Daftar Pustaka. Coplin, W. D Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung. Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Pustaka. Coplin, W. D Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung. Indonesia."

Transkripsi

1 Daftar Pustaka Buku dan Jurnal Bergin, Anthony and Sam Bateman Future unknown: The terrorist threat to Australian maritime security. Australian Strategic Policy Institute. Canberra. Coplin, W. D Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung. Indonesia. David, F Human Smuggling and Trafficking: An Overview of The Responses at The Federal Level, Research and Public Policy Series, No.24, Australian Institute and Criminology, Canberra. Departemen Hubungan Internasional. Universitas Airlangga. Vol. 8/ No.1/ September Frederickson H.G, Smith K.B The Public Administration Theory Primer. Rational Choice Theory and Irrational Behavior. Westview Press. Pp Ishiyama T. John dan Breuning M st Century Political Science; A Reference Handbook. Chapter 5; Rationality and Rational Choice. SAGE Publications. Krustiyati A Kebijakan Penanganan Pengungsi di Indonesia: Kajian Dari Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol Law Review Volume XII No. 2 - November Mar iyah C Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral, Granit, Jakarta. Phillips, J Parliament of Australia, Department of Parliamentary Service. The Pacific Solution Revisited: a Statistical Guide to The Asylum Seeker Caseloads on Nauru and Manus Island. Phillips, Janet and Harriet Spink Boat arrivals in Australia since Parliament of Australia, Department of Parliamentary Service. Diakses dari <http;// entarylibrary/pubs/bn/ /boatarrivals> pada tanggal 2 Oktober 2015 Pujayanti A Isu Pencari Suaka dalam Hubungan Bilateral Indonesia- Australia. Kajian Singkat Terhadap Isu-Isu Terkini. Vol. VI, No. 04/II/P3DI/Februari/2014 Rahmawaty A Pelanggaran Australia terhadap Perairan Indonesia: Apakah Indonesia Sudah Cukup Peduli?. Forum Kajian Pertahanan dan Maritim.

2 Soesilowati S Sekuritisi Manusia Perahu : Efektifkah?. Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga. Global & Strategies, Th. 8, No.1 Tanzalia E Motivasi Australia Menerapkan Kebijakan Sekuritisasi terhadap Irregular Maritime Arrivals (IMAs) tahun JOM FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober Tapiheru, J Rational-Choice Theory. Rational-Choice: Sebuah Perspektif dan Perangkat Analisis dalam Ilmu Politik. Jakarta. Wallace M.M. Rebecca Hukum Internasional. IKIP Semarang Press. Warsono Serangan World Trade Centre. Jurnal profesi, Vol. 10. Watson, S Perjuangan Lanjutan Australia dengan Pencari Suaka yang Tiba dengan perahu Bagaimana Konsistensi adalah Pendekatan Kebijakan Sekarang dan Internasional Australia Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Kemanusiaan?, Jurnal Kesejahteraan Sosial dan Hak Asasi Manusia, Vol. 2, No. 2 Wood J. A The Pacific Solution: Refugees Unwelcome in Australia. Diakses dari < pada tanggal 23 Dokumen Resmi Australian Government: Australia Customs and Border Protection Service, Operation Sovereign Borders. Diakses dari < pada tanggal 10 Oktober Australian Government, Department of Immigration and Border Protection. Statistic Section. Diakses dari < federal/timeline2.pdf> pada tanggal 3 Oktober Australian Government-Department of Forreign Affairs and Trade. Diakses dari < pada tanggal 3 Oktober Australian Government-Department of Forreign Affairs and Trade. MoU on Asylum Seeker Signed With Nauru. Diakses dari < releases/foreign/2001/fal7701.html> pada tanggal 10 Oktober Australian Government, First 100 days Government. Diakses dari < pm.gov.au/sites/default/files/reports/first-100-days-of-goverment.pdf> pada tanggal 12.

3 Australian Human Right Commision. Migration Law. Diakses dari < humanrights.gov.au/human-right-law-bulletin-volume-2> pada tanggal 5 Oktober Deklarasi Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 1967 Tentang Teritorial Pesuaka (UN.Declaration on Territorial Asylum 1967) Department Immigration and Citizenship Refused Immigration Clearance Report, December 1999, Unauthorised Arrivals Section, Canbera. Diakses dari < pada tanggal 25. Department Immigration and Citizenship. Annual Report Offshore Asylum Seekers Management. Diakses dari < reports/annual/ /report38.htm> pada tanggal 25. Department Immigration and Citizenship. Immigration detention statistics summary. Diakses dari < facilities/about> pada tanggal 4 Oktober Human Right and Aqual Opportunity Commision Who ve come Across the seas: Detention of Unauthorized Arrivals in Australia. Canbera: Australian Government Publishing Service. Lembar fakta operasi perbatasan berdaulat. Diakses dari < gov.au/site/translations/.../fact-sheet-indonesia.pdf> pada tanggal 11. Lembar Fakta Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Lembar Fakta Konvensi Jenewa 1951 mengenai Status Pengungsi Lembar Fakta Protokol New York 1967 mengenai Status Pengungsi Lembar Fakta Statuta UNHCR Liberal Party. Operation Sovereign Borders. Diakses dari < latest-news/2013/07/26/operation-sovereign-border> pada tanggal 11 Oktober Parliament of Australia Diakses dari <htttp://aph.gov.au/about-parliament/ Parliamentary-Department/Parliamentary-Library/pubs/rp/rp0001/01RP05> 10 Oktober Parliament of Australia: Department of Parliamentary Services, Statistical Appendix Updated 23 July 2013, pages Diakses dari < au/about-parliament/parliamentary-departments/parliamentarylibrary/pubs/ rp/rp1314/boatarrivals> 15 Oktober 2015.

4 UNHCR-The UN Refugee Agency. Tentang UNHCR. Diakses dari < unhcr.or.id/id/tentang-unhcr> pada tanggal 15 Oktober Website Amnesty Internasional, Document-Australia: This is breaking people processing centre on Manus Island, Papua New Guenia. < library/asset/asa12/002/2013/en/e7e7cf37-f409-49fl-8de3-ecf89508d74e/ asa en.html> diakses pada tanggal 20 Oktober Australian Federal Police (AFP). People Smuggling. < policing/human-trafficking/people-smuggling.aspx> diakses pada tanggal 20 Oktober BBC News, Australia:Why boat people risk it all, 4 September < diakses pada tanggal 27 Grattan M Bowen Policy to Deter Boats Laden with Risks. The Age. < diakses tanggal 27 Sepetember Kedutaan Besar Australia Indonesia. Australia Ambil Tindakan Tegas Terhadap Penyelundupan Manusia dan Menghentikan Pemrosesan Klaim oleh Bebebrapa Pencari Suaka. < jaktindonesian/sm10033.html> diakses pada tanggal 27 Pacific Media Centre. Australia s Pacific Solution for Asylum Seekers-a Timeline. < diakses pada tanggal 28 Republika, Australia Berlakukan Lagi Visa Sementara untuk Pengungsi dan Pencari Suaka,< diakses pada tanggal 21 Oktober The Australian. Julia Gillard s speech to the Lowy Institute on Labor s new Asylum Seekers Policy for Australia. 6 Juli < polics/juliagillards-speech-to-the-lowy-institute-on-labors-new-asylum-seeker -policy-foraustralia/story-e6frgczf > diakses tanggal 28 The Coaltion s Operation Sovereign Borders Policy, < Portals/0/2013/policy/The%20Coalition%E2%80%99s%20Operation%20Sov ereign%20borders%20policy.pdf> diakses pada tanggal 25.

5 Wood, Alexander J. The Pacific Solution: Refugees Unwelcome in Australia. < diakses tanggal 1 Oktober 2015

Bab I. Pendahuluan. negara lain. Hak tersebut dikenal dengan The Right to Asylum yang diakui Persatuan

Bab I. Pendahuluan. negara lain. Hak tersebut dikenal dengan The Right to Asylum yang diakui Persatuan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia internasional, setiap individu yang mengalami ketakukatan maupun penyiksaan yang disebabkan oleh konflik atau perang serta ketidakadilan di negara asalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih

Lebih terperinci

MUHAMMAD RIFQI HERDIANZAH ABSTRACT

MUHAMMAD RIFQI HERDIANZAH ABSTRACT KEBIJAKAN PEMERINTAH AUSTRALIA TERKAIT PERMASALAHAN IRREGULAR MARITIME ARRIVALS PERIODE KEPEMIMPINAN PERDANA MENTERI JULIA GILLARD TAHUN 2010-2012 MUHAMMAD RIFQI HERDIANZAH ABSTRACT Australia is a country

Lebih terperinci

Operation Sovereign Border: Kebijakan Australia sebagai Proteksi terhadap Ancaman dari Luar Negara

Operation Sovereign Border: Kebijakan Australia sebagai Proteksi terhadap Ancaman dari Luar Negara Operation Sovereign Border: Kebijakan Australia sebagai Proteksi terhadap Ancaman dari Luar Negara Wiwit Putri Handayani 1 Prof. Drs. Pawito, Ph.D 2 Lukman Fahmi Djarwono, S.IP, M.Si 3 Abstract The Australian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AUSTRALIA TERHADAP IMIGRAN GELAP PADA MASA PEMERINTAHAN PARTAI BURUH AUSTRALIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AUSTRALIA TERHADAP IMIGRAN GELAP PADA MASA PEMERINTAHAN PARTAI BURUH AUSTRALIA Andhika Bayu Prastya, et.al Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Australia terhadap Imigran 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AUSTRALIA TERHADAP IMIGRAN GELAP PADA MASA PEMERINTAHAN PARTAI

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka. 91 DAFTAR PUSTAKA Buku: Ali, Mahrus dan Bayu Aji Pramono, (2011), Perdagangan Orang : Dimensi, Instrumen Internasional dan Pengaturannya Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti. Budi, Winarno, (2001),

Lebih terperinci

BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL

BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL Luasnya wilayah perairan Indonesia menjadi salah satu pendorong marak terjadinya kasus imigran ilegal di Indonesia yang turut diikuti

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) AUSTRALIA TERHADAP HUBUNGAN AUSTRALIA-INDONESIA KONTEMPORER

DAMPAK KEBIJAKAN ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) AUSTRALIA TERHADAP HUBUNGAN AUSTRALIA-INDONESIA KONTEMPORER DAMPAK KEBIJAKAN ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) AUSTRALIA TERHADAP HUBUNGAN AUSTRALIA-INDONESIA KONTEMPORER THE IMPACT OF AUSTRALIAN POLICY ON ILLEGAL MARITIME ARRIVALS (IMA) TOWARDS CURRENT RELATION

Lebih terperinci

Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal Online di

Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal Online di Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2016, hal 250-260 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi PELANGGARAN PRINSIP NON-REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DAN PENCARI

Lebih terperinci

Penerapan Prinsip Non-refoulement dalam Kasus Relokasi Pencari Suaka. Ilegal Australia Ke Pulau Manus dan Pulau Nauru. Oleh: Clara Ignatia Tobing

Penerapan Prinsip Non-refoulement dalam Kasus Relokasi Pencari Suaka. Ilegal Australia Ke Pulau Manus dan Pulau Nauru. Oleh: Clara Ignatia Tobing Penerapan Prinsip Non-refoulement dalam Kasus Relokasi Pencari Suaka Ilegal Australia Ke Pulau Manus dan Pulau Nauru. Oleh: Clara Ignatia Tobing 110120120015 ABSTRAK Australia merupakan salah negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi, perpindahan atau pergerakan manusia dari negara asal ke negara yang baru bukanlah fenomena yang baru saja terjadi belakangan ini. Selama berabad-abad, jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia internasional tidak luput dari masalah-masalah yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia internasional tidak luput dari masalah-masalah yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia internasional tidak luput dari masalah-masalah yang mengakibatkan timbulnya perang serta konflik di berbagai negara sehingga menimbulkan ketidakamanan yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pengungsi dan pencari suaka hingga saat ini menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia internasional. Ketimpangan pembangunan dan peristiwa

Lebih terperinci

RASIONAL-KONSTRUKTIVIS: INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN MERESPON KEBIJAKAN TURN BACK THE BOATS AUSTRALIA

RASIONAL-KONSTRUKTIVIS: INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN MERESPON KEBIJAKAN TURN BACK THE BOATS AUSTRALIA Journal of International Relations, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2016, hal. 105-113 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihi RASIONAL-KONSTRUKTIVIS: INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN MERESPON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah Australia dalam mengatasi masuknya pengungsi secara ilegal melalui jalur laut adalah dengan mengusir perahu sebelum memasuki teritori laut

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Romsan., et al Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sanic

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Romsan., et al Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sanic 108 DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Achmad Romsan., et al. 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional. Bandung: Sanic Offset. Ali Fahrudin. 2013. Dinamika Islam: Perkembangan Islam di Burma Pasca Kemerdekaan:

Lebih terperinci

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

JURNAL PENGUSIRAN PENCARI SUAKA OLEH AUSTRALIA MENURUT KONVENSI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 (THE 1951 CONVENTION RELATING TO THE STATUS OF REFUGEES)

JURNAL PENGUSIRAN PENCARI SUAKA OLEH AUSTRALIA MENURUT KONVENSI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 (THE 1951 CONVENTION RELATING TO THE STATUS OF REFUGEES) JURNAL PENGUSIRAN PENCARI SUAKA OLEH AUSTRALIA MENURUT KONVENSI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 (THE 1951 CONVENTION RELATING TO THE STATUS OF REFUGEES) ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA

KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA I. A. A Wulansari Mahadewi 1), Putu Ratih Kumala Dewi 2), A. A. Bagus Surya 3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

SILABI KEJAHATAN LINTAS NEGARA

SILABI KEJAHATAN LINTAS NEGARA SILABI KEJAHATAN LINTAS NEGARA A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : KEJAHATAN LINTAS NEGARA STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 SKS PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN

Lebih terperinci

UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014

UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014 UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014 Zuky Iriani dan Kodiran * ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran imigrasi dalam menangani keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu para pencari suaka politik (asylum seeker 1 ) ke Australia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Isu para pencari suaka politik (asylum seeker 1 ) ke Australia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu para pencari suaka politik (asylum seeker 1 ) ke Australia menjadi permasalahan nasional yang dihadapi oleh Australia. Gelombang kedatangan pencari suaka politik

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA NPM : Internasional

JURNAL. Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA NPM : Internasional JURNAL PENERAPAN KEBIJAKAN SOLUSI PASIFIK OLEH PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM MENGENDALIKAN LAJU KEDATANGAN PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA

Lebih terperinci

SUAKA DAN HUKUM PENGUNGSI INTERNASIONAL

SUAKA DAN HUKUM PENGUNGSI INTERNASIONAL SUAKA DAN HUKUM PENGUNGSI INTERNASIONAL Maya I. Notoprayitno Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol, Jakarta Barat Email: m.notoprayitno@ymail.com Abstract: Asylum and Law for International

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni. DAFTAR PUSTAKA Buku, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional (Melindungi Orang-orang yang Menjadi Perhatian UNHCR) Modul Pembelajaran Mandiri, Geneva: Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Unauthorized Maritime Arrivals (UMAs) oleh Pemerintah Australia tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Unauthorized Maritime Arrivals (UMAs) oleh Pemerintah Australia tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tema penelitian ini adalah pemindahan asylum seeker oleh negara tujuan ke negara lain (third country) sebagai negara penerima, negara penampungan sementara, dan

Lebih terperinci

F-IL PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING YANG MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENCARI SUAKA ATAU PENGUNGSI

F-IL PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING YANG MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENCARI SUAKA ATAU PENGUNGSI JURNAL PELAKSANAAN OPERASI KOMANDO TUGAS (KOGAS) KEMANUSIAAN GALANG 96 DALAM RANGKA PEMULANGAN PENCARI SUAKA ASAL VIETNAM TAHUN 1996 DI PULAU GALANG DITINJAU DARI SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

Lebih terperinci

Negara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda, Sri Wijayanti 1

Negara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda, Sri Wijayanti 1 Negara Maritim Indonesia, Migrasi Tidak Teratur, dan Hak Pengungsi Lintas Batas Nurul Azizah Zayzda, Sri Wijayanti 1 Abstrak Makalah ini membahas kebijakan Indonesia sebagai sebuah negara maritim dalam

Lebih terperinci

Sekuritisasi Manusia Perahu : Efektifkah?

Sekuritisasi Manusia Perahu : Efektifkah? Sekuritisasi Manusia Perahu : Efektifkah? Sartika Soesilowati Departemen Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRAK Tulisan ini mengkaji kebijakan pemerintah Australia dalam menangani pencari

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Orang dan Imigran Gelap di Indonesia

Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Orang dan Imigran Gelap di Indonesia Seminar 135 Nasional Andi Aina Hukum Ilmih Universitas Negeri Semarang Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 135-148 Fakultas Hukum, Faculty of Law Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan

Lebih terperinci

JURNAL WANUA JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN Volume 1 No. 3. September-Desember 2016

JURNAL WANUA JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN Volume 1 No. 3. September-Desember 2016 PERANAN INDONESIA DALAM PENANGANAN IRREGULAR MIGRATION DALAM KERANGKA BALI PROCESS Oleh: Nurzaitun Zenita Ismail (Alumni Departemen Hubungan internasional Fisip Universitas Hasanuddin) Email: nurzaitunzenita@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Lewis, D. (2009). Nongovernmental Organizations, Definition and History. London School of Economics and Political Science, London.

DAFTAR PUSTAKA. Lewis, D. (2009). Nongovernmental Organizations, Definition and History. London School of Economics and Political Science, London. DAFTAR PUSTAKA Buku Lewis, D. (2009). Nongovernmental Organizations, Definition and History. London School of Economics and Political Science, London. William E. DeMars, D. D. (2015). The NGO Challenge

Lebih terperinci

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM.08.05 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN

Lebih terperinci

Bab IV. Penutup. Mengapa Bali Process gagal dalam menyelesaikan permasalahan penyelundupan

Bab IV. Penutup. Mengapa Bali Process gagal dalam menyelesaikan permasalahan penyelundupan Bab IV Penutup IV.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan berpegang pada rumusan masalah, yakni, Mengapa Bali Process gagal dalam menyelesaikan permasalahan penyelundupan pencari suaka ke Australia?.

Lebih terperinci

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PENCARI SUAKA ( TRANSFER OF ASYLUM SEEKER

PEMINDAHAN PENCARI SUAKA ( TRANSFER OF ASYLUM SEEKER PEMINDAHAN PENCARI SUAKA (TRANSFER OF ASYLUM SEEKER) DALAM HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS PEMINDAHAN PENCARI SUAKA DARI AUSTRALIA KE MALAYSIA DAN PAPUA NUGINI) TRI INAYA ZAHRA, NURDIN, S.H., M.Hum, HANIF

Lebih terperinci

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks

Lebih terperinci

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) adalah salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi internasional yang bersifat universal

Lebih terperinci

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI BAB III KEBIJAKAN JERMAN TERHADAP PENGUNGSI DI EROPA Pada bab III akan dijelaskan mengenai kebijakan Jerman terhadap masalah pengungsi. Bab ini akan diawali dengan penjelasan mengenai aturanaturan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan yang berkualitas. Setiap individu memiliki hak atas kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat. disimpulkan bahwa:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat. disimpulkan bahwa: 54 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Internastional Organization for Migration dalam menangani

Lebih terperinci

ALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI PROCESS UNTUK MENANGGULANGI IRREGULAR MIGRATION

ALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI PROCESS UNTUK MENANGGULANGI IRREGULAR MIGRATION ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5 (2) 597-612 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 ALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur,

DAFTAR PUSTAKA. Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur, DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur, Hamid, Sulaiman, 2002, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional,PT Rajagrapindo Persada: Jakarta. Achmad,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA

KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA KEPUTUSAN PAPUA NUGINI DALAM KERJASAMA BILATERAL PNG SOLUTION DENGAN AUSTRALIA SKRIPSI Disusun Oleh: Ida Ayu Agung Wulansari Mahadewi NIM: 1121105017 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006

ALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006 ALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006 (AUSTRALIA S REASONS FOR GRANTING POLITICAL ASYLUM TO 42 IMMIGRANTS FROM PAPUA INDONESIA IN 2006) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PRINSIP NON-REFOULEMENT DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA. Jun Justinar

PRINSIP NON-REFOULEMENT DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA. Jun Justinar PRINSIP NON-REFOULEMENT DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Jun Justinar Abstrak Dari sudut pandang negara penerima, pengungsian merupakan masalah kemanusiaan yang dapat berdampak pada bidang keamanan, ekonomi

Lebih terperinci

Riyan Ananta Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Riyan Ananta Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta PERLINDUNGAN TERHADAP ASYLUM SEEKER DILUAR WILAYAH SUATU NEGARA KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB NEGARA MENURUT PASAL 33 AYAT (1) KONVENSI 1951 TENTANG STATUS PENGUNGSI STUDI KASUS AUSTRALIA-INDONESIA Riyan

Lebih terperinci

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA Diajukan Oleh: Ni Made Maha Putri Paramitha NPM : 120510952 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum tentang

Lebih terperinci

THE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA

THE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA 1 THE REASON OF INDONESIA NOT RATIFIED REFUGEE CONVENTION 1951 AND LEGAL PROTECTION FOR REFUGEES IN INDONESIA Yahya Sultoni, Setyo Widagdo S.H., M.Hum., Herman Suryokumoro S.H., M.S., Law Faculty of Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat di silang lalu lintas dunia. Letak geografis tersebut menyebabkan kini menghadapi masalah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus dari dunia internasional

Lebih terperinci

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5 A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia B.POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN: Konsep Negara kepulauan Evolusi

Lebih terperinci

URGENSI KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL MELALUI DOMAIN MARITIM TAHUN

URGENSI KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL MELALUI DOMAIN MARITIM TAHUN URGENSI KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN ILEGAL MELALUI DOMAIN MARITIM TAHUN 2011-2016 NATIONAL POLICIES URGENCY IN HANDLING ILLEGAL MIGRANTS THROUGH MARITIME DOMAIN IN 2011-2016 Ade Supriadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di dalam hukum internasional modern. 1. merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di dalam hukum internasional modern. 1. merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia (HAM) merupakan dua hal yang kini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia, khususnya di dalam hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam satu ruang, yaitu globus atau dunia. Pendapat ini mencoba menyampaikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Meskipun dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan informasi terkait permasalahan pengungsi karena keterbatasan peneliti dalam menemukan data-data yang terkait

Lebih terperinci

Sekuritisasi Migrasi Paksa Pengungsi Lintas- Batas di Indonesia

Sekuritisasi Migrasi Paksa Pengungsi Lintas- Batas di Indonesia Seminar 43 Nasional Nurul Hukum Azizah Zayda Universitas Negeri Semarang Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017, 43-54 Fakultas Hukum, Faculty of Law Sekuritisasi Migrasi Paksa Pengungsi Lintas- Batas di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagai satu-satunya organisasi internasional yang diberi mandat untuk memberi perlindungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Perebutan wilayah kekuasaan, perang saudara dan pemberotakan terhadap pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan aman, menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. Keterkaitannya selalu menjadi bagian dari perilaku umat manusia dan setua dengan sejarah fenomena

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

AUSTRALIA TUTUP PINTU PENGUNGSI

AUSTRALIA TUTUP PINTU PENGUNGSI AUSTRALIA TUTUP PINTU PENGUNGSI KEBIJAKAN SUAKA AUSTRALIA YANG BARU DI INDONESIA Kate Snailham Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

REFUGEE DETENTION CENTRE: HUMANITY VS NATIONAL SECURITY

REFUGEE DETENTION CENTRE: HUMANITY VS NATIONAL SECURITY REFUGEE DETENTION CENTRE: HUMANITY VS NATIONAL SECURITY Ninon Melatyugra Alumni Fakultas Hukum UKSW angkatan 2008 dan Pemerhati HAM Korespondensi: ninon.melatyugra@gmail.com Abstrak Hukum internasional

Lebih terperinci

Missbach, Antje, Trouble transit. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology. Resensi Buku

Missbach, Antje, Trouble transit. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology. Resensi Buku Resensi Buku Antje Missbach, 2016, Troubled Transit: Asylum Seekers Stuck in Indonesia. Singapore: ISEAS-Yusof Ishak Institute. Jumlah halaman: xvii + 288 (25 hlm. bibliografi, 10 hlm. index) ISBN: 978-981-4620-56-7

Lebih terperinci

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Oleh : K. Zulfan Andriansyah * Naskah diterima: 28 September 2015; disetujui: 07 Oktober 2015 Indonesia sejak

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI. This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDONESIA BELUM MERATIFIKASI KONVENSI BOM CLUSTER Oleh: Sanatul Zadidah ABSTRACT This research aims to explain Cluster munition, The Republic of Indonesia signed the Convention

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. dapat bertahan hidup. UNHCR mencatat di awal tahun 2015, sekitar 59,5 juta orang.

BAB I Pendahuluan. dapat bertahan hidup. UNHCR mencatat di awal tahun 2015, sekitar 59,5 juta orang. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2014 diwarnai dengan peristiwa global yang sering disebut sebagai krisis pengungsi global. Tercatat, jutaan orang terpaksa meninggalkan tempat asalnya

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA INDONESIA-AUSTRALIA ANNUAL

Lebih terperinci

PENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti

PENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti PENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti ABSTRACT This research examined the problems regarding

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013) RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013) A. Pengiriman Delegasi 1. Pengiriman Delegasi DPR-RI ke the 16th General Assembly of Asia-Pacific Parliamentarians

Lebih terperinci

: HARYO PRADIPTA BAYUWEGA

: HARYO PRADIPTA BAYUWEGA SKRIPSI PENERAPAN KEBIJAKAN SOLUSI PASIFIK OLEH PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM MENGENDALIKAN LAJU KEDATANGAN PENGUNGSI DAN PENCARI SUAKA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL Diajukan Oleh : HARYO PRADIPTA BAYUWEGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dan free movement merupakan salah satu konsekuensi yang tidak terelakan dari adanya proses globalisasi. Meski demikian, arus migrasi yang meningkat drastis

Lebih terperinci

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.

Lebih terperinci

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN

KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN KURIKULUM MAGISTER MANAJEMEN Kurikulum berikut ini berlaku sejak perkuliahan tahun akademik 2012 dengan beban 47 kredit (pada masa sebelumnya, beban studi mahasiswa adalah 46 kredit). 1. Beban Studi Beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perjanjian pembagian hasil kekayaan alam yang terdapat pada laut Timor merupakan salah satu hambatan dalam hubungan antara Australia dan Republik Demokratik

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

A-PDF Scan Optimizer Demo. Purchase from to remove the watermark

A-PDF Scan Optimizer Demo. Purchase from  to remove the watermark A-PDF Scan Optimizer Demo. Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark KERANGKA KERJA IMPLEMENTASI UNTUK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH AUSTRALIA UNTUK PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KONSENTRASI MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN KELAS SORE/XXVIII

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KONSENTRASI MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN KELAS SORE/XXVIII KELAS SORE/XXVIII PERIODE: JANUARI-APRIL 2007 Tujuan kuliah, agar para mahasiswa memahami dan dapat menganalisis lingkungan bisnis secara global, karakteristik pesaing dan tingkat persaingan pada lingkungan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

Eva Johan: Kebijakan Indonesia Terhadap Imigran Ilegal

Eva Johan: Kebijakan Indonesia Terhadap Imigran Ilegal Eva Johan: Kebijakan Indonesia Terhadap Imigran Ilegal 1 KEBIJAKAN INDONESIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEDAULATAN NEGARA Eva Johan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PENANGANAN PENGUNGSI OLEH AUSTRALIA DAN THAILAND. A. Sejarah Pengungsi Internasional dan Organisasi Internasional Yang Menangani

BAB II KEBIJAKAN PENANGANAN PENGUNGSI OLEH AUSTRALIA DAN THAILAND. A. Sejarah Pengungsi Internasional dan Organisasi Internasional Yang Menangani BAB II KEBIJAKAN PENANGANAN PENGUNGSI OLEH AUSTRALIA DAN THAILAND A. Sejarah Pengungsi Internasional dan Organisasi Internasional Yang Menangani Pengungsi 1. Sejarah Pengungsi Internasional Hukum pengungsi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG

Lebih terperinci

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI Disusunoleh: Raimundo de FátimaAlvesCorreia 151 070 253 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS Integrasi Uni Eropa berdiri diatas salah satu pilar kerjasama justice and home affairs yang mengatur berbagai kerjasama, salah

Lebih terperinci