Dl WILAVAN KOTA DAN DESA, SUkWWESI BENGGARA

Transkripsi

1 KARWKFERlSTlK RBJMAHTANGGA AHAK BALlTA KBJWANG ENERGl PROTEIN (KEP) Dl WILAVAN KOTA DAN DESA, SUkWWESI BENGGARA OIeh MANGAPUL BANJARNAHOR JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN IMSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RINGKASAN HANGAPUL BANJARNAHOR. Karakteristik Rumahtangga Anak Balita Kurang Energi Protein ( KEP ) di Wilayah Kota dan Desa Sulawesi Tenggara ( D i bawah bimbingan DARWIN KARYADI dan HARDINSYAN ). Berdasarkan Survei pada tahun telah ditemukenali daerah-daerah rawan gizi ( KEP ) pada anak balita di berbagai propinsi di Indonesia menurut daerah perkotaan dan pedesaan. Penyebab permasalahan gizi sangat kompleks, ada kemungkinan faktor-faktor yang berkaitan di berbagai daerahpun bervariasi. Untuk lebih berdayaguna dan berhasilguna program perbaikan gizi, perlu dipelajari karakteristik rumahtangga pada golongan sasaran. Penelitian ini bertujuan untulc mempelajari : 1) karakteristik rumah tangga anak balita KEP; 2) KEP dan kemiskinan serta 3) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita di Propinsi Sulawesi Tenggara. Data yang digunakan adalah data SUSEMAS 1989 ti: 1) identitas rumahtangga yang meliputi jumlah melipu- anggota rumahtangga dan anggota rumahtangga umur 0-5 tahun; 2) sosial-ekonomi meliputi pengeluaran pangan rumahtangga per kapita per bulan, pendidikan kepala rumahtangga, pendidikan ibu,serta umur ibu balita; 3) gizi dan kesehatan balita meliputi status gizi anak balita dan tingkat partis' rumahtangga dalam pelayanan kesehatan; 4) kondisi

3 han dan lingkungan meliputi keadaan perumahan, fasilitas dan perlengkapan perumahan dan lingkungan perumahan, serta data konsumsi energi tahun 1987 menurut daerah kota dan desa di Propinsi Sulawesi Tenggara. Status gizi anak balita ditentukan dengan indikator berat badan menurut umur menggunakan baku standar WHO-NCHS yang disesuaikan untuk Indonesia. Garis kemiskinan tahun 1987 dihitung, kemudian untuk memperkirakan garis ke- miskinan tahun 1989 digunakan indeks harga konsumen tahun 1987 dan Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan status gizi anak balita dianalisis dengan uji regresi berganda menggunakan komputer. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa prevalensi anak balita KEP di kota lebih rendah dibanding di desa. Status gizi anak perempuan lebih baik daripada anak laki-laki di kota dan di desa. Status gizi anak balita pada kelompok umur yang lebih muda lebih baik daripada kelompok umur sang lebih tua di kota dan di desa. Tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan tingkat pendidikan ibu relatif lebih rendah di desa dibanding di kota. Tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan lebih tinggi di kota dibanding di desa. Persentase pengeluaran pangan rumahtangga per kapita per bulan lebih tinggi di desa dibanding di kota.

4 Karakteristik rumahtangga anak balita KEP di kota adalah pada umumnya tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan tingkat pendidikan ibu tamat SMTA, rata-rata pengelu- aran total rumahtangga per kapita per bulan Rp dan rata-rata pengeluaran pangan karakteristik rumahtangga anak balita KEP di desa adalah pada umumnya tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan tingkat pendidikan ibu tidak tamat SD, rata-rata penpeluaran total rumahtangga per kapita per bulan RP dan rata-rata pengeluaran pangan rumahtangga per kapita per bulan 65,2 persen. Sebagian besar rumah tangga anak balita KEP baik di kota maupun di desa masih berada dibawah garis kemiskinan masing-masing 77,8 persen di kota dan 70,3 persen di desa, sedangkan yang beradn diatas garis kemiskinan masingmasing 22,2 persen di kota dan 29,7 persen di desa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumahtangga anak balita KEP adalah golongan rumahtangga miskin dan hanya sebagian kecil rumahtangga anak balita KEP di kota dan di desa yang tidak miskin. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita di wilayah kota adalah pendidikan kepala rumahtangga, pendidikan ibu, pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan, partisipasi rumahtangga dalam pelayanan kesehatan dan jenis kelamin anak balita. Sedangkan faktor-

5 faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita di wilayah desa adalah pengeluaran rumahtangga per kapita per bulan, pengeluaran pangan rumahtangga per kapita per bulan, partisipasi rumahtangga dalam pelayanan kesehatan dan kondisi perumahan dan lingkungan. Dengan tingkat sosial-ekonomi yane semakin tinggi akan meningkatkan status gizi anak balita. Berdasarkan hasil penelitian ini maka untuk mempermudah upaya peningkatan program perbaikan gizi pada golongan sasaran, khususnya rumahtangga anak balita KEP maka perlu ditingkatkan program pembangunan perbaikan pendidikan, pendapatan, kesehstan dan gizi serta lingkungan hidup secara terpadu sejalan dengan program pembangunan di daerah dengan memperhatikan situasi dan kondisi daerah setempat, sehingga program berjalan lebih berdayaguna, berhasilguna dan terarah pada golongan sasaran, anak-anak merupakan modal sumberdaya manusia yang mengingat berkua- litas di masa depan dalam rangka melanjutkan cita-cita bangsa.