BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi Postest Kelompok Intervensi O1 X O2 Kelompok Kontrol O1 - O2 Keterangan : O1 : pretest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida X O2 : dilakukan penyuluhan yaitu tentang penyemprotan pestisida : postest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Waktu penelitian bulan November 2010 sampai bulan Februari tahun Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bekerja sebagai petani jeruk, sebanyak 134 kk.

2 3.3.2 Penentuan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Penggunaan teknik ini berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat sebelumnya (Mardalis, 1995). Adapun ciri -ciri atau kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Merupakan petani jeruk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. 2. Melakukan kegiatan penyemprotan pestisida. 3. Bersedia menjadi sampel. 4. Berdasarkan efektifitas penyuluhan. Dari kriteria di atas di peroleh sampel sebanyak 40 kk. Sampel untuk kelompok intervensi 20 kk dan sampel untuk kelompok kontrol 20 kk. Menurut Gay dalam Hasan (2002), ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian experimental adalah 15 sampel per kelompok Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan terlebih dahulu Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

3 3.5. Tahapan Penelitian Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi : 1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan November 2010 untuk mengetahui karakteristik responden yang akan dipilih sebagai responden. 2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan mengambil profil Desa Serdang di kantor kepala desa. 3. Pada bulan Januari 2011, sebelum penyuluhan dilakukan pre-test tentang pengetahuan dan sikap petani tentang penyemprotan pestisida dengan menggunakan kuesioner pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 4. Melakukan penyuluhan setelah pre-test pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan. 5. Setelah seminggu pre-test pada kelompok kontrol dilakukan post-test dan pada kelompok intervensi setelah penyuluhan langsung dilakukan post-test Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penelitian dalam penelitian ini, maka penulis memberi batasan sebagai berikut: 1. Penyuluhan adalah penyampaian keterangan atau informasi melalui pertemuan langsung peneliti dengan petani jeruk.

4 2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit pada tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil petanian. 3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. 4. Penyemprotan pestisida adalah kegiatan mengaplikasikan pestisida dengan cara disemprot. 5. Kelompok intervensi adalah kelompok yang diberi perlakukan (penyuluhan pestisida). 6. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakukan (penyuluhan pestisida). 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden (petani jeruk) tentang cara menggunakan pestisida dan efek negatif dari penggunaan pestisida terhadap kesehatan. 8. Sikap adalah respon atau tanggapan petani terhadap pestisida dan efek negatif pestisida terhadap kesehatan Aspek Pengukuran Pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan berdasarkan perolehan skor nilai dari pertanyaan yang diajukan, dimana jika menjawab a diberi skor 0 dan jawaban b diberi skor 1. Skala pengukuran pengetahuan dan sikap didasarkan pada jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan:

5 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75% dari seluruh skor yang ada. 3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <40% dari seluruh skor yang ada. 1. Pengetahuan Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran pengetahuan responden adalah: a. Tingkat pengetahuan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15. b. Tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < Sikap Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran sikap responden adalah: a. Tingkat sikap baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15. b. Tingkat sikap sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8 15.

6 c. Tingkat sikap kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan. 2. Koding, mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu. 3. Entri data 3.9. Analisis Data Data di analisis dengan menggunakan uji statistik yaitu Paired Sample T-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan didasarkan pada taraf signifikansi p<0,05. Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi, tabel dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.

7 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis Daerah penelitian adalah Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo, Desa Serdang memiliki luas wilayah adalah 728 Ha, dimana Desa Serdang merupakan daerah pertanian dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pertumbuken Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barusjahe Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penampen Data Demografi A. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe pada tahun 2010 sebanyak 862 jiwa. B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang dapat dilihat pada table 4.1 berikut : Table 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase(50%) 1. Laki-laki ,0 2. Perempuan ,0 Jumlah Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

8 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 431 jiwa (50 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 431 jiwa (50 %). C. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Table 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1. Petani ,0 2. Wiraswasta PNS Tidak Bekerja Lainnya Jumlah Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 457 jiwa (53,0%) dan penduduk yang paling sedikit adalah yang memiliki pekerjaan lainnya seperti supir atau pekerjaan tidak tetap ada sebanyak 5 orang (0,6%). D. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama 4.3 berikut: Distribusi penduduk Desa Serdang berdasarkan agama dapat dilihat pada table Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Agama Jumlah Persentase (%) 1. Protestan ,0 2. Katolik ,3 3. Islam 40 4,6 Jumlah Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

9 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling banyak adalah menganut agama Protestan sebanyak 509 jiwa (59 %) dan penduduk yang paling sedikit adalah menganut agama Islam yaitu sebanyak 40 jiwa (4,6 %). E. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Suku Bangsa Jumlah Persentase (%) 1. Karo ,4 2. Jawa 7 0,8 3. Batak 3 0,3 4. Nias 3 0,3 5. Mandailing 1 0,1 Jumlah Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe memiliki 5 jenis suku yaitu suku Karo, Jawa, Batak, Nias, dan Mandailing. Penduduk yang paling banyak adalah suku Karo yaitu sebanyak 848 jiwa ( 98,4 %), sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah suku Mandailing sebanyak 1 jiwa (0,1 %) Data Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

10 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jenis Kelamin Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % Laki-Laki 19 95, ,5 Perempuan 1 5, ,5 Jumlah Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dari pada berjenis kelamin perempuan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (95%) pada kelompok intervensi dan 18 orang (90%) pada kelompok kontrol. Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 1 orang (5%) pada kelompok intervensi dan 2 orang (10%) pada kelompok kontrol. Untuk keseluruhan responden dari 40 responden terdiri dari 37 orang (92,5%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang (7,5%) jenis kelamin perempuan Umur Responden Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Umur Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % ,0 3 15,0 6 15, ,0 6 30, , ,0 9 45, , ,0 2 10,0 3 7, , ,5 Jumlah Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kelompok intervensi ada pada kelompok umur dengan jumlah 8 orang (40%) dan pada kelompok kontrol ada pada kelompok umur dengan jumlah 9 orang

11 (45%). Sedangkan paling sedikit pada kelompok intervensi adalah pada kelompok umur dan dengan jumlah masing-masing 1 orang (5%) serta pada kelompok kontrol adalah pada kelompok umur dengan jumlah 2 orang (10%). Untuk keseluruhan responden dari 40 responden paling banyak pada kelompok umur dengan jumlah 16 orang (40%) dan yang paling sedikit pada kelompok umur dengan jumlah 1 orang (2,5%) Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.7berikut : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Pendidikan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tamat SD 7 35,0 5 25, ,0 Tamat SLTP 5 25,0 7 35, ,0 Tamat SLTA 8 40,0 7 35, ,5 Tamat PT/Akademi ,0 1 2,5 Jumlah Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak memiliki tingkat pendidikan SLTA pada kelompok intervensi yaitu 8 orang (40%) dan pada kelompok kontrol dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yang masing-masing berjumlah 7 orang (35%). Sedangkan yang paling sedikit memiliki pendidikan SLTP sebanyak 5 orang (25%) pada kelompok intervensi dan pendidikan tamat PT/Akademi sebanyak 1 orang (5%) pada kelompok kontrol. Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak memiliki pendidikan SLTA yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan paling sedikit memiliki pendidikan tamat PT/Akademi yaitu sebanyak 1 orang (2,5%).

12 Lamanya Bekerja Lamanya responden bekerja dalam hal penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Lamanya Bekerja Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % , , ,5 Jumlah Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kelompok intervensi sebanyak 11 orang (55%) dengan lama bekerja dalam hal penggunaan pestisida adalah dari 11 tahun sampai 20 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol responden yang terbanyak yaitu 10 orang (50%) dengan lama bekerja dalam hal penggunaan pestisida adalah dari 1 tahun sampai 10 tahun. Responden pada kelompok intervensi yang paling sedikit berjumlah 3 orang (15%) dan kelompok kontrol dengan jumlah 2 orang (10%) dengan lama bekerja dalam penggunaan pestisida dari 21 tahun sampai 30 tahun. Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak yaitu sebanyak 19 orang (47,5%) dengan lama bekerja 11tahun sampai 20 tahun dan yang paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (15,5%) dengan lama bekerja 21 tahun sampai 30 tahun.

13 4.3. Analisa Data Analisa Univariat Pengetahuan Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut adalah distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan (Tabel 4.9): Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Sumber pestisida yang dapat digunakan Jawaban Benar Jawaban Salah Tempat penyimpanan pestisida Jawaban Benar Jawaban Salah Pestisida berbahaya jika diangkut bersama makanan Jawaban Benar Jawaban Salah APD (Alat Pelindung Diri) yang harus dipakai Jawaban Benar Jawaban Salah Waktu APD harus dipakai Jawaban Benar Jawaban Salah Pencampuran pestisida yang dianjurkan Jawaban Benar Jawaban Salah Tempat penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida Jawaban Benar Jawaban Salah

14 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 8. Pencampuran pestisida dengan alat khusus Jawaban Benar Jawaban Salah Waktu untuk melakukan penyemprotan Jawaban Benar Jawaban Salah Apakah tanaman jeruk bisa keracunan Jawaban Benar Jawaban Salah Tujuan penyemprotan Jawaban Benar Jawaban Salah Sisa pencampuran pestisida harus dikubur Jawaban Benar Jawaban Salah Aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah selesai penyemprotan Jawaban Benar Jawaban Salah Kondisi cuaca tidak dapat dilakukan penyemprotan Jawaban Benar Jawaban Salah Pakaian harus dicuci setelah penyemprotan Jawaban Benar Jawaban Salah Akibat pestisida terhadap kesehatan Jawaban Benar Jawaban Salah Pestisida tertelan dapat menyebabkan keracunan Jawaban Benar Jawaban Salah

15 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 18. Keracunan pestisida dapat melalui kulit Jawaban Benar Jawaban Salah Keracunan pestisida dapat melalui mata Jawaban Benar Jawaban Salah Keracunan pestisida dapat melalui pernafasan Jawaban Benar Jawaban Salah Berdasarkan tabel 4.9. di atas diketahui bahwa pada pertanyaan pertama tentang pestisida yang dapat digunakan yaitu pestisida yang terdaftar dan mendapat izin dari dinas pertanian, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sumber pestisida yang dapat digunakan. Pada pertanyaan kedua tentang pestisida harus disimpan di tempat khusus dengan wadah asli dan jauh dari jangkauan anak-anak, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan

16 responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tempat penyimpanan pestisida. Pada pertanyaan ketiga tentang pestisida berbahaya jika diangkut bersama makanan atau bahan makanan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 85% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 80% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pengangkutan pestisida berbahaya jika diangkut bersama bahan makanan. Pertanyaan keempat tentang alat pelindung diri yang harus dipakai saat penyemprotan berupa sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung kepala, sepatu boot dan pakaian kerja, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tetap 100%. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang alat pelindung diri yang harus dipakai. Pada pertanyaan kelima tentang alat pelindung diri harus dipakai saat mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 65% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang

17 alat pelindung diri harus dipakai saat mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan. Pada pertanyaan keenam tentang pencampuran pestisida harus sesuia dengan anjuran yang ada pada kemasan pestisida, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 70% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pencampuran pestisida harus sesuai dengan anjuran yang ada pada kemasan pestisida. Selanjutnya pada pertanyaan ketujuh tentang penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di ruang terbuka, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak berubah pada saat pretest dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Sedangkan pada pertanyaan kedelapan tentang pencampuran pestisida harus dengan alat khusus, responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar tetap 100%. Pada pertanyaan kesembilan tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam WIB atau sore jam WIB, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 45% menjadi 70% dan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang

18 menjadi tahu tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam WIB atau sore jam WIB. Pada pertanyaan kesepuluh tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pretest dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 70% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida. Pada pertanyaan kesebelas tentang tujuan penyemprotan adalah mengendalikan serangan hama, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tujuan penyemprotan. Pada pertanyaan kedua belas tentang sisa pencampuran pestisida setelah penyemprotan sebaiknya dikubur dibawah tanah sedalam 40cm, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 65% menjadi 70%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 60% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sisa pencampuran pestisida harus dikubur.

19 Selanjutnya pada pertanyaan ketiga belas tentang setelah penyemprotan harus mandi, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Sedangkan pada pertanyaan keempat belas tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan matahari terik, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tetap 100%. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 80% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan matahari terik. Pada pertanyaan kelima belas tentang pakain sewaktu penyemprotan langsung dicuci selesai penyemprotan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pakaian langsung dicuci selesai penyemprotan. Pada pertanyaan keenam belas tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan pada manusia, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

20 atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Pada pertanyaan ketujuh belas tentang pestisida tertelan dapat menyebabkan keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi tentang pestisida telan dapat menyebabkan keracunan. Selanjutnya pada pertanyaan ke delapan belas tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat kulit, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 80% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 90% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat kulit. Pada pertanyaan kesembilan belas tentang pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi tentang pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan. Sedangkan pada pertanyaan kedua puluh tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat pernafasan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok

21 intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.1. dan gambar 4.2. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut : Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Sedangkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut :

22 Gambar 4.2. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jika variabel pengetahuan responden di distribusikan berdasarkan kategori pengetahuan dapat di lihat pada tabel 4.10 berikut : Tabel : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Buruk Sedang Baik Jumlah Sikap Indikator sikap diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut merupakan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan (tabel 4.11):

23 Tabel Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Membaca petunjuk pemakaian sebelum menggunakan pestisida Setuju Tidak setuju Pestisida yang digunakan harus memiliki ijin dari Dinas Pertanian Setuju Tidak setuju Pestisida harus disimpan di tempat khusus Setuju Tidak setuju Pestisida berbahaya diangkut bersama makanan Setuju Tidak setuju Pencampuran pestisida harus sesuai anjuran pada kemasan Setuju Tidak setuju Penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus ditempat terbuka Setuju Tidak setuju Anak-anak tidak diijinkan disekitar tempat penyemprotan Setuju Tidak setuju Dosis yang digunakan sesuai petunjuk pemakaian Setuju Tidak setuju Memakai alat pelindung diri (APD) ketika melakukan penyemprotan Setuju Tidak setuju

24 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 10. Jenis alat pelindung diri ( APD) yang cocok adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan Setuju Tidak setuju Pada saat menyemprot tidak makan dan minum Setuju Tidak setuju Menyemprot mengikuti arah angin Setuju Tidak setuju Menyemprot sebaiknya pada saat hujan Setuju Tidak setuju Menyemprot pada saat terik matahari Setuju Tidak setuju Menyemprot pada saat angin kencang Setuju Tidak setuju Pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu Setuju Tidak setuju Setelah penyemprotan pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun Setuju Tidak setuju Pakaian saat penyemprotan tidak dipakai dalam pekerjaan selanjutnya Setuju Tidak setuju

25 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 19. Pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan Setuju Tidak setuju Petani mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida Setuju Tidak setuju Berdasarkan tabel di atas diketahui pada pernyataan pertama yang menyatakan agar membaca petunjuk pemakaian sebelum menggunakan pestisida, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan kedua yang menyatakan pestisida yang dapat digunakan harus pestisida yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi 60% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik tentang sumber pestisida yang dapat digunakan. Pada pernyataan ketiga yang menyatakan pestisida harus ditempatkan di tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal

26 ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan keempat yang menyatakan pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap responden pada kelompok intervensi yang menjadi lebih baik tentang pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan. Pada pernyataan kelima yang menyatakan pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida, responden yang setuju pada kelompok kontrol menurun dari 75% menjadi 70% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida. Selanjutnya pada pernyataan keenam yang menyatakan penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi sikap responden tidak berubah yaitu tetap 100% setuju. Sedangkan pada pernyataan ketujuh yang menyatakan anakanak tidak diijinkan berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan

27 (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pada pernyataan kedelapan yang menyatakan dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test yaitu 65% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 65% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Sedangkan pada pernyataan kesembilan yang menyatakan ketika melakukan penyemprotan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pernyataan kesepuluh yang menyatakan jenis alat pelindung diri yang cocok digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan kesebelas yang menyatakan pada saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal

28 ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik tentang saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok. Sedangkan pada pernyataan kedua belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan menjadi lebih baik tentang menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin. Pada pernyataan ketiga belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat hujan, responden yang tidak setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan keempat belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat terik matahari, responden yang tidak setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi 60% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden menjadi lebih baik tentang menyemprot pada saat terik matahari. Selanjutnya pada pernyataan kelima belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat angin kencang, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Dan pada pernyataan keenam belas yang menyatakan pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak

29 berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 95% dan pada kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pada pernyataan ketujuh belas yang menyatakan setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pretest dan post-test yaitu 100% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun. Selanjutnya pada pernyataan kedelapan belas yang menyatakan pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 70% menjadi 80% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik sikapnya tentang pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain. Selanjutnya pada pernyataan kesembilan belas yang menyatakan pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test yaitu 95% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden

30 pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik tentang pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Sedangkan pada pernyataan kedua puluh yang menyatakan sebaiknya setiap petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 100% menjadi 95% tetapi pada kelompok intervensi tidak berubah yaitu 100% setuju. Hal ini menunjukkan sikap responden tentang petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida sudah baik. Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.3. dan gambar 4.4. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.3. berikut: Gambar 4.3. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

31 Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut : Gambar 4.4. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jika variabel sikap responden di distribusikan berdasarkan kategori sikap dapat di lihat pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 No. Sikap Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Buruk Sedang Baik Jumlah

32 Analisis Bivariat Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut : Tabel Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Pengetahuan Sebelum 15,70 Sesudah 16,15 0,107 Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik paired sample t- test dapat dilihat pada tabel 4.13diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden pada pre-test sebesar 15,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi perlakuan diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebesar 16,15. Selain itu diperoleh nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut : Tabel Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Pengetahuan Sebelum 16,25 Sesudah 19,90 0,000

33 Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 4.14 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 16,25 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,90. Selain itu, diperoleh nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Sikap Sebelum 17,70 Sesudah 17,95 0,287 Berdasarkan hasil analisisi dengan menggunakan uji statistik paired sample t- test dapat dilihat pada tabel 4.15 dimana diperoleh nilai rata-rata sikap responden pada pre-test sebesar 17,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi perlakuan diperoleh nilai rata-rata sikap responden sebesar 17,95. Selain itu diperoleh nilai probabilitas (p=0,287), oleh karena p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :

34 Tabel Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Sikap Sebelum 17,25 Sesudah 19,95 0,000 Berdasarkan hasil analisa yang dapat dilihat pada tabel 4.16 diperoleh nilai rata-rata sikap responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 17,25 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,95. Selain itu, diperoleh nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

35 5.1. Karakteristik Responden BAB V PEMBAHASAN Petani jeruk di Desa Serdang yang melakukan penyemprotan pestisida tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapi juga oleh sebagian perempuan yang menjadi kepala rumah tangga meskipun pada umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan umur responden berdasarkan hasil penelitian paling banyak adalah tahun (40%), tahun (35%), tahun (15%), tahun (7,5%), dan yang paling sedikit adalah umur tahun (2,5%). Hal ini menunjukkan ada petani yang berusia lanjut mengaplikasikan pestisida. Usia lanjut merupakan usia yang rentan terhadap penyakit seperti keracunan pestisida. Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SLTA (37,5%) kemudian tamat SLTP (30%), tamat SD (30,%), dan yang paling sedikit tamat PT/Akademi (2,5%). Hal ini menunjukkan semua responden sudah bisa baca dan tulis yang merupakan faktor yang mendukung dalam meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe. Lamanya responden bekerja sebagai petani jeruk dan penyemprot pestisida paling banyak adalah 11 tahun sampai 20 tahun (47,5%), kemudian 1 tahun sampai 10 tahun (40%), dan yang paling sedikit 21 tahun sampai 30 tahun (15,5%). Dari hal ini dapat dilihat bahwa banyak petani menggunakan pestisida dalam jangka waktu yang lama. Hal ini karena dengan penggunaan pestisida, hama-hama yang merusak tumbuhan pertanian dapat diatasi sehingga petani terus menggunakan senyawa

36 petisida untuk menuntaskan hama-hama pertanian (Palar, 2008). Tetapi ini beresiko bagi kesehatan penggunanya. Menurut WHO 1986 dalam Afriyanto (2008) penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum Diberikan Penyuluhan Pengetahuan adalah salah satu dari bentuk perilaku, dimana pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendenganran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan petani jeruk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Petani jeruk yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pestisida dan penyemprotannya diharapkan akan memiliki tindakan yang baik juga dalam penyemprotan pestisida. Hal ini seperti dijelaskan Notoatmodjo (2003), bahwa pegetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden secara keseluruhan pengetahuan responden pada saat pre-test yang paling rendah adalah tentang tujuan penyemprotan yang dilakukan. Sebagian besar responden melakukan penyemprotan bertujuan mencegah hama datang, hal ini menunjukkan petani terusmenerus melakukan penyemprotan meskipun tidak ada serangan hama pada tanamannya. Selain mengakibatkan petani semakin sering terpapar pestisida hal ini

37 juga mengakibatkan resistensi hama pada pestisida. Dalam Djojosumarto (2004) dijelaskan bahwa penyemprotan dengan insektisida yang sama secara terus-menerus akan mengakibatkan jumlah individu yang resisten dalam suatu populasi serangga. Dengan demikian, dalam jangka lama hama yang tahan terhadap insektisida akan mendominasi populasi serangga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida sebelum diberikan penyuluhan baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar sudah memiliki pengetahuan yang baik (65%) dan yang memiliki pengetahuan sedang (35%). Dengan nilai ra ta-rata pengetahuan pada kelompok kontrol adalah 15,7 dan nilai rata-rata pengetahuan pada kelompok intervensi adalah 16,25. Kasus keracunan pestisida dikalangan petani pada umumnya terjadi karena petani tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang akurat dan jujur tentang pestisida, resiko penggunaan, dan teknik aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana (Djojosumarto, 2004). Hal ini menunjukkan sebelum dilakukan penyuluhan kedua kelompok responden mempunyai karakteristik pengetahuan tentang penyemprotan pestisida yang hampir sama. Ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005) yang mengemukakan bahwa salah satu persyaratan penelitian eksperimen adalah mengusahakan kedua kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya perlakuan.

38 5.3. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah Diberikan Penyuluhan Pengukuran terhadap variabel pengetahuan kembali dilakukan setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi. Pengukuran dilakukan pada kedua kelompok baik kelompok intervensi mau pun kelompok kontrol. Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi setelah mendapatkan penyuluhan, dapat diketahui bahwa pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan sebesar 65% memiliki pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 100% responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan (penyuluhan) didapat hasil bahwa tidak terjadi peningkatan pengetahuan antara pre-test dan posttest yaitu 65% memiliki pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata pengetahuan responden pada saat pre-test pada kelompok kontrol sebesar 15,7 dan pada saat post-test sebesar 16,15 dengan nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test. Sedangkan pada responden kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan perlakuan (penyuluhan) diperoleh rata -rata pengetahuan sebelum penyuluhan ( pre-test) sebesar 16,25 dan sesudah diberikan penyuluhan ( post-test) meningkat menjadi 19,90. Selain itu, nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR 62 PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR A. Data Umum 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : a.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011 A. Data Umum 1. Nomor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa kali pretest sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Racangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : BERNADETTA BR TARIGAN NIM

SKRIPSI. Oleh : BERNADETTA BR TARIGAN NIM PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI JERUK DALAM MENYEMPROT PESTISIDA DI DESA SERDANG KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : BERNADETTA BR TARIGAN NIM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petani adalah sektor yang sangat penting di Indonesia dalam rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu proses yang berencana, sistematis, dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida telah digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia ke II (PD II). Berbagai uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized 43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005). 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) dengan rancangan pretest-posttest group design (Dahlan, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group PreTest PostTest.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo,

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo, III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo, 1986). Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test and Post

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment BAB METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah plus tanya jawab

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: EVA JAYA ESTRIANA 201310104234 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu, yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah : VARIABEL BEBAS 1. Kelengkapan APD 2. Lama Penyemprotan 3. Frekuensi Penyemprotan 4. Dosis Penyemprotan 5. Arah

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praeksperimen atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah ekperimen semu (eksperimen quasi) dan menggunakan pendekatan one group pretest-postest. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experimen semu (Quasi Experiment). Meneliti pengaruh penyuluhan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Bulustalan Semarang Selatan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. RW 03 ini terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat survai yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental dengan menggunakan rancangan pre-experimental (pre-post test with control group design) untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan dalam penelitian quasy experimental dengan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan dalam penelitian quasy experimental dengan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian quasy experimental dengan pretest-posttest control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pestisida banyak digunakan baik dalam bidang pertanian maupun kesehatan. Di bidang pertanian pemakaian pestisida dimaksudkan untuk meningkatkan produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19 '53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 15'24"-07 49'26" Lintang Selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research) yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test Design.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 75 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah pedagang yang ada di Pasar Unit II Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Jumlah responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELlTlAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELlTlAN. Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI PENELlTlAN Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2002, berlokasi di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur, di daerah dengan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Melihat dari rumusan masalah yang ada, yaitu untuk mengetahui apakah air rebusan daun salam berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi modern yang terbukti mempunyai peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan masyarakat, penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk rancangan Quasy Experiment untuk menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien diabetes melitus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian true eksperimen, dengan rancangan pretest dan posttest control group design. Menurut Sugiyono (2009)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Jenis dari penelitian ini adalah penelitian eksperimen (intervensi) kepada responden berupa pemberian konseling gizi, yang kemudian diukur akibat atau pengaruh

Lebih terperinci

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: BAB lll METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: one group pre and post test design atau disebut juga rancangan sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh 19 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah quasy experimental study dengan pretestposttest control group design. Stouffer (1950) dan Campbell (1957) dalam Hatsjarjo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITLAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau

BAB III METODE PENELITLAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau BAB III METODE PENELITLAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 203 Florentina Flisia SB, Lina Tarigan 2, Umi Salmah 3 Program Sarjana

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disainnya yaitu penelitian preeksperimental

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PKD MEKAR SARI DESA NGARGOTIRTO SUMBERLAWANG SRAGEN Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan quasy experimental study with kontrol group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 04 dan 07 yang terletak di Jalan Tentara Pelajar No. 7,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Endang Zulaicha Susilaningsih*, Mega Hadiatama** *) Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, email: endang.zulaicha@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petani merupakan kelompok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecendrungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 21 MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi Bahan eksperimen untuk video instruksional dan demonstrasi cara berupa materi tentang pesan pengendalian hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang teridiri dari : permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Dukuh Gamping Kidul terletak di kelurahan Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukuh Gamping

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15 BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Deskripsi Singkat Desa Pagar Jati merupakan bagian dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Desa Pagar Jati telah berdiri sejak tahun 1948 dan terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Peneliti melakukan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Design. Rancangan yang digunakan adalah Non-equivalent

Lebih terperinci

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Peranan CropLife Indonesia Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan CropLife Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperiment karena berupa penelitian lapangan yang memberikan perlakuan berupa penyuluhan dengan metode ceramah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida semakin lama semakin tinggi terutama di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Negara-negara berkembang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah A. DEMOGRAFI A1. Nama Responden : A. Umur : tahun A3. Jenis Kelamin : 1. Laki laki. Perempuan A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah () SD Tidak Tamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang akan meneliti hubungan faktor lingkungan hunian dan perilaku kebersihan perorangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 32 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Identitas Desa Pajarisuk Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi : Pajarisuk : Pringsewu :Pringsewu : Lampung B. Kondisi Geografis 1. Batas Wilayah Desa Pajarisuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA Oleh : DWI ASTUTI BP3K NGLEGOK Petunjuk Penggunaan Pestisida a. Memilih pestisida Di pasaran banyak dijual frmulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya,

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN LOSUNG BATU

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN LOSUNG BATU LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN LOSUNG BATU Saya yang bernama Eri Wahyuni Siregar Nim 111121071 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci