BAB I PENDAHULUAN. yang berat. Auditor merupakan suatu profesi yang selalu terkait dengan tingkat job stress
|
|
- Benny Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Profesi auditor merupakan profesi yang rentan terhadap tekanan dan beban kerja yang berat. Auditor merupakan suatu profesi yang selalu terkait dengan tingkat job stress tinggi (Herda dan Lavelle, 2012). Terlebih ketika auditor berada dalam peak season, beban kerja dan jam kerja akan meningkat serta intensitas kerja yang tinggi dengan tenggat waktu yang sempit (Fogarty et al., 2000; Sanders et al., 1995; Utami dan Supriyadi, 2013). Auditor dituntut untuk memenuhi tuntutan kerja dengan standar kerja tinggi dan menghasilkan laporan audit yang berkualitas (Utami dan Supriyadi, 2013). Auditor yang mengalami job stress akan mempunyai kecenderungan untuk mengalami penurunanan kinerja dan mengurangi kualitas audit (Fisher, 2001; Utami dan Nahartyo, 2013). Kondisi tersebut menyebabkan profesi auditor berada dalam situasi sulit karena job stress akan dapat menghambat kinerja auditor dalam mencapai tuntutan kerjanya. Kondisi stres kronis yang dialami auditor tersebut disebut dengan istilah burnout. Burnout merupakan isu penting dalam profesi auditor karena mempunyai dampak buruk, baik bagi auditor itu sendiri, bagi tim audit, maupun bagi kantor akuntan publik atau instansi audit tempatnya bekerja. Burnout dapat menimbulkan dysfunctional behavior yang berakibat pada ketidakefisienan terhadap organisasi dan individu dalam organisasi seperti turnover intention, rendahnya partisipasi, dan rendahnya produktifitas (Jackson dan Maslach, 1982; Leiter dan Maslach, 1988; Shirom, 1989; Utami dan Supriyadi, 2013). Burnout juga sangat merugikan auditor karena dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja
2 dan dapat berimplikasi pada kemungkinan legal liability serta menurunnya tingkat kredibilitas kantor akuntan publik (Fisher, 2001). Profesi auditor dituntut untuk mempunyai kecermatan dan diharuskan untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas, apabila burnout terjadi maka akan dapat memunculkan dysfunctional behavior yang akan berdampak pada ketidakcermatan dan menghasilkan laporan audit yang kurang berkualitas. Konsekuensinya, auditee dari kantor akuntan publik ataupun instansi audit pemerintah bisa mengajukan gugatan hukum atas ketidakcermatan dan laporan audit yang kurang berkualitas. Maslach (1978, 1982) menyatakan bahwa kondisi burnout merupakan keadaan dimana kelebihan beban kerja menjadikan seorang individu merasakan kelelahan secara emosional. Ketimpangan antara kelebihan beban kerja dengan keterbatasan kemampuan seorang individu untuk menyelesaikan pekerjaannya, membuat individu cenderung mengalami sense of inadequacy atau perasaan tidak berdaya dalam kapasitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan. Individu tersebut pada akhirnya, mengalami perubahan sikap dimana awalnya individu memiliki harapan optimistis tentang kontribusinya terhadap masyarakat atau organisasi tempatnya bekerja berubah menjadi perasaan ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Hal ini secara psikologis akan berdampak pada kehilangan kepercayaan diri dan motivasi yang kemudian akan berdampak pada sikap membatasi keterlibatan dengan lingkungan sekitar. Hal ini kemudian akan menjadikan orang yang mengalami burnout akan mempunyai kecenderungan untuk tidak peduli pada lingkungan sekitar (Cordes dan Dougherty, 1993).
3 Kondisi burnout ditandai dengan beberapa indikasi seperti terjadinya kelelahan emosional, berkurangnya motivasi untuk mencapai kinerja yang optimal, dan mengalami depersonalization (Freudenberger, 1974). Kelelahan secara emosional dapat dicirikan dari energi yang berkurang dan semangat kerja yang menurun. Burnout juga ditandai dengan berkurangnya motivasi dan self-esteem. Pada kondisi ini auditor mempunyai pandangan bahwa apa yang dikerjakannya tidak cukup berharga untuk dikerjakan. Depersonalization merupakan sebuah kecenderungan seseorang kurang menghargai orang lain, bersikap sinis, dan perilaku tidak peduli dengan lingkungan sekitar (Kalbers et al., 2005). Penelitian tentang burnout pada penelitian sebelumnya telah menginvestigasi burnout dari sudut pandang internal auditor (Larson et al., 2005), akuntan publik (Almer dan Kaplan, 2003), dan akuntan managemen (Gavin dan Dileepan, 2002). Menurut sepengetahuan peneliti masih jarang penelitian yang menginvestigasi burnout pada auditor pemerintah, padahal auditor pemerintah mempunyai peran vital dalam bidang pemeriksaan keuangan negara. Fenomena burnout tidak hanya terjadi pada akuntan publik, internal auditor maupun akuntan managemen saja namun juga terjadi pada auditor di badan audit pemerintah seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Tugas BPK sebagaimana diamanahkan UUD 1945 pasal 23E dan UU Nomor 15 tahun 2006 yakni memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. UU Nomor 15 tahum 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
4 pada Pasal 4 menyatakan bahwa pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Badan Pemeriksa Keuangan memiliki tugas yang sangat penting karena mempunyai tanggung jawab untuk memeriksa keuangan negara yang jumlahnya berdasarkan data dari kementerian keuangan pada tahun 2015 yakni mencapai Rp 2.039,5 triliun. UU Nomor 15 tahun 2004 Pasal 17 juga menyatakan bahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah disampaikan oleh BPK kepada DPR, DPD, DPRD selambat-lambatnya dua bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat. BPK setiap tahunnya harus mengaudit ratusan laporan keuangan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara. BPK di sisi lain mempunyai tenggat waktu yang sangat terbatas dalam proses pemeriksaan sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan yaitu dua bulan sebagaimana diamanatkan di UU Nomor 15 tahun BPK juga mengalami keterbatasan sumber daya manusia khususnya auditor untuk melakukan audit terhadap obyek pemeriksaan BPK. Ketua BPK Harry Azhar Azis menyatakan bahwa pada tahun 2015 terdapat kekurangan auditor yang terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Secara nasional, BPK kekurangan auditor. Hal ini menjadikan beban kerja auditor BPK menjadi lebih berat karena beban kerja dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang sangat terbatas dibandingkat dengan proporsi beban kerja. Badan Pemeriksa Keuangan tidak hanya melakukan audit atas laporan keuangan seperti layaknya pada Kantor Akuntan Publik (KAP), namun BPK juga melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu seperti audit investigasi. Selain itu, BPK juga
5 menerima permintaan audit dari berbagai lembaga negara. Hal ini menyebabkan selain melakukan audit reguler, BPK juga dapat melakukan audit berdasarkan permintaan audit dari lembaga Negara. Sebagai contohnya, Dewan Perwakilan Rakyat meminta BPK untuk melaksanakan audit atas kasus hambalang. Konsekuensinya selama satu tahun penuh auditor BPK melakukan audit keuangan, audit kinerja, audit dengan tujuan tertentu. Hal ini berdampak pada beban kerja dan tingkat stres auditor BPK pun megalami periode yang lebih lama daripada KAP. Pada KAP peak season terjadi hanya pada akhir tahun dan awal tahun terkait audit laporan keuangan. Pada BPK selain audit laporan keuangan yang biasanya mempunyai peak season di akhir dan awal tahun, juga melakukan audit kinerja, audit dengan tujuan tertentu di sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan auditor pemerintah merupakan profesi yang lebih rentan dengan kondisi burnout. Penelitian dari Fogarti et al. (2000) menyatakan bahwa burnout dapat meningkatkan kecenderungan konflik pekerjaan dan keluarga. Hal ini juga terjadi pada profesi auditor, terlebih bagi auditor BPK karena sebagian besar auditor BPK bekerja di daerah yang jauh dari tempat tinggalnya dan keluarganya sebagai akibat dari kebijakan penempatan serta mutasi berkala di seluruh provinsi di Indonesia. Hal-hal di atas menyebabkan auditor BPK diindikasikan mempunyai tingkat stres yang lebih tinggi dibanding dengan profesi akuntan yang lain karena banyaknya jumlah audit yang dilakukan, lama waktu melakukan audit serta adanya konflik tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Peneliti berargumen bahwa dengan menggunakan sampel dari Badan Pemeriksa Keuangan akan dapat melengkapi literatur burnout dari sudut pandang auditor pemerintah.
6 Penelitian tentang burnout auditor telah banyak dilakukan mulai dari penelitian yang menginvestigasi antecedent dari burnout auditor hingga konsekuensi burnout. Bukti empiris menunjukkan beberapa antecedent dari burnout antara lain adalah excessive workload (Rhode, et al., 1977), intrinsic motivation (Hareel dan Stahl, 1984), dan influence orientation (Snead dan Harrel, 1991). Penelitian terdahulu juga telah menemukan hasil empiris terkait dengan konsekuensi dari burnout yakni abstenteeism dan buruknya job performance (Saxton et al., 2003; Cropanzano et al., 2003). Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa burnout berpengaruh positif terhadap absenteeism, menurunkan kinerja auditor, dan meningkatkan turnover intention. Penelitian lain juga telah menginvestigasi strategi untuk memitigasi burnout. Penelitian dari Almer dan Kaplan (2002) menemukan bahwa auditor yang menjalankan tugas audit dengan flexible working arrangement mempunyai tingkat burnout yang lebih rendah dibandingkan dengan auditor yang tidak menerapkan tugas audit dengan flexible working arrangement. Penelitian tersebut kemudian dikembangkan oleh Utami dan Supriadi (2013) dengan menambahkan variabel stress management training sebagai strategi memitigasi burnout. Penelitian sebelumnya juga telah menginvestigasi pengaruh karakteristik individu terhadap burnout (Utami dan Nahartyo, 2013). Penelitian terdahulu fokus pada antecedent burnout, konsekuensi burnout, pengaruh karakteristik individu terhadap burnout, dan strategi memitigasi burnout, namun tidak mempertimbangkan bagaimana interaksi hubungan antara auditor dan kantor audit dapat berkontribusi terhadap terjadinya burnout. Interaksi dalam hubungan antara auditor dan kantor audit merupakan hal yang esensial karena hubungan tersebut terjadi pada proses keseharian auditor dan hubungan
7 tersebut memiliki dampak langsung. Hubungan tersebut juga berdampak secara signifikan terhadap auditor. Kantor audit mempunyai tanggung jawab untuk membuat keputusan penting yang berdampak pada auditor secara langsung. Keputusan yang diambil kantor audit seperti keputusan tentang auditee yang diaudit, tim dan rekan kerja, penempatan kerja, beban dan jumlah jam kerja, dan proses evaluasi serta promosi akan sangat berdampak pada persepsi auditor tentang bagaimana kantor audit memperlakukan mereka (Herda dan Lavelle, 2012). Persepsi auditor terhadap keadilan (perceived fairness) kantor audit tempatnya bekerja akan sangat berdampak pada faktor psikologis auditor seperti sense of belonging dan motivasi kerja auditor yang kemudian akan berpengaruh terhadap hasil kerja auditor. Tyler dan Lind (1992) menyatakan bahwa perlakuan yang adil penting untuk individu dalam organisasi karena ini akan menumbuhkan sense of belonging dan menunjukkan perusahaan menghargai karyawan. Penelitian Herda dan Lavelle (2012) menemukan bahwa perceived fairness merupakan salah satu prediktor penting dalam output kerja karyawan dalam organisasi. Hubungan interaksi antara auditor dengan kantor audit dapat dijelaskan dengan menggunakan social exchange theory. Hubungan interaksi antara auditor dan kantor audit merupakan sebuah hubungan social exchange antara employer dan employee. Social exchange theory menjelaskan bagaimana sebuah hubungan interaksi antara dua pihak dapat berdampak pada outcome perilaku dan kinerja individu. Social exchange theory mempunyai pandangan bahwa pegawai atau anggota organisasi membentuk hubungan dengan individu lain atau dengan organisasi yang mempekerjakannya. Hal ini berarti perilaku individu dan kinerjanya akan sangat dipengaruhi oleh individu lain dalam kelompok (rekan kerja dan atasan) dan perlakuan organisasi yang mempekerjakan mereka.
8 Social exchange theory menjelaskan hubungan interaksi antara dua pihak yang dideskripsikan sebagai sebuah hubungan yang bersifat subjektif dan merupakan sebuah hubungan kontraktual pegawai dan organisasi yang dicirikan dengan mutual-exchange dari segi emosional dan sosiologi. Perspektif social exchange memandang bahwa hubungan individu satu dengan individu lain atau pihak lain merupakan pertukaran antara cost dan reward. Secara sederhana cost dapat diartikan sebagai sebuah pengorbanan yang dilakukan individu untuk dapat menjalin hubungan dengan individu atau pihak lain. Reward merupakan manfaat yang didapat individu setelah melakukan pengorbanan (cost) dari sebuah hubungan yang dijalin. Social exchange theory mempunyai gagasan bahwa reward dan cost merupakan pendorong utama pembuatan keputusan dan adanya tindakan dalam sebuah hubungan dijalin antara dua pihak (Blau, 1964; Van Dyne et al., 1994). Manusia merupakan mahluk sosial yang akan senantiasa berinteraksi dengan pihak lain. Hal tersebut akan menjadikan terjalinnya sebuah hubungan antara dua pihak tersebut. Manusia di sisi lain juga merupakan mahluk rasional yang akan mempertimbangkan nilai untung dan rugi dari hubungan yang dijalinnya. Manusia akan mengkalkulasi dan mempertimbangkan sebuah hubungan itu bernilai atau tidak, setimpal atau tidak dengan cara mengurangkan cost dari sebuah hubungan dari reward yang tersedia. Hal ini berarti individu akan menilai apakah pengorbanan (cost) yang dilakukannya untuk menjalin sebuah hubungan akan menghasilkan manfaat atau imbalan (reward) yang setimpal. Apabila sebuah hubungan lebih banyak memiliki reward daripada cost atau paling tidak cost sama dengan reward maka hubungan tersebut merupakan hubungan yang positif. Sebaliknya apabila sebuah hubungan lebih banyak memiliki cost daripada reward maka mengindikasikan hubungan tersebut merupakan hubungan yang negatif (Monge dan
9 Contractor, 2003). Nilai dari sebuah hubungan auditor dan kantor audit tersebut dapat menentukan outcome yakni apakah individu akan meneruskan hubungan (intention to stay) atau mengakhiri sebuah hubungan (turnover intention). Nilai sebuah hubungan juga akan mendorong terciptanya kepuasan kerja (job satisfaction) atau ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) dalam hubungan tersebut. Pada hubungan antara auditor dan kantor audit akan terjadi pertukaran antara cost dan reward. Auditor melakukan pekerjaannya dengan menyelesaikan tugas-tugas audit yang ditugaskan oleh kantor audit (cost). Kantor audit mempunyai otoritas untuk memberikan perlakuan dan keputusan terhadap auditor seperti keputusan tentang tim audit, promosi, bonus, klien yang diaudit, penempatan kerja dan keputusan penting lainnya. Perlakuan dan keputusan yang diambil kantor audit kepada auditor tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi auditor tentang keadilan kantor audit (perceived fairness). Hubungan interaksi antara auditor dan kantor audit dapat diindikasikan dari keputusan dan perlakuan yang dilakukan oleh kantor audit terhadap auditor. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi apakah perceived fairness berpengaruh terhadap burnout, turnover intention, dan job satisfaction auditor. Penelitian terdahulu hanya fokus pada antecedent, konsekuensi, karakteristik pribadi, dan strategi memitigasi burnout, sedangkan hubungan interaksi auditor dengan kantor audit masih dikesampingkan dan tidak diperhitungkan. Penelitian ini berkontribusi dengan menginvestigasi apakah interaksi hubungan antara auditor dengan kantor audit yang direpresentasikan dengan perceived fairness, mempunyai peran dalam terjadinya burnout, turnover intention, dan job satisfaction auditor.
10 Penelitian ini menggunakan model penelitian Herda dan Lavelle (2012) dengan menambahkan variabel job satisfaction. Penelitian ini berusaha melengkapi model penelitian Herda dan Lavelle dengan menambahkan variabel job satisfaction karena job satisfaction telah lama dipandang sebagai salah satu faktor kunci yang dapat meningkatkan kinerja auditor. Penelitian dari Herda dan Lavelle (2012) menginvestigasi burnout hanya dari satu dimensi saja yakni dimensi emotional exhaustion saja. Padahal berdasarkan framework burnout yang dikemukakan oleh Maslach (1982), burnout terdiri dari 3 dimensi yakni emotional exhaustion, reduced personal accomplishment, dan deperzonalisation. Hal ini berarti penelitian tersebut hanya fokus pada dimensi emotional exhaustion saja namun mengabaikan dimensi reduced personal accomplishment dan deperzonalisation. Penelitian tersebut menganggap bahwa fenomena burnout dapat direpresentasikan dengan menggunakan emotional exhaustion, padahal individu yang mengalami emotional exhaustion belum tentu sedang mengalami burnout. Konsekuensinya apabila penelitian hanya mengidentifikasi fenomena burnout dari dimensi emotional exhaustion saja maka akan menyebabkan penelitian tersebut tidak dapat mengidentifikasi fenomena burnout dengan tepat. Hal ini dapat mengakibatkan hasil penelitian dan kesimpulan pada penelitian bias menjadi kurang valid. Hal ini penting karena burnout merupakan sebuah fenomena yang ditandai dengan ketiga dimensi yakni dimensi emotional exhaustion, reduced personal accomplishment, dan deperzonalisation. Penelitian ini berusaha untuk melengkapi penelitian dari Herda dan Lavelle (2012) dengan menginvestigasi burnout menggunakan 3 dimensi seperti pada original framework burnout yakni emotional exhaustion, reduced personal accomplishment, dan deperzonalisation. Menginvestigasi burnout dari dimensi emotional exhaustion saja tidak mencerminkan konsep burnout yang
11 terjadi pada auditor. Auditor yang mengalami burnout tidak hanya mengalami emotional exhaustion saja, namun juga mengalami reduced personal accomplishment dan deperzonalisation. Menggunakan ketiga dimensi tersebut menjadikan penelitian ini dapat lebih lengkap mengidentifikasi fenomena burnout yang terjadi. Model penelitian disajikan dalam gambar 1. Gambar 1 Model Penelitian Job satisfaction Perceived Fairness Burnout Turnover intention 1.2.Pertanyaan Penelitian Berdasarkan model Herda dan Lavelle (2012) yang diperbarui serta latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah perceived fairness berpengaruh terhadap burnout auditor? 2. Apakah perceived fairness berpengaruh terhadap turnover intention auditor? 3. Apakah perceived fairness berpengaruh terhadap job satisfaction auditor? 4. Apakah burnout berpengaruh terhadap turnover intention auditor?
12 5. Apakah burnout berpengaruh terhadap job satisfaction auditor? 6. Apakah job satisfaction berpengaruh terhadap turnover intention auditor? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai apakah hubungan interaksi antara auditor dengan instansi audit berpengaruh terhadap burnout dan output kinerja auditor, yakni dengan menguji: 1. Pengaruh perceived fairness terhadap burnout auditor. 2. Pengaruh perceived fairness terhadap turnover intention auditor. 3. Pengaruh perceived fairness terhadap job satisfaction auditor. 4. Pengaruh burnout terhadap turnover intention auditor. 5. Pengaruh burnout terhadap job satisfaction auditor. 6. Pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention auditor. 1.4.Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dengan menambah literatur mengenai pengaruh interaksi hubungan antara auditor dan instansi audit terhadap burnout dan output kinerja auditor seperti job satisfaction dan turnover intention. Penelitian dengan tema ini masih belum banyak diinvestigasi padahal interaksi auditor dengan kantor audit merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan sangat dekat dengan pekerjaan
13 sehari-hari auditor. Pada penelitian terdahulu hanya fokus pada antecedent, konsekuensi, dan stretegi memitigasi burnout, sedangkan hubungan interaksi auditor dengan kantor audit masih dikesampingkan dan tidak diperhitungkan. Penelitian ini berusaha untuk mengisi gap penelitian tersebut. 2. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Herda dan Lavelle (2012). Penelitian ini lebih komprehensif dibandingkan penelitian sebelumnya dikarenakan menggunakan 3 dimensi dari burnout sesuai dengan original framework burnout yakni emotional exhaustion, reduced personal accomplishment, dan deperzonalisation. Penelitian sebelumnya dari Herda dan Lavelle (2012) menginvestigasi burnout hanya dari satu dimensi yakni dimensi emotional exhaustion saja. Diharapkan dengan menggunakan 3 dimensi dari burnout dapat lebih menjelaskan dan menginvestigasi burnout secara lebih komprehensif. Menginvestigasi burnout dari dimensi emotional exhaustion dinilai tidak mencerminkan konsep burnout yang terjadi pada auditor. Menggunakan ketiga dimensi tersebut menjadikan penelitian ini diharapkan dapat lebih akurat dalam mengidentifikasi fenomena burnout yang terjadi. Individu yang mengalami emotional exhaustion saja belum tentu mengalami burnout. Burnout terjadi ketika terdapat 3 dimensi dari burnout yakni emotional exhaustion, reduced personal accomplishment, dan deperzonalisation. Hal ini menyebabkan hasil dan kesimpulan penelitian ini diharapkan lebih mencerminkan fenomena yang terjadi di lapangan.
14 3. Penelitian empiris sebelumnya fokus pada pengujian burnout pada auditor swasta, auditor internal, dan akuntan managemen namun sayangnya masih belum banyak yang menginvestigasi burnout pada badan audit pemerintah. Penelitian ini berusaha menginvestigasi burnout pada auditor pemerintah sehingga dapat melengkapi literatur burnout dari sudut pandang auditor pemerintah. 1.5.Sistematika Penulisan Proposal ini diuraikan sebagai berikut: Bab pertama menguraikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab kedua dibahas mengenai tinjauan literatur dan perumusan hipotesis. Bab ketiga akan membahas metode penelitian, variabel penelitian, dan analisis data. Bab keempat akan membahas hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Terakhir, pada bab kelima akan dipaparkan mengenai kesimpulan, implikasi, keterbatasan dan saran.
Ivan Ardian Sani Pendahuluan
1 Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 02, No. 01 (2017): 1-19 Faktor-Faktor Manajemen Risiko Terhadap Keputusan Pengaruh Perceived fairness Terhadap Burnout, Turnover intention, dan Job satisfaction
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi atau sebuah perusahaan, sumber daya manusia merupakan bagian terpenting. Setiap organisasi akan berusaha untuk mempertahankan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan negara dititikberatkan pada sektor perpajakan, pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan negara dititikberatkan pada sektor perpajakan, pemenuhan beberapa fasilitas seperti jalan, sekolah, rumah sakit serta fasilitas publik lainnya akan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menjamin kelangsungan usaha klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat sebagai dampak dari globalisasi mengakibatkan persaingan dunia usaha semakin tajam. Hal ini memaksa banyak akuntan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit dalam sektor publik merupakan landasan untuk dapat dilakukannya tata kelola sektor publik, karena dengan audit dapat dilakukan penilaian obyektif mengenai apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi lingkungan yang cepat berubah, suatu perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Azwar (2011) pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi merupakan penentu
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan di dalam organisasi. Untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Kantor Akuntan Publik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan yang disajikan secara relevan dan andal oleh sebuah instansi atau perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang mengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak dikaji. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan untuk tetap bertahan di dalam
Lebih terperinciANTESEDEN DAN KONSEKUENSI BURNOUT PADA AUDITOR: PENGEMBANGAN TERHADAP ROLE STRESS MODEL
ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI BURNOUT PADA AUDITOR: PENGEMBANGAN TERHADAP ROLE STRESS MODEL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi Diajukan oleh : Nama : EKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan yang ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada area-area seperti pengembangan SDM (Losyk, 2005:65). Dalam sebuah perusahaan permasalahan psikologi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari mediasi komitmen organisasional
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari mediasi komitmen organisasional dalam hubungannya antara job stress, leader member
Lebih terperinciPENGARUH JENIS ROLE STRESS PADA KINERJA AUDITOR DENGAN BURNOUT SEBAGAI INTERVENING PADA KAP DI BALI
Meita Trisnawati dkk, Pengaruh Jenis Role... 187 PENGARUH JENIS ROLE STRESS PADA KINERJA AUDITOR DENGAN BURNOUT SEBAGAI INTERVENING PADA KAP DI BALI Meita Trisnawati 1 I Wayan Ramantha 2 Maria M. Ratna
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Burnout 2.1.1. Definisi Burnout Istilah burnout berasal dari tahun 1940-an sebagai sebuah kata untuk menggambarkan titik di mana mesin jet atau roket berhenti beroperasi. Kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor adalah seorang independen yang bertugas mengaudit atas laporan keuangan suatu perusahaan menurut prosedur audit yang berlaku dan benar. Informasi bahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara untuk menilai kinerja dari perusahaan yaitu menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban dari aktivitas yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Job Satisfaction (kepuasan kerja) adalah suatu hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh auditor. Tugas seorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling banyak diteliti dalam bidang perilaku organisasi. Hal ini dikarenakan kepuasan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang mereka hanya membutuhkan gaji atau upahnya saja sebagai wujud dari sebuah kompensasi. Kompensasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sangat terkenal sebagai jasa atas pengauditan laporan keuangan perusahaan oleh auditor dan jasa ini disediakan oleh Kantor Akuntan Publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era ini, sebuah pemerintahan dituntut untuk melakukan suatu kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya PP 60 Tahun 2008 mengakibatkan tuntutan dan tantangan berat bagi auditor pemerintah untuk menghasilkan audit yang berkualitas, mewujudkan pemerintahan
Lebih terperinciAda sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari
TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja (Riggio, 1990)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fleksibilitas jam kerja (flexible work arrangement), seperti flex-time,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Fleksibilitas jam kerja (flexible work arrangement) mulai populer pada awal tahun 1970 an (Sulliven & Lussier, 1995). Ada berbagai bentuk fleksibilitas jam kerja (flexible
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Marihot Tua E.H. menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia didefinisikan: Human resources management is the activities undertaken to
Lebih terperinciatas laporan keuangan yang diaudit (Rikarbo, 2012). Reckers et al. (1997)
situasi ini auditor biasanya tidak melaksanakan prosedur yang lengkap dengan mengabaikan salah satu atau beberapa langkah audit yang berlaku tanpa menggantinya dengan langkah lain dan tetap mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu jasa assurance dan jasa non assurance. Jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Secara umum, terdapat dua jenis jasa yang dapat diberikan oleh Kantor Akuntan Publik
Lebih terperinciHubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT
Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT Nama : Farid Hikmatullah NPM : 12512773 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Intaglia Harsanti, Msi LATAR BELAKANG MASALAH Karyawan divisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik negeri maupun swasta membawa dampak positif bagi
Kata kunci : komitmen organisasi, organizational-based self-esteem, kepuasan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya perekonomian dan pertumbuhan perusahaan di Indonesia
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN PENELITIAN Bab ini memaparkan tentang simpulan penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan, dan saran bagi penelitian selanjutnya. Bagian pertama memaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2013:196). Tuntutan akan kinerja yang tinggi meliputi seluruh bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya melalui konsistensi menghasilkan kinerja terbaik serta mempertahankan hal yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Dezoort et.al (1997) dalam Handayani (2005), lingkungan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Dezoort et.al (1997) dalam Handayani (2005), lingkungan kerja auditor dikelompokkan dalam tiga dimensi, yaitu: 1. Job duties and responsibilities, mencakup
Lebih terperinciBab 2. Literature Review
Bab 2 Literature Review 2.1 Work Life Balance Work-life balance merupakan pemenuhan dan pencapaian alokasi waktu yang seimbang antara tanggungjawab terhadap pekerjaan dan keluarga (Yuile et al., 2012).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan dari masyarakat atas laporan keuangan yang di audit oleh akuntan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama menguraikan latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. investor maupun kreditor untuk melakukan penanaman saham. meningkatnya kebutuhan investor atas laporan keuangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tahun, persaingan perusahaan di berbagai sektor semakin ketat dan menyebabkan semakin bergairahnya pasar modal. Perkembangan pasar modal ini, mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola pemerintahan yang buruk merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia dalam implementasi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga dengan fungsi strategis dalam bidang kehakiman dan peradilan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahkamah Agung sebagai organisasi pelayanan publik dalam bidang peradilan bertujuan untuk menegakkan keadilan dalam masyarakat, hal ini diatur berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia umumnya mengambil dasar teori ilmu psikologi. Literatur psikologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian akuntansi keperilakuan dan praktek pengembangan sumber daya manusia umumnya mengambil dasar teori ilmu psikologi. Literatur psikologi dan manajemen mendukung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika bisnis yang telah melesat begitu cepat dan melewati tapal batas antar negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat ekonomi
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jumlah wanita yang bekerja dari tahun ke tahun semakin meningkat. Semakin banyaknya karyawan wanita yang bekerja ditunjukkan oleh adanya kenaikan hampir dua kali lipat
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: profesionalisme, komitmen organisasi, etika profesi, dan pengalaman auditor
Judul : Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor pada Tingkat Pertimbangan Materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali) Tahun 2015
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout. dengan kebutuhan dan harapan (Rizka, 2013).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Burnout 1. Definisi Burnout Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerjanya. Kantor akuntan publik telah lama dikenal dengan tingginya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pilihan karir merupakan sesuatu proses atau aktivitas individu dalam usaha mempersiapkan diri untuk memasuki karir yang berhubungan dengan pekerjaan melalui
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu)
55 KUESIONER PENELITIAN Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu) Umur :...Tahun Pendidikan Terakhir :. D3. S2. S1.Lainnya... Lama bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan praktik akuntan publik. Praktek akuntan publik merupakan aktivitas jasa yaitu jasa pemeriksaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal tersebut dapat terlihat berdasarkan data statistik di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawabnya di rumah sakit perawat harus dihadapkan pada pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan KAP (Kantor Akuntan Publik) meningkat pesat. Hal ini diperkuat dari penghitungan yang dilakukan IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan Kantor Akuntan Publik (KAP) kini semakin kompetitif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan Kantor Akuntan Publik (KAP) kini semakin kompetitif. Masing-masing KAP berusaha menawarkan keunggulan untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. entitas yang wajib diaudit oleh Akuntan Publik kurang lebih entitas. Total
BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini terjadi scarcity (kelangkaan) akuntan publik. Berdasarkan data IAPI per 25 Maret 2008, Akuntan Publik (pemegang Izin Praktek)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan yang dilakukan oleh organisasi akan meningkatkan tuntutan pekerjaan dan persaingan di tempat kerja. Persaingan kerja dapat berupa persaingan kerja yang sehat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat pada saat ini, menyebabkan begitu banyak permasalahan yang harus dihadapi perusahaan. Salah satu permasalahan yang kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nightingale pada tahun 1859 menyatakan bahwa hospital should no harm the patients
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan anggota tim kesehatan garda terdepan yang bertugas untuk menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus. Nightingale pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak
PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi saat ini merupakan bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi saat ini merupakan bagian yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak luput dari banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya komitmen, profesionalisme, dan tingkat kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen atau akuntan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai perpindahan kerja sampai saat ini masih tetap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai perpindahan kerja sampai saat ini masih tetap merupakan suatu proses yang berkembang dan berlanjut. Secara umum diyakini bahwa cukup banyak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Kerja Perhatian manajer terhadap karyawan akan mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan pada laporan keuangan perusahaan oleh pihak ketiga yaitu auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka dalam melaksanakan tugas auditnya,
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggalkan pekerjaannya.turnover intention harus disikapi sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja suatu perusahaan sangatlah ditentukan oleh kondisi dan perilaku karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut.fenomena yang sering kali terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sarana utama dan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada masa saat ini, politik tidak hanya dijumpai dalam kegiatan negara tetapi juga dapat ditemukan saat bekerja. Politik seringkali mempunyai pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia kerja saat ini, di mana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global, maka organisasi maupun perusahaan yang terlibat dalam persaingan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kepemimpinan Sudarwan (dalam Kusriyah, 2014) berpendapat kepemimpinan ialah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok. Untuk mengkoordinasi dan memberi arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi tersebut di Indonesia menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerjanya, sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketepatan waktu penyajian laporan audit adalah salah satu kriteria profesionalisme dari auditor. Permintaan akan audit laporan keuangan semakin meningkat disaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja auditor merupakan perwujudan kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik untuk pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dan memberikan kinerja yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja ( job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Lebih terperinciPeran Kebermaknaan Kerja-Keluarga dan Keterikatan Kerja Dalam Memprediksi Intensi Keluar dari Organisasi. Intisari. Ayudia Indrawati IJK Sito Meiyanto
1 Peran Kebermaknaan Kerja-Keluarga dan Keterikatan Kerja Dalam Memprediksi Intensi Keluar dari Organisasi Intisari Ayudia Indrawati IJK Sito Meiyanto Pekerjaan, keluarga dan komunitas merupakan domain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Para pengguna laporan audit mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama, saling berhubungan atau berkomunikasi, dan saling mempengaruhi. Hidupnya selalu
Lebih terperinciSkripsi. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN GAJI TERHADAP TURNOVER INTENTION AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imbal jasa audit (fee audit) dapat diartikan sebagai imbalan jasa yang diterima auditor atas jasa audit yang diberikan terhadap laporan keuangan. Besarnya fee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab auditor. Tugas Auditor yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting bagi masyarakat yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab auditor. Tugas Auditor yaitu mengevaluasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, baik dari atasan, bawahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalan kegiatan di dalam organisasi. Keberhasilan dan kinerja seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya penyakit di masyarakat, maka pelayanan kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinci