IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Desa Konda Maloba adalah salah satu dari 12 Desa yang berada di Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, dengan luas wilayah desa yaitu 225,56 Ha. Sebelah utara Desa Konda Maloba berbatasan dengan Desa Tana Modu, sebelah Timur berbatasan Desa Kabela Wuntu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manurara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Makata Keri. Kecamatan Katiku Tana memiliki jarak yang cukup jauh dengan pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Tengah, yaitu ± 23 Km dan waktu tempuh ± 45 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan dari Kabupaten Sumba Tengah menuju Kecamatan Katiku Tana kurang baik atau masuk kedalam kelas jalan C, dimana jalan masih berbatu dan belum di aspal. Angkutan yang digunakan masyarakat untuk bepergian dari dan ke Kecamatan Katiku Tana adalah Ojek dan Truk pengangkut penumpang, khusus untuk Truk hanya ada pada Pagi dan Sore hari. Biaya yang dikeluarkan untuk ongkos Ojek Rp , dan Truk Rp /orang. Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Katiku Tana dapat dibagi ke dalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor peternakan, dan sektor perdagangan. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama dari Kecamatan Katiku Tana, karena banyaknya lahan yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang pertanian. Terdapat hampir 105 kelompok tani yang berada di Kecamatan Katiku Tana dimana 27 diantaranya terdapat di Desa Konda Maloba. Selain sektor pertanian, sektor peternakan merupakan sektor ekonomi kedua terbesar, dimana banyak dari para petani yang menggembalakan ternaknya di dekat lahan pertanian. Ternak yang di gembalakan oleh penduduk setempat adalah Sapi dan Kerbau. Untuk sektor perdagangan di Desa Konda Maloba kurang berjalan begitu baik, dikarenakan tidak adanya pasar tradisional untuk transaksi jual beli hasil pertanian dan peternakannya. Untuk melakukan aktivitas perdagangan, masyarakat Desa Konda Maloba harus menempuh jarak ± 11 Km atau sekitar 30 menit bila menggunakan angkutan ojek menuju ke Desa Makata Keri. Selain itu,

2 di Desa Makata Keri juga terdapat penggilingan padi, sehingga masyarakat Desa Konda Maloba yang telah panen harus membawa hasil panennya ke Desa Makata Teri. Hal ini merupakan pemborosan, baik dari segi waktu dan biaya Gambaran Umum Penggilingan Padi Duma Lori Rencana Pendirian Penggilingan Padi Duma Lori Kelompok Tani Duma Lori merupakan salah satu dari 12 Kelompok tani yang terdapat di Kecamatan Katiku Tana. Kelompok ini berencana untuk membuat tempat penggilingan padi yang bernama Duma Lori. Hal ini dilakukan karena di Desa Konda Maloba belum terdapat tempat penggilingan padi. Rencananya penggilingan padi ini akan di buat pada tahun 2009 ini, yang berlokasi di Dusun Lolukalay, Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Penggilingan Padi Duma Lori Penggilingan padi Duma Lori memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan usahanya. Fasilitas tersebut adalah : a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Kelompok Duma Lori dalam hal untuk menggiling padi, yaitu lahan untuk penggilingan sekitar 223 m 2 dan luas bangunan ± 180 m 2 b. Perlengkapan penggilingan. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh Duma Lori untuk menunjang kegiatannya adalah Ember, Terpal, Meja, Kursi, Papan tulis, timbangan, sekop, sapu dan lain-lain. c. Peralatan penggilingan. Peralatan untuk penggilingan, yaitu Mesin penggiling padi, motor penggiling dan corong pembuangan ampas. d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Duma Lori dalam kegiatan usaha adalah tempat penyimpanan padi. Tidak hanya itu, dalam hal mempermudah penghitungan stok padi yang telah digiling sampai dengan penghitungan uang, Pengilingan Duma Lori hanya menggunakan kalkulator. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tenaga kerja Duma Lori yang mahir dalam menggunakan komputer. Oleh

3 karena itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya pihak Duma Lori berupaya melengkapi fasilitas yang ada demi kelancaran usaha penggilingan. Pada proses kegiatan penggilingan, Duma Lori menerima gabah dari kelompok lain yang berdekatan dengan Desa Konda Maloba, hal ini memudahkan kelompok tani lain dibandingkan harus pergi menuju desa lain yang berjarak cukup jauh Kepengurusan Penggilingan Padi Duma Lori Dalam kepengurusannya, Penggilingan Padi Duma Lori mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Penggilingan padi Duma Lori sejumlah 5 orang tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari operator mesin (1 orang), tenaga pengangkut gabah (2 orang) dan tenaga pengemas (2 orang). Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada bagian manajemen SDM. Pada rencana awal berdirinya usaha, penggilingan padi Duma Lori telah membuat struktur organisasi. Struktur organisasi yang dibuat oleh penggilingan padi Duma Lori adalah struktur organisasi sederhana. Struktur organisasi penggilingan padi Duma Lori dapat dilihat pada aspek manajemen Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Padi Duma Lori Sebelum adanya penggilingan padi di Desa Konda Maloba, umumnya masyarakat desa melakukan penggilingan padi di desa Makata Keri. Namun, masyarakat merasakan kesulitan dalam menjangkau lokasi penggilingan padi karena jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan jasa penggilingan. Berangkat dari kesulitan jasa giling yang berada di desa lain, terlebih setelah melihat sejarah usaha ini dan prospek ke depan dalam mendirikan penggilingan padi di desa Konda Maloba, telah membuat kelompok tani Duma Lori tergugah dan termotivasi untuk segera mendirikan tempat usaha penggilingan padi di desa Konda Maloba. Keinginan pendirian penggilingan padi tersebut dilandasi oleh keinginan memenuhi dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat serta, meningkatkan perekonomian desa, sehingga masyarakat desa menaruh harapan bahwa

4 penggilingan padi ini dapat menjadi suatu wadah yang memenuhi kebutuhan masyarakat, baik itu terhadap jasa giling yang bermutu maupun mendapatkan atau memenuhi kebutuhan beras itu sendiri. Pada rencana pengembangan usaha ini, penggilingan padi Duma Lori berencana memanfaatkan lahan yang belum terpakai untuk dijadikan tempat produksi tambahan. Tidak hanya itu, pihak kelompok Tani Duma Lori sudah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang bergerak di bidang penggilingan padi seperti lembaga-lembaga pemerintah di bidang pertanian (Dinas Agribisnis) dan kelompok tani yang berada di Kecamatan lainnya. Dengan adanya penggilingan padi Duma Lori diharapkan kelak akan dapat menjadi sebuah tempat penggilingan padi yang lengkap dengan memiliki fasilitas yang lengkap dan dapat memberikan hasil padi yang berkualitas untuk kelompok tani Duma Lori khususnya dan masyarakat Kecamatan Katiku Tana pada umumnya Bidang Usaha dan Hasil Produksi Rencana penggilingan padi yang akan dibuat adalah memiliki sarana untuk penjemuran, penyimpanan, penggilingan, pemanfaatan limbah dan pengantaran. Kegiatan utama dalam penggilingan padi yang direncanakan adalah jasa yang terkait dengan penggilingan gabah Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja. Selain itu dengan pendirian usaha penggilingan gabah ini, diharapkan dapat membantu meringankan masyarakat sekitar dalam menghemat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan, apabila hendak menggiling gabahnya.

5 4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori di desa Konda Maloba ini dikaji menurut aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha. Aspek-aspek kelayakan usaha tersebut antara lain aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Dari keempat aspek yang dibahas tersebut disesuaikan dengan kondisi usaha penggilingan gabah Duma lori dan menjelaskan apakah usaha ini layak atau tidak untuk didirikan Analisis Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Aspek pasar merupakan aspek yang perlu dianalisis, dengan tujuan mengetahui apakah produk/jasa yang dihasilkan dapat dijual atau tidak, karena bila dilakukan tanpa memperkirakan atau meneliti permintaan produk, maka dikemudian hari usaha akan terancam dan akan timbulnya banyak sekali kesulitan akibat kekurangan atau kelebihan permintaan. Pembahasan pada aspek ini meliputi kondisi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh penggilingan gabah Duma Lori. a. Peluang Pasar Kecamatan Katiku Tana, Desa Konda Maloba merupakan wilayah yang memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian, khususnya padi (Tabel 1). Tanaman padi merupakan komoditas pertanian utama yang ada di Desa Konda Maloba. Hal tersebut dikarenakan tanaman padi merupakan komoditas yang dijadikan mata pencaharian masyarakat Desa Konda Maloba, ditambah dengan lingkungan yang sangat cocok untuk dilakukan penanaman padi. Kecamatan Katiku Tana merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah produksi gabah yang besar. Dengan memiliki jumlah produksi besar, Kecamatan Katiku Tana harus didukung dengan adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil panen, sehingga ketersediaan beras dapat meningkat.

6 Salah satu cara menekan susut hasil panen adalah penggilingan gabah yang baik. Penggilingan gabah Duma Lori merupakan satu-satunya penggilinga gabah yang akan dibuat di Kecamatan Katiku Tana. Rencana pendirian penggilingan Duma Lori berasal dari banyaknya permintaan para petani yang ada di Kecamatan Katiku Tana. Hal tersebut dikarena setiap masa panen, petani Di Kecamatan Katiku Tana sering kali mengalami kesulitan untuk menggiling gabah padi hasil panen. Melalui hasil wawancara, setiap petani selalu mengeluhkan tentang masalah jauhnya jarak untuk melakukan penggilingan gabah. Menurut informasi, tempat penggilingan gabah terdekat berada di Desa Makata Keri yang berjarak 12 km. Hal tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi oleh petani di Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana. Tidak hanya itu, petani di Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana juga sering kali mengeluhkan masalah biaya yang diperlukan untuk transportasi menuju ke tempat penggilingan, sehingga akan memperkecil keuntungan yang diperoleh petani. Tabel 1. Jumlah produksi gabah di Kecamatan Katiku Tana pada tahun 2008 No Jenis Produksi Jumlah (ton) 1 Padi Sawah Padi Ladang Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Tengah, 2008 Berdasarkan data di atas, pendirian penggilingan gabah Duma Lori layak untuk didirikan. Hal tersebut karena dilihat dari hasil produksi padi yang di panen, sehingga jumlah konsumen yang memakai jasa penggilingan gabah Duma Lori adalah seluruh petani yang ada di Desa Konda Maloba. Berdasarkan peluang pasar, pendirian penggilingan gabah Duma Lori memiliki peluang yang sangat besar untuk di dirikan penggilingan gabah di Desa Konda Maloba.

7 b. Kebijakan Bauran Pemasaran Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masingmasing komponen yang disesuaikan dengan kebutuhan penggilingan gabah Duma Lori. 1) Produk Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pihak Kelompok Tani Duma Lori mengenai produk yang ditawarkan berupa jasa penggilingan gabah. Jasa penggilingan gabah yang ditawarkan oleh pihak Kelompok Tani Duma Lori memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu kemudahan akses dalam melakukan penggilingan gabah. 2) Harga Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang dipasarkan. Penggilingan gabah Duma Lori menetapkan harga sama dengan harga yang ditawarkan oleh penggilingan gabah yang berada di Desa Makata Keri. Kisaran harga yang ditawarkan Rp untuk ampas gabah yang diambil dan Rp untuk ampas gabah yang tidak diambil. Penggilingan gabah Duma Lori menghasilkan by product atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan makanan bagi ternak. Harga dedak yang ditetapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah sebesar Rp 2.000/kg. 3) Distribusi Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir. Untuk jasa penggilingan gabah tidak dilakukan saluran distribusi, karena konsumen yang mendatangi ke tempat penggilingan gabah.

8 4) Promosi Promosi yang dilakukan oleh pihak penggilingan gabah Duma Lori adalah dengan cara Direct marketing. Alasan menggunakan cara promosi ini adalah dimana sebagian besar masyarakat di Kecamatan Katiku Tana berprofesi sebagai petani dan masih eratnya hubungan kekeluargaan pada masyarakat setempat Analisis Aspek Keuangan Analisis aspek keuangan dalam pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori terdiri atas hal berikut : a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya Kebutuhan modal pada usaha penggilingan gabah terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha penggilingan gabah dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi. Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada awal usaha Rp ,00. b. Kebutuhan Investasi Pada usaha penggilingan gabah, diperkirakan modal investasi yang dibutuhkan pada periode ke nol Rp ,00. Modal investasi tersebut merupakan suatu kebutuhan untuk melakukan usaha penggilingan gabah yang akan dilakukan oleh pemilik usaha. Oleh sebab itu, kebutuhan investasi yang diartikan pada penelitian ini hanya mencakup investasi pada pembangunan, serta pembelian sarana dan prasarana produksi. investasi beserta umur ekonomis dapat dilihat pada Tabel 2.

9 Tabel 2. Daftar komponen kebutuhan investasi pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori NO ITEM SATUAN INVESTASI HARGA (Rp : a) JUMLA H (b) UMUR EKONO-MI (Tahun) TOTAL (Rp : a x b) 1 Bangunan unit Mesin penggiling unit gabah 3 Mesin motor unit Bak air unit Corong pembuang unit ampas 6 Karet kipas mesin unit Garu unit Timbangan unit Ember unit Terpal unit Meja dan kursi unit Lemari unit Kalkulator unit Sekop unit Gerobak unit Papan tulis unit Alat tulis kantor unit Sapu unit TOTAL BIAYA INVESTASI Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa investasi untuk garu, ember, terpal, sekop, gerobak, sapu, papan tulis, karet kipas mesin, meja dan kursi, lemari dan kalkulator akan berakhir sebelum selesainya umur proyek, yaitu pada tahun ke 2, tahun ke 3, tahun ke 4 dan tahun ke 5. Oleh karena itu, peralatan tersebut harus dilakukan reinvestasi kembali pada tahun berikutnya. c. Kebutuhan Modal Kerja dan Biaya Operasional Kebutuhan modal kerja diperkirakan pada pengembangan usaha ini Rp ,00. Nilai ini diperoleh setelah mengurangi total rencana kebutuhan investasi. Nilai tersebut merupakan modal kerja dan biaya operasional selama 1 bulan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 3.

10 Tabel 3. Rincian biaya tetap pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori per bulan. Gaji KOMPONEN BIAYA TETAP SATUAN HARGA (a) JUMLAH (b) TOTAL (Rp:a x b) Operator mesin penggiling gabah Rp/bln Tenaga pengangkut gabah Rp/bln Tenaga pengemas Rp/bln Bonus Operator mesin penggiling gabah Rp/bln Tenaga pengangkut gabah Rp/bln Tenaga pengemas Rp/bln Biaya lain-lain Rp/bln Biaya penyusutan investasi Rp/thn TOTAL BIAYA TETAP Biaya variabel terdiri dari bahan bakar mesin pengilingan gabah, seperti dimuat pada Tabel 4 Tabel 4. Rincian biaya variabel pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori per bulan KOMPONEN BIAYA VARIABEL SATUAN HARGA (a) JUMLAH (b) TOTAL (a x b) Bahan bakar mesin penggiling gabah Rp/bln d. Sumber Modal Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri. Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas pribadi pemilik dan bantuan pemerintah daerah setempat. e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan Dalam analisis cash flow, manfaat yang diperoleh penggilingan gabah Duma Lori berasal dari jasa penggilingan gabah. Penerimaan yang diperoleh dari hasil kali antara jumlah output dengan harga giling gabah. Harga giling gabah yang berlaku dan disepakati oleh usaha penggilingan gabah Duma Lori adalah Rp 1.000/kg untuk penggilingan gabah dengan mengambil ampas gabah dan Rp 500/kg untuk penggilingan gabah dengan tidak mengambil ampas gabah. Tidak hanya itu, by product yang dihasilkan dari ampas gabah (dedak) dapat dijual dengan harga Rp.

11 1.500,00/kg. Perhitungan secara terperinci dari penerimaan usaha penggilingan gabah Duma Lori dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan untuk nilai sisa dari usaha penggilingan gabah Duma Lori di dapatkan pada akhir umur usaha ini, yaitu pada tahun ke 10. f. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun waktusatu periode (Tim Lentera, 2002). Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002). Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode. Pada penggilingan gabah Duma Lori, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu periode Rp ,00, nilai tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan selama 1 tahun dikurangi total biaya (biaya tetap 1 bulan ditambah biaya variabel 1 bulan), terdiri dari Rp ,00 Rp ,00. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha (Tim Lentera, 2002). Pada pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori, diperoleh R/C sebesar 1,81. Artinya adalah setiap 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,81. Hasil analisis pendapatan usahatani di atas menunjukan bahwa secara teori dalam jangka pendeknya, penggilingan gabah Duma Lori dikategorikan layak diimplementasikan. Hal ini dikarenakan kriteria TR > TC dan R/C > 1 sebagai syarat suatu usaha yang menguntungkan atau layak dapat dipenuhi.

12 g. Kriteria Kelayakan Investasi Asumsi untuk pengembangan usaha penggilingan gabah melalui penyusunan cash flow adalah : 1) Umur usaha yang direncanakan adalah 10 tahun telah disepakati oleh pihak penggilingan gabah Duma Lori. 2) Usaha dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Agustus ) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai. 4) Luas lahan yang digunakan untuk pendirian usaha penggilingan gabah adalah lahan milik salah satu anggota kelompok tani Duma Lori yang dengan sukarela disumbangkannya. Lahan yang digunakan adalah ± 200 m 2. 5) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat ini (harga tahun 2009) dengan asumsi harga konstan selama umur usaha dilakukan. 6) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha penggilingan gabah ini 5 orang. 7) Sumber modal adalah modal sendiri dan bantuan dari pemerintah daerah 8) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 %, yaitu tingkat suku bunga deposito berjangka bulan Maret 2009 (BNI, 2009). 9) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun Apabila laba bersih 0-5 juta Rupiah, maka tidak dikenakan pajak. Bila laba bersih diatas 5 juta dan di bawah Rp. 50 juta akan dikenakan pajak sebesar 5%. Bila nilai laba bersih di atas Rp. 50 juta sampai dengan Rp 100 juta, maka pajak yang dikenakan adalah sebesar 10% 10) Analisis sensitivitas dilakukan dengan satu perubahan, yaitu penurunan kapasitas produksi

13 Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP (Keown, et al, 2001). Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha penggilingan gabah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan usaha penggilingan gabah Kriteria Investasi Nilai Net Present Value (NPV) Profitability Index (PI) 3,284 Internal Rate of Return (IRR) 39% Payback Periode (PBP) 3 tahun 1) NPV Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. NPV atau manfaat bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur ekonomis. NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp ,00. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus masuk penggilingan gabah Duma Lori lebih besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga pendirian usaha yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 4. 2) PI PI atau disebut juga Net B/C, merupakan perbandingan nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada penggilingan gabah Duma Lori 3,284. Nilai ini menunjukan bahwa kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya investasi awal pada pendirian usaha 3,284. pendirian usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan. Nilai PI > 1, maka

14 Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV, dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua kriteria ini menggunakan peubah yang sama (Umar, 2003). 3) IRR IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari penggilingan gabah Duma Lori 39%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 7%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pendirian usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pendirian usaha ini daripada menabung uangnya di bank. Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Dan selanjutnya hingga mencapai atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2001). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada Lampiran 5. 4) PBP PBP merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP pada pendirian usaha ini adalah tiga tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang

15 telah didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama tiga tahun. Penggilingan gabah Duma Lori ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pendirian usaha ini layak untuk diimplementasikan. Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pendirian usaha di atas, dapat disimpulkan secara analisis bahwa penggilingan gabah Duma Lori layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7%, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur penggilingan gabah Duma Lori berakhir. 5) BEP BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan total (TR) perusahaan adalah sama dengan biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis, volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada penggilingan gabah Duma Lori ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp) dan kuantitas (kg), BEP dapat dicapai setelah usaha mencapai penerimaan Rp ,00 atau kg untuk ambil ampas dan kg untuk tidak mengambil ampas. Artinya, penggilingan gabah Duma Lori harus menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam setiap tahun agar dapat menutupi biaya produksinya. h. Analisis Sensitivitas Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam menghasilkan laba (Umar, 2001), maka dari itu penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari penggilingan gabah Duma Lori dengan mengubah beberapa faktor penting.

16 Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga bahan bakar produksi, volume produksi dan harga jual hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario penurunan produksi gabah 25%. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil NPV - Rp ,00, Net B/C atau PI 0,505, dan IRR -1%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa penggilingan gabah Duma Lori peka terhadap penurunan produksi gabah. Dengan demikian, penggilingan Duma Lori perlu untuk mempertahankan volume produksi, bahkan perlu meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga input produksi. Untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan skenario kenaikan harga bahan bakar produksi 20%, penurunan volume produksi sebesar 20% dan harga jual 12%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha penggilingan gabah berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atau Net B/C 1,00 dan IRR 7% Analisis Aspek Teknis Hasil dari aspek pasar menunjukan gambaran masa depan yang cerah bagi usaha yang direncanakan, selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek teknis. Aspek teknis dari penggilingan gabah Duma Lori adalah bangunan tempat penggilingan, mesin penggiling dan peralatan untuk pengangkutan gabah. a. Penentuan Kapasitas Produksi Kapasitas produksi ekonomis merupakan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan waktu tertentu, misalnya satu hari, bulan atau tahun secara menguntungkan. Kapasitas produksi ekonomis berbeda dengan kapasitas produksi teknis yang besarnya ditentukan oleh kemampuan mesin yang terpasang dan persyaratan teknis seperti pengurangan hari kerja operasi normal untuk keperluan servis, reparasi kecil, penggantian suku cadang dan hari libur.

17 Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produksi masa mendatang, kemungkinan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja inti serta ketersediaan mesin dan peralatan. Hasil perhitungan BEP penggilingan gabah Duma Lori menunjukan kapasitas giling mencapai kg untuk ampas yang diambil dan kg untuk ampas yang tidak diambil. Dengan demikian keuntungan yang didapatkan untuk melakukan penggilingan gabah adalah pada kondisi yang melebihi kg dan kg. b. Pemilihan Mesin, Peralatan dan Fasilitas Produksi Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang produksi (ruang giling), kantor/ruang jaga, toilet dan gudang yang berada pada tanah seluas 200 m 2. Ruang produksi berfungsi untuk melakukan proses penggilingan gabah, dimana di dalamnya terdapat mesin penggiling gabah. Pemisahan ruang produksi dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen yang berkunjung, sehingga tidak menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan. Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi melayani kebutuhan administrasi keuangan. Sedangkan gudang, berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling, serta ampas gabah sisa dari penggilingan. Berdasarkan dari informasi di dapat dari sebuah toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin yang baik untuk melakukan penggilingan gabah adalah SATAKE dan LM 24, tetapi yang digunakan adalah mesin giling otomatis merk SATAKE. Mesin giling ini mempunyai kapasitas 1500 kg/jam. Sedang mesin diesel yang digunakan adalah mesin diesel dengan merk DONG FENG dengan tenaga 18 PK. c. Lokasi dan Tata Letak Lokasi tempat pendirian gabah ditetapkan berdasarkan pertimbangan tertentu, yaitu bertempat di lokasi yang tidak jauh dari dusun-dusun yang terdapat di Desa Makatakeri. Lokasi penggilingan Duma Lori ini berada di

18 Kabupaten Sumba Tengah, Kecamatan Katiku Tana, Desa Konda Maloba, Dusun Lolukalay. Toilet Gudang Ruang Produksi Kantor Pintu Gambar 2. Layout penggilingan gabah Duma Lori d. Proses Produksi Proses produksi penggilingan gabah Duma Lori dilakukan dengan cara konsumen datang membawa gabah kering yang siap untuk digiling. Proses penggilingannya meliputi : 1) Penimbangan 2) Pemasukan gabah kering ke dalam mesin 3) Output (beras dan ampas) e. Peralatan dan Perlengkapan Peralatan yang digunakan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1) Mesin penggiling gabah 2) Mesin motor 3) Garu 4) Timbangan 5) Ember 6) Terpal 7) Sekop Perlengkapan yang digunakan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1. Meja dan kursi 2. Kalkulator 3. Papan tulis 4. Alat tulis kantor

19 5. Sapu Analisis Aspek Manajemen Aspek manajemen pada pengembangan usaha penggilingan gabah Duma Lori yang dibahas adalah : a. Kepemilikan Penggilingan gabah Duma Lori berada di bawah kepemilikan kelompok tani Duma Lori. Usaha penggilingan gabah ini merupakan usaha kolektif yang pengoperasiannya dipercayakan pada satu orang yang bertindak sebagai manajer operasional dan merupakan anggota kelompok tani Duma Lori. Untuk urusan modal ditanggung oleh seluruh anggota kelompok tani Duma Lori dan bantuan dari pemerintah daerah setempat, yang penggunaannya dilimpahkan seluruhnya pada manajer operasional dan harus dipertanggungjawabkan penggunaannya pada seluruh anggota kelompok pada periode yang telah disepakati bersama b. Struktur Organisasi Pada usaha penggilingan gabah Duma Lori, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis (Gambar 3). Struktur organisasi ini merupakan ketetapan dan telah disepakati oleh seluruh anggota kelompok tani Duma Lori. Alasan dari kelompok tani Duma Lori menggunakan struktur organisasi lini atau garis, karena memudahkan dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.

20 KELOMPOK TANI DUMA LORI MANAJER OPERASIONAL OPERATOR MESIN TENAGA PENGANGKUT GABAH TENAGA PENGEMAS Gambar 3. Struktur organisasi penggilingan gabah Duma Lori c. Deskripsi Pekerjaan Struktur organisasi lini atau garis yang telah dijelaskan memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung dengan pembagian kerja yang sederhana. Deskripsi pekerjaan yang ada di usaha penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1) Kelompok Tani Duma Lori bertugas untuk mengontrol dan menerima laporan kinerja usaha penggilingan gabah Duma Lori langsung dari manajer operasional dalam periode waktu yang telah disepakati. 2) Manajer operasional bertanggungjawab untuk memberikan laporan pertanggungjawaban tentang kinerja usaha penggilingan gabah kepada Kelompok Tani Duma Lori dan melakukan kontrol, serta mengelola kelancaran kegiatan operasional usaha penggilingan gabah Duma Lori. 3) Operator mesin bertugas mengoperasikan mesin penggilingan dan merawat mesin penggilingan agar tetap beroperasi secara maksimal. 4) Tenaga pengangkut bertugas untuk menimbang gabah sebelum digiling dan memasukan gabah yang sudah ditimbang ke mesin penggilingan. 5) Tenaga pengemas bertugas untuk mengemas gabah dan ampas melalui proses penggilingan. d. Sistem Kompensasi Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat pada penggilingan gabah Duma Lori merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja kerja ini memperoleh gaji

21 dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja adalah mulai dari Rp ,00 Rp ,00 per bulan. Penggilingan gabah Duma Lori tidak hanya memberikan gaji, tetapi juga memberikan bonus per bulan kepada tenaga kerjanya. Tabel 6 menjelaskan klasifikasi sistem kompensasi di usaha penggilingan gabah Duma Lori. Tabel 6. Klasifikasi sistem kompensasi usaha penggilingan gabah Duma Lori No Jabatan Gaji (Rp) / Bulan Bonus (Rp) / Bulan 1 Manajer operasional Operator mesin Tenaga pengangkut Tenaga pengemas Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Duma Lori ini memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk kategori layak. e. Peraturan dan Sanksi Kerja Peraturan yang diterapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1) Jam kerja mulai dari pukul WITA bagi seluruh pegawai 2) Berpakaian rapih dan sopan, dimana untuk pegawai tenaga pengangkut dan tenaga pengemas diharuskan mengenakan sepatu boot yang telah disediakan oleh penggilingan gabah Duma Lori. 3) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan menjaga kenyaman konsumen. 4) Setiap tenaga kerja dilarang untuk masuk terlambat.

22 5) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal yang merupakan milik penggilingan gabah Duma Lori 6) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi penggilingan gabah Duma Lori. Sanksi-sanksi kerja yang diterapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah pemotongan gaji dan skorsing, jika sudah terlalu sering melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku di penggilingan gabah Duma Lori. f. Sistem Pemutusan Tenaga Kerja Pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila tenaga kerja diketahui melakukan pelanggaran kerja yang sudah sangat fatal, yaitu melakukan tindakan kriminal dan sudah mendapatkan sanksi dari pihak penggilingan gabah Duma Lori lebih dari 4 kali Aspek Dampak Usaha Pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori ini ke arah jasa dan usaha penggilingan gabah dapat memenuhi keinginan masyarakat Desa Konda Maloba dan Kecamatan Katiku Tana akan tempat penggilingan gabah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Dengan berdirinya usaha penggilingan gabah ini, mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha, khususnya di bidang pertanian, sehingga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Kecamatan Katiku Tana. Antisipasi terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan oleh usaha penggilingan gabah ini adalah ampas sekam kasar dan suara bising yang ditimbulkan oleh mesin. Oleh karena itu, pihak pengelola telah mempertimbangkan lokasi usaha yang tidak terlalu berdekatan dengan perumahan masyarakat dan untuk sekam kasar telah disediakan tempat yang kosong berdekatan dengan bangunan usaha penggilingan gabah Duma Lori Implikasi Managerial Pengembangan Usaha Pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori dapat direlisasikan jika pemilik usaha, yaitu kelompok tani Duma Lori, memiliki keyakinan dan

23 kesungguhan dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi masalah dana, pemilik perlu mengajak dan meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha ini, sehingga pemilik tidak terlalu kesulitan dalam hal dana. Pemilik juga harus mempersiapkan kondisi internalnya, terutama bagian keuangan, agar dapat membentuk sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan penghitungan kerugian dan keuntungan. Selain itu, pemilik perlu memperhatikan tentang perizinan dan legalitas, serta meminta rekomendasi pada Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Tengah. Dengan diakuinya legalitas usaha tersebut, akan memperoleh perlindungan dari pemerintah setempat, bantuan yang bersifat pelatihan ataupun pengadaan fisik dan informasi-informasi yang dapat menguntungkan bagi usaha penggilingan gabah Duma Lori.

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan Wilayah: Menentukan dua wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau ANTARTIKA MANAGEMENT ini adalah

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau ANTARTIKA MANAGEMENT ini adalah BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha di pabrik baru yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24 ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING Nama : Mamih Mayangsari Npm : 14211268 Kelas : 3EA24 Latar Belakang Suatu kegiatan bisnis pasti melibatkan banyak pihak yang memiliki berbagai kepentingan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pengembangan bisnis PT. Dagang Jaya dalam pendistribusian dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci