internasional
JURNAL PENERAPAN KEBIJAKAN SOLUSI PASIFIK OLEH PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM MENGENDALIKAN LAJU KEDATANGAN PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA
Lebih terperinciSUAKA DAN HUKUM PENGUNGSI INTERNASIONAL
SUAKA DAN HUKUM PENGUNGSI INTERNASIONAL Maya I. Notoprayitno Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol, Jakarta Barat Email: m.notoprayitno@ymail.com Abstract: Asylum and Law for International
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.
DAFTAR PUSTAKA Buku, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional (Melindungi Orang-orang yang Menjadi Perhatian UNHCR) Modul Pembelajaran Mandiri, Geneva: Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Unauthorized Maritime Arrivals (UMAs) oleh Pemerintah Australia tidak hanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tema penelitian ini adalah pemindahan asylum seeker oleh negara tujuan ke negara lain (third country) sebagai negara penerima, negara penampungan sementara, dan
Lebih terperinciF-IL PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING YANG MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENCARI SUAKA ATAU PENGUNGSI
JURNAL PELAKSANAAN OPERASI KOMANDO TUGAS (KOGAS) KEMANUSIAAN GALANG 96 DALAM RANGKA PEMULANGAN PENCARI SUAKA ASAL VIETNAM TAHUN 1996 DI PULAU GALANG DITINJAU DARI SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi
Lebih terperinciNegara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda, Sri Wijayanti 1
Negara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda, Sri Wijayanti 1 Abstrak Makalah ini membahas kebijakan Indonesia sebagai sebuah negara maritim dalam
Lebih terperinciSekuritisasi Manusia Perahu : Efektifkah?
Sekuritisasi Manusia Perahu : Efektifkah? Sartika Soesilowati Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRAK Tulisan ini mengkaji kebijakan pemerintah Australia dalam menangani pencari
Lebih terperinciAnalisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Orang dan Imigran Gelap di Indonesia
Seminar 135 Nasional Andi Aina Hukum Ilmih Universitas Negeri Semarang Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 135-148 Fakultas Hukum, Faculty of Law Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan
Lebih terperinciJURNAL WANUA JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN Volume 1 No. 3. September-Desember 2016
PERANAN INDONESIA DALAM PENANGANAN IRREGULAR MIGRATION DALAM KERANGKA BALI PROCESS Oleh: Nurzaitun Zenita Ismail (Alumni Departemen Hubungan internasional Fisip Universitas Hasanuddin) Email: nurzaitunzenita@gmail.com
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Lewis, D. (2009). Nongovernmental Organizations, Definition and History. London School of Economics and Political Science, London.
DAFTAR PUSTAKA Buku Lewis, D. (2009). Nongovernmental Organizations, Definition and History. London School of Economics and Political Science, London. William E. DeMars, D. D. (2015). The NGO Challenge
Lebih terperinciUPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)
UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM.08.05 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN
Lebih terperinciBab IV. Penutup. Mengapa Bali Process gagal dalam menyelesaikan permasalahan penyelundupan
Bab IV Penutup IV.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan berpegang pada rumusan masalah, yakni, Mengapa Bali Process gagal dalam menyelesaikan permasalahan penyelundupan pencari suaka ke Australia?.
Lebih terperinciWilayah Negara Dalam Hukum Internasional
Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a
Lebih terperinciPEMINDAHAN PENCARI SUAKA ( TRANSFER OF ASYLUM SEEKER
PEMINDAHAN PENCARI SUAKA (TRANSFER OF ASYLUM SEEKER) DALAM HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS PEMINDAHAN PENCARI SUAKA DARI AUSTRALIA KE MALAYSIA DAN PAPUA NUGINI) TRI INAYA ZAHRA, NURDIN, S.H., M.Hum, HANIF
Lebih terperinciJurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks
Lebih terperinciJurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) adalah salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi internasional yang bersifat universal
Lebih terperinciA. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI
BAB III KEBIJAKAN JERMAN TERHADAP PENGUNGSI DI EROPA Pada bab III akan dijelaskan mengenai kebijakan Jerman terhadap masalah pengungsi. Bab ini akan diawali dengan penjelasan mengenai aturanaturan apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan yang berkualitas. Setiap individu memiliki hak atas kesehatan yang
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat. disimpulkan bahwa:
54 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Internastional Organization for Migration dalam menangani
Lebih terperinciALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI PROCESS UNTUK MENANGGULANGI IRREGULAR MIGRATION
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5 (2) 597-612 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur,
DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur, Hamid, Sulaiman, 2002, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional,PT Rajagrapindo Persada: Jakarta. Achmad,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA
KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA SKRIPSI Disusun Oleh: Ida Ayu Agung Wulansari Mahadewi NIM: 1121105017 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006
ALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006 (AUSTRALIA S REASONS FOR GRANTING POLITICAL ASYLUM TO 42 IMMIGRANTS FROM PAPUA INDONESIA IN 2006) SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciPRINSIP NON-REFOULEMENT DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA. Jun Justinar
PRINSIP NON-REFOULEMENT DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Jun Justinar Abstrak Dari sudut pandang negara penerima, pengungsian merupakan masalah kemanusiaan yang dapat berdampak pada bidang keamanan, ekonomi
Lebih terperinciRiyan Ananta Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
PERLINDUNGAN TERHADAP ASYLUM SEEKER DILUAR WILAYAH SUATU NEGARA KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB NEGARA MENURUT PASAL 33 AYAT (1) KONVENSI 1951 TENTANG STATUS PENGUNGSI STUDI KASUS AUSTRALIA-INDONESIA Riyan
Lebih terperinciJURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA
JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA Diajukan Oleh: Ni Made Maha Putri Paramitha NPM : 120510952 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum tentang
Lebih terperinciTHE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA
1 THE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA Yahya Sultoni, Setyo Widagdo S.H., M.Hum., Herman Suryokumoro S.H., M.S., Law Faculty of Brawijaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat di silang lalu lintas dunia. Letak geografis tersebut menyebabkan kini menghadapi masalah besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus dari dunia internasional
Lebih terperinciUPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)
UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Konsep Negara kepulauan Evolusi
Lebih terperinciURGENSI KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL MELALUI DOMAIN MARITIM TAHUN
URGENSI KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL MELALUI DOMAIN MARITIM TAHUN 2011-2016 NATIONAL POLICIES URGENCY IN HANDLING ILLEGAL MIGRANTS THROUGH MARITIME DOMAIN IN 2011-2016 Ade Supriadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya di dalam hukum internasional modern. 1. merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia (HAM) merupakan dua hal yang kini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia, khususnya di dalam hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam satu ruang, yaitu globus atau dunia. Pendapat ini mencoba menyampaikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Meskipun dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan informasi terkait permasalahan pengungsi karena keterbatasan peneliti dalam menemukan data-data yang terkait
Lebih terperinciSekuritisasi Migrasi Paksa Pengungsi Lintas- Batas di Indonesia
Seminar 43 Nasional Nurul Hukum Azizah Zayda Universitas Negeri Semarang Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 43-54 Fakultas Hukum, Faculty of Law Sekuritisasi Migrasi Paksa Pengungsi Lintas- Batas di Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagai satu-satunya organisasi internasional yang diberi mandat untuk memberi perlindungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan
BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Perebutan wilayah kekuasaan, perang saudara dan pemberotakan terhadap pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan aman, menjadi sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. Keterkaitannya selalu menjadi bagian dari perilaku umat manusia dan setua dengan sejarah fenomena
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciAUSTRALIA TUTUP PINTU PENGUNGSI
AUSTRALIA TUTUP PINTU PENGUNGSI KEBIJAKAN SUAKA AUSTRALIA YANG BARU DI INDONESIA Kate Snailham Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciREFUGEE DETENTION CENTRE: HUMANITY VS NATIONAL SECURITY
REFUGEE DETENTION CENTRE: HUMANITY VS NATIONAL SECURITY Ninon Melatyugra Alumni Fakultas Hukum UKSW angkatan 2008 dan Pemerhati HAM Korespondensi: ninon.melatyugra@gmail.com Abstrak Hukum internasional
Lebih terperinciMissbach, Antje, Trouble transit. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology. Resensi Buku
Resensi Buku Antje Missbach, 2016, Troubled Transit: Asylum Seekers Stuck in Indonesia. Singapore: ISEAS-Yusof Ishak Institute. Jumlah halaman: xvii + 288 (25 hlm. bibliografi, 10 hlm. index) ISBN: 978-981-4620-56-7
Lebih terperinciRechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan
Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Oleh : K. Zulfan Andriansyah * Naskah diterima: 28 September 2015; disetujui: 07 Oktober 2015 Indonesia sejak
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI KONVENSI BOM CLUSTER Oleh: Sanatul Zadidah ABSTRACT This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia signed the Convention
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciJURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA
JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. dapat bertahan hidup. UNHCR mencatat di awal tahun 2015, sekitar 59,5 juta orang.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2014 diwarnai dengan peristiwa global yang sering disebut sebagai krisis pengungsi global. Tercatat, jutaan orang terpaksa meninggalkan tempat asalnya
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013
Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA INDONESIA-AUSTRALIA ANNUAL
Lebih terperinciPENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti
PENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti ABSTRACT This research examined the problems regarding
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)
RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013) A. Pengiriman Delegasi 1. Pengiriman Delegasi DPR-RI ke the 16th General Assembly of Asia-Pacific Parliamentarians
Lebih terperinci: HARYO PRADIPTA BAYUWEGA
SKRIPSI PENERAPAN KEBIJAKAN SOLUSI PASIFIK OLEH PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM MENGENDALIKAN LAJU KEDATANGAN PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dan free movement merupakan salah satu konsekuensi yang tidak terelakan dari adanya proses globalisasi. Meski demikian, arus migrasi yang meningkat drastis
Lebih terperinciSILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM
SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.
Lebih terperinciKURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN
KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN Kurikulum berikut ini berlaku sejak perkuliahan tahun akademik 2012 dengan beban 47 kredit (pada masa sebelumnya, beban studi mahasiswa adalah 46 kredit). 1. Beban Studi Beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perjanjian pembagian hasil kekayaan alam yang terdapat pada laut Timor merupakan salah satu hambatan dalam hubungan antara Australia dan Republik Demokratik
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat
Lebih terperinciA-PDF Scan Optimizer Demo. Purchase from to remove the watermark
A-PDF Scan Optimizer Demo. Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark KERANGKA KERJA IMPLEMENTASI UNTUK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH AUSTRALIA UNTUK PEMBERANTASAN
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KONSENTRASI MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN KELAS SORE/XXVIII
KELAS SORE/XXVIII PERIODE: JANUARI-APRIL 2007 Tujuan kuliah, agar para mahasiswa memahami dan dapat menganalisis lingkungan bisnis secara global, karakteristik pesaing dan tingkat persaingan pada lingkungan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciEva Johan: Kebijakan Indonesia Terhadap Imigran Ilegal
Eva Johan: Kebijakan Indonesia Terhadap Imigran Ilegal 1 KEBIJAKAN INDONESIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEDAULATAN NEGARA Eva Johan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PENANGANAN PENGUNGSI OLEH AUSTRALIA DAN THAILAND. A. Sejarah Pengungsi Internasional dan Organisasi Internasional Yang Menangani
BAB II KEBIJAKAN PENANGANAN PENGUNGSI OLEH AUSTRALIA DAN THAILAND A. Sejarah Pengungsi Internasional dan Organisasi Internasional Yang Menangani Pengungsi 1. Sejarah Pengungsi Internasional Hukum pengungsi
Lebih terperinciPendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp
Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG
Lebih terperinciUPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI
UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI Disusunoleh: Raimundo de FátimaAlvesCorreia 151 070 253 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak
Lebih terperinciBAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS
BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS Integrasi Uni Eropa berdiri diatas salah satu pilar kerjasama justice and home affairs yang mengatur berbagai kerjasama, salah
Lebih terperinci