II. TINJAUAN PUSTAKA Corporate Social Responsibility (CSR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA Corporate Social Responsibility (CSR)"

Transkripsi

1 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) Definisi CSR Susanto (2009) CSR merupakan wujud dari perhatian secara seimbang yang dilakukan perusahaan terhadap kepentingan stakeholder maupun shareholder dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh pelaku bisnis melalui perilaku sosial bertanggung jawab. Solihin (2009) berdasarkan draff ISO Guidance on Social Responsibility yang dimaksud dengan social responsibility adalah : tanggung jawab suatu perusahaan atas dampak dari berbagai keputusan dan aktivitas perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan melalui suatu perilaku yang terbuka dan etis, seperti : 1. Konsisten dengan pembangunan berlanjut dan kesejahteraan masyarakat 2. Memperhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan 3. Tunduk kepada hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma perilaku Internasional 4. Diintegrasikan ke dalam seluruh bagian organisasi CSR memiliki banyak definisi yang diungkapkan, namun secara esensi CSR adalah suatu itikad baik yang dilakukan perusahaan sebagai sebuah organisasi bisnis yang berorientasi kepada profit. Bagi seluruh lingkungan bisnisnya baik itu ekternal maupun internal, agar eksistensi perusahaan dapat tetap terjaga di lingkungan bisnisnya Tujuan CSR Ambadar (2008) terdapat enam prakarsa utama kegiatan CSR sesuai dengan tujuan sosial perusahaan, antara lain : 1. Cause Promotion, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka rekruitment sukarelawan.

2 5 2. Cause Related Marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah persentase tertentu dari pendapatan tertentu untuk hal yang berkaitan dengan penjualan produk. 3. Corporate Social Marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya. 4. Corporate Philanthropy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal (Charity) dalam bentuk hibah tunai, donasi atau bentuk barang. 5. Community Valunteering, perwujudan dukungan dan dorongan perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka unuk membantu kegiatan sosial tertentu. 6. Socially Responsible Business Practics, berbagai investasi bisnis yang mendukung pemecahan masalah sosial tertentu. Lifebuoy Berbagi Sehat merupakan kegiatan CSR yang bertujuan untuk mendukung pambangunan dan perubahan tingkah laku dan sikap masyarakat untuk menjadi lebih sehat, baik itu diri sendiri maupun lingkungan sekitar dengan diawali dengan terbiasa mencuci tangan dengan sabun sehingga kegiatan Lifebuoy Berbagi Sehat ini termasuk kedalam tujuan CSR perusahaan Corporate Social Marketing Manfaat CSR Susanto (2009) terdapat 6 manfaat yang dapat diperoleh melalui penerapan CSR, diantaranya : 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perilaku tidak pantas yang diterima perusahaan. 2. Sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. 3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. 4. Mempererat dan memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. 5. Meningkatkan penjualan.

3 6 6. Intensive lainya seperti pajak dan pelayanan. Philip Kotler dalam Solihin (2009) membeberkan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas CSR. Disebutkan, CSR bisa membangun positioning Brand, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat dimata investor dan analis keuangan. Dari seluruh pemaparan diatas dapat dilihat bahwa kegiatan CSR itu sesungguhnya memberikan manfaat kepada kedua belah pihak yaitu masyarakat maupun perusahaan. Masyarakat sekitar sebagai penerima manfaat dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidupnya, sedangkan Perusahaan sebagai pelaksana mendapatkan timbal balik berupa penilaian positif bagi citra perusahaan dari seluruh masyarakat penerima manfaat sehingga pada akhirnya akan mendapatkan dukungan yang menjamin keberlangsungan perusahaan serta Loyalitas konsumen sebagai bentuk penghargaan bagi perusahaan Pilar Aktivitas CSR Rahman (2009) mengungkapkan bahwa ada lima pilar aktivitas pelaksanaan kegiatan CSR, yaitu : 1. Membangun Sumber Daya Manusia (Building Human Capital) Secara internal, perusahaan dituntut untuk memiliki SDM yang handal dan Profesional. Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. 2. Memperkuat Perekonomian (Strengthening Economies) Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, maka perusahaan harus memberdayakan perekonomian sekitar. 3. Membangun hubungan sosial (Assessing Social Chesion) Perusahaan dituntut untuk membangun hubungan emosional yang baik dengan masyarakat sekitar sehingga keharmonisan terjaga dan tidak terjadi konflik. 4. Menjalankan pengelolaan yang baik (Encouraging Good Governance) Perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik dan sesuai dengan seluruh peraturan yang berlaku. 5. Melindungi Lingkungan (Protecting the Environment)

4 7 Perusahaan dituntut untuk berupaya keras menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dalam menjalankan praktik bisnisnya. Pilar aktivitas CSR tersebut menjadi indikator penilaian pelaksanaan CSR Lifebuoy Berbagi Sehat dalam penelitian ini, agar keberhasilan pelaksanaannya lebih mudah diukur baik oleh konsumen maupun oleh peneliti Prinsip Dasar CSR Dalam penerapan CSR Solihin (2009) mengemukakan prinsip dasar triple bottom line yang diperkenalkan oleh Elkington sebagai konsep 3P, yaitu : 1. Ekonomi (profit), perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkannya untuk terus berkembang. 2. Sosial (people), Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia sekitar perusahaan maupun secara luas. 3. Lingkungan (plannet), Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Konsep 3P tersebut dijabarkan sebagai tiang tercapainya pembangunan berkelanjutan (sustainable development), ketiga dimensi tersebut saling terkait sehingga pembangunan berkelanjutan berada pada titik temu tiga pilar tersebut seperti terlihat pada Gambar 1. Pembanguan berkelanjutan berprinsip memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa datang. Gambar 1.Triple Bottom Line dalam CSR Sumber :

5 ISO Guidance on Social Responsibility Jalal (2008) CSR adalah konsep yang terus berkembang baik dari sudut pendekatan elemen maupun penerapannya. CSR sebenarnya merupakan proses interaksi sosial antara perusahaan dan masyarakatnya. Perusahaan melakukan CSR bisa karena tuntutan komunitas atau karena kesadarannya sendiri. Bidangnya pun amat beragam dan berada pada kondisi yang berbeda-beda. Saat ini ISO (International Organization for Standardization) telah memiliki konsep standar CSR yang baru rampung pada akhir tahun Standar itu dikenal dengan nama ISO Guidance on Social Responsibility, dengan lahirnya standar ini hanya akan dikenal satu konsep CSR di seluruh dunia. Solihin (2009) didalam ISO terdapat tujuh subjek yang merupakan penjabaran tanggung jawab sosial suatu perusahaan, ketujuh subjek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Kemudian ketujuh subjek tersebut masih dijabarkan lagi kedalam beberapa subsubjek yang terdapat pada draff ISO Untuk lebih lengkapnya isi draff ISO dapat dilihat pada Lampiran 1. Praktek Ketenagakerjaan Lingkungan Praktik Operasi yang adil Hak asasi manusia Isu Konsumen Tata kelola organisasi Tanggung Jawab Sosial Pembangunan Sosial Gambar 2. Subjek - Subjek Fundamental menurut ISO Implementasi CSR di Indonesia CSR adalah sebuah kegiatan yang sudah seharusnya dilaksanakan dan dijadikan bagian dari praktek bisnis oleh para pemilik perusahaan tanpa terkecuali, baik itu bisnis raksasa maupun para pemilik UKM. Karena CSR bukan saja dirasakan oleh masyarakat penerima manfaat tapi juga bagi keberlanjutan

6 9 perusahaan dimasa mendatang. Namun dalam praktiknya belum banyak perusahaan yang melakukan CSR, ironisnya disejumlah negara maju sekalipun. Begitu pula di Indonesia persentase perusahaan yang melakukan CSR masih sangat minim hanya sebesar 30% banding yang tidak melakukan CSR sebesar 70% seperti terlihat pada Gambar 3. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 3. Perusahaan pelaksana CSR di sejumlah Negara Sumber : Kompas, 4 Agustus 2007 dalam Rahman (2007) Solihin (2009) Indonesia mengambil inisiatif untuk melakukan regulasi pelaksanaan CSR dengan mencantumkan kewajiban melaksanakan CSR bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, sebagaimana tercantum dalam pasal 74 ayat 1-4 dijelaskan sebagai berikut. 1. Persero yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 70% 70% 30% 30% 60% 40% 2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban persero yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya persero yang pelaksanaan nya dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Persero yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. 50% 50% 51% 49% Indonesia Prancis UK USA German non CSR CSR

7 10 Jalal (2008) Kelemahan yang masih melekat pada UU Nomor 40 Pasal 74, adalah undang-undang ini belum dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan pemerintah yang dapat memperjelas UU nomor 40 pasal 74, seperti : kriteria perusahaan yang dikenakan wajib CSR, sanksi yang diberikan kepada perusahaan yang tidak melaksanaan CSR, berapa besar anggaran minimum CSR yang harus dianggarkan karena pengaturan penganggaran biaya CSR menurut asas kepatutan dan kewajaran bersifat arbitrer bahkan tidak jelas. Dunia usaha di Indonesia mengkhawatirkan UU tersebut menjadi legitimasi praktik pungutan liar karena peraturan itu mencakup kewajiban perusahaan untuk mengalokasikan dana CSR. Kekhawatiran praktik pungutan liar ini sesunguhnya sudah menjadi rahasia umum. Banyak kewajiban tak tertulis yang mesti ditanggung dunia usaha, berupa bantuan pendanaan atau fasilitas yang harus disiapkan kepada berbagai pihak. Di lain pihak pemerintah termasuk pemda belum dapat menjadi mitra yang baik bagi dunia usaha dalam pelaksanaan CSR, bahkan di banyak daerah keterlibatan pemerintah hanya menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Ambadar (2008) salah satu yang menonjol dari praktik CSR di Indonesia adalah penekanan pada aspek pemberdayaan masyarakat (Comdev) hal ini sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita yang masih bergelut dengan kemiskinan dan pengangguran. Data pemerintah menyebutkan jumlah kemiskinan di Indonesia lebih dari 30% populasi. Belum lagi rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi penyebab sulitnya memutus rantai kemiskinan. Maka sudah sepatutnya CSR sebagai sebuah konsep yang terus berkembang sesuai dunia usaha dan kebutuhan masayarakat bisa menjadi solusinya Pemasaran Kennedy dan Dermawan (2009) pemasaran adalah sekumpulan rancangan kegiatan yang saling terkait untuk mengenali kebutuhan konsumen dan mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan serta menetapkan harga yang tepat dari sebuah produk dan layanan untuk mencapai kepuasan dari konsumen yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan.

8 11 Pemasaran sesunguhnya adalah sebuah proses sosial pertukaran barang atau jasa antara dua pihak atau lebih dimana kedua belah pihak tersebut samasama memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan Komunikasi Pemasaran Dalam kajian pemasaran,kegiatan promosi yang efektif dan efisien dapat dimasukkan sebagai komunikasi pemasaran. Aitchison (2005) Marketing Communication atau yang sering disingkat dengan istilah marcom, adalah istilah yang menggambarkan bagaimana organisasi perusahaan atau pemerintahan mengkomunikasikan pesan-pesan kepada khalayak sasaran merek. Marcom sangat erat kaitannya dengan membangun merek. Merek dalah asset yang paling penting dimiliki perusahaan, yang mampu menggerakan pemasaran. Marcom adalah upaya membangun nilai merek dan mempertahankannya kepada pesaing. Kennedy dan Dermawan (2009) Definisi lain Marketing Komunikasi adalah teknik komunikasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan, seperti peningkatan pendapatan, memperkuat strategi pemasaran serta sebagai upaya untuk memperkuat loyalitas pelanggan. Bauran Komunikasi pemasaran terdiri atas 5 mode yaitu advertising, sales promotion, personal selling, Public Relation dan direct selling. Penelitian ini akan membahas kegiatan CSR Lifebuoy Berbagi Sehat sebagai sebuah konsep komunikasi pemasaran yang terintegrasi melalui periklanan media TV untuk meningkatkan brand awareness dan Loyalitas konsumen serta kegiatan hubungan masyarakat berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan Citra Perusahaan Periklanan Kennedy dan Dermawan (2009) periklanan secara komprehensif adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Rangkuti (2009) Tujuan periklanan adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan : memberitahu pasar tentang suatu produk, kegunaan, harga, fungsi produk, layanan, mengoreksi pesan yang salah, mengurangi kecemasan pembeli, membangun citra perusahaan.

9 12 2. Membujuk : membentuk preferensi merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli sekarang, membujuk pembeli untuk menerima kunjungan perusahaan. 3. Mengingatkan : mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan kemudian, mengingatkan pembeli dimana dapat membelinya, membuat pembeli tetap ingat produk itu walaupun tidak sedang musimnya, mempertahankan kesadaran produk. Kenedy dan Dermawan (2009) Komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen seperti terlihat pada Gambar 4. Tahap Pertama yang ingin dicapai dari strategi komunikasi pemasaran adalah tahap perubahan. Dalam perubahan ini, komsumen mengetahui keberadaan produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan untuk siapa. Dengan demikian, pesan yang disampaikan menunjukan informasi penting dari produk itu. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur yang oleh Sciffman dan Kanuk (1994: 242) disebut sebagai tricomponent attitude changes, yaitu : cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Pada tahap ketiga, yaitu tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain, dan terbiasa menggunakannya. TAHAPAN PENCAPAIAN TUJUAN KOMUNIKASI Awareness Stage STRATEGI KOMUNIKASI Knowledge Changes Strategy Intererst Stage Attitude Changes Strategy Loyaty Stage Behavior Changes Strategy Gambar 4. Tahapan dan Strategi Komunikasi Pemasaran

10 Hubungan Masyarakat (Humas) The British Institute of Public Relation dalam Ruslan (2008) Public Relation practice is deliberate, planned and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between organization and its public Tanggung Jawab humas yang terbesar adalah membangun dan memelihara citra positif perusahaan. Fariani dan Aryanto (2009) Ada 7 kegiatan yang dikategorikan kedalam kegiatan PR dalam meningkatkan citra perusahaan yaitu melalui : 1. Wawancara/talkshow 2. Adventorial 3. CSR 4. Surat Pembaca 5. Berita Foto 6. Situs Perusahaan 7. Laporan Tahunan Area kerja humas terfokus pada pembentukkan citra postif perusahaan dibenak publik, humas tidak dapat mengontrol bagaimana sebuah media menyampaikan pesan perusahaan kepada masyarakat. Persepsi publik tentang citra perusahaan positif tidak dapat dipaksakan tetapi sukarela, tidak dapat dibeli tetapi diajak dan tidak dapat dibuat-buat tetapi faktual Citra Perusahaan Susanto (2009) Citra perusahaan adalah asosiasi yang terbentuk antara perusahaan dengan sekumpulan atribut (positif dan negative) yang paling menonjol yang kemudian diberi makna dalam benak para stakeholdernya. Susanto (2009) Secara garis besar citra perusahaan adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu perusahaan. ada 7 hal yang menjadi pendorong pengukuran peningkatkan citra perusahaan yaitu : 1. Kinerja Keuangan 2. Tata Kelola perusahaan dan Kualitas Manajemen 3. Kinerja Sosial, Etis dan Lingkungan 4. Karyawan dan Budaya Perusahaan 5. Pemasaran, Inovasi dan Hubungan dengan Pelanggan

11 14 6. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku 7. Komunikasi dan Management Krisis 2.6. Merek (Brand) Rangkuti (2009) merek adalah nama istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari produk pesaingnya. Lebih lanjut Rangkuti (2009) juga memaparkan manfaat yang dapat diberikan merek pada perusahaan adalah : 1. Memudahkan pemesanan dan memperkecil timbulnya kekeliruan dalam pemesanan. 2. Melindungi secara hukum atas pemalsuan. 3. Memberikan peluang untuk terjalinya kesetiaan konsumen. 4. Membantu mengelompokkan segmentasi produk. 5. Merek yang baik dapat membina kualitas dan besarnya citra perusahaan. merek memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah produk, karena merek adalah sebuah identitas yang menjadi pembeda produk yang satu dari yang lain. Tanpa merek yang tertanam kuat di benak konsumen, produk hanyalah sebuah komoditas yang dihargai rendah meski mungkin dari sisi fungsional manfaatnya sama, karena merek dapat menjanjikan hubungan emosional dengan konsumennya. Sebagai sebuah produk sabun kesehatan yang telah mengalami daur hidup selama lebih dari 100 tahun Lifebuoy terbukti dapat menjalin hubungan emosional yang baik dengan konsumennya, terlihat seiring persaingan produk yang sama terus tumbuh tetapi para pesaingnya tidak dapat memberikan janji emosional yang sama Kesadaran Merek ( Brand Awareness) Durianto (2004) ukuran kesadaran merek dapat diukur oleh tingkat brand awareness (kesadaran Brand) konsumen terhadap suatu brand yang dapat dilihat dalam sebuah piramida Brand awareness pada Gambar 5. Kesadaran brand adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengingat bahwa suatu brand merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Ada empat tingkatan dalam Brand awareness sebagai berikut :

12 15 1. Puncak Pikiran (Top of Mind) Brand PRoduk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara spontan dan menempati tempat istimewa dibenak konsumen. 2. Pengingatan Kembali (Brand Recall) Brand yang diingat oleh konsumen setelah menyebutkan Brand yang pertama diingat. Brand yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan Brand yang menempati brand recall dalam benak konsumen. 3. Pengenalan Merek (Brand Recognition) Pengenalan Brand dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar Brand, daftar gambar atau cap Brand. Brand yang masuk dalam ingatan konsumen dengan bantuan tersebut disebut brand recognition. 4. Tidak menyadari merek (Unware of Brand) Merupakan tingkat kesadaran Brand yang terendah dalam PRamida brand awareness, pada kondisi ini konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu Brand. Puncak Pikiran Pengingatan Kembali Pengenalan Merek Tidak Menyadari Merek Gambar 5. Piramida Kesadaran Brand 2.7. Loyalitas Konsumen (Customer Loyalty) Brand Loyalty Durianto (2004) Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan/keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan berpindah ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga atau atribut lainnya. Loyalitas merek terkait dengan perolehan laba masa depan dimana

13 16 brand loyalty menjamin bahwa pelanggan tidak berpindah kepada merek competitor, walaupun merek pesaing memberikan harga yang lebih murah atau kualitas yang lebih baik sekalipun. Durianto (2004) beberapa fungsi yang dapat diberikan Brand Loyalty kepada perusahaan, yaitu : 1. Mengurangi biaya pemasaran 2. Meningkatkan penjualan 3. Menarik minat pelanggan baru 4. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing Pengukuran Loyalitas Durianto (2004) pengukuran loyalitas konsumen dapat diukur melalui 5 cara, yaitu : 1. Pengukuran Perilaku, pengukuran perilaku diukur berdasarkan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, terutama pada faktor kebiasaan perilaku. 2. Pengukuran Switching cost, biaya perpindahan merek sangatlah mahal dan beresiko besar maka pengukuran ini merupakan indikasi loyalitas konsumen terhadap suatu merek. 3. Pengukuran Kepuasan, ada kaitan penting antara kepuasan dengan loyalitas. Apabila konsumen merasa puas terhadap suatu merek maka tidak ada alasan konsumen untuk beralih merek 4. Pengukuran Kesukaan terhadap merek, pengukuran dilakukan dengan melihat kepercayaan, bersahabat dan perasaan hormat pada merek yang ditandai dengan kemauan membayar dengan harga yang lebih mahal untuk mendapatkan merek. 5. Pengukuran Komitmen, komitmen tinggi merupaka refleksi brand equity yang tinggi sehingga loyalitas konsumen bukan hanya dilihat dari perilaku pembelian semata Sikap Rangkuti (2009) Sikap adalah evaluasi, emosional dan kecenderungan tindakan seseorang yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan yang bertahan lama dan cenderung konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap terbentuk atas tiga komponen yaitu :

14 17 a. Komponen Kognitif (Think), mengarahkan pada tingkat pengetahuan dan kepercayaan melalui pemikiran konsumen terhadap suatu objek. b. Komponen Afektif (Feel), mengarahkan pada tingkat perasaan dan reaksi emosional ( suka tidak suka) konsumen terhadap suatu objek. c. Komponen Konatif (Do), mengarahkan konsumen untuk bertindak atau bereaksi dengan kesadaran penuh terhadap suatu objek. Sikap adalah hasil dari suatu proses belajar pada konsumen yang tidak dapat dihasilkan begitu saja. Sikap menyebabkan konsumen berprilaku secara konsisten terhadap objek serupa, Loyalitas merupakan salah satu bentuk sikap dalam Perilaku Konsumen. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana kegiatan CSR Lifebuoy Berbagi Sehat dapat mempengaruhi Sikap Loyal konsumen terhadap produk Lifebuoy Persepsi Rangkuti (2009) persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih dan menginterpretasikan rangsangan menjadi informasi guna menciptakan arti pada suatu objek. Proses informasi memiliki empat tahapan yaitu tayang, perhatian, pengartian dan penyimpanan. Dimana ketiga tahapan pertama merupakan faktor pembangun persepsi untuk kemudian disimpan dalam jangka panjang dengan penjelasan sebagai berikut : a. Tayangan, terjadi pada saat rangsangan datang kepada alat penerima rangsangan konsumen. b. Perhatian, terjadi ketika rangsangan mengaktifkan sensor penerima rangsangan dan menghasilkan sensasi kepada otak untuk diproses. c. Mengartikan, bertugas untuk mengartikan sensasi yang dihasilkan oleh karakteristik rangsangan, individu dan situasi. Persepsi merupakan proses pengartian suatu rangsangan sampai dengan penyimpanan dalam jangka panjang terhadap arti yang dihasilkan otak terhadap suatu rangsangan. Dalam penelitian ini citra perusahaan memiliki satuan persepsi, karena citra perusahaan merupakan pemberian arti yang melekap pada konsumen terhadap rangsangan yang diberikan oleh perusahaan.

15 Penelitian Terdahulu Seravina (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Corporate Sosial Responsibility terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Britama PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk cabang Bogor. Berdasarkan uji korelasi pada penelitian tersebut didapatkan bahwa Program CSR yang dilakukan oleh BRI memiliki hubungan yang signifikan dengan loyalitas Nasabah. Untuk mengetahui pengaruhnya peneliti juga melakukan uji regresi dengan hasil bahwa Program CSR BRI berpengaruh nyata dan positif terhadap Loyalitas Nasabah. Prabowo (2008) pada penelitian ini mengkaji efektifitas Program Corporate Sosial Responsibility Yayasan Unilever Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Program CSR Unilever apakah yang paling efektif bagi masyarakat, beserta faktor yang mempengaruhinya alat analisis yang digunakan korelasi Rank Spearman dan analisis deskriptif. Dengan konsumen masyarakat daerah Pasar Minggu Pejaten Jakarta. Mulyadin (2006) penelitian dengan judul Analisis Efektifitas Iklan Televisi Kecap Cap Bango dan Brand Equity Produk Kecap (studi kasus di kota Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas iklan kecap cap Bango terhadap pembelian konsumen melalui analisis Costumer Response Index (CRI). Serta menganalisis posisi merek cap Bango ditengah persaingan industry kecap melalui analisis element Brand Equity yaitu brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. Penelitian kali ini berjudul Analisis Pengaruh Corporate Sosial Responsibility Lifebuoy Berbagi Sehat terhadap Loyalitas Konsumen dan Citra Perusahaan Unilever Indonesia (Studi Kasus Kota Bogor). Alat analisis yang digunakan adalah analisis Pearson untuk mengukur besaran hubungan yang terjadi dan regresi sederhana untuk mengukur pengaruh yang disebabkan oleh kegiatan CSR. Selain itu diteliti pula posisi brand awareness produk Lifebuoy serta efektifitas iklan TV CSR Lifebuoy Berbagi Sehat dengan mengunakan analisis CRI. Populasi yang diteliti adalah masyarakat Bogor dengan penarikan sampel non probability sampling yaitu target market sabun kesehatan Lifebuoy melalui karakteristik usia produktif.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran American Marketing Asociation (AMA) menawarkan definisi formal pemasaran sebagai berikut: Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY LIFEBUOY BERBAGI SEHAT TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN DAN CITRA PERUSAHAAN UNILEVER INDONESIA (Studi Kasus Di Kota Bogor) Oleh Fanny Eka Prasetya H 24077018

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Bentuk Khusus Media Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Marketing Public Relation

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. Perubahan-perubahan yang dimaksud

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION Modul ke: 01 Fakultas Program Pascasarjana Pokok Bahasan 1. Konsep IMC 2. Manajemen IMC Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi KONSEP IMC PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk menghalalkan segala cara untuk menekan biaya serendah-rendahnya dan meraih keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja digunakan perusahaan sebagai alat pantau dari suatu rencana. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja organisasi untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Merek dan Perspektif Merek 1. Definisi Merek Menurut UU No.15 Tahun 2001 merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Promosi adalah salah satu dari empat komponen bauran pemasaran sebagaimana disebutkan oleh Kotler (2005:17) yang mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto B R A N D E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Hakekat suatu bisnis industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA

CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA Corporate Social Responsibility ( CSR ) dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekuitas Merek Pengertian ekuitas merek menurut (Aaker, 1996 dalam Agusli dan Kunto, 2013) bahwa ekuitas merek menciptakan nilai, baik pada perusahaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga 15 II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemasaran Menurut Philip Kotler (2006) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Merek (Brand) Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori 1. Perpindahan Merek (Brand Switching) Perpindahan merek (brand switching) adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan dengan perubahan atau pergantian dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan barang/ jasa yang yang ditawarkan kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Ekuitas Merek Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam konsumen berfikir, merasa, dan bertindak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing perusahaan beradu strategi dan inovasi untuk menarik konsumen. Persaingan ketat yang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar harga yang berlaku pada 2011 mencapai Rp30,8 juta (US$3.542,9). Artinya, terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkat perkembangan dunia usaha menuntut perusahaan untuk

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkat perkembangan dunia usaha menuntut perusahaan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkat perkembangan dunia usaha menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan dan mampu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pendahuluan Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Ekuitas Merek Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya transportasi darat, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih senantiasa bertahan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan iklan di Indonesia sangat berkembang pesat, oleh karena itu banyak sekali perusahaan-perusahaan Indonesia berlombalomba meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan penempatan orientasi dalam pemenuhan dan kepuasan konsumen sebagai tujuan perusahaan yang utama.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen Di Indonesia menurut Saragih (1998), pada awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati praktis hanya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Latar Belakang CSR Untuk memahami pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, sebaiknya berawal dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu objek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama organisasi adalah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan suatu negara menjadi tanggung jawab semua insan yang berada di dalam negara tersebut, tidak terkecuali perusahaan ataupun industri, untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi pemasaran merupakan sebagian dari strategi bisnis yang diupayakan setiap perusahaan untuk meningkatkan laba demi menaikkan nilai perusahaan. Strategi pemasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur dan acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2..1 Defenisi perilaku konsumen Ada beberapa definisi dari perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya: The American Assosiation dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ekuitas Merek Dalam hal ekuitas merek dapat kita pahami bahwa ide utama dari ekuitas merek adalah bahwa kekuatan merek terletak dalam benak konsumen. Ekuitas merek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social 38 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebouy pada Kecamatan Panjang

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Engel et al (simamora 2004, p1) adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembahasan masalah yang telah dirumuskan melalui fokus permasalahan serta menurut hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan pentingnya mempraktikkan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring dengan maraknya kepedulian

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 1, Edisi Februari 2012 (ISSN : ) MEMBANGUN BRAND IMAGE PRODUK MELALUI PROMOSI EVENT SPONSORSHIP DAN PUBLISITAS Th. Susetyarsi Dosen PNS DPK STIE Semarang Abstraksi Perusahaan dalam kegiatannya tidak bisa lepas dengan merk produk yang

Lebih terperinci

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS

Produksi Media Public Cetak. Modul ke: 02FIKOM. Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom. Fakultas. Program Studi HUMAS Modul ke: Produksi Media Public Cetak Fakultas 02FIKOM Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Humas ) Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Program Studi HUMAS Latar Belakang Marketing Public Relations (MPR) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan dunia perbankan yang semakin pesat, setiap bank menetapkan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Dengan adanya hal demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek (brand) Aaker dalam Rangkuti (2002: 36) menyatakan merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap,

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas 121 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas penunjang bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas penunjang yang di maksud,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953. Setelah itu,csr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk BAB I 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, merek sudah menjadi salah satu fokus pemasaran. Upaya membangun suatu merek yang kuat pun perlu dilakukan. Merek dapat juga didefinisikan sebagai sebuah nama,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan tersebut (Oberseder et al., 2011). Menurut Pivato dalam Won et al.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan tersebut (Oberseder et al., 2011). Menurut Pivato dalam Won et al. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi CSR Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau keikutsertaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era industrialisasi yang terjadi di negara-negara berkembang saat ini, tingkat persaingan terasa begitu tinggi. Persaingan tersebut menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembeli. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau

BAB II LANDASAN TEORI. pembeli. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Merek Menurut American Marketing Association merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1Merek Menurut Undang Undang merek no 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,

Lebih terperinci

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau CHAPTER 12 BRANDING A. Definisi Merek (Brand) Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Beli Hijau Perilaku beli merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci