Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Transkripsi

1 Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip 6 ditingkat petani memegang peranan penting, dan hal ini tidak terlepas dari peranan para penangkar benih yang cukup besar. Agar terjalin kesinambungan yang berlanjut antara penghasil dengan pengguna teknologi utamanya varietas, maka penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting. UPBS lingkup BBP2TP merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengantisipasi kebutuhan benih dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis hasil penelitian Badan Litbang Pertanian. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi UPBS BPTP dalam memenuhi kebutuhan benih di Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah sejak Januari hingga Desember Metode yang digunakan dimulai dari produksi benih hingga pengumpulan data sekunder ke instansi terkait maupun petani penangkar. Informasi data primer dan sekunder yang dikumpulkan dianalisis secara proporsional. Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dilakukan analisis deskriptif-kualitatif. Produksi benih UPBS BPTP tahun 2015 mencapai Kg, terdiri dari sebanyak kg benih dasar dan kg benih pokok. Total luas tanammt. Asep dan MT. Okmar 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar ha dengan kebutuhan benih sebar sebanyak kg, benih pokok sebanyak kg dan benih dasar sebanyak 700 kg. Produksi benih sebar hanya mencapai kg, baru dapat memenuhi kebutuhan sekitar 12,10% dari total kebutuhan benih sebar di Kalimantan Tengah, masih kekurangan benih sebar sebanyak kg Kata Kunci : Benih Sumber, Padi, Produksi, UPBS Pendahuluan Program peningkatan ketahanan pangan dan agroindustri memerlukan dukungan subsistem sarana produksi diantaranya benih. Berbagai sebab belum digunakan varietas unggul antara lain kurangnya informasi keberadaan varietas unggul dengan berbagai sifat keunggulannya serta ketersediaaan benih terbatas. Untuk mendorong penyebaran benih varietas unggul diperlukan pengenalan varietas melalui sosialisasi varietas dan teknik produksi benih kepada penangkar di daerah sentra produksi (Marwoto, etal. 2006). Strategi tersebut diharapkan akan terjadi percepatan adopsi teknologi produksi benih berbasis komunitas. Ketersediaan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi yang telah dirilis di Departemen Pertanian sangat banyak, namun sosialisasi ke tingkat daerah terutama pada sentra-sentra produksi tanaman pangan masih terbatas sehingga varietas tersebut kurang berkembang. Demikian halnya keberadaan Balai Benih Induk (BBI) selaku penyedia benih sumber di tingkat provinsi, masih terbatas sehingga perlu dukungan nyata dari pihak terkait, termasuk BPTP untuk membantu penyiapan benih sumber terutama benih dasar (Nappu, dan Basir, 2007). Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) lingkup Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dibentuk dalam rangka melaksanakan salah satu fokus program aksi perbenihan lingkup Badan Litbang Pertanian, disamping fokus pemantapan produksi benih sumber dan pemantapan UPBS lingkup Puslitbang komoditas. UPBS lingkup BBP2TP merupakan salah satu kelembagaan internal di BPTP yang dibentuk dalam rangka mengakomodasikan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 423

2 perubahan lingkungan strategis perbenihan dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis hasil penelitian Badan Litbang Pertanian di wilayah kerjanya. UPBS BPTP Kalimantan Tengah merupakan salah satu kelembagaan internal yang dibentuk dalam rangka mengakomodasikan perubahan lingkungan strategis perbenihan dan mengantisipasi kebutuhan benih sumber dari varietas unggul baru (VUB) komoditas strategis hasil penelitian Badan Litbang Pertanian di Kalimantan Tengah (Badan Litbang Pertanian, 2011). Produksi benih bersertifikat di Indonesia sekitar 60% (tahun 20 14) dari total kebutuhan benih potensial (Direktor at Perbenihan Tanaman Pangan 2015). Produksi benih besertifikat Indonesia tertinggi di Asia. Perbandingan produksi benih padi bersertifikat di India 13,5%, Pakistan 5%, Bangladesh 4%, Vietnam 8%. Implikasinya adalah akan sangat tidak realistis bila kita mengharapkan sektor formal menyediakan 100% benih (bersertifikat) untuk memenuhi semua kebutuhan benih padi. Bahkan di negara-negara yang pertaniannya telah sangat maju sekalipun, sektor perbenihan informal masih tetap menunjukkan kontribusi penting dalam penyediaan benih varietas unggul baru. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar konstribusi UPBS BPTP dalam memenuhi kebutuhan benih padi Varietas Unggul Baru di Provinsi Kalimantan Tengah. Metodologi Kajian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Desember Produksi benih dilakukan di petani penangkar binaan BPTP di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito Timur. Proses budidaya hingga pasca panen dilakukan sesuai prinsip PTT (pengelolaan tanaman terpadu). Rouging dilakukan untuk membuang tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciriciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Rouging dilakukan sebanyak 4 kali, pada saat fase juvemil (tanaman muda), fase berbunga, dan fase masak fisiologis. Pengumpulan data sekunder dilakukan di Instansi terkait (Dinas Pertanian, Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) untuk mengetahui kebutuhan benih padi, luas lahan dan produktivitas padi di Provinsi Kalimantan Tengah. Data primer dan sekunder dianalisis secara proporsional. Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dilakukan analisis deskriptif. Hasil dan Pembahasan Tanaman padi mempunyai peranan penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan pangan. Pengenalan terhadap jenis hama dan penyakit yang menyerang merupakan langkah awal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam usaha pengendalian. Dalam hal ini dapat dilakukan melalui identifikasi terhadap jasad pengganggunya dan gejala serangan yang ditimbulkannya.hama dan penyakit pada padi sangat beragam. Untuk mengurangi kerugian dari gangguan hama dan penyakit perlu strategi pengendalian yang terencana. Tabel 1 menyajikan data luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas padi di Provinsi Kalimantan Tengah. 424 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

3 Tabel 1. Produksi Padi di Kalimantan Tengah, Uraian Perkembangan (ATAP) (ASEM) Absolut Persentase Luas Panen (Ha) ,88 Hasil/hektar (Ku/Ha) 34,57 35,07 0,50 1,44 Produksi (Ton) ,60 6,39 Sumber : Kalimantan Tengah dalam angka, 2015 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa luas panen di Kalimantan Tengah sebanyak ha, terjadi peningkatan luas panen pada periode sebesar Ha (4,88 %), sekitar 1,80% dari total luas panen tanaman padi di Indonesia, yaitu Ha. Produksi padi tahun 2014 sebesar ton dan produksi padi tahun 2015 sebanyak atau naik ton (6,39 persen) dari tahun sebelumnya. dan 0,50 Ku/Ha (1,44 per sen), sedangkan total produksi padi nasional mencapai ku/ha. Produktivitas padi Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 3,51 ton/ha, lebih rendah dibanding produksi padi nasional sebesar 5,34 ku/ha (BPS, 2015). Potensi tanaman padi di Provinsi Kalimantan Tengah cukup besar sehingga harus didukung oleh sistem penyediaan benih dengan jumlah cukup, tepat waktu, dan bermutu. Produksi padi meningkat setiap tahunnya. Selama kurun waktu , produksi meningkat rata-rata 3,14% dan 6,39% setiap tahunnya. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan rata-rata luas panen, produktivitas dan produksi sebesar 4,88%, 1,44% dan 6,39% sehingga kebutuhan benih bermutu setiap tahunnya juga meningkat. Agar terjalin kesinambungan yang berlanjut antara penghasil dengan pengguna teknologi utamanya varietas, maka penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangkaian pembentukan kelas benih selanjutnya. UPBS BPTP Kalimantan Tengah bekerja sama dengan penangkar benih di 2 Kabupaten (Kapuas dan Barito Timur) untuk memproduksi benih sumber. Tabel 2. Kebutuhan benih di Kalimantan Tengah berdasarkan kelas benih. No Kabupaten/ Kota Luas Sawah (Ha) Luas Tanam (Ha) Kebutuhan Benih Berdasarkan Kelas (Kg) BS FS SS ES 1 Kotawaringin Barat ,44 26, , Kotawaringin Timur ,65 39, , Kapuas ,91 294, , Barito Selatan ,40 24, , Barito Utara ,42 25, , Sukamara ,09 5,48 548, Lamandau ,52 31, , Seruyan ,42 25, , Katingan ,04 62, , Pulang Pisau ,93 115, , Gunung Mas ,12 6,98 697, Barito Timur ,44 26, , Murung Raya ,27 16, , Kota Palangka Raya ,01 0,34 34, Kalimantan Tengah ,65 699, , Sumber : Distanak Prov. Kalteng, 2015 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 425

4 Kebutuhan benih sebar di Kalimantan Tengah dengan sasaran luas tanam ha sebesar kg dengan rata-rata kebutuhan benih sebanyak 25 kg/ha dan produksi benih sebesar 3,5 t/ha, sedangkan untuk kebutuhan benih sumber diperkirakan sebesar 11,65 kg klas BS, 699,29 kg klas FS, ,38 kg klas SS (Tabel 2). Kebutuhan benih sumber tersebut didasarkan pada asumsi kebutuhan benih tiap kelas sebanyak 25 kg/ha dan produksi benih klas BS menjadi FS sebanyak 2,5 t/ha, produksi benih klas FS menjadi SS sebanyak 3 t/ha, dan produksi klas SS menjadi ES sebanyak 3,5 t/ha (Distanak Kalteng, 2015). Tabel 3.Produksi benih sumber padi berdasarkan lokasi, kelas benih dan waktu Produksi No Kabupaten Jumlah Varietas Kelas (Kg) 1 Kapuas Inpari 9 SS Inpari 14 FS Inpari 20 FS 985 Inpari 22 FS Inpari 30 FS Jumlah Inpari 14 SS Inpari 20 SS Inpari 30 SS Jumlah Barito Timur Inpari 9 SS TOTAL Inpari 14 FS Inpari 15 FS Inpari 20 FS Inpari 22 FS Inpari 29 FS Inpari 30 FS Inpago 4 FS 600 Jumlah Inpari 14 SS Inpari 20 SS Inpari 22 SS Inpari 30 SS Jumlah FS SS Keterangan November Maret 2015 April-September 2015 Januari-April 2015 April-Desember 2015 Untuk memenuhi kebutuhan benih sumber di Kalimantan Tengah, UPBS BPTP Kalimantan Tengah memiliki mandat menghasilkan benih sumber kelas FS dan SS. Benih yang telah dihasilkan distribusikan ke BBU, Swasta/BUMN, para penangkar/produsen benih yang ada di masing-masing lokasi penangkar (Badan Litbang Pertanian, 2011). Untuk UPT BBI berperan dalam memproduksi FS dan dapat memproduksi SS sesuai dengan kebutuhan dan hasilnya 426 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

5 didistribusikan kepada BBU dan penangkar, untuk klas SS dan ES diproduksi oleh BBU dan penangkar Pada tahun 2015 UPBS BPTP menghasilkan benih dasar dan benih pokok dengan memproduksi varietas unggul baru yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (BB Padi, 2015). Varietas tersebut berdasarkan pada daya adaptasi dan preferensi petani karena selain umur yang genjah, tahan beberapa ras penyakit serta rasa nasi yang pulen. Produksi benih UPBS BPTP tahun 2015 mencapai kg, terdiri dari kg benih dasar dan kg benih pokok (Tabel 3). Total produksi benih sumber UPBS BPTP tersebut sudah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan benih sumber di Kalimantan Tengah, untuk benih dasar memenuhi kebutuhan sekitar 3.138,18% dan benih pokok 122,83% dari total kebutuhan benih sumber. Meskipun produksi benih sumber sudah melebihi kebutuhan di Kalimantan Tengah, namun produksi benih sebar hanya mencapai kg, baru dapat memenuhi kebutuhan sekitar 12,10% dari total kebutuhan benih sebar di Kalimantan Tengah, masih kekurangan benih sebar sebanyak kg (BPSB Prov. Kalteng, 2015). Kekurangan benih sebar tersebut diharapkan dapat terpenuhi melalui petani penangkar maupun industri benih swasta lainnya yang ada di Kalimantan Tengah. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya penangkar benih sebar dan belum adanya jaminan pasar yang menyerap benih sebar produksi penangkar. Syafruddin, et. al, (2010) menyatakan bahwa penangkaran benih padi sawah belum bisa berkembang dengan baik tanpa ada kemitraan dengan penyalur benih, hal tersebut karena petani belum terbiasa dalam membeli benih bermutu/bersertifikat dan adanya kebiasaan dalam pertukaran hasil panen untuk dijadikan benih. Penyebarluasan benih sangat bergantung dari penyaluran benih yang berasal dari bantuan benih dan hasil pertukaran benih antar petani. Kesimpulan 1. Total Produksi benih padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah sebanyak kg, terdiri dari kg benih dasar dan kg benih pokok. 2. Total kebutuhan benih sebar di provinsi Kalimantan Tengah sebesar Kg. 3. Total produksi benih sebar hanya mencapai kg, baru dapat memenuhi kebutuhan sekitar 12,10% dari total kebutuhan benih sebar di Kalimantan Tengah, masih kekurangan benih sebar sebanyak kg Daftar Pustaka Badan Litbang Pertanian Pedum UPBS. Badan Litbang Pertanian. BB Padi, Deskripsi Varietas Padi. Badan Litbang Pertanian. BPS Kalteng, Kalimantan Tengah dalam Angka. Gorontalo. BPSB Prov. Kalteng, Laporan Tahunan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Tengah. Dinas Pertanian Prov. Kalimantan Tengah, Luas Baku Lahan dan Sasaran Tanam Padi Provinsi TA Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 427

6 Marwoto, D. Harnowo, MM. Adhie, M. Anwari, J. Purnomo, Riwanodja dan Subandi Panduan Teknis Produksi Benih Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian Malang. Nappu, Basir., Perbanyakan Benih Sumber Varietas Unggul Baru (VUB) Tanaman Pangan Mendukung Pengembangan Benih Bermutu. Hasil Kajian BPTP Sulsel - Litkaji TA. Nugraha U.S, Sri Wahyuni M., dan Yamin Samaullah Produksi Benih Komersial. Sistem Perbenihan. Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. Balai Besar Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta Syafruddin, Patta Sija, Jaka Sumarno, Nova M. Muhammaad, M.Yusuf Antu Analisis Sistem Perbenihan Di Provinsi Gorontalo. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian. Cisarua, 9-11 Desember Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian