PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN"

Transkripsi

1

2 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

3 KATA PENGANTAR Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di bawah Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) di bidang penelitian dan pengembangan pertanian khususnya tanaman pangan. Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014 ini telah mengacu pada pedoman penyusunan LAKIP yang disusun Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2004 serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pencapaian sasaran strategis yang didukung oleh pelaksanaan berbagai program dan kegiatan di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan merupakan wujud pertanggungjawaban atas amanah yang diembankan kepada Puslitbang Tanaman Pangan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Laporan ini menyajikan hasil penelitian seperti varietas unggul baru, teknologi budi daya, benih sumber, dan kegiatan penunjang dalam pencapaian tujuan dan sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan. Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam penelitian dan pengembangan tanaman pangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan IPTEK tanaman pangan. Bogor, 3 Januari 2015 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Made Jana Mejaya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Malang, Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan. Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan Puslitbang Tanaman Pangan adalah: (1) Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan, (2) Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan, (3) Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO , (4) Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan, dan (5) Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan. Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 dapat dilihat pada pengukuran akuntabilitas kinerja yang mencapai 116,89%, terdiri dari pengelolaan sumber daya genetik, perakitan VUB, produksi benih, perakitan teknologi budi daya, dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sebanyak 21 varietas unggul baru (VUB) telah dilepas tahun 2014 yaitu: varietas unggul baru padi Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari Unsoed79 Agritan, Inpara 8 Agritan, dan Inpara 8 Agritan, VUB kedelai Demas 1, Dena 1 dan Dena 2, VUB kacang tanah Talam 2 dan Talam 3, VUB kacang hijau Vima 2 dan Vima 3, VUB ubijalar Antin 2 dan Antin 3, VUB sorgum SURI 3 Agritan dan SURI 4 Agritan, VUB jagung URI 3 H, HJ21 Agritan, dan HJ22 Agritan, VUB gandum GURI 3 Agritan, GURI 4 Agritan, dan GURI 5 Agritan. Teknologi tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22 paket teknologi budi daya dan panen untuk padi, jagung, kedelai, kacang hijau, ubijalar, dan kacang tanah. Disajikan pula 11 paket rekomendasi kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi tanaman pangan serta membangun daerah perbatasan di Kaltim, Kalbar, NTT, Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Papua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii

5 Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014 Rp ,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp ,- Belanja Barang Operasional Rp , Belanja Barang Nonperasional Rp , dan Belanja Modal Rp ,-. Anggaran tersebut tersebar di Puslitbang Tanaman Pangan Rp , Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Rp , Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Rp , Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp , dan Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2014 Rp (95,58%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp (93,75%), Belanja Barang Operasional Rp (96,94%), Belanja Barang Nonoperasional Rp (97,71%), dan Belanja Modal Rp (94,63%). Realisasi PNBP lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai Desember 2014 Rp ,- (205,21%) dari target PNBP Rp ,- terdiri dari target penerimaan umum Rp ,- dan penerimaan fungsional Rp Sedangkan realisasi penerimaan umum Rp ,- (333,35%) dan penerimaan fungsional Rp ,- (198,84%). Secara umum kinerja penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dituangkan dalam Renstra telah berhasil dicapai sesuai visi dan misi, serta mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian dan memenuhi kebutuhan 4-F (Food, Feed, Fiber, dan Fuel). Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan food, feed dan fibre. Perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan terus dilakukan. Tersedia varietas unggul baru ubikayu dan sorgum, serta teknologi pemanfaatan limbah menjadi sumber energi terbarukan membangun masyarakat mandiri energi. Data BPS ARAM II tahun 2014, produksi padi 70,61 juta ton GKG menurun 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada produksi 2012 hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung 19,13 juta ton meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan 2012 (18,97 juta ton). Produksi kedelai 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan tahun 2013 dan 2012 hanya 843,15 ribu ton. Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan Agustus 2014 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv

6 102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP September 2014 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan keperluan produksi pertanian. Kenaikan NTP September 2014 karena naiknya NTP subsektor tanaman pangan 0,37%, hortikultura 0,59%, dan peternakan 1,08%. Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang (SL) PTT ke seluruh propinsi. Tahun 2015 guna mencapai kedaulatan pangan, Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT). Puslitbang Tanaman Pangan dalam melaksanakan penelitian sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Pengaruh pemanasan global seperti penentuan saat musim hujan atau awal musim kemarau sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang. Dampak perubahan iklim menyebabkan kondisi lapang yang tak terduga seperti serangan hama dan penyakit yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi penelitian hanya sebagian kecil dari hamparan pertanaman. Ledakan hama tikus, wereng coklat disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang. Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi. Varietas unggul dan teknologi baru belum cepat diadopsi petani di lapang. Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak, ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia. Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v

7 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Iktisar Eksekutif... Daftar Isi... i ii iv I. Pendahuluan... 1 II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan Strategis Perencanaan Kinerja Penetapan Kinerja III. Akuntabilitas Kinerja Pengukuran Capaian Kinerja Analisis Capaian Kinerja Akuntabilitas Keuangan IV. Penutup Lampiran: Struktur Organisasi Realisasi Keuangan Rencana Strategis (RS) Puslitbang Tanmaan Pangan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 Penetapan Kinerja (PKT) tahun 2014 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi

8 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

9 I. PENDAHULUAN Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi di Malang Jawa Timur, Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros Sulawesi Selatan, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro di Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan. Tugas dan fungsi Puslitbang Tanaman Pangan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Pertanian. Tugas yang diemban menyiapkan perumusan kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan bersifat mendasar dan strategis untuk mendapatkan teknologi tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi dominan di beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream) ditujukan untuk mengembangkan teknologi dasar dan teknologi generik yang akan diuji daya adaptasi oleh BPTP sebelum disebarluaskan kepada petani. Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan kebijakan penelitian dan pengembangan, b) perumusan program penelitian dan pengembangan, c) pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e) evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan, dan f) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat. Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya, Puslitbang Tanaman Pangan didukung sarana kebun percobaan dan laboratorium yang terakreditasi, serta tenaga fungsional peneliti dan administrasi. Jumlah pegawai di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 berjumlah 816 orang. SDM berkurang 85 orang selama 5 tahun jika dibandingkan dengan tahun 2010 berjumlah 901 orang. Pengurangan pegawai terjadi di seluruh satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan. Namun, tingkat pendidikan meningkat daripada tahun 2010, yaitu 63 orang S3 (Doktor), 95 orang S2, dan 184 orang S1 (Tabel 1). Sedangkan jumlah Profesor Riset tahun 2010 berjumlah 15 orang, saat ini hanya 10 orang karena sebagian sudah purna tugas. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

10 Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan pendidikan, 31 Desember Unit Kerja S3 S2 S1 SM/ D3 D2 SLTA SLTP SD Total Puslitbang Tanaman Pangan BBPadi Balitkabi Balitsereal Lolit Tungro Jumlah Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah menyediakan varietas unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya, benih sumber, serta kebijakan tanaman pangan. Data BPS melaporkan bahwa produksi padi tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan 70,61 juta ton GKG menurun 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada produksi tahun 2012 hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung tahun 2014 diperkirakan 19,13 juta ton meningkat 3,33% dibandingkan tahun Demikian pula produksi kedelai tahun 2014 diperkirakan 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan tahun Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman secara terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang (SL) PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh propinsi di Indonesia. Tahun 2015, dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

11 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

12 II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS Visi Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan bagian integral dari visi pembangunan pertanian dan perdesaan Indonesia. Visi Badan Litbang Pertanian adalah: Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi yaitu: Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna. Misi Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah: 1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition). 2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya. 3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition). Tujuan dan Sasaran Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul baru guna meningkatkan produktivitas sesuai preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

13 2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air), tanaman, dan organisme pengganggu tanaman yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim. 3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian. 4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem pertanian industrial. 5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar negeri. 6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian. Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan Puslitbang Tanaman Pangan adalah: 1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan. 2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan. 3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. 5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan. Arah Kebijakan Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan merupakan bagian dari arah kebijakan dan strategi litbang pertanian pada Renstra Badan Litbang Pertanian khususnya yang terkait langsung dengan program Badan Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. 1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

14 komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan bahan baku industri. 2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders nasional maupun internasional untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact recoqnition) pengakuan ilmiah internasional (scientific recognition) dan perolehan sumber-sumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN. 3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan institusi. 4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan internasional. 5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang akuntabel dan good governance. Strategi 1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian. 2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian, memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas. 3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam kerangka pembangunan pertanian untuk memecahkan masalah dan isu aktual dalam pembangunan pertanian. 4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional. 5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan teknologi kepada calon pengguna. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

15 6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha industri agro. 7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan lembaga internasional/nasional berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai impact recoqnition yang mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN. 8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil litbang ke dunia industri melalui lisensi. 9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten pada semua jajaran Badan Litbang Pertanian. Program dan Kegiatan Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menkeu, No M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009), bahwa program hanya berada di Eselon I, sedangkan kegiatan berada di Eselon II. Program Badan Litbang Pertanian pad periode adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya penelitian dan pengembangan menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yaitu tiga di antara lima komoditas prioritas tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya dan komoditas tanaman pangan yang menjadi penting seiring dinamika pengembangan tanaman pangan. Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Puslitbang Tanaman Pangan masuk dalam subprogram penelitian dan pengembangan komoditas dengan kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Indikator kinerja Unit Kerja adalah Output. Kegiatan litbang tanaman pangan akan dilaksanakan oleh lima satuan kerja yaitu Puslitbang Tanaman Pangan sebagai unit kerja eselon II, didukung oleh satuan kerja BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

16 Indikator Kinerja Utama Output yang menjadi indikator kinerja (IKU) litbang tanaman pangan meliputi: 1) Jumlah varietas unggul baru padi, serealia, dan kabi, 2) Jumlah teknologi budi daya dan pascapanen primer, 3) Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) padi, serealia, dan kabi terkoleksi, teridentifikasi dan terkonservasi untuk perbaikan sifat varietas, 4) Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi, serealia, dan kabi dengan SMM ISO , atau ISO , dan 5) Publikasi ilmiah untuk diseminasi iptek PERENCANAAN KINERJA Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan dengan sasaran Renstra Puslitbang Tanaman Pangan Sejalan dengan hal tersebut Puslitbang Tanaman Pangan setiap tahun telah menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014 yang berisi: 1) Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan, 2) Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien, dan akuntabel, dan 3) Target yang akan dihasilkan. Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan telah dituangkan dalam RKT tahun 2014 dengan rincian sebagai berikut: 1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas. 2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan. 3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. 5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan. Adapun matriks Rencana Kinerja Tahunan (RKT) kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan disajikan pada Tabel 2, yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja lingkup Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

17 Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1. Tersedianya informasi sumber daya genetik 2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan 3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan 5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, aneka kacang dan ubi Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan Rumusan rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan aksesi 19 varietas 219 ton 13 teknologi 10 rekomendasi 2.3. PENETAPAN KINERJA Penetapan Kinerja 2014 disusun setelah disetujui dan diterbitkannya DIPA Penetapan kinerja ini merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja antara Kepala Puslitbang Tanaman Pangan dengan Kepala Badan Litbang Pertanian sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran. Oleh karena itu, Puslitbang Tanaman Pangan telah menetapkan 3 (tiga) sasaran strategis yang akan dicapai 2014 guna mendukung program Badan Litbang Pertanian. Sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan, yaitu (1) Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, dan (3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

18 Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai 3 (tiga) sasaran strategis tersebut, yaitu (1) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya yang akan dilepas, (2) Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai sesuai dengan SMM ISO yang akan dihasilkan, (3) Jumlah teknologi budi daya dan panen tanaman pangan, dan (4) Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2014, maka diperlukan anggaran Rp ,0 untuk belanja pegawai, belanja barang operasional, belanja barang nonoperasional, dan belanja modal. Anggaran tersebut diperoleh dari APBN dan PNBP, serta kegiatan kerja sama penelitian dengan berbagai instansi pemerintah, swasta, maupun bantuan luar negeri. Penetapan kinerja 2014 yang telah disusun pada Tabel 3 telah mengalami revisi karena adanya perubahan APBN sesuai kebijakan pemerintah akibat melonjaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Tabel 3. Penetapan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO Varietas 203 Ton 2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan 11 Rekomendasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

19 Dalam LAKIP Puslitbang Tanaman Pangan ini dilaporkan juga perkembangan berbagai kegiatan lain, yaitu: a) Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan, b) Kegiatan diseminasi hasil penelitian tanaman pangan, dan c) Laporan keuangan. Pencapaian target indikator kinerja dilaksanakan melalui serangkaian penelitian di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro, dengan judul perakitan varietas unggul baru dan produksi benih sumber, dengan rincian sebagai berikut: 1a. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan, terdiri dari: a. Perakitan varietas unggul baru padi Perakitan varietas unggul padi dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan setingkat RPTP, yaitu: a) Percepatan pelepasan varietas unggul baru padi melalui konsorsium padi nasional, b) Perakitan varietas padi sawah, c) Perakitan varietas unggul padi rawa, dan d) Perakitan varietas padi gogo. Penelitian ini telah melibatkan 56 orang peneliti dengan pagu anggaran Rp b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi Perakitan varietas unggul aneka kacang dan umbi dilaksanakan melalui serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Percepatan pelepasan varietas kedelai nasional melalui konsorsium, b) Perakitan varietas kedelai tropis toleran kekeringan, naungan, pasang surut, dan toleran cekaman biotik, c) Perbaikan teknologi produksi ubikayu dan ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan d) Perakitan varietas kacang tanah dan kacang hijau untuk lahan sawah, lahan salin, dan lahan kering masam. Penelitian ini telah melibatkan 67 orang peneliti dengan pagu anggaran sebesar Rp c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya Perakitan varietas unggul jagung dan serealia lainnya dilaksanakan melalui serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Perakitan Varietas Jagung Hibrida Berdaya Saing, b) Perakitan Varietas Jagung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

20 Bersari Bebas Toleran Cekaman Lingkungan, c) Perakitan Varietas Gandum Tropis Adaptif Pada Ketinggian 400 Mdpl, d) Perakitan Varietas dan Teknologi Penekanan Hasil Sorgum. Penelitian ini telah melibatkan sekitar 35 orang peneliti dengan pagu anggaran sebesar Rp b. Produksi benih sumber tanaman pangan sesuai SMM ISO , terdiri dari: a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi. Kegiatan penyediaan benih sumber ini dilaksanakan oleh BBPadi di Sukamandi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan target diproduksinya 130 ton benih sumber kelas BS, FS, dan SS. Pagu anggaran di BBPadi Rp untuk memproduksi 100 ton benih sumber (kelas BS, FS, dan SS), sedangkan pagu anggaran di Lolit Tungro Rp untuk memproduksi benih sumber kelas SS 30 ton. Total biaya produksi benih sumber sebesar Rp b. Penyediaan benih sumber varietas unggul kacang dan umbi. Kegiatan penyediaan benih sumber aneka kacang dan umbi dilaksanakan di Balitkabi Malang dengan target produksi 83 ton kelas BS dan FS. Pagu anggaran produksi benih sumber sebesar Rp c. Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia lain. Kegiatan penyediaan benih sumber jagung dan serealia lainnya dilaksanakan di Balitsereal Maros dengan target produksi benih sumber 34 ton kelas BS dan FS. Pagu anggaran produksi benih sebesar Rp Perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman pangan a. Teknologi budi daya tanaman padi Kegiatan perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman padi dilaksanakan oleh BBPadi di Sukamandi dengan target dihasilkannya 6 (enam) teknologi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan target dihasilkannya 1 (satu) teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

21 Perakitan teknologi budi daya padi di BBPadi dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan setingkat RPTP, yaitu: a) Perbaikan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi, b) Perbaikan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi rawa, dan c) perbaikan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi gogo. Jumlah pagu anggaran kegiatan penelitian ini sebesar Rp Sedangkan penelitian Lolit Tungro dengan judul inovasi teknologi produksi padi tahan tungro mendukung upaya kemandirian pangan dengan pagu anggaran sebesar Rp b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman aneka kacang dam umbi dilaksanakan di Balitkabi Malang melalui penelitian yaitu a) Perbaikan komponen teknologi budi daya kedelai untuk lahan sawah, lahan kering, dan pasang surut menuju swasembada kedelai, b) Perbaikan teknologi produksi ubikayu dan ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan c) Perbaikan komponen teknologi budi daya kacang tanah dan kacang hijau lahan sawah, lahan salin, dan lahan kering. Jumlah pagu anggaran kegiatan penelitian ini sebesar Rp c. Teknologi budi daya tanaman serealia Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman serealia dilaksanakan di Balitsereal Maros melalui penelitian Perakitan teknologi mendukung pengembangan VUB jagung untuk menghasilkan a) Teknologi tanam tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan pada sistem tanam legowo tanpa menurunkan produktivitas jagung dan menguntungkan petani terkait peningkatan IP, b) Teknologi pemupukan spesifik lokasi yang efisien dengan perangkat PUJS dalam pola tanam padi-jagung-jagung, c) Mikroorganisme dekomposer dan bahan tambahannya yang mempunyai daya rombak cepat dan efektif terhadap limbah tanaman jagung untuk pupuk organik, d) Sistem pemasaran jagung berdasarkan subround terkait peningkatan IP, e) Model penangkaran benih jagung hibrida silang tiga jalur berbasis komunitas, f) Formulasi fungisida hayati untuk pengendalian penyakit utama jagung, g) Formulasi yang sesuai untuk dikembangkan sebagai Bakterisida hayati sehingga memudahkan aplikasi di lapangan, h) Formulasi Virus HaNPV untuk pengendalian hama utama jagung (H. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

22 armígera, S.litura) yang ramah lingkungan, dan i) Diketahuinya faktor utama yang berpengaruh terhadap perkembangan dan tingkat serangan hama/penyakit serta cara pengendaliannya. Jumlah pagu anggaran kegiatan penelitian ini sebesar Rp Analisis Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan Target output penelitian ini, yaitu: 1) Analisis Kebijakan Mendukung Peningkatan Produktivitas dan Produksi Komoditas Tanaman Pangan, 2) Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penyesuaian Varietas Dalam Sistem Jajar Legowo, 3) Evaluasi Efisiensi Teknologi Pupuk Organik Dalam Pola Tanam Padi-Kedelai, 4) Studi Rekayasa Ekologi Berbasis Tanaman Pangan dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah, 5) Studi Sosial Ekonomi Berbasis Tanaman Pangan Dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah Irigasi, 6) Keragaan Beberapa Varietas Padi Hibrida Jagung Pada Sistem Tanpa Olah Tanah Pola Tanam Padi-Jagung-Padi, 7) Optimalisasi Produksi Kedelai Melalui Penerapan Teknologi Varietas dan Beragam Pemupukan Pada Sistem Tanpa Olah Tanah. 4. Pengelolaan dan Pengkayaan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan Target kegiatan ini adalah diperolehnya informasi hasil karakterisasi dan rejuvinasi sumber daya genetik tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan serealia lainnya. 5. Diseminasi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman pangan adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman pangan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a) Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose/pameran skala nasional dan regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan inovasi teknologi melalui internet (website). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

23 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

24 III. AKUNTABILITAS KINERJA Penelitian tanaman pangan telah memberikan kontribusi dalam mendukung 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian. Inovasi yang dihasilkan meliputi penciptaan varietas unggul baru, benih sumber, serta perakitan teknologi budi daya. Hasil-hasil penelitian disebarluaskan melalui berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar teknologi di berbagai even nasional maupun regional, serta menerbitkan publikasi ilmiah tercetak dalam bentuk jurnal, prosiding, buletin, dan website yang telah terbangun di seluruh satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan. Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan. Mekanisme monitoring dan evaluasi penelitian dilakukan setiap semester melalui peninjauan lapang. Sedangkan realisasi keuangan dipantau melalui aplikasi i-monev berbasis web yang dilakukan updating setiap hari Jumat bagi setiap satker, serta penerapan Permenkeu No. 249 tahun 2011 setiap bulan PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian dan pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat pada tujuan, manfaat, dan keluaran pogram penelitian dengan menggunakan indikator tolok ukur kinerja, alat verifikasi, dan asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks kerangka logis. Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Data diperoleh dari laporan yang telah disusun oleh peneliti seluruh satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan dan berbagai sumber lainnya. Capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran disajikan secara rinci pada Tabel 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

25 Tabel 4. Pengukuran Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian kinerja 1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO Varietas 203 Ton 21 Varietas 256,04 Ton 105,0% 126,13% 2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 22 Teknologi 100,0% 3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan 11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0% Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

26 3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pulitbang Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut: Tanaman Sasaran 1 : Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Sasaran strategis ini dicapai menggunakan 2 (dua) indikator kinerja, yaitu (a) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya, dan (b) Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO Analisis capaian kinerja diuraikan sebagai berikut: (a) Indikator kinerja varietas unggul baru (VUB) padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya yang dilepas dapat dicapai melalui kegiatan penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan. Adapun target yang telah ditetapkan yaitu dilepasnya 20 varietas unggul baru tanaman pangan, sedangkan realisasi capaiannya 105%, yaitu telah dilepas 21 varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 5 VUB padi, 9 VUB aneka kacang dan umbi, dan 7 VUB serealia (Tabel 5). Tabel 5. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun Indikator Kinerja Target Realisasi % Varietas unggul baru padi ,00 Varietas unggul baru aneka kacang dan umbi ,50 Varietas unggul baru serealia ,00 Secara umum, kinerja Puslitbang Tanaman Pangan dalam perakitan varietas unggul baru dapat tercapai sesuai target. Berdasarkan perbandingan selama (Tabel 6) sesuai dengan Renstra yang telah ditetapkan, VUB yang dilepas sangat bervariasi. Hal ini karena perakitan VUB memerlukan proses dan waktu yang cukup lama karena dipersyaratkan harus dilakukan uji multilokasi di 16 lokasi yang berbeda, serta proses pengujian oleh evaluator ahli yang ditetapkan oleh Badan Benih Nasional (BBN). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

27 Tabel 6. Perbandingan capaian kinerja tahun Indikator Kinerja Varietas unggul baru padi Varietas unggul baru aneka kacang dan umbi Varietas unggul baru serealia Target Realisasi 10 (250%) 17 (400%) 12 (200%) 7 (100%) 5 (100%) Target Realisasi 2 (100%) 4 (100%) 6 (150%) 6 (100%) 9 (112%) Target Realisasi 5 (100%) 7 (233%) 7 (100%) 9 (128%) 7 (100%) Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari VUB yang dilepas 2014 diuraikan sebagai berikut: Padi Tahun 2014 telah dilepas sebanyak 5 VUB padi yang sesuai untuk lahan salin, dan lahan rawa, antara lain 1) varietas Inpari 34 Salin Agritan (SK Mentan No.1252/Kpts/SR.120/12/2014), 2) varietas Inpari 35 Salin Agritan (SK Mentan No.1250/Kpts/SR.120/ 12/2014), 3) varietas Inpari Unsoed 79 Agritan (SK Mentan No.1251/Kpts/SR.120/12/2014), 4) varietas Inpara 8 Agritan (SK Mentan No.1244/Kpts/SR.120/12/2014), dan 5) varietas Inpara 9 Agritan (SK Mentan No.1245/Kpts/SR.120/12/2014). Varietas Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan toleran salin dan berpotensi hasil tinggi dalam rangka menyediakan varietas toleran salinitas yang beradaptasi pada daerah pesisir pantai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Kedua varietas ini memiliki toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dsm -1. Potensi hasil Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan masing-masing 8,1 t/ha dan 8,3 t/ha yang setara dengan varietas Siak Raya, lebih tinggi daripada varietas Dendang (keduanya telah dilepas beberapa tahun lalu). Keunggulan lain, lebih tahan hama wereng batang coklat biotipe 1 dan 3, dan mutu giling setara dengan Siak Raya dan lebih baik daripada Dendang. Sedangkan Inpari Unsoed 79 Agritan mempunyai keunggulan umur 109 hari setelah sebar, potensi produksi 8,2 ton/ha, rata-rata hasil 4,9 ton/ha, tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dsm -1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

28 Keragaan varietas Inpari 34 Salin Agritan (Kiri) dan varietas Inpari 35 Salin Agritan (kanan) Varietas Inpara 8 Agritan dan Inpara 9 Agritan sesuai untuk dikembangkan di lahan rawa yang tersedia cukup luas di Indonesia. Inpara 8 Agritan memiliki potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,77 t/ha, berumur genjah, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera. Inpara 9 Agritan memiliki potensi hasil 5,6 t/ha dan rata-rata hasil 4,2 t/ha, berumur 114 HSS, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah Kalimantan dan Sumatera. Pertanaman di lapang Inpara 8 Agritan (Kiri) dan Inpara 9 Agritan (kanan) serta kualitas gabah dan berasnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

29 Kedelai Kedelai berpeluang ditingkatkan luas areal tanamnya terutama di lahan kering masam luasnya 102,82 juta ha yang tersedia di luar Pulau Jawa. Namun, pengembangannya terkendala keracunan Al dan Mn, serta defisiensi hara makro.. Salah satu alternatif meningkatkan produktivitas lahan kering dengan menggunakan varietas unggul toleran lahan masam. Telah dilepas 3 VUB kedelai antara lain varietas Demas 1, Dena 1, dan Dena 2. Kedelai varietas Demas 1, memiliki keunggulan adaptif ditanam di lahan masam. Varietas ini memiliki potensi hasil 2,5 t/ha, ukuran biji 12,88g/100 biji, rata-rata produksi 1,5 t/ha, memiliki ketahanan terhadap penggerek polong dan karat daun. Varietas Dena 1 dan Dena 2 merupakan kedelai berumur genjah masing-masing 78 dan 81 hari, toleran naungan sampai 50% dengan potensi produksi 2,9 ton/ha dan 2,8 ton/ha. VUB kedelai varietas Demas 1 untuk lahan masam, potensi hasil 2,5 t/ha. VUB kedelai Dena 1 (kiri) dan Dena 2 (kanan) potensi hasil 2,9 t/ha dan 2,8 t/ha Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

30 Kacang tanah Telah dilepas 2 VUB kacang tanah yang diberi nama varietas Talam 2 dan Talam 3. Varietas Talam 2 memiliki keunggulan potensi hasil 4,0 t/ha polong kering dengan rata-rata hasil 2,5 t/ha polong kering. Kandungan protein 25,42% (Bk), lemak 46,53% (Bk), serta agak tahan penyakit layu bakteri, karat daun dan bercak daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (ph 4,2-4,7) dengan kejenuhan Al 10-30%. Varietas Talam 3, mempunyai potensi hasil 3,7 t/ha polong kering dengan rata-rata hasil 2,6 t/ha polong kering. Kandungan protein 27,58% (Bk), lemak 49,62% (Bk), agak tahan terhadap penyakit layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (ph 4,5-5,6) dengan kejenuhan Al 10-30%. Bentuk biji kacang tanah varietas Talam 2 (kiri) dan Talam 3 (kanan) Kacang hijau Kacang hijau yang dilepas dengan nama Vima 2 mempunyai potensi hasil 2,4 t/ha dan rata-rata hasil 1,8 t/ha. Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi. Sedangkan varietas Vima 3 mempunyai potensi hasil 2,1 t/ha dan rata-rata hasil 1,78 t/ha. Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

31 Keragaan VUB kacang hijau varietas Vima 2 (kiri) dan Vima 3 (kanan) Ubijalar Telah dilepas 2 (dua) varietas unggul ubijalar dengan nama Antin 2 dan Antin 3. Varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 37,1 ton/ha dan umur panen 4-4,5 bulan. Keunggulan lain, kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Sedangkan varietas Antin 3 memiliki potensi hasil 30,6 ton/ha dan umur panen 4-4,5 bulan. Keunggulan lain, kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Kedua varietas ini sesuai ditanam di lahan tegalan dan lahan sawah sesudah tanam padi. Varietas Antin 2 dan Antin 3 dengan kandungan antosianin tinggi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

32 Jagung Jagung pulut yang dilepas dengan nama varietas URI 3 H mempunyai keunggulan utama yaitu mengandung nutrisi amilosa sebesar 7,65% yang mencirikan sebagai jagung hibrida pulut dengan rasa tongkol muda yang sangat enak/gurih, kisaran perbedaan 62,8-64,2% terhadap varietas Bima Putih 1. Varietas ini berumur genjah (88 hst) dengan potensi produksi 10,68 t/ha dan rata-rata hasil 8,57 t/ha pada kadar air 15%. Keunggulan lain memiliki ketahanan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah. Jagung varietas HJ 21 Agritan memiliki keunggulan umur 82 HST, potensi hasil 12,2 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan rata-rata hasil 11,4 t/ha pipilan kering kadar air 15%. Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, umur genjah, dan tahan rebah. Sedangkan varietas HJ 22 Agritan berumur genjah 80 HST, potensi hasil 12,1 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan rata-rata hasil 10,9 t/ha pipilan kering kadar air 15%. Selain itu tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, stay green, dan tahan rebah. Keragaan jagung pulut varietas URI 3 H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

33 Jagung hibrida HJ 21 Agritan (Kiri) dan jagung hibrida HJ 22 Agritan (Kanan) Gandum Telah dilepas 2 (dua) VUB gandum dengan nama GURI 3 Agritan dan GURI 4 Agritan. Calon varietas ini memiliki potensi hasil 7,5 t/ha dengan ratarata hasil 3,5 t/ha. Dibandingkan dengan varietas Gandum yang sudah dirilis sebelumnya, calon varietas ini lebih adaptif pada dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun serta hama aphis. Gandum varietas GURI 3 Agritan pada ketinggian 1000 m dpl di Malino, Sulsel Sorgum Telah dilepas 2 (dua) VUB sorgum dengan nama SURI 3 Agritan dan SURI 4 Agritan. Umur panen 95 hari, potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,5 t/ha pada kadar air 10% dengan rata-rata bobot biomas batang 21,1 t/ha. Varietas ini beradaptasi pada lingkungan suboptimal, terutama pada daerah dengan curah hujan rendah. Dengan kadar tanin rendah, varietas ini sangat sesuai untuk pangan, terutama bagi daerah rawan pangan karena sering mengalami Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

34 kekeringan. Dapat juga menjadi bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%. Penampilan sorgum varietas SURI 3 Agritan untuk pangan Outcome dari VUB tanaman pangan yang telah dilepas, antara lain perbanyakan benih sumber oleh UPBS dan disebarluaskan ke UPBS di BPTP di 34 propinsi, serta pengembangan VUB ke berbagai daerah dan luar negeri. VUB dilisensikan kepada Swasta. Sekitar 14 varietas unggul baru tanaman pangan telah dilisensikan kepada mitra kerja sama, yaitu Jagung varietas Bima 7 oleh PT Biogene Plantation, varietas Bima 9, Bima 10, dan Bima 11 oleh PT Tosa Agro. Padi varietas Hipa 10 dan Hipa 11 oleh PT Pterokimia Gresik, varietas Hipa 12 dan 14 oleh PT Saprotan Benih Utama. Petani kacang hijau Indonesia tidak kalah dengan petani Australia. Varietas kacang hijau di Australia tidak sebanyak di Indonesia, yaitu Berken, Crystal, Emerald, White Gold, Satin, Regur, Green, Diamond, dan Celera. Di antara varietas tersebut, yang paling terkenal dan banyak ditanam adalah Crystal dan Satin karena daya adaptasinya luas dan produksinya tinggi. Standar kacang hijau yang baik ukuran biji 2 mm dan warna biji hijau mengkilat. Produksi riil dicapai 1,2-1,9 t/ha, di Indonesia produksi 1,7 t/ha dengan umur panen hari, sedangkan di Australia panen umur hari. Kita harus lebih bersyukur, karena mempunyai kacang hijau yang berumur panen 56 hari. Inpari 30 Ciherang Sub 1 dikembangkan di NTB. Badan Litbang Pertanian telah merespon perubahan iklim dengan merakit varietas padi yang tahan dalam cekaman lingkungan ekstrim. Varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 yang dilepas tahun 2012 tahan terhadap rendaman. Varietas ini sesuai ditanam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

35 di sawah dataran rendah hingga 400 m dpl, di daerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari. Umur tanaman Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,6 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai umumnya masyarakat. Namun, varietas ini agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, serta hawar daun bakteri patotipe III. Kini, varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 mulai dikembangkan di NTB. Panen perdana bulan Juli 2014 di areal persawahan Gadjah Mada, Kelurahan Rabadompu, Kecamatan Raba, Bima dengan produksi 9 ton/ha gabah kering. Panen juga dilakukan di Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram bulan Agustus 2014), yang dibudi dayakan melalui teknologi PTT. Selanjutnya akan dikembangkan di wilayah pesisir sungai di Bima. Kedelai varietas Dering 2, Detam 1, Burangrang, dan Argomulyo telah dikembangkan di Madagaskar. Pertemuan ini diinisiasi oleh Dubes RI di Madagaskar (Artanto Salmoen Wargadinata) dengan Direktur Jenderal Teknik dari Ministere Del L Agriculture et du Development Rural (Voahangy Arijona). Kegiatan Balitbangtan mendapat apresiasi Menteri Pertanian Minagri bahkan oleh jajaran kepresidenan yang ditunjukkan dengan pencanangan tanam kedelai oleh Presiden Madagaskar. Diharapkan ke depan dapat diperluas komoditas pertanian lain untuk meningkatkan pendapatan petani di Madagaskar. Pengembangan kedelai dilakukan di wilayah Antsirabe seluas 6 ha yang terdiri dari uji adaptasi varietas kedelai, demplot dan demfarm budi daya kedelai. Penanaman dimulai sejak akhir November - 10 Desember Tanam kedelai di lahan sawah setelah padi di district Ambohimangakey, Region Analamanga, 18 Juni 2014 (Kiri) dan Pertumbuhan kedelai (kanan) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

36 Kunjungan lapang Bapak Artanto Wargadinata, KUTAP, KBRI Madagaskar beserta staf ke lokasi penelitian kedelai di lahan sawah. Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara. Sedikitnya 20 orang duta besar dan perwakilan FAO berkunjung ke Maros, Sulawesi Selatan dalam rangkaian Hari Pangan Sedunia ke-34, Diplomatic tour ke Balitsereal diikuti dari Switzerland, Afrika Selatan, Kroasia, Argentina, Kazakshtan, Iraq, China, Republik Solomon, Laos, Yordania, Papua Nugini, Venezuela, Bosnia, Brunei Darussalam, India, Peru, Mongolia, dan Vietnam. Rombongan menyaksikan visitor plot yang menampilkan inovasi serealia terkini. Badan Litbang Pertanian telah melepas jagung hibrida kaya protein Bima 12Q dan Bima 13Q, serta jagung kaya vitamin A yang diberi nama hibrida Provit A. Para tamu menyatakan kekagumannya karena Balitsereal telah memanfaatkan teknologi pengairan modern hemat air yang diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan, serta fasilitas riset modern yang dimiliki Badan Litbang Pertanian. Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara ke Balitsereal, Maros, Sulsel. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

37 Tabel 7. Varietas unggul baru tanaman pangan yang dilepas tahun Nama VUB Umur (hari) Potensi hasil (t/ha) Keterangan Padi Inpari 34 Salin Agritan 112 8,1 Tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 3, mutu giling setara Siak Raya dan lebih baik daripada Dendang, sesuai untuk dikembangkan di lahan yang dipengaruhi salinitas Inpari 35 Salin Agritan 106 8,3 Tahan blas 033, toleran lahan salin dan tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 3. Inpari Unsoed 79 Agritan 109 8,2 Tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dsm -1 Inpara 8 Agritan 115 6,0 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera. Inpara 9 Agritan 114 5,6 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah Kalimantan dan Sumatera. Kedelai Demas ,5 Tahan karat daun dan penggerek, serta agak rentan hama penghisap polong dan ulat grayak, adaptif di lahan kering masam, baik ditanam di dataran rendah sampai sedang (0-600 m dpl). Dena ,9 Umur genjah, tahan karat daun, rentan penghisap polong dan ulat grayak, dan toleran naungan 50% Dena ,8 Tahan karat daun dan penghisap polong, agak tahan ulat grayak, dan toleran naungan sampai 50%. Kacang tanah Talam ,0 Agak tahan layu bakteri, karat daun dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%. Talam ,7 Agak tahan layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

38 Kacang hijau Vima ,4 Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi Vima ,1 Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah Ubijalar Antin ,1 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Antin ,6 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng. Jagung URI 3 H 88 10,68 Kandungan nutrisi amilosa 7,65% mencirikan jagung pulut, rasa tongkol muda enak/gurih. Tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah HJ21 Agritan 82 12,2 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah HJ22 Agritan 80 12,1 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah Gandum Guri 3 Agritan 125 7,5 Adaptif di dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis Guri 4 Agritan 123 8,6 Adaptif di dataran menengah m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis Sorgum Suri 3 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0% Suri 4 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0% Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

39 b) Indikator kinerja jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO , dicapai melalui kegiatan perbenihan tanaman pangan sesuai SMM ISO Adapun target yang telah ditetapkan sesuai dengan PK 2014, yaitu dihasilkannya benih sumber sebanyak 203 ton kelas BS, FS, dan SS. Namun, UPBS di Lolit Tungro juga ditargetkan untuk menghasilkan benih padi kelas SS sebanyak 30 ton. Dengan demikian target produksi benih sumber padi, jagung, kedelai dan serealia lainnya sebanyak 247 ton. Realisasi capaian produksi benih sumber tanaman pangan tahun 2014 sebanyak 256,70 ton atau 103,93% (Tabel 8). Tabel 8. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun Indikator Kinerja Target Realisasi % Benih padi 130 ton 135,6 ton 104,30 Benih aneka kacang dan ubi 83 ton 85,86 ton 103,44 Benih jagung dan serealia 34 ton 35,24 ton 103,65 Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun disajikan pada Tabel 9. Secara umum, target produksi benih sumber tanaman pangan tercapai setiap tahunnya. Keragaman jumlah produksi benih sangat bergantung pada permintaan benih dari BPTP serta penugasan dalam mendukung 4 target sukses Kementerian Pertanian. Tabel 9. Perbandingan capaian kinerja tahun Indikator Kinerja Benih padi (ton) Benih aneka kacang dan ubi (ton) Benih jagung dan serealia lainnya (ton) Target 30,0 97, ,0 130,0 Realisasi 31,6 (105%) 97,0 (100%) 454,8 (105%) 133,57 (102%) 135,6 (104,3%) Target 26,0 29,0 65,0 55,0 83,0 Realisasi 26,8 (103%) 36,6 (126%) 65,5 (101%) 55,41 (101%) 85,86 (103,4%) Target 8,0 8,0 34,0 34,0 34,0 Realisasi 8,0 (100%) 18,0 (225%) 37,0 (108%) 34,20 (101%) 35,24 (103,6%) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

40 Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari penyediaan benih sumber tanaman pangan diuraikan sebagai berikut: Penyediaan benih sumber varietas unggul padi Sampai dengan 2014 telah diproduksi 135,6 ton benih sumber padi (BS, FS, dan SS) untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 33 propinsi di seluruh Indonesia serta kegiatan demfarm dan visitor plot di seluruh BPTP. UPBS di BBPadi telah menghasilkan benih sumber sebanyak 104,9 ton, terdiri dari BS 41,89 ton, FS 22,91 ton, dan SS 40,10 ton yang terdiri berbagai varietas unggul padi. Sedangkan UPBS di Lolit Tungro menghasilkan benih sumber kelas SS sebanyak 30,78 ton, terdiri dari varietas Inpari 7 lanrang, Inpari 8, dan inpari 9 Elo yang tahan penyakit tungro untuk penyediaan dan penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro khususnya daerah-daerah yang merupakan endemik tungro. Penyediaan benih sumber varietas unggul aneka kacang dan umbi Sampai dengan 2014 telah diproduksi sebanyak 85,86 ton benih sumber tanaman aneka kacang dan umbi kelas NS, BS dan FS. Adapun varietas yang diproduksi benih antara lain: 1) kedelai sekitar 14 VUB yaitu Grobogan, Anjasmoro, Argomulyo, Mahameru, Dering 1, Burangrang, Wilis, Panderman, Gepak Kuning, Gema, Detam 1, Detam 2, Detam 3 Prida dan Detam 3 Prida, 2) kacang tanah 11 VUB, yaitu Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Bima, Bison, Tuban Gajah, Takar 1, Takar 2, Talam 1, Domba, Kelinci dan Jerapah, dan kacang hijau 6 VUB yaitu Vima 1, Murai, Perkutut, Sriti, Kenari, dan Kutilang. Di samping itu, UPBS di Balitkabi juga memproduksi benih sumber ubikayu sebanyak setek terdiri dari varietas Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang 4, Malang-6, Litbang UK2, UJ-3, dan UJ-5, dan ubijalar sebanyak setek terdiri dari varietas Beta 1, Beta 2, Kidal, Papua Solossa, Sawentar, Antin1, Antin2, Antin3, dan Sari. Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia lainnya Sampai dengan 2014 telah diproduksi 35,24 ton benih sumber jagung dan serealia lainnya kelas BS dan FS. Benih sumber jagung sebanyak 30,04 ton terdiri dari varietas Bisma, Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Pulut URI, Gumarang, Arjuna, Anoman, dan Bima 19 URI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

41 Gandum sebanyak 388 kg terdiri dari varietas Selayar, Nias, dan Dewata. Sedangkan Sorgum telah diproduksi sebanyak 4,81 ton terdiri dari varietas Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2. Penyebaran VUB untuk padi, jagung, dan kedelai hampir tersebar di seluruh propinsi, komoditas lain sesuai keinginan petani setempat (Tabel 10). Tabel 10. Produksi benih sumber dan varietas yang didistribusikan Komoditas Nama varietas yang didistribusikan Penyebaran di Propinsi Padi Jagung Batang Piaman, Batutegi, Cibogo, Cigeulis, Ciherang,, Gilirang, Cilamaya Muncul, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7, Inpago 9, Inpago 10, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 6, Inpari 7, Inpari 6, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17, Inpari 18, Inpari 19, Inpari20, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 28, Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32, Inpari 33, Pepe, Logawa, Mekongga, Widas, Towuti, Sintanur, Memberamo, Situ Bagendit, Situ Patenggang, Mendawak, Sunggal, Way Apo Buru. Lamuru, Anoman, Lagaligo, Bisma, Arjuna, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Gumarang, Pulut UIR 1, Provita A1, Provita A2, Tersebar di seluruh propinsi Tersebar di seluruh propinsi Sorgum Super 1, Super 2, Kawali, Numbu. Sumut, Riau, Lampung, Bali, Banten, DKI, Jabar, NTT, Jatim, Jateng, Kalbar, Kaltim, Sulsel. Gandum Nias, Selayar, Dewata Jabar, Jateng, dan Sulsel Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Wilis, Gema, Ijen, Kaba, Sinabung, Tanggamus, Malabar, Grobogan, Panderman, Gepak Kuning, Mahameru, Dering 1, Dering 2, Detam 1, Detam 2, Detam 3. Bima, Bison, Doma, Gajah, Jerapah, Kancil, Kelinci, Tuban, Talam 1, Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1, Takar 2, Betet, Kenari, Kutilang, Murai, Perkutut, Sriti, Walet, Vima 1. Tersebar di seluruh propinsi NAD, Sumut, Sumsel, NTB, Lampung, Kep. Riau, Jambi, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Gorontalo, Sulteng, Papua. NAD, Sumut, Sumsel, Jambi, Lampung, Kep. Riau, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTT, NTB, Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Gorontalo, Sulteng, Papua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

42 Outcome dari penyediaan benih sumber tanaman pangan selain telah disebarluaskan hampir di seluruh propinsi di Indonesia, juga perhatian pemerintah serta adopsi di lapang, berikut ini:. Presiden Joko Widodo tinjau kesiapan penyediaan benih unggul padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mendapat kunjungan Presiden Joko Widodo untuk melihat kesiapan penyediaan benih unggul padi tanggal 26/12/2014 dalam upaya mengejar target swasembada beras pada tahun Presiden didampingi Menteri Pertanian, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Sekretaris Negara melihat berbagai fasilitas penelitian dan kesiapan benih unggul padi yang dihasilkan para peneliti Balitbangtan. Presiden mendapat penjelasan langsung dari Kepala BB Padi tentang berbagai macam varietas unggul baru padi seperti Inpari, Inpago dan melihat secara langsung Benih Sumber yang berada di BB Padi. Saya tadi mendapat penjelasan bahwa varietas Inpari di sini bisa mencapai 8,5 ton/ha, mengapa di tingkat petani rata-rata 4,5 5 ton/ha, ujar Presiden ketika memberikan sambutan. Lebih lanjut Presiden berharap agar varietas padi yang dihasilkan BB Padi memperoleh hasil 8,5 ton/ha, di tingkat petani juga sama hasilnya. Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertanian meninjau kesiapan penyediaan benih unggul padi di BBPadi, Sukamandi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan MoU dengan Ditjen. Tanaman Pangan dan PT. Sang Hyang Seri. Kerja sama untuk pemanfaatan teknologi dan kualitas profesi peneliti nasional dalam menghasilkan inovasi pertanian dan varietas unggul baru tanaman pangan. MoU telah ditandatangani pada hari Selasa 9 Desember 2014 di Jakarta. Inovasi dan teknologi unggul yang telah tersedia dalam tahap awal dengan komoditas padi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

43 akan segera dipercepat penyebarannya ke seluruh Indonesia agar tercapai target swasembada pangan. Kerja sama ini merupakan kontribusi Balitbangtan dalam percepatan pembangunan pertanian Indonesia dan pengembangan Iptek bidang pertanian. Tahap berikutnya akan dilakukan untuk jagung dan kedelai. Balitbangtan akan menyediakan rekomendasi varietas unggul baru tanaman pangan sesuai dengan kondisi spesifik daerah pengembangan dan preferensi masyarakat, PT. SHS akan memproduksi varietas unggul baru tanaman pangan sesuai dengan hasil rekomendasi Balitbangtan, dan Ditjen TP akan mengadopsi inovasi teknologi yang diproduksi PT. SHS dalam menjalankan tugas dan fungsi. Diharapkan kerja sama ini dapat mengembangkan teknologi varietas unggul baru padi untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani di Indonesia. Sasaran 2 : Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PK 2014, yaitu dihasilkannya 22 teknologi budi daya dan panen tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan Perakitan teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%. Perakitan teknologi budi daya panen tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22 paket (realisasi 100%) dari target dalam PK 22 paket teknologi (Tabel 11). Tabel 11. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014 Indikator Kinerja Target Realisasi % Teknologi budi daya padi Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi Teknologi budi daya tanaman serealia Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

44 Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2014 sebanyak 22 paket lebih tinggi daripada tahun 2013 (14 paket). Hal ini bergantung pada sifat teknologi dan waktu penelitiannya yang memerlukan waktu pengujian dan pemantapan teknologi. Tabel 12. Perbandingan capaian kinerja tahun Indikator Kinerja Target Teknologi budi daya padi Realisasi 4 (100%) 5 (100%) 6 (200%) 6 (120%) 7 (100%) Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi Teknologi budi daya tanaman serealia Target Realisasi 6 (200%) 8 (114%) 6 (150%) 4 (200%) 9 (100%) Target Realisasi 4 (133%) 6 (120%) 4 (100%) 4 (100%) 6 (100%) Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman pangan diuraikan sebagai berikut: 1. Pengendalian penyakit HDB berdasarkan kesesuaian patotipe di setiap agroekosistem Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogennya dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari pesemaian sampai menjelang panen melalui luka daun berupa stomata dan merusak klorofil daun. Akibatnya kemampuan tanaman melakukan fotosintesis menurun. Bila serangan terjadi di awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati. Pada tanaman dewasa penyakit HDB menimbulkan gejala hawar (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan, dan selanjutnya daun menjadi kering. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, gabah tidak terisi penuh bahkan hampa, kehilangan hasil mencapai 50-70%. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

45 Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae Pengendalian penyakit HDB paling efektif dengan menanam varietas tahan. Namun, hal ini terhambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen, menyebabkan ketahanan suatu varietas tidak bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru ini menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan suatu varietas tahan di suatu saat tetapi rentan di saat yang lain, dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Oleh karena itu, pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas di suatu wilayah. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII. 2. Penanganan susut hasil panen padi Panen merupakan kegiatan akhir dari suatu proses produksi padi di lapang. Selama waktu panen, susut hasil dapat terjadi karena ada padi yang rontok di lahan. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan sesuai umur panen. Ketidaktepatan saat panen mengakibatkan kehilangan hasil tinggi dan mutu gabah/beras rendah. Perontokan merupakan tahap pascapanen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai lebih dari 5%. Cara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

46 perontokan padi dapat menggunakan pedal thresher dan power thresher. Seringkali terjadi keterlambatan panen dan penundaan perontokan karena kurangnya mesin perontok. Kehilangan hasil di beberapa lokasi dapat mencapai 18,75% (lebih dari 10% tidak terontok atau tercecer saat perontokan). Untuk mengurangi susut hasil panen padi, maka perlu dilakukan perbaikan cara panen dan perontokan. Pemanenan dengan sistem kelompok dilengkapi mesin perontok mampu menurunkan susut hasil secara nyata. Pemanenan padi sistem kelompok adalah pemanenan padi dengan jumlah tenaga pemanen terbatas, kerja secara beregu dipimpin ketua kelompok dan perontokannya menggunakan mesin perontok. Jumlah tenaga yang efisien orang per hektar. Pelaksanaan pemanenan dan perontokan sistem kelompok dilakukan dengan tahapan berikut: 1) Penetapan umur panen optimal, yaitu apabila bulir padi lebih dari 90% menguning, 2) Inventarisasi luas panen, jumlah kelompok panen dan mesin perontok, 3) Kelompok jasa pemanen dan UPJA menyiapkan karung dan terpal, 4) Pelaksanaan kerja panen di lapang, ketua membagi tugas menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) pemotongan padi, (b) pengumpulan potongan padi, dan (c) perontokan dan pengemasan gabah, 5) Setelah semua siap, panen padi dapat dimulai. Jumlah tenaga pemanen orang/ha dengan satu unit power thresher kapasitas 1,0 1,2 ton/jam, dan 6) Setelah tumpukan padi cukup, proses perontokan dapat segera dimulai. Cara panen sistem kelompok dapat mengurangi susut hasil panen. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

47 Keuntungan cara panen sistem kelompok bahwa tingkat susut hasil dari panen sampai perontokan oleh kelompok jasa pemanen (20 30 orang) 3,19 4,9%. Sedangkan susut hasil sistem keroyokan dengan digebot 7,61 11,31%. Pemanenan sistem kelompok menggunakan mesin perontok dapat menyelamatkan susut hasil sampai 8%. Bila susut hasil saat panen dan perontokan dapat diturunkan 3% dengan asumsi produksi gabah di Indonesia 70 juta ton GKG, maka hasil panen yang dapat diselamatkan kurang lebih 2,1 juta ton GKG. Apabila harga gabah (GKG) Rp /kg, maka dari kegiatan panen dan perontokan dapat diselamatkan Rp. 10,5 milyar. Selain itu, dengan berkurangnya susut hasil sebesar 2,1 juta ton GKG yang setara dengan 1,2 juta ton beras akan menunjang upaya pelestarian swasembada beras. 3. Pemberian amelioran berdasarkan Al-dd pada padi rawa Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Sumber Daya Terpadu (PTT) bukan merupakan paket teknologi, tetapi merupakan pendekatan dalam peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara menyeluruh dan berkelanjutan. Dengan pengelolaaan dan penerapan teknologi yang tepat, lahan rawa dengan tingkat kesuburan rendah dapat dijadikan sebagai lahan pertanian produktif. Tingkat produktivitas tanah lahan rawa umumnya rendah, karena tingginya kemasaman tanah (ph rendah), serta kelarutan Fe, Al, Mn, dan rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P dan K, serta kejenuhan basa yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Takaran amelioran selain bergantung pada kondisi lahan terutama ph tanah dan kandungan Al, Fe, SO 4, dan H +, juga jenis tanaman yang akan ditanam. Cara aplikasi amelioran disebar di permukaan tanah kemudian diaduk merata dengan tanah sampai lapisan olah 0-20 cm dan diinkubasi 1 minggu sebelum tanam. Aplikasi bahan amelioran atau pembenah tanah tersebut dapat berupa kapur (Kalsit dan dolomit) maupun bahan organik (abu sekam, serbuk kayu gergaji, pupuk kandang, kompos jerami, dan kompos limbah pertanian lainnya). Pemberian amelioran berupa kapur dalam bentuk kalsit dan dolomit sebanyak (1 2 ton/ha) setara menurunkan kejenuhan Al 20 60% dan meningkatkan ketersediaan Ca dan Mg. Hasil penelitian amelioran pada perbaikan komponen teknologi pemupukan padi rawa di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa penyiapan lahan dilakukan dengan olah tanah sempurna (OTS) + 2 t/ha amelioran + pupuk sesuai (hasil analisis tanah/putr) meningkatkan hasil gabah tertinggi 5,10 t/ha GKG dan tanpa amelioran 4,05 t/ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

48 Aplikasi amelioran dengan cara disebar merata Pemberian bahan amelioran dan pemupukan N, P, dan K yang sesuai status hara tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan hasil padi rawa. 4. Penentuan patotipe HDB di lahan rawa dengan varietas diferensial Pengujian reaksi keparahan varietas diferensial di daerah sentra produksi padi lahan rawa pasang surut yang endemis penyakit hawar daun bakteri (HDB). Lima (5) varietas diferensial yaitu Kinmaze, Kogyoku, Tetep, Waseaikoku, dan Java 14, ditanam di antara pertanaman padi milik petani. Hasil pengujian varietas Kinmaze menunjukkan reaksi perkembangan HDB dengan kategori parah. Kogyoku dan Tetep juga menujukkan reaksi yang tergolong rentan terhadap perkembangan Xoo hasil isolasi dari lahan pasang surut. Wase Aikoku adalah varietas diferensial yang mengandung 2 gen tahan, sedangkan Java 14 mengandung 3 gen tahan, kedua varietas diferensial ini menunjukkan respon keparahan penyakit HDB yang bervariasi. Varietas Wase Aikoku menunjukkan reaksi tahan sebesar 66,6% dan rentan sebesar 33,3%, sedangkan Java 14 menunjukkan reaksi tahan sebesar 83,3% dan reaksi rentan sebesar 16,6%. Hasil pengujian di rumah kaca mendapatkan data bahwa patogen HDB tergolong pada Xoo patotipe III, IV, dan VIII. Komposisi atau dominasi Xoo patotipe III sebesar 66,6%, patotipe IV sebesar 16,6%, dan patotipe VIII sebesar 16,6%. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

49 Gejala penyakit hawar daun bakteri Berdasarkan pengujian lapang dan rumah kaca, HDB di lahan rawa pasang surut Sumatera Selatan didominasi oleh Xoo patotipe III (>60%), sedangkan patotipe IV dan VIII masing-masing sebesar (±20%). Informasi yang diperoleh dari pengujian ini diharapkan berguna sebagai dasar untuk menyusun strategi pewilayahan varietas dan rekomendasi penanaman varietas tahan HDB di rawa pasang surut Sumatera Selatan yang didasarkan pada keberadaan patotipe Xoo. 5. Sistem olah tanah konservasi untuk padi gogo di lahan dataran rendah Konservasi lahan datar akan dilihat dari pengaruh cara olah tanah, cara tanam, dan pengendalian gulma. Perbaikan cara tanam yang optimum dapat meningkatkan populasi tanaman dan hasil padi gogo. Persiapan lahan dilakukan dengan olah tanah ringan (OTR) yaitu tanah diolah hanya pada barisan tanaman yang akan ditanami padi gogo saja dan tanpa olah tanah (TOT) yaitu tanah dibersihkan dari rerumputan kemudian ditugal untuk ditanami. Pada olah tanah ringan, pencangkulan setelah lahan dibersihkan dari rumput dan semak. Setelah bersih dilakukan pencangkulan hanya pada barisan tanam yang akan ditanami padi gogo. Bongkahan tanah kemudian diratakan sampai siap tanam untuk mempermudah membentuk lubang tanam untuk pertumbuhan perakaran padi gogo. Persiapan lahan tanpa olah tanah, sebelumnya lahan dibersihkan dari rumput dan semaksemak yang menutupi dengan parang atau herbisida. Lahan yang sudah bersih dan cukup gembur serta lembab karena air hujan selanjutnya dapat langsung dilakukan penugalan dengan alat kayu berdiameter sekitar 6-8 cm yang salah satu ujungnya diruncingkan untuk membentuk lubang tanam. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

50 Teknik persiapan lahan olah tanah ringan (OTR) dan tanpa olah tanah (TOT) 6. Teknologi Budi Daya Padi Gogo Sistem Tanam Mozaik Varietas Teknologi pengendalian penyakit blas dengan proteksi silang diharapkan mampu menekan tingkat keparahan penyakit blas pada padi gogo yang memiliki ketahanan sedang-rendah terhadap penyakit blas. Penyakit utama padi gogo adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyrycularia grisea. Penyakit tersebut bila menyerang saat pertumbuhan vegetatif disebut penyakit blas daun dan pada saat generatif disebut blas leher/neck blast. Kerugian yang disebabkan penyakit blas dapat menyebabkan tanaman puso dan akan merugikan bila serangannya telah memasuki fase generatif atau blas leher. Untuk mengurangi kerugian perlu strategi pengendalian yang terencana. Untuk mengurangi gangguan penyakit blas perlu dipilih varietas yang tahan dan sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas agar penyebaran penyakit dalam waktu singkat. Sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas merupakan cara menanam padi gogo di lahan kering dengan menggunakan 3-4 varietas yang ditanam sekaligus secara berselang-seling menurut varietas. Dengan cara ini, akan terbentuk kelompok barisan tanam sesuai varietas dalam lorong-lorong memanjang. Tujuan dari pengaturan cara tanam ini untuk menyelamatkan produksi padi gogo terhadap serangan blas yang sering menyerang padi gogo. Selain itu dengan cara mozaik varietas, maka ras blas yang dominan menyerang salah satu varietas tidak akan menyerang varietas yang lain. Dengan kata lain masih ada hasil padi gogo yang terselamatkan dari varietas padi gogo yang tidak terserang penyakit blas. Namun bila padi gogo yang ditanam hanya satu varietas saja, sehingga akan sulit menyelamatkan hasil padi gogo yang sedang diusahakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

51 pat dikurangi. Blas Daun Blas Leher Gejala serangan penyakit blas daun dan blas leher Inpago 5 Situ Bagendit Limboto Situ Bagendit Inpago 8 Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas Hasil penelitian memperlihatkan persentase tingkat serangan penyakit blas daun pada fase vegetatif (30 HSTb) dan blas leher pada fase generatif (60 HSTb) dan menjelang panen (90 HSTb) yang ditanam secara mozaik lebih rendah bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono varietas pada setiap periode atau fase pertumbuhan padi gogo. Ini menunjukkan dengan pengaturan varietas pada setiap kelompok atau lorong justru dapat menekan perkembangan penyakit blas dibandingkan dengan cara tunggal atau mono varietas. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

52 Hasil padi gogo yang ditanam dengan sistem mozaik varietas lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono varietas. Hasil gabah pada sistem tanam mozaik varietas ini terutama karena turunnya persentase serangan penyakit blas daun dan blas leher. 7. Teknologi pengendalian tungro dengan integrasi komponen varietas tahan dengan konservasi musuh alami Teknologi ini dilakukan dengan mengkombinasikan waktu tanam dan varietas tahan dengan teknik konservasi musuh alami, aplikasi pestisida hayati, serta praktek budi daya. Pengolahan tanah dilakukan sebelum membuat pesemaian dan pembersihan pematang secara mekanik setiap 2 minggu sekali. Dilakukan aplikasi Andrometa 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam Aplikasi Andrometa yaitu campuran cendawan entomopatogen Metharizium anisopliae dengan konsentrasi konidia 2 x 106 dan ekstraks sambiloto dengan konsentrasi 4 g/l. Varietas yang ditanam yaitu Inpari 9 Elo, merupakan salah satu dari beberapa varietas unggul padi yang meiliki ketahanan terhadap tungro yang memiliki potensi hasil 9,3 ton/ha. Penggunaan andrometa dan waktu tanam satu bulan sebelum waktu tanam anjuran hampir tidak ditemukan adanya wereng hijau baik nimfa maupun dewasa pada semua varietas. Namun populasi wereng hijau terendah adalah pada perlakuan satu bulan sebelum waktu tanam anjuran dengan menggunakan andrometa dan varietas tahan Inpari 9 (W1P1V3) dengan populasi wereng hijau 0,25 ekor dan ditemukan hanya pada 5 MST. Hal ini membuktikan bahwa dengan memadukan teknologi pengendalian penggunaan anrometa dan varietas tahan dapat menekan populasi wereng hijau walaupun ditanam tidak sesuai dengan waktu tanam anjuran. 8. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan sawah Telah dirakit paket teknologi budi daya kedelai di lahan sawah (pola-tanam padi-padi-kedelai), komponen teknologi budi daya kedelai di antaranya: varietas unggul yang potensial kurang banyak membutuhkan air, serta biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan untuk mengendalikan hama/penyakit kedelai, yakni: (a) varietas unggul berumur genjah yaitu varietas Gema, Grobogan, Gepak Kuning, dan Argomulyo, serta varietas toleran kekeringan varietas Dering; serta (b) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

53 Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh. Pada lahan sawah di Kecamat Pilangkenceng, Kabupaten Madiun (Jawa Timur) tanahnya tergolong Vertisol, pada musim tanam MK-2 tahun 2014, dengan paket teknologi budi daya tersebut, hasil biji kering rata-rata varietas Anjasmoro dan Dering berturut-turut (a) paket teknologi budi daya Alternatif I:1,78 t/ha dan 2,23 t/ha; serta (b) paket teknologi budi daya Alternatif II: 2,30 t/ha dan 2,26 t/ha. Tingkat hasil ini tergolong tinggi, di atas rata-rata produktivitas kedelai dalam negeri 1,4 t/ha. Keragaan tanaman kedelai (pola-tanam Padi-Padi-Kedelai ) varietas Anjasmoro (kiri) dan Dering (kanan) di lahan sawah (tanah Vertisol) di Kec. Pilangkenceng, Kab. Madiun (Jawa Timur), MK I, Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan kering masam Teknologi budi daya kedelai untuk lahan kering masam, komponen teknologinya meliputi: pupuk hayati, pupuk organik kaya hara, serta biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan untuk tanaman kedelai pada lahan kering masam, yakni sebagai berikut: (a) Rhizobium Iletrisoy, (b) Pupuk hayati bakteri pelarut fosfat, (c) Pupuk organik kaya hara Santap-M, (d) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV,Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh. Pupuk organik kaya hara Santap M untuk perbaikan kesuburan tanah merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas lahan kering masam melalui pemupukan (anorganik dan/atau organik). Umumnya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

54 petani masih mengandalkan pupuk anorganik buatan pabrik yang harganya cenderung terus meningkat, dan tidak jarang petani mengalami kesulitan untuk memperolehnya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, salah satu upayanya adalah penggunaan pupuk organik. Pada lahan kering masam di Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut (Kalimantan Selatan) pada musim tanam MH-2 tahun 2014, dengan penerapan paket teknologi budi daya tersebut, pertanaman kedelai varietas Anjasmoro dan Panderman mampu menghasilkan 2,14 2,16 t/ha biji kering. Tingkat hasil ini tergolong tinggi, di atas rata-rata produktivitas kedelai dalam negeri yang hanya 1,4 t/ha; dan lebih tinggi dari paket teknologi budi daya petani domian di lokasi dengan hasil 1,7 t/ha. Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman (kanan) di lahan kering masam (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014). 10. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan pasang surut Teknologi budi daya kedelai untuk lahan pasang surut Tipe luapan C, komponen teknologi budi daya kedelai, pupuk hayati, dan biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan untuk tanaman kedelai pada lahan yang tanahnya bereaksi masam (termasuk lahan pasang surut), yakni: (a) Rhizobium Iletrisoy, (b) Pupuk hayati bakteri pelarut fosfat, serta (c) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV,Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh. Pengembangan kedelai dilaksanakan di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala (Kalimantan Selatan), pada musim tanam MH-2 tahun Dengan teknologi tersebut, kedelai varietas Anjasmoro dan Panderman mampu menghasilkan 1,5 1,6 t/ha biji kering, hasil ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata produktivitas kedelai nasional 1,4 t/ha dan lebih tinggi dari paket teknologi budi daya petani di lokasi yang sama dengan hasil 1,0 t/ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

55 Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman (kanan) di lahan Pasang Surut (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014). 11. Teknologi pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida Pengendalian hama utama kedelai menggunakan bioinsektisida terdiri dari serbuk biji mimba, Virgra, dan Biolec yang telah diuji keefektifannya. Serbuk biji mimba untuk mengendalikan lalat kacang, kutu kebul, dan serangan ulat pemakan daun. Virgra untuk mengendalikan ulat pemakan daun dan ulat penggerek polong, sedangkan Biolec untuk mengendalikan hama pengisap polong dan kutu kebul. Aplikasi bioinsektisida sebaiknya dilakukan sore hari (sekitar pukul 16.00) untuk mengurangi paparan sinar ultraviolet dengan larutan volume semprot sekitar l air/ha. Pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida di dua lokasi (Pasuruan dan Banyuwangi) menunjukkan bahwa hasil kedelai 1,92 t/ha di Pasuruan dan 2,16 t/ha di Banyuwangi. Hasil yang dicapai setara dengan teknologi pengendalian hama kedelai dengan insektisida kimia. Daun dan biji mimba, bahan dasar insektisida nabati untuk pengendalian ulat pemakan daun kedelai Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

56 Virgra bioinsektisida berbahan aktif virus untuk pengendalian ulat pemakan daun dan ulat penggerek polong kedelai BioLec bioinsektisida berbahan aktif konidia cendawan L. lecanii untuk pengendalian hama pengisap polong kedelai. Kondisi pertanaman kedelai yang menggunakan teknologi pengendalian dengan insektisida kimia (kiri) dan bioinsektisida (kanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

57 12. Teknologi pengendalian penyakit kedelai dengan biofungisida Teknologi pengendalian penyakit utama kedelai dengan menggunakan biofungisida yang terdiri atas TRICHOL-8, BACTAG, dan Ceka yang telah diuji keefektifannya. TRICHOL-8 dan BACTAG untuk pengendalian penyakit tular tanah yang disebabkan oleh beberapa macam cendawan seperti S. rolfsii, R. solani, Pythium sp. dan Fusarium yang biasanya nampak gejala layu tanaman, hawar daun, atau rebah kecambah. Hasil penelitian yang dilakukan di Kab. Pasuruan dan Banyuwangi (Jatim) menunjukkan hasil kedelai sebesar 1,678 t/ha di Pasuruan dan 2,028 ton/ha di Banyuwangi. Tanpa CEKA Dengan CEKA Minyak cengkeh CEKA (kiri) dan daun kedelai yang diberi Ceka (kanan) 13. Teknik budi daya dan pengendalian hama kacang hijau di lahan sawah setelah padi Budi daya kacang hijau di lahan sawah setelah padi seringkali ada serangan hama Thrips dan Maruca testulalis yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Serangan Thrips pada awal pertumbuhan menyebabkan daun pucuk keriting dan tanaman tumbuh kerdil. Serangan pada fase berbunga menyebabkan bunga rontok, polong tidak terbentuk, dan menurunkan hasil berkisar 12-64% bergantung pada intensitas serangannya. Hama lain pada kacang hijau adalah M. testulalis. Larva hama ini sering menyerang kuncup bunga dan polong, dan dapat menyebabkan kehilangan 13-59%, bahkan di daerah endemik dapat mencapai mencapai 83%. Pengendalian hama menggunakan bioinsektisida secara penuh, atau dikombinasikan dengan pestisida kimia merupakan salah satu solusi untuk mengatasi gangguan hama. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

58 14. Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam lebih baik dibanding kedelai dan kacang hijau, yakni dapat dibudi dayakan dengan baik pada tanah masam hingga kejenuhan Al-dd 30%. Kendala bertanam kacang tanah di lahan masam adalah ph tanah rendah, kandungan C organik, hara N, P dan Ca rendah, serta tingginya kandungan Al dan Mn yang dapat bersifat racun. Namun dengan menggunakan varietas toleran tanah masam, amelioran tanah, pupuk hayati dan NPK yang tepat, hasil kacang tanah di lahan masam dapat mencapai lebih dari 2,0 t/ha polong kering. Di samping masalah keharaan, di lahan masam hama penggerek polong juga sering mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Penggerek polong (Etiella zinckenella) saat ini sebagai hama penting yang dapat merusak polong dan menurunkan hasil hingga 70%. Penggunaan insektisida kimia dan varietas kacang tanah rentan terhadap penggerek polong, serta tersedianya tanaman inang sepanjang tahun, diduga sebagai pemicu meningkatnya serangan penggerek polong pada kacang tanah. 15. Teknologi Produksi Ubi Jalar di Lahan Kering dan Sawah Irigasi Teknologi produksi ubijalar di lahan kering di Wonosari (Malang) dan KP Genteng menggunakan ubijalar varietas Ayamurasaki, daging umbinya berwarna ungu, serta diberi pupuk pupuk kandang 5 t/ha dan 100 kg Urea kg SP kg KCl, dapat mencapai hasil tertinggi 28,60 t/ha. Di lahan sawah setelah padi, ditanam ubijalar varietas Kidal (warna daging umbi kuning) dan Shiroyutaka (warna daging umbi putih) memiliki hasil yang lebih tinggi dibanding Ayamurasaki. Pemupukan ubijalar yang dianjurkan di lahan sawah setelah padi berdasarkan hasil di tanah Entisol KP. Genteng cukup dengan Urea 100 kg/ha saja. Meskipun dari hasil analisis tanah, kondisi keharaan tidak sebaik di lahan kering, namun pengairan yang diberikan dengan interval 2-3 minggu sangat mendukung perkembangan dan pembesaran umbi. Meski mutu air irigasi yang digunakan tidak dianalisis, namun melihat airnya melalui perkampungan dan areal kandang sapi, sehingga kadar senyawa organik dari urine maupun kotoran (faeces) ternak berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil umbi, serta keuntungan yang memadai bagi petani. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

59 Keragaan hasil ubijalar di lahan kering, Wonosari Malang 16. Teknologi produksi ubi kayu di lahan kering alfisol Teknologi produksi ubikayu di lahan Alfisol di Kalipare (Malang Selatan) menggunakan varietas Malang-4, Adira-4, dan Litbang UK2. Rata-rata hasil umbi tertinggi dicapai varietas Malang 4 (62,91 t/ha), diikuti varietas Litbang UK-2 (55,3 t/ha) dan Adira 4 (49,0 t/ha). Komponen hasil yang mendukung tingginya hasil umbi adalah rata-rata jumlah umbi dan diameter umbi. Berdasarkan hasil dan analisis usahatani serta nilai B/C rasio bahwa teknologi produksi disertai dengan penggunaan varietas unggul Malang-4, varietas Litbang UK-2 dan Adira-4 dapat memberikan hasil ubi dan keuntungan yang tinggi sehingga layak untuk dikembangkan di lahan kering Alfisol. Cara tanam gulud besar dan hasil varietas Malang 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

60 17. Sistem tanam legowo jagung dalam tumpangsari dengan kedelai Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Sistem tanam legowo pada jagung di mana dua baris tanaman dirapatkan (jarak tanam antar-baris dirapatkan), sehingga antara setiap dua baris tanaman lebih longgar, tetapi populasi tanaman tidak berbeda dibanding tanpa legowo. Hasil jagung sistem tanam legowo yang ditumpangsarikan dengan kedelai relatif lebih tinggi dibanding dengan sistem tanam legowo tanpa tumpangsari. Hal ini disebabkan adanya subsidi N yang berasal dari penambatan N dari tanaman kedelai. Pada bagian baris legowo yang ditanami kedelai 2 baris dapat menghasilkan >0,5 t/ha. Tabel 13. Hasil biji jagung dan kedelai pada sistem tanam legowo Jagung Tumpangsari Kedelai. KP. Bontobili (Gowa) Perlakuan Jagung Hasil (t/ha) Kedelai (110 40) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,70 0,54 (110 40) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,66 0,27 (110 40) x 20 monokultur jagung (legowo) 7,34 - (100 50) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,31 0,53 (100 50) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,27 0,24 (100 50) x 20 monokultur jagung (legowo) 6,65-75 cm x 20 cm monokultur jagung sistem normal 6,46-40 cm x 20 cm monokultur kedelai sistem normal - 1, Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah Teknologi Penentuan Takaran Pupuk Spesifik Lokasi dengan Perangkat PUJS. Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik yang diaplikasikan pada lahan sawah tadah hujan harus dihitung dalam satu pola tanam padi-jagung-jagung dengan mempertimbangkan residu pupuk pada setiap musim tanam. Di Kabupaten Takalar petani umumnya memupuk pada tanaman jagung berdasarkan perhitungan jumlah benih yang ditanam, yaitu 1 kg benih setara dengan 1 zak pupuk, sehingga terdapat kecenderungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

61 penggunaan pupuk N (urea) yang berlebih. Sedangkan penggunaan pupuk P dan K kurang optimal, bahkan sering tidak melakukan pemupukan P dan K, meskipun di lahan tersebut tanaman jagung responsif jika dipupuk dengan P dan K, sehingga penggunaan pupuk menjadi tidak efisien yang berakibat produktivitas tidak optimal. Hasil survei menujukkan bahwa takaran pupuk yang dipakai petani rata-rata kg N, 0 22,5 kg P 2 O 5, dan 0-22,5 kg K 2 O per ha dengan tingkat hasil rata-rata yang diperoleh petani 6,0 7,7 t/ha. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan PUJs, dengan analisis tanah P dari rendah sampai tinggi dan ketersediaan K sedang-tinggi dan peluang hasil 9 t/ha, maka rekomendasi takaran pupuknya yaitu 170 kg N, kg P 2 O 5, dan 33 kg K 2 O (Rekomendasi spesifik seperti pada Tabel 14). Berdasarkan analisis PUJS penggunaan N akan menurun dan penggunaan P dan K akan meningkat. Pemupukan P di Desa Tonasa dan Sanrobone dan pemupukan K seluruh wlayah di Takalar pada lahan sawah untuk tanaman jagung cukup pada musim tanam I, sedangkan musim tanam ke II tidak perlu pemupukan. Tabel 14. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di lahan sawah beberapa desa di Kabupaten Takalar. Kecamatan/ Desa Takaran pupuk existing di tingkat petani (kg/ha) Hasil (t/ha) Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dengan peluang hasil 9 t/ha N P 2O 5 K 2O N P 2O 5 K 2O Kec. Sanrobone Banyuanyarang 352,5 7,5 7,5 7, Tonasa , * 33 Sanrobone , * 33 Paddinging , Kec. Patallasang Palantikang Sombalabella , Bajeng dan Salaka 237,5 7,5 7,5 7, Kec. Galesong Selatan Barammamase 263,5 22,5 22,5 7, Botomarannu , Kec. Mappakasunggu Patani , *Diberikan pada musim tanam I, dan tidak diberi pada musim kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

62 19. Teknologi dekomposer untuk pembuatan pupuk organik dari limbah tanaman jagung. Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara berkelanjutan dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur tanah. Pemanfaatan bahan organik dari limbah tanaman jagung dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman insitu, namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama. Mikroorganisme dekomposer yang diperoleh dapat merombak limbah batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan. Dengan demikian usahatani jagung efisien dan menjaga tingkat produktivitas lahan sehingga usahatani jagung akan berkelanjutan. Hasil penelitian telah diperoleh 6 mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil penelitian Balitsereal Maros, telah diperoleh mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil seleksi cendawan dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan diperoleh cendawan O5 yang lebih bak dibanding EM4. Cendawan dekomposer O5 mampu menghasilkan kompos dengan kandungan N lebih tinggi dan C/N lebih rendah dibandingkan EM Pemanfaatan Bacillus subtilis sebagai agensia pengendali hayati terhadap cendawan tular tanah Formulasi Pestisida Hayati Bakteri antagonis yang efektif di lapang mengendalikan penyakit utama jagung. Cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk dikembangkan ialah pengendalian hayati dengan menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung untuk mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah. Jenis mikrobia (Bakteri) yang dikembangkan dan akan diaplikasi sebagai bahan baku biofungisida adalah Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens. Namun, penelitian tahun 2014 difokuskan pada pemanfaatan bakteri Bacillus subtilis. B. subtilis TM4 diisolasi dari tanah dan akar sisa tanaman jagung. Koloni B. subtilis TM4 pada media potato dextrose peptone agar (PDPA) berbentuk bulat, kering, datar, dan tidak Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

63 beraturan dengan tepi yang bergelombang. Bakteri ini telah diformulasikan dalam bentuk tepung dan telah diuji efektifitasnya di laboratorium terhadap cendawan Rhizoctonia soloni, Fusarium moniliforme, dan Bipolaris maydis dengan hasil yang cukup baik dalam menekan perkembangan cendawan tersebut. Pengujian yang dilakukan di rumah kaca, menunjukkan bahwa formulasi B. subtilistm4 mampu memberikan vigor tanaman yang lebih baik, meningkatkan berat segar tanaman, dan mampu menekan perkembangan cendawan patogen R. solani. Bakteri antagonis B. subtilistm4 mempunyai harapan untuk dikembangkan. Namun, penggunaan bakteri ini dalam skala luas di lapangan masih perlu dikaji lebih lanjut, termasuk daya bertahan hidupnya dalam bentuk formulasi tepung. 21. Formulasi cendawan antagonis Trichoderma, Gliocladium sp untuk menekan penyakit utama jagung Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan yaitu pengendalian hayati menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah. Beberapa jenis mikrobia yang sudah banyak dikembangkan dan diaplikasi sebagai bahan baku biofungisida adalah Trichoderma, Gliocladium sp dan Aspergillus niger, sedang bakteri yang banyak dikembangkan adalah Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens. Telah banyak dilaporkan beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman dan dapat menekan perkembangan patogen tular tanah (soil borne pathogen). Karenanya, eksplorasi dan skrining agen hayati harus dilakukan dalam rangka untuk menemukan gen-gen baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis. Beberapa mikrobia untuk biofungisida misalnya Trichoderma dan Gliocladium sp mudah dikembangkan serta dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam waktu lama, selain itu dapat diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau granular/butiran. Keuntungan dan keunggulan dari dua mikroba ini mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan, dan manusia karena tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah. Trichoderma dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

64 Gliocladium merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau. Bentuk Sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales, dan Spheriales. Potensi dan Mekanisme Antagonistik Trichoderma dan Glicladium - Beberapa spesies Trichoderma dan Glicladium mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik - Beberapa spesies dapat mengeluarkan enzim -1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya - Kemampuan mikoparasit dan persaingan yang kuat dengan patogen - Kedua cendawan antagonis berperan sebagai mikoparasit terhadap Phytium apanidermatum, Rhizoctonia solani, dan Sclerotium ralfsii. - Interaksi awal dari kedua cendawan tersebut yaitu melalui hifanya yang membelok ke arah jamur inang yang diserangnya. - Terjadi respon kemotropik pada cendawan antagonis karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. - Cendawan antagonis ini juga menghasilkan antibiotik volatile yang diduga mampu mengurangi pertumbuhan miselium Rhizoctonia solani. - Trichoderma hamatum juga memproduksi selulase yang diduga mempunyai kemampuannya dalam memparasiti Pythium spp. Efektifitasnya: Mempunyai daya hambat > 50%, Trichoderma dapat menurunkan intensitas serangan penyakit busuk pelepah R. solani yang diinokulasi R. solani yaitu 63,31 69,7%, Gliocladium sp dapat menekan penyakit busuk pelepah dari 23,34% 54,29 %, dan Enzim dimer dari Trichoderma-diinokulasi tanaman memiliki aktivitas spesifik yang lebih tinggi dan kemampuan lebih besar untuk menghambat pertumbuhan cendawan patogen. Cara Penggunaannya: Formulasi dicampur dengan air. Penyemprotan sebaiknya pada sore hari. Bahan disimpan di tempat yang sejuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

65 Formulasi Trichoderma dan Gliocladium 22. Penangkaran benih jagung hibrida silang tiga jalur berbasis komunitas Teknologi penangkaran benih berbasis komunitas memungkinkan petani untuk mendapatkan produksi benih F1 4-8 t/ha dan hasil biji 12 t/ha. Model penangkaran ini pula yang memungkinkan untuk secara mudah diperoleh benih dengan harga murah serta alur distribusi lebih sederhana. Kegiatan dilaksanakan di Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan NTT. Kegiatan di NTT telah dilaksanakan sosialisasi pada awal April 2014 hanya menanam F1 hibrida. Di wilayah Sulawesi Tengah telah dilaksanakan penangkaran benih F1 Silang Tiga Jalur (STJ) dan kegiatan sosialisasi, sementara di Sulawesi Selatan telah pula dilaksanakan produksi benih dan menjadi model acuan penangkar benih lain seperti di NTB. Tahapan pelaksanaan, pertama menentukan perkiraan kebutuhan benih di tingkat komunitas, lingkungan, pesanan swasta/pemerintah, termasuk masalah dan peluang penyediaan benih untuk musim tanam tertentu. Selanjutnya menentukan model produksi spesifik lokasi (termasuk harga benih, penyimpanan sementara, dan distribusi), serta pola pembiayaan dan pembayaran benih melalui musyawarah gabungan kelompok tani. Partisipasi aktif petani dalam proses produksi dan dukungan pemerintah terutama dalam pemasaran dan distribusi benih adalah kunci keberhasilan penangkaran benih berbasis komunitas secara berkelanjutan. Di samping teknik produksi dan luas areal tanam disesuaikan jumlah tenaga kerja petani mengingat waktu pembungaan dan proses detaselling yang membutuhkan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang cukup. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

66 Outcome dari inovasi teknologi budi daya dan panen tanaman pangan selain telah diadopsi petani di lapang, juga meningkatnya produksi beras, jagung, dan kedelai. Meskipun, kenaikan produksi pangan belum berkelanjutan. Gapoktan Padi Organik di Tasikmalaya. Wakil Menteri Pertanian Dr. Rusman Heriawan, bersama Kepala Balitbangtan, serta Kapuslitbang Tanaman Pangan berkunjung ke Gapoktan Simpatik padi organik di Desa Mekar Wangi, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada September Produksi beras organik Gapoktan Simpatik tahun 2009 memiliki anggota petani dari tujuh kecamatan tersebut telah melakukan ekspor perdana beras organik ke Amerika. Saat ini sasaran ekspor ke Italia, Jerman, Jepang, Malaysia, serta beberapa negara di Timur Tengah mencapai 565 ribu ton. Bahkan mereka telah memiliki sertifikat dari IMO Swiss. Gapoktan simpatik menggunakan pupuk organik dari kotoran sapi dan sabut kelapa, lahan padi organik seluas 113 hektar dengan produksi 795 ton (produktivitas lebih dari 7 ton/hektar). Adapun varietas yang ditanam untuk padi organik di Tasikmalaya antara lain Sintanur, Ciherang, dan Rojolele. Luas lahan sawah di Tasikmalaya sekitar hektar, sehingga terbuka peluang pengembangan pertanian padi organik ke depan. GPPTT genjot target produksi jagung 20 juta ton tahun Berdasarkan data angka ramalan II BPS, produksi jagung tahun 2014 diperkirakan 19,13 juta ton atau meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013 yang produksinya 18,51 juta ton pipilan kering. Kenaikan produksi terjadi karena kenaikan luas panen 58,72 ribu ha (1,54%) dan kenaikan produktivas 0,85 kuintal/ha (1,75%) dari awalnya 48,44 kuintal/ha menjadi 49,29 kuintal/ha. Kementerian Pertanian optimis target produksi jagung tahun 2015 sebesar 20 juta ton dapat dicapai. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian akan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

67 melaksanakan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) menggantikan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). GPPTT adalah model pengelolaan pertanaman yang dilakukan terbagi dua yaitu model berbasis kawasan dan nonkawasan. Provinsi yang masuk dalam model kawasan adalah Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTB dan NTT. Training of Master Trainer Widyaiswara Lingkup Badan SDM. Dalam upaya mendukung program GPPTT, Badan SDM bekerja sama dengan Badan Litbang Pertanian melaksanakan magang teknologi budi daya, pascapanen dan perbenihan tanaman jagung. Pelatihan berlangsung dari tanggal 2-16 Desember Materi magang terdiri dari 45% teori dan 55% praktek lapangan. Salah satu rangkaian kegiatan pelatihan/magang widyaiswara di Balitsereal adalah kunjungan ke perusahaan yang memanfaatkan jagung sebagai bahan baku produknya. Kunjungan lapang juga dilakukan di Kebun percobaan Balitsereal di Kabupaten Gowa untuk melihat secara langsung teknik perbanyakan benih jagung hibrida (F1), dan perbanyakan benih parent stock (induk jantan dan betina) untuk mendukung program 1000 desa mandiri benih pada tahun Parent stock ini akan didistribusikan ke tujuh propinsi yaitu Aceh, Sumsel, Kalteng, Sulteng, NTB, dan NTT. Selain produksi parent seed peserta meninjau lokasi pemurnian tetua jagung untuk melihat secara langsung teknik pemurnian benih jagung bersari bebas agar mendapatkan benih murni. Produsen kedelai Edamame (PT Mitra Tani Jember) berkunjung ke Balitkabi. Perusahaan penghasil kedelai edamame, PT Mitra Tani, Jember berkunjung ke Balitkabi dipimpin Direktur Mitra Tani beserta jajarannya. Seperti diketahui, kedelai edamame yang dikembangkan PT Mitra Tani merupakan hasil kerja sama dengan Peneliti Balitkabi Malang. Kedatangannya bertujuan untuk mendapatkan solusi penurunan produktivitas kedelai selama Kendala penurunan produktivitas disebutkan yaitu polong hampa, bercak Pseudomonas, populasi kutu kebul yang tinggi, serta serangan jamur Colletotricum. Beberapa saran pemecahan masalah tersebut disampaikan oleh peneliti Balitkabi, yang menyarankan untuk melihat kembali ph tanah dan kandungan rhizobium di pertanaman, pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida nabati mimba, serta memasukkan gen-gen ketahanan terhadap hama atau penyakit baik secara konvensional maupun genetik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

68 Sasaran 3: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian indikator kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PK 2014 yaitu tersedianya 11 rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sasaran tersebut dicapai melalui kegiatan Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%, yaitu dirakitnya 11 rekomendasi kebijakan tanaman pangan (Tabel 15). Tabel 15. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun Indikator Kinerja Target Realisasi % Rumusan Kebijakan Tanaman Pangan Teknologi budi daya padi Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun sebelumnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 16. Perbandingan capaian kinerja tahun Indikator Kinerja Rumusan Kebijakan Tanaman Pangan Target Realisasi Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masingmasing sub kegiatan diuraikan sebagai berikut: 1. Studi sosial ekonomi berbasis tanaman pangan dalam pola tanam setahun di lahan sawah irigasi Senjang hasil antarmusim hujan dan musim kemarau diduga disebabkan oleh pendeknya jeda antarmusim dan ketersediaan air irigasi. Petani yang memiliki sawah tetapi kesulitan memperoleh air memilih pola tanam padi-padijagung, sedangkan petani yang memiliki akses mudah terhadap air irigasi, lebih memilih pola tanam padi-padi-kedelai sebagai pola tanam setahunnya. Analisis usahatani yang dilakukan adalah menentukan pengaruh input yang digunakan dalam analisis fungsi Cobb-Douglas. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil produksi padi antara lain: luas lahan (X1), benih (X2), pupuk kimia (X3), pupuk organik (X4), bahan aktif pestisida (X5), dan tenaga kerja (X6). Dari hasil pendugaan model fungsi produksi padi diketahui bahwa hanya Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

69 faktor luas lahan (X1), pupuk kimia (X3), dan tenaga kerja (X6) yang berpengaruh terhadap hasil produksi dalam model. Sedangkan variabel lainnya yaitu benih (X2), pupuk organik (X4), dan bahan aktif pestisida (X5) tidak berpengaruh terhadap model fungsi produksi. Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani padi MK-1 adalah : ln(y) = 0,915 ln(x1). Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi pada MK-1 dipengaruhi oleh luas lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani jagung MK-2 adalah : ln(y) = 0,856 ln(x1). Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa 99,8% variabel hasil produksi jagung pada MK-2 dipengaruhi oleh luas lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani kedelai MK-2 adalah : ln(y) = 0,376 ln(x1) + 0,736 ln(x2) + 0,069 ln(x4). Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa 99,6% variabel hasil produksi jagung pada MK-2 dipengaruhi oleh luas lahan, benih, dan pupuk organic, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani padi MH adalah : ln(y) = 0,761 ln(x1) + 0,156 ln(x3) + 0,149 ln(x6). Nilai koefesien determinasi menunjukan bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi pada MH dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk kimia, dan tenaga kerja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain Hasil survei diringkaskan dalam total biaya usahatani padi-padi-jagung dan padi-padi-kedelai dalam pola tanam setahun dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keuntungan usahatani padi-padi-jagung sekitar 3,5% lebih tinggi dibandingkan padi-padi-kedelai. 2. Tenaga kerja merupakan komponen terbesar dari biaya usahatani (67,0%), diikuti pupuk (18,6%), pestisida (8,5%), dan benih (5,9%). 3. Produksi padi MK-1 sekitar 5,4 t/ha, jagung MK-2 3,9 t/ha, kedelai 0,8 t/ha, dan padi MH 6,5 t/ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

70 Saran Alternatif Kebijakan. Penerimaan tunai petani dari usahatani padi sawah lebih tinggi daripada usahatani jagung dan kedelai, sehingga tetap merupakan sumber pendapatan utama keluarga yang mencapai Rp juta/ha/musim tanam. Penghasilan dari jagung dan kedelai merupakan sumber pendapatan tambahan pada musim kemarau, masing-masing Rp.8,6 juta/ha/ musim dan Rp.6,9 juta/ha/musim. Usahatani pola tanam padi padi jagung dalam setahun memiliki keuntungan lebih besar daripada pola tanam lain Rp.26 juta/ha/tahun, sehingga dijadikan pola tanam yang banyak diterapkan petani di Desa Sugihan. Namun, nilai R/C rasio pola tanam padi padi bera memiliki nilai lebih tinggi yaitu 2,47 dibandingkan nilai R/C rasio pola tanam lain. 2. Studi rekayasa ekologi berbasis tanaman pangan dalam pola tanam setahun di lahan sawah irigasi Pertemuan dengan kelompok tani di Desa Sugihan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah telah dilakukan beberapa kali selama tahun 2014 dengan topik budi daya padi, permasalahan yang dihadapi petani, introduksi teknologi budi daya padi yang diperbaiki, dan cara pengendalian OPT. Pertemuan petani dengan Tim Peneliti Puslitbang Tanaman Pangan pada tahap awal khusus membahas tentang pengendalian OPT dengan menayangkan video mengenai pengendalian hama wereng batang coklat dengan pendekatan rekayasa ekologi. Di dalam video itu dijelaskan mengenai evolusi pengendalian wereng batang coklat hingga diterapkannya cara pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan, yaitu menanam bunga di sekitar pertanaman padi. Daerah-daerah yang ditanami bunga mempunyai karakteristik bahwa populasi wereng batang coklat rendah, tetapi populasi musuh alami tinggi. Hubungan hama dan musuh alami tersebut, tercapainya keseimbangan hayati, di mana wereng batang coklat tidak menimbulkan kerusakan tanaman. Diharapkan petani dapat memahami dan mengaplikasikannya, karena petani sangat aktif dalam pertemuan tersebut. Dengan dasar learning by doing, petani diajak menanam berbagai jenis bunga, seperti bunga matahari, bunga kenikir, kembang kertas, atau wijen, terutama pada kelompok wanita tani. Kendala yang dihadapi dalam menggerakkan program penanaman bunga antara lain insentif agar petani mau mengikuti program ini, serta pendekatan petani kepada penggembala ternak untuk tidak menggembalakan ternaknya di lokasi penanaman bunga. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

71 Seiring pertumbuhan padi, tanaman bunga juga telah mulai tumbuh besar dan berbunga. Bunga kenikir (Cosmos caudatus L.) jenis lokal dan kembang kertas tumbuh subur. Banyak sekali serangga yang hinggap menikmati polen dan madu bunga. Hal ini menunjukkan tanaman bunga telah berfungsi menarik perhatian serangga sesuai tujuan program rekayasa ekologi. Akan tetapi, pembentukan populasi fauna, terutama serangga polinator baru saja dimulai di lingkungan pertanaman bunga yang dekat dengan pertanaman padi di Desa Sugihan, sehingga jika saja ada pengaruhnya masih dalam taraf permulaan. Saran alternatif kebijakan: (1) Teknik pemupukan berimbang dan menanam tanaman bunga dapat dianjurkan, karena dapat meningkatkan efisiensi produksi dan dapat menekan populasi wereng batang coklat, (2) Pengendalian penyakit virus harus mulai dipikirkan, direncanakan dan diimplementasikan di lapangan, mengingat daya rusak penyakit ini yang luar biasa, (3) Penanaman varietas tahan perlu dianjurkan. Kelompok wanita tani dan bapak tani terlibat langsung dalam program tanam bunga di tepi jalan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Grobogan. Bunga kenikir tumbuh subur berdampingan dengan pertanaman padi, tampak lebah dan kupu-kupu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

72 3. Evaluasi teknologi pemupukan spesifik lokasi (PHSL) terhadap peningkatan hasil gabah dan penghematan pupuk Pemupukan untuk petakan PHSL dilakukan sebelum tanam (0 HST). Pemupukan cara petani diberikan pada umur 12 HST. Pada perlakukan PHSL, untuk pemupukan pertama pada 0 HST hanya diberikan pupuk Ponska sesuai dengan hasil PHSL berbasis web, sedangkan takaran, waktu pemberian, dan jenis pupuk dengan cara petani diberikan berdasarkan rata-rata hasil survei terhadap 50 petani responden. Bibit yang digunakan umur 17 hari setelah sebar. Penanaman dilakukan sesuai perlakuan yaitu a) Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) menggunakan sistem tanam Legowo penuh 4:1 (25 cm x 12,5 cm x 50 cm), dan (b) Cara Pemupukan Petani dengan sistem tanam Tegel 25 x 25 cm. Bibit varietas Ciherang ditanam 2-3 batang per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan : (a) rata-rata jumlah anakan baris ke-1 dan ke-4 pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 cenderung lebih tinggi dibandingkan rata-rata jumlah anakan baris ke-2 dan ke-3, dan (b) rata-rata jumlah anakan sistem tanam jajar Legowo 4:1 lebih rendah (20,23 anakan) dibandingkan ratarata jumlah anakan pada sistem tegel 25cm x 25cm (25,67 anakan). Jumlah anakan per meter persegi pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 diperoleh 25,6 rumpun/m 2 x 20,23 anakan/rumpun = 517,89 anakan/m 2. Sedangkan pada sistem tegel 25cm x 25cm diperoleh 16 rumpun/m 2 x 25,7 anakan/rumpun = 411,2 anakan/m 2. Pola jarak tanam yang sama, jumlah anakan per satuan luas sistem tanam jajar legowo lebih tinggi daripada tegel. Pemupukan berdasarkan PHSL yang dikombinasikan dengan sistem tanam jajar Legowo 4:1 nyata meningkatkan jumlah malai/m 2, menurunkan gabah hampa, dan meningkatkan hasil. Jumlah gabah per malai lebih rendah, namun bobot butir gabah tidak berbeda nyata. Sistem tanam jajar legowo bertujuan memperbanyak pengaruh tanaman pinggir (border effect). Sistem tanam jajar Legowo 2:1 memperoleh 100% pengaruh tanaman pinggir, Legowo 4:1 hanya baris pertama dan keempat sebagai tanaman pinggir. Pada jarak tanam yang sama dengan sistem tegel, sistem tanam jajar legowo bertujuan meningkatkan populasi tanaman per satuan luas dengan mengatur jarak tanam lebih rapat di dalam barisan. Jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak malai per meter persegi dan berpeluang untuk pencapaian hasil yang lebih tinggi. Dibandingkan jarak tanam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

73 sistem tegel 25cm x 25cm (populasi tanaman rumpun/ha), penggunaan sistem tanam jajar Legowo 2:1 meningkatkan populasi tanaman menjadi rumpun/ha atau meningkat 33,3%. Bila menggunakan sistem tanam jajar Legowo 4:1 jumlah populasi tanaman menjadi rumpun/ha atau meningkat 60%. Karena adanya lorong kosong dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi, sistem tanam jajar legowo memudahkan pemeliharaan tanaman seperti aplikasi pupuk, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, serta memudahkan petani penangkar benih karena logging lebih mudah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan berdasarkan PHSL dengan sistem tanam jajar Legowo 4:1 meningkatkan hasil gabah secara nyata dibandingkan pemupukan berdasarkan cara petani dengan jarak tanam tegel 25cm x 25cm. Dibandingkan takaran pupuk cara petani : urea = 293 kg dan NPK 267 kg/ha dengan takaran pupuk berdasarkan PHSL : urea 200 kg dan NPK 175 kg/ha, terjadi penghematan pupuk urea sebesar 93 kg urea dan NPK 92 kg/ha, sedangkan hasil gabah meningkat kg/ha. Varietas Ciherang dengan pemupukan berdasarkan rekomendasi PHSL mempunyai umur panen satu minggu lebih cepat dibandingkan dengan pemupukan cara petani Saran Alternatif Kebijakan. Faktor kunci dalam peningkatan produksi padi Nasional adalah air irigasi, varietas unggul dan pupuk. Di lain pihak, pupuk merupakan biaya produksi kedua terbesar dalam usahatani padi. Tetapi bila diberikan terlalu sedikit, terlalu banyak atau pada waktu yang tidak tepat, biaya produksi yang mahal ini akan gagal dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi. Penggunaan pupuk yang lebih rasional dan spesifik lokasi diharapkan dalam jangka panjang dapat menurunkan jumlah subsidi pupuk tanpa harus mengurangi produksi padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

74 4. Peningkatan produktivitas padi melalui penyesuaian varietas dalam sistem tanam jajar legowo Upaya mempertahankan peningkatan produksi padi dengan target surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dengan menerapkan SL-PTT, dan secara konsisten mengharuskan penerapan sistem tanam jajar legowo. Jarak tanam dan orientasi pertanaman di lapang memiliki keunggulan, yaitu: (1) meningkatkan populasi tanaman per ha, sehingga berpeluang meningkatkan produktivitas tanaman, (2) mudah dalam operasional perawatan tanaman, seperti pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit; (3) memudahkan pergerakan petani di lapang, karena adanya ruang kosong; dan (4) estetika pertanaman menarik. Cara yang efektif untuk meningkatkan produktivitas padi adalah dengan mencari kombinasi terbaik antara beberapa varietas padi unggul yang banyak tersedia dengan jarak tanam (populasi dan orientasi pertanaman) yang sesuai. Percobaan lapang dilaksanakan di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah selama MK1 tahun Perlakuan petak Utama (jarak tanam) yaitu T1- Tegel 25 cm x 25 cm; T2- Legowo 2:1 ( ) cm x 12,5 cm;, T3- legowo 4:1 kosong (25 50) cm x 12,5 cm dan T4- legowo 4:1 penuh (25 50) cm x 12,5 cm. Varietas yang ditanam Ciherang, Inpari 10, Inpari 15, dan Inpari 16. Hasil gabah kering giling (GKG) antarvarietas sangat berbeda nyata. Keunggulan Inpari 16 dibandingkan varietas lainnya terjadi secara konsisten pada keempat jarak tanam dengan hasil tertinggi pada Legowo 4 : 1 sebesar 6,57 ton GKG/ha. Sedangkan varietas Inpari 10 dan Inpari 15, masing-masing menghasilkan 5,03 + 0,19 dan 5,00 + 0,22 ton GKG/ha sama atau sedikit lebih rendah dibandingkan Ciherang. Hasil gabah varietas Ciherang relatif stabil terhadap perbedaan jarak tanam dibandingkan ketiga varietas lainnya. Pengaruh jarak tanam tidak nyata terhadap panjang malai dengan kisarannya 24,4 cm dan 25,0 cm; jumlah malai per rumpun rata-rata antara 21,3 dan 24,2; Namun terdapat indikasi semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpunnya, yang berbeda antarvarietas. Inpari 10 dengan jumlah anakan banyak pada jarak tanam tegel, menurun drastis bila ditanam rapat secara jajar legowo. Jumlah gabah total per rumpun antara dan butir dengan jumlah gabah isi antara 89,4 dan 90,4%. Varietas Inpari 15 memiliki malai lebih panjang dibandingkan ketiga varietas lainnya yaitu 26,1 cm, sedangkan Ciherang, Inpari 10, Inpari 16 masing-masing panjang malai 23,9 cm, 24,1 cm dan 24,8 cm. Bobot seribu butir varietas Inpari 15 tertinggi yaitu 27,6 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

75 gram, menunjukkan ukuran gabahnya lebih besar dibandingkan ketiga varietas lainnya, sedangkan Inpari 16 berukuran gabah terkecil dengan bobot seribu butirnya 22,9 gram. Ciherang memiliki ukuran gabah sedang dengan bobot seribu butirnya 23,9 gram, tidak nyata berbeda dengan Inpari 10 yaitu 25,3 gram. Dengan demikian, varietas Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 : 1 kosong (25 50) cm x 12,5 cm terbaik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Rata-rata tinggi tanaman sampai panen tidak berpengaruh nyata pada 4 (empat) perlakuan jarak tanam, sedangkan pengaruh varietas nyata dimana Inpari 15 lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas lainnya. b. Semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpunnya, yang berbeda antar varietas. Inpari 10 dengan jumlah anakan terbanyak pada jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm, menurun drastis bila ditanam rapat yaitu dengan ketiga cara jajar legowo. c. Varietas terbaik untuk diterapkan di lokasi percobaan dan sekitarnya adalah Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 : 1 Kosong. Saran alternatif kebijakan. (1) Perlu memperkenalkan sifat-sifat varietas Inpari 16 ke petani, apakah sesuai dan dapat diterima, karena dapat meningkatkan produktivitas, dan (2) Perlu penilaian secara partisipatif apakah cara tanam jajar Legowo 4 : 1 dapat diterima. 5. Efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi kedelai Penelitian evaluasi efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padikedelai dilaksanakan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, pada MK-I untuk tanaman padi (varietas Ciherang) dan MK-II untuk kedelai (varietas Grobogan). Pemberian pupuk organik pabrikan 5 t/ha disertai pupuk NPK dengan dosis yang tepat berdasarkan PHSL dapat meningkatkan hasil gabah 6,93 t/ha, atau menghasilkan 600 kg lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik dan 200 kg lebih tinggi daripada cara petani. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang 10 t/ha dan mengurangi dosis pupuk NPK berdasarkan PHSL ternyata tidak dapat menaikkan produksi, bahkan hasilnya lebih rendah daripada yang diberi pupuk organik pabrikan 5 t/ha. Pemberian pupuk organik 10 t/ha hasilnya relatif hampir sama dengan cara petani 6,7 t/ha. Perlakuan pemupukan cara petani yaitu dengan memberikan pupuk kandang 5 t/ha ditambah NPK dengan dosis yang lebih tinggi ternyata tidak dapat meningkatkan hasil. Dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

76 demikian, pemberian dosis NPK yang tinggi tersebut adalah tidak efisien. Kegiatan penelitian kedelai setelah tanaman padi pada MK-II menunjukkan pemberikan pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat pertananaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan. Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara petani, dan 31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik. Sedangkan pemberian pupuk organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil kedelai 25,7% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik, namun relatif sama hasilnya dengan perlakuan cara petani. Pupuk organik yang diberikan pada saat pertanaman padi, residunya juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman. Padi 1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang 5 t/ha disertai dosis pupuk NPK yang tepat berdasarkan PHSL menunjukkan pemupukan yang efektif untuk meningkatkan hasil gabah varietas Ciherang di lahan sawah Kabupaten Grobogan. 2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha disertai pengurangan dosis pupuk NPK berdasarkan PHSL adalah kurang efisien karena tidak dapat meningkatkan produksi, bahkan hasil gabah yang dicapai lebih rendah daripada perlakuan dosis pupuk organik 5 t/ha. 3. Pemberian pupuk urea dan NPK Phonska yang lebih tinggi pada perlakuan pemupukan cara petani adalah tidak efisien karena tidak dapat meningkatkan produksi. 4. Pemberian pupuk organik 5 t/ha disertai dengan dosis pupuk NPK yang tepat berdasarkan PHSL dapat memberikan hasil lebih tinggi daripada perlakuan pemupukan cara petani dan perlakuan tanpa pupuk organik. Kedelai 1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan pada MK-II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

77 2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara petani, dan 31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik. 3. Pemberian pupuk organik 5 t/ha pertanaman padi dapat meningkatkan hasil kedelai 25,7% lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik, namun relatif sama hasilnya dengan cara petani. 4. Residu pupuk organik juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot biji/tanaman kedelai. Saran Alternatif Kebijakan. Pemberian pupuk organik yang diberikan pada saat pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman. 6. Optimasi produksi kedelai melalui penerapan teknologi varietas dan beragam pemupukan pada sistem tanpa olah tanah Sampai saat ini, produksi kedelai di tingkat petani masih rendah, rata-rata 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha, sedangkan potensi hasil 3,0 ton/ha. Senjang produkivitas yang sangat besar tersebut memberikan peluang bahwa peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani masih bisa dilakukan. Produktivitas tanaman kedelai di tingkat petani perlu dipacu dengan mengembangkan inovasi teknologi pertanian di berbagai komponen. Dalam hal ini pengembangan suatu rakitan teknologi yang merupakan gabungan dari penyiapan lahan yang optimal, pemupukan yang sesuai (spesifik lokasi), serta dengan pemilihan varietas unggul yang sesuai dan dapat beradaptasi dengan kondisi agroekologi setempat. Sebelum pelaksanaan kegiatan, dilakukan penetapan dosis pemupukan untuk tanaman kedelai menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dengan hasil sebagai berikut : (a) Penetapan dosis Urea 50 kg/ha, pemupukan ½ dosis rekomendasi Urea adalah 25 kg/ha; (b) Penetapan dosis SP-36 adalah 100 kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha; (c) Penetapan dosis KCl adalah 100 kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil hanya dipengaruhi oleh genotipe. Kedelai varietas Grobogan memperoleh hasil paling tinggi (1,37 t/ha) dan berbeda nyata dibandingkan varietas Gema (1,09 t/ha) dan Dering 1 (1,14 t/ha). Tinggi rendahnya hasil didukung oleh faktor komponen hasil, di antaranya bobot 100 biji (butir) dan jumlah polong isi per tanaman (buah). Jumlah polong Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

78 isi per tanaman dari varietas Grobogan sedikit (26,3 buah), tetapi varietas Grobogan mempunyai bobot 100 biji yang paling banyak yaitu 17,2 gram, dibandingkan kedua varietas lainnya yang mempunyai bobot 100 biji lebih rendah (varietas Gema yaitu 10,7 gram, varietas Dering yaitu 10,8 gram). Pada pengujian ini, kondisi tanah dan pemupukan (budi daya) tidak meningkatkan hasil kedelai secara nyata di Desa Sugihan Grobogan. Faktor terpenting yang dapat meningkatkan hasil kedelai, adalah penggunaan varietas. Varietas kedelai Grobogan mempunyai hasil ubinan tertinggi pada pengujian ini, sesuai dengan pendapat petani bahwa varietas tersebut pernah menjadi varietas unggul nasional tahun 2008 sehingga menjadi percontohan, dan petani sudah banyak menggunakannya serta akan dikembangkan di wilayah Jateng lainnya. Saran Alternatif Kebijakan. (1) Peningkatan kedelai di Desa Sugihan Grobogan tidak bergantung pada budi daya, tetapi hanya bergantung pada varietas yang cocok di daerah tersebut. Kedelai varietas Grobogan sangat baik ditanam di Desa Sugihan, (2) Varietas Grobogan perlu diuji secara luas oleh petani di beberapa lokasi di Grobogan dengan agroekosistem yang berbeda, dan (3) Perakitan varietas unggul baru kedelai sebaiknya menggunakan varietas Grobogan sebagai pembanding. 7. Keragaan varietas hibrida jagung pada sistem tanpa olah tanah pola tanam padi-jagung-padi Hasil jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 pada musim tanam setelah padi di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jarak tanam legowo (40 cm x 25 cm) x 70 cm dan 40 cm x 70 cm, dengan rata-rata akumulatif hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t/ha dan 8,99 t/ha pada kedua jarak tanam tersebut. Perbedaan perlakuan pemupukan yang diberikan pada pertanaman musim sebelumnya juga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kedua varietas pada semua perlakuan, kecuali adanya serangan penggerek batang yang lebih tinggi pada lahan bekas PHSL-legowo dibanding lahan bekas non-phsl-tegel. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panen padi dengan PHSL-legowo dapat dilakukan lebih awal (tanaman kering lebih awal satu minggu dibanding non-phsl-tegel) sehingga terdapat jeda waktu untuk tumbuhnya ratun yang kemudian menjadi media perkembangan larva penggerek batang. Dari hasil pengujian dapat direkomendasikan 3 (tiga) hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budi daya jagung hibrida setelah padi pada sistem Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

79 tanpa olah tanah, yaitu: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera setelah panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit jagung yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2) Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih bisa dianjurkan, dan 3) Bertolak dari sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air. Sistem pengairan kocor di Kabupaten Grobogan relatif membutuhkan biaya tinggi sehingga perlu dipertimbangkan untuk mengatur pengaliran air irigasi selama musim tanam palawija agar jagung hibrida yang ditanam petani tidak mengalami cekaman kekeringan, setidaknya pada fase vegetatif awal, menjelang berbunga, dan seminggu setelah berbunga yang merupakan waktu kritis dimana kekurangan air berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Saran Alternatif Kebijakan. Budi daya jagung hibrida setelah padi pada sistem tanpa olah tanah dan dengan jarak tanam mengikuti sistem legowo perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera setelah panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit jagung yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2) Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih dapat dianjurkan, dan 3) Bertolak dari sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air. 8. Sosialisasi rencana tindak lanjut (RTL) penanggulangan hama wereng batang coklat dan virus-virus padi di daerah endemik Hama wereng batang coklat (WBC) dan virus merupakan salah satu faktor yang berpengaruh nyata dalam menurunkan produksi padi di Indonesia. Ledakan hama WBC dan virus tahun 2011 tercatat sebagai yang tertinggi mencapai 240 ribu hektar dan puso 36 ribu haktar. Kerusakan tanaman dan kerugian masih terus berlanjut di daerah-daerah ledakan/endemik yang kemudian menjadi daerah endemik. Beberapa teknik pengendalian WBC, seperti tanam varietas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

80 tahan serta sistem tanam terencana dan serentak, pernah diaplikasikan dan berhasil. Gerakan tanam serentak di Kabupaten Klaten ( ) dapat mengendalikan WBC, pertanaman terkawal dengan baik, dan panen berhasil. Hasil survei RTL, tanaman bekas terserang WBC dan terinfeksi Virus (RGSV, RRSV dan RG+RRSV) ditemukan di Desa Babadan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pertanaman padi yang baik dihasilkan dari cara pengelolaan yang baik dan upaya penekanan populasi WBC agar tetap rendah di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, September Penanggulangan WBC dan virus yang ditularkan dengan cara: menggunakan a) varietas tahan, b) tanam serentak, c) hanya membuat pesemaian di lingkungan/sawah yang sudah dibajak, d) sebaiknya tidak membeli bibit dari daerah endemik, e) pengaturan waktu tanam disesuaikan dengan penerbangan WBC (peran light trap), f) pengamatan lapangan populasi WBC secara berkala, dan g) bilamana perlu saja pestisida akan digunakan. Permasalahan penanggulangan WBC dan virus padi yaitu a) jumlah petani penggarap cukup dominan, sehingga pengendalian WBC kurang maksimal, b) Ketersediaan air sepanjang tahun mendorong hasrat petani menanam padi, tetapi dengan jumlah tenaga kerja yang kurang memadai dan tidak terbagi merata (spasial dan temporal) mendorong tanam tidak serentak, c) Penggunaan pestisida yang kurang baik : aplikasi kelebihan dosis, banyak (4-5) yang tidak tepat, resistensi, resurgensi, d) Varietas padi yang kurang tahan WBC: hanya digunakan pada saat wabah, e) Pola tanam: Padi-Padi-Padi dan tidak diselingi palawija, berkaitan dengan jaminan keamanan hasil usaha tani (penjualan hasil panen), f) Ketergantungan petani pada bimbingan terus menerus oleh petugas pertanian, g) Jumlah petugas POPT lebih kecil dibandingkan dengan luas amatan (Kasus Sukses Polanharjo didukung pengerahan POPT), dan h) Perlu dilakukan pengamatan tanaman padi terserang virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, karena setelah serangan virus, tanaman padi jarang sekali yang selamat. Datanya untuk kebijakan, epidemiologi dan pengendalian Saran alternatif kebijakan. Meningkatnya serangan WBC karena menanam varietas tidak tahan WBC, tanam tidak serentak, selalu ada tanaman padi sepanjang tahun, penyemprotan insektisida kurang tepat. Oleh karena itu, Personil POPT sebaiknya dimaksimalkan, jumlah ditambah, kualitas ditingkatkan, program dan pembinaan tepat sasaran. Penelitian WBC ibarat adu balap (racing): penciptaan varietas tahan tidak dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama, karena WBC juga berkembang dalam berbagai hal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73

81 9. Efektivitas bantuan benih bersubsidi pada program SL-PTT mendukung peningkatan produksi beras nasional Studi ini dilakukan di Sragen, Sukoharjo, dan Grobogan, diketahui bahwa kenaikan produksi padi akibat bantuan benih rata-rata 300 kg/ha (sebelum SL- PTT 6,3 t/ha dan setelah SL-PTT 6,6 t/ha). Rendahnya peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh ketidak sesuaian varietas, mutu benih kurang baik, jumlah benih yang diterima tidak sesuai, dan benih terlambat diterima oleh petani. Walaupun demikian petani tetap mengharapkan bantuan benih dari Pemerintah melalui Dipertan yang ditenderkan kepada produsen benih setempat. Benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang mempunyai nilai strategis dalam menentukan keberhasilan P2BN, Sebagai sarana produksi yang membawa sifat sifat varietas tanaman, benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Tersedianya benih varietas unggul padi spesifik lokasi yang bermutu dan memenuhi kriteria enam tepat (tepat varietas, mutu, waktu, jumlah, lokasi dan harga), maka peningkatan produktivitas untuk mewujudkan swasembada beras diharapkan dapat tercapai. Saran alternatif kebijakan, yaitu 1) Program subsidi benih padi perlu dilanjutkan untuk dapat membantu petani dalam penyediaan benih varietas unggul bermutu, mengingat harga benih non subsidi cukup mahal (Rp.9000,- Rp ,-/kg), sedangkan harga benih subsidi jauh lebih murah dan terjangkau oleh petani (Rp.2.200,-/kg), 2) Mutu benih bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah perlu ditingkatkan terutama kemurnian dan daya tumbuh benih, kesesuaian varietas dan tersedia tepat waktu agar dapat meningkatkan produktivitas secara optimal, 3) Anggaran subsidi benih ke depan sebaiknya dialokasikan pada Gapoktan/Kelompok tani agar para petani dapat membeli langsung pada produsen atau penangkar benih setempat dengan memilih mutu benih yang baik, varietas yang sesuai dengan keinginan petani. 10. Pengembangan pupuk hayati unggulan nasional Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Komite Inovasi Nasional (KIN) untuk membentuk Konsorsium Pengembangan Pupuk Hayati Nasional (PHUN) sebagai upaya terobosan untuk mendapatkan inovasi teknologi pertanian yang melibatkan Badan Litbang Pertanian, LIPI, BPPT, dan Universitas (IPB dan Unpad) telah disepakati tahun Kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi kerja sama dengan melakukan uji multilokasi produk-produk pupuk hayati pada tanaman pangan. Salah satu kegiatan uji multilokasi pupuk hayati untuk kedelai Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74

82 telah dilakukan di tiga lokasi di Provinsi Lampung. cakupan dan komoditasnya pada tahun Pengujian ini diperluas Kegiatan konsorsium PHUN meliputi: (1) pengujian lapang yang diperluas, (2) uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru, (3) pengujian interaksi mikroba dengan tanah dan tanaman, (4) perbaikan karakteristik fungsional pupuk hayati generasi baru, (5) pembuatan kemasan dan bahan pembawa pupuk mikroba, (6) identifikasi molekuler DNA mikroba, (7) evaluasi pengendalian mutu, (8) analisis sosial ekonomi, dan (9) promosi produk pupuk hayati. Pupuk hayati yang diuji bertambah dari 3 produk menjadi 28 produk. Pengujian yang semula hanya pada kedelai ditambah dengan padi, jagung, cabai, bawang merah, dan kentang. Lokasi pengujian juga bekembang selain di Lampung, juga di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, dan Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati Agrimeth, Biovam, dan Biopeat layak dikembangkan lebih lanjut pada usahatani padi sawah. Pupuk hayati Iletrisoy dan Biopeat dapat meningkatkan produksi kedelai di lahan masam, sedangkan Agrimeth, Iletrisoy, Probio+kompos, Biopeat, dan kedelai plus+biovam layak untuk dikembangkan pada usahatani kedelai di lahan subur. Untuk tanaman cabai, ada enam produk pupuk hayati yang dapat dikembangkan yaitu Gliocompost, Agrimeth, Biopeat, Biovam, StarTmik, dan BOC-SRF. Pada tahun 2014 hasil konsorsium sudah dapat direkomendasikan dan dicanangkan dalam pengembangan dan penyebaran pupuk hayati generasi I untuk padi, kedelai, dan cabai. Pengembangan dan penyebaran PHUN melibatkan 6 BPTP yaitu BPTP Jambi, BPTP Lampung, BPTP Banten, BPTP Jabar, BPTP Jateng, dan BPTP Jatim. Luas pengembangan mencakup ha. Ada 9 jenis PHUN yang sudah direkomendasikan KIN dikembangkan di lahan petani padi, kedelai, dan cabai dengan luasan yang bervariasi (Tabel 17). Pupuk hayati Agrimeth (produk Balitbangtan) dikembangkan paling luas 462 ha, disusul Provibio 340 ha (produk IPB), dan Biovam 271 ha yang merupakan produk LIPI. Ketiganya diaplikasikan pada padi dan kedelai. Pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk kedelai didominasi oleh Kedelai Plus 130 ha, disusul Iletrisoy 55 ha, dan Biopeat 55 ha. Sedangkan pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk cabai merah didominasi oleh Gliocompost (9 ha), disusul oleh BOC-SRF, dan StarTmix masingmasing dengan luasan 6 ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75

83 Tabel 17. Luas pengembangan PHUN yang diintegrasikan dengan program SL-PTT padi dan kedelai Jenis pupuk hayati di 6 provinsi, Luas areal pengembangan di masing-masing Propinsi (Ha) Jatim Jateng Jabar Lampung Banten Jambi Total luas areal (ha) Agrimeth Provibio Biovam Kedelai Plus Iletrisoy Biopeat Gliocompost BOC-SRF StarTmix Total Dari uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru (generasi ke dua) diperoleh beberapa pupuk yang mempunyai prospek yang baik untuk tanaman jagung yaitu Agrifit (Badan Litbang), Probio New dan Super Biost (IPB), Biopim dan Biocoat (BPPT), Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), serta Beyonic (LIPI). Sedangkan yang mempunyai prospek baik untuk tanaman bawang merah adalah Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), Probio New dan Super Biost (IPB), Biotrico dan Agrifit (Badan Litbang), Beyonic (LIPI), serta Bio-SRF (BPPT). Sintesis formula pupuk hayati dan komponen formula pupuk hayati generasi ketiga akan dihasilkan pada tahun berikutnya. 11. Penyusunan model percepatan pembangunan pertanian berbasis inovasi di wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan NKRI yang sering dikategorikan daerah tertinggal, mencakup kawasan sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan optimal. Upaya pengembangan sektor pertanian wilayah perbatasan menjadi sangat strategis dan potensial sesuai dengan kultur dan sumber daya yang tersedia. Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) melalui kepakarannya diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya di bidang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76

84 pembangunan pertanian. Hasil-hasil kegiatan FKPR selama tahun 2014 yang dilaksanakan di 6 (enam) propinsi dapat disarikan sebagai berikut: Kalimantan Barat. Usahatani padi di Desa Sebubus daerah perbatasan Kecamatan Paloh belum optimal karena faktor cuaca yang ekstrem mengalami kekeringan selama 2 bulan. Usaha ternak itik tegal perlu ditingkatkan cara usahataninya melalui pendampingan dan sanitasi. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Dusun Setingga, Desa Sebubus berjalan dengan baik dan partisipasi aktif 30 Kepala Keluarga dan beberapa KK yang mencontohnya. Kondisi Kebun Bibit Desa perlu ditambah bibitnya untuk memenuhi kebutuhan bibit masyarakat. Koordinasi pengembangan model di lapangan perlu lebih terintegrasi dengan sektor lainnya, baik dari pusat maupun Pemkab Sambas, khususnya dengan Pemkab Sambas. Kalimantan Timur. Penerapan PTT padi Adan dan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 di Krayan berhasil meningkatkan produktivitas padi Adan menjadi 4,884 ton/ha dibandingkan cara petani 3,936 ton/ha, terjadi peningkatan produktivitas 0,948 ton/ha (24%). Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan petani menjadi Rp ,- dibandingkan cara petani. Partisipasi petani menerapkan PTT meningkat dari semula 4 petani menjadi 10 petani peserta, yang perlu ditingkatkan kepada petani lain melalui sosialisasi, serta penerapan model pengembangan padi Adan + kerbau secara utuh. Di Pulau Sebatik telah dilaksanakan pelatihan pengembangan limbah kakao menjadi pupuk organik serta pengembangan PTT padi dan pembibitan jeruk. Nusa Tenggara Timur. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan RI-RDTL difokuskan pada komoditas tanaman pangan dan peternakan. Pemda Kabupaten Belu akan mensinergikan program pertanian di kawasan perbatasan, di mana Pemda juga sudah merintis agar inovasi dari kegiatan LLIP dari Desa Tohe dapat pula diekstrapolasikan di kecamatan sekitar yang mempunyai areal persawahan cukup luas (Desa Makir dan Lamaksanulu di Kecamatan Lamaknen). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan telah membeli seluruh benih padi yang diproduksi oleh Penangkar dari kegiatan LLIP dan menyebarkan benih tersebut ke desa-desa lain di daerah Perbatasan untuk memperbanyak pilihan varietas bagi petani. Hasil penelitian merekomendasikan 3 alternatif inovasi teknologi peningkatan produktivitas padi di lahan kahat hara mikro, yaitu: 1) Teknik celup akar/bibit sebagai pilihan pertama, 2) Teknik celup akar/bibit dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77

85 penyemprotan pupuk mikro sebagai alternatif kedua, dan 3) Teknik penyemprotan pupuk mikro sebagai pilihan terakhir. Rekomendasi yang disarankan untuk perbaikan manajemen pemeliharaan ternak sapi. Kepulauan Riau. Bintan memiliki lokasi strategis yaitu dekat dengan lokasi pasar baik domestik di Pulau Batam dan untuk ekspor hortikultura ke Singapura. Kabupaten Bintan juga merupakan wilayah bebas perdagangan (Free Trade Zone) sehingga memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain. Pulau Bintan potensial pengembangan hortikultura meliputi tanaman sayuran dan bauah-buahan dataran rendah toleran suhu panas. Untuk sayuran meliputi jenis sayuran daun seperti Sawi hijau (caisim), pakcoy, kangkung, bayam, kaelan dan sejenisnya, sedangan sayuran buah/polong seperti cabe, tomat, timun, gambas, pare, dan kacang panjang. Jenis buah-buahan adalah nenas, salak, papaya, semangka, melon, dan pisang, serta pengembangan ayam ras pedaging atau petelur. Dukungan Pemda berupa penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, pembangunan infrastruktur masih sangat diperlukan terutama sarana jalan dan pasar sebagai terminan/subterminal untuk penjualan produk-produk pertanian. Kab. Kepulauan Morotai, Maluku Utara. Kabupaten Pulau Morotai sebagai wilayah perbatasan yang berada paling utara dan berhadapan dengan Lautan Pasifik memiliki posisi geografis sangat startegis dan juga memiliki potensi sumber daya pertanian yang seyogianya mampu mendukung pembangunan Kabupaten Morotai, terutama untuk pangan dan perkebunan. Terdapat beberapa lokasi/wilayah strategis percepatan peningkatan produksi pangan (terutama padi) antara lain di Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan; Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur; dan Desa Tiley, Kecamatan Morotai Selatan Barat. Selain itu potensi peningkatan produksi dan nilai tambah tanaman perkebunan, khususnya kelapa, pala dan cengkeh, dan tanaman sayuran juga tigi dan prospektif. Sebagai strategi awal percepatan pembangunan pertanian Kabupaten Pulau Morotai adalah peningkatan produksi padi melalui perbaikan jaringan irigasi dan penerapan PTT dengan inovasi teknologi. Kunci sukses percepatan peningkatan produksi padi di Kabuaten Pulau Morotai adalah keterpaduan dan sinergi program pemda dengan program pusat dan atar sektor, terutama pertanian dan pekerjaan umum. Sebagai langkah awal pengembangan inovasi pertanian, sedang dirancang pengembangan laboratorium lapang inovasi pertanian (LLIP) di salah satu lokasi dari tiga lokasi hamparan sawah di Morotai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78

86 Jayapura. Peluang peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) terbuka dengan adanya permintaan konsumen yang tinggi, baik di kawasan Kota Jayapura, maupun di daerah lain di Papua dan juga di daerah PNG. Permintaan daging (sapi, babi dan unggas) juga masih terbuka mengingat bahwa jumlah penduduk dan standar kecukupan gizi masih memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas ternak secara keseluruhan. Peluang peningkatan produktivitas tanaman perkebunan (kelapa, kakao, dan pinang) masih terbuka melalui pengelolaan pascapanen. Tanaman palawija (kacang tanah, bawang merah) dan hortikultura (sayuran dan buah-buahan) cocok untuk dikembangkan di kawasan ini. Di Kecamatan Muara Tami terdapat Bendung Tami yang mampu mengairi sawah seluas ha dengan saluran primer, sekunder, dan tersier yang sudah tertata. Sarana jalan (transportasi utama) sudah cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan kualitas sarana jalan pertanian yang ada. Tahapan yang disarankan untuk percepatan pembangunan pertanian yaitu 1) Tahap 1. Revitalisasi sarana pengairan, 2) Tahap 2. Sosialisasi rencana pengembangan, 3) Tahap 3. Pembangunan kelembagaan ekonomi, 4) Tahap 4. Perbaikan daya dukung kawasan dan penerapan inovasi teknologi, dan 5) Tahap 5. Mempertahankan tingkat produktivitas berkelanjutan. Merauke. Kabupaten Merauke memiliki sumber daya lahan yang cukup subur dan prospektif untuk pengembangan pertanian karena kondisi lahan yang cenderung datar dan memiliki potensi padang penggembalaan ternak yang luas. Hal tersebut ditunjukkan adanya surplus pangan (beras) serta daging sapi yang dikirim keluar wilayah bahkan diekspor ke PNG. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan PNG terpilih sebagai model adalah di Distrik Naukenjerai yang merupakan areal dataran rendah (wilayah pantai) yang berbatasan dengan taman nasional Wasur. Kondisi masyarakat memiliki sumber pendapatan dari kelapa yang merupakan ekonomi masyarakat, di samping usahatani padi dan ubi-ubian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Model pengembangan yang direkomendasikan adalah Pengembangan Bioekonomi Barbasis Kelapa, yang diprogramkan pengembangan kelapa lokal melalui pembibitan pedesaan, serta mendukung program pariwisata Pantai Onggaya, dan antisipasi abrasi pantai akibat gerusan ombak. Hal tersebut dirancang dalam upaya pengembangan areal kelapa yang merupakan komoditas adat yang harus dilestarikan masyarakat lokal. Konsep tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi penduduk di wilayah Distrik Naukenjerai sekaligus pengembangan pariwisata pantai Onggaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79

87 Bovendigoel. Kabupaten Bovendigoel berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman tahunan. Perkebunan karet merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan menjadi andalan sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bovendigoel. Namun kondisi saat ini masih menyerupai hutan karet, sehingga perlu direvitalisasi. Masyarakat di Distrik Mindiptana dan Kombut sebagian besar masih dalam transisi dari kebiasaan melakukan lahan berpindah menjadi menetap. Lahan pertanian yang ada saat ini masih menyatu dengan kebun karet dan hutan. Belum ada lahan pertanian yang berbentuk hamparan luas dan teknik budi daya juga masih sederhana, belum menggunakan pupuk dan pestisida. Arah pengembangan usaha pertanian di Kabupaten Bovendigoel adalah komoditas karet yang dikombinasikan dengan usaha tanaman pangan dan ternak. Karet dijadikan basis utama pengembangan usaha pertanian di Distrik Mindiptana dan Kombut adalah: (i) budi daya karet sudah dikenal sejak jaman Hindia Belanda, namun pengelolaannya masih sangat sederhana dan salah satu sumber utama pendapatan rumah tangga; (ii) hasil analisis finansial menunjukkan karet paling layak diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain yang selama ini juga diusahakan oleh masyarakat setempat; dan (c) karet telah dijadikan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bovendigoel. Kegiatan lain yang dapat dilaporkan terkait dengan tugas dan fungsi Puslitbang Tanaman Pangan, antara lain 1) pengelolaan sumber daya genetik, 2) Diseminasi hasil penelitian, dan 3) Keuangan. Sasaran 4 : Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan Sumber daya genetik tanaman pangan perlu dilestarikan keberadaannya karena sangat diperlukan sebagai bahan perakitan varietas unggul baru memanfaatkan karakteristik sifat-sifat tanamannya. Pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan dilakukan di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro sesuai dengan mandat komoditasnya. Kegiatan Pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman pangan terus menerus dilakukan setiap tahunnya agar tidak punah dan terus dipantau oleh Puslitbang Tanaman Pangan sebagai unit kerja atasan satker yang berlokasi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80

88 Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan tahun 2014, yaitu dilakukannya pengkayaan sumber daya genetik tanaman padi 500 aksesi, sumber daya genetik aneka kacang dan ubi (kabi) aksesi, serta sumber daya genetik tanaman serealia 700 aksesi. Adapun realisasi tingkat capaian telah diperoleh aksesi (170,54%) antara lain sumber daya genetik tanaman padi 510 aksesi, aneka kacang dan ubi aksesi, dan serealia aksesi. Adapun capaian target masing-masing indikator kinerja sebagai berikut : Tabel 18. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun Indikator Kinerja Target Realisasi % Sumber daya genetik padi: Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan, salinitas, dan rendaman (Aksesi) ,00 Sumber daya genetik kacang dan ubi: Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui konservasi/rejuvenasi (Aksesi) ,75 Sumber daya genetik serealia: Tersedia materi genetik plasma nutfah tanaman jagung dan serealia lainnya (Aksesi) ,00 Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik tanaman pangan tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut : Tabel 19. Perbandingan capaian kinerja tahun Indikator Kinerja Sumber daya genetik padi Sumber daya genetik aneka kacang dan ubi Sumber daya genetik tanaman serealia Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing subkegiatan diuraikan sebagai berikut: Padi. Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan melalui korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-pemerintah lingkup dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81

89 negeri, perguruan tinggi dan karakterisasi koleksi sumber daya genetik BB Padi. Capain sebesar itu diperoleh dari hasil eksplorasi varietas lokal di Pulau Jawa korespondensi/pertukaran genetik (padi lokal, VUB, padi liar, galur/varietas padi petani asal Jawa Tengah, GSR, dan seleksi plasma nutfah yang memiliki sifat kegenjahan, toleran kekeringan, toleran terhadap cekaman salinitas, sulfat masam, dan toleran rendaman, tahan penggerek batang padi, HDB, WBC, Blas tungro, dan aromatic rice observational nursery. Aneka Kacang dan Ubi. Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan umbi yang meliputi: diperbaruinya benih sumber daya genetik aneka kacang (225 aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, dan 225 aksesi kacang hijau, 150 aksesi kacang tunggak, 35 aksesi kacang beras, 9 aksesi komak, 2 aksesi koro benguk, dan 6 aksesi koro pedang) dan bibit aksesi sumber daya genetik aneka umbi (305 ubijalar, dan 323 ubikayu, 50 aksesi tales, 16 aksesi kimpul, 21 aksesi suweg, 64 aksesi uwiuwian, 8 aksesi ganyong dan 8 aksesi garut). Didapatkannya informasi: kandungan flavonoid terhadap 50 aksesi kedelai, dan karakteristik polong dan bijii 50 aksesi kedelai; dan 75 aksesi ubikayu terhadap hama kutu putih (mealybug), dan 75 aksesi ubijalar terhadap hama boleng dan diperbaruinya dokumentasi data karakteristik sumber daya genetik aneka kacang dan umbi sebagai pendukung pangkalan (database). Serealia. Telah terkoleksi dan teridentifikasi plasma nutfah tanaman serealia yang telah direjuvinasi, dikarakterisasi dan dievaluasi sebanyak aksesi, materi plasma nutfah materi untuk pembentukan VUB tanaman serealia. Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah dimanfaatkannya informasi karakteristik sumber daya genetik untuk bahan tetua perakitan calon varietas unggul baru padi, kacang-kacangan dan umbi-umbian, serta jagung dan serealia lainnya yang memiliki sifat keunggulan spesifik lokasi dan sesuai dengan keinginan konsumen. VUB yang dilepas tahun 2014 telah memanfaatkan sumber daya genetik yang terkoleksi termasuk untuk merakit varietas unggul baru di masa mendatang. Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan melibatkan pula lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina maupun CIMMYT di Mexico, serta beberapa lembaga riset lainnya. Termasuk di antaranya disimpan di Bank Plasma Nutfah di BBBiogen. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82

90 Sasaran 5: Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan Kegiatan diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan dilaksanakan melalui berbagai cara, antara lain a) Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose skala nasional dan regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan melalui website. Hari Pangan Sedunia 2014 Perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Tahun 2014 yang dirangkaikan dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Makassar 6-11 Nopember 2014 resmi dibuka Ibu Wakil Presiden tanggal 6 November HPS yang mengambil Tema Nasional Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial memperagakan berbagai inovasi baik indoor (pameran, lomba cipta menu, temu wicara dan seminar), maupun outdor (gelar teknologi, jamboree varietas). Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman berkesempatan mengunjungi lokasi HPS dan lokasi gelar teknologi Balitbangtan. Stand lapangan diisi sorgum bahan produk bioenergi alternatif, serta Saung Agro Inovasi dilengkapi demo pembuatan etanol dari sorgum manis serta pemanfaatan etanol untuk memasak jagung ketan Uri. Presiden terkesan dengan kompor etanol hasil inovasi Balitbangtan yang mampu memasak 10 jam nonstop dengan bahan bakar 1 liter etanol (kadar 94%) serta keunikan sorgum yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk baik pangan maupun energi. Etanol yang didestilasi pada kadar 98% dapat digunakan untuk subtitusi BBM. Presiden Joko Widodo di Stand Bioenergi Berbasis Sorgum Manis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83

91 Kunjungan Penyuluh ASEAN ke Balitsereal Maros Para penyuluh pertanian dari 7 negara ASEAN (Malaysia, Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Indonesia) berkunjung ke Balitseral Maros pada Bulan Mei 2014 dalam kaitannya dengan Regional Training Course on Production and Cereal (Corn). Para peserta umumnya sangat senang dan sepakat akan menerapkan pola penelitian dan pengembangan varietas unggul jagung yang dilakukan oleh Balitsereal. Kami sangat membutuhkan transfer teknologi dari daerah ini, terutama pola pembibitan, kata Dararith, peserta Regional Training Course on Production and Cereal (Corn) dari Kamboja. Salah satu bagian dari kunjungan tersebut adalah kegiatan field visit yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan Regional Training Course on Production and Cereal (Corn). Kunjungan ke lokasi penangkaran benih jagung hibrida di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Kunjungan lapang peserta Regional Training Course on Production and Cereal (Corn) ke Balitsereal Maros. Kunjungan MARD Vietnam di Puslitbang Tanaman Pangan Kunjungan MARD Vietnam ke Puslitbang Tanaman Pangan dan BBPadi tanggal 26 Juni 2014 sebanyak 32 orang untuk belajar dan bertukar pengalaman, serta mengindentifikasi peluang kerja sama penelitian antara Indonesia dan Vietnam di bidang penelitian pengembangan pertanian. Dr. Pham van Du, Deputy Dir. General Department of Crop Production, MARD sebagai perwakilan rombongan menjelaskan tentang kondisi pertanian di Vietnam serta bagaimana peran pemerintah pada sektor pertanian. Kunjungan MARD Vietnam dilanjutkan ke BB Padi untuk mengetahui hal-hal yang terkait sistem budi daya, efisiensi penggunaan pupuk dan manajemen pengendalian OPT. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84

92 Kunjungan MARD Vietnam dalam rangka knowledge-sharing di Puslitbang Tanaman Pangan dan BBPadi. Gelar Teknologi di Kostrad Yonif Kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian saat ini tidak hanya terbatas di lahan petani tetapi juga sudah bersifat multi channel dan menjangku semua kalangan termasuk TNI. Balitsereal bekerjasama dengan Yonif linud 431 Satria Setia Perkasa (SSP) Kostrad Kariango Maros telah berhasil memanfaatkan lahan tidur seluas 2 ha di kawasan Kodim serta perumahan karyawan. Lahan yang dibiarkan tergenang dan tidak terawat selama bertahun-tahun menjadi kawasan Agrowisata dengan beragam produk sayuran segar seperti jagung manis URI. Anggota Kostrad juga mendapatkan pelatihan tentang teknik budidaya pertanian. Pengetahuan praktis dibutuhkan untuk disebarluaskan ke pelosok masyarakat termasuk masyarakat perbatasan di Indonesia. Panen perdana Bima 19 Uri di Lahan Kostrad 431. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85

93 Publikasi Ilmiah dan Website Hasil-hasil penelitian tanaman pangan tidak hanya disebarluaskan melalui kegiatan seminar, pameran, dan gelar teknologi saja. Untuk mempercepat penyebarluasan hasil penelitian disajikan melalui publikasi ilmiah dan website yang terus menerus diupdate untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Publikasi ilmiah yang diterbitkan Puslitbang Tanaman Pangan Hasil penelitian tanaman pangan dapat diakses melalui website Puslitbang Tanaman Pangan dengan alamat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86

94 Pameran Indo-Livestock Dalam upaya menjembatani usaha industri peternakan di Indonesia maka pada tanggal 4-6 juli 2014 diselenggarakan pameran Indonesia Livestock Expo. Pameran berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC). Kegiatan expo mencakup seminar, talk show, demo, kuis dan aneka lomba. Pameran yang berskala internasional ini diikuti oleh 12 negara peserta seperti Australia, Italia, Polandia, China, Turki, dan Malaysia, serta pelaku usaha dari Jepang, Perancis, India, Kuwait serta Thailand. Pada kesempatan pameran ini ditampilkan sejumlah inovasi teknologi khususnya teknologi pakan, varietas unggul jagung hibrida Bima 10 yang mampu menghasilkan hijauan sampai ton biomas segar per hektar. Selain varietas unggul, ditampilkan juga produk olahan berbahan dasar jagung seperti cake jagung, stick jagung, pop corn dan jagung marning, serta leaflet, booklet teknologi budi daya jagung dan produk lainnya. Pameran dalam rangka Indolivestock Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87

95 3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014 Rp ,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp ,- Belanja Barang Operasional Rp ,- Belanja Barang Nonperasional Rp ,- dan Belanja Modal Rp ,-. Anggaran tersebut tersebar di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, dengan rincian sebagai berikut: a) Puslitbang Tanaman Pangan Rp , b) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Rp ,- c) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Rp ,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp ,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp , Realisasi Anggaran Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2014 sebesar Rp ,- sedangkan realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp ,- atau 95,58%, yang terdiri dari Belanja Pegawai Rp (93,75%), Belanja Barang Operasional Rp ,- (96,94%), Belanja Barang Nonoperasional Rp (97,71%), dan Belanja Modal Rp ,- (94,63%) Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang berlaku mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target yang ditetapkan dapat terlampaui (tercapai 205,21% dari target tahun 2013). Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai akhir bulan Desember 2014 sebesar Rp ,- (205,21%) dari target PNBP sebesar Rp ,- yang terdiri dari target penerimaan umum Rp ,- dan penerimaan fungsional Rp ,- dengan realisasi penerimaan umum Rp ,- (333,35%) dan penerimaan fungsional Rp ,- (198,84%). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88

96 Analisis Akuntabilitas Keuangan Capaian kinerja akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian pada umumnya telah berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Tahun anggaran 2014 untuk pagu biaya operasional berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp , sedangkan realisasinya sebesar Rp ,- atau 98,82% dengan perincian seperti terlihat pada Tabel 20. Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun 2014 dapat dilihat pada rekapitulasi capaian kinerja dengan rata-rata 116,89%. Pencapaian kinerja tersebut dapat digolongkan dalam kategori sangat berhasil. Hal ini berdasarkan capaian indikator kinerja dari setiap sasaran kegiatan yang telah ditetapkan disajikan pada Tabel 21. Beberapa varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, sorgum, gandum, dan ubijalar telah dilepas tahun 2014 dan telah disebarluaskan melalui BPTP dan disosialisasikan kepada pengguna melalui berbagai kegiatan diseminasi. Varietas unggul yang telah dilepas telah tersedia benihnya untuk bahan perbanyakan benih di UPBS dan disebarluaskan kepada petani penangkar maupun swasta yang telah memiliki lisensi. Berbagai inovasi teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan telah mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Selanjutnya tidak hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan penduduk Indonesia pada umumnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89

97 Tabel 20. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi % Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan jawawut ,82 99,86 99,61 Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan a. Perakitan varietas unggul baru padi b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya a. Teknologi budi daya tanaman padi b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi c. Teknologi budi daya tanaman serealia a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka kacang dan ubi c. Produksi benih sumber jagung ,77 99,91 99,57 95,37 99,14 99,95 99,45 95, ,94 a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan ,58 TOTAL ,73 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90

98 Tabel 21. Rekapitulasi capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat varietas padi 102,00 b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta memanfaatkan teknologi DNA 187,75 c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis dan jawawut 190,0 Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO Tersedianya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan a. Perakitan varietas unggul baru padi b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan ubi c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi BS, FS, dan SS b. Penyediaan benih sumber kedelai dan aneka kacang dan ubi BS, FS, dan NS c. Produksi benih sumber jagung BS, FS, dan F1 a. Teknologi budi daya tanaman padi b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi c. Teknologi budi daya tanaman serealia Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan 100,0 128,5 100,00 104,30 103,44 103,65 100,00 100,00 100,00 100,00 Rata-rata 116,89 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91

99 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92

100 IV. PENUTUP Secara umum sasaran strategis penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang dituangkan dalam Renstra telah berhasil dicapai dalam mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber, dan Fuel). Dampak nyata dalam pencapaian 4 sukses Kementerian Pertanian secara tidak langsung tercapainya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai, serta meningkatnya nilai tukar petani (NTP). Hal ini tidak dapat dipisahkan peran hasilhasil penelitian yang dilakukan selama Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan food, feed dan fibre. Keberhasilan perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan yang terus menerus dilakukan. Sedangkan untuk fuel telah dikembangkan ubi kayu dan sorgum termasuk ketersediaan varietas unggul baru yang sesuai untuk bahan baku alternatif BBM berasal dari fosil. Ubi kayu, sorgum, limbah pertanian lainnya, dan kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan menunjang penciptaan masyarakat yang mandiri energi yang kini sudah banyak dikembangkan di berbagai daerah. Teknologi budi daya tanaman pangan telah tersedia untuk optimalisasi pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa dan peningkatan indeks panen memanfaatkan anomali iklim seperti La-Nina lahan petani tidak dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Termasuk mengembangkan Mikroba untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi biaya usahatani, namun produksi tetap meningkat. Data BPS menunjukkan bahwa produksi padi tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, meskipun meningkat 1,65 juta ton daripada produksi tahun 2012 hanya 68,96 juta ton GKG. Penurunan produksi karena terjadi penurunan luas panen seluas 66,93 ribu hektar (0,48%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar (0,47%). Produksi jagung tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan 19,13 juta ton pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton (3,33%) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93

101 dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan tahun ,97 juta ton. Kenaikan produksi karena kenaikan luas panen seluas 58,72 ribu hektar (1,54%) dan kenaikan produktivas sebesar 0,85 kuintal/hektar (1,75%). Produksi kedelai tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebanyak 921,34 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan sebanyak 141,34 ribu ton (18,12%) dibandingkan tahun 2013 dan tahun 2012 hanya 843,15 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai karena kenaikan luas panen 61,01 ribu hektar (11,08%) dan kenaikan produktivitas 0,90 kuintal/hektar (6,36%). Menurut BPS Oktober 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan NTP Agustus 2014, yaitu dari 102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP pada September 2014 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tingi jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Kenaikan NTP September 2014 disebabkan naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan 0,37%, Hortikultura 0,59%, dan Peternakan 1,08%, sedangkan yang mengalami penurunan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,77%, dan Perikanan 0,12%. Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan PTT serta program pendampingan SL-PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh propinsi di Indonesia. Tahun 2015, dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT). Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian pada tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Pengaruh pemanasan global juga terasa di lapang seperti penentuan saat musim hujan tiba atau awal musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang. Sebagai dampak perubahan iklim menyebabkan kondisi lapang yang tak terduga seperti munculnya serangan hama dan penyakit yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi penelitian hanya sebagian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94

102 kecil dari hamparan pertanaman. Seperti halnya ledakan hama tikus, hama wereng coklat yang disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang. Varietas unggul dan teknologi budi daya tanaman pangan yang telah dihasilkan pada periode sudah banyak yang didukung oleh ketersediaan sumber daya genetik dan logistik benih untuk diseminasi varietas, meskipun hanya sebagian kecil yang sampai di lahan petani. Adopsi teknologi sangat bergantung pada daya saing komoditas. Adopsi teknologi untuk peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada beberapa kendala antara lain persaingan dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi, jagung dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil, harga kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usahatani kedelai, serta rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan DPI dan tidak tersedianya tambahan lahan untuk perluasan areal juga menjadi faktor utama tidak tercapainya target produksi kedelai. Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi diperbanyak. Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak, ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia. Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95

103 Lampiran 1: Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Merdeka No. 147 Bogor, 16111 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 Badan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 Kotak Pos 66 Malang Jawa Timur, 65101 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2016 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Sunihardi Asrul Koes Heru Praptana Hermanto Haryo Radianto Kusnandar Muchtar Pusat Penelitian

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 Lampiran 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 BALITBANGTAN SETBALIT BANGTAN PUSLITBANG TAN PUSLITBANG

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 Instansi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 PKT Sasaran PENCIPTAAN TEKNOLOGI DAN VARIETAS UNGGUL BERDAYA SAING Mengembangkan dan Diperolehnya sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN PERTANIAN 2. Program : Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Dr. Ratulangi 274 Kab. Maros Sulawesi Selatan 90514 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013 (1) Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Halaman : i dari 38 KATA

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1 PENDAHULUAN 8ebagai sarana produksi yang membawa sifat-sifat varietas tanaman, benih berperan penting dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN. Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN. Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 Badan Penelitian

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pusat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Hermanto Sunihardi R. Heru Praptana Asrul Koes Kusnandar Muchtar Haryo Radianto Pusat

Lebih terperinci

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010 PEKAN SEREALIA NASIONAL I 26-30 JULI 2010 Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Badan Litbang Kementerian Pertanian 2010 PENDAHULUAN Pemanasan global yang melanda dunia dalam dasa warsa terakhir

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) BPS PROVINSI JAWA TIMUR PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014) No. 45/07/35/Th XII,1 Juli 2014 A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013 produksi Padi Provinsi Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH non SL-PTT dan dapat memberikan alternatif pilihan varietas yang dapat digunakan untuk pergiliran varietas. 3. Pada lahan rawa pasang surut/rawa lebak melalui pengawalan ini telah diadopsi beberapa varietas

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN (The assessment of introduction of corn composite high yield varieties

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEP. BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target. Tersedianya teknologi pertanian spesifik 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015 2015 Laporan Kinerja KATA PENGANTAR Sejalan dengan prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019, Kementerian Pertanian menetapkan sasaran swasembada pangan dengan prioritas lima komoditas pangan utama,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2016 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Lembaga

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI Made J. Mejaya dan L. Hakim Puslitbang Tanaman Pangan Ringkasan Pada tahun 2017, sasaran produksi padi sebesar 80,76 juta ton GKG dengan produktivitas

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN Dr. Suswono, MMA Menteri Pertanian Republik Indonesia Disampaikan pada Seminar Nasional Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pusat

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

Keragaan Varietas Unggul Baru Inpari dan Inpara di Kabupaten Kutai Kartanegara

Keragaan Varietas Unggul Baru Inpari dan Inpara di Kabupaten Kutai Kartanegara Keragaan Varietas Unggul Baru Inpari dan Inpara di Kabupaten Kutai Kartanegara Muryani Purnamasari dan Muhamad Hidayanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl.P.M. Noor Sempaja, Samarinda

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH BULETIN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN LITKAJIBANGRAP Susilawati., B.S. Purwoko, H. Aswidinnoor dan E. Santosa. 2012. Tingkat Produksi Ratun berdasarkan Tinggi Pemotongan Batang Padi Sawah Saat Panen. J.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA

PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA Sistem Tanam Legowo Jagung dengan Tumpangsari Kedelai Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR KATA PENGATAR Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 setiap Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian 2015

Inovasi Pertanian 2015 Inovasi Pertanian 2015 Perubahan iklim, konversi dan degradasi lahan pertanian, lemahnya daya saing produk pertanian di pasar domestik dan internasional, kurangnya minat generasi muda untuk berusaha di

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) BAB II PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS) Agung Prabowo, Hendriadi A, Hermanto, Yudhistira N, Agus Somantri, Nurjaman dan Zuziana S

Lebih terperinci

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin X.82 Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha Zubachtirodin BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA 2012 LATAR BELAKANG PROGRAM KEMTAN 2010-2014 - EMPAT SUKSES: SWASEMBADA

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pusat

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Maret 2014 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA [ LAKIN ] BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI TAHUN BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Lembaga Administrasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Februari 2013 Laporan AkLrntabilitas

Lebih terperinci