BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) Latar Belakang CSR Untuk memahami pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, sebaiknya berawal dari perkembangan dan pemahaman mengenai CSR terlebih dahulu. Sebenarnya pembahasan mengenai CSR sudah ada sejak tahun 50 an, namun saat itu masih berupa Social Responsibility (SR), kemudian kata CSR mulai berkembang dengan munculnya definisi CSR oleh World Business Council for Sustainable Development (WBSD) (2003). Konteks pembangunan berkelanjutan pada saat itu adalah pembangunan demi masa depan tanpa merusak sumber daya alam dengan menyatukan 3 elemen pembangunan yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam bukunya Rudito dan Famiola (2013) menjelaskan, pemahaman CSR WBSD waktu itu adalah bagaimana dunia bisnis dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan secara luas, dan secara khusus terhadap masyarakat yang ada disekitarnya. Jadi dari dunia bisnis yang dianggap hanya mementingkan keuntungan semata, menjadi dunia bisnis yang bertanggung jawab dan komitmen terhadap kesejahteraan dunia. Karena berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan, dan masyarakat pada umumnya. 14

2 15 Definisi dan konsep inilah yang kemudian banyak dianut dan menjadi dasar oleh banyak korporat dan para akademisi sampai sekarang. Pelaksanaan CSR kemudian berkembang tanpa pedoman yang jelas, karena memang tidak ada standar yang jelas. Banyak perusahaan yang menjalankan CSR sesuai dengan fokus dan sumber daya yang ada, yang kemudian menimbulkan kerancuan tentang CSR itu sendiri. Di Indonesia sendiri CSR sudah mulai dibicarakan sejak tahun 2001, dan akhirnya pemerintah mengesahkan peraturan mengenai CSR menurut UU No 40, tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang mewajibkan semua perseroan yang menjalankan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Meski begitu CSR di Indonesia masih belum diterapkan oleh semua perusahaan, dikarenakan kewajiban menjalankanya masih dipertanyakan. Banyak yang beranggapan bahwa CSR hanya sebagai tindakan perusahaan yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan ekonomi, hukum, etika, dan kebijaksanaan tanggung jawab yang dikenakan pada mereka oleh para pemangku kepentingan perusahaan. Secara ekonomis tanggung jawab perusahaan mengacu pada memproduksi keuntungan (make a profit), sedangkan secara hukum tanggung jawab perusahaan mengacu pada aktivitas bisnis mereka secara legal menurut prosedur yang berlaku. Namun secara etika perusahaan juga memiliki kewajiban untuk mematuhi aturan aturan moral yang ada pada masyarakat yang diartikan berperilaku tepat didalam masyarakat, akhirnya CSR bisa dikatakan merupakan perbuatan bisnis yang

3 16 sebenarnya tidak wajib namun diantisipasi oleh stakeholders sebagai bukti warga negara yang baik (Galbreath, 2010 dalam Sabir, et al., 2012) Pengertian CSR Pengertian mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) sangatlah beragam, berikut adalah beberapa definisi menurut para ahli yang diambil oleh peneliti: a. CSR merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertimbangan praktik bisnis yang baik dan kontribusi dari sumberdaya perusahaan (Kotler dan Lee, 2005). b. CSR didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melanjutkan kebaikan sosial, diluar kepentingan perusahaan sosial yang diwajibkan oleh hukum (McWilliams and Siegel, 2001 dalam Sabir, et al., 2012). c. CSR adalah kegiatan perusahaan yang mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat secara serius (Carroll, 2006). d. CSR pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan (Rudito dan Famiola, 2013). Berdasarkan pengertian pengertian CSR diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa CSR secara umum adalah cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif bagi masyarakat. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan

4 17 bisnis dari stakeholders baik dari dalam perusahaan (pekerja, dan penanam modal) maupun dari luar perusahaan (kelembagaan, anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil, dan perusahaan lain) Bentuk Kegiatan CSR CSR memiliki berbagai jenis dalam pelaksanaanya, menurut Kotler dan Lee (2005) ada enam bentuk dari aktivitas CSR yaitu: 1. Cause Promotion Merupakan aktivitas CSR dimana perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lain yang dimiliki perusahaan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau dalam rangka merekrut relawan untuk mendukung masalah sosial tersebut. Contoh dari kegiatan ini adalah program CSR Danone AQUA yang menyediakan 10L air bersih untuk Nusa Tenggara Timur setiap 1L AQUA. Manfaat yang didapat perusahaan dari menjalankan kegiatan CSR ini adalah memperkuat brand positioning perusahaan, memberikan peluang kepada para karyawan untuk terlibat dalam suatu kegiatan sosial, menciptakan kerjasama antara perusahaan dengan pihak pihak lain, serta meningkatkan citra perusahaan.

5 18 2. Cause Related Marketing Pada kegiatan ini perusahaan berkomitmen untuk berkontribusi atau mendonasikan presentase tertentu dari penerimaanya untuk suatu kegiatan sosial. Kegiatan ini bisa dilakukan untuk produk tertentu, jangka waktu tertentu, serta untuk masalah sosial tertentu. Contoh dari kegiatan ini adalah program XL PEDULI, dimana pelanggan dapat berpartisipasi dalam mebantu korban banjir dengan mengetik BANJIR lalu mengirimkanya ke nomor Setelah itu pulsa pelanggan akan terpotong sebesar 5000 sebagai bentuk partisipasinya terhadap program ini. Namun tidak semua perusahaan melakukan kegiatan ini, salah satunya perusahaan Indocement tidak menetapkan presentase untuk donasi tertentu melainkan perusahaan berkomitmen penuh untuk berkontribusi merencanakan program CSR. Manfaat yang diperoleh perusahaan dari kegiatan CSR ini yaitu dapat menarik pelanggan pelanggan baru, dapat menjangkau market niche atau konsumen dengan sasaran tertentu, dapat meningkatkan penjualan produk perusahaan, dan untuk membangun identitas merek yang positif di masyarakat. 3. Corporate Social Marketing Pada kegiatan CSR ini perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat berkaitan dengan beberapa isu. Dalam hal ini perusahaan berusaha untuk merubah

6 19 perilaku masyarakat untuk terlibat dalam isu - isu seperti kesehatan dan keselamatan publik (mengurangi merokok, waspada terhadap HIV/AIDS, mencegah kangker, dan memperhatikan keselamatan di jalan raya), menjaga kelestarian lingkungan hidup (melarang penebangan pohon secara illegal, mengurangi polusi, membuang sampah pada tempatnya untuk menjaga kebersihan), serta meningkatkan kesejahteraan sosial (ikut berpatisipasi dalam pemilihan presiden, ikut melakukan donor darah). Manfaat perusahaan melakukan kegiatan CSR ini yaitu memperkuat brand positioning di mata pelanggan, mendorong peningkatan penjualan, menarik mitra perusahaan untuk mendukung program ini, serta memberikan dampak nyata perubahan sosial terhadap isu isu tersebut. 4. Corporate Philanthropy Dalam kegiatan CSR ini perusahaan memberikan bantuan atau derma secara langsung tanpa pamrih kepada kalangan masyarakat tertentu, sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama. Sumbangan tersebut dapat berupa dana, bingkisan atau produk, pelayanan gratis, fasilitas serta keahlian perusahaan, beasiswa, dan hibah. Manfaat yang didapat perusahaan adalah dapat meningkatkan reputasi perusahaan, memperkuat masa depan perusahaan melalui penciptaan

7 20 citra yang baik di mata masyarakat, serta memberi dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam komunitas lokal. 5. Community Volunteering Melalui kegiatan CSR ini perusahaan ikut mendukung dan mendorong para karyawan mereka, para pemegang franchise atau rekan pedagang eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela untuk membantu suatu organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Sebagai contoh program CSR yang dilakukan Astra Employee Volunteer, yaitu berupa kegiatan yang dilakukan Astra dan melibatkan karyawan mereka untuk ikut membedah dan mengajar di sekolah SD SMP Remaja Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara selama satu hari. Keuntungan yang didapat dari kegiatan CSR ini adalah terciptanya hubungan yang tulus antara perusahaan dengan komunitas, dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, serta meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan. 6. Socially Responsible Business Pratice Bisa dikatakan bahwa aktivitas CSR ini adalah yang paling kuat, karena perusahaan melaksanakan praktek bisnisnya melampaui standar etika yang telah ditetapkan berdasarkan regulasi, serta melakukan investasi yang mendukung pemecahan suatu masalah sosial untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas (karyawan, pemasok, distributor, rekan

8 21 perusahaan, serta masyarakat umum) dan melindungi lingkungan (kesehatan, keselamatan kerja, serta pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional). Bentuk dari kegiatan CSR ini dapat berupa fasilitas yang sesuai dengan standar keamanaan yang direkomendasikan, mengembangkan kegiatan pengurangan sampah dengan program 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle), menghentikan produk yang membahayakan manusia, memilih pemasok yang menggunakan material ramah lingkungan, dan mengembangkan berbagai program yang menunjang kesejahteraan karyawan seperti program konsultasi bagi para karyawan. Manfaat yang didapat perusahaan dengan melakukan kegiatan CSR ini adalah dapat menghemat uang perusahaan dan memberikan kontribusi keberlanjutan terhadap lingkungan hidup, serta meningkatkan kesadaran program ini kepada karyawan perusahaan. Selain itu dapat meningkatkan kesan baik komunitas terhadap perusahaan, menimbulkan citra yang positif terhadap perusahaan, serta meningkatkan kepuasan kepada para karyawan sehingga karyawan bangga menjadi bagian dari perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan sosial Jenis Bidang CSR Diambil dari bukunya, Wibisono (2007) menjelaskan terdapat dua bidang yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan program CSR berdasarkan kegiatan perusahaan terkemuka:

9 22 1. Bidang Sosial Pada bidang sosial dapat ditujukan untuk pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kepemudaan, keagamaan, kebudayaan, kelembagaan, ekonomi (kewirausahaan, pembinaan UKM, pembukaan lapangan kerja), dan lainnya. 2. Bidang Lingkungan Hidup Pada bidang lingkungan hidup dapat berupa produksi bersih dan ramah lingkungan, pengelolaan limbah 3R, penggunaan energi secara efisien, pelestarian alam dengan penghijauan, pengelolaan air, serta pendidikan lingkungan hidup Brand Image Pengertian Brand Image Menurut para ahli pengertian brand image atau citra merek adalah persepsi atau kepercayaan yang dianut oleh konsumen yang tercermin dalam hubungan yang terjadi pada ingatan mereka (Keller, 2008). Citra merek juga dapat dikatakan merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu merek. Karena itu tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa citra merek pada dasarnya adalah persepsi merek yang ada dalam ingatan konsumen dan kesan umum terhadap merek tersebut.

10 Faktor Pendukung Terbentuknya Brand Image Menurut Keller (2008) faktor faktor yng mendukung terbentuknya citra merek yaitu: 1. Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association) Salah satu faktor yang mempengaruhi citra merek adalah keunggulan sebuah produk, dimana produk tersebut lebih unggul daripada produk pesaingnya. Keunggulan dapat berupa model ataupun kenyamanan yang diperoleh konsumen sehingga menjadi ciri khas tersendiri untuk menarik konsumen. 2. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association) Faktor ini sangat ditentukan oleh banyaknya informasi mengenai suatu produk yang masuk ke dalam ingatan konsumen, dan bertahan sebagai bagian dari citra merek. Dengan cara membangun popularitas melalui iklan, atau kegiatan promosi lainnya. Kepopuleran ini sebagai penghubung antara produk dengan konsumen. Jika produk tersebut dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut akan tetap terjaga di ingatan konsumen sehingga dapat membentuk citra merek. 3. Keunikan Asosiasi Merek (Uniquesness of Brand Association) Faktor yang juga dapat membentuk citra merek adalah keunikan yang dimiliki oleh produk tersebut, keunikan dapat berupa bentuk dari produk, fungsinya, atau kebanggaan yang diterima konsumen. Keunikan

11 24 ini akan menjadi keunggulan produk tersebut dalam bersaing, dan menjadi alasan konsumen untuk memilih merek tertentu Manfaat Membangun Brand Image Manfaat yang didapat perusahaan dengan membangun citra merek yang kuat adalah: a. Memiliki peluang yang bagus untuk terus mengembangkan merek. b. Menjadi pemimpin dalam pasar sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. c. Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek sudah dikenal oleh konsumen. d. Menjadi produk pembeda dengan pesaing lainnya. e. Menciptakan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. f. Mempermudah dalam mendapatkan investor dan merekrut tenaga kerja. Sebuah citra merek yang positif dapat diambil sebagai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi pasar (Wu, 2011 dalam Ali, et al., 2013). Selain itu sebuah citra merek yang positif dapat membantu meningkatkan seperti kepuasan pelanggan, keunggulan layanan, loyalitas pelanggan, dan niat konsumen untuk membeli kembali (Lai, Griffin dan Babin, 2009 dalam Ali, et al., 2013). Oleh karena kepentingan tersebut maka banyak kegiatan pemasaran yang difokuskan untuk membangun persepsi tentang merek di ingatan konsumen.

12 Brand Loyalty Pengertian Brand Loyalty Brand loyalty atau loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan terhadap suatu merek. Ukuran ini dapat memberikan gambaran mengenai mungkin tidaknya konsumen berpindah ke merek lain, terutama jika pada merek tersebut mengalami perubahan harga, ataupun atribut lainnya (Aaker, 1991 dalam Durianto, et al., 2004). Sedangkan menurut BNET (Bisnis Dictionary) dalam Mao, (2010) loyalitas merek didefinisikan sebagai produk atau jasa yang lebih disukai konsumen. Konsumen yang loyal atau setia kepada suatu merek, maka konsumen tersebut akan tetap membeli merek tersebut meski dihadapkan dengan merek pesaing dengan produk yang sama ataupun lebih unggul. Karena mereka menganggap bahwa merek pilihan mereka lebih baik daripada yang lain, selain itu konsumen yang loyal juga setia membayar harga untuk merek tersebut dan berbicara tinggi tentangnya Tingkatan Brand Loyalty Terdapat empat tingkatan kedekatan pelanggan terhadap suatu merek, yaitu (Aaker, 1991 dalam Durianto, et.al., 2004):

13 26 Gambar Piramida Brand Loyalty Sumber: Aaker (1991). Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of A Brand Name, dalam Durianto, et.al., (2004). 1. Comitted Buyer Tingkatan ini merupakan tingkatan dengan loyalitas tertinggi, konsumen pada tingkatan ini adalah pelanggan yang setia. Mereka memiliki kebanggaan dalam menggunakan suatu merek dan merek tersebut menjadi sangat penting, dari segi fungsi maupun ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Bentuk aktualisasi pelanggan pada tingkatan ini ditunjukan dengan merekomendasikan atau mempromosikan merek yang digunakan kepada orang lain.

14 27 2. Likes The Brand Konsumen dalam tingkatan ini adalah konsumen yang menyukai merek tersebut, dan sudah terkait secara emosional dengan merek tersebut. Rasa suka yang timbul didasarkan pada asosiasi yang dapat berupa simbol, rangkaian pengalaman dari penggunaan sebelumnya baik yang dialami sendiri ataupun kerabatnya, atau yang disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi. 3. Satisfied Buyer Pada tingkatan ini konsumen merasa puas terhadap merek yang dikonsumsinya, namun masih bisa berpindah merek dengan menanggung switching cost seperti waktu, biaya, dan resiko yang timbul akibat peralihan merek tersebut. Untuk menarik konsumen pada tingkatan ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh konsumen dengan menawarkan berbagai manfaat dan kompensasi. 4. Habitual Buyer Pada tingkatan ini konsumen merasa puas atau setidaknya konsumen tidak kecewa dalam mengkonsumsi merek, dan tidak ada alasan yang kuat untuk membeli atau berpindah ke merek lain, terutama apabila dalam peralihan tersebut membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain (switching cost). Bagaimanapun juga konsumen pada tingkatan ini merupakan konsumen yang membeli suatu merek karena kebiasaan.

15 28 5. Switchers Merupakan tingkatan dengan loyalitas terendah, dimana konsumen pada tingkatan ini masih suka berpindah pindah atau tidak loyal terhadap merek. Konsumen menganggap merek memegang peranan kecil dalam pengambilan keputusan pembelian, ciri khas dari konsumen pada tingkatan ini adalah mereka melakukan pembelian lebih dikarenakan pertimbangan faktor harga Faktor yang Mempengaruhi Brand Loyalty Berikut faktor faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas merek (Schiffman dan Kanuk, 2004): 1. Loyalitas terbentuk karena penerimaan keunggulan produk. 2. Loyalitas terbentuk akibat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap produk tersebut. 3. Loyalitas terbentuk karena keterikatan dengan produk atau perusahaan. 4. Loyalitas terbentuk karena kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk Manfaat Brand Loyalty Berikut manfaat yang didapat perusahaan dari brand loyalty diambil dari jurnal Mao (2010) yaitu: a. Mengurangi biaya pemasaran, karena konsumen yang loyal dengan sukarela mempromosikan dan merekomendasikan merek yang dipakainya kepada orang lain.

16 29 b. Meningkatkan volume penjualan, konsumen yang loyal akan meningkatkan penjualan dan dapat mencegah kehilangan konsumen. c. Perusahaan dapat menetapkan harga yang optimal, karena konsumen yang loyal tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga. d. Menarik minat konsumen baru, banyaknya konsumen yang merasa puas dan loyal terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut. e. Memberi waktu untuk merespon ancaman, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk mengembangkan produknya dalam menghadapi pesaing pesaing baru Corporate Reputation Definisi Corporate Reputation Corporate reputation atau reputasi perusahaan merupakan sebuah aset yang berharga bagi perusahaan. Karena selain dapat mempengaruhi kepercayaan para stakeholders, reputasi dapat dijadikan investasi bagi perusahaan untuk menghadapi krisis tak terduga. Reputasi perusahaan sering digambarkan sebagai gabungan dari seluruh persepsi para pemangku kepentingan. Berikut definisi reputasi perusahaan menurut para ahli, reputasi perusahaan adalah sekumpulan persepsi dan kepercayaan masa lampau dan saat ini yang didasari oleh para stakeholders perusahaan (Rayner, 2003). Reputasi perusahaan merupakan persepsi dari tindakan masa lalu perusahaan dan masa depan yang menggambarkan daya tarik perusahaan untuk semua konstituen kunci perusahaan (Fombrun, 1996 dalam Chun, 2005).

17 30 Pada dasarnya reputasi perusahaan menjadi kebanggaan tersendiri, karena merupakan penghargaan yang didapat oleh perusahaan karena adanya keunggulan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Selain itu reputasi yang baik dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap perusahaan dan memberikan rasa bangga bagi karyawanya. Sehingga bisa dikatakan corporate reputation dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang (Davies, et al., 2003) Faktor Pembentukan Corporate Reputation Menurut Rayner (2003) ada 7 faktor penggerak dalam pembentukan corporate reputation: Gambar The Seven Drivers of Reputation Sumber: Rayner (2003). Managing Reputational Risk

18 31 1. Financial performance and long-term investment value Dilihat dari peforma keuangan perusahaan, yaitu perusahaan yang menunjukan kinerja keuangan yang konsisten dengan memiliki track record profit yang baik dan nilai investasinya yang aman apabila ingin berinvestasi jangka panjang, akan dianggap memiliki reputasi yang baik. 2. Corporate governance and leadership Perusahaan harus memiliki tata kelola perusahaan yang efektif, kepemimpinan yang baik, dan visi misi yang jelas kedepannya untuk membantu menjaga reputasi perusahaan. 3. Communication and crisis management Perusahaan harus dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan terbuka kepada para stakeholder, sehingga para stakeholder memahami nilai, tujuan, pencapaian, dan prospek masa depanya. Serta respon perusahaan dalam menghadapi krisis apapun, sehingga dapat menjaga reputasi perusahaan. 4. Regulatory compliance Dilihat dari aktivitas perusahaan, apakah perusahaan sudah menjalankan aktivitas bisnis sesuai dengan prosedur dan regulasi yang ada. Perusahaan yang bertentangan dengan undang undang dapat mempengaruhi kepercayaan para pemegang saham, dan hal ini berdampak pada reputasi perusahaan.

19 32 5. Delivering customer Perusahaan harus mampu mempertahankan harapan pelanggan terhadap produk mereka, demi menjaga reputasi yang baik. 6. Corporate social responsibility Perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari segi reputasi, jika perusahaan menunjukan komitmen untuk melakukan tanggung jawab sosial. 7. Workplace talent and culture Dilihat dari bagaimana perusahaan memperlakukan para karyawanya, karyawan harus puas dengan lingkungan kerja mereka sehingga mereka merasa bangga dan meninggikan nama perusahaan.

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PHILANTHROPY DAN CAUSE RELATED MARKETING TERHADAP BRAND IMAGE, BRAND LOYALTY, DAN CORPORATE REPUTATION PERUSAHAAN PT

ANALISIS DAMPAK PROGRAM PHILANTHROPY DAN CAUSE RELATED MARKETING TERHADAP BRAND IMAGE, BRAND LOYALTY, DAN CORPORATE REPUTATION PERUSAHAAN PT ANALISIS DAMPAK PROGRAM PHILANTHROPY DAN CAUSE RELATED MARKETING TERHADAP BRAND IMAGE, BRAND LOYALTY, DAN CORPORATE REPUTATION PERUSAHAAN PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK WINDI PARADITA DAN M. GUNAWAN

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi pemasaran menurut Kotler di dalam buku Subagyo marketing in business (2010:2) Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Teori Tahapan Evolusi Pemasaran Teori-teori dalam pemasaran terus berkembang dan menurut Barnes (2003), perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk menghalalkan segala cara untuk menekan biaya serendah-rendahnya dan meraih keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek Pertemuan : VII (Tujuh) Topik/Pokok Bahasan : Faktor-Faktor Pembentuk Citra Merek Pokok-Pokok Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dikendalikan oleh sistem yang dinamis dalam melakukan kegiatan operasionalnya untuk mempertahankan keberadaan dan menjalankan fungsinya. Selain mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Integrated Marketing Communication (IMC)

BAB 2 LANDASAN TEORI Integrated Marketing Communication (IMC) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Integrated Marketing Communication (IMC) 2.1.1.Definisi IMC Integrated Marketing Communication (IMC), konsep yang berkembang di tahun 1980an ini didefinisikan oleh Schultz (2004)

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Paradigma dalam CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-7 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Ekuitas Merek Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto B R A N D E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Hakekat suatu bisnis industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ekuitas Merek Dalam hal ekuitas merek dapat kita pahami bahwa ide utama dari ekuitas merek adalah bahwa kekuatan merek terletak dalam benak konsumen. Ekuitas merek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh pasar global yang melanda dunia memberikan peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pasar global akan terus memperluas produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekuitas Merek Pengertian ekuitas merek menurut (Aaker, 1996 dalam Agusli dan Kunto, 2013) bahwa ekuitas merek menciptakan nilai, baik pada perusahaan maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loyalitas Merek. Menurut (Griffin, 2005; dalam Mamang, 2014) menyatakan Loyalty is

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loyalitas Merek. Menurut (Griffin, 2005; dalam Mamang, 2014) menyatakan Loyalty is BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Loyalitas Merek 1. Pengertian Loyalitas Merek Menurut (Griffin, 2005; dalam Mamang, 2014) menyatakan Loyalty is difined as non random purchase expressed over by some decision

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja digunakan perusahaan sebagai alat pantau dari suatu rencana. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja organisasi untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (brand) Menurut American Marketing Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai: Nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat ketatnya persaingan di industri transportasi, khususnya transportasi darat, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih senantiasa bertahan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social 38 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu 1) Penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Program Corporate Social Responbility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Sabun Mandi Lifebouy pada Kecamatan Panjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan tersebut (Oberseder et al., 2011). Menurut Pivato dalam Won et al.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan tersebut (Oberseder et al., 2011). Menurut Pivato dalam Won et al. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi CSR Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau keikutsertaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian ini. Diantaranya penelitian pertama adalah Erfan Severi & Kwek Choon Ling yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu hingga era globalisasi ini persaingan bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era ini, industri sepeda motor menjadi salah satu jenis usaha yang sedang mengalami pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penjualan pasar

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pendahuluan Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari penelitian ini. Dalam bab ini akan dijabarkan landasan teori yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keputusan Pembelian Sebuah tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk merupakan keputusan pembelian. Setiap produsen pasti menjalankan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam industri telepon seluler saat ini sangat ketat. Produsen telepon seluler saling berlomba menciptakan seri dan model terbaru dengan fiturfitur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Bentuk Khusus Media Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Marketing Public Relation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola kinerja merek adalah Konsumen dapat menyadari akan level

BAB I PENDAHULUAN. mengelola kinerja merek adalah Konsumen dapat menyadari akan level BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek merupakan aset terpenting dalam perusahaan, dimana merek berperan sebagai pedoman nilai dan sebagai faktor yang menentukan kesuksesan perusahan. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pemasaran seperti zaman ini. Konsumen sering melakukan pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang sama, hal itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan senantiasa terjadi secara terus menerus dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan senantiasa terjadi secara terus menerus dalam dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan senantiasa terjadi secara terus menerus dalam dunia usaha. Salah satu faktor penting dalam dunia usaha adalah kinerja pemasaran. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk BAB I 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, merek sudah menjadi salah satu fokus pemasaran. Upaya membangun suatu merek yang kuat pun perlu dilakukan. Merek dapat juga didefinisikan sebagai sebuah nama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yasin (2014) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Yasin (2014) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku konsumen sangat unik dan kompleks karena sikap dari konsumen berbeda-beda dalam menanggapi sebuah produk dan jasa tergantung dari segmen mana konsumen yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 didunia, menjadikan negara yang potensial untuk pemasaran berbagai barang maupun jasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen (2002) adalah Studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Merek 2.1.1 Pengertian Citra Merek Brand image atau citra merek merupakan serangkaian sifat tangible dan intangible, seperti ide, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand loyalty, tingkatan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand loyalty, tingkatan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 PENGANTAR Bab ini berisi teori-teori yang mencakup definisi tentang brand heritage, anteseden brand heritage, brand loyalty, fungsi dari sebuah brand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan rasa tanggung jawab sosialnya (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan rasa tanggung jawab sosialnya (corporate social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini konsumen semakin cerdas dalam memilih dan membeli barang. Konsumen tidak hanya membeli untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi juga mempertimbangkan apakah efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan mempunyai tanggung jawab bukan hanya kepada pemegang saham atau pihak-pihak yang mempunyai kepentingan keuangan tetapi juga kepada lingkungan dan

Lebih terperinci

Etika & Tanggung Jawab Sosial

Etika & Tanggung Jawab Sosial Manajemen Bisnis Internasional Etika & Tanggung Jawab Sosial Adhiatma Nanda Wardhana Irfan Dwi Nurfianto Etika itu apa ya? Studi atas proses pembelajaran yang melibatkan pemahaman moralitas, sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki visi utama masing-masing untuk dicapai, tidak terlepas dari apapun jenis perusahaan tersebut. Visi dapat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION 7.1 Analisis Tingkat Kepuasan 7.1.1 Indeks Kepuasan Konsumen Pengukuran terhadap kepuasan konsumen

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 17 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan oleh Yuandari (2006) dengan judul Pengaruh Brand Equity Air Mineral Aqua Terhadap Keputusan Pembelian Warga Komplek Johor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam khususnya perusahaan sepeda motor keluaran Jepang. Persaingan terletak pada model, kepraktisan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Perilaku Konsumen Di Indonesia menurut Saragih (1998), pada awal Orde Baru, kegiatan ekonomi berbasis sumber daya hayati praktis hanya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Humas Humas adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama terhadap perusahaan (organisasi), saling memahami signifikansi masing-masing dan membuat

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grand Theory of Marketing Gambar. 2.1 Grand teori, Keller dan Griffin Menurut Kotler (2010), pemasaran adalah sebuah proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Perusahaan tidak harus mengembangkan diri dengan tidak memperhatikan masyarakat dan lingkungan, dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin

BAB I PENDAHULUAN. serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat serta mudahnya mengakses informasi. Perkembangan ekonomi Dunia semakin berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya hal demikian perusahaan mengadakan program Corporate Social BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan dunia perbankan yang semakin pesat, setiap bank menetapkan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Dengan adanya hal demikian

Lebih terperinci

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Modul ke: Produksi Media PR Cetak Fakultas 05FIKOM Brand Image Program Studi HUMAS Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom Latar Belakang Terbentuknya citra yang positif terhadap suatu brand yang positif terdapat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Functional Benefit 2.1.1 Pengertian Functional Benefit Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada konsumen berkaitan dengan manfaat produk dan mewakilinya

Lebih terperinci

CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA

CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA CSR (Corporet Social Responsibility) WAWONG DWI RATMINAH UPN VETERAN YOGYAKARTA Corporate Social Responsibility ( CSR ) dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Merek (Brand) Merek (Brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi Harga Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditimbang beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek kehidupan tersentuh olehnya. Perkembangan ini juga mengakibatkan masyarakat sebagai objek yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organsasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga, 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat menafsirkan, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ramah lingkungan. Bahkan sebagian besar limbah produk tersebut yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ramah lingkungan. Bahkan sebagian besar limbah produk tersebut yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, banyak produk yang dihasilkan perusahaan yang tidak ramah lingkungan. Bahkan sebagian besar limbah produk tersebut yang tidak bisa di daur ulang. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan keuntungan atau laba. Hal ini dikarenakan karena laba merupakan syarat perusahaan dapat terus hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal Pengungkapan sustainability report bertujuan untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan sebuah konsep atau strategi yang digunakan suatu perusahaan, agar bisnisnya bisa tetap tumbuh dan berkembang di tengah

Lebih terperinci

Lampiran I Metode Penyusunan Kuesioner 30 Responden Variabel Landasan Teori Indikator Pernyataan

Lampiran I Metode Penyusunan Kuesioner 30 Responden Variabel Landasan Teori Indikator Pernyataan 103 Lampiran I Metode Penyusunan Kuesioner 30 Responden Variabel Landasan Teori Indikator Pernyataan CSR CSR adalah tanggung jawab sosialnya dengan memberikan perhatian pada peningkatan kualitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik lokal maupun impor. Merek-merek sepatu tersebut bersaing dalam harga, kualitas, dan desain guna

Lebih terperinci