Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan"

Transkripsi

1

2 Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Sunihardi Asrul Koes Heru Praptana Hermanto Haryo Radianto Kusnandar Muchtar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

3 Kinerja 2014 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Indikator kinerja utama Target Realisasi Capaian Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka kacang dan ubi Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan aksesi aksesi 291,3% 20 varietas 22 varietas 110,0% 203 ton 256,70 ton 126,4% 22 teknologi 22 teknologi 100,0% 11 rekomendasi 11 rekomendasi 100,0%

4 Pengantar Program Badan Litbang Pertanian pada periode adalah perakitan teknologi dan varietas unggul yang berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya penelitian dan pengembangan menurut komoditas utama yang ditetapkan Kementerian Pertanian, yaitu padi, jagung, dan kedelai. Komoditas pangan penting lainnya adalah ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau, dan kacang tanah. Pada tahun 2014, Puslitbang Tanaman Pangan melalui BB Padi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro telah menghasilkan berbagai output hasil utama penelitian berupa plasma nutfah, varietas unggul baru, teknologi budi daya, panen dan pascapanen primer, dan benih sumber tanaman pangan, terutama padi, jagung, dan kedelai yang menjadi fokus swasembada dan swasembada berkelanjutan. Kinerja penelitian tanaman pangan pada tahun 2014 sesuai dengan target. Varietas unggul baru padi dan palawija yang dilepas Kementerian Pertanian pada tahun ini mencapai 22 varietas yang terdiri atas lima varietas unggul padi, tiga varietas kedelai, dua varietas kacang tanah, dua varietas kacang hijau, dua varietas ubijalar, tiga varietas jagung, tiga varietas gandum, dan dua varietas sorgum. Angka ini sudah melampui target perakitan varietas unggul. Teknologi produksi yang dihasilkan sesuai dengan target. Kinerja penelitian yang juga melampaui target adalah pengelolaan sumber daya genetik dan penyediaan benih sumber. Selain itu, Puslitbang Tanaman Pangan juga telah menghasilkan beberapa opsi kebijakan yang diperlukan oleh pihak terkait dalam menentukan rekomendasi pengembangan tanaman pangan menuju swasembada berkelanjutan. Laporan tahunan ini menyajikan berbagai hasil penelitian dan pengembangan tanaman pangan sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah disusun dalam Penetapan Kinerja (PK) 2014, dan merupakan akhir dari realisasi Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Pertanian periode Selain sebagai materi pertanggungjawaban penggunaan anggaran penelitian dan pengembangan pada tahun anggaran 2014, laporan tahunan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana penelitian dan pengembangan tanaman pangan lebih lanjut. Bogor, 30 Januari 2015 Kepala Pusat, Dr. Made Jana Mejaya, MSc Laporan Tahunan 2014 iii

5 iv Laporan Tahunan 2014

6 Daftar Isi Pengantar... iii Ketahanan Pangan Berkelanjutan... 1 Kebijakan dan Program Penelitian... 3 Kebijakan... 3 Strategi... 4 Program... 4 Kegiatan dan Output... 4 Sumber Daya Genetik... 7 Konservasi Plasma Nutfah Padi... 7 Konservasi Plasma Nutfah Aneka Kacang dan Umbi... 8 Karakterisasi Plasma Nutfah Aneka Kacang dan Umbi Koleksi dan Evaluasi Plasma Nutfah Serealia Plasma Nutfah Serealia Varietas Unggul Produksi dan Distribusi Benih Sumber Teknologi Produksi Pengembangan Penyakit HDB Sesuai Perkembangan Patotipe Penanganan Susut Hasil Panen Padi Pemberian Amelioran Berdasarkan Al-dd pada Padi Rawa Penentuan Patotipe HDB di Lahan Rawa dengan Varietas Diferensial Sistem Olah Tanah Konservasi pada Budi Daya Padi Gogo Pengendalian Penyakit Blas pada Padi Gogo dengan Sistem Tanam Mozaik Varietas Teknologi Pengendalian Tungro dengan Varietas Tahan dan Konservasi Musuh Alami Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Sawah Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Kering Masam Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Pasang Surut Pengendalian Hama Kedelai dengan Bioinsektisida Pengendalian Hama Kedelai dengan Biofungisida Pengendalian Hama Kacang Hijau di Lahan Sawah Setelah Padi Teknik Budi Daya Kacang Tanah di Lahan Masam Teknologi Produksi Ubi Jalar di Lahan Kering dan Sawah Irigasi Teknologi Produksi Ubi Kayu di Lahan Kering Tanah Alfisol Sistem jajar Legowo Jagung dalam Tumpangsari dengan Kedelai Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah Pupuk Organik dari Limbah Tanaman Jagung Bacillus subtilis sebagai agensia Pengendali Hayati Cendawan Tular Tanah Formulasi Cendawan Antagonis Trichoderma dan Gliocladium sp untuk Menekan Penyakit Jagung Penangkaran Benih Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur Berbasis Komunitas Analisis Kebijakan Sosial Ekonomi Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah Irigasi Rekayasa Ekologi Tanaman Pangan dalam Pola Tanam di Lahan Sawah Irigasi Evaluasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi Penyesuaian Varietas Padi dalam Sistem Tanam Jajar Legowo Laporan Tahunan 2014 v

7 Efisiensi Pupuk Organik dalam Pola Tanam Padi-Kedelai Optimasi Produksi Kedelai Keragaan Jagung Hibrida Tanpa Olah Tanah Tindak Lanjut Pengelolaan Hama Wereng Batang Cokelat Efektivitas Bantuan Benih Padi Bersubsidi pada Program SL-PTT Pengembangan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Inovasi di Wilayah Perbatasan Diseminasi Hasil Penelitian Gelar Teknologi pada Pekan Nasional (Penas) Petani-Nelayan XIV Ekspose Teknologi Peringatan Hari Pangan se-dunia ke Pameran dan Ekspose Publikasi Hasil Penelitian Seminar Ilmiah Penelitian Pengelolaan Website Layanan Perpustakaan Kerja Sama Penelitian Kerja Sama Dalam Negeri Kerja Sama Luar Negeri Sumber Daya Penelitian Sumber Daya Manusia Keuangan Aset Kantor Kebun Percobaan Laboratorium vi Laporan Tahunan 2014

8 Ketahanan Pangan Berkelanjutan Kementerian Pertanian tetap optimistis untuk meraih empat sukses yang meliputi (1) swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Hal mendasar yang tetap menjadi perhatian utama pemerintah adalah ketahanan pangan nasional karena berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Untuk itu, Kementerian Pertanian senantiasa berupaya meningkatkan produksi padi yang menjadi pangan utama sebagian besar penduduk hingga mencapai 70,6 juta ton. Pemerintah menargetkan surplus beras sebanyak 10 juta ton pada tahun Selain beras, pemerintah juga menggarisbawahi pentingnya melanjutkan swasembada jagung dan meraih swasembada kedelai pada tahun Diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor produk pertanian perlu pula direalisasikan dalam upaya mendorong pemanfaatan potensi sumber daya dan keberagaman pangan lokal serta peningkatan pendapatan petani. Di sisi lain, sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan yang makin berat. Selain jumlah penduduk yang terus meningkat dengan laju yang masih tinggi, perubahan iklim telah dan akan terus pula mengancam keberlanjutan usaha pertanian. Perubahan iklim tidak hanya meningkatkan suhu udara yang mengancam kehidupan, tetapi juga berdampak terhadap anomali iklim yang ditandai oleh seringnya terjadi kemarau panjang yang menyebabkan tanaman terancam kekeringan dan tingginya curah hujan yang tidak jarang merendam areal Penelitian dan pengembangan inovasi padi terus didorong untuk mempercepat realisasi swasembada beras berkelanjutan. Laporan Tahunan

9 pertanian, terutama di kawasan pesisir. Perkembangan hama dan penyakit tanaman dalam beberapa tahun terakhir juga tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Ledakan hama wereng coklat di beberapa daerah akhir-akhir ini, misalnya, telah merusak sebagian pertanaman padi yang tentu saja berdampak terhadap penurunan produksi. Fragmentasi dan konversi lahan pertanian yang masih berlangsung di beberapa daerah, lemahnya modal petani untuk operasionalisasi usaha, dan makin ketatnya persaingan produk di pasar dunia juga merupakan masalah yang perlu dicarikan jalan pemecahannya. Pengalaman lebih dari tiga dekade terakhir membuktikan sebagian masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dapat diatasi dengan penerapan inovasi teknologi. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan inovasi dan terobosan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani yang menjadi basis pembangunan pertanian dewasa ini. Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan dalam mendukung ketahanan pangan antara lain tercermin dari dilepasnya sejumlah varietas unggul baru padi dan palawija, dan dihasilkannya teknologi budi daya panen dan pascapanen, benih sumber, dan kebijakan pengembangan tanaman pangan. Pada tahun 2013 produksi padi mencapai 70,86 juta ton atau meningkat 2,76% dibanding tahun lalu. Produktivitas padi juga meningkat dari 5,12 t/ ha pada tahun 2012 menjadi 5,14 t/ha pada tahun Kebutuhan beras dalam negeri pada tahun 2013 adalah 34,4 juta ton sedangkan ketersediaannya mencapai 39,8 juta ton, artinya terjadi kenaikan produksi sebesar 5,4 juta ton. Peningkatan produksi padi pada tahun tahun 2013 didorong oleh makin meningkatnya pemahaman petani dalam penggunaan varietas unggul baru dan penerapan teknologi budi daya anjuran, pengendalian serangan organisme penganggu tanaman (OPT), dan meningkatnya perhatian terhadap upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim. Peningkatan produksi padi juga didukung oleh meningkatnya integrasi dan sinergitas program dan kegiatan antarsektor, subsektor, dan stakeholder sesuai dengan Inpres No 5 Tahun 2011, tentang pengamanan produksi beras nasional mengantisipasi kondisi iklim ekstrim. Sebaliknya, produksi jagung pada tahun 2013 turun 2,42% dibanding tahun Meskipun demikian produktivitas jagung relatif meningkat, dari 4,70 t/ha pipilan kering pada tahun 2012 menjadi 4,79 t/ha pada tahun Tetapi ketersediaan jagung mengalami surplus sebesar 4,1 juta ton. Ketersediaan jagung pada tahun 2013 mencapai 18,51 juta ton sedangkan kebutuhan dalam negeri hanya 14,3 juta ton. Produksi kedelai pada tahun 2013 juga menurun 2,38% dibanding tahun Jika produksi kedelai pada tahun 2012 sudah mencapai ton, pada tahun 2013 turun menjadi Hal ini disebabkan oleh menurunnya luas panen kedelai dari ha pada tahun 2012 menjadi pada tahun Meski luas panen menurun, produktivitas kedelai meningkat dari 1,38 t/ha pada tahun 2012 menjadi 1,45 t/ha pada tahun Angka ini mencerminkan bahwa penerapan teknologi oleh petani makin membaik meski produksi tidak meningkat karena disebabkan oleh faktor nonteknis, antara lain dampak perubahan iklim dan harga produk yang belum layak di tingkat petani. 2 Laporan Tahunan 2014

10 Kebijakan dan Program Penelitian Kebijakan Kebijakan penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Kebijakan dibangun dengan menerapkan prosedur standar operasional seperti analisis SWOT dan logical framework. Pola pikir kemudian dielaborasi ke dalam lintas jalan (pathway) penelitian, adopsi teknologi, dampak penelitian dan pengembangan, dan evaluasi umpan balik. Kebijakan penelitian dan pengembangan tanaman pangan mencakup: 1. Penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai, peningkatan produksi komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi, dan bahan baku industri. 2. Perluasan jejaring kerja sama penelitian, promosi, dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders nasional maupun internasional untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact recognition), pengakuan ilmiah nasional-internasional (scientific recognition), dan perolehan sumbersumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN. 3. Peningkatkan kuantitas, kualitas, dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui perbaikan rekruitmen dan pelatihan SDM, pengembangan sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan. Pada tahun 2013 produksi padi mencapai 70,86 juta ton atau meningkat 2,76% dibanding tahun lalu. Produktivitas padi juga meningkat dari 5,12 t/ha pada tahun 2012 menjadi 5,14 t/ha pada tahun Laporan Tahunan

11 4. Pengembangan inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan internasional. 5. Peningkatan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang akuntabel. Strategi 1. Penyusunan cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian. 2. Optimalisasi kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian, memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia, serta dihasilkan dalam waktu yang relatif cepat, efisien, dan berdampak luas. 3. Penyusunan dan peningkatan pemanfaatan rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif untuk memecahkan berbagai masalah dan isu-isu aktual pembangunan pertanian. 4. Peningkatan intensitas komunikasi dan partisipasi dalam kegiatan ilmiah berskala nasional dan internasional. 5. Peningkatan intensitas pendampingan penerapan teknologi kepada calon pengguna. 6. Peningkatan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha industri agro. 7. Peningkatan kerja sama penelitian dan pengembangan tanaman dengan lembaga internasional dan nasional berkelas dunia dalam rangka memacu produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan juga diarahkan kepada peningkatan kompetensi sebagai impact recognition yang mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN. 8. Pengembangan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil penelitian dan pengembangan ke dunia industri melalui lisensi. 9. Penerapan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten di jajaran Badan Litbang Pertanian. Program Sesuai dengan pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menkeu, No M.PPN/06/ 2009, tanggal 19 Juni 2009), program hanya ada di eselon I, sedangkan kegiatan berada di eselon II. Program Badan Litbang Pertanian (eselon I) pada periode adalah penciptaan teknologi dan varietas unggul yang berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya penelitian dan pengembangan menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yaitu padi, jagung, kedelai, serealia potensial, serta aneka kacang dan umbi yang termasuk ke dalam 30 komoditas pertanian penting. Kegiatan dan Output Bernaung di bawah Badan Litbang Pertanian (eselon I), Puslitbang Tanaman Pangan (eselon II) memiliki satu kegiatan, yaitu Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi (Balitkabi), dan Loka Penelitian (Lolit) Penyakit Tungro dengan capaian output dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, 4, dan 5. Output yang menjadi indikator kinerja utama (IKU) penelitian dan pengembangan tanaman pangan adalah (1) aksesi sumber daya genetik, (2) varietas unggul baru, (3) teknologi budi daya dan pascapanen primer, (4) produksi benih sumber, (5) alternatif kebijakan, dan (6) diseminasi hasil penelitian. 4 Laporan Tahunan 2014

12 Tabel 1. Target dan capaian output Puslitbang Tanaman Pangan satker Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Output Volume/satuan Biaya Target Capaian (Rp 000) Diseminasi teknologi tanaman pangan 5 laporan 5 laporan Pengelolaan satker 8 laporan 8 laporan Pengembangan kerjasama 3 laporan 3 laporan Rumusan kebijakan tanaman pangan 11 rekomendasi 11 rekomendasi Koordinasi 3 laporan 3 laporan Pengadaan buku 36 buah 36 buah Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan Perangkat pengolah data dan komunikasi 25 unit 25 unit Peralatan dan fasilitas perkantoran 45 unit 45 unit Gedung/bangunan 2.524,01 m ,01 m Jumlah Tabel 2. Target dan capaian output satker BB Padi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan Output Volume/satuan Biaya Target Capaian (Rp 000) Varietas unggul padi 5 varietas 5 varietas Diseminasi teknologi tanaman pangan 7 laporan 7 laporan Pengelolaan satker 11 laporan 11 laporan Database Benih 1 laporan 1 laporan Benih sumber (BS, FS, dan SS) 100 ton 100 ton Database plasma nutfah tanaman pangan 1 laporan 1 laporan Plasma nutfah padi 500 aksesi 500 aksesi Teknologi tanaman padi 6 teknologi 6 teknologi Pengadaan buku 20 buah 20 buah Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan Peralatan dan fasilitas perkantoran 69 unit 69 unit Gedung/bangunan m m Jumlah Tabel 3. Target dan capaian output satker Balitkabi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan Output Volume/satuan Biaya Target Capaian (Rp 000) Diseminasi teknologi tanaman pangan 3 laporan 3 laporan Pengelolaan satker 15 laporan 15 laporan Pengembangan kerjasama 1 laporan 1 laporan Benih sumber (BS, FS, dan SS) 83 ton 83 ton Varietas unggul aneka kacang dan umbi 7 varietas 7 varietas Plasma nutfah aneka kacang dan umbi aksesi aksesi Teknologi tanaman aneka kacang dan umbi 9 teknologi 9 teknologi Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan Kendaraan bermotor 1 unit 1 unit Peralatan dan fasilitas perkantoran 110 unit 110 unit Gedung/bangunan m m Jumlah Laporan Tahunan

13 Tabel 4. Target dan capaian output satker Balitsereal dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan Output Volume/satuan Biaya Target Capaian (Rp 000) Diseminasi teknologi tanaman pangan 5 laporan 5 laporan Pengelolaan satker 9 laporan 9 laporan Pengembangan kerjasama 1 laporan 1 laporan Varietas unggul serealia 7 varietas 7 varietas Plasma nutfah serealia 700 aksesi 700 aksesi Teknologi tanaman serealia 6 teknologi 6 teknologi Benih sumber (BS, FS, dan SS) 34 ton 34 ton Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan Peralatan dan fasilitas perkantoran 14 unit 14 unit Jumlah Tabel 5. Target dan capaian output satker Lolit Tungro dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan Output Volume/satuan Biaya Target Capaian (Rp 000) Diseminasi teknologi tanaman pangan 2 laporan 2 laporan Pengelolaan satker 5 laporan 5 laporan Benih sumber (BS, FS, dan SS) 30 ton 30 ton Teknologi pengendalian penyakit tungro 1 teknologi 1 teknologi Varietas unggul tahan tungro 1 varietas 1 varietas Layanan perkantoran 12 bulan 12 bulan Peralatan dan fasilitas perkantoran 32 unit 32 unit Gedung/bangunan 360,00 m 2 360,00 m Jumlah Laporan Tahunan 2014

14 Sumber Daya Genetik Sumber daya genetik (SDG) padi, jagung, kedelai, serealia potensial, dan aneka kacang lainnya, ubikayu, ubijalar dan aneka ubi lainnya berperan penting dalam perakitan varietas unggul dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanaman pangan. Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya terus berupa mengumpulkan, mengoleksi, dan melestarian SDG tanaman pangan untuk dimanfaatkan dalam perakitan varietas unggul baru. Konservasi Plasma Nutfah Padi Hasil eksplorasi plasma nutfah padi di Provinsi Riau diperoleh 113 aksesi padi lokal. Melalui eksplorasi di dalam negeri dan introduksi dari luar negeri maupun donatur diperoleh 881 aksesi. Hingga kini telah diintroduksi enam aksesi toleran anaerob dari MET 2015, 191 aksesi dari Magic Entries dan Pre Met, lima nurseries (254 genotipe) dari INGER 2014, dan 21 galur toleran suhu rendah, serta 83 genotipe galur diferensial BLB dan blas. Rejuvenasi koleksi plasma nutfah padi telah dilakukan di KP Sukamandi terhadap 400 aksesi yang terdiri atas 298 varietas lokal, 76 varietas/galur introduksi, dan 26 varietas unggul. Rejuvinasi dilakukan pula terhadap materi koleksi plasma nutfah yang ketersediaan benihnya <500 g dan memiliki daya kecambah <80% dari pengujian tahun sebelumnya. Dari hasil rejuvenasi dari 321 aksesi diperoleh benih g dan dari 69 aksesi hanya diperoleh benih < 500 g karena tanaman berumur panjang dan bibit yang ditanam sedikit. Aksesi yang menghasilkan benih < 500 g adalah Bulu Hideung, Padi Setai, Gamulang Sawah Gunung Mas. Pada tahun 2014 telah diterima 881 nomor benih yang berasal dari introduksi sebanyak 605 nomor, padi lokal 267 nomor, dan varietas unggul baru sembilan nomor. Varietas introduksi berasal dari IRRI melalui kegiatan INGER, sedangkan padi lokal berasal dari Jawa Barat (74 nomor), Jawa Tengah (3 nomor), Jambi (48 nomor), Riau (119 nomor), Sumatera Barat (2 nomor), Gorontalo (1 nomor), dan Sulawesi Selatan (20 nomor). Telah dilakukan karakterisasi sejumlah plasma nutah padi untuk mengetahui sifatsifatnya agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan. Hasil karakterisasi menunjukkan terdapat keragaman pada karakter kualitatif dan kuantitatif, di antaranya warna pelepah daun, warna lidah daun, warna leher daun, warna telinga daun dan permukaan daun, tinggi tanaman dan umur 50% berbunga. Diperoleh lima aksesi plasma nutfah yang mempunyai jumlah gabah isi per malai > 250 butir, yaitu Sangau, Pon, Panci, Padi Adan Bareh, dan Padi Samarinda masing-masing 261, 288, 260, 273 dan 272 butir. Plasma nutfah padi yang mempunyai bobot butir > 40 g adalah Huma Lokal Nagreg dan S3382-2d-16-3 dengan bobot masing-masing 44 g dan 41 g. Telah dianalisis mutu fisik gabah terhadap 20 galur hasil uji daya hasil lanjutan (UDHL) dan 100 galur/varietas plasma nutfah. Analisis juga dilakukan terhadap mutu fisik dan beras giling, sifat fisikokimia dan sensori beras dari 20 galur UDHL. Berdasarkan mutu fisik gabah dan beras, dari 120 varietas/galur harapan yang dianalisis diketahui densitas gabah berkisar antara 483,0 (Mengkuang Merah) dan 577,5 (Ramos Tanjung Ladong) g/l, sedangkan bobot butir berkisar antara 14,8 g (Mundam Payakumbuh) dan 28,94 g (Cabacu). Berdasarkan persentase butir hijau/kapur, hanya 47 varietas/galur harapan yang sudah memenuhi persyaratan standar mutu I (SNI No /SPI-TAN/01/01/1993), maksimal 1% gabah hijau/butir kapur, sisanya 57 varietas/ galur termasuk mutu II dan III, maksimal 2% dan 3% gabah hijau/butir kapur, dan sisanya 16 varietas/galur belum memenuhi persyaratan SNI. Ditinjau dari segi butir kuning rusak yang telah memenuhi standar mutu I (maksimal 2%) terdapat 51 varietas/galur harapan yang memenuhi persyaratan. Dari segi persentase butir merah terlihat seluruh varietas/galur telah memenuhi standar mutu I (maksimal 1%), kecuali varietas padi campuran warna merah dan putih. Laporan Tahunan

15 Kadar air beras giling dari 20 galur UDHL yang dianalisis berkisar antara 10,6-11,2%. Rendemen beras pecah kulit (BPK) berkisar antara 74,75% (UDHL Biotik 4) hingga 80,10% (UDHL Biotik 9). Sedangkan rendemen beras giling (BG) berkisar antara 64,65% (UDHL Biotik 4) hingga 70,98 % (UDHL Biotik 19). Persentase beras kepala pada galur UDHL yang diuji berkisar antara 53,93% (UDHL Biotik 2) 94,77% (UDHL Biotik 12 ). Terdapat delapan galur yang termasuk ke dalam kelas mutu II (minimal 89%), sembilan galur ke dalam kelas mutu III (minimal 78%), dan sisanya tiga galur termasuk kelas mutu IV (minimal 73%). Persentase beras patah berkisar antara 5,01% (UDHL Biotik 12) sampai 43,46% (UDHL Biotik 2) dan persentase beras menir berkisar dari 0,20% (UDHL Biotik 5) sampai 2,61% (UDHL Biotik 2). Persentase butir kapur pada seluruh sampel bervariasi antara 0,14% (UDHL Biotik 1) sampai 1,77% (UDHL Biotik 11). Persentase butir kuning rusak berkisar antara 0,37% (UDHL Biotik 1) sampai 3,95% (UDHL Biotik 12). Dari 20 galur UDHL yang dianalisis terdapat dua galur yang termasuk sangat panjang (>7,50 mm), 16 galur termasuk panjang (6,61-7,50 mm), dan dua galur/varietas termasuk sedang (5,61-6,60 mm). Beras terpendek (6,48 mm) terdapat pada UDHL Biotik 12 dan beras terpanjang (7,54 mm) pada UDHL Biotik 14 dan 15. Kisaran rasio panjang dan lebar (P/L) varietas/galur UDHL yang dianalisis adalah 2,77 (UDHL Biotik 9) sampai 3,64 (UDHL Biotik 14). Terdapat 18 galur berbentuk silinder dan dua galur berbentuk medium. Persentase derajat putih berkisar antara 36,5% (UDHL Biotik 14) sampai 50,4% (UDHL Biotik 9). Dari 20 galur yang dianalisis, derajat kebeningan bervariasi antara 1,41% (UDHL Biotik 10) sampai 7,00% (UDHL Biotik 6). Empat dari 20 galur UDHL Biotik memiliki kadar amilosa rendah dan 16 varietas/galur termasuk sedang. Hasil uji organoleptik terhadap atribut warna menunjukkan panelis memberi penilaian putih terhadap semua galur UDHL Biotik. Penilaian panelis terhadap kepulenan galur yang diuji berkisar antara sangat pulen sampai pulen dengan tingkat kesukaan berkisar antara suka sampai sedang. Dilihat dari atribut aroma beras, hampir semua galur mempunyai aroma yang netral (tidak berbau), dan hanya dua galur (UDHL Biotik 12 dan UDHL Biotik 13) yang dinilai memiliki aroma agak wangi. Plasma nutfah padi telah didistribusikan aksesi kepada 23 pemohon dan 698 aksesi telah dimanfaatkan untuk perakitan varietas unggul baru dan kegiatan penelitian. Pengujian daya tumbuh telah dilakukan terhadap aksesi, 1137 aksesi diantaranya mempunyai daya tumbuh kurang dari 80% dan 139 aksesi memiliki daya tumbuh di atas 80%. Konservasi Plasma Nutfah Aneka Kacang dan Umbi Konservasi atau pelestarian sumber daya genetik (SDG) aneka kacang dan umbi antara lain dilakukan melalui pembaruan benih (rejuvenasi). Pada tahun 2014 telah dilakukan rejuvenasi 200 aksesi kacang tanah, 225 aksesi kedelai, dan 225 aksesi kacang hijau di KP Jambegede, 168 aksesi kacang tunggak di KP Muneng, dan aneka kacang potensial (sembilan aksesi kacang tunggak, sembilan aksesi kacang komak, dan 12 aksesi kacang beras). Peremajaan bibit aneka umbi dilakukan terhadap 325 aksesi ubijalar, 323 aksesi ubikayu, dan aneka ubi potensial (21 aksesi suweg, 10 aksesi ganyong, 10 aksesi garut, 50 aksesi talas, 50 aksesi bentul, dan 64 aksesi uwi-uwian). Kedelai Aksesi kedelai sebagian besar memiliki tipe tumbuh determinit, warna bunga ungu, umur berbunga dalam, dan ukuran biji kecil yang didominasi oleh warna biji kuning. Terdapat lima aksesi berukuran biji besar, semuanya berumur genjah (72-78 hari) dengan bobot 100 biji 14,1-15,4 g (MLGG-201, MLGG-688, MLGG- 707, MLGG-745, dan MLGG-768 ). Hasil biji ratarata 1,69 t/ha, dan terdapat 20 aksesi yang hasilnya berkisar antara 2,00-3,38 t/ha yang semuanya berumur genjah (73-78 hari), kecuali MLGG 269 dan MLGG 532 yang berumur sedang (81 hari). Kacang tanah Koleksi SDG kacang tanah di Balitkabi saat ini berjumlah 554 aksesi, lebih kecil dibandingkan dengan koleksi kacang tanah di ICRISAT (lembaga internasional yang menangani komoditas aneka kacang) yang mencapai aksesi. Meskipun dalam jumlah terbatas, koleksi tersebut sudah dimanfaatkan dalam perakitan varietas unggul kacang tanah di Indonesia. 8 Laporan Tahunan 2014

16 Varietas unggul Jerapah, Sima, Domba, Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Takar 2, Talam 1, Talam 2, dan Talam 3 dirakit dengan memanfaatkan SDG dalam pemuliaan kacang tanah di Indonesia. Belum semua koleksi SDG kacang tanah yang dapat dideskripsikan, sehingga perlu dilakukan konservasi sebagai upaya untuk melestarikan SDG mendukung kegiatan pemuliaan tanaman secara berkelanjutan. Aksesi kacang tanah yang dikonservasi menunjukkan sebanyak 47 aksesi tergolong tipe valencia dan 153 aksesi lainnya tergolong tipe spanish. Semua aksesi memiliki biji berwarna merah dan putih (Gambar 1), sedangkan MLGG berwarna biji varigata. Sebanyak 12 aksesi memiliki biji berukuran besar (55,8-68,9 g/100 biji), 147 aksesi berukuran biji sedang, berkisar antara 40,2-54,9 g/100 biji, dan 41 aksesi berukuran biji kecil dengan kisaran 33,1-39,9 g/100 biji. Hasil polong dari aksesi kacang tanah ini berkisar antara 0,94-2,79 kg. Kacang hijau SDG kacang hijau memiliki keragaman karakter kualitatif, terutama warna polong dan biji. Hipokotil dengan warna ungu dan polong berwarna hitam lebih mendominasi. Aksesi kacang hijau sebagian besar memiliki biji berukuran sedang dengan hasil biji mencapai 2,57 t/ha. MLGV 0654, MLGV 0056, dan MLGV 1033, memberikan hasil biji berturut-turut 2,19 t, 2,31 t, dan 2,57 t/ha dengan ukuran biji masingmasing 7,5 g, 8,6 g, dan 9,4 g/100 biji. Empat aksesi (MLGV 1023, MLGV 0931, MLGV 0933, dan MLGV 0967) agak tahan penyakit tular tanah, enam aksesi (MLGV 0058, MLGV 0061, MLGV 0062, MLGV 0438, MLGV 0465, dan MLGV 0975) memiliki biji berukuran sangat kecil (< 3 g/100 biji), dan tiga aksesi (MLGV 0379, MLGV 0380, dan MLGV 1019) memiliki biji berukuran sangat besar (> 7 g/100 biji). Keragaman warna, bentuk, dan ukuran biji aksesi kacang tanah. KP Jambegede, MK II Aksesi kacang komak beragam untuk warna hipokotil, warna polong, warna biji, dan hasil biji. Hasil terendah 345 g/tanaman diberikan oleh aksesi T.49.C dan tertinggi g/tanaman ditunjukkan oleh aksesi DL 44. Kacang beras (rice bean) memiliki warna daun, warna bunga, dan warna polong yang relatif seragam. Tetapi tidak demikian halnya warna hipokotil dan biji, umur berbunga, umur panen, dan hasil biji. Hasil biji rata-rata 20,9 g/ tanaman, dan tertinggi 39,7 g/tanaman ditunjukkan oleh aksesi RB-M-1. Aneka kacang potensial Kacang potensial dapat berupa kacang tunggak, kacang komak, dan kacang beras. Semua SDG kacang tunggak yang dikoleksi memiliki hipokotil berwarna hijau, sebagian (49%) memiliki daun berwarna hijau, sebagian lagi (38%) hijau tua, dan sisanya (13%) berwarna hijau muda. Polong muda umumnya berwarna hijau (90%), hijau muda (8%), dan ungu. Nisbah panjang dan lebar daun memiliki keragaman fenotipik tertinggi (52,9%). Ubijalar dan ubikayu Peremajaan SDG ubijalar untuk parameter bobot umbi didominasi oleh aksesi dengan jumlah umbi 57 per tanaman. Aksesi yang menghasilkan jumlah umbi terbanyak (12 umbi/tanaman) adalah MLG Sebanyak 323 aksesi ubikayu yang diremajakan/dikonservasi pada MK I tahun 2014 di KP Muneng menunjukkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan daya tumbuh rata- Laporan Tahunan

17 rata 90%. Hasil umbi tertinggi (4.367 g/tanaman) dimiliki oleh aksesi dengan kode 93. Varietas Malang-6 dan Adira-4 masing-masing memberikan hasil umbi g dan g/ tanaman. Karakterisasi Plasma Nutfah Aneka Kacang dan Umbi Karakterisasi SDG tanaman aneka kacang dan umbi pada tahun 2014 ditekankan pada jumlah polong dan kandungan flavonoid biji kedelai, toleransi ubijalar terhadap hama boleng, dan ketahanan ubikayu terhadap hama kutu putih. Konservasi lapang hanya dilakukan terhadap SDG ubi utama dan potensial. Konservasi SDG aneka kacang antara lain dilakukan melalui penyimpanan benih di ruang dingin atau freezer. Kedelai Karakterisasi terhadap 50 aksesi kedelai diperoleh tiga aksesi yang berpotensi digunakan sebagai bahan pembentukan varietas kedelai umur genjah yang tahan cekaman lingkungan pada saat panen, yaitu MLG 0748, MLG 0132, dan MLG Aksesi MLGG 507 dan MLGG 613 memiliki polong yang tidak mudah pecah. Kerapatan bulu polong aksesi kedelai beragam, dari renggang hingga rapat. Aksesi MLGG 242 memiliki bulu polong paling renggang dan aksesi MLGG 1062 memiliki bulu polong paling rapat. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki bulu polong paling rapat dan varietas Mutiara paling renggang. Ketebalan kulit biji aksesi kedelai yang dikarakterisasi bervariasi antara 0,05-0,10 cm. Kerapatan bulu polong dan ketebalan kulit biji kedelai berkaitan dengan toleransi tanaman terhadap hama dan kemudahan pengupasan kulit biji dalam proses pembuatan produk tempe. Dari 50 aksesi kedelai yang dikarakterisasi, enam di antaranya berbiji hitam (Detam 4, MLG 0479, MLG 0502, MLG 0525, MLG 0591, dan MLG 0610), memiliki kandungan flavonoid yang berkisar antara 0,582-0,873 mg CAE/g. Varietas Mallika memiliki kandungan flavonoid tertinggi (2.277 mg CAE/ g) di antara ke-50 aksesi yang dikarakterisasi. Ubijalar dan ubikayu Karakterisasi 75 aksesi ubijalar terhadap hama boleng menunjukkan MLG bereaksi sangat tahan, 19 aksesi agak tahan, 41 aksesi agak rentan, tujuh aksesi retan, dan tujuh aksesi sangat rentan. Aksesi MLG memiliki bobot umbi tertinggi (21,3 kg/8 m 2 ), namun rentan terhadap hama boleng. Aksesi MLG memiliki bobot tajuk paling tinggi (36,37 kg/35 tanaman, setara 1,04 kg/tanaman). Aksesi ubijalar terpilih dengan potensi hasil tinggi (>17,5 t/ha setara dengan 14 kg umbi/8 m 2 ) dan memiliki tingkat ketahanan sedang dan rendah terhadap hama boleng adalah MLG 12757, MLG 12535, MLG 12726, MLG 12781, MLG 12576, MLG 12855, MLG 12798, MLG 12743, dan MLG Hama kepinding tepung pada tanaman ubikayu baru terlihat pada akhir September, pada saat tanaman memasuki umur 7 bulan, dengan intensitas serangan 71% dan meningkat sampai 81% pada saat panen. Terdapat aksesi ubikayu dengan tingkat serangan kepinding tepung < 10%, yaitu P.64, P.71, T.133, MLG 10002, MLG 10011, MLG 10016, MLG 10017, MLG 10019, MLG 10051, MLG 10290, dan MLG Koleksi dan Evaluasi Plasma Nutfah Serealia Sudah beradaptasi dengan baik di lokasi tertentu dalam jangka waktu yang panjang, varietas lokal (landrace) umumnya memiliki beberapa keunggulan, antara lain tahan terhadap cekaman biotis dan abiotis sehingga perlu dijaga dari kepunahan. Selain itu, plasma nutfah lokal tanaman serealia menyimpan gengen penting dengan karakter spesifik, di antaranya toleran terhadap kekeringan, genangan, dan kandungan hara N rendah, serta tahan terhadap hama dan penyakit utama. Pelestarian plasma nutfah serealia antara lain dilakukan melalui kegiatan koleksi, rejuvinasi, karakterisasi sifat agronomi dan nutrisi, serta fisiologi tanaman dan penelitian berbasis marka molekuler (jagung, gandum, dan sorgum). Kegiatan ini diperlukan untuk mendukung perakitan varietas unggul baru. Balitsereal telah memanfaatkan sifat-sifat ketahanan yang dimiliki plasma nutfah lokal 10 Laporan Tahunan 2014

18 Tabel 6. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman serealia tahun Komoditas jumlah koleksi Jumlah terejuvinasi Jumlah terkarakter Jumlah terevaluasi Total Serealia (aksesi) (aksesi) (aksesi) (aksesi) (aksesi) Jagung Sorgum Gandum Jewawut Total dalam perakitan varietas unggul baru jagung. Kegiatan koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanaman serealia pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Plasma Nutfah Serealia Telah dikumpulkan delapan aksesi jagung dari Kalimantan Barat; satu aksesi jagung, empat sorgum, dan satu aksesi jewawut dari NTB. Dari Maluku telah dikmpulkan tujuh aksesi jagung dan enam aksesi sorgum; dari Papua Barat 30 aksesi jagung dan satu aksesi jewawut, dari Sulawesi Selatan lima aksesi jagung, satu aksesi sorgum, dan satu aksesi jewawut. Dari Balitsereal telah dikumpulkan 64 aksesi jagung dan 48 aksesi sorgum. Plasma nutfah serealia yang telah direjuvinasi sebanyak 288 yang terdiri atas 132 aksesi jagung, 93 aksesi sorgum, dan 63 aksesi jewawut. Evaluasi plasma nutfah jagung terhadap penyakit bulai (Peronosclerospora sp.) diperoleh 70 aksesi dan hanya satu aksesi yang tahan, yaitu CML 440XMR , tiga alksesi agak tahan, yaitu CML 440 x MR , CML 440 x MR , dan CML 440 x MR Hampir 90% aksesi dalam terinfeksi bulai. Terdapat tujuh dari 52 aksesi plasma nutfah jagung hasil persilangan yang memperlihatkan tahan (skor 2) terhadap penyakit bercak daun, yaitu CML440/MR , CML440/MR , CML440/MR , CML440/MR , CML440/MR , CML440/MR , dan CML440/MR Koleksi plasma nutfah jagung lokal. Aksesi plasma nutfah jagung yang paling rendah tingkat kehilangan hasilnya akibat kekeringan adalah Bali-9, Bali-8, Bali-3, dan varietas Kima Kalsel. Galur pulut Maros/aksesi No 235 lebih toleran terhadap cekaman kekeringan dibandingkan aksesi yang lain. Varietas Kima dan aksesi Lombok Timur (13) lebih toleran terhadap kemasaman tanah dan hasil semua aksesi lebih rendah daripada varietas pembanding Sukmaraga. Dari 50 aksesi yang diuji terhadap cekaman genangan, terdapat tiga aksesi plasma nutfah jagung yang berpotensi dikembangkan menjadi galur toleran genangan, yaitu Pen Busi, Jalating mayung 0779, dan Jagung Putih lokal. Terdapat pula dua aksesi jagung yang termasuk jagung pulut, yaitu varietas lokal Cagangan (270) dan Jawa Takki Ende-NTB (82). Varietas lokal Cagangan mempunyai protein tinggi. Untuk sorgum, dari delapan aksesi yang diuji terdapat dua aksesi yang mempunyai tanin rendah dengan kandungan protein tinggi, yaitu galur GA dan GA Laporan Tahunan

19 Varietas Unggul Pada tahun 2014 Puslitbang Tanaman Pangan melalui unit kerja penelitiannya telah menghasilkan lima varietas unggul baru (VUB) padi, tiga kedelai, dua kacang tanah, dua kacang hijau, tiga jagung, dua gandum, dan dua sorgum. Padi Lima VUB padi dilepas oleh Kementerian Pertanian dengan nama Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari Unsoed 79 Agritan, Inpara 8 Agritan, dan Inpara 9 Agritan. Padi varietas Inpari 34 Salin Agritan (kiri) dan Inpari 35 Salin Agritan (kanan) toleran salinitas dengan potensi hasil masing-masing 8,1 t dan 8,3 t/ha. Varietas Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan toleran salinitas pada fase bibit dengan tingkat cekaman 12 dsm -1 dan berpotensi hasil tinggi. Kedua varietas ini dapat dikembangkan pada lahan sawah di pesisir pantai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Potensi hasil Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan masing-masing 8,1 t/ha dan 8,3 t/ha, setara dengan varietas Siak Raya dan lebih tinggi daripada varietas Dendang yang dilepas beberapa tahun lalu sebagai varietas padi lahan rawa pasang surut. Keunggulan lain dari Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan adalah lebih tahan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 1 dan 3, dan mutu giling setara dengan varietas Siak Raya dan lebih baik daripada varietas Dendang. Varietas Inpari Unsoed 79 Agritan berumur relatif genjah (109 hari setelah sebar), potensi hasil 8,2 t/ha, tahan penyakit blas dan agak tahan HDB III, tekstur nasi cukup pulen. Varietas Inpara 8 Agritan dan Inpara 9 Agritan sesuai dikembangkan di lahan rawa yang cukup luas terdapat di luar Jawa. Inpara 8 Agritan memiliki potensi hasil 6,0 t/ha, berumur genjah 115 HSS, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, dan beras bermutu baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera. Inpara 9 Agritan memiliki potensi hasil 5,6 t/ha, berumur genjah 114 HSS, toleran keracunan Fe, beras bermutu baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera, sesuai dengan selera masyarakat Kalimantan dan Sumatera pada umumnya. Kedelai Padi varietas Inpara 8 Agritan (kiri) dan Inpara 9 Agritan (kanan) dengan kandungan amilosa di atas 25% sesuai dikembangkan pada lahan rawa yang cukup luas terdapat di luar Jawa Kedelai berpeluang dikembangkan pada lahan kering masam yang umumnya terdapat di luar Jawa. Namun, pengembangan kedelai pada lahan kering dihadapkan pada tingkat kesuburan tanah yang rendah yang ditandai oleh rendahnya ph dan tingginya hara Al dan Mn, serta defisiensi hara makro. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi kedelai di lahan kering 12 Laporan Tahunan 2014

20 adalah penggunaan varietas unggul toleran lahan masam. Pada tahun 2014 telah dilepas tiga VUB kedelai, masing-masing diberi nama Demas 1, Dena 1, dan Dena 2. Varietas Demas 1 adaptif pada lahan masam, potensi hasil 2,5 t/ha, ukuran biji 12,9 g/100 biji, tahan terhadap hama penggerek polong dan penyakit karat daun. Selain toleran lahan masam, varietas Dena 1 dan Dena 2 juga toleran naungan sampai 50%, umur genjah, masing-masing dapat dipanen pada umut 78 dan 81 hari,dan potensi hasil 2,9 t/ha dan 2,8 t/ha. Kacang Tanah Kedelai varietas Demas 1 toleran lahan masam, potensi hasil 2,5 t/ha Pada tahun 2014 telah dilepas dua VUB kacang tanah yang diberi nama varietas Talam 2 dan Talam 3. Varietas Talam 2 memiliki potensi hasil, 4,0 t/ha polong kering, kandungan protein 25,4% (Bk), lemak 46,5% (Bk), agak tahan penyakit layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Varietas Talam 2 adaptif pada lahan masam (ph 4,2-4,7) dengan kejenuhan Al 10-30%. Varietas Talam 3 berpotensi hasil 3,7 t/ha polong kering, kandungan protein 27,6% (Bk), lemak 49,6% (Bk), agak tahan penyakit layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Varietas Talam 3 juga adaptif adaptif pada lahan masam (ph 4,5-5,6) dengan kejenuhan Al 10-30%. Kedelai varietas Dena 1 (kiri) dan Dena 2 (kanan) selain toeran lahan masam juga toleran naungan, potensi hasil 2,9 t dan 2,8 t/ha Kacang Hijau Kacang hijau unggul baru dilepas dengan nama Vima 2 dengan potensi hasil 2,4 t/ha. Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadama thrips dan penyakit tular tanah. Varietas unggl ini adaptif pada lingkungan suboptimal atau pada lahan sawah tanpa irigasi. Varietas Vima 3 mempunyai potensi hasil 2,1 t/ha. Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah. Bentuk biji kacang tanah varietas Talam 2 (kiri) dan Talam 3 (kanan) Bentuk biji dan polong kacang hijau varietas Vima 2 (kiri) dan Vima 3 (kanan) Laporan Tahunan

21 Ubijalar Ubijalar varietas Antin 2 dan Antin 3 mengandung antosianin tinggi dengan potensi hasil 37,1 t dan 30,6 t/ha Dua varietas unggul ubijalar yang dilepas pada tahun 2014 diberi nama Antin 2 dan Antin 3. Varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 37,1 t/ha dan umur panen 4-4,5 bulan. Varietas Antin 3 memiliki potensi hasil 30,6 t/ha dengan umur panen 4-4,5 bulan. Kedua varietas unggul ini toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan hama boleng. Kedua varietas ini mengandung antosianin tinggi, masingmasing 130,2 mg dan 150,7 mg/100 g umbi, sesuai dikembangkan pada lahan tegalan dan lahan sawah sesudah panen padi. Jagung Jagung pulut yang dilepas pada tahun 2014 diberi nama varietas hibrida URI 3 H, HJ 21 Agritan, dan HJ 22 Agritan. Keunggulan utama varietas URI 3 H adalah mengandung amilosa 7,65%. Tongkol muda jagung hibrida pulut ini enak/gurih dengan kisaran perbedaan 62,8-64,2% terhadap varietas Bima Putih 1. Varietas URI 3 H berumur genjah (88 HST), potensi hasil 10,68 t/ha, dan biji putih. Keunggulan lain dari jagung pulut hibrida ini adalah tahan penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah karena memiliki batang yang kokoh. Jagung pulut varietas URI 3 H, kadar amilosa 7,65%, umur genjah (88 HST), dan potensi hasil 10,68 t/ha. Jagung hibrida varietas HJ 21 Agritan berumur genjah, 82 HST, potensi hasil 12,2 t/ ha pipilan kering kadar air 15%, tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah. Varietas HJ 22 Agritan berumur genjah lebih genjah, 80 HST, potensi hasil 12,1 t/ha pipilan kering kadar air 15%, tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, stay green, dan tahan rebah. Kedua varietas berbiji kuning. Jagung hibrida varietas HJ 21 Agritan (kiri) dan HJ 22 Agritan (kanan), umur genjah, potensi hasil di atas 12 t/ha 14 Laporan Tahunan 2014

22 Gandum varietas GURI 3 Agritan pada ketinggian m dpl di Malino, Sulawesi Selatan. Gandum Dua VUB gandum yang dilepas pada tahun 2014 adalah GURI 3 Agritan dan GURI 4 Agritan. VUB ini memiliki potensi hasil 7,5 t/ha. Dibandingkan dengan varietas gandum yang dilepas sebelumnya, kedua varietas unggul baru ini lebih adaptif dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun serta hama aphis. Sorgum Selain sebagai bahan pangan, sorgum juga berpeluang dikembangkan untuk bahan baku etanol. Pada tahun 2014 telah dilepas dua VUB sorgum dengan nama SURI 3 Agritan dan SURI 4 Agritan. Kedua varietas ini berumur 95 hari, potensi hasil 6,0 t/ha, dan bobot biomas ratarata 21,1 t/ha. Baik varietas SURI 3 Agritan maupun SURI 4 Agritan beradaptasi pada lingkungan suboptimal, terutama pada daerah dengan curah hujan rendah. Dengan kadar tanin rendah, kedua varietas lebih sesuai untuk pangan, terutama di daerah rawan pangan yang sering mendapat cekaman kekeringan. Selain itu, kedua varietas juga dapat digunakan sebagai bahan baku energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%. Sorgum varietas SURI 3 Agritan, potensi hasil 6,0 t/ha dan bobot biomas rata-rata 21,1 t/ha. Laporan Tahunan

23 Tabel 7. Varietas unggul baru tanaman pangan yang dilepas pada tahun Nama Umur Potensi hasil Keterangan (hari) (t/ha) Padi Inpari 34 Salin Agritan 112 8,1 Tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 3, mutu giling setara Siak Raya dan lebih baik daripada Dendang, sesuai untuk dikembangkan di lahan dipengaruhi salinitas Inpari 35 Salin Agritan 106 8,3 Tahan blas 033, toleran lahan salin, dan tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 3. Inpari Unsoed 79 Agritan 109 8,2 Tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dsm -1 Inpara 8 Agritan 115 6,0 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, bermutu beras baik, kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera. Inpara 9 Agritan 114 5,6 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah Kalimantan dan Sumatera. Kedelai Demas ,5 Tahan karat daun dan penggerek, serta agak rentan hama penghisap polong dan ulat grayak, adaptif di lahan kering masam, baik ditanam di dataran rendah sampai sedang (0-600 m dpl). Dena ,9 Umur genjah, tahan karat daun, rentan penghisap polong dan ulat grayak, dan toleran naungan 50% Dena ,8 Tahan karat daun dan penghisap polong, agak tahan ulat grayak, dan toleran naungan sampai 50%. Kacang tanah Talam ,0 Agak tahan layu bakteri, karat daun dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%. Talam ,7 Agak tahan layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%. Kacang hijau Vima ,4 Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan suboptimal atau sawah tanpa irigasi Vima ,1 Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah Ubijalar Antin ,1 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Antin ,6 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Jagung URI 3 H 88 10,68 Kandungan nutrisi amilosa 7,65% mencirikan jagung pulut, rasa tongkol muda enak/gurih. Tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah HJ21 Agritan 82 12,2 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah HJ22 Agritan 80 12,1 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah Gandum Guri 3 Agritan 125 7,5 Adaptif di dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis Guri 4 Agritan 123 8,6 Adaptif di dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis Guri 5 Agritan 123 8,6 Adaptif di dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis Sorgum Suri 3 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0% Suri 4 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0% 16 Laporan Tahunan 2014

24 Produksi dan Distribusi Benih Sumber Tidak tersedianya benih bermutu pada saat dan dalam jumlah yang tepat hampir selalu terjadi dalam pengembangan varietas unggul baru yang berperan penting dalam peningkatan produksi. Oleh karena itu, Puslitbang Tanaman Pangan beserta unit kerja penelitiannya terus berupaya memproduksi benih sumber untuk dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan dan penangkar benih di setiap daerah. Produksi Benih Sumber Padi Pada tahun 2014 telah diproduksi 135,6 ton benih sumber padi (BS, FS, dan SS) untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 33 propinsi, kegiatan demfarm, dan visitor plot di semua BPTP. Unit Produksi Benih Sumber (UPBS) BB Padi memproduksi benih sumber sebanyak 104,9 ton, yang terdiri atas 41,89 ton kelas BS, 22,91 ton kelas FS, dan 40,10 ton kelas SS dari berbagai varietas unggul padi. Sementara itu, UPBS Lolit Tungro memproduksi benih sumber padi kelas SS sebanyak 30,78 ton dari varietas unggul Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, dan Inpari 9 Elo yang tahan penyakit tungro. Benih padi tahan tungro ini diperuntukkan bagi daerah-daerah yang endemik tungro. Penyakit penting ini pernah merusak pertanaman padi di sentra produksi di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali beberapa dekade yang lalu. Produksi Benih Sumber Aneka Kacang dan Ubi Benih sumber tanaman aneka kacang dan ubi yang telah diproduksi pada tahun 2014 adalah 85,86 ton yang terdiri atas kelas NS, BS, dan FS. Benih aneka kacang yang diproduksi terdiri atas (1) 14 VUB kedelai (Grobogan, Anjasmoro, Argomulyo, Mahameru, Dering 1, Burangrang, Wilis, Panderman, Gepak Kuning, Gema, Detam 1, Detam 2, Detam 3 Prida, dan Detam 3 Prida); (2) 11 VUB kacang tanah (Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Bima, Bison, Tuban Gajah, Takar 1, Takar 2, Talam 1, Domba, Kelinci dan Jerapah), dan (3) enam VUB kacang hijau (Vima 1, Murai, Perkutut, Sriti, Kenari, dan Kutilang). Di samping itu, UPBS Balitkabi juga memproduksi benih sumber ubikayu sebanyak stek dari varietas unggul Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang 4, Malang-6, Litbang UK2, UJ-3, dan UJ-5 serta stek ubijalar dari varietas unggul Beta 1, Beta 2, Kidal, Papua Solossa, Sawentar, Antin1, Antin2, Antin3, dan Sari. Benih inti (NS) Produksi benih NS aneka kacang pada tahun 2014 terdiri atas kg benih kedelai, 858 kg benih kacang tanah, dan 64,5 kg benih kacang hijau. Benih inti kedelai yang diproduksi berasal dari varietas Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Malabar, Burangrang, Gema, Detam 1, Detam 2, Detam 3, Detam 4, Mahameru, Panderman, dan Wilis. Benih inti kacang tanah yang diproduksi berasal dari varietas Bima, Hypoma 1, Hypoma 2, Jerapah, Kancil, Gajah, Kelinci, Domba, Takar 1, Takar 2, Talam 1, dan Tuban. Untuk kacang hijau, benih yang diproduksi berasal dari varietas Kutilang, Perkutut, Kenari, Murai, Sriti, dan Vima 1. Benih penjenis (BS) Calon benih kedelai yang telah diproduksi berjumlah kg, kemudian menghasilkan 7.277,5 kg benih penjenis. Dari kg calon benih kacang tanah dihasilkan kg benih BS. Dari produksi BS kacang hijau dihasilkan kg calon benih. BS ubikayu telah diproduksi sebanyak stek dan stek diantaranya dipertahankan di pertanaman. Benih ubijalar telah diproduksi sebanyak stek dan hingga akhir tahun 2014 terdapat 0,24 ha pertanaman ubijalar untuk produksi benih. Benih penjenis kedelai yang diproduksi berasal dari varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Grobogan, Detam 1, Gema, Laporan Tahunan

25 Gepak Kuning, Grobogan, Mahameru, Panderman, Dering 1, Kaba, dan Wilis. Produksi benih penjenis ubikayu dilaksanakan di Malang Selatan pada lahan seluas 1 ha, yang terdiri atas varietas Adira 1, Adira 2, Darul Hidayah, Litbang UK 2, Malang 1, Malang 4, Malang 6, UJ3, dan UJ5. BS ubikayu telah dipanen sebanyak stek, dan di pertanaman masih terdapat sekitar stek. Produksi BS ubijalar dilaksanakan di KP Kendalpayak pada lahan seluas 0,5 ha dan telah dipanen 50% dengan hasil stek dan sisanya masih berada di pertanaman. Benih dasar (FS) Benih FS kedelai telah diproduksi dan menghasilkan kg calon benih dan kemudian diproses menjadi benih ,75 kg. Benih FS kacang tanah telah dihasilkan sebanyak 1.713,5 kg dan dari produksi benih kacang hijau dihasilkan kg calon benih yang diproses menjadi 647 kg benih FS. Distribusi Benih Aneka Kacang dan Ubi Benih sumber aneka kacang dan ubi yang diproduksi selain diperuntukkan untuk tujuan komersial juga untuk keperluan display, denfarm, dan mendukung penguatan UPBS BPTP di 14 provinsi. Pada tahun 2014, UPBS Balitkabi telah menyalurkan benih sumber kedelai sebanyak kg ke 32 propinsi, dan terbanyak ke BPTP (5.024,50 kg). Untuk Balitkabi sendiri dialokasikan kg benih kedelai, kg untuk keperluan perbanyakan benih dasar (FS), 211,5 kg untuk penelitian, dan 460,5 kg untuk diseminasi/bantuan benih. Jumlah benih kedelai yang paling banyak didistribusikan adalah 4.014,75 kg (29,86%) yang berasal dari varietas Anjasmoro, kemudian diikuti oleh varietas Grobogan 1.788,45 kg (13,30%). Distribusi benih penjenis kacang tanah dalam periode Januari-Desember 2014 mencapai ,5 kg, mencakup ke 23 propinsi, dengan distribusi terbesar ke Propinsi Jawa Timur sebanyak 2657,5 kg (47,64%). Benih kedelai yang banyak diminati adalah varietas Kancil, mencapai 3.258,75 kg (58,42%). Pada tahun 2014, UPBS Balitkabi telah mendistribusikan 1.945,75 kg benih penjenis kacang hijau ke 21 propinsi, terbanyak ke Propinsi Jawa Timur yaitu 1.062,5 kg, 640 kg atau 60,2% diantaranya ke pihak swasta, benih varietas Vima 1 822,75 kg (42,3%) dan varietas Kenari 333,5 kg (17,1%). Distribusi benih penjenis ubijalar tada tahun 2014 mencapai stek, dengan tujuan ke delapan propinsi dan terbanyak ke Propinsi Bangka Belitung stek. Benih yang banyak distribusikan brasal dari varietas Beta 1 (6.150 stek) dan Antin 1 (6.130 stek). Distribusi benih penjenis ubikayu pada tahun 2014 mencapai stek ke delapan propinsi. Distribusi terbanyak ke Propinsi Jawa Timur ( stek) dan benih yang terbanyak didistribusikan berasal dari varietas Malang 4. SMM Perbenihan (ISO ) Penerapan SMM ISO pada produksi benih di Balitkabi untuk kelas BS kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubikayu dimulai sejak tahun Pada tahun 2013 dilakukan resertifikasi dengan penambahan ruang lingkup produksi benih FS kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Pada tahun 2014 dilakukan penambahan ruang lingkup produksi benih BS ubijalar. Dalam periode Januari-September 2014 diperoleh 109 umpan balik dari pengguna benih, dan tidak satu pun yang memberikan penilaian kurang terhadap enam kategori yang disodorkan. Dalam upaya mendukung penyediaan benih sumber serealia di Indonesia, Badan Litbang Pertanian telah membentuk UPBS yang memproduksi benih sumber serealia kelas BS dan FS dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9001:2008. Pengembangan sistem produksi dan distribusi benih sumber serealia dengan penerapan manajemen mutu bertujuan untuk: (1) memproduksi benih sumber serealia (jagung, sorgum, gandum) kelas BS dan FS dengan penerapan SMM, dan (2) mengevaluasi UPBS berbasis sistem manajemen mutu (SMM) ISO dalam produksi dan distribusi benih sumber serealia dengan menerapkan dan memanfaatkan laboratorium terakreditasi berbasis ISO/IEC 17025: Laporan Tahunan 2014

26 Produksi Benih Sumber Jagung dan Serealia Lainnya Sampai tahun 2014 telah diproduksi 35,24 ton benih sumber jagung dan serealia lainnya untuk kelas BS dan FS. Benih sumber jagung sebanyak 30,04 ton terdiri tas varietas Bisma, Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Pulut URI, Gumarang, Arjuna, Anoman, dan Bima 19 URI. Benih gandum yang diproduksi 388 kg yang berasal dari varietas Selayar, Nias, dan Dewata. Benih sorgum telah diproduksi sebanyak 4,81 ton yang berasal dari varietas Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2. Pada tahun 2014, UPBS Balitsereal telah memproduksi benih jagung kelas BS sebanyak kg dan hibrida F kg, kelas FS kg, sorgum kg dan gandum 388 kg. Distribusi Benih Jagung dan Serealia Lainnya Distribusi benih jagung klas BS pada tahun 2014 adalah 6.160,45 kg yang didominasi oleh varietas Sukmaraga, Lamuru, Pulut URI, Bisma, dan Arjuna. Benih jagung kelas FS yang terdistribusi pada tahun 2014 adalah ,9 kg, dengan distribusi terbanyak berturut-turut dari varietas Lamuru, Bisma, dan Srikandi Kuning. Distribusi benih sorgum sepanjang tahun 2014 tercatat 3.196,9 kg, yang didominasi oleh varietas Numbu dan Kawali. Sedangkan benih gandum telah terdistribusi 362,5 kg. Tabel 8. Produksi benih sumber tanaman pangan yang telah didistribusikan pada tahun Komoditas Varietas Penyebaran Padi Batang Piaman, Batutegi, Cibogo, Cigeulis, Ciherang, Gilirang, Seluruh propinsi Cilamaya Muncul, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 9, Inpago 10, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 6, Inpari 7, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 28, Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32, Inpari 33, Pepe, Logawa, Mekongga, Widas, Towuti, Sintanur, Memberamo, Situ Bagendit, Situ Patenggang, Mendawak, Sunggal, Way Apo Buru. Jagung Lamuru, Anoman, Lagaligo, Bisma, Arjuna, Srikandi Kuning, Seluruh propinsi Srikandi Putih, Gumarang, Pulut UIR 1, Provita A1, Provita A2 Sorgum Super 1, Super 2, Kawali, Numbu Sumut, Riau, Lampung Bali, Banten, DKI Jakarta, Jabar, NTT, Jatim, Jateng Kalbar, Kaltim, Sulsel. Gandum Nias, Selayar, Dewata Jabar, Jateng, dan Sulsel Kedelai Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Wilis, Gema, Ijen, Kaba, Seluruh propinsi Sinabung, Tanggamus, Malabar, Grobogan, Panderman, Gepak Kuning, Mahameru, Dering 1, Dering 2, Detam 1, Detam 2, Detam 3. Kacang tanah Bima, Bison, Doma, Gajah, Jerapah, Kancil, Kelinci, Tuban, NAD, Sumut, Sumsel, Talam 1, Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Takar 2, NTB, Lampung, Kep. Riau Jambi, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Gorontalo, Sulteng, Papua. Kacang hijau Betet, Kenari, Kutilang, Murai, Perkutut, Sriti, Walet, Vima 1. NAD, Sumut, Sumsel, Jambi, Lampung, Kep. Riau, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTT, NTB, Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Gorontalo, Sulteng, Papua. Laporan Tahunan

27 Teknologi Produksi Teknologi produksi yang dihasilkan pada tahun 2014 mencakup budi daya, pengolahan tanah pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan, dan pascapanen primer. Pengendalian Penyakit HDB Sesuai Perkembangan Patotipe Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit utama padi yang tersebar di berbagai ekosistem di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogennya dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari pesemaian sampai menjelang panen melalui luka daun berupa stomata dan merusak klorofil daun. Akibatnya kemampuan tanaman melakukan fotosintesis menurun. Bila serangan terjadi di awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati. Pada tanaman dewasa, penyakit HDB menimbulkan gejala hawar (blight). Gejala kresek maupun hawar dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan, dan selanjutnya daun menjadi kering. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, gabah tidak terisi penuh bahkan hampa, kehilangan hasil mencapai 50-70%. Cara pengendalian yang paling efektif adalah menanam varietas tahan. Namun hal ini terhambat oleh kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen, yang menyebabkan ketahanan varietas tidak bertahan dapat lama. Ketahanan varietas berbeda menurut waktu dan tempat. Oleh karena itu, pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Dalam hal ini dapat dipedomani peta penyebaran patotipe. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas tahan patotipe III, pada daerah yang dominan patotipe IV dapat menggunakan varietas tahan patotipe IV, dan pada daerah yang dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII. Penanganan Susut Hasil Panen Padi Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae pada tanaman padi. Panen merupakan kegiatan akhir dari proses produksi. Pada saat panen padi, susut hasil dapat terjadi karena adanya gabah yang rontok di lapangan. Oleh karena itu, panen padi harus sesuai dengan umur panen tanaman. Ketidaktepatan saat panen mengakibatkan kehilangan hasil tinggi dan mutu gabah/beras rendah. Perontokan merupakan tahap pascapanen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan gabah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai lebih dari 5%. Cara perontokan padi dapat menggunakan pedal thresher dan power thresher. Seringkali terjadi keterlambatan panen dan penundaan perontokan karena kurangnya mesin perontok. Kehilangan hasil padi di beberapa lokasi dapat mencapai 18,75% (lebih 20 Laporan Tahunan 2014

28 dari 10% tidak terontok atau tercecer pada saat perontokan). Untuk mengurangi susut hasil panen padi perlu dilakukan perbaikan cara panen dan perontokan. Pemanenan dengan sistem kelompok dilengkapi dengan mesin perontok mampu menurunkan susut hasil secara nyata. Pemanenan padi dengan sistem kelompok menggunakan tenaga pemanen terbatas, bekerja secara beregu yang dipimpin ketua kelompok, dan perontokan gabah menggunakan mesin perontok. Jumlah tenaga pemanen yang efisien berkisar antara orang/ha. Pemanenan dan perontokan gabah dengan sistem kelompok dilakukan dengan tahapan berikut: 1) penetapan umur panen optimal, yaitu apabila bulir padi lebih dari 90% sudah menguning; 2) inventarisasi luas panen, jumlah kelompok panen, dan mesin perontok; 3) kelompok jasa pemanen dan UPJA menyiapkan karung dan terpal; 4) pelaksanaan kerja panen di lapang, ketua kelompok membagi tugas ke dalam kelompok, yaitu pemotongan padi, pengumpulan potongan padi, dan perontokan dan pengemasan gabah; 5) setelah semua siap, panen padi dapat dimulai, jumlah tenaga pemanen orang/ha dengan satu unit power thresher kapasitas 1,0-1,2 t/jam, dan 6) setelah tumpukan padi cukup, proses perontokan dapat segera dimulai. Keuntungan panen dengan sistem kelompok adalah dapat menekan susut hasil, mulai dari panen sampai perontokan gabah oleh kelompok jasa pemanen (20-30 orang) sebesar 3,19-4,9%. Susut hasil panen dengan sistem keroyokan dan perontokan gabah dengan cara digebot berkisar antara 7,61-11,31%. Pemanenan padi dengan sistem kelompok menggunakan mesin perontok dapat menyelamatkan susut hasil sampai 8%. Bila susut hasil pada saat panen dan perontokan dapat diturunkan 3% dengan asumsi produksi gabah di Indonesia 70 juta ton GKG, maka total hasil panen yang dapat diselamatkan 2,1 juta ton GKG. Apabila harga gabah Rp 5.000/kg, maka nilai produksi padi yang dapat diselamatkan dari kegiatan panen dan perontokan gabah mencapai Rp 10,5 milyar. Selain itu, berkurangnya susut hasil panen sebesar 2,1 juta ton GKG atau setara Panen padi dengan sistem kelompok dapat mengurangi susut hasil 3,2-4,9%. dengan 1,2 juta ton beras berperan penting dalam mewujudkan swasembada beras secara berkelanjutan. Pemberian Amelioran Berdasarkan Al-dd pada Padi Rawa Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) bukan merupakan paket teknologi, tetapi pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dengan pengelolaaan dan penerapan teknologi yang tepat, lahan rawa dengan tingkat kesuburan rendah dapat dijadikan sebagai lahan pertanian produktif. Produktivitas lahan rawa umumnya rendah karena tingginya kemasaman tanah (ph rendah), serta kelarutan Fe, Al, Mn, dan rendahnya ketersediaan unsur hara, terutama P dan K, serta kejenuhan basa yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Takaran amelioran selain bergantung pada kondisi lahan terutama ph tanah dan kandungan Al, Fe, SO 4, dan H +, juga ditentukan oleh jenis tanaman yang akan ditanam. Laporan Tahunan

29 daun bakteri (HDB) menggunakan lima varietas diferensial, yaitu Kinmaze, Kogyoku, Tetep, Waseaikoku, dan Java 14, ditanam di antara pertanaman padi milik petani. Hasil pengujian menunjukkan varietas Kinmaze mengalami infeksi HDB yang parah. Varietas Kogyoku dan Tetep juga tergolong rentan terhadap HDB dari lahan rawa pasang surut. Penyiapan lahan dengan cara olah tanah sempurna (OTS) + 2 t/ha amelioran + pupuk sesuai hasil analisis tanah/putr memberikan hasil 5,10 t/ha GKG. Cara aplikasi amelioran adalah disebar di permukaan tanah, kemudian diaduk merata dengan tanah sampai lapisan olah 0-20 cm dan diinkubasi selama 1 minggu sebelum tanam. Bahan amelioran atau pembenah tanah dapat berupa kapur (kalsit dan dolomit) maupun bahan organik (abu sekam, serbuk kayu gergaji, pupuk kandang, kompos jerami, dan kompos limbah pertanian lainnya). Pemberian amelioran berupa kapur dalam bentuk kalsit dan dolomit sebanyak 1-2 t/ha setara menurunkan kejenuhan Al 20-60% dan meningkatkan ketersediaan Ca dan Mg. Hasil penelitian di lahan rawa di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa penyiapan lahan dengan cara olah tanah sempurna (OTS) + 2 t/ha amelioran + pupuk sesuai hasil analisis tanah/ PUTR) memberikan hasil 5,10 t/ha GKG, sedangkan tanpa amelioran hanya 4,05 t/ha. Pemberian bahan amelioran dan pupuk N, P, dan K yang sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan hasil padi di lahan rawa. Penentuan Patotipe HDB di Lahan Rawa dengan Varietas Diferensial Pengujian reaksi tingkat keparahan varietas diferensial di sentra produksi padi lahan rawa pasang surut yang endemis penyakit hawar Wase Aikoku adalah varietas diferensial yang mengandung dua gen tahan, sedangkan Java 14 mengandung tiga gen tahan. Kedua varietas diferensial ini menunjukkan tingkat keparahan penyakit HDB yang bervariasi. Varietas Wase Aikoku bereaksi tahan 66,6% dan rentan 33,3%, sedangkan Java 14 menunjukkan reaksi tahan 83,3% dan rentan 16,6%. Hasil pengujian di rumah kaca menunjukkan patogen HDB tergolong patotipe III, IV, dan VIII. Komposisi atau dominasi patotipe III adalah 66,6%, patotipe IV 16,6%, dan patotipe VIII 16,6%. Berdasarkan pengujian lapang dan rumah kaca, HDB di lahan rawa pasang surut Sumatera Selatan didominasi oleh patotipe III (>60%), sedangkan patotipe IV dan VIII masing-masing ±20%. Informasi ini berguna sebagai dasar dalam penyusunan strategi pewilayahan dan rekomendasi penanaman varietas tahan HDB di lahan rawa pasang surut di Sumatera Selatan. Sistem Olah Tanah Konservasi pada Budi Daya Padi Gogo Perbaikan cara tanam dapat meningkatkan populasi tanaman dan hasil padi gogo. Persiapan lahan dilakukan dengan olah tanah ringan (OTR), atau tanah diolah hanya pada barisan tanaman yang akan ditanami padi gogo dan tanpa olah tanah (TOT), atau tanah dibersihkan dari rerumputan kemudian ditugal untuk ditanami. Pada perlakuan OTR, pencangkulan setelah lahan dibersihkan dari rumput dan semak. Setelah bersih dilakukan pencangkulan hanya pada barisan tanam yang akan ditanami padi gogo. Bongkahan tanah kemudian diratakan sampai siap ditanami. Pada perlakuan TOT, lahan dibersihkan dari rumput dan semak dengan parang atau herbisida. Lahan yang sudah bersih dan cukup gembur 22 Laporan Tahunan 2014

30 serta lembab karena air hujan selanjutnya langsung dilakukan penugalan. Pengendalian Penyakit Blas pada Padi Gogo dengan Sistem Tanam Mozaik Varietas Blas adalah penyakit utama padi gogo yang disebabkan oleh jamur Pyrycularia grisea. Jika penyakit menginfeksi tanaman pada fase vegetatif disebut blas daun dan pada fase generatif disebut blas leher. Penyakit blas lebih merugikan bila penularannya terjadi pada saat tanaman telah memasuki fase generatif (blas leher). Pengendalian penyakit blas dapat diupayakan melalaui penanaman varietas tahan dan sistem tanam multivarietas atau mozaik varietas. Sistem tanam mozaik varietas padi gogo menggunakan 3-4 varietas yang ditanam sekaligus secara berselang-seling. Tujuan dari pengaturan cara tanam ini adalah untuk menyelamatkan tanaman padi gogo dari ancaman penyakit blas. Dengan cara ini, ras blas yang dominan merusak salah satu varietas tidak menginfeksi varietas yang lain. Hasil penelitian memperlihatkan tingkat penularan penyakit blas daun pada padi gogo fase vegetatif (30 HST) dan blas leher pada fase generatif (60 HST) dan menjelang panen (90 HST) yang ditanam secara mozaik lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono varietas. Hal ini berdampak terhadap lebih tingginya hasil padi gogo yang ditanam dengan sistem mozaik varietas dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono varietas. Teknik olah tanah ringan (OTR) dan tanpa olah tanah (TOT) dalam budi daya padi gogo. Gejala penyakit blas daun (kiri) dan blas leher (kanan) pada tanaman padi gogo Inpago 5 Situ Bagendit Limboto Situ Bagendit Inpago 8 Sistem tanam padi gogo secara mozaik. Laporan Tahunan

31 Teknologi Pengendalian Tungro dengan Varietas Tahan dan Konservasi Musuh Alami Teknologi ini mengkombinasikan waktu tanam dan varietas tahan dengan teknik konservasi musuh alami, aplikasi pestisida hayati, dan praktek budi daya. Pengolahan tanah dilakukan sebelum membuat pesemaian dan pembersihan pematang secara mekanik setiap dua minggu sekali. Pestisida hayati Andrometa diaplikasikan 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam. Andrometa merupakan campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dengan konsentrasi konidia 2 x 106 dan ekstraks sambiloto dengan konsentrasi 4 g/l. Varietas yang ditanam adalah Inpari 9 Elo, salah satu varietas unggul padi yang tahan tungro dengan potensi hasil 9,3 t/ha. Pada perlakuan Andrometa dan waktu tanam satu bulan sebelum waktu tanam anjuran hampir tidak ditemukan hama wereng hijau yang merupakan penular penyakit tungro, baik nimfa maupun dewasa pada semua varietas. Populasi wereng hijau terendah terdapat pada perlakuan satu bulan sebelum waktu tanam anjuran dengan menggunakan Andrometa dan varietas tahan Inpari 9 (W1P1V3) dengan populasi wereng hijau 0,25 ekor pada 5 MST. Hal ini membuktikan bahwa memadukan penggunaan Andrometa dan varietas tahan dapat menekan populasi wereng hijau. Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Sawah Paket teknologi budi daya kedelai di lahan sawah (pola-tanam padi-padi-kedelai) terdiri atas komponen teknologi varietas unggul yang tidak banyak membutuhkan air dan biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif mengendalikan hama/penyakit kedelai, yakni: (a) kedelai berumur genjah varietas Gema, Grobogan, Gepak Kuning, Argomulyo, dan toleran kekeringan varietas Dering, dan (b) biopestisida Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, bakteri Pf, serbuk biji mimba (SBM), dan minyak cengkeh. Penelitian pada lahan sawah di Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun (Jawa Timur), jenis tanah Vertisol, pada MK II 2014 menunjukkan penerapan paket teknologi I budi daya kedelai memberikan hasil 1,78 t/ha dan 2,23 t/ha dan 2,30 t/ha dan 2,26 t/ha untuk paket teknologi II. Dalam penelitian ini digunakan varietas Anjasmoro dan Dering. Tingkat hasil ini tergolong tinggi, di atas ratarata produktivitas nasional yang baru mencapai 1,4 t/ha. Keragaan tanaman kedelai (pola tanam padi-padi-kedelai) varietas Anjasmoro (kiri) dan Dering (kanan) pada lahan sawah tanah Vertisol di Kec. Pilangkenceng, Kab. Madiun, Jawa Timur, MK II, Laporan Tahunan 2014

32 Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Kering Masam Paket teknologi budi daya kedelai untuk lahan kering masam terdiri atas pupuk hayati, pupuk organik kaya hara, dan biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif, yaitu (a) rhizobium Iletrisoy, (b) pupuk hayati bakteri pelarut fosfat, (c) pupuk organik kaya hara Santap-M, (d) biopestisida Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, bakteri Pf, serbuk biji mimba (SBM), dan minyak cengkeh. Petani umumnya masih mengandalkan pupuk anorganik buatan pabrik yang harganya relatif tinggi dan tidak jarang petani mengalami kesulitan untuk memperolehnya. Pupuk organik kaya hara Santap M berperan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah dan merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas lahan kering masam. Paket teknologi budi daya kedelai tersebut diteliti pada lahan kering masam di Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, pada MH II tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan paket teknologi budi daya dengan menggunakan varietas Anjasmoro dan Panderman mampu menghasilkan 2,14-2,16 t/ ha biji kering. Angka ini lebih tinggi dari hasil kedelai yang dibudidayakan petani di lokasi penelitian yang hanya 1,7 t/ha. Paket Teknologi Budi Daya Kedelai untuk Lahan Pasang Surut Lahan rawa pasang surut umumnya bereaksi masam dengan tingkat kesuburan yang rendah. Paket teknologi budi daya kedelai untuk lahan pasang surut tipe luapan C tediri atas: (a) rhizobium Iletrisoy, (b) pupuk Penerapan paket teknologi budi daya kedelai menggunakan varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman (kanan) mampu menghasilkan 2,14-2,16 t/ha biji kering di lahan kering masam Kalimantan Selatan, MH II Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman (kanan) di lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan, MH II 2014 Laporan Tahunan

33 Daun dan biji mimba, bahan dasar insektisida nabati untuk pengendalian hama pemakan daun kedelai hayati bakteri pelarut fosfat, dan (c) biopestisida Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, bakteri Pf, serbuk biji mimba (SBM), dan minyak cengkeh. Paket teknologi ini diteliti di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada MH II tahun 2014 menggunakan varietas Anjasmoro dan Panderman. Hasil penelitian menunjukkan penerapan paket teknologi budi daya ini menghasilkan 1,5-1,6 t/ha biji kering, lebih tinggi dari paket teknologi budi daya petani di lokasi yang hanya mampu memberi hasil 1,0 t/ha. Pengendalian Hama Kedelai dengan Bioinsektisida Virgra, bioinsektisida berbahan aktif virus untuk pengendalian ulat pemakan daun dan penggerek polong kedelai Bioinsektisida yang terdiri atas serbuk biji mimba, Virgra, dan Biolec telah diuji keefektifannya untuk pengendalian hama utama kedelai. Serbuk biji mimba untuk mengendalikan hama lalat kacang, kutu kebul, dan ulat pemakan daun. Virgra untuk mengendalikan hama pemakan daun dan penggerek polong, sedangkan Biolec untuk mengendalikan hama pengisap polong dan kutu kebul. Bioinsektisida diaplikasi pada sore hari (sekitar pukul 16.00) untuk mengurangi paparan sinar ultraviolet dengan larutan volume semprot l air/ha. Pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida di dua lokasi (Pasuruan dan Banyuwangi) menunjukkan bahwa hasil kedelai 1,92 t/ha di Pasuruan dan 2,16 t/ha di Banyuwangi, setara dengan hasil kedelai dengan teknologi pengendalian insektisida kimia. BioLec bioinsektisida berbahan aktif konidia cendawan L. lecanii untuk pengendalian hama pengisap polong kedelai. Kondisi pertanaman kedelai yang menggunakan insektisida kimia (kiri) dan bioinsektisida (kanan) untuk mengendalikan hama. Pengendalian Penyakit Kedelai dengan Biofungisida Biofungisida untuk pengendalian penyakit utama kedelai terdiri atas TRICHOL-8, BACTAG, dan Ceka yang telah diuji keefektifannya. TRICHOL-8 dan BACTAG efektif mengendalikan penyakit tular tanah yang disebabkan oleh cendawan S. rolfsii, R. solani, Pythium sp. dan Fusarium. Penelitian di Pasuruan dan Banyuwangi, Jawa Timur menunjukkan hasil kedelai pada perlakuan biofungisida adalah 1,68 t/ha di Pasuruan dan 2,03 t/ha di Banyuwangi. 26 Laporan Tahunan 2014

34 Minyak cengkeh Ceka (kiri) dan daun kedelai yang diberi dan tanpa perlakuan Ceka (kanan). Pengendalian Hama Kacang Hijau di Lahan Sawah Setelah Padi Budi daya kacang hijau di lahan sawah setelah padi seringkali mendapat ancaman hama Thrips dan Maruca testulalis yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Serangan Thrips pada awal pertumbuhan menyebabkan daun pucuk keriting dan tanaman tumbuh kerdil. Serangan pada fase berbunga menyebabkan bunga rontok, polong tidak terbentuk, dan hasil menurun 12-64%, bergantung pada intensitas serangan. Hama lain yang merusak tanaman kacang hijau adalah M. testulalis. Larva hama ini sering merusak kuncup bunga dan polong, yang dapat menyebabkan kehilangan hasil 13-59%, bahkan di daerah endemik mencapai 83%. Pengendalian hama menggunakan bioinsektisida secara penuh, atau dikombinasikan dengan pestisida kimia, merupakan salah satu cara yang dapat mengatasi gangguan hama. Teknik Budi Daya Kacang Tanah di Lahan Masam Kacang tanah relatif toleran lahan masam dibanding kedelai dan kacang hijau. Kendala budi daya kacang tanah di lahan masam adalah rendahnya ph tanah, kandungan C organik, hara N, P dan Ca rendah, serta tingginya kandungan Al dan Mn yang dapat bersifat racun bagi tanaman. Penggunaan varietas toleran tanah masam, amelioran, pupuk hayati, dan pupuk NPK dengan dosis yang tepat, hasil kacang tanah pada lahan masam dapat mencapai lebih dari 2,0 t/ha polong kering. Di samping masalah keharaan, hama penggerek polong di lahan masam juga sering mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Penggerek polong (Etiella zinckenella) adalah hama penting tanaman kacang tanah yang dapat merusak polong dan menurunkan hasil hingga 70%. Penggunaan insektisida kimia, varietas rentan penggerek polong, dan tersedianya tanaman inang sepanjang tahun dapat memicu peningkatan serangan hama penggerek polong pada tanaman kacang tanah. Teknologi Produksi Ubijalar di Lahan Kering dan Sawah Irigasi Teknologi produksi ubijalar yang diimplementasikan pada lahan kering di Wonosari (Malang) dan KP Genteng menggunakan varietas Ayamurasaki (daging umbi berwarna ungu) dan diberi pupuk pupuk kandang 5 t/ ha dan 100 kg Urea kg SP kg KCl memberi hasil tertinggi 28,6 t/ha. Di lahan sawah setelah panen padi, ubijalar varietas Kidal (warna daging umbi kuning) dan Shiroyutaka (warna daging umbi putih) memberi hasil yang lebih tinggi dibanding Laporan Tahunan

35 Ayamurasaki. Pemupukan yang dianjurkan untuk ubijalar pada lahan sawah setelah padi pada Entisol KP Genteng cukup 100 kg urea/ha. Teknologi Produksi Ubikayu di Lahan Kering Tanah Alfisol Penerapan teknologi produksi ubikayu pada tanah Alfisol di Kalipare (Malang Selatan) menggunakan varietas Malang-4, Adira-4, dan Litbang UK2 memberikan hasil 62,91 t/ha untuk Malang-4, 55,3 t/ha untuk Litbang UK-2, dan 49,0 t/ha untuk Adira 4. Berdasarkan analisis usahatani menunjukkan teknologi produksi menggunakan varietas unggul Malang-4, Litbang UK-2, dan Adira-4 memberikan keuntungan yang tinggi sehingga layak dikembangkan pada lahan kering Alfisol. Sistem Tanam Jajar Legowo Jagung dalam Tumpangsari dengan Kedelai Teknologi tanam jajar legowo pada tanaman jagung dapat meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Sistem tanam jajar legowo pada jagung, dua baris tanaman dirapatkan (jarak tanam antarbaris dirapatkan), sehingga ruangan antara setiap dua baris tanaman lebih longgar, tetapi tidak mengurangi populasi tanaman. Hasil jagung dengan sistem tanam jajar legowo yang ditumpangsarikan dengan kedelai relatif lebih tinggi dibanding sistem tanam jajar legowo tanpa tumpangsari. Hal ini disebabkan oleh adanya subsidi hara N yang berasal dari penambatan N dari tanaman kedelai. Pada bagian baris jajar legowo yang ditanami kedelai dua baris menghasilkan >0,5 t/ha. Guludan untuk penanaman ubikayu (kiri) dan varietas Malang 4 yang ditanam di guludan memberikan hasil 63 t/ha (kanan). Tabel 9. Hasil jagung dan kedelai dengan sistem tanam jajar legowo tumpangsari. KP Bontobili, Sulawesi Selatan, Perlakuan Jagung Hasil (t/ha) Kedelai (110-40) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,70 0,54 (110-40) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,66 0,27 (110-40) x 20 monokultur jagung (legowo) 7,34 - (100-50) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,31 0,53 (100-50) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,27 0,24 (100-50) x 20 monokultur jagung (legowo) 6,65-75 cm x 20 cm monokultur jagung sistem normal 6,46-40 cm x 20 cm monokultur kedelai sistem normal - 1,07 28 Laporan Tahunan 2014

36 Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah Di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, petani umumnya memupuk tanaman jagung berdasarkan perhitungan jumlah benih yang ditanam, yaitu 1 kg benih setara dengan 1 zak pupuk, sehingga penggunaan pupuk N (urea) cenderung berlebih. Penggunaan pupuk P dan K kurang optimal, bahkan sering tidak melakukan pemupukan P dan K, meskipun di lahan tersebut tanaman jagung responsif terhadap pupuk P dan K. Hasil survei menunjukkan bahwa takaran pupuk yang diberi petani pada tanaman jagung rata-rata kg N, 0-22,5 kg P 2 O 5, dan 0-22,5 kg K 2 O/ha dengan tingkat hasil rata-rata 6,0-7,7 t/ha. Berdasarkan penggunaan PUJS dan analisis tanah (P rendah sampai tinggi, K sedang-tinggi) dengan peluang hasil 9 t/ha, maka rekomendasi takaran pupuk adalah 170 kg N, kg P 2 O 5, dan 33 kg K 2 O (Tabel 10). Berdasarkan analisis PUJS, penggunaan N akan menurun dan penggunaan P dan K meningkat. Pada tanaman jagung di lahan sawah di Desa Tonasa dan Sanrobone dan pemupukan K di Takalar, pupuk P cukup diberikan pada MT I dan pada MT II II tidak perlu pemupukan. Pupuk Organik dari Limbah Tanaman Jagung Pemanfaatan lahan secara intensif secara terus-menerus dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka panjang, juga diperlukan untuk memperbaiki tekstur tanah. Pemanfaatan bahan organik dari limbah tanaman jagung dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman secara insitu, namun memerlukan proses perombakan limbah yang cukup lama. Mikroorganisme dekomposer yang diperoleh dapat merombak limbah batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat diproses secara in situ dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan. Dengan demikian usahatani jagung lebih efisien dan menjaga tingkat produktivitas lahan. Dari hasil penelitian telah diperoleh enam mikroorganisme yang efektif merombak biomas jagung untuk pupuk organik. Hasil seleksi cendawan dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan menunjukkan cendawan O5 lebih bak dibanding EM4 sebagai dekomposer Tabel 10. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi pada jagung di lahan sawah pada beberapa desa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Rekomendasi pemupukan Takaran pupuk existing spesifik lokasi dengan Kecamatan/desa di tingkat petani (kg/ha) Hasil peluang hasil 9 t/ha (t/ha) N P 2 O 5 K 2 O N P 2 O 5 K 2 O Kec. Sanrobone Banyuanyarang 352,5 7,5 7,5 7, Tonasa , * 33 Sanrobone , * 33 Paddinging , Kec. Patallasang Palantikang Sombalabella , Bajeng dan Salaka 237,5 7,5 7,5 7, Kec. Galesong Selatan Barammamase 263,5 22,5 22,5 7, Botomarannu , Kec. Mappakasunggu Patani , *Diberikan pada musim tanam I, dan tidak diberi pada musim kedua Laporan Tahunan

37 limbah tanaman jagung. Aplikasi cendawan dekomposer O5 mampu menghasilkan kompos dengan kandungan N lebih tinggi dan C/N lebih rendah dibanding dekomposer EM4. Bacillus subtilis sebagai Agensia Pengendali Hayati Cendawan Tular Tanah Formulasi pestisida hayati bakteri antagonis efektif mengendalikan penyakit utama jagung. Jenis mikrobia (bakteri) yang dikembangkan sebagai bahan baku biofungisida adalah Bacillus subtilis, B. polymyxa, B. thuringiensis, B. pantotkenticus, Burkholderia cepacia, dan Pseudomonas fluorescens. Pada tahun 2014 penelitian difokuskan pada pemanfaatan bakteri B. subtilis. B. subtilis TM4 diisolasi dari tanah dan akar sisa tanaman jagung. Bakteri ini diformulasikan dalam bentuk tepung dan telah diuji efektivitasnya di laboratorium terhadap cendawan Rhizoctonia soloni, Fusarium moniliforme, dan Bipolaris maydis yang cukup baik menekan perkembangan cendawan tersebut. Pengujian di rumah kaca menunjukkan formulasi B. Subtilis TM4 mampu memberikan vigor tanaman yang lebih baik, meningkatkan bobot tanaman, dan menekan perkembangan cendawan patogen R. solani. Bakteri antagonis B. Subtilis TM4 mempunyai harapan untuk dikembangkan, namun pengembangan dalam skala luas masih perlu dikaji lebih lanjut, termasuk daya bertahan hidup bakteri ini dalam bentuk formulasi tepung. Formulasi Cendawan Antagonis Trichoderma dan Gliocladium sp untuk Menekan Penyakit Jagung Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan adalah menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman sebagai agen biopestisida, baik secara langsung maupun tidak langsung mengontrol penyakit, terutama patogen tular tanah. Beberapa jenis mikrobia yang sudah dikembangkan sebagai bahan baku biofungisida adalah Trichoderma, Gliocladium sp dan Aspergillus niger, sedang bakteri yang banyak dikembangkan adalah Bacillus subtilis, B. polymyxa, B. thuringiensis, B. pantotkenticus, burkholderia cepacia, dan pseudomonas fluorescens. Beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman dan dapat menekan perkembangan patogen tular tanah (soil borne pathogen). Karenanya, eksplorasi dan skrining agen hayati perlu dilakukan dalam rangka menemukan gen-gen baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian hayati penyakit tanaman. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis. Beberapa mikrobia untuk biofungisida seperti Trichoderma dan Gliocladium sp mudah dikembangkan serta dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam waktu lama, selain itu dapat diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau granular/butiran. Keuntungan dari dua mikroba ini mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga keberadaannya dapat bertahan lama dan aman bagi lingkungan, hewan, dan manusia karena tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah. Trichoderma dan Gliocladium merupakan jamur inperfekti (tidak sempurna) dari subdivisi deuteromycotina, kelas hyphomycetes, ordo moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, koloni dalam biakan umumnya tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau. Bentuk sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai hipocreales atau kadang-kadang eurotiales, clacipitales, dan spheriales. Potensi dan mekanisme antagonistik Trichoderma dan Glicladium: Beberapa spesies Trichoderma dan Glicladium mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik. Beberapa spesies dapat mengeluarkan enzim 1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya. Kemampuan mikoparasit dan persaingan yang kuat dengan patogen. 30 Laporan Tahunan 2014

38 Kedua cendawan antagonis berperan sebagai mikoparasit terhadap Phytium apanidermatum, Rhizoctonia solani, dan Sclerotium ralfsii. Interaksi awal dari kedua cendawan tersebut adalah melalui hifa yang membelok ke arah jamur inang yang diinfeksi. Terjadi respon kemotropik pada cendawan antagonis karena adanya rangsangan dari hifa inang atau senyawa kimia yang dikeluarkan jamur inang. Cendawan antagonis ini juga menghasilkan antibiotik volatile yang diduga mampu mengurangi pertumbuhan miselium Rhizoctonia solani. Trichoderma hamatum juga memproduksi selulase yang diduga mempunyai kemampuan dalam memparasiti Pythium spp. Efektivitas: Mempunyai daya hambat > 50%, Trichoderma dapat menurunkan intensitas penularan penyakit busuk pelepah R. solani yang diinokulasi R. solani dengan kisaran 63,3-69,7%. Gliocladium sp dapat menekan penyakit busuk pelepah dengan kisaran 23,3-54,3%, dan enzim dimer dari Trichoderma memiliki aktivitas spesifik yang lebih tinggi dengan kemampuan lebih besar menghambat pertumbuhan cendawan patogen. Cara penggunaan: Formulasi dicampur dengan air. Penyemprotan sebaiknya pada sore hari. Bahan disimpan di tempat yang sejuk. Penangkaran Benih Jagung Hibrida Silang Tiga Jalur Berbasis Komunitas Teknologi penangkaran benih berbasis komunitas memungkinkan bagi petani untuk mendapatkan benih F1 dengan kisaran 4-8 t/ ha dan hasil biji 12 t/ha. Model penangkaran ini memudahkan memperoleh benih dengan harga murah dan alur distribusi lebih sederhana. Penangkaran benih dilaksanakan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan NTT. Formulasi Trichoderma dan Gliocladium Di NTT, dilakukan sosialisasi pada awal April 2014 dan menanam F1 hibrida. Di Sulawesi Tengah dilaksanakan penangkaran benih F1 Silang Tiga Jalur (STJ) dan sosialisasi. Sementara di Sulawesi Selatan dilaksanakan produksi benih dan menjadi acuan bagi penangkar benih lain. Tahapan pelaksanaan, pertama menentukan perkiraan kebutuhan benih di tingkat komunitas, lingkungan, pesanan swasta/pemerintah, termasuk masalah dan peluang penyediaan benih untuk musim tanam tertentu. Selanjutnya menentukan model produksi spesifik lokasi (termasuk harga benih, penyimpanan sementara, dan distribusi), serta pola pembiayaan dan pembayaran benih melalui musyawarah gabungan kelompok tani. Partisipasi aktif petani dalam proses produksi dan dukungan pemerintah, terutama dalam pemasaran dan distribusi benih, adalah kunci keberhasilan penangkaran benih berbasis komunitas secara berkelanjutan. Di samping teknik produksi, luas area tanam disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja petani mengingat waktu pembungaan dan proses detaselling tanaman jagung membutuhkan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang memadai. Laporan Tahunan

39 Analisis Kebijakan Sosial Ekonomi Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah Irigasi Senjang hasil antarmusim hujan dan musim kemarau diduga disebabkan oleh pendeknya jeda antarmusim dan ketersediaan air irigasi. Petani yang memiliki sawah tetapi kesulitan memperoleh air memilih pola tanam padi-padijagung, sedangkan petani yang memiliki akses terhadap air irigasi lebih memilih pola tanam padi-padi-kedelai. Analisis usahatani bertujuan untuk menentukan pengaruh input yang digunakan. Faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi antara lain luas lahan (X1), benih (X2), pupuk kimia (X3), pupuk organik (X4), bahan aktif pestisida (X5), dan tenaga kerja (X6). Dari hasil pendugaan model fungsi produksi padi diketahui hanya luas lahan (X1), pupuk kimia (X3), dan tenaga kerja (X6) yang berpengaruh terhadap produksi. Sedangkan variabel lainnya, yaitu benih (X2), pupuk organik (X4), dan bahan aktif pestisida (X5) tidak berpengaruh terhadap model fungsi produksi. Model fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatani padi MK I adalah: ln(y) = 0,915 ln(x1). Nilai koefisien determinasi menunjukkan 99,9% variabel produksi padi pada MK I dipengaruhi oleh luas lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Pada usahatani jagung MK II, model fungsi produksi Cobb-Douglas: ln(y) = 0,856 ln(x1). Nilai koefisien determinasi menunjukkan 99,8% variabel produksi jagung pada MK II dipengaruhi oleh luas lahan, sedangkan sisanya oleh faktor lain. Model fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatani kedelai MK II adalah: ln(y) = 0,376 ln(x1) + 0,736 ln(x2) + 0,069 ln(x4). Nilai koefisien determinasi menunjukkan 99,6% variabel produksi kedelai pada MK II dipengaruhi oleh luas lahan, benih, dan pupuk organik, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Model fungsi produksi Cobb-Douglas pada usahatani padi MH adalah: ln(y) = 0,761 ln(x1) + 0,156 ln(x3) + 0,149 ln(x6). Nilai koefesien determinasi menunjukkan 99,9% variabel produksi padi pada MH dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk kimia, dan tenaga kerja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Kinerja dari usahatani tanaman pangan dengan pola padi-padi-jagung dan padi-padikedelai dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keuntungan usahatani dengan pola padipadi-jagung 3,5% lebih tinggi daripada pola padi-padi-kedelai. 2. Tenaga kerja merupakan komponen terbesar dari biaya usahatani (67,0%), diikuti oleh pupuk (18,6%), pestisida (8,5%), dan benih (5,9%). 3. Hasil padi pada MK I adalah 5,4 t/ha, jagung MK II 3,9 t/ha, kedelai 0,8 t/ha, dan padi pada MH 6,5 t/ha. Penerimaan tunai petani dari usahatani padi sawah lebih tinggi daripada usahatani jagung dan kedelai, sehingga padi tetap menjadi sumber utama pendapatan keluarga yang mencapai Rp juta/ha/musim tanam. Penghasilan dari usahatani jagung dan kedelai merupakan sumber pendapatan tambahan pada musim kemarau, masingmasing Rp 8,6 juta/ha/musim dan Rp 6,9 juta/ ha/musim. Usahatani dengan pola padi-padijagung memiliki keuntungan lebih besar (Rp 26 juta/ha/tahun) dibanding pola tanam lain, sehingga banyak diterapkan petani di Desa Sugihan. Namun, nilai R/C rasio pola tanam padi-padi-bera memiliki nilai lebih tinggi yaitu 2,47 dibandingkan dengan pola tanam lain. Rekayasa Ekologi Tanaman Pangan dalam Pola Tanam di Lahan Sawah Irigasi Di Desa Sugihan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, permasalahan yang dihadapi petani adalah cara pengendalian OPT pada budi daya padi yang diperbaiki. Pertemuan petani dengan Tim Peneliti Puslitbang Tanaman Pangan pada tahap awal menayangkan video Pengendalian hama wereng batang cokelat dengan 32 Laporan Tahunan 2014

40 pendekatan rekayasa ekologi. Dijelaskan bahwa pengendalian wereng batang cokelat berbasis lingkungan, dengan menanam bunga di sekitar pertanaman padi. Daerah-daerah yang ditanami bunga mempunyai karakteristik populasi wereng batang cokelat rendah, tetapi populasi musuh alami tinggi. Dalam hal ini terdapat keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami sehingga wereng batang coklat tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam implementasi program penanaman bunga antara lain insentif agar petani mau mengikuti program ini, dan pendekatan petani kepada penggembala ternak untuk tidak menggembalakan ternaknya di lokasi penanaman bunga. Sejalan dengan perkembangan tanaman padi, tanaman bunga tumbuh dan berbunga. Bunga kenikir (Cosmos caudatus L.) dan kembang kertas tumbuh subur. Banyak serangga yang hinggap menikmati polen dan madu bunga. Hal ini menunjukkan bunga telah berfungsi menarik perhatian serangga sesuai tujuan program rekayasa ekologi. Saran alternatif kebijakan: (1) pemupukan berimbang dan menanam bunga dapat dianjurkan karena dapat meningkatkan efisiensi produksi dan menekan populasi wereng batang cokelat; (2) pengendalian penyakit virus harus mulai direncanakan dan diimplementasikan di lapangan, mengingat daya rusak penyakit ini luar biasa, dan (3) penanaman varietas tahan perlu dianjurkan. Evaluasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi Pemupukan spesifik lokasi (PHSL) bertujuan untuk meningkatkan hasil gabah dan menghemat pupuk. Pada perlakuan petani, pupuk diberikan pada saat tanaman padi berumur 12 HST. Pada perlakukan PHSL, Kelompok wanita tani terlibat langsung dalam program tanam bunga di tepi jalan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Grobogan. Bunga kenikir tumbuh subur berdampingan dengan pertanaman padi (kiri), kupu-kupu menyukai bunga yang telah mekar (kanan). Laporan Tahunan

41 pemupukan pertama diberikan pada saat tanam menggunakan pupuk Ponska sesuai dengan petunjuk PHSL berbasis web, sedangkan penentuan takaran, waktu pemberian, dan jenis pupuk dengan cara petani berdasarkan hasil survei terhadap 50 petani responden. Bibit yang digunakan berumur 17 hari setelah sebar (HSS). Penanaman dilakukan sesuai perlakuan yaitu a) perlakuan PHSL menggunakan sistem tanam jajar legowo penuh 4:1 (25 cm x 12,5 cm x 50 cm), dan (b) perlakuan petani dengan cara tanam tegel 25 cm x 25 cm. Benih varietas Ciherang ditanam 2-3 batang per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan: (a) jumlah anakan baris ke-1 dan ke-4 pada sistem tanam jajar legowo 4:1 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan baris ke-2 dan ke-3, dan (b) jumlah anakan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih sedikit (rata-rata 20,2 anakan) dibandingkan sistem tegel 25 cm x 25 cm (ratarata 25,7 anakan). Jumlah anakan per meter persegi pada sistem tanam jajar legowo 4:1 rata-rata 25,6 rumpun/m 2 x 20,2 anakan/ rumpun = 517,8 anakan/m 2. Pada sistem tegel 25 cm x 25 cm diperoleh 16 rumpun/m 2 x 25,7 anakan/rumpun = 411,2 anakan/m 2. Pada jarak tanam yang sama, jumlah anakan per satuan luas sistem tanam jajar legowo lebih tinggi daripada tegel. Pemupukan berdasarkan PHSL yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 nyata meningkatkan jumlah malai/ m 2, menurunkan jumlah gabah hampa, dan meningkatkan hasil. Jumlah gabah per malai lebih rendah, namun bobot butir gabah tidak berbeda nyata. Sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk memperbanyak pengaruh tanaman pinggir (border effect). Sistem tanam jajar legowo 2:1 memperoleh 100% pengaruh tanaman pinggir, sedangkan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 hanya baris pertama dan keempat yang berfungsi sebagai tanaman pinggir. Pada jarak tanam yang sama dengan sistem tegel, sistem tanam jajar legowo bertujuan meningkatkan populasi tanaman per satuan luas dengan mengatur jarak tanam lebih rapat di dalam barisan. Jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak malai per meter persegi dan berpeluang memberikan hasil yang tinggi. Dibandingkan dengan tanam sistem tegel 25 cm x 25 cm (populasi tanaman rumpun/ha), penggunaan sistem tanam jajar legowo 2:1 meningkatkan populasi tanaman menjadi rumpun/ha atau meningkat 33,3%. Sistem tanam jajar legowo 4:1 memiliki populasi tanaman rumpun/ha atau meningkat 60%. Karena adanya lorong kosong dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi, sistem tanam jajar legowo memudahkan pemeliharaan tanaman seperti aplikasi pupuk, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, serta memudahkan petani penangkar benih karena logging lebih mudah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan berdasarkan PHSL dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 meningkatkan hasil gabah secara nyata dibandingkan dengan pemupukan berdasarkan cara petani dengan jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm. Dengan cara petani, pupuk urea diberikan 293 kg dan NPK 267 kg/ha. Pemupukan menurut PHSL, pupuk urea diberikan 200 kg dan NPK 175 kg/ha. Dengan demikian terjadi penghematan pupuk urea sebesar 93 kg urea dan NPK 92 kg/ha, sedangkan hasil gabah meningkat kg/ha. Varietas Ciherang dengan pemupukan berdasarkan rekomendasi PHSL (kiri) sudah dapat dipanen satu minggu lebih awal dari perlakuan pemupukan cara petani (kanan) Faktor kunci dalam peningkatan produksi padi nasional adalah air irigasi, varietas unggul, dan pupuk. Di lain pihak, pupuk merupakan sarana produksi dengan biaya kedua terbesar 34 Laporan Tahunan 2014

42 dalam usahatani padi. Jika diberikan terlalu sedikit, terlalu banyak, atau pada waktu yang tidak tepat, maka penggunaan pupuk akan gagal dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Penggunaan pupuk yang lebih rasional dan spesifik lokasi diharapkan dapat menurunkan jumlah subsidi pupuk tanpa harus mengurangi produksi padi. Penyesuaian Varietas Padi dalam Sistem Tanam Jajar Legowo Upaya peningkatan produksi padi dengan target surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dengan menerapkan SL-PTT mengharuskan penerapan sistem tanam jajar legowo. Keunggulan cara tanam ini adalah: (1) meningkatkan populasi tanaman per satuan luas, sehingga berpeluang meningkatkan produksi, (2) mudah dalam pengelolaan tanaman, seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit; (3) memudahkan pergerakan petani di lapang karena adanya ruang kosong; dan (4) estetika pertanaman menarik. Cara yang efektif meningkatkan produktivitas padi dengan sistem tanam jajar legowo adalah menentukan kesesuaian varietas unggul dengan jarak,tanam (populasi dan orientasi pertanaman). Percobaan dilaksanakan di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah pada MK I tahun Sebagai utama adalah jarak tanam, yaitu T1- tegel 25 cm x 25 cm; T2- legowo 2:1 (25-50) cm x 12,5 cm; T3- legowo 4:1 kosong (25-50) cm x 12,5 cm, dan T4- legowo 4:1 penuh (25-50) cm x 12,5 cm. Varietas yang ditanam adalah Ciherang, Inpari 10, Inpari 15, dan Inpari 16. Hasil gabah kering giling (GKG) antarvarietas berbeda sangat nyata. Keunggulan Inpari 16 dibanding varietas lainnya adalah konsisten memberikan hasil yang tinggi pada keempat jarak tanam, hasil tertinggi pada jajar legowo 4 : 1 sebesar 6,57 t/ha GKG. Sedangkan varietas Inpari 10 dan Inpari 15 masing-masing menghasilkan 5,03 + 0,19 dan 5,00 + 0,22 t/ha GKG, sama atau sedikit lebih rendah dibanding Ciherang. Hasil varietas Ciherang relatif stabil terhadap perbedaan jarak tanam dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata pada empat perlakuan jarak tanam, sedangkan pengaruh varietas nyata, dimana Inpari 15 memiliki tanaman yang lebih tinggi dibanding ketiga varietas lainnya. b. Semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpun, berbeda antarvarietas. Jumlah anakan varietas Inpari 10 dengan jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm menurun dibandingkan dengan ketiga cara tanam jajar legowo. c. Varietas terbaik untuk dikembangkan pada lokasi penelitian dan sekitarnya adalah Inpari 16 yang ditanam secara jajar legowo 4 : 1 kosong. Hal yang perlu mendapat perhatian dari penelitian ini adalah: (1) perlu memperkenalkan sifat-sifat varietas Inpari 16 ke petani, apakah diterima karena dapat meningkatkan produktivitas, dan (2) perlu penilaian secara partisipatif apakah cara tanam jajar legowo 4 : 1 dapat diterima petani. Efisiensi Pupuk Organik dalam Pola Tanam Padi-Kedelai Penelitian evaluasi efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi-kedelai dilaksanakan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, pada MK I untuk padi (varietas Ciherang) dan pada MK II untuk kedelai (varietas Grobogan). Pemberian pupuk organik pabrikan 5 t/ha disertai pupuk NPK dengan dosis yang tepat berdasarkan PHSL memberkan hasil gabah 6,93 t/ha, atau 600 kg lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik dan 200 kg lebih tinggi daripada cara petani. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang 10 t/ha dan mengurangi dosis pupuk NPK berdasarkan PHSL ternyata tidak menaikkan hasil, bahkan lebih rendah daripada yang diberi pupuk organik pabrikan 5 t/ha. Pemberian pupuk organik 10 t/ha memberi hasil relatif hampir sama dengan cara petani 6,7 t/ha. Perlakuan pemupukan cara petani, yaitu pemberian pupuk kandang 5 t/ha ditambah NPK dengan dosis yang lebih tinggi tidak meningkatkan hasil. Dengan demikian, pemberian NPK dengan dosis tinggi tidak efisien. Penanaman kedelai setelah panen padi pada MK II Laporan Tahunan

43 menunjukkan residu pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang yang diberikan pada pertanaman padi nyata meningkatan hasil kedelai di lahan sawah. Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada pertanaman padi meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara petani, dan 31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik. Pemberian pupuk organik 5 t/ha meningkatkan hasil kedelai 25,7% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik, namun relatif sama dengan perlakuan cara petani. Pupuk organik yang diberikan pada pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, jumlah polong, dan bobot biji/tanaman. Optimasi Produksi Kedelai Sampai saat ini, produksi kedelai di tingkat petani masih rendah, rata-rata 1,3 t/ha dengan kisaran 0,6-2,0 t/ha, sedangkan potensi hasil dapat mencapai 3,0 t/ha. Senjang produkivitas ini mengindikasikan bahwa peningkatan produksi masih dimungkinkan melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani. Produktivitas kedelai di tingkat petani dapat dipacu dengan menerapkan inovasi teknologi. Dalam hal ini diperlukan teknologi penyiapan lahan yang optimal, pemupukan spesifik lokasi, dan penanaman varietas unggul yang sesuai dengan kondisi agroekologi setempat. Dosis pemupukan untuk tanaman kedelai menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah sebagai berikut: (a) urea 50 kg/ ha menjadi 25 kg/ha; (b) SP kg/ha menjadi 50 kg/ha; (c) KCl 100 kg/ha menjadi 50 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kedelai hanya dipengaruhi oleh genotipe. Varietas Grobogan memberikan hasil lebih tinggi (1,37 t/ha) dan berbeda nyata dibandingkan dengan varietas Gema (1,09 t/ ha) dan Dering 1 (1,14 t/ha). Kondisi tanah dan pemupukan (budi daya) tidak nyata meningkatkan hasil kedelai di Desa Sugihan, Grobogan. Alternatif kebijakan: (1) peningkatan hasil kedelai di Desa Sugihan, Grobogan, tidak bergantung pada budi daya, tetapi hanya pada varietas yang cocok di daerah tersebut. Kedelai varietas Grobogan dapat dikembangkan di Desa Sugihan, (2) varietas Grobogan perlu diuji dalam skala luas di beberapa lokasi di Grobogan pada agroekosistem yang berbeda, dan (3) dalam pengujian multilokasi varietas unggul kedelai disarankan menggunakan varietas Grobogan sebagai pembanding. Keragaan Jagung Hibrida Tanpa Olah Tanah Hasil jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 yang ditanam setelah panen padi di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara perlakuan jarak tanam legowo (40 cm x 25 cm) x 70 cm dan 40 cm x 70 cm, dengan rata-rata hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t dan 8,99 t/ha. Perbedaan perlakuan pemupukan pada pertanaman musim sebelumnya juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kedua varietas pada semua perlakuan, kecuali serangan penggerek batang yang lebih tinggi pada lahan bekas PHSL-legowo dibanding lahan bekas non-phsl-tegel. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panen padi pada perlakuan PHSL-legowo dapat dilakukan lebih awal (tanaman kering lebih awal satu minggu dibanding non-phsl-tegel), sehingga terdapat jeda waktu untuk tumbuhnya ratun yang kemudian menjadi media perkembangan larva penggerek batang. Dari hasil pengujian dapat direkomendasikan tiga hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budi daya jagung hibrida setelah panen padi dengan sistem tanpa olah tanah, yaitu: 1) penanaman jagung harus dilakukan segera setelah panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2) cara tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm tidak nyata meningkatkan hasil dibanding jarak tanam 40 cm x 70 cm, sehingga cara tanam jajar legowo 4:1 kemungkinan dapat dianjurkan, dan 3) bertolak dari sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air. Sistem pengairan kocor relatif membutuhkan biaya tinggi sehingga perlu dipertimbangkan untuk mengatur pengaliran air irigasi selama musim 36 Laporan Tahunan 2014

44 tanam palawija agar jagung hibrida yang ditanam petani tidak mengalami cekaman kekeringan. Tindak Lanjut Pengelolaan Hama Wereng Batang Cokelat Hama wereng batang cokelat (WBC) dan virus merupakan faktor yang dapat menurunkan produksi padi. Ledakan hama WBC dan virus pada tahun 2011 merusak 240 ribu ha tanaman padi dan puso 36 ribu ha. Kerusakan tanaman dan kerugian masih terus berlanjut di daerah endemik. Beberapa teknik pengendalian WBC, seperti tanam varietas tahan serta sistem tanam terencana dan serentak pernah diaplikasikan dan berhasil. Gerakan tanam serentak di Kabupaten Klaten ( ) dapat mengendalikan WBC, pertanaman terkawal dan panen berhasil dengan baik. Hasil survei menunjukkan, pertanaman bekas terserang WBC dan terinfeksi virus (RGSV, RRSV dan RG + RRSV) ditemukan di Desa Babadan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pertanaman padi yang baik dihasilkan dari cara pengelolaan yang baik dan upaya penekanan populasi WBC agar tetap rendah di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Penanggulangan WBC dan virus yang ditularkan dapat dilakukan dengan cara menggunakan: a) varietas tahan, b) tanam serentak, c) membuat pesemaian di lingkungan/sawah yang sudah dibajak, d) tidak membeli benih dari daerah endemik, e) waktu tanam disesuaikan dengan penerbangan WBC (peran light trap), f) pengamatan lapangan populasi WBC secara berkala, dan g) pestisida hanya digunakan jika diperlukan. Permasalahan yang dihadapi dalam penanggulangan WBC dan virus padi adalah a) jumlah petani penggarap cukup dominan, sehingga pengendalian kurang maksimal; b) ketersediaan air sepanjang tahun mendorong petani untuk menanam padi, tetapi dengan jumlah tenaga kerja yang kurang memadai dan tidak terbagi merata (spasial dan temporal) sehingga tanam tidak serempak; c) penggunaan pestisida yang kurang baik, kelebihan dosis, banyak (4-5) yang tidak tepat, resistensi, resurgensi; d) varietas tahan WBC hanya digunakan pada saat wabah; e) pola tanam padi-padi-padi dan tidak diselingi palawija berkaitan dengan jaminan keamanan hasil usahatani (penjualan hasil panen); f) ketergantungan petani pada bimbingan terus menerus oleh petugas pertanian; g) jumlah petugas POPT lebih kecil dibandingkan dengan luas amatan (Kasus Sukses Polanharjo didukung pengerahan POPT), dan h) perlu dilakukan pengamatan terhadap tanaman padi yang terinfeksi virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput. Efektivitas Bantuan Benih Padi Bersubsidi pada Program SL-PTT Penelitian di Sragen, Sukoharjo, dan Grobogan menunjukkan hasil padi meningkatg setelah adanya bantuan benih rata-rata 300 kg/ha (sebelum SL-PTT 6,3 t/ha dan setelah SL-PTT 6,6 t/ha). Rendahnya peningkatan produktivitas disebabkan oleh ketidaksesuaian varietas yang ditanam, mutu benih kurang baik, jumlah benih yang diterima tidak sesuai, dan benih terlambat diterima petani. Walaupun demikian, petani tetap mengharapkan bantuan benih dari Pemerintah melalui Dinas Pertanian yang ditenderkan kepada produsen benih setempat. Benih bermutu merupakan salah satu komponen teknologi produksi yang berperan penting mendukung P2BN, karena membawa sifat-sifat varietas tanaman dan menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Tersedianya benih varietas unggul padi spesifik lokasi yang bermutu dan memenuhi kriteria enam tepat (tepat varietas, mutu, waktu, jumlah, lokasi dan harga), maka peningkatan produktivitas padi dapat terealisasi untuk mewujudkan swasembada beras. Saran alternatif kebijakan: 1) program subsidi benih padi perlu dilanjutkan untuk membantu petani dalam memperoleh benih bermutu dari varietas unggul mengingat harga benih nonsubsidi cukup mahal (Rp /kg), sedangkan harga benih subsidi jauh lebih murah (Rp 2.200/kg); 2) mutu benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah perlu ditingkatkan, terutama kemurnian dan daya tumbuh, kesesuaian varietas dan tersedia tepat Laporan Tahunan

45 waktu agar dapat meningkatkan produktivitas secara optimal; 3) anggaran subsidi benih ke depan sebaiknya dialokasikan pada Gapoktan/ Kelompok tani agar petani dapat membeli langsung pada produsen atau penangkar benih setempat dengan mutu benih yang baik dan varietas yang sesuai dengan keinginan mereka. Pengembangan Pupuk Hayati Unggulan Nasional Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Komite Inovasi Nasional (KIN) untuk membentuk Konsorsium Pengembangan Pupuk Hayati Nasional (PHUN) sebagai upaya terobosan dalam mendapatkan inovasi teknologi pertanian yang melibatkan Badan Litbang Pertanian, LIPI, BPPT, dan Universitas (IPB dan Unpad) telah disepakati pada tahun Kegiatan kerja sama meliputi uji multilokasi produk-produk pupuk hayati pada tanaman pangan. Uji multilokasi pupuk hayati untuk kedelai telah dilakukan di tiga lokasi di Provinsi Lampung. Pengujian diperluas cakupan dan komoditasnya pada tahun Konsorsium PHUN meliputi: (1) pengujian lapang yang diperluas, (2) uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru, (3) pengujian interaksi mikroba dengan tanah dan tanaman, (4) perbaikan karakteristik fungsional pupuk hayati generasi baru, (5) pembuatan kemasan dan bahan pembawa pupuk mikroba, (6) identifikasi molekuler DNA mikroba, (7) evaluasi pengendalian mutu, (8) analisis sosial ekonomi, dan (9) promosi produk pupuk hayati. Pupuk hayati yang diuji bertambah dari tiga menjadi 28 produk. Pengujian yang semula hanya pada kedelai ditambah dengan padi, jagung, cabai, bawang merah, dan kentang. Lokasi pengujian juga bekembang selain di Lampung, juga di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, dan Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati Agrimeth, Biovam, dan Biopeat layak dikembangkan lebih lanjut pada usahatani padi sawah. Pupuk hayati Iletrisoy dan Biopeat dapat meningkatkan produksi kedelai di lahan masam, sedangkan Agrimeth, Iletrisoy, Probio + kompos, Biopeat, dan kedelai plus + Biovam layak dikembangkan pada usahatani kedelai di lahan subur. Untuk tanaman cabai, terdapat enam produk pupuk hayati yang dapat dikembangkan, yaitu Gliocompost, Agrimeth, Biopeat, Biovam, StarTmik, dan BOC-SRF. Pada tahun 2014, hasil konsorsium sudah dapat direkomendasikan dan dicanangkan dalam pengembangan dan penyebaran pupuk hayati generasi I untuk tanaman padi, kedelai, dan cabai. Pengembangan PHUN melibatkan BPTP Jambi, BPTP Lampung, BPTP Banten, BPTP Jabar, BPTP Jateng, dan BPTP Jatim. Luas pengembangan mencakup ha. Terdapat sembilan jenis PHUN yang sudah Tabel 11. Luas pengembangan PHUN yang diintegrasikan dengan program SL-PTT padi dan kedelai di enam provinsi, Luas areal pengembangan di masing-masing propinsi (ha) Total Jenis pupuk luas area hayati Jatim Jateng Jabar Lampung Banten Jambi (ha) Agrimeth Provibio Biovam Kedelai Plus Iletrisoy Biopeat Gliocompost BOC-SRF StarTmix Total Laporan Tahunan 2014

46 direkomendasikan KIN dan dikembangkan di lahan petani untuk tanaman padi, kedelai, dan cabai dengan luasan yang bervariasi (Tabel 11). Pupuk hayati Agrimeth (produk Badan Litbang Pertanian) dikembangkan paling luas, 462 ha, disusul Provibio 340 ha (produk IPB), dan Biovam 271 ha (produk LIPI). Ketiganya diaplikasikan pada tanaman padi dan kedelai. Pengembangan PHUN hanya untuk kedelai didominasi oleh Kedelai Plus 130 ha, disusul Iletrisoy 55 ha, dan Biopeat 55 ha. Pengembangan PHUN yang hanya untuk cabai merah didominasi oleh Gliocompost (9 ha), disusul oleh BOC-SRF dan StarTmix masingmasing dengan luasan 6 ha. Dari uji efektivitas pupuk hayati generasi kedua diperoleh beberapa pupuk yang prospektif dikembangkan untuk tanaman jagung, yaitu Agrifit (Badan Litbang Pertanian), Probio New dan Super Biost (IPB), Biopim dan Biocoat (BPPT), Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), serta Beyonic (LIPI). Pupuk hayati yang prospektif untuk tanaman bawang merah adalah Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), Probio New dan Super Biost (IPB), Biotrico dan Agrifit (Badan Litbang Pertanian), Beyonic (LIPI), serta Bio-SRF (BPPT). Sintesis formula pupuk hayati dan komponen formula pupuk hayati generasi ketiga akan dihasilkan pada tahun berikutnya. Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Inovasi di Wilayah Perbatasan Wilayah perbatasan NKRI yang sering dikategorikan daerah tertinggal mencakup kawasan yang sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal. Upaya pengembangan sektor pertanian wilayah perbatasan menjadi sangat strategis dan potensial sesuai dengan kultur dan sumber daya yang tersedia. Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) melalui kepakarannya diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pembangunan pertanian. Hasil-hasil kegiatan FKPR selama tahun 2014 yang dilaksanakan di enam propinsi disarikan sebagai berikut: Kalimantan Barat. Usahatani padi di Desa Sebubus, daerah perbatasan Kecamatan Paloh, belum optimal karena faktor cuaca yang ekstrem sehingga tanaman mengalami kekeringan selama 2 bulan. Usaha ternak itik tegal perlu ditingkatkan pengelolaannya melalui pendampingan dan sanitasi. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) di Dusun Setingga, Desa Sebubus, berjalan dengan baik dengan partisipasi aktif 30 Kepala Keluarga dan beberapa KK yang mencontohnya. Kondisi Kebun Bibit Desa perlu ditambah bibitnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Koordinasi pengembangan model di lapangan perlu lebih terintegrasi dengan sektor lainnya, baik dari pusat maupun daerah, khususnya Pemkab Sambas. Kalimantan Timur. Penerapan PTT padi lokal varietas Adan dan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 di Krayan berhasil meningkatkan produktivitas padi menjadi 4,88 t/ha sementara cara petani hanya menghasilkan 3,94 t/ha, terjadi peningkatan produktivitas 24%. Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan petani menjadi Rp Partisipasi petani dalam menerapkan PTT meningkat dari semula hanya empat petani menjadi 10 petani peserta, yang perlu ditingkatkan kepada petani lain melalui sosialisasi, serta penerapan model pengembangan padi varietas Adan + kerbau secara terintegrasi. Di Pulau Sebatik telah dilaksanakan pelatihan pengembangan limbah kakao menjadi pupuk organik serta pengembangan PTT padi dan pembibitan jeruk. Nusa Tenggara Timur. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan RI-Timor Leste difokuskan pada komoditas tanaman pangan dan peternakan. Pemda Kabupaten Belu akan menyinergikan program pertanian di kawasan perbatasan, di mana Pemda juga sudah merintis agar inovasi dari kegiatan LLIP dari Desa Tohe dapat diekstrapolasikan di kecamatan sekitar yang mempunyai area persawahan yang cukup luas (Desa Makir dan Lamaksanulu di Kecamatan Lamaknen). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan telah membeli seluruh benih padi yang diproduksi oleh Penangkar dari kegiatan LLIP dan menyebarkannya ke desa-desa lain di daerah perbatasan untuk memperbanyak pilihan varietas bagi petani. Hasil penelitian merekomendasikan tiga alternatif inovasi teknologi peningkatan produktivitas padi di lahan kahat hara mikro, yaitu: 1) teknik celup Laporan Tahunan

47 akar/bibit sebagai pilihan pertama, 2) teknik celup akar/bibit dan penyemprotan pupuk mikro sebagai alternatif kedua, dan 3) teknik penyemprotan pupuk mikro sebagai pilihan terakhir. Rekomendasi yang disarankan juga untuk perbaikan manajemen pemeliharaan ternak sapi. Kepulauan Riau. Bintan memiliki lokasi strategis, dekat dengan pasar di Pulau Batam untuk ekspor hortikultura ke Singapura. Kabupaten Bintan juga merupakan wilayah bebas perdagangan (Free Trade Zone) sehingga memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain. Pulau Bintan potensial bagi pengembangan hortikultura, meliputi tanaman sayuran dan bauah-buahan dataran rendah toleran suhu panas. Untuk sayuran meliputi jenis sayuran daun seperti sawi hijau (caisim), pakcoy, kangkung, bayam, kaelan dan sejenisnya, sedangan sayuran buah/polong seperti cabai, tomat, timun, gambas, pare, dan kacang panjang. Komoditas buah-buahan adalah nenas, salak, papaya, semangka, melon, dan pisang, serta pengembangan ayam ras pedaging atau petelur. Dukungan Pemda berupa penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, pembangunan infrastruktur masih diperlukan, terutama sarana jalan dan pasar sebagai terminal/subterminal untuk penjualan produk-produk pertanian. Kab. Kepulauan Morotai, Maluku Utara. Kabupaten Pulau Morotai sebagai wilayah perbatasan yang berada paling utara dan berhadapan dengan Lautan Pasifik memiliki posisi geografis yang startegis dan memiliki potensi sumber daya pertanian yang seyogianya mampu mendukung pembangunan Kabupaten Morotai, terutama untuk pangan dan perkebunan. Terdapat beberapa lokasi/wilayah strategis percepatan peningkatan produksi pangan (terutama padi), antara lain Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan; Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur; dan Desa Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat. Selain itu potensi peningkatan produksi dan nilai tambah tanaman perkebunan, khususnya kelapa, pala dan cengkeh, dan tanaman sayuran juga tinggi dan prospektif. Sebagai strategi awal percepatan pembangunan pertanian Kabupaten Pulau Morotai adalah peningkatan produksi padi melalui perbaikan jaringan irigasi dan penerapan PTT dengan inovasi teknologi. Kunci sukses percepatan peningkatan produksi padi di Kabuaten Pulau Morotai adalah keterpaduan dan sinergi program pemda dengan pusat dan atarsektor, terutama pertanian dan pekerjaan umum. Sebagai langkah awal pengembangan inovasi pertanian, sedang dirancang pengembangan laboratorium lapang inovasi pertanian (LLIP) di salah satu lokasi dari tiga lokasi hamparan sawah di Morotai. Jayapura. Peluang peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) terbuka dengan adanya permintaan konsumen yang tinggi, baik di kawasan Kota Jayapura maupun di daerah lain di Papua dan juga di Papua Nugini. Permintaan daging (sapi, babi dan unggas) juga masih terbuka mengingat jumlah penduduk dan standar kecukupan gizi masih memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Peluang peningkatan produktivitas tanaman perkebunan (kelapa, kakao, dan pinang) masih terbuka melalui pengelolaan pascapanen. Tanaman palawija (kacang tanah, bawang merah) dan hortikultura (sayuran dan buahbuahan) cocok dikembangkan di kawasan ini. Di Kecamatan Muara Tami terdapat Bendung Tami yang mampu mengairi sawah seluas ha dengan saluran primer, sekunder, dan tersier yang sudah tertata. Sarana jalan (transportasi utama) sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kualitas sarana jalan pertanian yang ada. Tahapan yang disarankan untuk percepatan pembangunan pertanian adalah: tahap 1, revitalisasi sarana pengairan; tahap 2, sosialisasi rencana pengembangan; tahap 3, pembangunan kelembagaan ekonomi; tahap 4, perbaikan daya dukung kawasan dan penerapan inovasi teknologi; dan tahap 5, mempertahankan tingkat produktivitas secara berkelanjutan. Merauke. Kabupaten Merauke memiliki sumber daya lahan yang cukup subur dan prospektif untuk pengembangan pertanian karena topografi lahan cenderung datar dan memiliki padang penggembalaan ternak yang luas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya surplus pangan (beras) dan daging sapi yang dikirim keluar wilayah, bahkan diekspor ke PNG. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan PNG yang terpilih sebagai model adalah Distrik Naukenjerai yang merupakan dataran rendah (wilayah pantai) yang 40 Laporan Tahunan 2014

48 berbatasan dengan Taman Nasional Wasur. Masyarakat setempat memiliki sumber pendapatan dari kelapa, di samping usahatani padi dan ubi-ubian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Model pengembangan yang direkomendasikan adalah Model Pengembangan Bioekonomi Barbasis Kelapa, Dalam program ini dikembangkan kelapa lokal melalui pembibitan pedesaan, dan mendukung program pariwisata Pantai Onggaya, dan antisipasi abrasi pantai akibat gerusan ombak. Hal ini dirancang dalam upaya pengembangan area kelapa yang merupakan komoditas adat yang harus dilestarikan oleh masyarakat lokal. Konsep tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi penduduk di Distrik Naukenjerai sekaligus pengembangan pariwisata pantai Onggaya. Bovendigoel. Kabupaten Bovendigoel berpotensi bagi pengembangan tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman tahunan. Karet potensial dikembangkan dan menjadi andalan ekonomi Kabupaten Bovendigoel. Namun saat ini masih menyerupai hutan karet, sehingga perlu direvitalisasi. Masyarakat di Distrik Mindiptana dan Kombut sebagian besar masih dalam transisi dari kebiasaan ladang berpindah menjadi ladang menetap. Lahan pertanian yang ada saat ini masih menyatu dengan kebun karet dan hutan. Belum ada lahan pertanian dalam bentuk hamparan luas dan teknik budi daya juga masih sederhana, belum menggunakan pupuk dan pestisida. Pengembangan usaha pertanian di Kabupaten Bovendigoel difokuskan pada komoditas karet yang dikombinasikan dengan tanaman pangan dan ternak. Karet dijadikan basis utama pengembangan usaha pertanian di Distrik Mindiptana dan Kombut karena: (i) budi daya karet sudah dikenal sejak jaman Hindia Belanda, namun pengelolaannya masih sangat sederhana dan salah satu sumber utama pendapatan rumah tangga; (ii) hasil analisis finansial menunjukkan karet paling layak diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain yang selama ini juga diusahakan oleh masyarakat setempat; dan (c) karet telah dijadikan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bovendigoel. Laporan Tahunan

49 Diseminasi Teknologi Gelar Teknologi pada Pekan Nasional (Penas) Petani-Nelayan XIV Pekan Nasional (Penas) Petani-Nelayan XIV diselenggarakan di Kepanjen, Malang, Jawa Timur, pada 7 Juni Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya berperan aktif dalam acara berskala nasional ini, terutama dalam gelar teknologi. Teknologi yang digelar di lapangan tidak kurang dari 28 varietas unggul padi, 15 varietas jagung, 25 varietas varietas kedelai, delapan varietas ubi jalar, 10 varietas ubi kayu, dua varietas sorgum, dan dua varietas gandum, sesuai dengan tema Penas Petani- Nelayan XIV Pertanian Bioindustri Ramah Lingkungan. Pangan dan energi menjadi isu sentral dewasa ini karena makin beratnya masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dan makin menipisnya ketersediaan bahan bakar minyak fosil di perut bumi. Perubahan iklim yang telah memberikan dampak serius terhadap sistem produksi pertanian merupakan masalah yang makin mengemuka di banyak negara. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi ketahanan pangan ke depan. Sorgum varietas Super 1 memiliki potensi hasil biji 5,75 t/ha dan potensi etanol 4,2 kl/ha. Di sisi lain, kebutuhan pangan terus meningkat mengikuti laju pertumbuhan penduduk. Kebutuhan bahan bakar minyak terus pula bertambah seiring dengan kemajuan peradaban manusia dan perkembangan teknologi otomotif yang makin canggih. Oleh karena itu, upaya pemecahan masalah ketahanan pangan dan energi harus mendapat perhatian yang lebih besar karena sudah menjadi kebutuhan dasar yang menentukan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Dalam sambutannya pada pembukaan Penas Petani-Nelayan XIV di Malang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tidak lama lagi akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala Negara mengingatkan pentingnya swasembada pangan berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat. Menurut presiden, ada beberapa sasaran besar yang perlu diwujudkan pemerintah ke depan. Pertama, ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup dan bahkan berlebih dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kedua, peningkatan penghasilan petani dan nelayan. Sasaran besar itu dapat diwujudkan melalui beberapa cara. Pertama, pemerintah pusat dan daerah perlu menyusun kebijakan, regulasi, dan menciptakan iklim investasi yang tepat. Kedua, para pakar, peneliti, dan motivator pertanian dituntut untuk bekerja keras menghasilkan dan mengembangkan inovasi yang diperlukan dalam peningkatan produksi pertanian. Ketiga, harga produk pertanian harus menguntungkan petani. Keempat, petani harus menguasai teknologi. Kelima, masyarakat tidak boros pangan dan efisien dalam pemanfaatan bahan pokok. Setelah membuka Penas XIV-2014 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (7/6), Presiden SBY beserta rombongan meninjau gelar teknologi di lapangan. Di salah satu saung agroinovasi Badan Litbang Pertanian, Presiden SBY yang didampingi Ibu Negara, Any Yudhoyono, tertarik pada tanaman sorgum yang bijinya bermanfaat 42 Laporan Tahunan 2014

50 untuk pangan dan batangnya untuk bahan baku bioetanol. Dalam diskusi singkat dengan peneliti Balitsereal di area gelar teknologi, Presiden SBY terlihat tertarik dengan sorgum varietas Super 1 dan Super 2 yang baru dilepas. Kedua varietas ini memiliki manfaat ganda, bijinya untuk pangan dan nira batangnya untuk bioetanol atau gula kristal setelah melalui serangkaian proses pengolahan. Sesuai dengan deskripsinya, varietas Super 1 dan Super 2 masing-masing memiliki potensi etanol 4,2 kl/ ha dan potensi hasil biji 5,75 t dan 6,33 t/ha. Selain sorgum, Presiden juga tertarik dengan varietas unggul gandum tropika yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dengan potensi hasil 2 t/ha. Di India, produktivitas gandum baru mencapai rata-rata 1 t/ha. Meskipun potensi varietas unggul baru gandum ini masih di bawah target, Presiden SBY memberikan apresiasi kepada Badan Litbang Kementerian Pertanian yang telah membangkitkan kembali penelitian gandum di Indonesia. Badan Litbang Pertanian juga telah menguji sejumlah galur harapan gandum di dataran tinggi, beberapa di antaranya mampu berproduksi 7-9 t/ha. Ekspose Teknologi Peringatan Hari Pangan se-dunia ke-34 Penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup bagi warga negara tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah Indonesia, tetapi juga semua negara di dunia. Hal ini antara lain tercermin dari peringatan Hari Pangan se- Dunia (HPS) setiap tahun. Pada tahun 2014, dunia internasional memperingati HPS ke-34 dengan tema Family Farming: Feeding The World Caring for The Earth. Di Indonesia, peringatan HPS ke-34 dipusatkan di Taman Maccini Sombala, 6-11 November 2014 di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan tema Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial. Perhelatan berskala internasional ini menjadi momentum untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap pentingnya penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup, bergizi, dan beraneka ragam bagi masyarakat. Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan pemerintah daerah dan swasta berperan aktif dalam penyelengaaraan HPS ke- 34. Berbagai teknologi pun digelar, terutama yang berkaitan dengan pangan dan bioenergi. Presiden RI, Joko Widodo, dalam kunjungan kerjanya ke beberapa daerah di Sulawesi Selatan, termasuk panen raya padi di Kabupaten Pinrang, berkesempatan meninjau gelar teknologi pertanian pada HPS ke-34 di Makassar. Di dampingi oleh Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, Presiden Jokowi mendapat penjelasan dari sejumlah peneliti Badan Litbang Pertanian tentang teknologi yang digelar. Kepala Balitsereal, Dr. M. Taufik Ratule, misalnya, menjelaskan keunggulan varietas unggul baru jagung hibrida Bima 19-URI (URI = Untuk Rakyat Indonesia). Pengujian di lapangan menunjukkan jagung hibrida rakitan Badan Litbang Pertanian ini mampu berproduksi 12,5 t/ha. Beberapa varietas unggul jagung telah dilisensi oleh perusahaan agribisis untuk dikembangkan lebih lanjut. Presiden RI Joko Widodo mendapat penjelasan dari peneliti Badan Litbang Pertanian tentang varietas unggul baru jagung dan sorgum untuk pangan dan bioetanol. Laporan Tahunan

51 Akan halnya varietas unggul sorgum manis yang baru dilepas mendapat apresiasi dari Presiden Joko Widodo yang berkesempatan meninjau gelar teknologi pertanian pada peringatan HPS ke-34 di Makassar. Selain untuk pangan dan pakan, varietas unggul sorgum manis tersebut dapat diolah menjadi bioetanol. Di saung agroinovasi yang menggelar proses pembuatan etanol dari sorgum manis dan pemanfaatan etanol untuk memasak mendapat perhatian dari Presiden. Presiden Joko Widodo juga terkesan dengan kompor etanol inovasi peneliti Badan Litbang Pertanian yang mampu beroperasi selama 10 jam nonstop dengan bahan bakar 1 liter etanol (kadar 94%) dari sorgum. Etanol yang didestilasi pada kadar 98% dapat digunakan untuk subtitusi BBM Pertamax. Mengingat pentingnya tanaman sorgum sebagai bahan pangan dan bioenergi, Presiden menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk mengembangkan komoditas ini di lahan gambut dan lahan kering, terutama di luar Jawa. Terkait dengan peringatan HPS ke-34 di Makassar, sejumlah Duta Besar (Dubes) dari 16 negara mengunjungi Balitsereal, salah satu unit kerja penelitian Badan Litbang Pertanian yang bermarkas di Maros, Sulawesi Selatan. Dubes yang hadir antara lain dari Switzerland, Afrika Selatan, Kroasia, Argentina, Kazakshtan, Iraq, China, Republik Solomon, Laos, Yordania, Papua Nugini, Venezuela, Bosnia, Brunei Darussalam, India, Peru, Mongolia, dan Vietnam. Pameran dan Ekspose Hingga Juni 2014 Puslitbang Tanaman Pangan mengikuti empat kegiatan pameran/ekspose, terutama yang berkaitan dengan inovasi teknologi tanaman pangan. Kegiatan ini penting artinya dalam upaya penyebarluasan informasi hasil penelitian kepada para pengguna. Pameran dan ekspose tersebut adalah: (1) Pameran Gelar Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Maret (2) Pameran Agricultural Product and Technology Expo and 14 th Agro and Food Expo di Hall A Jakarta Convention Center, Jakarta, 1-4 Mei (3) Pameran Indonesia Climate Change Education Forum & Expo Assembly, Jakarta Convention Center,Jakarta, 1-4 Mei (4) Pameran pada Seminar Forum Komunikasi Kelitbangan di BB Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, 14 Mei Media yang digunakan dalam pameran dan ekspose adalah poster, leaflet, brosur, dan produk yang berkaitan dengan inovasi teknologi padi dan palawija. Di setiap kegiatan, pengunjung cukup banyak. Untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, beberapa pengunjung datang ke Puslitbang TP. Pameran Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Kementan melalui Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menyelenggarakan Gelar Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian di Auditorium Kantor Pusat Kementan di Jakarta pada Maret Materi yang dipamerkan produk olahan komoditas pertanian untuk meningkatkan daya saing pelaku agribisnis lokal. Pameran diikuti oleh 600 peserta yang berasal dari Badan Litbang Pertanian, LIPI, perguruan tinggi akademisi, perusahaan pertanian, dan paguyuban petani se-indonesia. Pameran ini juga memamerkan mesin pengolah jagung berserabut, mesin pengolah susu, diversifikasi produk olahan dari empat subsektor peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura. Dalam acara ini, Puslitbang Tanaman Pangan memamerkan produk olahan dari jagung dan varietas unggul jagung fungsional, seperti Provit-A1 dan Provit-A2 yang kaya vitamin A. Beberapa publikasi hasil penelitian juga dibagikan kepada pengunjung. Pameran Produk Pertanian dan Pangan. Pameran Agricultural Product and Technology Expo yang merupakan transformasi dari kegiatan Agro & Food Expo diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian di Jakarta Convention Center (JCC) pada 1-4 Mei 2014 dengan tema Organic and Speciality Product. Pameran ini bertujuan untuk memasyarakatkan pertanian pangan organik yang ramah lingkungan. Pameran yang diikuti oleh perwakilan dari 33 provinsi memamerkan produk unggulan pertanian. Selain Kementerian Pertanian, pameran ini juga diikuti oleh Kementerian Kesehatan, Perindustrian, 44 Laporan Tahunan 2014

52 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta perusahaan swasta dan BUMN. Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi pelaku agribisnis dalam mengembangkan usaha, memberi informasi dan meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam upaya peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor serta meningkatkan kecintaan dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk pertanian dalam negeri. Dalam acara ini juga dilakukan penandatanganan MOU antara Kementerian Pertanian dengan Gabungan kelompok tani (Gapoktan). Puslitbang Tanaman Pangan yang merupakan bagian dari Badan Litbang Pertanian memamerkan teknologi hasil penelitian berupa varietas unggul baru padi dan palawija. Pameran Antisipasi Perubahan Iklim. Dewan Nasional Perubahan Iklim bekerja sama dengan The Climate Reality Project Indonesia dan Cendekia Communications, serta didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Riset dan Teknologi menyelenggarakan 4 nd Indonesia Climate Change Education Forum & Expo (ICCEFE) di Jakarta Convention Center (JCC) pada 1-4 Mei 2014 dengan tema Peran Perempuan dan Pemuda dalam Solusi Perubahan Iklim. Pameran menampilkan perkembangan upaya pengurangan emisi karbon melalui efisiensi energi, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, edukasi perubahan iklim, inovasi teknologi, investasi dan pasar karbon, energi berkelanjutan serta green business untuk masa depan. Diskusi, seminar, dialog dan talkshow interaktif yang berkaitan dampak perubahan iklim juga diselar dalam pameran ini. Dalam hal ini Puslitbang Tanaman Pangan memamerkan kedelai unggul varietas Dering 1, Detam 3 Prida, Detam 4 Prida, Dena 1 dan Dena 2 yang toleran kekeringan. Selain itu juga dipamerkan beberapa publikasi hasil penelitian yang terkait dengan antisipasi dampak perubahan iklim. Pameran Pertanian Bioindustri. Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan Forum Komunikasi Kelitbangan menyelenggarakan Seminar dengan tema Pengembangan Inovasi Teknologi Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dan Pameran di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Suasana pameran teknologi pengolahan hasil pertanian (atas) dan pameran produk pertanian pangan (bawah). Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten, pada 14 Mei Acara ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari peneliti, pengkaji, dan perekayasa dari berbagai institusi, termasuk dari daerah. Puslitbang Tanaman Pangan memamerkan varietas unggul kedelai, sorgum, gandum dan jagung. Beberapa publikasi hasil penelitian dalam betuk buku, brosur, dan petunjuk teknis juga dibagikan kepada pengunjung pameran. Ritech Expo Research, Innovation, and Technology Exhibition (Ritech Expo) 2014 merupakan salah satu rangkaian dari Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Laporan Tahunan

53 Kegiatan penelitian di bidang pangan ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, di bidang energi ditujukan untuk meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk industrialisasi kendaraan listrik. Sedangkan di bidang air ditujukan untuk penyediaan, pengendaliaan, dan pengelolaan air. Kegiatan ini juga merupakan pertanggungjawaban terhadap publik atas penelitian dan inovasi yang telah dihasilkan oleh para peneliti Indonesia. Ritech Expo 2014 menyajikan hasilhasil riset dan inovasi dari berbagai lembaga di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, kementerian/lembaga lain, BUMN, Badan Litbang/Bappeda, swasta dan masyarakat. Dalam acara ini, Puslitbang Tanaman Pangan menampilkan sorgum varietas Super 1 dan Super 2 yang merupakan sumber bioetanol. Sorgum unggul varietas Super 1 berumur 110 hari, potensi hasil 5,7 pada kadar air 10%, potensi produksi etanol liter/ha, dan produksi biomas batang 38,7 t/ha dengan kadar gula (brix) 13,5%. Varietas Super 2 berumur hari, potensi hasil 6,3 t/ha pada kadar air 10%, potensi produksi etanol liter/ha, dan produksi biomas batang 39,3 t/ha dengan kadar gula (brix) 12,7%. Dalam pameran ini juga ditampilkan batang dan etanol dari kedua varietas sorgum unggul tersebut. Puslitbang Tanaman Pangan berperan aktif mempromosikan teknologi hasil penelitian melalui berbagai pameran. Nasional (Hakteknas). Untuk pertama kalinya, Harteknas diselenggarakan 10 Agustus 1995, yang merupakan tonggak sejarah kebangkitan teknologi di Indonesia. Pesawat N250 Gatotkaca buatan bangsa Indonesia yang dirintis oleh Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang saat itu BJ Habibie melakukan penerbangan perdana. Pada tahun 2014, Harteknas sudah memasuki tahun yang ke-19. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi di Jakarta, pada 9-12 Agustus 2014, dengan tema Inovasi Pangan, Energi dan Air untuk Daya Saing Bangsa. Pameran Daya Saing Produk Pertanian. Kementerian Pertanian menyelenggarakan pameran Kemilau Daya Saing Produk Pertanian dalam rangka memperingati Bulan Mutu Pertanian 2014 di Jakarta pada 9-10 Oktober 2014 dengan tema Pemenuhan Standar Produk Pertanian Memenangkan Pasar Bebas ASEAN. Kegiatan ini merupakan ajang promosi dan upaya menggalang kebersamaan daerah dalam meningkatkan mutu dan daya saing produk pertanian. Produk yang dipamerkan antara lain produk unggulan binaan Kementerian Pertanian, antara lain produk pertanian organik, varietas unggul, alat-mesin pertanikan, pupuk, dan benih. Pameran ini bertujuan untuk: (1) menumbuhkan dan mendorong motivasi, kreativitas dan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan daya saing produk pertanian, 46 Laporan Tahunan 2014

54 (2) meningkatkan motivasi pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman dan bermutu, dan (3) meningkatkan interaksi berbagai pihak terkait untuk peduli mutu serta memberikan informasi aktual tentang mutu dan standardisasi kepada masyarakat luas. Puslitbang Tanaman Pangan memamerkan inovasi teknologi berupa varietas unggul kedelai, jagung, sorgum, dan gandum. Beberapa publikasi hasil penelitian dalam bentuk buku, brosur, dan petunjuk teknis juga dibagikan kepada pengunjung pameran. Publikasi Hasil Penelitian Puslitbang Tanaman Pangan memberikan perhatian yang besar terhadap penyusunan dan penerbitan publikasi hasil penelitian. Selain menjadi barometer kinerja penelitian, publikasi hasil penelitian juga merupakan cerminan dari produktivitas peneliti. Publikasi hasil penelitian dalam bentuk tercetak tidak hanya penting untuk pengembangan ilmu dan teknologi, namun juga menjadi bukti otentik dari karya ilmiah peneliti sebagai salah satu persyaratan dalam mengukur kinerja pejabat fungsional peneliti. Puslitbang Tanaman Pangan menerbitkan publikasi ilmiah berupa buku, jurnal, dan buletin penelitian, serta publikasi populer hasil penelitian tanaman pangan. Selain itu diterbitkan pula petunjuk teknis dalam berbagai bentuk. Publikasi ilmiah diterbitkan dengan nama Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan dan Buletin Iptek Tanaman Pangan. Publikasi populer hasil penelitian dan aspek yang terkait dengan kegiatan penelitian diterbitkan dengan nama Berita Puslitbangtan. Pada tahun 2014 telah diterbitkan adalah Laporan Tahunan 2013, tiga nomor Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (Vol. 33 Nomor 1, 2, dan 3), dua nomor Buletin Iptek Tanaman Pangan (Vol. 9 Nomor 1 dan 2), dua nomor Berita Puslitbangtan (Nomor 56 dan 57), Buku Perakitan Varietas Unggul Jagung Fungsional, Panduan Gelar dan Temu Teknologi Penas XIV dengan judul Pertanian Bioindustri Ramah Lingkungan, Deskripsi Varietas Unggul Tanaman Pangan , Buku Padi, Jagung, Kedelai Unggul Baru Toleran Dampak Perubahan Iklim, dan Leaflet Padi Beberapa publikasi hasil penelitian tanaman pangan yang terbit pada Unggul Baru Tahan Wereng Batang Cokelat. Sebagian dari publikasi tersebut telah didistribusikan kepada pihak yang berkompeten dan sebagian lagi masih dalam proses pendistribusian. Seminar Ilmiah Penelitian Sama dengan tahun yang lalu, Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2014 telah menyelenggarakan 12 kali seminar ilmiah yang membahas 24 makalah hasil penelitian (Tabel 5). Pemateri berasal dari UK/UPT lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, tujuh di antaranya dari Kelti Analisis Kebijakan Puslitbang Tanaman Pangan, lima dari Balitkabi, tiga dari Balitsereal, delapan dari BB Padi, dan satu dari Lolittungro. Peserta seminar berasal dari berbagai instansi, antara lain pejabat dan peneliti dari lingkup Badan Litbang Pertanian, Pusat Penyuluhan Pertanian, Ditlin Tanaman Pangan, Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Banten, Dinas Pertanian Kota dan Kabupaten Bogor, BP4K Sukabumi, Perguruan Tinggi, Sekolah Penyuluh Pertanian, swasta, media massa, dan institusi terkait lainnya. Laporan Tahunan

55 Tabel 12. Judul dan pemateri seminar ilmiah Puslitbang Tanaman Pangan (Januari - Desember 2014). Tanggal Pemateri Judul seminar Moderator Prof. Dr. Marwoto Kultur Teknis sebagai Dasar Pengendalian Hama Dr. I Ketut (Balitkabi) Kutu Kebul (Bemicia Tabaci Gennadius) pada Kariyasa Tanaman Kedelai Prof. Dr. A. Karim Peluang Peningkatan Produktivitas Padi melalui Makarim (Anjak) Keserasian Varietas dan Jarak Tanam Prof. Dr. Zulkifli Zaini Adopsi Teknologi Rice Crop Manajer untuk Dr. I Ketut (Anjak) Peningkatan Produksi Padi Nasional Kariyasa Dr. Amin Nur Perbaikan Genetik Gandum Tropis Toleran Suhu (Balitsereal) Tinggi Melalui Pemuliaan Shuttle Breeding Prof. Dr. Astanto Kasno Prospek Agroindustri Talas Hermanto, S.Sos. (Balikabi) Drs. Lukman Hakim Sintesis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi (Anjak) Gogo melalui Program GP3K Mendukung Surplus Beras Nasional Prof. Dr. Arief Harsono Pemanfaatan Pupuk Hayati untuk Peningkatan Eman (Balitkabi) Produksi Kedelai Faturohman, S.P. Ir. I. Putu Wardana, Faktor Determinan Adopsi Padi Hibrida di M.S.c (Anjak) Indonesia Dr. Novita Nugrahaeni Stabilitas Hasil Galur-Galur Kacang Tanah di Lahan Hermanto, S.Sos. (Balitkabi) Endemik Layu Bakteri Rastonia Ir. Jumali Karakteristik Mutu dan Komponen Flavor Gabah (BB Padi) Aromatik pada Dosisi Pupuk dan Ketinggian Berbeda Dr. M. Muhsin Virus Tungro B Terbenam dalam Genom Padi: Dr. Nuning Argo (Anjak) Peluang Pengendalian Penyakit Tungro Subekti Ir. Syafruddin, M.S. Manajemen Efisiensi Pemupukan N pada (Balitsereal) Tanaman Jagung Dr. Bram Kusbiantoro Metode Ekstraksi dalam Identifikasi Senyawa Hermanto, S.Sos. (BB Padi) Aroma Beras Ir. M. Yasin, H.G., M.S. Manfaat dan Perakitan Varietas Jagung Anti (Balitsereal) Oksidan Dr. Ahmad Muliadi Penampilan Galur Harapan Padi tahan Tungro di Hermanto, S.Sos. (Lolittungro) Daerah Endemis Tungro Ir. Sudir Epidemiologi dan Strategi Pengendalian Penyakit (BB Padi) Blas (Pyricularia orizae) pada Tanaman Padi Dr. Buang Abdullah Perakitan Padi fungsional dalam Usaha Dr. R. Heru (BB Padi) Meningkatkan Kesehatan Manusia Praptana Dr. Aris Haimansis Pemanfaatan Kamera dalam Pemuliaan Padi (BB Padi) terhadap Cekaman Abiotik Dr. M. Jusuf Pengembangan Ubijalar sebagai Pangan Sehat Hermanto, S.Sos. (Balitkabi) dan Menyehatkan Dr. Nafisah Toleransi Beberapa Galur padi terhadap Cekaman (BB Padi) Salinitas pada Fase Bibit dan Generatif Dr. Nuning A. Subekti Penyediaan Benih Sumber Padi, Jagung, Kedelai Dr. Putu Wardana (Puslitbang TP) dalam Rangka Mendukung Pencapaian Target Swasembada Dra. Triny, S. Kadir Pengaruh Bahan Organik dan Cara Tanam terhadap (BB Padi) Perkembangan Penyakit Hawar Daun Bakteri Dra. Yuniati Pieter, M.P. Perkembangan Kegiatan Konsorsium Pupuk Hayati Dr. Nuning Argo (Puslitbang TP) Unggul Nasional (PHUN) Subekti Wage ratna, R. M.Si. Hasil Eksplorasi Padi Lokal di Jawa Barat (BB Padi) Pengelolaan Website Sebagai salah satu media diseminasi hasil penelitian, sistem dan fitur situs web Puslitbang Tanaman Pangan telah dikembangkan sesuai dengan standar baku yang ditetapkan Badan Litbang Pertanian. Konten situs web terutama informasi inovasi teknologi yang telah dihasilkan melalui penelitian. Pembaruan dan pengisian berita/informasi dilakukan secara 48 Laporan Tahunan 2014

56 berkala (rata-rata 3-4 berita/informasi per minggu). Pada tahun 2014 telah dilakukan penambahan fitur gallery video inovasi teknologi, fitur SDM Pejabat Struktural Puslitbang Tanaman Pangan, Unit Produksi Benih Sumber Tanaman Pangan, termasuk data stok benih padi, jagung, dan kedelai serta galeri foto kegiatan penelitian dan kunjungan kerja, Di halaman depan situs web ditampilkan beberapa video inovasi teknologi tanaman pangan. Tim pengelola situs web turut serta dalam rapat koordinasi redesign situs web Badan Litbang Pertanian. Dalam periode Januari-Juni 2014 telah diinformasikan 160 berita tentang kegiatan dan inovasi teknologi tanaman pangan. Klasifikasi berita berdasarkan komoditas tanaman pangan yang ditampilkan terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubikayu, ubijalar, sorgum, gandum, dan talas (Gambar 1). Berita kegiatan dan inovasi teknologi juga diperoleh dari unit kerja penelitian BB Padi, Balitkabi, Balisereal, dan Lolittungro (Gambar 2). Di samping berita kegiatan dan inovasi teknologi, website Puslitbang Tanaman Pangan juga mengunggah sejumlah publikasi selama tahun 2014 (Tabel 13) dan secara rutin mengumumkan jadwal seminar ilmiah hasil penelitian. Seminar ilmiah hasil penelitian diselenggarakan sebulan sekali dan sebelumnya telah diumumkan melalui website Puslitbang Tanaman Pangan. Menjelang satu minggu pelaksanaan seminar ditampilkan jadwal definitif seminar ilmiah hasil penelitian. Dalam interaksi dengan pengunjung, situs web Puslitbang Tanaman Pangan mempunyai dua sistem, yaitu interaksi pengunjung dengan admin Kontak Kita, dan interaksi pengunjung dengan pengunjung, yaitu setiap pengunjung dapat menuliskan komentar dalam setiap updating berita. Dalam dua sistem interaksi tersebut, pemantauan oleh admin dilakukan setiap saat, untuk menyaring setiap interaksi yang layak atau tidak layak ditampilkan. Pengunjung situs web Puslitbang Tanaman dalam periode Januari-Desember 2014 tercatat sebanyak kunjungan. Kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Januari dengan kunjungan. Dari seluruh kunjungan, terdpat pengunjung yang unik (baru pertama kali mengunjungi situs web Puslitbang Tanaman Pangan sejak 1 Januari 2014). Pengunjung unik terbanyak tercatat pada bulan Januari sebanyak pengunjung (Tabel 14). Selama kurun waktu Januari - Desember 2014, jumlah kunjungan tertinggi terjadi pada bulan November dengan kunjungan, rata-rata 263 pengunjung setiap hari dengan durasi kunjungan rata-rata 267 detik. Durasi kunjungan terlama yakni lebih dari 1 jam untuk kunjungan atau 2,60% (Tabel 15). Pengunjung yang terdaftar sebagian besar peneliti, dosen, dan mahasiswa yang mencari bahan referensi. Sesuai data yang tercatat pada sistem, terdapat pengunjung yang mengunduh file publikasi hasil penelitian dari Gambar 1. Jumlah berita yang diunggah menurut komoditas di website Puslitbang Tanaman Pangan, Januari-Desember Gambar 2. Jumlah berita yang diunggah menurut satuan kerja kontributor di website Puslitbang Tanaman Pangan (Januari-Desember 2014). Laporan Tahunan

57 Tabel 13. Judul dan bentuk publikasi pada website Puslitbang Tanaman Pangan dalam periode Januari-Desember Judul publikasi Bentuk Link publikasi Statistik Pertanian 2013 Buku berita-432-statistik-pertanian html Manual Pelatihan Buku Sistem Perbenihan 433-telah-terbit-manual-pelatihan- Padi Berbasis sistem-perbenihan-padi-berbasis- Masyarakat masyarakat.html Sorgum: Inovasi Buku Teknologi dan 445-sorgum-inovasi-teknologi-dan- Pengembangan, Satu pengembangan-satu-lagi-publikasi- Lagi Publikasi komoditas-tanaman-pangan-telah- Komoditas Tanaman hadir.html Pangan Telah Hadir Panduan Roguing Buku Tanaman dan 450-panduan-roguing-tanaman-dan- Pemeriksaan Benih pemeriksaan-benih-kedelai.html Buku Perakitan Varietas Buku Jagung Fungsional highlight-11.html Buku Sorgum: Inovasi Buku Teknologi dan highlight-6.html Pengembangan Jurnal PP Volume 33 Jurnal No 1, 2 dan tanaman-56.html Peta Sebaran Varietas Peta Padi highlight-8.html Peta Sebaran Varietas Peta Jagung highlight-9.html Peta Sebaran Varietas Peta Kedelai highlight-10.html Tabel 14. Data kunjungan situs Puslitbang TP (per 31 Desember 2014). Bulan Pengunjung Jumlah Jumlah Hits Bandwidth unik kunjungan halaman Jan GB Feb GB Mar GB Apr GB Mei GB Jun GB Jul GB Agu MB Sep GB Okt GB Nov GB Des GB situs web Puslitbang Tanaman Pangan. Publikasi yang paling banyak diunduh adalah konten inovasi teknologi padi, kemudian komoditas umbi-umbian, komoditas jagung dan serealia lainnya. Aspek komoditas yang banyak diunduh adalah varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan tanaman terpadu, dan pascapanen. Layanan Perpustakaan Perpustakaan Puslitbang Tanaman Pangan adalah perpustakaan khusus yang sebagian koleksinya berupa buku dan jurnal hasil penelitian tanaman pangan, terutama yang diterbitkan sendiri dan balai-balai penelitian yang bernaung di bawah Puslitbang Tanaman Pangan. Sesuai dengan sifatnya yang khusus, Perpustakaan Pustlitbang Tanaman Pangan diperuntukkan bagi para peneliti untuk mengakses informasi secara cepat, tepat, dan mudah dengan teknologi informasi yang disediakan bagi pengunjung. Pengelolaan perpustakaan tidak hanya sebatas simpan pinjam literatur, tetapi juga pengembangan perpustakaan ke depan. Hingga Desember 2014, Perpustakaan Puslitbang Tanaman Pangan memiliki tambahan koleksi majalah sebanyak 215 eksemplar, buku 153 eksemplar, klipping koran 247 judul, dan bibliografi 180 judul. Database IPTAN/Hasil bertambah 524 unit data yang dapat diakses pada deptan.go.id/~puslitbang TP. Perpustakaaan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2014 ini terdapat tambahan buku sebanyak 12 judul dari pengadaan melalui pembelian. Pengunjung perpustakaan pada tahun 2014 adalah 131 orang. Total GB Tabel 15. Durasi kunjungan pada situs Puslitbang Tanaman Pangan dalam periode Januari Desember Jumlah kunjungan: Jumlah kunjungan Persentase Rata-rata durasi: 305 detik 0s-30s ,5% 30s-2mn ,2% 2mn-5mn ,4% 5mn-15mn % 15mn-30mn ,4% 30mn-1h ,6% 1h ,6% 50 Laporan Tahunan 2014

58 Kerja Sama Penelitian Sebagai institusi penghasil berbagai inovasi tanaman pangan yang memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan mengembangkan potensi yang ada melalui jejaring kerja sama dengan para pemangku kepentingan. Kerja sama dijalin dalam rangka mendukung pelaksanaan program Badan Litbang Pertanian yang mencakup kerja sama dalam negeri, luar negeri, dan alih teknologi. Tujuan kerja sama antara lain: (1) memanfaatkan kekayaan intelektual dari inovasi teknologi, (2) mempercepat pematangan teknologi, (3) diseminasi dan adopsi teknologi, (4) mempercepat pencapaian tujuan pembangunan pertanian, (5) capacity building bagi Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian, (6) alih teknologi, (7) mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan teknologi, (8) optimalisasi sumber daya, dan (9) menciptakan alternatif sumber pembiayaan. Kerja Sama Dalam Negeri Terhitung sejak Januari sampai Desember 2014, kerja sama penelitian dijalin dengan mitra swasta nasional sebanyak 13 kegiatan dengan total biaya Rp (Tabel 16). Tabel 16. Kerja sama dalam negeri dengan pihak swasta periode Januari-Desember No Judul penelitian Mitra/penanggung Register/periode Dana kerja jawab penelitian penelitian sama (Rp) BB Padi 1. Penyediaan Benih Sumber (BS/FS) VUB, PT. Pertani (Persero)/ / Perbanyakan Benih F1 Hibrida Hipa5 Ceva dan Dr. Satoto Pengujian Multilokasi untuk Pelepasan Varietas Padi Hibrida (No. 27/SHK/SP/2011) Tanggal 21 Februari Evaluasi Sifat Agronomis Pemakaian Pupuk NPK PT. Pupuk Kujang/ No.: 132/LB.150/I.2.1/ Kujang ( ) Plus Zn Terhadap Dr. Sarlan Abdurachman tanggal: 5 Feb 2014 Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi 3. Pengujian lapangan campuran bahan aktif untuk PT. Royal Agro Indonesia/ No.: 312/LB.150/I.2.1/ pengendalian wereng coklat pada tanaman padi. Dr. Rahmini tanggal: 19 Maret Uji Efikasi Herbisida FENOVA 110 EW Pada PT. Tritama Wirakarsa/ No.: 365/LB.150.I.2.1/ Tanaman Padi Sawah. Dr. Sarlan Abdurachman tanggal: 28 Maret Pengujian Lapangan Efek Ovicidal Insektisida PT. Bina Guna Kimia/ No.: 756/LB.150/I.2.1/7/ Dimilin 25 WP (b.a. : Diflubenzuron 25%) Dr. N. Usyati tanggal: 1 Juli 2014 Terhadap Telur Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga interculas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae). 6. Pengujian Efikasi Tiadinil Terhadap Penyakit PT. Mitshubishi Corporation November Hawar Daun Bakteri dan Penyakit Lainnya Pada Indonesia/ Ir. Sudir April 2015 Tanaman Padi 7. Efikasi Herbisida MEDALLY 20 WG (B.A. Metil PT. Petrosida Gresik/ Metsulfuron 20% ) untuk Pengendalian Gulma Dr. Sarlan Abdurachman Pada Budidaya Padi Sawah 8. Monitoring Resistensi Insektisida Rynaxypyr 50SC PT. DuPont Agricultural Agustus dan Cyazypyr 100OD Terhadap Hama Penggerek Products Indonesia/ April 2015 Batang Padi Kuning, Scirpophaga incertulas Dr. Usyati (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)_937/ LB.150/I.2.1/08/2014_27 Agustus 2014 Total Laporan Tahunan

59 Tabel 16. Lanjutan. No Judul penelitian Mitra/penanggung Register/periode Dana kerja jawab penelitian penelitian sama (Rp) B Balitkabi 1. Testimoni dan inovasi formulasi pupuk pada CV. Saprotan Utama Semarang 2099/SR.340/1.2.2/11/ tanaman pangan ( ) 2. Uji Petak Pembanding Jagung Hibrida Produk PT Branita Sandhini 233/KL.420/1.2.2/01/ Rekayasa Genetika PT Branita Sandhini di (Monsanto) dan 25/TD/PTBS/I/2014 Lapangan Uji Terbatas 3. Keefektifan pupuk hayati kayabio, kayabio-plus PT Petrokimia Kayaku 269.6/07/PN/01/LGL/ dan petrobio pada tanaman kedelai dan kacang tanah di lahan tegal dan sawah di Kabupaten Lamongan 4. Aplikasi Pupuk NPK pada Tanaman Ubi Kayu PT Petrokimia Gresik 0991/TU.04.06/27/SP/ Keamanan Lingkungan Jagung Produk Rekayasa PT Branita Sandhini 031/RA DEPT/PTBS/X/ Genetika NK603 di Lapangan Uji Terbatas (Monsanto) dan 6754/SR.340/1.2.2/10/2013 Total Tabel 17. Kerja sama Puslitbang Tanaman Pangan melalui BB Padi dengan Instansi pemerintah pada No Judul penelitian Mitra/penanggung Periode Dana kerja jawab penelitian penelitian sama (Rp) 1. Uji Ketahanan Varietas Lokal Lampai Kuniang Pemkab Sijunjung Januari-Juni Terhadap Hama dan Penyakit Utama Padi Dinas Tanaman Pangan dan (Wereng Batang Coklat, Blast, Tungro dan Hortikultura Sumatera Barat/ Hawar Daun Bakteri) Dr. Bambang Nuryanto 2. Uji Efikasi Padi Transgenik Bt terhadap Penggerek Puslit Bioteknologi Lembaga Mei-Desember Batang Padi Kuning Scirpophaga interculas Ilmu Pengetahuan Indonesia (Walker) (Lepidoptera : Pyralidae) di Lapangan (LIPI)/Dr. N. Usyati Uji terbatas (LUT), Total Dari 13 kegiatan, delapan di antaranya dilakukan oleh BB Padi dan lima kegiatan oleh Balitkabi. Jalinan kerja sama ini meliputi berbagai bidang, mulai dari penyediaan benih sumber, pengujian lapang, uji efikasi, evaluasi kemampuan pupuk pada tanaman pangan sampai uji aplikasi penggunaan pupuk. Sebagian dari kerja sama penelitian pada tahun 2014 merupakan lanjutan dari kegiatan kerja sama pada tahun-tahun sebelumnya dan sebagian lainnya sudah berakhir pada tahun ini. Sementara itu, kerja sama yang terjalin antara balai penelitian lingkup Puslitbang Tanaman Pangan dengan instansi pemerintah selama tahun 2014 berjumlah dua kegiatan penelitian. Kerja sama tersebut diinisiasi oleh BB Padi yang berkerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sijunjung dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan total biaya kerja sama Rp (Tabel 17). Terkait kerja sama lisensi, sejak 2007 hingga Desember 2014 mencapai 22 kontrak kerja (Tabel 18). Satu kerja sama lisensi noneksklusif baru antara Balitkabi dengan PT.Agro Indo Mandiri yang telah ditandatangani pada 24 Desember 2014 adalah lisensi Formula Pupuk Hayati Iletrisoy. Kegiatan produksi pupuk hayati ini berlaku hingga 5 tahun dan komersialisasinya meliputi wilayah Indonesia atau untuk tujuan ekspor. 52 Laporan Tahunan 2014

60 Tabel 18. Kerja sama lisensi di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai tahun No. Nama Invensi Nama Lisensor No. Perjanjian Jangka Waktu A. BB Padi 1. Padi Hibrida varietas Moro PT.Dupont Indonesia 62/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA8 PT.Dupont Indonesia 1325/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA9 PT. Metahelix Life Science 1326/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA10 PT. Petro Kimia 1327/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA11 PT. Petro Kimia 1328/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA12 PT. Saprotan Benih Utama 1166/LB150/J.2.1/ Padi Hibrida varietas HIPA14 PT. Saprotan Benih Utama 1167/LB150/J.2.1/ HIPA Jatim 1 Dinas Pertanian Prov. Jatim 618/LB.210/1.2.1/ HIPA Jatim 2 Dinas Pertanian Prov. Jatim 619/LB.210/1.2.1/ HIPA Jatim 3 Dinas Pertanian Prov. Jatim 620/LB.210/1.2.1/ Static Light Trap So Cell PT. Saindo Kurnia Sejati 585/LB.210/1.2.1/ Moving Light Trap So Cell PT. Saindo Kurnia Sejati 586/LB.210/1.2.1/ B. Balitkabi 1. Formula Pupuk Hayati Iletrisoy PT. Agro Indo Mandiri 5210/KL.420/I.2.2/12/ C. Balitserealia 1. Jagung Hibrida Bima 4 PT. Bintang Timur Pasifik 342/LB.220/1.1/03/ Jagung Hibrida Bima 5 PT. Sumber Alam Sutera 343/LB.220/1.1/03/ Jagung Hibrida Bima 6 PT. Makmur Sejahtera Utama 344/LB.220/1.1/03/ Jagung Hibrida Bima 7 PT. Biogene Plantation 228/SR.3401/1.2.3/ Jagung Hibrida Bima 9 PT. Tosa Agro 158/SR.3401/1.2.3/11/ Jagung Hibrida Bima 10 PT. Tosa Agro 160/SR.3401/1.2.3/11/ Jagung Hibrida Bima 11 PT. Tosa Agro 161/SR.3401/1.2.3/11/ Jagung Hibrida Bima 12Q PT. Berdikari 186/SM.3401/1.2.3/10/ Jagung Hibrida Bima 16 PT. Pupuk Sriwijaya /Kpts/SR.120/2013/ /SP/DIR/2013 Kerja Sama Luar Negeri Perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi, dan budaya dalam skala global memberi sinyal kepada dunia bahwa era bipolar telah berakhir. Dalam kondisi seperti ini, kerja sama internasional menjadi sebuah keniscayaan. Merespon hal tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan bersama dengan balai penelitian di lingkupnya terus meningkatkan hubungan kerja sama dengan berbagai lembaga internasional. Pada tahun 2014, beberapa lembaga internasional yang terlibat kerja sama antara lain: International Rice Research Institute (IRRI) Filipina, Asian Food and Agricultural Cooperation Initiative (AFACI) dan Rural Development Administration (RDA) Korea Selatan, International Maize and Wheat Improvement Centre (CIMMYT) Meksiko, International Potash Institute (IPI) Rusia, Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS) Jepang dan Novozymes. Dengan CIMMYT, kerja sama dipererat melalui penyusunan Host Country Agreement (HCA) CIMMYT. Salah satu tujuan penyusunan HCA adalah meningkatkan kerja sama pemuliaan jagung, plasma nutfah, genomic tools dan marka molekular, transgenik, serta conservation and precision agriculture. Namun, proses finalisasi HCA dalam membangun kantor CIMMYT di Balitsereal, Maros, masih memerlukan koordinasi yang intensif dan harmonisasi regulasi dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara (Setkab), dan Kementerian Keuangan. Sebagai tindak lanjut dari kerja sama luar negeri, pada tahun 2014 terdapat 14 kegiatan kerja sama penelitian di Balai Penelitianlingkup Puslitbang Tanaman Pangan, 11 di antaranya di BB Padi, dua di Balitkabi, dan satu di Balitsereal. Umumnya, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari kerja sama tahun sebelumnya, namun sebagian lainnya merupakan akhir kegiatan (Tabel 19). Laporan Tahunan

61 Tabel 19. Data kerja sama dengan mitra kerja luar negeri selama tahun No. Judul penelitian Mitra kerja sama/peneliti Periode Dana mitra ($/Rp) A BB Padi 1. Green super rice for the resource poor of Africa IRRI-CURE/ US $ ,705,000 and Asia Dr. Untung Susanto 2. Improving Livelihood in the Drought-Prone IRRI/ Rp.521,543,100 Lowland of Southest Asia Dr. Indras A Rumanti 3. Hibrid Rice, Sharing and Joint Licensing of Hybrid IRRI/BB Padi US $ Rice Breeding Materials 4. Multi-Location Hybrid Rice Yield Trial at Sukamandi, IRRI/Dr. Indras A Rumanti Rp.17,155,025 ICRR Farm, Indonesia 5. Development of elite Heat Tolerance Rice using the RDA/Dr. Untung S common gemplasm and anlysing QTIS related to Heat Tolerance 6. Direct Seedling Rice (DSR) Under Palir Row Condition AFACI/BB Padi US $ Comparison with other common Rice Cultivation 7. Green Super Rice (GSR) for the Resouce-poor of IRRI/Dr. Untung Susanto Africa and Asia Phase II 8. Blast Research Network for Stable Rice Production JIRCAS/Dr. Suwarno Development the next generation of new rice IRRI/ Dr. Indrastuti A Rumanti US $ varieties for sub-saharan Africa and Southeast Asia 10. Efication of Biological Fertilizer NZBBA9015, Novozymes/ ,881,200 NZBBA 9023, NZBBA 9024 on Rice Gagad Pratiwi, MP Total A? B Balitkabi 1. Response of cassava (Manihot esculenta crantz.) International Potash Institute October US & to potassium on dry land in Indonesia (IPI)/Ir. Abdullah Taufiq, MP December Response of Soybean to Potassium in Lowland IPI Rusia/ US $ under Rice-Rice-Soybean Cropping Pattern in Ir. Abdullah Taufiq, MP Indonesia Total B US $ C Balitsereal 1. Afforable, Accessible Asian (AAA) Drought CIMMYT/Dr. M Azrai Rp Tolerant Maize Total C Rp Kerja sama lainnya adalah dalam bentuk keterlibatan Puslitbang Tanaman Pangan pada Working Group on Seed Bank dalam organisasi Development Country 8 (D-8). Organisasi ini didirikan pada tahun 1997 dan merupakan organisasi pengembangan kerja sama di antara Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki. Tujuan pembentukan D-8 sendiri adalah untuk meningkatkan posisi negara-negara anggota D-8 dalam ekonomi global, menciptakan peluang baru, dan mendorong partisipasi hubungan dagang maupun peningkatan kualitas hidup negara yang tergabung di dalamnya. Pada pertemuan The 5 th D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security yang berlangsung pada Desember 2014 di Istanbul Turki, Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Dr Made J. Mejaya bersama Kepala Balitkabi, Dr. Didik Harnowo, ikut menghadiri pertemuan tersebut sebagai anggota Delegasi RI. Pertemuan menyepakati beberapa aspek penting, antara lain harmonisasi pendaftaran benih dan sistem sertifikasi untuk mendukung arus perdagangan atau pertukaran benih antarnegara anggota D-8, perlunya keterlibatan pihak swasta dalam sektor benih, dan perlunya mengunggah masing-masing negara ke alamat website working group seedbank (www. d8seedbank.org) untuk memperlancar pertukaran informasi. 54 Laporan Tahunan 2014

62 Di sisi lain, pengiriman tenaga ahli ke dua negara di Afrika, yaitu Sudan dan Madagaskar, juga menjadi salah satu bentuk kerja sama pada Di Sudan, Puslitbang Tanaman Pangan mengutus peneliti senior Prof. A. Karim Makarim bersama dengan tenaga ahli Dr. Budi Kartiwa dari BBSDLP, Asep Maulana, SP dari BB Padi, Ir. Arustiarso, MP dari BB Mektan, dan Ir. Suismono, MSi dari BB Pascapanen. Mereka dipercaya mengembangkan padi di Sudan (Pilot Project on Developing Indonesian Rice in Sudan). Proyek ini merupakan bentuk kerja sama antara Kementerian Pertanian RI dengan Kementerian Pertanian dan Irigasi Republik Sudan. Kerja sama mencakup tiga percobaan lapang di lahan Rahad Research Station, El Fao, Gedaref State, yaitu (1) uji adaptasi varietas padi (5 varietas Indonesia dan 3 varietas Sudan); (2) jarak tanam (tegel, 4 macam jajar legowo dan tabur (broadcast); dan (3) pemupukan minus satu unsur (minus one nutrient) yang dicoba dengan dua sistem irigasi (tergenang terus dan intermiten). Percobaan tambahan para petani di Sudan, 2014 adalah interaksi antara dua varietas padi dengan dua jarak tanam dengan dua sistem irigasi. Selama tahun 2014, dilakukan pula kegiatan pendukung, antara lain field day, seremoni penyerahan alsintan dari Pemerintah Indonesia, pelatihan teknik budi daya padi Indonesia, serta pelatihan teknik pascapanen dan alsintan. Inisiatif ini mendapat respon positif dari berbagai pihak di Sudan, seperti aparat pemerintah Sudan, Duta Besar RI untuk Sudan, petugas proyek pertanian asing di Sudan (JICA dan China), termasuk para peneliti dan petani setempat. Pada Juli 2014, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Madagaskar sepakat melakukan kerja sama di bidang pertanian melalui pengembangan kedelai di Madagaskar. Para tenaga ahli Balitkabi yang mendapat tugas melasanakan Pilot Proyek Pengembangan Sistem Produksi Kedelai di Madagaskar antara lain Prof. Dr. A. Sudaryono, Dr. Suharsono, Dr. Heru Kuswantoro, Ir. Yudi Widodo, dan Suprapto, SP. Tahap awal dari Pilot Proyek tahun 2014 ini dilakukan penelitian introduksi budi daya kedelai di lahan sawah setelah padi, yang meliputi adaptasi varietas dan teknologi budi daya yang meliputi pengolahan tanah, Pelaksanaan percobaan di Rahad Research Station, El Fao, Gedaref State, kerja sama Indonesia-Sudan. Penandatanganan Record of Discussion, Mme. ARI JAONA Voahangy-DGT Minagri Madagaskar di Kementerian Pertanian RI, Juli pemupukan, varietas, dan jarak tanam di lahan petani di wilayah Analamanga, yang mewakili lahan sawah setelah padi dengan temperatur relatif lebih tinggi. Selain itu, dilakukan pula pelatihan budi daya kedelai di lahan kering dan pascapanen (teknologi pangan) bagi petani dari beberapa daerah lain. Kegiatan ini akan terus berlanjut pada tahun Laporan Tahunan

63 Tanam kedelai di lahan sawah setelah padi dengan budi daya intensif di District Ambohimangakey, Region Analamanga, Madagaskar, Juni Pengiriman tenaga ahli ke dua negara tersebut terkait komitmen Kementerian Pertanian RI dalam membantu negara berkembang lainnya melalui technical assistant, meningkatkan produksi pangan, memperkenalkan teknologi tepat guna dan model pengembangan pertanian di Indonesia, sekaligus menjadi ajang promosi produk pertanian Indonesia, seperti benih, pupuk, dan produk-produk inovasi lainnya, serta mempromosikan tenaga ahli pertanian Indonesia di dunia internasional. 56 Laporan Tahunan 2014

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Merdeka No. 147 Bogor, 16111 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan toleran hama pengisap polong dilaksanakan di 10 sentra produksi

Lebih terperinci

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI 11 IV. PLASMA NUTFAH Balitkabi memiliki SDG aneka kacang (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang nasi, kacang gude, kacang tunggak, dan koro-koroan) sebanyak 2.551 aksesi serta aneka umbi (ubi kayu,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 Kotak Pos 66 Malang Jawa Timur, 65101 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3 II. PLASMA NUTFAH Sumber daya genetik (SDG) atau bahan genetik tanaman yang beragam untuk sifat-sifat penting, hidup dan teridentifikasi dengan baik dapat dipandang sebagai cadangan varietas yang memiliki

Lebih terperinci

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong 5 III. VARIETAS UNGGUL BARU/UNG UNGGULGUL HARAPAN KEDELAI Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan

Lebih terperinci

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas Balitkabi memiliki SDG aneka kacang (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang nasi, kacang gude, kacang tunggak, dan koro-koroan) sebanyak 2.551 aksesi serta aneka umbi (ubi kayu, ubi jalar, suweg,

Lebih terperinci

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Hermanto Sunihardi R. Heru Praptana Asrul Koes Kusnandar Muchtar Haryo Radianto Pusat

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 Instansi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 PKT Sasaran PENCIPTAAN TEKNOLOGI DAN VARIETAS UNGGUL BERDAYA SAING Mengembangkan dan Diperolehnya sejumlah

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2013 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2013 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2013 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta I Ketut Kariyasa Hermanto Sunihardi Kusnandar Muchtar Haryo Radianto Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5 III. KEDELAI Rerata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,3 juta. Namun demikian, tampaknya produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik. Produksi kedelai dalam negeri

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016

VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016 VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016 Calon varietas unggul berupa galur/hibrida/mutan/transgenik/varietas lokal yang diusulkan untuk dapat dilepas harus memenuhi

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan

Lebih terperinci

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian AgroinovasI Dering 1 Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1 PENDAHULUAN 8ebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman, benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di

Lebih terperinci

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK KACANG HIJAU PERBAIKAN GENETIK Kacang hijau semakin menjadi pilihan untuk dibudi dayakan, karena secara teknis agronomis efisien terhadap air dibanding padi atau tanaman palawija lain. Masalah utama budi

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang diintrodusir oleh manusia

Faktor-faktor yang diintrodusir oleh manusia PIP 5 Faktor-faktor yang diintrodusir oleh manusia 1. Benih/Bibit unggul 2. Pemupukan 3. Pengairan 4. Penyiangan 5. Perlindungan tanaman CIRI-CIRI BENIH BERMUTU 1. Varietasnya asli. TINGGI 2. Benih bernas

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA

PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA Sistem Tanam Legowo Jagung dengan Tumpangsari Kedelai Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani.

Lebih terperinci

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI Made J. Mejaya dan L. Hakim Puslitbang Tanaman Pangan Ringkasan Pada tahun 2017, sasaran produksi padi sebesar 80,76 juta ton GKG dengan produktivitas

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian 2015

Inovasi Pertanian 2015 Inovasi Pertanian 2015 Perubahan iklim, konversi dan degradasi lahan pertanian, lemahnya daya saing produk pertanian di pasar domestik dan internasional, kurangnya minat generasi muda untuk berusaha di

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 Badan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU Pemilihan varietas yang akan ditanam tergantung tujuan. Ubi kayu dengan rasa enak (tidak pahit, HCN 40 mg/kg umbi segar) dan tekstur daging umbi lembut sangat sesuai untuk pangan

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU M. P. Sirappa, Marietje Pesireron, dan La Dahamarudin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku ABSTRAK

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN (The assessment of introduction of corn composite high yield varieties

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

HYPOMA1 DAN HYPOMA2 VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT DAUN DAN KEKERINGAN

HYPOMA1 DAN HYPOMA2 VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT DAUN DAN KEKERINGAN HYPOMA1 DAN HYPOMA2 VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT DAUN DAN KEKERINGAN Kebutuhan akan kacang tanah dari waktu ke waktu terus bertambah, sementara produksi dalam negeri masih belum mencukupi.

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN PERTANIAN 2. Program : Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Dr. Ratulangi 274 Kab. Maros Sulawesi Selatan 90514 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Kedelai

Pedoman Umum. PTT Kedelai Pedoman Umum PTT Kedelai Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 Pedoman Umum PTT Kedelai ISBN: 978-979-1159-30-2 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: November 2009 Cetakan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Evi Pujiastuti et al.: Respon Petani Terhadap Beberapa Jagung.. RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH

KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas

Lebih terperinci

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH 36 Muhammad Saleh KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebon Karet Loktabat,

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Varietas Wilis Argomulyo Burangrang Sinabung Kaba Tanggamus Mahameru Anjasmoro Lawit Baluran Ijen Seulawah Argopuro Grobogan Gepak Ijo Gepak Malika Detam 1 Detam 2 Varietas Unggul Baru Kedelai Potensi

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Jagung

Pedoman Umum. PTT Jagung Pedoman Umum PTT Jagung Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 i Pedoman Umum PTT Jagung ISBN: 978-979-1159-31-9 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: Februari 2010 Cetakan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2012 Penelitian Padi dan Palawija. Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Nuning Argo Subekti Kusnandar Wahidin

Laporan Tahunan 2012 Penelitian Padi dan Palawija. Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Nuning Argo Subekti Kusnandar Wahidin Laporan Tahunan 2012 Penelitian Padi dan Palawija Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Nuning Argo Subekti Kusnandar Wahidin Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN PROVINSI ACEH 1 Pengertian Teknologi

Lebih terperinci

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI I. UMUM. A. Latar belakang Dalam rangka pelepasan suatu varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2016 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH Yakob Bunga T, Saidah 1) dan Amran Muis 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2)

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.09-0/2013 DS 1617-0070-0530-2353 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR B.Murdolelono 1), H. da Silva 1), C.Y.Bora 1) dan M. Azrai 2) 1) Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur, Jl.Timor

Lebih terperinci

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi

Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Zuyasna 1*), Chairunnas 2), Efendi 1) dan Arwin 3) 1) Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Lebih terperinci

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK PENAMPILAN GENOTIPEGENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL Fatimah Azzahra dan Koesrini Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian terhadap genotifegenotife kacang tanah di

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci