BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Harjanti Liana Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dan free movement merupakan salah satu konsekuensi yang tidak terelakan dari adanya proses globalisasi. Meski demikian, arus migrasi yang meningkat drastis dapat menjadi masalah serius bagi suatu wilayah, contohnya Uni Eropa. Tahun 2011 menandai fenomena masuknya gelombang imigran secara masif ke Uni Eropa yang diakibatkan oleh adanya peristiwa Arab Spring. 1 Jumlah imigran yang masuk ke Uni Eropa pada tahun 2011 mencapai jumlah orang, atau 7 kali lipat dari tahun sebelumnya. Selanjutnya, meski pada tahun 2012 terdapat penurunan jumlah imigran, namun pada tahun 2013, lonjakan jumlah imigran kembali harus dihadapi oleh Uni Eropa. Situasi menjadi semakin serius tatkala jumlah imigran semakin meningkat setiap tahunnya. Tercatat imigran memasuki wilayah Uni Eropa pada tahun Sementara pada tahun 2015, diperkirakan lebih dari satu juta imigran yang mencapai Uni Eropa melalui Mediterania. 2 Dengan demikian, gelombang imigran ke Uni Eropa kali ini merupakan yang termasif sejak Perang Dunia ke-ii, sehingga tak heran apabila sampai mendapat label krisis. Fenomena lonjakan jumlah imigran ke Uni Eropa sebenarnya berkaitan erat dengan isu krisis humaniter. Pasalnya, imigran yang masuk ke Uni Eropa diperkirakan mayoritasnya didominasi oleh korban-korban daerah perang dan konflik seperti Suriah, Afgahanistan dan Eritrea.Meski demikian, terlepas dari isu humaniter dalam fenomena lonjakan imigran ini, negara-negara anggota Uni Eropa menganggap arus imigran yang masuk ke wilayahnya sebagai ancaman eksistensial terhadap identitas bangsanya.hal ini terutama muncul setelah didapati realita bahwa tak sedikit di antara yang mengaku pengungsi konflik ternyata adalah imigran ekonomi dari Afrika Utara. 3 Tak hanya itu, kekhawatiran pun semakin meningkat dengan adanya dugaan ekspansi jaringan ekstrimis Islamic State (IS) di Uni Eropa melalui 1 UNHCR: The UN Refugee Agency, The sea route to Europe: The Mediterranean passage in the age of refugees, Report Paper, 1 July 2015, pp IOM (International Organization for Migration), Mixed Migration Flows in the Mediterranean and Beyond: Compilation of available data and information, Report Paper, 14 January 2016, p W. Worley, Six out of 10 migrants to Europe come for economic reasons and are not refugees, EU Vice President Frans Timmermans says, The Independent (online), 27 January 2016, < diakes 14 Februari 2016.
2 perekrutan para imigran dari Suriah dan Irak. 4 Dengan demikian, tidak hanya masyarakat negara anggota Uni Eropa takut identitas bangsanya terkikis dengan perubahan komposisi komunitas akibat masuknya sekelompok populasi bangsa baru, tetapi juga khawatir sekumpulan ekstrimisn akan melakukan pembunuhan massal terhadap bangsanya. Mengacu pada alasan-alasan tersebut, tidak heran apabila isu imigran Mediterania menjadi prioritas utama dalam agenda politik di Uni Eropa pada kurang lebih lima tahun belakangan ini. Dalam hal ini, krisis imigran Mediterania dianggap sebagai masalah bersama negara-negara anggota Uni Eropa. Pasalnya, meski masuk pertama kali di wilayah Italia dan Yunani, namun mayoritas imigran mengincar negara-negara Uni Eropa lain terutama Jerman dan Swedia sebagai destinasi akhir mereka. Hal ini semakin menjadi problematika kolektif negara-negara Uni Eropa karena dengan berlakunya penghapusan kontrol perbatasan internal, maka imigran tersebut dapat bebas melalui negara-negara yang termasuk dalam area Schengen untuk menuju negara tujuannya. Menanggapi hal tersebut, pihak pemerintahan supranasional Uni Eropa berusaha mengeluarkan skema-skema kebijakan untuk menangani isu imigran Mediterania seperti, pembagian kuota imigran ke masing-masing negara anggotanya; pemberian bantuan dana dan tenaga untuk penampungan dan identifikasi imigran di Italia dan Yunani; serta deportasi bagi imigran yang tidak memasuki kualifikasi sebagai pengungsi. Meski demikian, implementasi rencana-rencana tersebut banyak mendapat hambatan. Negara-negara anggota cenderung tidak yakin skema dari Uni Eropa mampu membendung derasnya arus masuk imigran. Oleh karena itu, satu per satu negara anggota justru mulai memberlakukan sekuritisasi yang dapat dikatakan menentang skema dan aturan yang ada dari Uni Eropa untuk mencegah masuknya lebih banyak imigran ke wilayah mereka. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan apabila isu imigran Mediterania dipercaya sangat berpengaruh terhadap dinamika sosial politik negara-negara anggotanya. Selain itu, isu ini juga dianggap sebagai sebuah tantangan bagi Uni Eropa dalam hal penanganan ancaman bersama dengan tetap menjaga kohesi antara negara-negara anggotanya. Dalam hal ini, kebijakan nasional negara anggota merupakan input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pimpinan pusat Uni Eropa. Dengan demikian 4 Europol Public Information, Changes in modus operandi of Islamic State terrorist attacks, The Hague, 18 January 2016, p. 3.
3 sama. 6 Pada penulisan makalah ini, konsep mixed migration digunakan untuk menjadi menarik untuk mengaji lebih dalam proses sekuritisasi dalam langkah penanganan isu krisis imigran yang menjadi prioritas utama di Uni Eropa saat ini. 1.2 Rumusan Masalah Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana proses penanganan krisis imigran Mediterania di Uni Eropa tahun ? 1.3 Landasan Teori Konsep Mixed Migration Secara terminologi, konsep migrasi sendiri memiliki cakupan yang luas dan berbagai jenis. Meski demikian, istilah mixed migration dianggap sebagai yang paling sesuai untuk mendeskripsikan berbagai jenis migrasi seperti salah satunya yang terjadi di Mediterania. Mengacu pada International Organization for Migration (IOM), istilah mixed migration meliputi, pergerakan populasi secara kompleks yang meliputi, pengungsi, pencari suaka, immigrant ekonomi dan jenis imigran lainnya. 5 Dalam hal ini korban dari perdagangan manusia, stateless personsdan anak di bawah umur tanpa pengawasan juga dapat dimasukkan ke dalam kategori mixed migration. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa mixed migration merupakan istilah paling tepat untuk menjelaskan secara baik beragam alasan yang melatarbelakangi adanya migrasi. Istilah ini semakin tepat untuk menggambarkan isu imigran Mediterania apabila mengacu pada kriteria mixed migration menurut United Nations Refugee Agency (UNHCR), yaitu meski dengan motivasi dan keperluan berbeda-beda, namun dengan rute, pilihan transportasi dan jaringan penyelundup yang mewakili kondisi krisis imigran di Uni Eropa yang semakin memburuk. Hal ini terutama saat Jerman mengumumkan kebijakan buka pintu untuk lebih banyak 5 IOM (International Organization for Migration), Glossary on Migration, International Migration Law, 2004, diunduh dari< ns/glossary_eng.pdf>, p UNHCR, Refugee Protection and Mixed Migration (online), < diakses pada 20 September 2015.
4 pengungsi ke wilayahnya pada pertengahan tahun Banyak imigran yang bukan berasal dari daerah konflik turut membaur dengan para pencari suaka agar mendapat pengakuan serta jaminan kesejahteraan sebagai pengungsi di Eropa. Identitas pengungsi yang semakin samar dan sulit dibedakan dengan imigran ekonomi itulah yang dinamakan mixed migration sehingga berdampak pada label bad migrants bagi semua imigran yang masuk ke Uni Eropa. Mixed migration pun menjadi salah satu alasan yang mendorong negara-negara anggota untuk melakukan sekuritisasi, di samping faktor perbedaan mencolok identitas para imigran dengan masyarakat Uni Eropa Teori Sekuritisasi Sekuritisasi menurut Barry Buzan, dkk. Merupakan keamanan yang disajikan sebagai gerakan dalam ranah panic politic (politik kepanikan), dimana perpindahannya dari aturan-aturan politik normal dapat menjustifikasi adanya kerahasiaan, tambahan kekuasaan eksekutif serta aktivitas yang dapat bersifat ilegal. 7 Dalam hal ini, cakupan keamanan dapat diperluas hingga ke luar sektor militer dan politik tradisional. Dengan demikian, sebuah isu dapat menjadi bagian dari isu keamanan apabila dianggap sebagai ancaman eksistensial, terdapat speech act pelabelan suatu isu sebagai ancaman oleh aktor dengan kedudukan penting terkait isu, serta respon terhadap isu tersebut yang cenderung tergesa-gesa dan dilakukan di luar agenda politik pada normalnya. Kunci dari pandangan konstruktivisme yang terdapat pada teori sekuritisasi ini ialah upaya bagaimana mengalihkan fokus dari analisis obyektif terhadap penilaian suatu ancaman ke cara yang lebih kompleks dimana keamanan secara internal terkonstruksi dan dimunculkan. 8 Dengan kata lain, keamanan didefinisikan sebagai suatu hal yang bersifat self-referential, dimana sebuah isu dianggap sebagai isu keamanan bukan karena keberadaan ancaman eksistensial, namun karena isu tersebut disajikan sebagai ancaman. 9 Oleh karena itu, kehadiran teori sekuritisasi dapat menyediakan metode operasional konstruktivis untuk memahami dan menganalisis 7 B. Buzan, Rethinking Security after the Cold War, Cooperation and Conflict, vol. 32, no.1, 1997, p R. Dannreuther,International Security: The Contemporary Agenda, Polity Press, Cambridge, 2007, p B. Buzan, O. Waever and J. de Wilde, Security: A New Framework for Analysis, Lynne-Rienner, London, 1998, p. 24.
5 bagaimana dan kapan sebuah isu berkembang menjadi isu keamanan. 10 Hal ini untuk membantu merencanakan proses desekuritisasi atau pengembalian isu ke dalam agenda politik yang normal kembali. Dalam hal ini kerangka analisis sekuritisasi digunakan dengan cara menentukan siapa yang melakukan sekuritisasi, isu apa yang disekuritisasi, mengapa isu tersebut disekuritisasi, apa hasil dari tindakan sekuritisasi serta pada kondisi seperti apa dilakukan sekuritisasi. 11 Keberhasilan dari sekuritisasi sendiri dapat dilihat melalui tiga komponen yakni bentuk ancaman eksistensial yang dihadapi, langkah darurat yang diambil untuk menghadapinya, serta efeknya terhadap relasi inter-unit akibat melanggar peraturan yang ada. 12 Selain itu, pada prosesnya sendiri awal langkah sekuritisasi haruslah didukung dengan speech act yang berpengaruh. Dalam hal ini, keberhasilan speech act dapat dilihat dari dua faktor. Dari faktor internat, speech act yang berhasil harus memiliki konten meyakinkan dengan penggunaan pemilihan kata sesuai dengan sektor keamanan apa yang terancam. Pada sektor keamanan bermasyarakat sendiri, pemilihan kata-kata yang digunakan dalam speech act sendiri akan berkaitan dengan identitas.sementara dari faktor eksternal, status dan posisi aktor sekuritisasi serta persepsi bentuk ancaman juga menentukan keberhasilan speech act. Meski speech act menentukan keberhasilan dari langkah awal sekuritisasi, namun aktor yang berperan penting untuk keseluruhan proses ini bukan hanya pelaku sekuritisasi tetapi juga pihak audiens atau obyek referen. Pasalnya, tanpa penerimaan dan dukungan dari audiens untuk melegitimasi pelanggaran beberapa aturan demi keselamatan eksistensial mereka, maka proses sekuritisasi tidak akan berhasil pada akhirnya. Selanjutnya, secara regionalisme sendiri, keberhasilan sekuritisasi juga dapat dilihat dari bagaimana dampak dan penyebarannya ke unit-unit aktor negara bangsa lainnya yang memiliki kedekatan lokasi dan relasi dengan pelaku sekuritisasi. Pola keterkaitan keamanan yang terjadi pada level regional dapat ditinjau prosesnya melalui tiga langkah. Pertama, apakah isu telah secara sukses tersekuritisasi oleh aktor tertentu. Kemudian kedua, apabila sukses, telusuri bagaimana hubungan dan interaksi aksi keamanan pada kasus ini berpengaruh pada keamanan lainnya dan bagaimana dapat ditemui efek echo secara signifikan. Terakhir dapat dillihat dari 10 Buzan et.al, p. vii. 11 Buzan, p Buzan, p 26.
6 bagaimana rantai-rantai ini secara kolektif dikumpulkan menjadi suatu kluster ketergantungan keamanan pada tingkat keamanan. Dengan kata lain, pola sekuritisasi di tingkat regional dapat diperhatikan dari teori Kompleksitas Keamanan Klasik (Classical Security Complex) yang menggabungkan perhatian aktor-aktor utama ke dalam konstelasi, atau ikatan dari hubungan keamanan yang sama. Di sisi lain, pola sekuritisasi ini juga menggunakan pandangan keamanan regional, atau kumpulan dari keamanan-keamanan nasional atau lebih pada konstelasi tertentu dari ketergantungan keamanan dalam sekumpulan grup negara-negara. Teori sekuritisasi ini akan dijadikan landasan untuk menjawab pertanyaan yang diangkat mengenai proses sekuritisasi yang terjadi di Uni Eropa. Dalam hal ini teori sekuritisasi awalnya akan digunakan untuk melihat elemen-elemen sekuritisasi yang terjadi pada level nasional negara anggota seperti bentuk ancaman, keberhasilan speech act, penerimaan audiens dan langkah-langkah kepanikan politik. Selanjutnya, teori ini juga akan menjelaskan bagaimana sekuritisasi pada level nasional memunculkan adanya kompleksitas keamanan pada level regional sehingga langkah sekuritisasi pun dilakukan oleh badan supranasional Uni Eropa. 1.4 Argumen Utama Proses sekuritisasi terhadap isu imigran Mediterania awalnya terjadi pada level nasional. Dengan mengatasnamakan identitas bangsa, aktor-aktor sekuritisasi yang berupa kepala pemerintahan maupun pihak oposisi di beberapa negara anggota Uni Eropa mengungkapkan krisis ini sebagai ancaman eksistensial. Pada penerapannya, proses sekuritisasi tersebut pun ternyata mendapat dukungan dari audiens, sehingga langkah-langkah sekuritisasi pun lantas terlegalisasi pelaksanaanya. Dalam hal ini, langkah sekuritisasi yang dilakukan oleh suatu negara anggota mendorong negara anggota lain untuk turut melakukan sekuritisasi pula. Dengan adanya ketergantungan keamanan pada negara-negara anggota Uni Eropa, maka sekuritisasi di tingkat nasional yang pada awalnya dianggap sebagai suatu ancaman eksistensial di sektor kebermasyarakatan memiliki efek echo untuk menjadi suatu ancaman sektor politik dan ekonomi pada level regional Uni Eropa. Hal ini kemudian
7 mendorong adanya sekuritisasi terhadap isu imigran Mediterania pada level regional Uni Eropa. 1.5 Metodologi Penelitian Penulisan skripsi ini sebagian besar ditulis dengan menggunakan metode kualitatif. Secara umum, metode kualitatif terutama digunakan dengan mengumpulkan data-data terbaru terkait isu imigran Mediterania yang terjadi selama tahun melalui terbitan buku, jurnal, maupun artikel dari lembaga-lembaga penelitian. Selain itu, pengumpulan data kualitatif juga diperoleh dengan cara mengikuti terbitan-terbitan yang dirilis secara berkala oleh pihak Uni Eropa, United Nation of High Commissioner on Refugees (UNHCR), serta International Organization Migration (IOM). Dalam hal ini, digunakan pula metode kuantitatif untuk memperoleh dukungan data angka yang memperkuat argumen.meski demikian, pada bagian analisis digunakan kembali metode kualititatif untuk menjelaskan peran sekuritisasi, melalui teori dari Copenhagen School, terhadap penanganan krisis imigran Mediterania di Uni Eropa. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I dari penulisan skripsi ini dimulai dengan uraian yang menjelaskan latar belakang dari pengangkatan topik Sekurititsasi Isu Imigran: Krisis Mediterania pada 1.1. Hal ini meliputi latar belakang dari terjadinya isu serta alasan-alasan yang membuat isu ini menarik untuk dijadikan karya ilmiah. Selanjutnya, pada 1.2 penulis merisalahkan sebuah rumusan masalah yang akan dijawab melalui bab-bab selanjutnya pada skripsi. Rumusan masalah dalam hal ini membantu agar penyajian data serta analisis nantinya tetap fokus dan koheren. Pada 1.3 diuraikan satu konsep dan satu teori yang digunakan sebagai pisau analisis untuk topik ini. Kemudian 1.4 memuat argumen utama dari penulisan makalah yang berupa hipotesa awal penulis dalam menjawab rumusan masalah dengan kerangka teori yang dipilih dan data-data sementara. Lalu, pada 1.5 dipaparkan metodologi penelitian yang digunakan serta pada 1.6 terdapat uraian mengenai sistematika penulisan dari skripsi ini. Bab II dari skripsi ini akan membahas mengenai proses sekuritisasi terhadap penanganan krisis imigran Mediterania pada level nasional negara anggota Uni Eropa. 2.1 akan membahas mengenai bagaimana Krisis Imigran Mediterania
8 terjadi. Hal ini meliputi rute yang ditempuh, grafik negara anggota yang paling banyak menerima pengungsi di Uni Eropa selama krisis berlangsung, serta penjelasan pemilihan negara destinasi imigran. Selanjutnya, 2.2 menjelaskan bagaimana krisis imigran Mediterania kali ini dikonstruksikan sebagai suatu ancaman eksistensial berdasarkan logika Uni Eropa. Pada bagian ini konsep migrasi campuran dan teori sekuritisasi mulai digunakan untuk mengidentifikasi ancaman eksistensial. Bagian 2.3 kemudian menjelaskan mengenai langkah sekuritisasi yang dilakukan pada level nasional negara anggota. Hal ini meliputi data-data speech act dari aktor-aktor sekuritisasi di negara-negara bagian serta penerimaan audiens terhadap proses sekuritisasi yang disusun berdasarkan kerangka teori sekuritisasi dari Buzan, dkk. Bagian terakhir pada Bab II, yaitu 2.4 menjelaskan mengenai data-data langkah sekuritisasi yang dilakukan pada level nasional oleh negara-negara anggota Uni Eropa. Selanjutnya Bab III menjelaskan sekuritisasi isu imigran Mediterania pada level regional. Pada 3.1 dijelaskan mengenai inisiasi langkah-langkah awal yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam menangani krisis imigran Mediterania kali ini dalam politik normal. Selanjutnya, 3.2 menjelaskan mengenai transisi bagaimana krisis imigran Mediterania ini lantas dianggap ancaman terhadap identitas integrasi regional Uni Eropa. Terakhir pada 3.3 dijelaskan proses dan langkah sekuritisasi pada level regional Uni Eropa. Penulisan skripsi ini akan diakhiri pada Bab IV dimana selain ditarik kesimpulan, penulis memberikan rekomendasi singkat mengenai perlunya desekuritisasi krisis imigran Mediterania ini melalui perspektif humaniter.
BAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang ada di kawasan Asia Tenggara dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km 2 serta terletak di posisi strategis yang diapit
Lebih terperinciA. PENYEBAB TERJADINYA KRISISI PENGUNGSI
BAB II KRISIS PENGUNGSI DI EROPA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai krisis pengungsi di Eropa yang terjadi pada tahun 2015. Uraian mengenai krisis pengungsi di bagi dalam beberapa sub-bab yaitu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis pengungsi di Eropa pada tahun Uni Eropa kini sedang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skripsi ini akan mengupas tentang kebijakan Jerman terhadap krisis pengungsi di Eropa pada tahun 2015-2016. Uni Eropa kini sedang berada di tengah gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam satu ruang, yaitu globus atau dunia. Pendapat ini mencoba menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia. Keterkaitannya selalu menjadi bagian dari perilaku umat manusia dan setua dengan sejarah fenomena
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat
Lebih terperinciDAFTAR SINGKATAN. Intergovernmental Committee for European Migration. Intergovernmental Committee for Migration
vi DAFTAR SINGKATAN ICEM ICM IDP IGO IOM MCOF PICMME Intergovernmental Committee for European Migration Intergovernmental Committee for Migration Internally Displaced People Inter-Government Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat di silang lalu lintas dunia. Letak geografis tersebut menyebabkan kini menghadapi masalah besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas
Lebih terperinciA. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI
BAB III KEBIJAKAN JERMAN TERHADAP PENGUNGSI DI EROPA Pada bab III akan dijelaskan mengenai kebijakan Jerman terhadap masalah pengungsi. Bab ini akan diawali dengan penjelasan mengenai aturanaturan apa
Lebih terperinciBAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA
BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA Dalam bab IV ini penulis akan menguraikan terkait dengan pilihan Rakyat Inggris terhadap keputusan keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa.
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Juli Time Magazine, 21 September 2015, hal. 9.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik yang berjalan berlarut-larut dan menimbulkan banyak korban. Keadaan ini memicu masyarakat Suriah mengungsi dari negaranya. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu rangkaian proses penyadaran dari semua bangsa yang sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciUPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)
UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciturut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. dapat bertahan hidup. UNHCR mencatat di awal tahun 2015, sekitar 59,5 juta orang.
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2014 diwarnai dengan peristiwa global yang sering disebut sebagai krisis pengungsi global. Tercatat, jutaan orang terpaksa meninggalkan tempat asalnya
Lebih terperinciUPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)
UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA) SKRIPSI oleh Satria Gunawan NIM 080910101030 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciRechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan
Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan Oleh : K. Zulfan Andriansyah * Naskah diterima: 28 September 2015; disetujui: 07 Oktober 2015 Indonesia sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya 1. Sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan subyek hukum terpenting (par excellence) dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya 1. Sebagai subyek hukum internasional, hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Meskipun dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan informasi terkait permasalahan pengungsi karena keterbatasan peneliti dalam menemukan data-data yang terkait
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eropa untuk menetap dan mencari pekerjaan karena melihat majunya industri di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa telah banyak mengalami emigrasi maupun migrasi, paska perang dunia kedua banyak penduduk dari berbagai belahan dunia melakukan migrasi ke Eropa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup (DePillis, Saluja, & Lu, 2015). Orang orang tersebut tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis pengungsi bukanlah kasus yang baru di dunia. Sebelumnya, pada Perang Dunia II (1940-1945), lebih dari 40 juta manusia mengungsi untuk bertahan hidup (DePillis,
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak
BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islamic Relief Worldwide adalah salah satu organisasi Islam Internasional yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan pada tahun
Lebih terperinciBAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI
BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI Organisasi internasional atau lembaga internasional memiliki peran sebagai pengatur pengungsi. Eksistensi lembaga
Lebih terperinciMovement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi
BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan
Lebih terperincimerupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciPengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni
Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keamanan energi saat ini menjadi isu yang sangat penting untuk dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. Pentingnya ketersediaan sumber
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia
BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk
BAB V KESIMPULAN Islamic Relief Worldwide merupakan salah satu organisasi Islam Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk merespon kelaparan yang terjadi di Afrika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur badan organisasinya, Karena negara-negara anggota tetap menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa merupakan organisasi supranasional karena organisasi ini merupakan badan otonom. Uni Eropa memiliki keunikan tersendiri dalam struktur badan organisasinya,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.
91 DAFTAR PUSTAKA Buku: Ali, Mahrus dan Bayu Aji Pramono, (2011), Perdagangan Orang : Dimensi, Instrumen Internasional dan Pengaturannya Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti. Budi, Winarno, (2001),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus dari dunia internasional
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Sejak 18 Desember 2010, telah terjadi suatu fenomena revolusi di Tunisia, Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1 Fenomena revolusi yang
Lebih terperinciBAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS
BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS Integrasi Uni Eropa berdiri diatas salah satu pilar kerjasama justice and home affairs yang mengatur berbagai kerjasama, salah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Skripsi ini berusaha menganalisa pengetatan kebijakan terhadap Imigran di Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan diperdalam pada skripsi
Lebih terperinciLEGALISASI HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGUNGSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI KONFLIK DARFUR
LEGALISASI HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGUNGSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI KONFLIK DARFUR (THE LEGALIZATION OF INTERNATIONAL LAW FOR THE REFUGEES AND IT S IMPACT ON LEGAL PROTECTION
Lebih terperinciAn issue ignored is a crisis ensured (Regested & Larkin, 2008:95)
MANAJEMEN ISU An issue ignored is a crisis ensured (Regested & Larkin, 2008:95) The reality of a crisis is socially constructed through languange, a process whereby meaning is created and agreed upon.
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur,
DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur, Hamid, Sulaiman, 2002, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional,PT Rajagrapindo Persada: Jakarta. Achmad,
Lebih terperinciBAB III SIKAP NEGARA ANGGOTA UNI EROPA TERHADAP KRISIS MIGRAN
BAB III SIKAP NEGARA ANGGOTA UNI EROPA TERHADAP KRISIS MIGRAN 2011-2016 Ageing society dan kebutuhan akan pasokan tenaga kerja merupakan contoh faktor yang mempengaruhi bagaimana Eropa dahulu mulai melakukan
Lebih terperinciPost-Western world dan respon Turki
Post-Western world dan respon Turki Oleh: Agung Nurwijoyo* It is as if a prevailing wind, which powered all the ships at sea, had suddenly ceased to blow. Now, various scattered enemies of those Western
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan atau kaedah dalam suatu kehidupan bersama, yaitu keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) adalah salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi internasional yang bersifat universal
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciPERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria
PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA Oleh : Nandia Amitaria Pembimbing I : Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.,MH Pembimbing II : I Made Budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah yang cukup menjadi perhatian besar bagi umat manusia, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang, permasalahan perubahan iklim dianggap sebagai suatu masalah yang cukup menjadi perhatian besar bagi umat manusia, dimana perkembangan perubahan iklim
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciInternalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak
Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat
Lebih terperinciSOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL
SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL KERJASAMA ANTARA PUSRENGUN BPPSDM KESEHATAN KEMENKES RI DENGAN WORLD HEALTH ORGANIZATION The WHO Global Code of
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni
BAB V KESIMPULAN Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni Eropa bisa dikatakan sangat dekat. Turki berusaha mendekat menjadi lebih demokratis. Turki menjadi angota NATO sejak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang
149 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang yang membengkak. Secara ekonomi, sebelum bergabung dengan Eurozone pemerintah Yunani
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembangunan sosial di negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor internal. Namun juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.
Lebih terperinciPROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf
PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL Oleh: Al Araf WHAT IS SECURITY? 1. Security = Securus (Latin) = terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan, terbebas dari ancaman. 2. Dua Pendekatan: a) Traditional
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat, dan sejak saat itu imigrasi telah berlangsung. 1. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di Amerika Serikat membuat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejarah hubungan Amerika Serikat dengan Meksiko sudah berlangsung sejak lama. Pada tahun 1800an, beberapa negara bagian Meksiko menjadi bagian dari Amerika Serikat,
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran China Asal Indonesia dengan Migran China Asal Vietnam. MK masing-masing secara selektif.melakukan adaptasi kebudayaan.
Lebih terperinciKebijakan Jerman Terhadap Krisis Pengungsi Eropa Tahun
Kebijakan Jerman Terhadap Krisis Pengungsi Eropa Tahun 2015-2016 Tasya Prima Avissa 20130510112 Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tasyaprimavs@gmail.com Abstract The European Union
Lebih terperinciJURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA
JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciPPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017
PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 Pada 2016, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 258,7 juta jiwa dan sekitar 85 persen
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM.08.05 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinci