GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KOTA BANDUNG

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 201, pp. 383~388 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KOTA BANDUNG Mery Tania Universitas BSI Abstrak Pertumbuhan penduduk lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat dibandingkan dengan kelompok usia lain. Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi fisik lansia salah satunya resiko jatuh. Keluarga memiliki peranan penting mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keluarga Terhadap Pencegahan Resiko Jatuh Pada Lansia di wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar responden (2,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan baik. Sebagian responden (53,4%) memiliki sikap yang mendukung. Hampir semua responden (88,3%) termasuk dalam kategori perilaku yang baik Pendahuluan Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anakanak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan dan dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses yang alami dan menjadi bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Masa tua inilah yang menjadi masa hidup manusia yang terakhir. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Pertumbuhan penduduk lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali dihubungkan dengan wilayah yang lebih berkembang di dunia. Pertumbuhan lansia di negara berkembang lebih cepat dari pada negara yang sudah berkembang. Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 0 tahun ke atas diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun Sementara Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India, dan Jepang. Penduduk lansia di Indonesia tahun 2000 berjumlah 14,4 juta (7,18%), pada tahun 2005 berjumlah 18,7 juta (8,42%), tahun 2010 meningkat menjadi 9,77% dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta (11,34). Diperkirakan saat ini jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang penduduk Indonesia terdapat 1 lansia (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2011). Menjelang tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 50 juta jiwa (Kamel, Abdulmajeed & Ismail, 2013). Angka harapan hidup lansia di Jawa Barat pada tahun berjumlah, juta jiwa, pada tahun sekitar 9,0 juta jiwa, dan pada tahun meningkat menjadi 70,9 juta jiwa, dan pada tahun mencapai 72,3 juta jiwa, bahkan pada tahun jumlahnya makin meningkat menjadi 73,2 juta jiwa di Jawa Barat. Sedangkan data penduduk lansia di Kota Bandung sendiri mencapai orang atau mencapai % dari total penduduk Kota Bandung yaitu sebanyak 2,4 juta orang (Kemensos, 2012). Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoatmodjo, 2007). Peningkatan jumlah lansia ini tentu akan menjadikan masalah bagi keluarga, masyarakat bahkan pemerintah jika tidak ada motivasi bagi mereka untuk bisa mandiri melakukan aktivitas seharihari. Hal ini dikarenakan angka ketergantungan akan Diterima Februari, 201; Revisi 12 Maret, 201; Disetujui Maret, 201

2 semakin tinggi jika lansia tidak melakukan aktivitas seharihari yang mana kegiatan itu sebenarnya adalah kegiatan yang mendasar untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka (Tamher,2011). Berbagai masalah kesehatan yang dihadapi lansia antara lain gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kepikunan, buang air kecil maupun buang air besar, asupan makan dan minum yang kurang, dan lain sebagainya. Permasalahan yang dihadapi usia lanjut tersebut bisa menjadi masalah yang kompleks karena bisa menimbulkan banyak masalah yang berkelanjutan. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahanperubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan seharihari. Dengan menilik hal tersebut setidaknya penting bagi keluarga dengan lansia untuk lebih peduli dan memperhatikan dengan seksama kaum lansia dengan lebih dalam lagi (Nita, 2011). Kondisi fisik lansia dapat berpengaruh dalam kehidupan seharihari seperti jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada populasi lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang memiliki derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan akan ADL (aktivitas hidup seharihari), penurunan kualitas hidup dan yang paling memprihatinkan adalah kematian (Jamebozorgi et al, 2013). Usaha pencegahan jatuh merupakan langkah awal yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan (Darmojo & Boedhi, 200). Pencegahan jatuh dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik dan koordinasi keseimbangan, dan memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman (Jamebozorgi et al, 2013). Untuk melakukan pencegahan agar lansia tidak beresiko untuk jatuh, maka di perlukan pengetahuan dan perilaku yang baik dari orang terdekat lansia, misalnya anak, cucu, menantu atau anggota keluarga yang lain. Melalui pengetahuan dan perilaku yang baik, maka akan tercipta lingkungan yang aman bagi lansia. Hal yang bisa dilakukan adalah memodifikasi lingkungan rumah seperti membuat lantai tidak licin, lantai yang rata, tidak ada barangbarang yang berserakan di lantai, pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan serta mengurangi tangga yang ada di jalur lansia berjalan. Sekitar 24% lansia jatuh di tangga dan 3% jatuh terjadi di luar. Keluarga mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup lansia kearah yang lebih baik, salah satunya adalah mencegah terjadinya jatuh pada lansia (Kamel, Abdulmajeed & Ismail, 2013). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik, akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai sikap maka pengetahuan itu tidak berarti (Notoatmodjo, 2003). Menurut Susanti (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan kategori cukup. Pembentukan sikap tidak terjadi secara mudah melainkan butuh proses. Menurut Afi (2014) terdapat hubungan antara perilaku dengan resiko jatuh pada lansia. Hasilnya adalah sebaikbaiknya perilaku yang dimiliki oleh keluarga, akan tetapi kalau tidak didukung dengan faktor pendukung seperti lingkungan yang baik, sosial ekonomi keluarga yang baik dan kesehatan lansia yang baik maka akan menghasilkan resiko jatuh tinggi pada lansia. Sedangkan perilaku yang baik dan didukung faktor pendukung seperti diatas maka resiko jatuh akan rendah dan bahkan tidak beresiko. Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Azwar, 2007).Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (optimum aging) (PKPU, 2011). 384

3 Hasil jumlah lansia (usia 0 tahun) untuk cakupan puskesmas Arcamanik terdapat 197 orang lansia di dua kelurahan yaitu kelurahan Sukamiskin dan Bina Harapan. Jumlah tertinggi Lansia berada di Kelurahan Sukamiskin dengan jumlah 1058 orang lansia yang tersebar di 17 RW. Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah penelitian yaitu: Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Keluarga Terhadap Faktor Resiko Jatuh Pada Lansia di wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung? 2. Metode Penelitian Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan (Dharma,KK, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga Lansia di wilayah binaan Puskesmas Arcamanik kelurahan Sukamiskin Kota Bandung. Adapun jumlah Lansia Di wilayah binaan Puskesmas Arcamanik kelurahan Sukamiskin Kota Bandung berjumlah 1058 kepala keluarga yang tinggal bersama lansia. Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini (Dharma, 2011). Maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified random sampling. Dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unitunit tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin : Keterangan : N : Jumlah Populasi n : Jumlah Sampel e :Batas kekeliruan yang dikehendaki (10%) sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : N = 88,1 = 88 keluarga NO RW JUMLAH POPULASI SAMPEL LANSIA , , ,3 5,5 7,3,5 5,9 4,1 1,4,2 TOTAL 88 Berdasarkan rumus yang ada di dapatkan 88 keluarga yang memiliki Lansia yang di jadikan sampel untuk penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean dan ratarata, median, dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian ini memiliki 3 variabel yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga

4 3. Pembahasan Karakteristik responden tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku dan Sikap Keluarga Terhadap Faktor Resiko Jatuh Pada Lansia di wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung ditampilkan pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 1 Karakteristik Responden di Wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Tahun 201 Karakteristik Kategori F % 1. Jenis Kelamin 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Sumber Informasi Perempuan Lakilaki 2030 tahun 3140 tahun 4150 tahun 510 tahun sekolah SD SMP/SLTP SMA PT Bekerja Wiraswasta Swasta Buruh pabrik Puskesmas Televisi Internet Radio mendapat informasi ,7 77,3 43,2 34,1 5,7 45,5 20,5 25,0 20,5 37,5 47,7,8 13, 31,8 Total % Tabel 4.1 menggambarkan karakteristik Jenis Kelamin responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin lakilaki dengan jumlah 8 orang (77,3%), dan sebagian kecil responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 20 orang (22,7%) Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di Wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Tahun 201 Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang F % ,5 32,9 4,54 Total % Tabel 4.2 menggambarkan tingkat pengetahuan keluarga lansia. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden (2,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan baik, hampir setengah responden (32,9%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan yang cukup, dan sebagian kecil responden dengan kategori pengetahuan kurang (4,54%). Tabel 3 Distribusi Sikap Responden di Wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Tahun 201 Kategori F % Mendukung mendukung ,4 4,5 Total % Tabel 4.3 menggambarkan sikap keluarga lansia. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian responden (53,4%) memiliki sikap yang mendukung, dan hampir setengah responden memiliki sikap tidak mendukung (4,5%). Dalam penelitian yang dilakukan pada 88 responden di wilayah binaan puskesmas Arcamanik kelurahan sukamiskin kota Bandung diketahui bahwa sebagian responden (2,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan baik, hampir setengah responden (32,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan yang cukup, dan sebagian kecil responden dengan kategori pengetahuan kurang (4,54%). Dalam penelitian ini setengah responden (43,2%) memiliki kategori umur yang produktif sehingga faktor umur dapat mempengaruhi pengetahuan individu. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, makin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin lakilaki, dalam hal ini disebabkan karena lakilaki sebagai pencari nafkah lebih sering berada diluar rumah sehingga pertukaran informasi dengan teman kerja menjadi lebih banyak (Fitriani, 2011). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Fitriani, 2011). Hasil penelitian didapatkan sebagian responden memiliki pengetahuan yang baik, 38

5 hal ini disebabkan karena faktor pendidikan responden, dimana hasil penelitian didapatkan setengah responden (45,5%) dengan pendidikan SMA. Seseorang dengan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk menerima informasi sehingga dengan semakin banyak informasi yang diperolehnya maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012). Sumber informasi dalam penelitian ini hampir setengah responden (47,7%) memiliki sumber informasi mengenai pencegahan resiko jatuh melalui puskesmas. Informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini informasi yang diberikan Puskesmas Arcamanik Kota Bandung cukup baik untuk pengetahuan responden, sehingga responden dapat menambah wawasan mengenai pencegahan resiko jatuh pada lansia. 4. Simpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Keluarga Terhadap Faktor Resiko Jatuh Pada Lansia di wilayah Binaan Puskesmas Arcamanik Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa: Sebagian besar responden (2,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan baik, hampir setengah responden (32,5%) termasuk dalam kategori dengan pengetahuan yang cukup, dan sebagian kecil responden dengan kategori pengetahuan kurang (4,54%). sebagian responden (53,4%) memiliki sikap yang mendukung, dan hampir setengah responden memiliki sikap tidak mendukung (4,5%). Hampir semua responden (88,3%) termasuk dalam kategori perilaku yang baik, dan sebagian kecil responden (11,3%) termasuk kedalam kategori buruk. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data atau informasi dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut dan menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih baik, jumlah sampel yang lebih banyak serta tidak hanya menggambarkan Pengetahuan, perilaku dan sikap keluarga dalam pencegahan resiko jatuh pada lansia saja tetapi bisa mencari tahu Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Seharihari pada Lansia Referensi Arikunto, Alimul, AA Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Al Rasyid, H Teknik Pengambilan Sampel Dan penyusunan Skala. Bandung: Pascasarjana Universitas Padjajaran. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depkes RI Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa dipelayanan Kesehatan Umum. Bandung: Direktorat Kesehatan Jiwa. Depkes RI Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Pelayanan Keperawatan dan Direktorat Pelayanan Medik. Effendy, N Dasardasar Keperawatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hawari, D Kedokteran Jiwa dan Kesehtan Jiwa di Indonesia Menyongsong Hari Esok. Jakarta: Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FKUI. Hawari, D Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Gaya Baru. Keliet, Budi Ana Reran Serta keluarga Dalam Perawatan klien Gangguan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Maslim, R Buku Saku Gangguan Jiwa Rujukan Ring Dari PPDGJ III Jakarta: EGC. 387

6 Mardjono, M Empat Permasalahan Kesehatan Vtama Dalam Negara Modern dan Indutri. LIPI Bidang Kesehatan. Mardalis Metode Penelitian Snatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip prinsip Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rasmun Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Fajar Interpratama. Suliha, U, dkk Pendidikan kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Suprajitno Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC. Sugiyono Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tim Direktorat Kesehatan Jiwa cet. III. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: rumah sakit Jiwa. Yosep, I Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama. 388