PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI"

Transkripsi

1 PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentukan apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Eka Widya Mattasari

3 ABSTRAK EKA WIDYA MATTASARI, C Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh DINIAH dan MOCH. PRIHATNA SOBARI. Produksi tuna 2011 dari unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu meningkat 0,73 % dari tahun Unit penangkapan pancing rumpon meningkat 1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya. Penilaian teknis dan ekonomis terhadap unit penangkapan pancing rumpon dihitung agar dapat diketahui bagaimana kelayakan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon, menghitung investasi yang diperlukan dan keuntungan yang diperoleh dari pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yang dilakukan berupa analisis teknis dan finansial. Unit penangkapan pancing rumpon terdiri atas pancing tonda, jerigen, layang-layang dan kotrek. Pancing rumpon mudah untuk dilakukan karena pengoperasian yang sederhana. Berdasarkan analisis usaha, pancing rumpon mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00,- dan waktu pengembalian modal usaha dalam waktu 4,2 tahun. Berdasarkan analisis finansial, pancing rumpon layak dilakukan karena nilai NPV>0, Net B/C>1 dan IRR lebih tinggi dari tingkat suku bunga dan usaha ini tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan solar. Akan tetapi, jika menggunakan modal sendiri usaha baru merupakan yang paling sensitif jika kenaikan harga solar mencapai 198%. Pancing rumpon diminati banyak nelayan karena pengoperasian yang mudah dan dapat dilakukan diperairan mana saja, dapat mengurangi terjadinya over fishing. Modal pinjaman dari bank tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan harga solar, sehingga pengambil kebijakan (pemerintah daerah) dapat mengusahakan modal usaha bagi nelayan pancing rumpon melalui lembaga keuangan. Perlu adanya kajian mendalam untuk usaha pancing rumpon untuk keseimbangan stock dan kajian teknis lebih mendalam tentang unit penangkapan pancing rumpon. Kata kunci : pancing rumpon, keragaan teknis, analisis finansial

4 ABSTRACT EKA WIDYA MATTASARI, C Assessment Rumpon Line Fishing Unit in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Supervised by the DINIAH and MOCH. PRIHATNA SOBARI. Tuna total production with rod fishing increase 0.73% in 2011, and total of rod fishing unit increase 1.55% in the same time. Technical and economical analysis must be done for we know how the feasibility of rod fishing unit s business. The objective of the research is to describe the rod fishing unit, to calculate the benefit, and the investment of rod fishing unit s business in Palabuhanratu waters. The research is case study of rod fishing unit s business. Data analysis used description, technical and financial analysis. There are four types of rod fishing, those are troll fishing, pancing jerigen, pancing layanglayang and hand line. The rod fishing is not difficult in operation. Business of the rod fishing unit can give a profit Rp 67,245, and payback period is 4.2 years. The value of NPV is more than 0 (zero), Net B/C is more than 1 and IRR is more than value of interest rate. The business of rod fishing unit is not sensitive to the fuel s price increasing. The decision makers can help the fishermen to improve their capital from finance institution, and do the detail technical analysis about rod fishing unit operation and its influence to stock equilibrium Keywords: rod fishing unit, technical performance, financial analysis

5 Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 PENILAIAN UNIT PENANGKAPAN PANCING RUMPON DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT EKA WIDYA MATTASARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKUKTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat : Eka Widya Mattasari : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr.Ir. Diniah, M.Si. Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal Ujian : 4 Juli 2012 Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Alat penangkapan pancing rumpon banyak digunakan di Perairan Pelabuhanratu. Pengoperasiannya menggunakan alat bantu penangkapan ikan, yaitu rumpon laut dalam. Tulisan ini mengungkapkan kondisi teknis dan ekonomis usaha perikanan pancing rumpon yang dilakukan di Perairan Palabuhanratu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk melengkapi karya ini. Terimakasih kepada pembimbing Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, para akademisi dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juni 2012 Eka Widya Mattasari

9 UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1) Kedua orang tua, Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. dan Ibu Wiwik Wulandari yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik. Adikku Poetry Regya Mattasari, teman bertengkar dan pemberi semangat; 2) Dr.Ir. Diniah, M.Si. sebagai ketua Komisi Pembimbing sekaligus Pembimbing Akademik dan Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya selama penulis melaksanakan studi hingga penyelesaian skripsi.; 3) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc. sebagai dosen penguji pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi; 4) Ibu Ir. Dedah Herlina M.Si Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi beserta staf, dan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf yang telah membantu di lapangan selama penelitian; 5) Responden yang telah membantu perolehan data selama penelitian; 6) Candra Arief Himawanto dan keluarga sebagai penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini; 7) Sahabat Icut, Insun, Alvin Jablay, Ani Eman, kak Haidir sebagai teman yang telah mendampingi penelitian dan membantu pada saat penelitian dan memberikan semangat; 8) Ana, Desi, Lina, Ina, Herul, Ema, Tabah, Kakek, Bayu, Toro, Okta, Fristy, Rheka, Aming, Luna dan seluruh kawan seperjuangan PSP 45, adik-adik PSP 46, PSP 47 dan Citra sebagai teman TPB yang memberikan semangat; 9) Teman-teman satu Kost Rumah Hijau : Mbak Ayu, Jati, Kak Echa; 10) Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 2 Pebuari Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ir. Arief Rahman Lamatta, MM dan Ibu Wiwik Wulandari. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 6 Bekasi. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2008 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan, diantaranya menjadi anggota Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) untuk dua periode Selain itu, penulis juga menjadi anggota divisi Hubungan Masyarakat Himpunan Perikanan Tangkap Indonesia (Himpatindo) pada tahun Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusun skrispi dengan judul Penilaian Unit Penangkapan Pancing Rumpon di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada tanggal 4 Juli 2012.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...xv 1 PENDAHULUAN Latar belakang Perumusan masalah Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan Kapal Nelayan Umpan Metode pengoperasian pancing tonda Hasil tangkapan pancing tonda Daerah pengoperasian pancing tonda Unit Penangkapan Pancing Ulur Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan Kapal Nelayan Umpan Metode pengoperasian pancing ulur Hasil tangkapan pancing ulur Daerah pengoperasian pancing ulur Sumberdaya Ikan Pelagis Besar Habitat Jenis sasaran tangkap Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam Definisi dan klasifikasi Konstruksi dan pemasangannya Aspek Teknik Aspek Finansial xi

12 2.6.1 Analisis usaha Analisis kriteria investasi METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Metode Pengambilan Responden Metode Pengumpulan Data Aspek teknik Aspek finansial Metode Analisis Data Analisis teknis Analisis finansial Analisis Sensitivitas KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak geografis Penduduk Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Letak geografis Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon Produktivitas Analisis Finansial Analisis usaha Analisis kriteria investasi Analisis Sensitivitas Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Pancing KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...53 LAMPIRAN...56 xii

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun di Kabupaten Sukabumi Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun Perkembangan jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan volume di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu tahun Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon per tahun PPN Palabuhanratu tahun Produktivitas alat tangkap pancing rumpon (dalam kg) Biaya investasi usaha perikanan pancing rumpon Biaya tetap usaha perikanan pancing rumpon Biaya variabel usaha perikanan pancing rumpon dalam satu tahun Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon Hasil analisis usaha perikanan pancing rumpon Hasil analisis kriteria investasi usaha perikanan pancing rumpon Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha unit penangkapan pancing rumpon...49 xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Alat tangkap pancing tonda Alat tangkap pancing ulur Madidihang - Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus) Cakalang (Katsuwonus pelamis) Rumpon Rantai pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu Konstruksi pancing tonda Konstruksi pancing layang-layang Konstruksi pancing jerigen Konstruksi pancing kotrek Kapal pancing rumpon di PPN Plabuhanratu Proporsi hasil tangkapan unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun Rumpon yang digunakan armada pancing tonda di PPN Palabuhanratu...44 xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Penangkapan Ikan Perhitungan Produktivitas Analisis usaha pancing rumpon tahun Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal pinjaman dari bank Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama ketika kenaikan harga solar 180% Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru ketika kenaikan harga solar 198% Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal pinjaman dari bank ketika kenaikan harga solar 288% Foto-foto penelitian...66 xv

16 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Palabuhanratu merupakan basis utama perikanan tangkap di bagian selatan Jawa Barat. Posisi Palabuhanratu yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sangat strategis untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Dua tahun terakhir ini , telah berkembang dengan pesat unit penangkapan pancing rumpon. Pancing ini dioperasikan di Samudera Hindia di selatan Teluk Palabuhanratu. Hal ini sangat terkait dengan hasil penelitian Mudjizat (2008) bahwa perairan Teluk Palabuhanratu sudah mengalami kejenuhan operasional. Pancing merupakan alat tangkap yang mempunyai selektivitas tinggi, karena hasil tangkapannya disesuaikan dengan mata pancing yang digunakan dan sesuai dengan target penangkapannya. Pancing yang digunakan di PPN Palabuhanratu beragam, diantaranya adalah pancing laut dalam. Pancing laut dalam ini di operasikan di perairan Samudera Hindia di selatan Jawa, posisi 7 o -8 o LS dan BT. Pengoperasian pancing laut dalam ini menggunakan alat bantu penangkapan rumpon sebagai pemikat ikan sasaran tangkap, sehingga pancing ini biasa disebut sebagai pancing rumpon. Sasaran tangkap pancing rumpon adalah ikan pelagis besar yang exportable, antara lain yellowfin tuna (Thunnus albacares) dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Produksi tuna dari unit penangkapan pancing rumpon pada tahun 2011 berjumlah kg atau 53,56% dari jumlah tuna yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Pada tahun 2011 telah terjadi peningkatan produksi tuna sebesar 0,73 % dari tahun Jumlah unit penangkapan pancing rumpon meningkat 1,55 % pada tahun 2011 dari tahun sebelumnya. Pancing rumpon mulai dikembangkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2007, dengan tujuan mempermudah nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan mengubah cara penangkapan ikan dari berburu menjadi memanen ikan di suatu lokasi dan ini dapat memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon tentunya mempunyai alasan tersendiri. Menjadi pertanyaan bagi penulis, betulkah usaha penangkapan ini memberikan keuntungan, berapa nilai investasi yang diperlukan

17 2 untuk melakukan usaha ini. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis menganggap penting dilakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon di Palabuhanratu agar lebih jelas besar investasi yang dibutuhkan dan keuntungan yang akan diperoleh. 1.2 Perumusan masalah Peningkatan jumlah unit penangkapan pancing rumpon dan produksinya, menjadi pertanyaan bagi penulis, apakah keadaan ini akan terus berkembang?, apakah dapat memberikan manfaat bagi nelayan pancing rumpon?. Hal ini dapat diketahui apabila dilakukan penilaian teknis dan ekonomis terhadap kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Sehubungan dengan hal itulah maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu dicari jawabannya, antara lain : 1) Bagaimana keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon? 2) Berapakah investasi yang harus ditanam untuk melakukan usaha ini? 3) Berapakah keuntungan yang bisa diperoleh? 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah 1) Menggambarkan keragaan teknis unit penangkapan pancing rumpon 2) Menghitung keuntungan yang akan diperoleh dari pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon di perairan Palabuhanratu dan kriteria investasinya. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1) Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah wawasan tentang kegiatan unit penangkapan pancing rumpon, dapat mengevaluasi atau melakukan penilaian terhadap unit penangkapan pancing rumpon; dan 2) Bagi pemerintah daerah maupun Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai informasi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar menggunakan unit penangkapan pancing rumpon dengan alat bantu penangkapan rumpon.

18 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing tonda Definisi dan klasifikasi Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang dan tongkol yang biasa hidup di dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi (Gunarso 1985). Pancing tonda memiliki nama daerah yang beragam, diantaranya pancing irid atau klewer (Jawa), pancing kaladalam atau kabalancam (Sepulu-Madura), pancing lohmoloh atau palanggungan atau lemading (Pegagan-Madura), pancing pengenser (Bawean), Lor bebe (Penarukan-Jawa Timur), pancing pengambes (Puger-Jawa Timur), pancing pemalesan (Bali), dan kakahu atau sela (Ambon, Maluku Selatan) (Subani dan Barus 1989). Pancing tonda dalam klasifikasi von Brandt (2005) digolongkan ke dalam kelompok perikanan pancing (lines). Menurut klasifikasi dalam Statistik Perikanan Indonesia yang dikeluarkan Departemen Kelautan dan Perikanan masuk dalam kelompok pancing (hook and line) Alat penangkapan ikan Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Konstruksi pancing tonda terdiri atas galah, tali pancing utama, kili-kili, tali pancing cabang dan mata pancing. Mata pancing pada pancing tonda ada yang dilengkapi dengan umpan tiruan (hook with artificial bait), umpan tiruan yang dilengkapi dengan mata pancing (rapala), atau ada juga yang dilengkapi dengan umpan alam (Anonim 2010). Pancing tonda dioperasikan

19 4 pada siang hari, pengoperasian pancing tonda dilakukan dengan cara ditarik di belakang perahu atau kapal yang bergerak maju secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air hingga kedalaman tertentu di wilayah perairan dimana menjumpai kawanan ikan (tongkol dan cakalang) atau di depan gerombolan ikan sasaran dengan kecepatan kapal antara 2-6 knot (Farid et al 1989). Menurut Ayodhyoa 1981, pancing tonda dikelompokkan ke dalam alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu : 1. Metode pengoperasian relatif sederhana; 2. Modal yang diperlukan lebih sedikit; 3. Bisa memakai umpan buatan; 4. Dapat bebas memilih fishing ground; 5. Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin. Beberapa kekurangannya adalah 1. Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lainnya; dan 2. Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat dan waktu. Parameter utama yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda adalah ukuran mata pancing. Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber : Gambar 1 Alat tangkap pancing tonda

20 Kapal Pada umumnya panjang kapal yang mengoperasikan pancing tonda berkisar antara 5-20 m. Kapal memiliki ruang kemudi di bagian depan atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau di buritan (Sainsbury 1971). Perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng dan bercadik memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho 2002). Kapal yang mengoperasikan alat tangkap pancing tonda biasanya memiliki outrigger sebagai tempat tali pancing diikatkan. Biasanya terdapat satu atau lebih outrigger terpasang pada bagian belakang kapal atau buritan (Sari 2011) Nelayan Pancing tonda umumnya dioperasikan oleh 4-6 orang nelayan, terdiri atas satu orang fishing master, satu orang juru mesin dan 2-4 orang ABK. Masingmasing ABK mengoperasikan satu atau lebih pancing pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung. Pekerjaan juru mudi merangkap sebagai fishing master Umpan Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), bulu domba (sheep wools), kain perca yang berwarna-warni, maupun bahan sintetis berbentuk miniatur yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan (Subani dan Barus 1989) Metode pengoperasian pancing tonda Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik secara horizontal oleh perahu atau kapal yang bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan. Umpan buatan dapat bergerak seperti ikan asli, karena adanya pengaruh tarikan dari kapal. Oleh karena itu, ikan pemangsa biasanya langsung menyambarnya. Kecepatan kapal dalam menarik pancing tonda bergantung pada ikan target tangkapan. Kecepatan kapal untuk ikan perenang

21 6 cepat, seperti tuna dan cakalang, biasanya ditarik dengan kecepatan kapal antara 6-8 knot (Sainsbury 1971). Operasi penangkapan ikan menggunakan pancing tonda biasa dilakukan pada siang hari. Pada saat operasional, satu kapal pancing tonda tidak hanya terdiri atas satu pancing, namun sekaligus beberapa pancing. Penondaan dilakukan dengan mengulurkan tali sekitar dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar ke sana dan ke sini atau manoevre, bisa juga terlebih dahulu mencari kawanan ikan atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon (Subani dan Barus 1989) Hasil tangkapan pancing tonda Secara umum hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang yang sering bergerombol. Ikan pelagis yang memiliki kualitas tinggi seperti yellowfin tuna, skipjack, sword fish, dan ikan pelagis besar lainnya (Monintja dan Martasuganda 1994). Tuna besar berdasarkan FAO (1983) digolongkan menjadi tujuh spesies yaitu yellowfin tuna (Thunnus albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), northern bluefin tuna (Thunnus thynnus), albacore (Thunnus alalunga), longtail tuna (Thunnus tonggol) dan blackfin tuna Daerah pengoperasian pancing tonda Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah operasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga sebagai tempat ikan bergerombol. Ikan merupakan organisme yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindahpindah tempat yang menyebabkan sulitnya menentukan arah dan letak dari perpindahan daerah penangkapan ikan (Hetharuca 1983). Jenis ikan yang menjadi target utama penangkapan dengan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi, seperti tuna dan cakalang. Oleh karena itu, kedalaman mata pancing tonda disesuaikan dengan swimming layer dari ikan yang menjadi target penangkapan (Handriana 2007).

22 7 Penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu umumnya dilakukan sepanjang tahun dan dikenal dengan dua musim penangkapan yaitu Musim Timur dan Musim Barat. Musim Timur adalah musim dengan jumlah ikan sangat banyak atau berlimpah yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Periode ini ditandai dengan angin yang lemah, keadaan laut yang tenang dan curah hujan sedikit. Musim Barat ditandai dengan sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat keadaan perairan yang cukup membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim Barat berlangsung pada Bulan November-April atau Mei (Pariwono et al. 1998). Menurut Tampubolon (1980), berdasarkan jumlah hasil tangkapan, di Palabuhanratu dapat digolongkan menjadi tiga musim penangkapan ikan, yaitu : 1. Musim banyak ikan (Juni September); 2. Musim sedang ikan (Maret Mei dan Oktober November); dan 3. Musim kurang ikan (Desember Februari). 2.2 Unit Penangkapan Pancing Ulur Unit penangkapan pancing ulur merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pencing ulur dan nelayan yang mengoperasikannya. Pancing ulur ini diklasifikasikan ke dalam kelompok pancing atau lines. Berikut merupakan uraian lebih rinci tentang unit penangkapan pancing ulur Definisi dan klasifikasi Pancing ulur adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sudah lama dikenal nelayan dan dioperasikan secara sederhana. Menurut FAO-ISSCFG dan Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia (1989) pancing ulur termasuk dalam klasifikasi pancing (BBPPI 2007) Alat penangkapan ikan Pancing ulur pada prinsipnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nilon atau polyethylene. Mata pancing dibuat dari kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Pada umumnya ujung mata pancing berkait balik, namun ada juga mata pancing yang tidak berkait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau lebih, bahkan banyak sekali mencapai ratusan sampai ribuan. Ukuran mata

23 8 pancing bervariasi disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus 1989). Banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh pancing ulur menyebabkan banyak nelayan menggunakannya dan banyak dit emukan pada setiap perkampungann nelayan (Puspito 2009). Gambar alat tangkap pancing ulur dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber : Gambar 2 Alat tangkap pancing ulur Kapal Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing ulur terbuat dari kayu sengon dan berukuran LxBxD = 10,70 m x 2,87 m x 1,00 m. Tenaga penggerak yang digunakan adalah sebuah mesin yang ditempatkan di dalam atau inboard engine. Perahu dilengkapi dengan jangkar, petromak dan cool box. Cool box yang digunakan terbuat dari styrofoam dengan kapasitas 25 kg dan mempunyai ukuran panjang 74 cm, lebar 32 cm dan tinggi 35 cm (Handriana 2007) Nelayan Nelayan yang mengoperasikan pancing ulur bia sanya berjumlah dua sampai tiga orang terdiri atas nelayan pekerja dan pemilik. Pembagian kerja pada saat pengoperasian dilakukan berdasarkan pengalaman. Pada saat pengoperasian pancing ulur, juru mudi berperan sebagai pemancing (Rochmawati 2004).

24 Umpan Umpan yang digunakan adalah umpan segar dan umpan buatan. Umpan buatan yang biasa digunakan adalah bulu ayam (chicken feader), maupun bahan sintetis berbentuk miniatur hewan yang menyerupai aslinya. Bentuk umpan buatan antara lain berupa miniatur cumi-cumi dan ikan. Umpan yang telah dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu (Subani dan Barus 1989) Metode pengoperasian pancing ulur Posisi para pemancing pada saat pengoperasian pancing ulur adalah berada di bagian haluan, tengah dan buritan. Umpan yang digunakan akan diganti setiap trip. Pada saat pengoperasian, tali pancing diulur ke dalam perairan hingga pemberatnya menyentuh dasar perairan. Jumlah pengangkatan dan penurunan setiap unit pancing tidak sama, karena bergantung pada ikan yang tertangkap (Handriana 2007) Hasil tangkapan pancing ulur Hasil tangkapan pancing ulur yang dominan adalah ikan layur (Trichiurus spp.). Ikan layur umumnya hidup di perairan dalam dengan dasar lumpur, meskipun tergolong ikan demersal, umumya ikan layur muncul ke permukaan pada waktu senja (Astuti 2008) Daerah pengoperasian pancing ulur Pengoperasian alat pancing ini di daerah karang-karang, di perairan dangkal, perairan dalam, di rumpon-rumpon maupun rumpon dengan kedalaman 2-3 meter. Penggunaan pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan Tanjung Pasir, Banten (Subani dan Barus, 1989). 2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar Habitat Habitat ikan pelagis besar berada di kolom dan lapisan permukaan perairan. Berdasarkan habitatnya, ikan pelagis dibagi menjadi pelagis kecil dan pelagis besar. Ikan pelagis besar terdiri atas berbagai jenis ikan seperti : Tenggiri (Scomberomous Commerson), Tongkol (Euthynnus spp), Tuna (Thunnus spp).

25 Jenis sasaran tangkap 1) Tuna Sirip Kuning - Madidihang Madidihang (Thunnus albacares) (Gambar 3) termasuk dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus. Ciri-cirinya yaitu bentuk badan yang memanjang, bulat seperti cerutu. Tapisan pada busur insang pertama. Memiliki dua cuping atau lidah di antara kedua sirip perutnya. Jari-jari keras sirip punggung pertama 13-14, dan 14 jari-jari lemah pada sirip punggung kedua, diikuti 8-10 jari sirip tambahan. Kemudian sirip dubur berjari-jari lemah 14-15, lalu 7-10 jari-jari sirip tambahan. Satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit dua lunas kecil pada ujungnya. Untuk jenis-jenis dewasa, sirip punggung kedua dan dubur tumbuh sangat panjang, sirip dada cukup panjang. Badan bersisik kecil-kecil, korselet (jalur sisik khusus yang mengelilingi badan di daerah sekitar sirip dada) bersisik agak besar tetapi tidak nyata. Madidihang termasuk ikan buas, predator, karnivor, dapat mencapai 195 cm, umumnya cm, hidup bergerombol kecil (Ditjen Perikanan 1990). Sumber: Saanin 1984 Gambar 3 Madidihang - Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Warna tubuh madidihang bagian atas berpadu antara hitam dan keabuabuan, kuning perak pada bagian bawah, sirip punggung dan sirip perut. Sirip tambahan berwarna kuning cerah berpinggiran gelap. Pada perut terdapat kurang lebih 20 garis putus-putus warna putih pucat melintang (Ditjen Perikanan 1990).

26 11 Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus Species : Thunnus albacares 2) Tuna Mata Besar (Bigeye Tuna) Bigeye Tuna (Thunnus obesus) (Gambar 4) termasuk ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Thunnus dan juga termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan (finlet) berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Fukofuka dan Itano 2006 vide Faizah 2010 ikan tuna mata besar mempunyai ciri-ciri luar seperti sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor, pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain, profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata, sirip dada pada ikan dewasa 1/4-1/3 kali fork lenght (FL), ikan tuna mata besar dengan ukuran lebih dari 75 cm dengan berat 10 kg mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding.

27 12 Sumber: Saanin 1984 Gambar 4 Tuna Mata Besar - Bigeye Tuna (Thunnus obesus) Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna mata besar menurut Collette dan Nauen 1983 vide Faizah 2010 : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Thunnus Species : Thunnus obesus 3) Cakalang Cakalang (Katsuwonus pelamis) (Gambar 5) termasuk ke dalam ordo Perciformes, famili Scombridae dan genus Katsuwonus. Ciri-ciri ikan cakalang adalah badan memanjang seperti cerutu atau torpedo (fusiform) dan bentuk tubuh padat agak membulat, memiliki tapis insang (gill raker) buah. Cakalang mempunyai dua sirip dorsal yang terpisah, sirip yang pertama mempunyai jari-jari keras, sedangkan sirip kedua mempunyai 7-8 jari-jari lunak. Sirip dada pendek dan pada sirip perut terdapat 7-8 finlet dan terdapat rigi-rigi kedua lebih kecil pada masing-masing sisi perut dan sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat duri lemah, serta mempunyai 7-9 finlet pada bagian perut. Ikan cakalang

28 13 tergolong ikan pelagis dan perenang cepat yang mencapai lebih dari 25 mil per jam. Sumber: Saanin 1984 Gambar 5 Cakalang (Katsuwonus pelamis) Penyebaran cakalang dapat meliputi skala ruang yang luas. Penyebarannya di Indonesia meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat suatu perairan seperti : suhu, makanan, massa air, salinitas dan arus. Kisaran suhu optimum untuk ikan cakalang sekitar 14,7 o C-30 o C. Cakalang merupakan perenang cepat dan melawan arus, mencari makan berdasarkan penglihatan dan sifatnya rakus terhadap makanan. Dalam gerakannya, cakalang mengandalkan loncatan lamban dan membentuk lengkungan (Tampubolon 1980). Klasifikasi cakalang menurut Saanin (1984) : Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata Class : Pisces Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidea Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis

29 Alat Bantu Penangkapan Rumpon Laut Dalam Definisi dan klasifikasi Keberhasilan usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan ikan (fishing ground), gerombolan ikan dan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan ikan. Beberapa cara untuk mendapatkan atau mengumpulkan kawanan ikan sebelum operasi penangkapan ikan dilakukan ialah menggunakan alat bantu penangkapan ikan. Alat bantu penangkapan ikan sering disebut Fish Agregating Device. Bentuk alat bantu penangkapan ikan ini antara lain Rumpon dan sinar lampu (Light fisheries). Alat bantu penangkapan ikan berfungsi membantu untuk mengumpulkan ikan pada satu titik atau tempat yang kemudian di tempat itu dilakukan operasi penangkapan ikan (Handriana 2007). Pada prinsipnya, alat bantu rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan agar mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar rumpon, diantaranya adalah karena rumpon dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani dan Barus 1989). Rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut Konstruksi dan pemasangannya Pada umumnya rumpon (Gambar 6) terdiri atas empat bagian penting, yaitu pelampung atau float, pemikat atau atraktor berupa daun kelapa atau daun lontar dan pemberat atau sinker/anchor (Handriana 2007). Pelampung (float) berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. Tali panjang (rope) berfungsi menghubungkan pelampung dan pemberat, sedangkan pemberat berfungsi sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat atau tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pengumpul ikan. Gambar konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 6.

30 15 Sumber : Gambar 6 Rumpon Menurut kedalamannya, rumpon dibagi dua, yaitu rumpon laut dalam dengan kedalamannya lebih dari 600 m dan rumpon laut dangkal dengan kedalamannya kurang dari 100 m. Rumpon dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, tendak (Jawa), onjen (Madura), robo (Sumatera Barat), unjang dan ulasan (Sumatera Timur, Sumatera Utara) (Handriana 2007). Rumpon yang dipergunakan sebelumnya sudah berada pada daerah penangkapan ikan yang ditentukan. Metode pengoperasian rumpon sendiri terbilang mudah karena hanya diapungkan saja dalam jangka waktu lama. Menurut Rosana dan Prasita (2008), sebelum melabuhkan rumpon, terlebih dahulu dilakukan survei perairan untuk memperoleh masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan lokasi yang sesuai untuk menerjunkan rumpon. Survei perairan di sepanjang landas kontinen Samudera Hindia menggunakan sejumlah peralatan, antara lain: penentuan posisi kapal dan kedudukan rumpon menggunakan GPS dan arah haluan, baringan kapal terhadap benda-benda daratan dilakukan dengan kompas tangan. Penempatan rumpon sebaiknya pada perairan landas kontinen berkisar 1 mil hingga 5 mil dari garis pantai, karena kedalaman perairan pada jarak lebih dari 5 mil di luar garis pantai cenderung berubah tajam memasuki lereng kontinen. Penempatan rumpon pada lereng kontinen sangat riskan bagi rumpon karena beberapa hal, antara lain: jangkar rumpon dapat tergelincir (sliding) ke dasar perairan yang lebih dalam, tali utama dapat bergesekan langsung dengan tubir karang dan hempasan gelombang

31 16 pada lereng kontinen lebih besar dibandingkan pada landasan kontinen (Rosana dan Prasita 2008). Menurut Rosana dan Prasita (2008) pelaksanaan pemasangan atau penerjunan rumpon sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, sebab pada saat itu kondisi laut umumnya dalam keadaan tenang. Adapun urutan pelaksanaan penerjunan rumpon dapat dijelaskan sebagai berikut: Pangkal tali atraktor dikaitkan dengan pelampung; 1. Ujung tali atraktor dikaitkan dengan pangkal tali pemberat rangkap dua; 2. Bila kapal sudah mendekati posisi lokasi penerjunan, kapal mengambil posisi melawan arus; 3. Pelampung yang diterjunkan, disusul tali atraktor yang diulur dan dilanjutkan dengan rakitan atraktor diterjunkan secara satu persatu agar tidak saling terkait dan melilit; 4. Rangkaian pemberat diterjunkan secara serentak. 2.5 Aspek Teknik Aspek teknik meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek (Kadariah et al. 1999). Menurut Umar (2003), analisis teknis digunakan dalam penentuan strategi produksi dan perencanaan produk. Tujuan studi aspek ini adalah untuk meyakini apakah secara teknik suatu usaha dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional. Analisis teknis untuk melihat hubungan faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produksi. Aspek teknik diperlukan untuk mengetahui produktivitas dari unit penangkapan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknik meliputi produktivitas per alat tangkap, per trip, per nelayan, per biaya operasional dan per biaya investasi (Sparre dan Venema 1999). 2.6 Aspek Finansial Aspek finansial digunakan sebagai salah satu parameter untuk penelitian tentang unit penangkapan ikan. Analisis finansial penting dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan kegiatan unit penangkapan ikan atau proyek. Analisis proyek ini

32 17 dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek (Kadariah et al. 1999). Gray et al. (2005) mengatakan bahwa analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue- Cost Ratio), serta Payback-Period (PP). Menurut Rangkuti (2001), Return on Investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan. Analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) dan Profitability Ratio (PV /K). Setiap kriteria investasi menggunakan perhitungan nilai sekarang (present value) atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray et al. 2005). Dari kelima kriteria tersebut, tiga kriteria pertama yaitu NPV, IRR dan Net B/C lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, kedua kriteria ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia (Gray et al. 2005) Analisis usaha Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio) untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al. 2002), analisis waktu balik modal (Payback Period) agar dapat mengetahui periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan

33 18 aliran kas, Return on investment (ROI) untuk membandingkan kinerja antar periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi Analisis kriteria investasi Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV) untuk mengetahui apakah usaha layak dilanjutkan atau tidak, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) untuk mengetahui besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek., Internal Rate of Return (IRR) untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan (Gray et al. 2005).

34 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan, yaitu pada Bulan Maret Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya kuisioner, alat dokumentasi berupa kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pancing. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter dari suatu keadaaan yang ada pada waktu penelitian (Nazir 2005). 3.4 Metode Pengambilan Responden Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu mengambil sample secara tidak acak atau peneliti menganggap sample yang diambil memiliki informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Sampel yang diambil berjumlah 4 orang nelayan yang memiliki kriteria diantaranya: 1. Nelayan pancing rumpon yang menjalankan usahanya lebih dari satu tahun; 2. Nelayan merupakan pemilik sekaligus orang yang hanya memiliki penghasilan dari usaha perikanan tangkap; 3. 3 unit penangkapan merupakan usaha yang telah lama dijalankan; 4. 1 unit penangkapan merupakan usaha baru. 3.5 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang

35 20 mengenai keseluruhan kegiatan unit penangkapan pancing rumpon. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi PPN Palabuhanratu dan Syahbandar PPN Palabuhanratu. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain : Aspek teknik Aspek teknik berhubungan dengan metode pengoperasian pancing rumpon meliputi : 1. Konstruksi dan metode pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon; 2. Komposisi hasil tangkapan; 3. Lokasi dan musim pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon; 4. Jumlah trip per tahun. 5. Banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan pancing rumpon per total trip Aspek finansial Aspek finansial yang akan diamati dalam penelitian ini diantaranya: 1. Biaya operasional selama kegiatan berlangsung; 2. Biaya perbekalan; 3. Harga jual hasil tangkapan per kilogram; 4. Pendapatan nelayan per tahun. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Jumlah unit penangkapan pancing rumpon yang dioperasikan di perairan Palabuhanratu, Sukabumi pada tahun ; 2. Peta lokasi pengoperasian unit penangkapan pancing rumpon yang dioperasikan di perairan Palabuhanratu, Sukabumi; 3. Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, astronomis, kependudukan dan keadaan perikanan secara umum di perairan Palabuhanratu, Sukabumi. 3.6 Metode Analisis Data Analisis data dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan analisis teknik dan finansial.

36 Analisis teknis Analisis teknis digunakan untuk mengetahui apakah secara teknik alat tangkap pancing rumpon efektif atau tidak bila dioperasikan berdasarkan konstruksi, daerah penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan. Oleh sebab itu, penilaian aspek teknis meliputi hasil tangkapan per tahun (ton), upaya penangkapan per tahun (unit) dan produksi per alat tangkap. Produktivitas adalah suatu alat untuk melihat efisiensi teknik dan suatu proses produksi yang merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan input sumberdaya yang dipergunakan. Produktivitas dihitung menggunakan data sekunder untuk mengetahui produktivitas per alat tangkap, produktivitas per trip, produktivitas per nelayan, produktivitas per biaya operasional dan produktivitas per biaya investasi, (Hanafiah 1986) yaitu: Analisis finansial Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengembangan usaha perikanan pancing rumpon. Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi (Riyanti 2010). 1) Analisis usaha Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Dalam perikanan, analisis usaha penting untuk

37 22 mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari ussaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio),, analisis waktu balik modal (Paybackk Period) dan Return on investment (ROI). (1) Analisis pendapatan usaha Analisis Pendapatan Usaha merupakan jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara total pemasukan yang diterima dengan total pengeluaran yang dikeluarkan. Analisiss ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatuu kegiatan usaha yang dilakukan (Sugiarto et al 2002). Rumus yang digunakan adalah : Keterangan : π = Keuntungann TR = Total penerimaan TC = Total biaya Kriteria : Jika total penerimaan > total biaya maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan (2) Analisis imbangan penerimaan dan b iaya (Revenue-Cost Ratio) Analisis Revenue-Cost Ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al 2002). Rumus yang digunakan adalah : Keterangan : π = Keuntungann TR = Total penerimaan TC = Total biaya R = Revenue (pendapatan) C = Cost (biaya)

38 23 Kriteria : Jika R/C > 1, Jika R/C < 1, Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha tersebut untung sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan; maka kegiatan usaha tersebut rugi sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; maka kegiatan usaha tersebut tidak untung maupun rugi atau usaha tersebut berada dalam titik impas. (3) Analisis waktu balik modal (Payback Period) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas atau dengan kata lain payback period juga dapat diartikan sebagai ratio antara initial cash investment dengan cash inflownya, hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya rasio nilai ini dibandingkan dengan Maximum payback period yang dapat diterima. Rumus yang digunakan (Umar 2003) adalah Keterangan: PP I π = Payback Period = Investasi yang dikeluarkan = Keuntungan Kriteria : Jika payback periode lebih pendek waktunya dari maximum payback periode maka usaha tersebut dikatakan layak untuk dilanjutkan. (4) Return on investment (ROI) Analisis keuangan sangat bermanfaat untuk membandingkan kinerja antar periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi. Metode yang umum digunakan dalam evaluasi kinerja adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis tingkat pengembalian investasi (Return on investment-roi). ROI adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan.

39 24 Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Rangkuti 2001). Rumus yang digunakan adalah Keterangan: ROI = Return on Investment (tingkat pengembalian) π = Keuntungan I = Investasi 2) Analisis kriteria investasi Analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Suatu kegiatan bisa atau tidak untuk dijalankan dan mengevaluasi kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kriteria investasi. Perhitungan analisis ini menggunakan beberapa asumsi dasar untuk membatasi permasalahan yang ada. Asumsi dasar yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Analisis yang dilakukan untuk usaha lama akan dimulai dengan umur kegiatan 10 tahun, karena umur teknis kapal sekitar 10 tahun; (2) Untuk skenario pertama, yaitu menggunakan modal sendiri usaha lama, analisis ini dimulai dari tahun ke-1, karena dibuat untuk mengevaluasi usaha pancing rumpon yang telah berjalan. (3) Untuk skenario kedua, yaitu menggunakan modal sendiri usaha baru, analisis ini dimulai dari tahun ke-0, karena dibuat untuk melihat kelayakan usaha pancing rumpon. (4) Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri dan modal pinjaman dari bank sebesar 60% dari modal investasi; (5) Nilai dan harga pada saat perhitungan adalah konstan; (6) Discount factor yang digunakan berdasarkan pada tingkat suku bunga kredit investasi pada Bank BRI sebesar 15%. Analisis dilakukan dengan menghitung komponen-komponen Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) (Gray et al 2005).

40 25 (1) Net Present Value (NPV) Keterangan : B t C t NPV Bt Ct i n : Net Present Value : benefit sosial kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t : biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t : Tingkat suku bunga : Umur ekonomis proyek Ketentuan dari NPV adalah NPV 0, artinya usaha penangkapan dapat dilanjutkan NPV 0, artinya usaha penangkapan tidak dapat dilanjutkan NPV = 0, artinya usaha penangkapan ikan tidak untung maupun rugi (2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Analisis Net Benefit Cost Ratio bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan sedemkian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun saat benefit bersih itu bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun saat Bt - Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al 2005): Ketentuan: Net B/C 1, maka usaha tersebut mendapatkan keuntungan Net B/C 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian Net B/C = 1, maka usaha tersebut impas (3) Internal Rate of Return (IRR) Analisis Internal Rate of Return digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate

41 26 of Return merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yang dinyatakan dengan rumus (Gray et al. 2005): Keterangan : IRR = Internal Rate of Return i' = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV' = NPV pada suku bunga i' NPV = NPV pada suku bunga i Ketentuan : IRR i, usaha tersebut layak untuk dilanjutkan dan mendapatkan keuntungan; IRR = i, usaha tersebut layak untuk dilanjutkan tanpa mendapatkan keuntungan; IRR i, usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan karena hanyaa akan menimbulkan kerugian. 3.7 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjad i terhadap usaha perikanan pancing rumpon jika ada suatu perubahan dalam dasar -dasar perhitungan biaya. Perubahan yang kemungkinan dapat mempengaruhi usaha unit penangkapan pancing rumpon diantaranya kenaikan harga solar. Kegiatan pengoperasiannya sangat bergantung kepada bahan bakar, karena untuk setiap operasi penangkapan membutuhkan bahan bakar untuk menggera kkan kapal dan jumlahnya tidak sedikit. Metode yang digunakan adalah switching value (Riyanti 2010). Switching value adalah nilai pengganti, dalam analisis inii dicari beberapa perubahan maksimumm yang dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi misalnya pada harga output maupun harga input. Teknik analisis ini dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar usaha masih dapat memperoleh keuntungan normal (Oktawidya 2008).

42 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara ` ` LS dan ` BT. Kabupaten Sukabumi mempunyai luas daerah km 2 atau 14,39% dari luas Jawa Barat atau 3,01% dari luas Pulau Jawa. Batas-batas wilayah Kabupaten Sukabumi (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009) sebagai berikut : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra Indonesia, 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Sukabumi dibagi menjadi 47 kecamatan. Kegiatan perikanan tangkap banyak dilakukan di 7 kecamatan yang menghadap ke Samudera Hindia yaitu Cikemas, Ciracap, Surade, Cibitung, Palabuhanratu, Simpenan dan Cisolok. Namun, semua kegiatan perikanan terpusat di Kecamatan Palabuhanratu. Hal ini karena adanya PPN Palabuhanratu Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi tahun 2004 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk mencapai jiwa, terdiri atas laki-laki dan perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 590,45 orang per km 2. Selain data BPS, data kependudukan juga dilengkapi dengan data hasil registrasi penduduk sebagai pembanding. Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi pada tahun dapat dilihat pada Tabel 1.

43 28 Tabel 1 Tahun Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukabumi tahun Jumlah penduduk Rasio jenis Kepadatan penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah kelamin per km ,35 546, ,15 557, ,90 568, ,64 579, ,41 590,45 Sumber : BPS Kab. Sukabumi, Kondisi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi 1) Nelayan Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi yang bekerja sebagai nelayan pada tahun 2010 sebanyak orang, terbagi atas orang nelayan buruh dan orang nelayan pemilik. Sejak tahun 2006 hingga 2010, jumlah nelayan di Kabupaten Sukabumi berfluktuatif, namun tidak terlalu jauh berubah dan cenderung menurun. Perkembangan jumlah nelayan secara rinci tahun disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Tahun Jumlah nelayan perikanan tangkap tahun di Kabupaten Sukabumi Nelayan (orang) Jumlah (orang) Nelayan Buruh Nelayan Pemilik Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi ) Alat penangkapan ikan Alat penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2009 berjumlah 1951 unit, terdiri atas lima kelompok alat penangkapan ikan, mencakup lebih dari 12 jenis alat penangkapan ikan. Alat penangkapan ikan yang paling banyak digunakan adalah jaring insang hanyut,

44 29 sebanyak 905 unit atau 46,4% dengan sasaran utama adalah ikan kembung (Restraliger sp). Selanjutnya diikuti oleh rawai tuna sebanyak 350 unit atau 17,9% dengan sasaran utama ikan pelagis besar, terutama jenis tuna. Jenis alat penangkapan ikan yang paling sedikit jumlahnya adalah jaring insang lingkar, yaitu berjumlah 9 unit atau 0,5% dari jumlah total alat penangkapan ikan di perairan Kabupaten Sukabumi. Sasaran utama alat tangkap jaring insang lingkar adalah ikan tembang (Sardinella fimbriata). Perincian alat penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Alat penangkapan ikan yang beroperasi di Kab. Sukabumi tahun 2009 No Kelompok Alat Tangkap Jenis Alat Tangkap Jumlah Persentase unit (%) 1 Pukat Kantong Payang 150 7,7 Dogol 24 1,2 2 Jaring Insang Jaring Insang Hanyut ,4 Jaring Insang Lingkar 9 0,5 Jaring Insang Tetap 106 5,4 3 Jaring Angkat Bagan Perahu/Rakit 154 7,9 Bagan Tancap 54 2,8 4 Pancing Rawai Tuna ,9 Pancing Tonda 100 5,1 Pancing Ulur 84 4,3 Garpu, Tombak, 5 Lainnya Lain-lain 15 0,8 Jumlah Sumber: DKP Kab. Sukabumi ) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 berjumlah 1543 unit, meningkat 1,18% dari tahun sebelumnya. Perkembangan jumlahnya dari tahun 2006 hingga 2010 berfluktuasi dan cenderung meningkat. Armada penangkapan ikan ini dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan modernisasi armada penangkapan ikan, sejak tahun 2006 jumlah armada perahu tanpa motor mengalami penurunan, sedangkan perahu motor tempel maupun kapal motor mengalami peningkatan. Armada perahu tanpa motor, jumlahnya menurun dari tahun 2006 sebanyak 332 unit menjadi 230 unit pada tahun 2010.

45 30 Penurunan tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke tahun 2007, mencapai 16%. Armada kapal motor mengalami peningkatan dari tahun 2006 sebanyak 233 unit menjadi 403 unit pada tahun Peningkatan jumlah armada kapal motor tertinggi terjadi dari tahun 2006 ke 2007, yaitu mencapai 36%. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2006 hingga 2010 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah armada penangkapan ikan Kab. Sukabumi tahun Jumlah Armada (unit) Tahun Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor Jumlah unit Persentase (%) , , , ,18 Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi ) Volume dan nilai produksi Volume produksi perikanan tangkap yang dihasilkan perairan Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 sebesar 6.992,15 ton dengan nilai produksi sebesar Rp ,00. Jika melihat perkembangannya pada periode , terjadi penurunan volume produksi, namun nilai produksi mengalami kenaikan hingga tahun 2008 sebesar Rp ,30 dan selanjutnya menurun kembali hingga tahun Perkembangan volume dan nilai produksi lebih rinci sejak tahun 2006 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan tahun Tahun Volume Penangkapan Persentase (%) Nilai Penangkapan Persentase (%) (Ton) (Rp) / , , ,79-8, ,74 32, ,00 1, ,30 4, ,20-10, ,00-14, ,15-11, ,00-12,43 Sumber : Statistik Bidang Perikanan Tangkap Kab. Sukabumi 2010

46 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Letak geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" Lintang Selatan (LS) dan 106º 32 61, 884" Bujur Timur (BT). Daerah ini merupakan daerah pesisir Selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Secara geografis, Perairan Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 50' 47, 10"- 07º 30 Lintang Selatan (LS) dan 106º 32 10"- 106º 30 Bujur Timur (BT). Kecamatan Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah ,91 ha. Kecamatan Palabuhanratu memiliki batas wilayah sebagai berikut (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009): 1) Sebelah Utara : Kecamatan Cikidang 2) Sebelah Selatan : Samudra Hindia 3) Sebelah Timur : Kecamatan Bantargadung 4) Sebelah Barat : Kecamatan Cikakak Kondisi perikanan tangkap PPN Palabuhanratu 1) Nelayan Nelayan adalah orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung di dalam aktivitas penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu berfluktuatif. Jika dilihat sejak tahun 2007 hingga 2011, jumlah nelayan terbanyak terdapat pada tahun 2007 sebanyak orang. Tahun 2008 jumlah nelayan berkurang menjadi orang atau menurun 53,7%. Perkembangan jumlah nelayan rinci sejak tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 6

47 32 Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun Tahun Jumlah (orang) Persentase (%) , , , ,12 Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu ) Alat penangkapan ikan Alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu cukup beragam. Alat penangkapan ikan yang paling dominan pada tahun 2011 adalah pancing tonda, berjumlah 158 unit atau 5,38% dari total alat penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu. Jumlah pancing tonda meningkat terus sejak tahun 2007, sementara jenis alat penangkapan ikan yang lain berfluktuasi. Perkembangan jumlah alat penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun dapat dilihat di dalam Tabel 7. Tabel 7 Perkembangan alat penangkapan ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Alat Tangkap (unit) PYG PU PL PT JK JR TN GN BGN RW PS LL Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2007;2008;2009;2010;2011 Keterangan : PYG = Payang TN = Trammelnet - = tidak ada data PU = Pancing Ulur GN = Gillnet PL = Pancing Layur BGN = Bagan PT = Pancing Tonda RW = Rawai JK = Jaring Klitik PS = Purse seine JR = Jaring Rampus LL = Long Line Sasaran tangkap pancing tonda adalah kelompok ikan pelagis besar. Selain pancing tonda, ikan pelagis besar juga ditangkap menggunakan alat penangkapan ikan payang, pancing ulur, gillnet, rawai atau long line, purse seine. Ikan

48 33 demersal umumnya ditangkap menggunakan alat penangkap ikan jaring klitik, jaring rampus, dan trammelnet. 3) Armada penangkapan ikan Armada penangkapan ikan yang digunakan di PPN Palabuhanratu terdiri atas dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel menggunakan motor (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal. Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala kecil dengan harga perahu yang lebih terjangkau. tempel berkisar antara 5-40 PK. Daya motor Kapal motor (KM) menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) dengan kekuatan 300 PK. Umumnya kapal motor digunakan untuk usaha perikanan yang berskala besar dan hanya dimiliki oleh nelayan bermodal besar. Jumlah kapal motor di PPN Palabuhanratu terus meningkat selama periode tahun 2007 sampai 2011, sedangkan jumlah perahu motor tempel pada periode yang sama mengalami penurunan. terjadi dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 28,11%. Peningkatan jumlah kapal motor tertinggi Jumlah perahu motor tempel terjadi peningkatan dari tahun 2010 ke 2011, yaitu sebesar 33,24%. Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu pada tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Perahu Motor Tempel Kapal Motor (PMT) Persentase (KM) Persentase (%) (%) (Outboard) (Inboard) , , , , , , , ,11 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu ) Volume dan nilai produksi Volume produksi ikan di PPN Palabuhanratu terdiri atas volume produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu oleh kapal penangkap ikan dan

49 34 volume produksi ikan yang didatangkan dari daerah lain. Volume produksi ikan yang dihasilkan PPN Palabuhanratu terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar kg. Volume produksi terkecil terjadi pada tahun 2009 sebesar kg. Volume produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu lebih kecil jumlahnya dibandingkan dengan volume yang masuk. Volume produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu hanya mencapai 47,34% pada tahun 2011, sisanya dipenuhi dari luar PPN Palabuhanratu, yaitu dari Belitung, Muara Baru dan lain-lain. Perkembangan volume produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 Perkembangan volume di PPN Palabuhanratu tahun Ikan Yang Ikan Yang Masuk Ke Didaratkan Di Jumlah Pelabuhan Pelabuhan Tahun Produksi (kg) Persentase (%) Produksi (kg) Persentase (%) Produksi (kg) Persentase (%) , , , , , , , , , , , ,11 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu 2011 Nilai produksi yang dicapai PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 adalah Rp Nilai ini diperoleh dari produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sebesar Rp atau 56,54% dan sisanya dari produksi yang masuk ke PPN Palabuhanratu dari luar sebesar Rp atau 43,45%. Secara keseluruhan, nilai produksi PPN Palabuhanratu terus meningkat dari tahun 2007 hingga masuk ke PPN Palabuhanratu. Demikian pula nilai produksi yang Sebaliknya terjadi pada nilai produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, mulai tahun 2007 nilai produksi meningkat terus hingga 2010, namun terjadi penurunan cukup tajam dari 2010 ke 2011 sebesar 83,16%. Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu secara rinci tersaji pada Tabel 10.

50 35 Tabel 10 Perkembangan nilai produksi di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Ikan Yang Didaratkan Di Pelabuhan Nilai (Rp) Persentase (%) Ikan Yang Masuk Ke Pelabuhan Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Jumlah Persentase (%) , , , , , , , , , , , ,10 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu ) Pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu Ikan hasil tangkapan, baik yang didaratkan maupun didatangkan ke PPN Palabuhanratu akan sampai di tangan konsumen dengan jalur yang berbeda-beda. Ikan yang didaratkan di PPN Palauhanratu, sebagian sampai ke konsumen lokal dan sebagian lagi masuk ke cold storage untuk diekspor ke Korea dan Jepang. Sementara ikan yang didatangkan dari luar PPN Palabuhanratu, semua dimanfaatkan oleh konsumen lokal. Untuk lebih jelasnya mengenai jalur pemasaran di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada Gambar 7. Sumber : PPN Palabuhanratu 2008 Gambar 7 Rantai pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu

51 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu Unit penangkapan pancing rumpon Unit penangkapan pancing rumpon merupakan kesatuan dari kapal, alat penangkapan ikan dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap pancing rumpon yang digunakan di PPN Palabuhanratu biasa digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar dan bernilai ekonomis penting seperti tuna dan cakalang. Pancing rumpon terdiri atas bagian tali pancing, mata pancing, pelampung, swivel dan pemberat. Dalam satu kali pengoperasian pancing rumpon, terdapat 4 jenis pancing, yaitu pancing tonda, pancing kotrek, pancing layang-layang dan pancing jerigen. 1) Alat penangkapan ikan Pancing tonda merupakan pancing yang ditarik oleh kapal. Pancing tonda terbentuk dari tali pancing berbahan nilon monofilamen dengan nomor Umpan yang digunakan adalah umpan buatan berbentuk ikan dan cumi-cumi, atau mata pancing ditutupi dengan bulu-bulu ayam. Mata pancing yang digunakan terbuat dari baja dengan ukuran nomor 2. Panjang tali pancing yang diulur meter. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah dengan bobot sekitar 250 gram. Konstruksi pancing tonda dapat dilihat pada Gambar 8.

52 37 Gambar 8 Konstruksi pancing tonda Pancing layang-layang menggunakan umpan buatan. Layang-layang yang digunakan terbuat dari plastik dan bilah bambu sebagai rangka seperti layanglayang pada umumnya. Tali pancing yang digunakan berbahan nilon monofilamen nomor 500 dan 800. Panjang tali pancing yang memiliki mata pancing sekitar m dengan nomor 500, sedangkan panjang tali pancing yang digunakan untuk mengendalikan layang-layang sekitar 50 m dengan nomor 800. Konstruksi pancing layang-layang dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Konstruksi pancing layang-layang

53 38 Pancing jerigen terdiri atas tali pancing dari bahan nilon monofilamen nomor Panjang tali pancing bagian atas yang digunakan berkisar antara m. Tali pancing bagian atas dan bagian bawah dihubungkan menggunakan swivel. Swivel berguna agar tali pancing tidak mudah putus dan terbelit. Tali pancing bagian bawah terbuat dari nilon monofilamen yang lebih kuat sepanjang m. Mata pancing yang digunakan bernomor 1 atau 2 dan terbuat dari baja. Pelampung yang digunakan terbuat dari drum bekas berbahan plastik berukuran 30 liter dan pemberat dari bahan timah dengan berat sekitar 250 gram. Umpan yang digunakan biasanya umpan hidup berupa ikan tongkol kecil,kembung dan lain-lain. Konstruksi pancing jerigen dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Konstruksi pancing jerigen Pancing kotrek merupakan pancing ulur yang dioperasikan dengan cara disentak-sentakkan. Rangkaian pancing kotrek digunakan untuk menangkap ikan umpan. Tali pancing yang digunakan berbahan nilon monofilamen nomor sepanjang m. Mata pancing terbuat dari baja dengan ukuran nomor 7 atau 8. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah seberat 250 gram. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan. Konstruksi pancing kotrek dapat dilihat pada Gambar 11.

54 39 Gambar 11 Konstruksi pancing kotrek 2) Kapal Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap pancing rumpon berbahan dasar kayu. Umumnya, kapal pancing rumpon dengan fishing base di PPN Palabuhanratu memiliki panjang (LOA) m, lebar 2,7-3,15 m dan tinggi sekitar 1,2-1,5 m. Kapal ini biasanya memiliki 2-3 palkah yang terbuat dari bahan kayu berukuran 1,7 x 1,6 x 1,4 m. Palkah ini ditempatkan di bagian depan kapal. Kapal yang digunakan terlihat pada Gambar 12. Gambar 12 Kapal pancing rumpon di PPN Plabuhanratu Mesin yang digunakan untuk menggerakan kapal pancing rumpon berjumlah dua buah. Mesin utama biasanya memiliki kekuatan 300 PK dan mesin

55 40 tambahan berkekuatan 30 PK. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Kemudi kapal biasanya terletak di bagian tengah kapal. Mesin dan bahan bakar biasanya diletakkan di bawah dek kapal. Perlengkapan masak diletakkan di bagian belakang, sedangkan perlengkapan memancing dan perlengkapan lain diletakkan di bawah dek kapal. 3) Nelayan Nelayan yang ikut dalam pengoperasian pancing rumpon biasanya berjumlah 5-6 orang. Secara umum, nelayan mempunyai tugas masing-masing, diantaranya : (1) Juru mudi atau tekong, bertugas mengemudikan kapal; (2) Juru masak, bertugas memasak; (3) Juru mesin, bertugas mengecek dan memastikan mesin dalam keadaan optimal; (4) Pemancing, bertugas memancing ikan. Meskipun memiliki tugas masing-masing, jika pada saat memancing semua awak kapal bertugas untuk memancing kecuali juru mudi. 4) Metode pengoperasian pancing rumpon Operasional pancing rumpon dilakukan selama 7-10 hari dalam satu kali trip. Perjalanan menuju daerah pengoperasian pancing rumpon dilakukan pada siang atau sore hari, agar tiba di lokasi penangkapan ikan pada pagi hari. Ada empat metode pengoperasian masing-masing alat pancing yang dioperasikan sesuai dengan urutan berikut : (1) Pancing kotrek. Rangkaian pancing terdiri atas tali pancing, mata pancing dan pemberat diulur dengan tangan. Setelah mencapai kedalaman tertentu, pancing dioperasikan dengan cara disentak-sentakkan. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan dan gerakan umpan buatan akan menyebabkan umpan terlihat seperti ikan asli. Jumlah pancing kotrek yang digunakan pada saat pengoperasian sejumlah nelayan yang ikut operasi atau bahkan lebih banyak dan hasil tangkapan pancing kotrek adalah untuk umpan pada pancing rumpon jenis lainnya.

56 41 (2) Pancing jerigen. Dinamakan pancing jerigen karena alat pengapung atau pelampung dari pancing ini menggunakan jerigen kapasitas 30 liter. Konstruksi pancing jerigen terdiri atas pelampung yang terbuat dari drum atau jerigen bekas, swivel dan mata pancing. Pancing ini dioperasikan dengan cara diapungkan di sekitar rumpon. Sebagai pemikat ikan, digunakan umpan berupa ikan hidup yang tertangkap oleh pancing kotrek. Rangkaian mata pancing yang dioperasikan terdiri atas 6-10 buah. Beberapa nelayan bertugas untuk memperhatikan pelampung rangkaian tersebut sekitar 30 menit hingga 1 jam. Kondisi kapal dalam keadaan mesin mati dan menjauhi pancing jerigen. Apabila ada ikan yang memakan umpan dan terjerat mata pancing, rangkaian langsung diangkat dan ikan diangkat ke perahu dengan bantuan ganco. (3) Pancing tonda, dioperasikan dengan cara ditonda atau ditarik menggunakan kapal. Penarikan ini dilakukan dengan kecepatan kapal 4-8 knot di sekitar rumpon dan dilakukan sekitar menit. Umpan buatan yang ditarik akan bergerak seperti ikan sungguhan dan menarik ikan target tangkapan untuk memakannya. Ketika ikan target sudah terkait mata pancing, ikan diangkat dari perairan ke atas kapal dengan bantuan ganco. Dalam satu kali penarikan terdapat 2-4 pancing yang ditarik sekaligus di belakang kapal. (4) Pancing layang-layang, dioperasikan dengan cara menerbangkan layangan dengan tali pancing yang digantungkan pada layangan, sehingga tali pancing terhentak-hentak. Umpan buatan yang terhentak-hentak ini lah yang membuat umpan buatan bergerak layaknya ikan asli dan kondisi kapal dalam keadaan berhenti. Ketika umpan dimakan ikan target, maka layangan digulung dengan cepat dan ikan dinaikkan ke perahu dengan bantuan ganco. Dalam satu kali trip, nelayan membawa layangan. Hal tersebut karena layangan akan sobek bila hasil tangkapan terlalu besar. Cara pengoperasian keempat pancing tersebut biasanya dikombinasikan pada saat pemancingan. Ketika tiba di fishing ground, nelayan terlebih dahulu mengoperasikan pancing kotrek untuk memancing ikan umpan. Ikan umpan biasanya berupa ikan tongkol kecil, kembung dan lain-lain. Umpan segar ini diperlukan untuk memancing dengan cara diapungkan. Sambil menunggu umpan dimakan, biasanya beberapa nelayan mengoperasikan pancing tonda dengan cara

57 42 ditarik oleh kapal. Setelah itu barulah pancing layangan dioperasikan. Jika angin sedang bagus, maka pancing layang-layang dioperasikan dengan kapal dalam keadaan berhenti. Jika kondisi angin tidak begitu bagus, maka pancing layanglayang dioperasikan dengan keadaan kapal melaju pelan dengan kecepatan kurang lebih 4-8 knot. Kegiatan memancing biasanya dilakukan pada pagi hingga sore hari. Kegiatan pemancingan dapat berakhir lebih cepat dari 7-10 hari apabila hasil tangkapan sudah tidak tertampung di dalam palka. 5) Hasil tangkapan pancing rumpon Ikan yang tertangkap dalam pengoperasian pancing rumpon diantaranya yellowfin tuna (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), marlin (Makaira mazarra), tongkol (Euthynnus affinis) dan lemadang (Coryphaena hippurus). Jenis ikan yang paling banyak tertangkap yaitu yellowfin tuna dan cakalang. Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 11 dan proporsi hasil tangkapannya dapat dilihat pada Gambar 13. Tabel 11 Jumlah hasil tangkapan rata-rata unit penangkapan pancing rumpon per tahun PPN Palabuhanratu tahun 2011 No Nama Ikan Jumlah (kg) 1 Yellow fin tuna (Thunnus Albacares) Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Marlin (Makaira mazarra) Tongkol (Euthynnus affinis) Lemadang (Coryphaena hippurus) 450 Jumlah Sumber: PPN Palabuhanratu 2011 Yellowfin tuna, cakalang, tongkol dan lemadang dapat ditangkap menggunakan pancing tonda maupun pancing jerigen, sedangkan ikan marlin lebih banyak ditangkap menggunakan pancing layang-layang, serta pancing kotrek menangkap ikan kecil untuk dijadikan umpan atau dijadikan konsumsi nelayan. Hasil tangkapan pancing kotrek adalah tongkol kecil, kembung dan lainlain.

58 43 Gambar 13 Proporsi hasil tangkapan unit penangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun ) Daerah pengoperasian pancing rumpon Penggunaan alat bantu rumpon dalam operasi penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu dimulai pada tahun 2007, dengan alat bantu rumpon telah mengubah cara penangkapan ikan dari berburu menjadi memanen ikan di suatu lokasi dan ini dapat memudahkan nelayan untuk menangkap ikan. Daerah penangkapan pancing rumpon PPN Palabuhanratu yaitu di sekitar keberadaan rumpon yang ditanam pada posisi Lintang Selatan. Daerah penangkapan ikan berada di luar Teluk Palabuhanratu, sehingga dapat mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di dalam teluk. Rumpon yang ditanam di posisi Lintang Selatan dan 105 o.110`-107 o.340` Bujur Timur di Teluk Palabuhanratu pada Gambar Produktivitas Produktivitas alat tangkap dapat dihitung berdasarkan hasil tangkapan yang diperoleh dalam setahun. Produktivitas dapat dihitung tiap unit alat tangkap, tiap trip penangkapan, tiap nelayan, tiap biaya operasional penangkapan, maupun tiap biaya investasi. Hasil perhitungan produktivitas alat tangkap pancing rumpon dapat dilihat pada Tabel 12.

59 44 Sumber: PPN Palabuhanratu 2011 Gambar 14 Rumpon yang digunakan armada pancing tonda di PPN Palabuhanratu

60 45 Tabel 12 Produktivitas alat tangkap pancing rumpon (dalam kg) No Produktivitas Jumlah 1 Per unit (kg/unit penangkapan/tahun) Per trip (kg/trip) Per nelayan (kg/orang/trip) Per biaya operasional (Rp/kg) 5.639,98 5 Per biaya investasi (Rp/kg) 7,3770 Sumber: Diolah dari data primer Berdasarkan Tabel 12, produktivitas yang diperoleh unit penangkapan pancing rumpon terbilang sedikit. Produktivitas yang lebih sedikit pada pancing rumpon disebabkan oleh hasil tangkapannya. Ikan tuna memiliki ukuran yang besar sehingga memerlukan ruang yang lebih besar untuk penyimpanannya. Namun, harga ikan tersebut tinggi sehingga pendapatan yang dihasilkan cukup besar meskipun produktivitasnya rendah. Perhitungan tentang produktivitas dapat dilihat pada Lampiran Analisis Finansial Analisis usaha Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha pengoperasian pancing rumpon berjumlah Rp ,00. Jumlah investasi terbesar diserap untuk pembelian kapal, mencapai 0,68 %. Uraian lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Biaya investasi usaha perikanan pancing rumpon Uraian harga (Rp) Jumlah (Rp) 1. Kapal , ,00 2. Mesin Utama , ,00 3. Mesin Tambahan , ,00 4. Alat tangkap , ,00 5. GPS , ,00 6. Perlengkapan (serok,ember,dll) , ,00 Total Investasi ,00 Sumber: Diolah dari data primer Biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan ikan menggunakan pancing rumpon berjumlah Rp ,00 dalam satu tahun. Komponen terbesar adalah untuk kapal, berjumlah Rp ,00, yaitu untuk

61 46 penyusutan dan perawatan kapal. dilihat pada Tabel 14. Uraian biaya tetap yang dikeluarkan dapat Tabel 14 Biaya tetap usaha perikanan pancing rumpon Uraian Jumlah (Rp) 1. SIUP ,00 2. SIB ,00 3. Biaya penyusutan Kapal ,00 Mesin utama ,00 Mesin tambahan ,00 GPS ,00 Perlengkapan (serok,ember,dll) ,00 4. Biaya pemeliharaan - Kapal ,00 5. Biaya tambat ,00 Total biaya tetap ,00 Sumber: Diolah dari data primer Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan jika kegiatan operasi penangkapan ikan dilaksanakan. Biaya ini berupa biaya operasional seperti solar, es, oli, ransum dan sebagainya. Selain itu, biaya bagi hasil dengan ABK masuk dalam biaya ini. Pada usaha perikanan pancing rumpon, biaya pembelian tambahan alat, karyawan darat, simpanan untuk perbaikan mesin dan biaya rumpon juga masuk ke dalam biaya variabel. sebesar Rp ,00. Biaya variabel dalam satu tahun Komponen biaya terbesar adalah untuk rumpon sebesar Rp ,00 per trip nya atau sebesar 5 % dari biaya variabel yang dikeluarkan. Rincian biaya variabel yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 15. Pendapatan unit penangkapan pancing rumpon bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun berjumlah Rp ,00. Kontribusi terbesar dari hasil penjualan jenis ikan tuna, yaitu sebesar Rp ,00 atau 0,63 % dari yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan pancing rumpon secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 16.

62 47 Tabel 15 Biaya variabel usaha perikanan pancing rumpon dalam satu tahun Uraian Jumlah satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp) 1. Mata pancing dan senar 32 trip , ,00 2. Solar 200 Liter 4.550, ,00 3. Es 60 Balok , ,00 4. Oli 7 Liter , ,00 5. Air Bersih 32 trip , ,00 6. Ransum 32 trip , ,00 7. Karyawan darat 5 persen , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu 32 trip , ,00 9. Rumpon 5 persen , , Bagi hasil 50 persen ,00 TOTAL BIAYA ,00 Sumber: Diolah dari data primer Tabel 16 Penerimaan rata-rata usaha perikanan pancing rumpon Uraian unit satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp) Persentase (%) PENERIMAAN Yellow fin kg , ,00 58,90 Cakalang kg , ,00 29,45 Marlin kg , ,00 8,64 Tongkol 420 kg , ,00 2,12 Lemadang 450 kg 7.500, ,00 0,88 Sumber: Diolah dari data primer Berdasarkan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang dihasilkan dalam setahun, diketahui bahwa usaha unit penangkapan pancing rumpon memperoleh keuntungan sebesar Rp ,00. Nilai R/C didapatkan sebesar 1,19, berarti total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran atau dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1,19. Payback period sebesar 4,2, berarti modal usaha dapat dikembalikan dalam jangka waktu 4,2 tahun. Return on Investment (ROI) sebesar 0,24, berarti nilai ini menunjukkan bahwa setiap rupiah yang ditanamkan sebagai modal investasi dapat dikembalikan sebesar 0,24% dari keuntungan yang diperoleh. Hasil analisis usaha dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

63 48 Tabel 17 Hasil analisis usaha perikanan pancing rumpon No Aspek Analisis Usaha Hasil 1 Total Penerimaan (Rp) ,00 2 Total Pengeluaran (Rp) ,00 3 Keuntungan (Rp) ,00 4 Revenue Cost Ratio (R/C) 1,19 5 Payback Period (tahun) 4,20 6 Return On Investment (ROI) 0,24 Sumber: Diolah dari data primer Analisis kriteria investasi Saat penelitian dilakukan, modal usaha yang digunakan adalah modal sendiri. Nilai NPV diperoleh sebesar Rp ,00 artinya dari investasi yang ditanam selama umur proyek akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp ,00 di nilai sekarang dengan tingkat suku bunga 15%. Net B/C sebesar 2,35 menunjukkan pengertian bahwa setiap Rp1 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp2,35 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 15 %. Nilai IRR diperoleh sebesar 98 % artinya manfaat internal yang diperoleh sebagai akibat investasi yang ditanam selama umur proyek sebesar 98 %. Hasil perhitungan analisis kriteria investai terhadap usaha pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru menunjukkan nilai NPV yang lebih besar, sedangkan nilai Net B/C dan IRR nya lebih kecil. Hasil perhitungan analisis kriteria dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil analisis kriteria investasi usaha perikanan pancing rumpon Indikator Modal Sendiri Modal Sendiri Pinjaman dari Usaha Lama Usaha Baru Bank NPV (Rp) Net B/C 2,35 2,31 5,78 IRR 98% 47% 125% Sumber: Diolah dari data primer 5.3 Analisis Sensitivitas Berdasarkan hasil analisis sensitifitas terhadap kenaikan harga solar, usaha perikanan pancing rumpon akan menjadi tidak layak dijalankan dengan modal sendiri usaha lama jika terjadi kenaikan harga solar mencapai 180 %. Sementara untuk modal sendiri usaha baru, akan menjadi tidak layak jika kenaikan harga

64 49 solar mencapai 198 %. Hasil analisis sensitifitas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil perhitungan analisis sensitivitas usaha unit penangkapan pancing rumpon Modal Sendiri Kriteria Usaha Lama Usaha Baru Pinjaman dari Bank Investasi Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Kenaikan Harga 180% Kenaikan Harga 198% Kenaikan Harga 288% NPV (Rp) ( ) ( ) ( ) Net B/C 2,35 0,996 2,31 0,995 5,78 0,993 IRR 98% 14,70% 47% 14,86% 125% 14,78% Sumber: Diolah dari data primer 5.4 Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Pancing Alat tangkap pancing rumpon merupakan alat tangkap yang banyak digunakan di PPN Palabuhanratu. Hasil tangkapan pancing rumpon bernilai ekonomis. Daerah pengoperasian pancing rumpon berada di luar Teluk Palabuhanratu, sehingga dapat mengurangi tekanan eksploitasi sumberdaya ikan di perairan dalam teluk. pengoperasiannya mudah. Pancing rumpon diminati banyak nelayan, karena Berdasarkan produktivitasnya, alat tangkap pancing rumpon memiliki produktivitas sebesar kg tiap tahunnya. Produktivitas yang kecil pada pancing rumpon disebabkan oleh ukuran hasil tangkapan yang besar, sehingga memerlukan ruang yang lebih luas di dalam palka. Walaupun hasil tangkapan pancing rumpon terbilang sedikit, namun hasil tangkapannya memiliki nilai yang cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap yang disarankan digunakan di Palabuhanratu yaitu pancing rumpon. Berdasarkan aspek teknik tidak ada kendala karena pengoperasiannya lebih sederhana. Walaupun produktivitasnya kecil, namun nilai jual hasil tangkapannya tinggi. Berdasarkan hasil analisis usaha yang telah dilakukan, semua hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa pancing rumpon layak untuk dikembangkan, karena kegiatan ini menguntungkan. Nilai R/C yang diperoleh lebih besar dari 1. hanya memerlukan waktu 4,2 tahun. Modal usaha dapat dikembalikan dalam waktu yang cepat,

65 50 Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV>0, Net B/C>1 dan IRR>i, sehingga usaha pancing rumpon layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Sejauh ini nelayan menggunakan modal sendiri, baik untuk usaha lama, maupun usaha baru. Seandainya menggunakan skenario pinjaman dari bank konvensional, maka manfaat bersih yang akan diperoleh jauh lebih besar (Tabel 17). Berdasarkan analisis sensitivitas, ketika terjadi kenaikan harga solar usaha pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama adalah yang paling sensitif. Keadaan ini adalah wajar jika dikaitkan dengan aspek teknik, yaitu akibat dari umur mesin yang lebih tua sehingga lebih boros solar. Seandainya modal usaha menggunakan skenario pinjaman dari bank, maka usaha ini menjadi tidak layak dikembangkan jika terjadi kenaikan harga solar mencapai 288 %. Analisis ini dihitung hanya menggunakan kenaikan harga solar, belum termasuk multiplier effect dari kenaikan harga solar tadi. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan analisis lebih dalam terkait pengaruh kenaikan harga solar terhadap aspek-aspek lain yang akhirnya akan berpengaruh pula terhadap usaha penangkapan ikan yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sensitivitas, ketiga skenario modal usaha tidak sensitif terhadap kenaikan harga solar. Hal ini karena nilai sensitivitas yang diperoleh jauh lebih besar dari 50 %. Artinya jika pemerintah menaikkan harga solar, tidak akan mempengaruhi kelayakan usaha pancing rumpon. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan, modal usaha pancing rumpon dapat diarahkan pada skenario pinjaman bank. Pengambil kebijakan dapat menyediakan modal usaha bagi nelayan pancing rumpon melalui lembaga keuangan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV, Net B/C, IRR dan sensitivitas yang paling besar diantara tiga skenario yang dianalisis (Tabel 18).

66 51 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah 1) Ada empat jenis pancing yang dioperasikan dalam unit penangkapan pancing rumpon, yaitu pancing tonda, pancing kotrek, pancing jerigen dan pancing layang-layang. Konstruksi pancing rumpon secara umum terdiri atas tali pancing, mata pancing, penggulung, umpan buatan, swivel, pemberat dan pelampung. Unit penangkapan pancing rumpon dioperasikan di perairan Samudera Hindia di selatan Jawa, di posisi 7 o -8 o LS dan 105 o.110` -107 o.340` BT. Pancing rumpon dioperasikan menggunakan kapal kayu berukuran LOA = m, B = 2,7-3,15 m dan D = 1,2-1,5 m dengan tenaga penggerak mesin inboard 300 PK untuk mesin utama dan 30 PK untuk mesin tambahan. Hasil tangkapan yang diperoleh adalah yellowfin tuna (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), marlin (Makaira mazarra), tongkol (Euthynnus affinis), lemadang (Coryphaena hippurus). Lama 1 trip adalah 7-10 hari dengan waktu pengoperasian pagi sampai sore hari. 2) Hasil analisis usaha unit penangkapan pancing rumpon memberikan keuntungan sebesar Rp ,00 dan pengembalian modal usaha dalam waktu 4,2 tahun. Unit penangkapan pancing rumpon layak dikembangkan di Palabuhanratu. Modal usaha melalui pinjaman bank dapat memberikan manfaat bersih yang lebih tinggi dibandingkan skenario modal sendiri. Usaha pengoperasian pancing rumpon di Palabuhanratu tidak sensitif terhadap kenaikan harga solar. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan : 1) Perlu adanya kajian lebih dalam mengenai pancing rumpon tentang keseimbangan stok dan jumlah alat penangkapan ikan yang dioperasikan agar tidak terjadi over fishing. 2) Kajian teknis lebih mendalam tentang unit penangkapan pancing rumpon yang meliputi kapal, alat pancing yang digunakan dan nelayannya perlu dilakukan.

67 52 3) Melakukan perhitungan kriteria investasi terhadap pengoperasian pancing rumpon dengan rumpon milik sendiri. 4) Berdasarkan analisis kriteria investasi, maka disarankan pengambil kebijakan (Pemerintah Daerah) untuk menyediakan dana usaha melalui bantuan lembaga keuangan, baik swasta maupun pemerintah.

68 53 DAFTAR PUSTAKA Astuti W Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 108 hal. Ayodhoya Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 95 hal. [BBPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Sebaran Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia Berdasarkan Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan. Semarang: Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Kementrian Kelautan Perikanan. 68 hal. [Ditjen Perikanan] Direktorat Jenderal Perikanan Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Jakarta: Departemen Pertanian [FAO] Food and Agriculture Organisation FAO spesies Cataloque Vol. 2 Scombrids of The World. Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations Development Programme. 137 p Tropical Tuna-Surface Fisheries in The Indiana Ocean. Rome : Food and Agriculture Organization of The United Nations Development Programme. 238 p. Faizah R Biologi Reproduksi Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Perairan Samudera Hindia. [Thesis] (tidak dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 68 hal. Farid A, Fauzi N, Bambang, Fachrudin dan Sugiono Teknologi Penangkapan Tuna. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. 58 hal. Puspito G Pancing. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Gray C, S Payaman, LK Sabur, PFL Maspaitella dan RCG Varley Pengantar Evaluasi Proyek edisi kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 317 hal. Gunarso W Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan taktik Penangkapan. [Diktat]. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 149 hal.

69 54 Hanafiah AM Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 208 hal. Handriana J Pengoperasian Pancing Tonda Pada Rumpon Di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 56 hal. Hetharuca R Usaha Penerapan Kapal Penangkapan Ikan dengan Peralatan Long Line di Perairan Laut Maluku. [Karya Ilmiah] (tidak dipublikasikan). Ambon: Fakultas Teknik Universitas Pattimura hal. Kadariah LK dan C Gray Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hal. Martasuganda S Pancing Tonda. Bogor. [2 Juli 2011] Mudjizat NK Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tongkol di Perairan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 82 hal. Nazir M Metode Penelitian (cetakan keenam). Bogor : Ghalia Indonesia. 542 hal. Nugroho P Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda Di perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 46 hal. Oktawidya RK Analisis Kelayakan Usaha Franchise Kebab Turki Baba Rafi (Kasus di outlet Kebab Turki Baba Rafi 253 Cbang Bogor). [Thesis] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 80 hal Pariwono JI, M Eidman, S. Raharjo, M Purba, T Pratono, U Djuariah, JA Hutapea Studi Upwelling di Perairan Pulau Jawa. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 60 hal Rangkuti A Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 200 hal. Riyanti Penilaian Unit Usaha Penangkapan Jaring Rajungan di Teluk Banten. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan

70 55 Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 125 hal Rochmawati Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur dengan Pancing Ulur di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 41 hal. Rosana N dan VD Prasita Kajian Rumpon Laut Dalam di Perairan Sendang Biru Malang Selatan. [15 Juni 2012] Saanin MH Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung: Bina Cipta. 50 hal Sainsbury JC Commercial Fishing Method. Fishing News Book Ltd. London England. 359 hal. Sari WM Penilaian Penggantian Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 100 hal. Sparre P dan SC Venema Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I. Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Penterjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian, dan Pengembangan Pertanian. (Berdasarkan Kerjasama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa). Terjemahan dari: Introduction to Tropical Fish Stok Assesment. Part 1, Manual. Subani W dan H.R. Barus Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50, Edisi Khusus. Departemen Pertanian. 248 hal. Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana dan S Kelana Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tampubolon N Persiapan dan Pengoperasian Pole dan Line. Bogor : Ikatan Alumni Fakultas Perikanan IPB. 34 hal Umar H Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi ke-2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. von Brand A Fish Catching Methods of the World. 4 rd Edition. England: Fishing News Books Ltd. 523 hal.

71 LAMPIRAN 56

72 57 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian dan Daerah Penangkapan Ikan

73 58 Lampiran 2 Perhitungan Produktivitas

74 59 Lampiran 3 Analisis usaha pancing rumpon tahun 2012 Analisis Usaha Pancing Rumpon 2012 No Uraian unit satuan harga Jumlah persentase A INVESTASI 1. Kapal (10 Thn) 1 unit , ,00 68,14% 2. Mesin Utama (5 Thn) 1 unit , ,00 19,47% 3. Mesin Tambahan (2 Thn) 1 unit , ,00 9,38% 4. Alat tangkap 1 unit , ,00 1,24% 5. GPS (1thn) 1 unit , ,00 0,71% 6. Perlengkapan (1 Thn) 1 unit , ,00 1,06% Total Investasi ,00 B BIAYA TETAP 1. SIUP 1 tahun , ,00 1,08% 2. SIB 1 tahun , ,00 0,39% 3. Biaya Penyusutan Perahu 1 tahun , ,00 37,70% Mesin Utama 1 tahun , ,00 21,55% Mesin Tambahan 1 tahun , ,00 25,95% GPS 1 tahun , ,00 3,92% Perlengkapan 1 tahun , ,00 5,88% 4. Biaya Pemeliharaan - Perahu 1 tahun , ,00 3,18% 5. Biaya Tambat 1 tahun , ,00 0,35% Total Biaya Tetap ,00 C D BIAYA VARIABEL 1. Pancing dan senar 32 trip , ,00 6,75% 2. Solar 200 Liter 4.550, ,00 15,36% 3. Es 60 Balok , ,00 20,25% 4. Oli 7 Liter , ,00 2,84% 5. Air Bersih 32 trip , ,00 0,34% 6. Ransum 32 trip , ,00 22,79% 7. Karyawan darat 5 persen , ,00 0,02% 8. Simpanan Perbaikan Perahu 32 trip , ,00 0,20% 9. Rumpon 5 persen , ,00 0,77% 10. Bagi hasil 50 persen ,00 62,40% Total Biaya Variabel , ,00 Total Biaya Variabel ,00 TOTAL BIAYA ,00 PENERIMAAN Yellow fin kg , ,00 58,90% Cakalang kg , ,00 29,45% Marlin kg , ,00 8,64% Tongkol 420 kg , ,00 2,12% Lemadang 450 kg 7.500, ,00 0,88% TOTAL PENERIMAAN ,00 E KEUNTUNGAN ,00 F R/C 1,19 G Payback Period (tahun) 4,20 H ROI 0,24

75 60 Lampiran 4 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama Cashflow Usaha Pancing rumpon 32 trip modalsendiri NO Uraia n A. INF LOW Penjualan HT Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakalang , , , , , , , , , ,00 M arlin , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nilai Sisa ,00 Pinjaman Tahun proyek To tal Inflow , , , , , , , , , ,00 B. OUTFLOW B.1 Investasi & Replacement 1. Kapal (8 Thn) , ,00 2. Mesin Utama (5 Thn) , , ,00 3. Mesin Tambahan (2 Thn) , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perlengkapan (1 Thn) ,00 Total Investasi , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL Total Biaya Tetap , , , , , , , , , ,00 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Solar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Oli , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 Total Biaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , ,00 NET BENEFIT ( ,00) , , , , , , ,00 ( ,00) ,00 DISCOUNT F ACTOR (15%) 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,39) , , , , , ,26 ( ,97) ,40 NPV ,38 IRR 98% NET BC 2,35

76 61 Lampiran 5 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru Cashflow Usaha Pancing rumpon 32 tr ip modal sendiri usaha baru Ta hun proyek NO Ura ia n A. INFL OW Penjualan HT Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakalang , , , , , , , , , ,00 Marlin , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nilai Sisa 0 Pinjaman Total Inflo w , , , , , , , , , ,00 B. OUTFLOW B.1 Investasi & Replacement 1. Kapal (10 Thn) ,00 2. Mesin Utama (2 Thn) , , , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perlengkapan (1 Thn) - Total Investasi , , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL TotalBiaya Tetap , , , , , , , , , ,00 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Sol ar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Oli , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 Total Biaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , , ,00 NET BENEFIT ( ,00) , , , , , , , , , ,00 DISCOUNT FACTOR (15%) 1 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,00) , , , , , , , , , ,40 NPV ,00 IRR 47% NET BC 2,31

77 62 Lampiran 6 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal pinjaman dari bank Cashflow Usaha Pancing rum pon 32 trip deng an Modal Pinjaman Bank NO Uraian A. INFLOW Penjua la n HT Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakal ang , , , , , , , , , ,00 Marli n , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nila i Sisa 0 Pinjaman ,00 Ta hun proyek Total Inflow , , , , , , , , , , ,00 B. OUTFLOW B.1 Investasi & Repl acement 1. Kapal (10 Thn) ,00 2. Mesin Utama (2 Thn) , , , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perl engkapan (1 Thn) - Total Investasi , , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL Total Biaya Tetap , , , , , , , , , ,00 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Solar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Ol i , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 Pengembalian Pokok dan Bunga , , ,00 Total Biaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , , ,00 NET BENEFIT ( ,00) , , , , , , , , , ,00 DISCOUNT FACTOR (15% ) 1 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,00) , , , , , , , , , ,40 NPV ,00 IRR 125% NETBC 5,78

78 63 Lampiran 7 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha lama ketika kenaikan harga solar 180% Analisis Sensitivitas modalsendir iusaha lama NO Uraian A. INFLOW Penjualan HT Tahun proyek Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakal ang , , , , , , , , , ,00 Marli n , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nilai Sisa ,00 Pin jaman Tota l Inflow , , , , , , , , , ,00 B. OUTFLOW B.1 Investasi & Replacement 1. Kapal (8 Thn) , ,00 2. Mesin Utama (5 Thn) , , ,00 3. Mesin Tambahan (2 Thn) , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perlengkapan (1 Thn) ,00 Total Investasi , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 Total Biaya Tetap , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Solar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Ol i , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 TotalBiaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , ,00 NET BENEFIT ( ,00) , ,00 ( ,00) , , , ,00 ( ,00) ,00 DISCOUNT FACTOR (15%) 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,83) , ,24 ( ,35) , , , ,88 ( ,56) ,85 NPV ( ,07) IRR 15% NET BC 1,00

79 64 Lampiran 8 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal sendiri usaha baru ketika kenaikan harga solar 198% Analisis S ensitivitas modal sendiri usahabaru NO Uraian A. INF LOW Penjualan HT Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakalang , , , , , , , , , ,00 Marlin , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nilai Sisa 0 Pinjama n Ta hun pro ye k Total Inflow , , , , , , , , , ,00 B. OUTFL OW B.1 Investasi & Replacement 1. Kapal (10 Thn) ,00 2. Mesin Utama (2 Thn) , , , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perlengkapan (1 Thn) - Total Investasi , , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL Total Biaya Tetap , , , , , , , , , ,00 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Solar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Oli , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 Total Biaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , , ,00 NET BENEFIT ( ,00) , , , , , , , , , ,00 DISCOUNTFACTOR (15%) 1 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,00) , , , , , , , , , ,49 NPV ( ,73) IRR 14,86% NET BC 1,00

80 65 Lampiran 9 Perhitungan cashflow usaha perikanan pancing rumpon dengan modal pinjaman dari bank ketika kenaikan harga solar 288% Analisis Sensitivitas modal pinjaman bank NO Ura ia n A. INFLO W Penjualan HT Tahun proye k Yellow fin , , , , , , , , , ,00 Cakalang , , , , , , , , , ,00 Marl in , , , , , , , , , ,00 Tongkol , , , , , , , , , ,00 Lemadang , , , , , , , , , ,00 Nilai Sisa 0 Pinjama n ,00 Total Inflow , , , , , , , , , , ,00 B. O UTFLOW B.1 Investasi & Replacement 1. Kapal (10 Thn) ,00 2. Mesin Utama (2 Thn) , , , , ,00 4. Alat tangkap ,00 5. GPS (1thn) ,00 6. Perlengkapan (1 Thn) - Total Investasi , , , , ,00 - B.2 Biaya Tetap 1. SIUP , , , , , , , , , ,00 2. SIB , , , , , , , , , ,00 3. Biaya Pemeliharaan - Perahu , , , , , , , , , ,00 4. Biaya Tambat , , , , , , , , , ,00 B.3 BIAYA VARIABEL Total Biaya Tetap , , , , , , , , , ,00 1. Pancing dan senar , , , , , , , , , ,00 2. Solar , , , , , , , , , ,00 3. Es , , , , , , , , , ,00 4. Oli , , , , , , , , , ,00 5. Air Bersih , , , , , , , , , ,00 6. Ransum , , , , , , , , , ,00 7. Karyawan darat , , , , , , , , , ,00 8. Simpanan Perbaikan Perahu , , , , , , , , , ,00 9. Rumpon , , , , , , , , , , Upah Tenaga Kerja , , , , , , , , , ,00 Pinjaman Pokok dan Bunga , , ,00 Total Biaya Variabel , , , , , , , , , ,00 TOTAL OUTFLOW , , , , , , , , , , ,00 NETBENEFIT ( ,00) , ,00 ( ,00) ,00 ( ,00) ,00 ( ,00) ,00 ( ,00) ,00 DISCOUNT FACTOR (15%) 1 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 0,25 PV ( ,00) , ,50 ( ,56) ,29 ( ,81) ,52 ( ,36) ,86 ( ,21) ,71 NPV ( ,87) IRR 14,78% NET BC 0,99

81 66 Lampiran 10 Foto-foto penelitian Ikan Lemadang Yellowfin Penanganan Ikan dikapal Cakalang Penanganan Ikan dikapal Penanganan Ikan dikapal Pembongkaran Ikan Bagian-bagian pancing rumpon Pembongkaran Ikan Bagian-bagian pancing rumpon

82 67 Lanjutan Lampiran 10 Macam-macam pancing rumpon Rumpon Pancing rumpon Macam-macam pancing rumpon Macam-macam pancing rumpon

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL 5.1.1 Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon.

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 direvisi Undang-Undang 45 tahun 2009, Pengertian perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

Lebih terperinci

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN MASPARI JOURNAL Januari 2015, 7(1): 29-34 ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN FINANSIAL ANALYSIS OF DRIFT GILL NET IN

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber:  Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Umum Madidihang (Thunnus albacares) 2.1.1 Klasifikasi dan deskripsi Ikan tuna sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pengembara samudera,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kabupaten Buton diperkirakan memiliki luas sekitar 2.509,76 km 2, dimana 89% dari luas wilayah tersebut merupakan perairan laut. Secara geografis Kabupaten Buton terletak

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4, Nomor 3, September 2016 Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU Productivity of Hand Line for Fishing of Mackerel (Scomberomorus commerson)

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH Erika Lukman Staf Pengajar Faperta FPIK UNIDAR-Ambon, e-mail: - ABSTRAK Ikan tuna (Thunnus

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU DINNARI EKA HALLYZEPTA

ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU DINNARI EKA HALLYZEPTA ANALISIS KEBUTUHAN SOLAR UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL KAPAL PANCING TONDA DI PPN PALABUHANRATU DINNARI EKA HALLYZEPTA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI Pengoperasian Alat Tangkap Pancing Toda di Laut Banda yang Berbasis di Kendari (Rahmat, E & H. Illhamdi) PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI Enjah Rahmat dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU Akmaluddin 1, Najamuddin 2 dan Musbir 3 1 Universitas Muhammdiyah Makassar 2,3 Universitas Hasanuddin e-mail : akmalsaleh01@gmail.com

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE 1 THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE By Esra Gerdalena 1), Zulkarnaini 2) and Hendrik 2) Email: esragerdalena23@gmail.com 1) Students of the Faculty

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Alat Tangkap 5.1.1 Penangkapan ikan pelagis besar Unit penangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada umumnya dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat penangkapan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species )

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species ) MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN Jenis-jenis ikan tuna dan Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species ) Presentasi oleh Prof. Dr Gede Sedana Merta, Balai Riset Perikanan Laut, Muara

Lebih terperinci

Alat Tangkap Longline

Alat Tangkap Longline Alat Tangkap Longline Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 10 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22 http://masparijournal.blogspot.com Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

Technical and Financial Analysis of Hairtails (Trichiurus sp) Catching by Handline in Fishing Ports Nusantara Palabuhanratu Sukabumi

Technical and Financial Analysis of Hairtails (Trichiurus sp) Catching by Handline in Fishing Ports Nusantara Palabuhanratu Sukabumi ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN LAYUR (Trichiurus sp) DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (Handline) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI Technical and Financial Analysis

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Besar Tuna merupakan anggota famili Scombridae. Dilihat dari ukurannya, terdapat dua jenis tuna yang biasa dijumpai di Indonesia yaitu kelompok tuna besar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 163-169 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Analysis Financial

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA Indah Wahyuni Abida Firman Farid Muhsoni Aries Dwi Siswanto Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo E-mail:

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.)

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) Klasifikasi dari ikan Kurisi (N. Japonicus) menurut Widyako (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorpht Famili : Nemipteridea Genus : Nemipterus

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

METODE PENANGKAPAN IKAN

METODE PENANGKAPAN IKAN METODE PENANGKAPAN IKAN ASEP HAMZAH FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TEXT BOOKS Today s Outline Class objectives Hook and line (handline, longlines, trolline, pole

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan, dilengkapi berbagai

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU Oleh : EDWIN SUHARYADIE C05499058 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) Tiara Anggia Rahmi 1), Tri Wiji Nurani 2), Prihatin IkaWahyuningrum

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG

ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):19-24 ANALISIS FINANSIAL PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP DRIFT GILLNET DI KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN BANGKA BELITUNG FINANCIAL ANALYSIS OF FISHING CAPTURE

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci