PREPARASI DAN PENCIRIAN NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT KITOSAN-ALGINAT YENI ARUM SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREPARASI DAN PENCIRIAN NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT KITOSAN-ALGINAT YENI ARUM SARI"

Transkripsi

1 PREPARASI DAN PENCIRIAN NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT KITOSAN-ALGINAT YENI ARUM SARI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 ABSTRAK YENI ARUM SARI. Preparasi dan Pencirian Nanopartikel Ketoprofen Tersalut Kitosan-Alginat. Dibimbing oleh PURWANTININGSIH SUGITA dan LAKSMI AMBARSARI. Nanopartikel ketoprofen dapat digunakan untuk membuat sistem pengantaran terkendali ketoprofen. Komposisi material dan metode pembuatan nanopartikel yang digunakan berpengaruh terhadap pembentukan nanopartikel ketoprofen. Penelitian ini bertujuan membuat nanopartikel ketoprofen dengan meragamkan konsentrasi kitosan, alginat, dan tripolifosfat (TPP) serta mencirikan efisiensi penyalutan ketoprofen dan ukuran nanopartikel. Nanopartikel ketoprofen dibuat dengan metode ultrasonikasi dan sentrifugasi. Efisiensi penyalutan ketoprofen ditentukan dengan analisis spektrofotometri ultraviolet, sedangkan analisis morfologi dan ukuran nanopartikel ditentukan dengan menggunakan mikroskop elektron payaran. Formula terbaik diperoleh pada komposisi kitosan 1.50% (b/v), alginat 0.625% (b/v), dan TPP 4.0% (b/v). Efisiensi dan jumlah nanopartikel formula tersebut berturut-turut 78.84% dan 26.81%. ABSTRACT YENI ARUM SARI. Preparation and Characterization of Ketoprofen Coated with Chitosan-Alginate Nanoparticle. Supervised by PURWANTININGSIH SUGITA and LAKSMI AMBARSARI. Ketoprofen nanoparticle can be used to make a controlled delivery system of ketoprofen. Material composition and preparation method are influent to formation of ketoprofen nanoparticle. The purpose of this research were to produce ketoprofen nanoparticle with variation of chitosan, alginate, and tripolyphosphate (TPP) concentration and to determine the encapsulation efficiency of ketoprofen and the nanoparticle size. Ketoprofen nanoparticles were produced by ultrasonication and sentrifugation methods. Ketoprofen encapsulation efficiency was determined with ultraviolet spectrophotometry analysis and nanoparticle size with scanning electron microscope. The best formula was obtained with the composition of 1.50% (w/v) chitosan, 0.625% (w/v) alginat, and 4.0% (w/v) TPP. The encapsulation efficiency and nanoparticle size were % and %, respectively. 2

3 PREPARASI DAN PENCIRIAN NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT KITOSAN-ALGINAT YENI ARUM SARI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

4 Judul : Preparasi dan Pencirian Nanopartikel Ketoprofen Tersalut Kitosan- Alginat Nama : Yeni Arum Sari NIM : G Disetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. Purwantiningsih Sugita, MS NIP Dr. Laksmi Ambarsari, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Kimia Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS NIP Tanggal Lulus : 4

5 PRAKATA Bismillahirrahmannirrohiim, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada teladan umat, Rasulullah Muhammad SAW. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Februari 2011, di Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Bersama, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Purwantiningsih Sugita, MS selaku pembimbing pertama dan Dr. Laksmi Ambarsari, MS selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberi arahan selama penulis menjalankan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, dan Adik tercinta (Untari, Dimas, dan Agil) atas do a dan motivasinya selama ini. Selain itu, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan di Laboratorium Kimia Organik dan kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini. Hanya Allah-lah sebaik-baiknya pembalas. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011 Yeni Arum Sari 5

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rimbo Bujang pada tanggal 5 Agustus 1988 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Suparno dan Hj. Sutianingsih. Tahun 2005, penulis lulus dari SMUN 2 Tebo dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Keahlian Analisis Kimia Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2008, penulis lulus dari program Diploma dan pada tahun yang sama penulis diterima di program Sarjana Kimia Penyelenggaraan Khusus IPB. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah menjalankan kegiatan praktik lapangan di Balai Besar Pascapanen dengan judul Uji Potensi Pati Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) sebagai Bahan Dasar Makanan Kesehatan. Penulis juga pernah menjadi Ketua Departemen Keputrian Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB wilayah Diploma tahun 2007/2008 dan tahun 2009/2010, serta sebagai Ketua Biro Syi ar dan Pers BKIM IPB Diploma tahun 2008/

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR.... vi DAFTAR LAMPIRAN.... vi PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Gel Kitosan... 1 Ketoprofen... 2 Alginat... 2 Nanoenkapsulasi... 3 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 4 Lingkup Kerja... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Box-Behnken... 4 Nanopartikel Ketoprofen... 5 Ukuran Nanopartikel Ketoprofen... 6 Efisiensi Enkapsulasi Ketoprofen... 8 Pemilihan Formula Berdasarkan Nilai Efisiensi dan Jumlah Nanopartikel Ketoprofen... 8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur kitosan Struktur ketoprofen Struktur alginat penyalutan obat dalam nanopartikel ketoprofen Hasil SEM nanopartikel tanpa ketoprofen (a) dan terisi ketoprofen Spektrum FTIR dari kitosan, ketoprofen, dan nanopartikel terisi ketoprofen (Wahyono 2010) Pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap jumlah partikel nano pada konsentrasi TPP (a) 4.0 % (b/v), (b) 4.5 % (b/v), dan (c) 5.0 % (b/v) Pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap efisiensi enkapsulasi pada konsentrasi TPP (a) 4.5 % (b/v), (b) 4.0 % (b/v), dan (c) 5.0 % (b/v) DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Diagram alir penelitian Spektrum ketoprofen dalam larutan bufer ph Deret standar ketoprofen dalam larutan bufer ph Nanopartikel ketoprofen dengan ragam konsentrasi kitosan, alginat, dan TPP pada perbesaran 2000 kali Perhitungan efisiensi penyalutan DAFTAR TABEL Halaman 1 Formula nanokapsul berdasarkan rancangan Box-Behnken Persentase kapsul dengan ukuran 1000 nm Pembobotan formula Perbandingan hasil

9 PENDAHULUAN Peradangan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, bahan kimia, atau benturan keras. Penyakit ini ditandai dengan munculnya warna merah, rasa nyeri dan panas, serta dapat menyebabkan hilangnya fungsi dari suatu jaringan tubuh (Fraser et al. 1991). Salah satu komponen aktif yang banyak digunakan sebagai obat anti-peradangan adalah ketoprofen. Ketoprofen merupakan obat non-steroid yang berfungsi sebagai obat antiradang, analgesik, dan antipiretik (penurun panas). Namun, ketoprofen memiliki waktu paruh eliminasi terlalu cepat, yaitu jam (Patil et al. 2005), sehingga harus sering dikonsumsi untuk mempertahankan kadar terapi dalam plasma darah. Jika obat terakumulasi sampai dosis >300 mg di dalam tubuh, akan terjadi pendarahan lambung (AMA 1991). Kelemahan ketoprofen ini dapat diatasi dengan membuat sistem pengantaran obat yang lebih terkendali. Cara ini pernah dilakukan pada ketoprofen dan indometasin dengan menggunakan kitosan termodifikasi sebagai bahan penyalut (Yamada et al. 2001, Tiyaboonchai & Ritthidej 2003). Sistem pengantaran-terkendali ketoprofen menggunakan kitosan termodifikasi sebagai bahan penyalut telah banyak diteliti. Modifikasi diperlukan untuk memperbaiki sifat reologi gel kitosan seperti kekuatan mekanik, titik pecah, ketegaran, pembengkakan, dan pengerutan yang sesuai untuk sistem pengantaran obat. Modifikasi gel kitosan yang pernah dilakukan adalah dengan penambahan hidrokoloid, di antaranya alginat (Sugita et al. 2006b; Cardenas et al. 2003; Tan et al. 2003), dan karboksimetil selulosa (Sugita et al. 2007a). Arianto (2010) telah berhasil membuat sistem pengantaran ketoprofen yang lebih terkendali dengan menggunakan kitosan termodifikasi alginat dan penaut-silang glutaraldehida dengan persen pelepasan pada medium asam dan basa berturut-turut 0.69 dan 99.58%, dan efisiensi penyalutan sebesar 30.44%. Partikel yang dihasilkan berukuran mikro ( µm). Bentuk mikrokapsul ini masih memiliki kelemahan, salah satunya adalah kemampuan penetrasi ke dalam jaringan tubuh terbatas. Penelitian tentang pengubahan bentuk mikropartikel menjadi nanopartikel saat ini sedang berkembang. Bentuk nanopartikel dengan kisaran ukuran nm memiliki kelebihan dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah dan tepat mencapai target pengobatan (Mohanraj & Chen 2006). Napthaleni (2010) telah meneliti enkapsulasi ketoprofen tersalut kitosan-alginat dengan tripolifosfat (TPP) sebagai penaut-silang pada ukuran nanometer dengan meragamkan konsentrasi surfaktan dan lama waktu sonikasi. Nanopartikel terbanyak diperoleh sebesar 53.23% pada formula dengan konsentrasi Tween 80 3% (v/v) dan waktu sonikasi 15 menit. Nilai efisiensi penyalutan terbesar ( %) diperoleh pada waktu sonikasi menit dengan kisaran konsentrasi surfaktan % (v/v). Penelitian ini bertujuan memodifikasi metode nanoenkapsulasi yang dilakukan oleh Napthaleni (2010) dengan menambahkan perlakuan sentrifugasi serta meragamkan konsentrasi kitosan, alginat, dan TPP pada kondisi waktu sonikasi dan konsentrasi surfaktan terbaik hasil penelitian Napthaleni (2010). Modifikasi metode ini diharapkan dapat memperbaiki efisiensi enkapsulasi dan meningkatkan jumlah nanopartikel yang dihasilkan. Peragaman konsentrasi kitosan, alginat, dan TPP dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan Box- Behnken. O TINJAUAN PUSTAKA CH 2 OH OH Gel Kitosan Kitosan merupakan polimer yang dapat diperoleh dari deasetilasi parsial kitin. Struktur kitosan terdiri dari unit berulang poli- (2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa) yang terhubung oleh ikatan β-(1,4) (Gambar 1). Gambar 1 O R O n CH 2 OH OH Struktur kitosan (R = sebagian besar NH 2 ) (Sugita et al. 2009). Kitosan menunjukkan sifat polimer biomedis nontoksik, biokompatibel, dan biodegradabel. Kitosan larut dalam pelarut organik, asam asetat 1%, HCl encer, HNO 3 encer, dan H 3 PO 4 0.5%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H 2 SO 4. Sifat kelarutan kitosan ini dipengaruhi oleh bobot molekul O R O 1

10 (BM) dan derajat deasetilasi (DD), yang nilainya beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi (Muzi 1990 diacu dalam Jamaludin 1994). Kitosan bermanfaat sebagai matriks dalam sistem pengantaran obat dengan kemampuannya membentuk gel dalam suasana asam (Gurny 1998 diacu dalam Sutriyo et al. 2005). Kitosan dapat membentuk matriks gel dengan suatu counterion seperti TPP (Ko et al. 2003). Gel dapat didefinisikan sebagai jejaring polimer yang dapat menampung sejumlah tertentu air di dalam strukturnya dan mengembang tanpa melarut di dalamnya, lazim disebut juga hidrogel (Wang et al. 2004). Hidrogel dapat digolongkan menjadi hidrogel kimia dan fisika. Hidrogel kimia dibentuk dari reaksi tidak dapat-balik yang melibatkan tautansilang secara kovalen. Hidrogel fisika dibentuk oleh reaksi yang dapat balik, dengan ikatan silang terjadi secara ionik (Stevens 2001, Berger et al. 2004). Gel kitosan bersifat rapuh sehingga perlu dimodifikasi. Modifikasi gel kitosan yang pernah dilakukan adalah dengan penambahan hidrokoloid, di antaranya gom guar (Sugita et al. 2006a), alginat (Sugita et al. 2006b; Cardenas et al. 2003; Tan et al. 2003), dan karboksimetil selulosa (CMC) (Sugita et al. 2007a; Yundhana 2008). Pelepasan ketoprofen dari mikrokapsul dengan penyalut rangkap kitosan termodifikasi-alginat lebih terkendali (Setyani 2009). Ketoprofen Ketoprofen [asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat] merupakan turunan asam propanoat dengan rumus molekul C 16 H 14 O 3 dan bobot molekul 254,3 (Gambar 2). Ketoprofen berbentuk serbuk hablur, berwarna putih atau hampir putih, dan tidak berbau. Zat ini mudah larut dalam etanol, kloroform, dan eter, tetapi tidak larut dalam air. Suhu leburnya berkisar antara 93 dan 96 o C (USP 2003). Gambar 2 Struktur ketoprofen (Bidachem 2005). Ketoprofen memiliki kemampuan menghambat sikloksigenase dan lipoksigenase. Zat ini aktif sebagai analgesik, antiradang, dan antipiretik. Ketoprofen memiliki waktu paruh eliminasi dalam plasma darah sekitar jam. Konsentrasi ketoprofen yang bertahan dalam plasma darah setelah 24 jam hanya sekitar 0.07 mg/l. Oleh karena itu, obat ini harus sering dikonsumsi untuk mempertahankan kadar terapi dalam plasma. Akan tetapi, penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan pendarahan pada lambung. Untuk memperbaiki pelepasannya dalam tubuh, ketoprofen perlu dienkapsulasi (Patil et al. 2005). Bentuk sediaan lepas lambat ketoprofen dapat mengurangi efek samping terhadap saluran cerna dan dapat menurunkan frekuensi pemberian obat (Mc Evory 2002 diacu dalam Asnel 2008). Yundhana (2008) melaporkan bahwa penyalutan ketoprofen dengan kitosan termodifikasi-cmc mampu memperbaiki pelepasan ketoprofen pada medium disolusi ph 1.2 (ph lambung). Alginat Alginat merupakan polimer rantai linear yang terdiri atas residu-residu asam -(1,4)-Dmanuronat (M) dan asam -(1,4)-L-guluronat (G). Residu-residu ini membentuk blok homopolimer M atau G dan blok heteropolimer MG (Gambar 3). Gambar 3 Struktur alginat (Chaplin 2005). Alginat terdapat dalam bentuk asam dan garam alginat. Natrium, kalium, amonium, dan propilena glikol alginat merupakan bentuk yang tersedia secara komersial. Asam alginat memiliki kestabilan yang terbatas. Sifat utama alginat yang diperoleh dari strukturnya adalah kemampuannya membentuk gel dengan adanya kation divalen (Cardenas et al. 2003). Alginat dapat digunakan untuk memperbaiki struktur dasar kitosan melalui interaksi kitosan dengan alginat membentuk kompleks polielektrolit 2

11 antara anion karboksil pada alginat dan kation amino pada kitosan yang saling berikatan ionik. Nanoenkapsulasi Nanoenkapsulasi merupakan suatu teknik penyalutan bahan yang ukurannya sangat kecil, dengan diameter rata-rata nm (Mohanraj & Chen 2006). Nanoenkapsulasi dapat membentuk 2 tipe penyalutan obat dalam nanopartikel, yaitu terjerap di permukaan atau terperangkap dalam rongga matriks kapsul (Gambar 4) (Tiyaboonchai & Ritthidej 2003). Nanopartikel didefinisikan sebagai suatu padatan pengantar obat yang berukuran submikron (nano), mungkin bersifat biodegradabel atau tidak (Reis et al. 2005). Dalam sistem pengantaran obat, nanopartikel berperan sebagai pembawa (carrier) dengan cara melarutkan, menjebak, mengenkapsulasi, atau menempelkan obat di dalam matriksnya. Bola nano Gambar 4 Penyalutan obat dalam nanopartikel kitosan (Tiyaboonchai & Ritthidej 2003). Keuntungan penggunaan nanopartikel sebagai sistem pengantaran terkendali obat ialah ukuran dan karakteristik permukaan nanopartikel mudah dimanipulasi untuk mencapai target pengobatan. Nanopartikel juga mengatur dan memperpanjang pelepasan obat selama proses transpor ke sasaran, dan obat dapat dimasukkan ke dalam sistem nanopartikel tanpa reaksi kimia. Selain itu, sistem nanopartikel dapat diterapkan untuk berbagai sasaran pengobatan, karena nanopartikel masuk ke dalam sistem peredaran darah dan dibawa oleh darah menuju target pengobatan (Mohanraj & Chen 2006). Banyak penelitian telah difokuskan pada pembentukan nanopartikel menggunakan polimer biodegradabel seperti kitosan, gelatin dan natrium alginat. Nanopartikel yang berasal dari bahan polimer potensial sebagai sistem pengantaran obat karena kemampuan penyebarannya di dalam organ tubuh selama waktu tertentu, dan kemampuannya untuk mengantarkan protein atau peptida (Mohanraj & Chen 2006). Calvo et al. (1997) mengembangkan metode untuk membuat nanopartikel ketoprofen dengan gelasi ionik. Metode ini melibatkan campuran polimer kitosan dan polianion natrium TPP. Dalam metode ini, muatan positif pada gugus amonium kitosan berinteraksi dengan muatan negatif TPP membentuk matriks dengan ukuran nanometer. Menurut Tiyaboonchai & Ritthidej (2003), nanopartikel ketoprofen dapat dihasilkan dengan 4 metode, yaitu mikroemulsi, gelasi ionik, emulsifikasi difusi pelarut, dan kompleks polielektrolit. Metode yang paling banyak dikembangkan adalah metode gelasi ionik dan kompleks polielektrolit (Mohanraj & Chen 2006). Menurut Haskell (2005), nanopartikel dapat dibuat dengan 4 metode, yaitu emulsifikasi, pemecahan, pengendapan, dan difusi emulsi. Metode emulsifikasi menggunakan bahan dasar cairan dan energi mekanik atau ultrasonik untuk mengurangi ukuran partikel. Metode ini menggunakan peralatan yang umum seperti penghomogen. Namun, pengisian obat ke dalam nanopartikel rendah, serta diperlukan energi tinggi untuk dekomposisi kimia. Metode pemecahan menggunakan bahan dasar berupa padatan yang digiling. Metode ini cocok untuk senyawa yang memiliki kelarutan rendah, tetapi diperlukan energi dan waktu yang lebih besar untuk pemecahan partikel jika dibandingkan dengan bahan dasar cairan. Metode ini juga menghasilkan kondisi proses yang berbeda-beda antar obat, dan ukuran partikel yang dihasilkan terbatas, yaitu >100 nm. Metode pengendapan dilakukan dengan cara mengendalikan kelarutan bahan dalam larutan melalui perubahan ph, suhu, atau pelarut. Metode ini dapat menghasilkan partikel dengan ukuran <100 nm dan pemakaian energi sangat rendah. Akan tetapi, pengisian obat ke dalam nanopartikel rendah dan banyak pelarut perlu diuapkan. Metode difusi emulsi merupakan gabungan metode emulsifikasi dan pengendapan. Dalam metode ini, emulsi yang mengandung obat dihasilkan terlebih dahulu melalui penggunaan pelarut atsiri. Fase yang mengandung obat lalu diuapkan sehingga obat terendapkan dalam droplet emulsi. Berbeda dengan metode pengendapan langsung yang menghasilkan pembentukan partikel di seluruh larutan, dalam metode ini pengendapan terbatas pada fase yang 3

12 mengandung obat sehingga droplet berperan sebagai cetakan (templat) untuk pembentukan nanopartikel. Metode difusi emulsi memiliki kelebihan antara lain proses pengendapan dapat dikendalikan secara merata sehingga lebih efektif menghasilkan nanopartikel, sedangkan kekurangan metode ini adalah prosesnya lebih rumit karena banyak tahapan yang dilakukan, biaya lebih besar, serta memerlukan kemampuan khusus untuk pemilihan pelarut yang sesuai. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan di antaranya alat-alat kaca, pengaduk magnet, pembangkit ultrasonik model US-150, sentrifus Beckman, spektrofotometer UV-1700 PharmaSpec, SEM JEOL JSM-5310LV, dan alat pengering semprot Buchi 190. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, asam asetat 98%, alginat, TPP, Tween 80, kertas saring, larutan bufer fosfat (NaH 2 PO 4 NaOH) ph 7.4, etanol, kitosan (DD 70.15% dan BM g/mol) dan senyawa aktif ketoprofen yang diperoleh dari PT Kalbe Farma. Lingkup Kerja Pembuatan Kombinasi Formula Box- Behnken Pembuatan kombinasi formula diawali dengan menentukan kisaran nilai konsentrasi maksimum dan minimum dari setiap komponen yang digunakan. Seluruh data konsentrasi tersebut diolah menggunakan model Box Behnken dengan 3 tingkat 3 faktorial untuk mendapatkan sebaran data yang mewakili. Pengolahan data tersebut menghasilkan kombinasi nilai konsentrasi komponen yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel. Secara umum, diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembuatan Nanopartikel (modifikasi Napthaleni 2010) Larutan kitosan dengan ragam konsentrasi 1.50, 1.75, dan 2.00% (b/v) dibuat dalam asam asetat 1% (v/v). Sebanyak ml larutan kitosan masing-masing ditambahkan dengan ml larutan alginat sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Sebanyak 7.62 ml TPP dengan ragam konsentrasi 4.0, 4.5, dan 5.0% (b/v) masing-masing ditambahkan ke dalam campuran kitosanalginat tetes demi tetes sambil diaduk hingga homogen. Campuran ini disonikasi selama 30 menit. Sebanyak 250 ml larutan ketoprofen 0.8% (b/v) dalam etanol 96% dicampurkan ke dalam kitosan-alginat-tpp. Setelah itu, ditambahkan 5 ml Tween 80 3% dan campuran disonikasi kembali selama 30 menit sebelum disentrifugasi dengan kecepatan rpm (27200 g) selama 20 menit. Supernatan diubah menjadi bentuk serbuk dengan alat pengering semprot. Nanopartikel kosong tanpa tambahan ketoprofen juga dibuat. Pembuatan Kurva Standar Larutan ketoprofen dalam bufer fosfat ph 7.4 dengan konsentrasi 10 ppm diukur serapannya pada panjang gelombang nm (Lampiran 2). Panjang gelombang maksimum yang diperoleh digunakan untuk analisis selanjutnya. Kurva standar dibuat dengan deret konsentrasi ketoprofen 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 ppm. Data yang diperoleh merupakan kurva hubungan antara konsentrasi ketoprofen dan serapan. Efisiensi Enkapsulasi (Manjanna et al. 2009) Sebanyak 25 mg nanopartikel ditimbang dan dilarutkan dalam 50 ml bufer fosfat ph 7.4. Campuran tersebut dikocok selama 24 jam lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dibaca absorbansnya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum. Serapan yang diperoleh digunakan untuk menentukan konsentrasi ketoprofen dengan bantuan kurva standar (Lampiran 3). Sebagai koreksi diukur juga nanopartikel kosong (tanpa penambahan ketoprofen). Pencirian Nanopartikel Nanopartikel kosong dan yang berisi ketoprofen dianalisis morfologi strukturnya dan ukuran partikel menggunakan alat mikroskop elektron payaran (SEM). HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Box-Behnken Nanopartikel dibuat berdasarkan kombinasi formula yang diperoleh menggunakan rancangan percobaan Box Behnken (Tabel 1). Pengombinasian formula konsentrasi kitosan, alginat, dan TPP bertujuan mempelajari pengaruh setiap komponen dasar tersebut terhadap 4

13 karakteristik nanopartikel yang dihasilkan. Pada tahap awal, dimasukkan nilai masingmasing komponen, yaitu kitosan % (b/v), alginat % (b/v), dan TPP % (b/v) dalam program Box-Behnken. Diperoleh 15 formula sebagai kombinasi optimum yang direkomendasikan, dengan beberapa pengulangan formula. Pengulangan formula dengan komposisi bahan yang sama terjadi pada kombinasi formula yang berada di sekitar titik pusat. Formula tersebut hanya dibuat satu kali sehingga diperoleh 13 formula yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel ketoprofen. Tabel 1 Kode formula Formula nanopartikel berdasarkan rancangan percobaan Box-Behnken [Kitosan] (% b/v) [Alginat] (% b/v) A B C D E F G H I J K L M Nanopartikel Ketoprofen [TPP] (% b/v) Nanopartikel ketoprofen dibentuk melalui pemecahan molekul dalam larutan dengan bantuan gelombang ultrasonik. Ultrasonikasi dapat memecah partikel-partikel berukuran besar menjadi partikel yang lebih kecil. Larutan yang telah melalui proses ultrasonikasi kemudian disentrifugasi untuk memisahkan partikel yang lebih kecil. Bagian supernatan yang berupa suspensi nanopartikel diambil, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di dasar tabung sentrifus. Suspensi lalu dikeringkan menggunakan pengering semprot untuk mendapatkan serbuk nanopartikel. Nanopartikel hasil pengeringan semprot memiliki bentuk butiran atau granul yang halus, kering, dan rapuh. Serbuk nanopartikel ini mudah menjerap uap air sehingga terdapat bagian yang menggumpal. Nanopartikel ketoprofen hasil pengeringan semprot selanjutnya dianalisis dengan SEM untuk mengidentifikasi morfologi permukaan, bentuk, serta ukuran nanopartikel kitosan. Formula terbaik diharapkan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan jumlah nanopartikel yang lebih banyak, serta memiliki efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisis SEM hanya dilakukan pada formula yang memiliki nilai efisiensi penyalutan lebih dari 50%. Hasil analisis SEM (Lampiran 4) menunjukkan bahwa hampir seluruh formula yang diuji SEM cenderung beraglomerasi. Formula K, L, dan M yang memiliki komposisi kitosan terkecil cenderung lebih banyak beraglomerasi. Formula D yang memiliki komposisi kitosan lebih tinggi justru menghasilkan partikel yang lebih menyebar. Hal ini kemungkinan karena konsentrasi kitosan yang kecil menyebabkan jejaring matriks yang terbentuk lebih sedikit sehingga partikel tampak lebih menggumpal. Nanopartikel terisi ketoprofen dan tanpa ketoprofen dapat dibedakan dengan SEM (Gambar 5). Morfologi permukaan nanopartikel tanpa ketoprofen keriput dan kempis dengan kisaran ukuran antara 277 dan 6600 nm (Gambar 5a), sedangkan nanopartikel terisi ketoprofen memiliki bentuk bulat halus dan utuh dengan ukuran nm (Gambar 5b). Nanopartikel terisi ketoprofen memiliki ukuran lebih besar. Hal ini menunjukkan telah terisinya ruang kosong di dalam nanopartikel oleh ketoprofen. Selain itu, bentuk bulat halus pada nanopartikel terisi ketoprofen menunjukkan bahwa pori-pori matriks nanopartikel telah terisi ketoprofen. Analisis FTIR digunakan untuk mengetahui interaksi antara kitosan, alginat, TPP, Tween 80, dan ketoprofen. Spektrum FTIR kitosan memiliki puncak-puncak spesifik pada bilangan gelombang 3400 cm -1 ( OH), 1027 cm -1 (C O C), dan 1651 cm -1 (N H tekuk pada amina primer). Senyawa ketoprofen memiliki puncak-puncak spesifik pada bilangan gelombang 2978 cm -1 ( OH karboksilat), 1700 cm -1 (C=O), 1600 cm -1 (konjugasi C=O dengan 2 cincin aromatik), 1200 cm -1 (C O), 2000 cm -1 (pita karakteristik benzena), 1600 cm -1, dan 1480 cm -1 (C=C aromatik). Analisis FTIR yang telah dilakukan Wahyono (2010) menunjukkan perubahan gugus fungsi dari kitosan dan nanopartikel terisi ketoprofen. Puncak serapan baru muncul pada bilangan gelombang 1410 dan 1637 cm -1 yang berasal dari ketoprofen. Bilangan gelombang 1410 cm -1 menunjukkan pita serapan garam karboksilat yang menunjukkan adanya interaksi elektrostatik antara gugus karboksilat ketoprofen dan gugus amonium 5

14 kitosan, sedangkan bilangan gelombang 1637 cm -1 menunjukkan gugus C=C ketoprofen yang berasal dari 2 buah cincin aromatik. Ukuran Nanopartikel Kitosan Persentase jumlah partikel berukuran nano ( 1000 nm) diperoleh dengan cara menghitung nisbah jumlah partikel berukuran nano terhadap seluruh partikel baik yang berukuran nano maupun mikro. Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase jumlah nanopartikel yang dihasilkan setiap formula berbeda-beda dan kisaran ukuran yang diperoleh juga bervariasi. Hal ini karena terdapat perbedaan komposisi penyusun dari nanopartikel tersebut. (a) Tabel 2 Persentase kapsul dengan ukuran 1000 nm (b) Gambar 5 Hasil SEM nanopartikel tanpa ketoprofen (a) dan terisi ketoprofen (formula D) (b) perbesaran kali. Formula Jumlah partikel nano (%) Kisaran ukuran (nm) A D F H I K L M Kosong Gambar 6 Spektrum FTIR dari kitosan, ketoprofen, dan nanopartikel kitosan terisi ketoprofen (Wahyono 2010). 6

15 Persentase jumlah nanopartikel yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam kombinasi formula pada program Box- Behnken sebagai peubah respons. Selanjutnya, data dianalisis sehingga diperoleh kurva tiga dimensi (Gambar 7) yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh kombinasi formula terhadap jumlah nanopartikel. Gambar 7a menunjukkan pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap jumlah nanopartikel pada konsentrasi TPP 4.0% (b/v). Nilai persentase tertinggi ialah 30.90%, dan peningkatan jumlah kitosan cenderung menurunkan jumlah nanopartikel. Hal ini juga terjadi pada konsentrasi TPP 4.5 dan 5.0% (b/v) yang memiliki persentase tertinggi masing-masing dan 23.90% (Gambar 7b dan 7c). Hasil ini berbeda dengan Wahyono (2010) yang memperoleh bahwa seiring peningkatan jumlah TPP, peningkatan jumlah kitosan pada konsentrasi 3.5% meningkatkan jumlah nanopartikel ketoprofen. Pengaruh jumlah alginat pada Gambar 7a menunjukkan bahwa pada konsentrasi TPP 4.0% (b/v) penambahan alginat cenderung menurunkan jumlah nanopartikel. Sebaliknya pada konsentrasi TPP 4.5 dan 5.0% (b/v) (Gambar 7b dan 7c), jumlah nanopartikel cenderung bertambah seiring peningkatan konsentrasi alginat. Gambar 7 juga memperlihatkan bahwa peningkatan konsentrasi TPP cenderung menurunkan jumlah nanopartikel. Hal ini karena TPP yang berperan sebagai zat penaut-silang memperkuat matriks nanopartikel ketoprofen sehingga partikel kitosan semakin kuat dan sulit terpecah menjadi bagian yang lebih kecil % Jumlah partikel nano (%) 30.9% Jumlah partikel nano (%) Konsentrasi alginat (%) (a) Konsentrasi kitosan (%) Konsentrasi alginat (%) (b) Konsentrasi kitosan (%) 23.9% Jumlah partikel nano (%) Konsentrasi alginat (%) (c) Konsentrasi kitosan (%) Gambar 7 Pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap jumlah nanopartikel pada konsentrasi TPP 4.0% (b/v) (a), 4.5% (b/v) (b), dan 5.0% (b/v) (c). 7

16 Efisiensi Enkapsulasi Ketoprofen Efisiensi penyalutan merupakan gambaran banyaknya ketoprofen yang tersalut dalam nanopartikel. Penentuan nilai efisiensi sangat penting dalam bidang farmasi, terutama untuk sistem pengantaran obat ke dalam tubuh, karena dapat menunjukkan kemampuan nanopartikel ketoprofen dalam membawa obat ke dalam tubuh. Jumlah ketoprofen yang tersalut dalam nanopartikel dihitung dengan bantuan kurva standar, dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet (UV) pada panjang gelombang maksimum, yaitu nm. Ketoprofen dalam nanopartikel diekstraksi dengan larutan bufer fosfat ph 7.4 selama 24 jam. Selanjutnya, filtrat hasil penyaringan ekstrak diukur dengan spektrofotometer UV. Larutan bufer fosfat ph 7.4 digunakan karena mendekati kondisi ph usus dalam tubuh manusia. Komposisi nanopartikel ketoprofen berpengaruh terhadap nilai efisiensi penyalutan (Lampiran 4). Nilai efisiensi penyalutan berbeda-beda dengan kisaran 43.89% hingga 80.43%. Nilai efisiensi yang beragam ini disebabkan oleh perbedaan komposisi kitosan, alginat, dan TPP yang memengaruhi mudahnya ketoprofen terekstraksi dan keluar dari dalam rongga nanopartikel. Efisiensi penyalutan paling tinggi ditemukan pada formula F, yaitu sebesar 80.43%. Nilai efisiensi yang telah diperoleh kemudian dimasukkan dalam kombinasi formula pada program Box-Behnken sebagai peubah respons. Selanjutnya, data dianalisis sehingga diperoleh kurva tiga dimensi (Gambar 8) yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh kombinasi formula terhadap efisiensi penyalutan. Gambar 8a menunjukkan pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap efisiensi penyalutan pada konsentrasi TPP 4.0% (b/v) dengan nilai efisiensi tertinggi 78.84%. Pada konsentrasi TPP tersebut, peningkatan jumlah kitosan dan alginat bersama-sama cenderung menurunkan efisiensi penyalutan. Pada konsentrasi TPP 4.5% (b/v) dengan nilai efisiensi tertinggi sebesar 73.78% (Gambar 8b), peningkatan jumlah kitosan lebih dari 1.75% (b/v) dan peningkatan jumlah alginat lebih dari 0.625% (b/v) cenderung menurunkan efisiensi. Pada konsentrasi TPP 5.0% (b/v) yang memiliki nilai efisiensi tertinggi sebesar 80.43% (Gambar 8c), jumlah kitosan optimum yang menghasilkan nilai efisiensi tinggi ialah 1.75% (b/v), sedangkan jumlah alginat optimum sebesar 0.750% (b/v). Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa nilai efisiensi berfluktuasi sesuai dengan komposisi optimum yang memengaruhi kemampuan matriks nanopartikel menjerap atau menjebak ketoprofen. Pemilihan Formula Berdasarkan Nilai Efisiensi dan Jumlah Nanopartikel Kitosan Hubungan antara ukuran partikel dan nilai efisiensi belum teramati dalam penelitian ini. Oleh karena itu, formula nanopartikel ketoprofen terbaik dipilih berdasarkan pembobotan terhadap nilai efisiensi dan jumlah partikel berukuran nano (Tabel 3). Pembobotan dilakukan menggunakan metode seleksi dengan asumsi bahwa setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam penentuan formula terbaik. Metode seleksi menggunakan kriteria seleksi dengan berdasarkan pada sebaran normal baku, yakni sebaran normal dengan parameter μ = 0 dan σ = 1. Pada keadaan ini, peubah acak, dalam hal ini semua kriteria, dikonversi ke nilai normal baku, yang selanjutnya diberi skor dengan persentase komposisi penilaian masing-masing kriteria. Indeks seleksi merupakan jumlah dari perkalian antara nilai normal baku dan persentase komposisi penilaian masing-masing kriteria. Tahapan seleksi yang dilakukan adalah penentuan nilai rata-rata dan simpangan baku efisiensi dan jumlah nanopartikel dari setiap formula, untuk kemudian dikonversi menjadi nilai normal baku. Nilai normal baku masing-masing kriteria kemudian dikalikan 0.5 karena masing-masing kriteria dianggap sama penting. Formula M diperoleh sebagai formula terbaik. Dibandingkan dengan hasil penelitian Napthaleni (2010) dan Wahyono (2010) (Tabel 4), persentase jumlah nanopartikel yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah, namun kisaran ukuran partikelnya lebih sempit. Analisis ukuran partikel yang dilakukan menggunakan perhitungan manual terhadap foto SEM kemungkinan menyebabkan ketepatan pengukuran berbedabeda dan ukuran partikel yang diperoleh kurang mendekati ukuran sebenarnya. Persentase jumlah nanopartikel yang rendah diduga karena penggunaan alginat menyebabkan matriks gel semakin kuat sehingga semakin sulit dipecah pada proses ultrasonikasi. Hal ini sesuai dengan fungsi alginat yang banyak digunakan untuk memperbaiki struktur dasar kitosan dan 8

17 memperbaiki sifat reologi gel kitosan-alginat dengan adanya interaksi antara anion karboksilat pada alginat dan kation amonium pada kitosan yang saling berikatan ionik membentuk kompleks polielektrolit. Tabel 4 menunjukkan bahwa efisiensi yang diperoleh pada penelitian ini lebih baik dibandingkan hasil penelitian Napthaleni (2010) maupun Wahyono (2010). Penggunaan TPP dan kitosan yang lebih tinggi dengan mmm komposisi alginat yang sama pada penelitian Napthaleni (2010) diduga menyebabkan gel semakin rapat sehingga ketoprofen sulit terekstraksi dan nilai efisiensinya menjadi kecil. Sementara itu, proses sentrifugasi yang lebih lama dengan kecepatan lebih tinggi pada penelitian Wahyono (2010) diduga menyebabkan ketoprofen terekstraksi keluar matriks nanopartikel dan hilang selama proses sehingga menurunkan efisiensi penyalutan Efisiensi (%) Efisiensi (%) Area optimum Konsentrasi alginat (%) (a) Konsentrasi kitosan (%) Konsentrasi alginat (%) (b) Konsentrasi kitosan (%) Efisiensi (%) Konsentrasi alginat (%) (c) Konsentrasi kitosan (%) Gambar 8 Pengaruh konsentrasi kitosan dan alginat terhadap efisiensi enkapsulasi pada konsentrasi TPP 4.0% (b/v) (a), 4.5% (b/v) (b), dan 5.0% (b/v) (c). 9

18 Formula Efisiensi (%) Jumlah nanopartikel (%) Tabel 3 Pembobotan formula Normal baku efisiensi Normal baku nanopartikel Pembobotan (0.5) Efisiensi Nanopartikel Total skor Formula terbaik M F A H I K L D R SD Penelitian ini Napthaleni (2010) Wahyono (2010) Kitosan % (b/v) Alginat % (b/v) TPP % (b/v) Surfaktan Tween 80 3% Tween 80 3% Oleat mg/ml 1.5 mg/ml Tabel 4 Perbandingan hasil Parameter Perlakuan Sonikasi 30 menit, sentrifugasi rpm 20 menit Sonikasi 15 menit Sonikasi 30 menit, sentrifugasi rpm 2 jam Efisiensi (%) Jumlah partikel nano (%) Kisaran ukuran (nm) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Metode ultrasonikasi dan sentrifugasi dapat digunakan dalam pembuatan nanopartikel ketoprofen dengan jumlah nanopartikel mencapai 30.90%. Penyalutan ketoprofen dalam kitosan alginat tertaut-silang TPP menghasilkan formula nanopartikel ketoprofen terbaik pada komposisi kitosan 1.50% (b/v), alginat 0.625% (b/v), dan TPP4.0% (b/v) dengan efisiensi penyalutan 78.84% dan jumlah nanopartikel 26.81%. Pencirian dengan SEM pada perbesaran 2000 kali memperlihatkan bahwa ukuran partikel tidak seragam. Hubungan antara ukuran partikel dan nilai efisiensi tidak teramati. Saran Perlu optimasi lama waktu dan kecepatan putaran sentrifugasi. Selain itu, pada penentuan efisiensi nanopartikel ketoprofen perlu dicuci terlebih dahulu agar ketoprofen yang tidak tersalut di dalam nanopartikel dapat diketahui. Penentuan ukuran nanopartikel juga perlu menggunakan particle size analyzer (PSA) sehingga dapat diketahui ukuran sesungguhnya. DAFTAR PUSTAKA [AMA] American Medical Association Drug Evaluations. Ed ke-8. Arianto BD Perilaku disolusi mikrokapsul ketoprofen tersalut gel kitosan-alginat berdasarkan ragam konsentrasi Tween 80 [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu 10

19 Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Asnel RS Perilaku difusi ketoprofen melalui membran kitosan-alginat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Berger J et al Structure and interactions in covalently and ionically crosslinked chitosan hydrogels for biomedical applications. Eur J Pharm Biopharm 57: Bidachem Ketoprofen. Milan: Boehringer Ingelheim. Calvo P, Remunan-Lopez C, Vila-Jato JL, Alonso MJ Novel hydrophilic chitosan-polyethylene oxide nanoparticles as protein carriers. J Appl Polym Sci 63: Cardenas A, Monal WA, Goycoolea FM, Ciapara IH, Peniche C Diffusion through membranes of the polyelectrolyte complex of chitosan and alginate. Macromol Biosci 3: Chaplin M Alginate. Applied Science, London South Bank University. [terhubung berkala]. or/ ygua.html [01 Mar 2010]. Fraser CM, Bergeron JA, Mays A, Aiello SE The Merck Veterinary Manual: A Handbook of Diagnosis, Theraphy, and Control for the Veterinarian. New Jersey: Merck. Haskell R Nanotechnology for drug delivery. Exploratory Formulation Pfizer, Inc. about/symposium_2005/soyaku/haskell.pd f [17 Mei 2011]. Jamaludin MA Isolasi dan pencirian kitosan limbah udang windu (Penaeus monodon fabricus) dan afinitasnya terhadap ion logam Pb 2+, Cr 6+, dan Ni 2+ [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Ko JA, Park HJ, Park YS, Hwang SJ, Park JB Chitosan microparticle preparation for controlled drug release by response surface methodology. J Microencapsulation 20: Manjanna KM, Shivakumar B, Pramod KTM Formulation of oral sustained release aceclofenac sodium microbeads. J Pharm Res 1: Mohanraj VJ, Chen Y Nanoparticles-A review. J Pharmaceut Res 5: Napthaleni Nanoenkapsulasi ketoprofen tersalut kitosan-alginat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Reis CP, Neufeld RJ, Ribeiro AJ, Veiga F Nanoencapsulation I. Methods for preparation of drug-loaded polymeric nanoparticles. Nanomed: Nanotechnol, Biol Med 2:8-21. Patil PR, Praveen S, Rani RHS, Paradkar AR Bioavailability assessment of ketoprofen incorporated in gelled selfemulsifying formulation: A technical note. AAPS PharmSciTech 6:E9-E13. Setyani YA Perilaku disolusi ketoprofen tersalut rangkap dalam gel kitosan-gom guar dengan alginat [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Stevens MP Kimia Polimer. Sopyan I, penerjemah. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Polymer Chemistry: An Introduction. Sugita P, Sjahriza A, Lestari SI. 2006a. Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-gom guar. J Natur 9: Sugita P, Sjahriza A, Wahyono D. 2006b. Sintesis dan optimalisasi gel kitosanalginat. J Sains Teknol 8: Sugita P, Sjahriza A, Rachmanita. 2007a. Sintesis dan optimalisasi gel kitosankarboksimetilselulosa. J. Alchemy 6: Sugita P, Sjahriza A, Wahyono D, Wukirsari T Kitosan Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Pr. 11

20 Sutriyo, Joshita D, Indah R Perbandingan pelepasan propanonol hidroklorida dari matriks kitosan, etil selulosa, dan hidroksipropil metil selulosa. Maj Ilmu Kefarmasian 2: Tan TW, Bo H, Jin XH, Zhang M Release behavior of ketoprofen from chitosan/alginate microcapsules. J Bioactive Compatible Polym 18: Tiyaboonchai W, Ritthidej GC Development of indomethacin sustained release microcapsule using chitosancarboxymethyl cellulose complex coacervation. Songklanakarin J Sci Technol 25: [USP] United States Pharmacopoeia US Pharmacopeia Maryland: The United States Pharmacopeial Convention. Wang T, Turhan M, Gunasekaram S Selected properties of ph-sensitive, biodegradable chitosan-poly(vinyl alcohol) hydrogel. Polym Int 53: Wahyono D, Sugita P, Ambarsari L Sintesis nanopartikel kitosan dengan metode ultrasonikasi dan sentrifugasi serta karakterisasinya. Prosiding Seminar Nasional Sains III: Yamada T, Onishi H, Machida Y In vitro and in vivo evaluation of sustained release chitosan-coated ketoprofen microparticles. Yakugaku Zasshi 121: Yundhana Y Mikroenkapsulasi obat anti-peradangan ketoprofen yang tersalut gel kitosan-karboksimetil selulosa [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 12

21 LAMPIRAN 13

22 Lampiran 1 Diagram alir penelitian Formulasi dengan Box-Behnken Campuran kitosan, alginat, dan TPP sesuai dengan kombinasi formula Box-Behnken Sonikasi 30 menit Campuran dengan ketoprofen 0.8% (b/v) dan Tween 80 3% (v/v) Sonikasi 30 menit Sentrifugasi 20 menit Pengeringan semprot Produk nanopartikel Analisis efisiensi dengan spektrofotometer UV-Vis Analisis SEM 14

23 Lampiran 2 Spektrum ketoprofen dalam larutan bufer ph 7.4 Panjang Serapan gelombang (nm) a Absorbans Panjang gelombang (nm) Keterangan: a = panjang gelombang maksimum (λ maks ) Lampiran 3 Deret standar ketoprofen dalam larutan bufer ph 7.4 Konsentrasi Absorbans (ppm) Absorbans 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 y = 0,064x + 0, R² = 0, Konsentrasi (ppm) Kurva standar ketoprofen vs serapan dalam larutan bufer ph

24 Lampiran 4 Nanopartikel ketoprofen dengan ragam konsentrasi kitosan, alginat, dan TPP pada perbesaran 2000 kali. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Partikel formula A (a), D (b), F (c), H (d), I (e), K (f), L (g), M (h), dan formula tanpa ketoprofen (i) pada perbesaran 2000 kali. 16

25 Lampiran 5 Efisiensi penyalutan ketoprofen dalam nanopartikel ketoprofen Formula x (ppm) a (g) b (g) c Rata-rata Efisiensi (%) A B C D E F G H I J K L M Keterangan : a : massa total kapsul yang diperoleh b : massa kapsul yang digunakan untuk penentuan efisiensi nanoenkapsulasi (25 mg) c : absorbans terkoreksi (absorban sampel yang sudah dikoreksi dengan blanko) Vol ekstraksi : 50 ml Contoh perhitungan: Formula A ulangan ke-1: y = x = x x = 9,3160 ppm Efisiensi enkapsulasi = (x mg/l fp 1 L/1000mL Vol ekstraksi a mg/b mg) 100% Massa ketoprofen awal (mg) 17

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Studi terhadap kitosan telah banyak dilakukan baik dalam bentuk serpih, butiran, membran, maupun gel. Kemampuan kitosan yang diterapkan dalam berbagai bidang industri modern,

Lebih terperinci

CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO

CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ENKAPSULASI KETOPROFEN DENGAN KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN JENIS DAN RAGAM KONSENTRASI TWEEN 80 DAN SPAN 80

ENKAPSULASI KETOPROFEN DENGAN KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN JENIS DAN RAGAM KONSENTRASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 MAKARA, SAINS, VOL. 4, NO. 2, NOVEMBER 200: 07-2 ENKAPSULASI KETOPROFEN DENGAN KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN JENIS DAN RAGAM KONSENTRASI TWEEN 80 DAN SPAN 80 Purwantiningsih Sugita *), Napthaleni, Mersi

Lebih terperinci

MODEL KINETIKA REAKSI NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN UJI DISOLUSI SECARA IN VITRO YOGI NUGRAHA

MODEL KINETIKA REAKSI NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN UJI DISOLUSI SECARA IN VITRO YOGI NUGRAHA MODEL KINETIKA REAKSI NANOPARTIKEL KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT BERDASARKAN UJI DISOLUSI SECARA IN VITRO YOGI NUGRAHA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA IPB, di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB dan Laboratorium

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur kitosan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur kitosan TINJAUAN PUSTAKA Gel Kitosan Proses gelasi atau pembentukan gel merupakan fenomena yang menarik dan sangat kompleks. Jika terjadi ikatan silang pada polimer yang terdiri atas molekul rantai panjang dalam

Lebih terperinci

DISOLUSI MIKROENKAPSULASI KURKUMIN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT-GLUTARALDEHIDA

DISOLUSI MIKROENKAPSULASI KURKUMIN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT-GLUTARALDEHIDA MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 1, APRIL 1: 57-62 DISOLUSI MIKROENKAPSULASI KURKUMIN TERSALUT GEL KITOSAN-ALGINAT-GLUTARALDEHIDA Herdini 1,2*), Latifah K. Darusman 2, dan Purwantiningsih Sugita 2 1. Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Perbandingan turbiditas formula PP7 dan PO1 secara visual. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Surfaktan Terpilih Tahap awal penelitian ini dilakukan pemilihan jenis surfaktan. Pada tahap pemilihan jenis surfaktan ini menggunakan formula yang sama yaitu formula P. Surfaktan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

PERILAKU DIFUSI KETOPROFEN MELALUI MEMBRAN KITOSAN-GOM GUAR FERI NATA

PERILAKU DIFUSI KETOPROFEN MELALUI MEMBRAN KITOSAN-GOM GUAR FERI NATA 1 PERILAKU DIFUSI KETOPROFEN MELALUI MEMBRAN KITOSAN-GOM GUAR FERI NATA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 PERILAKU DIFUSI KETOPROFEN MELALUI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kode Sampel A1 A2 A3 A4

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kode Sampel A1 A2 A3 A4 8 serbuk terlarut tersebut yang kemudian disonikasi kembali selama 30 menit. Larutan ekstrak temulawak tersebut, dikeringkan dengan menggunakan spray dry agar diperoleh sampel dalam bentuk serbuk. Untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

Formulasi dan Karakterisasi Nanokapsul Asiklovir Tersalut Kitosan- Alginat yang Dipaut Silang dengan Natrium Tripolifosfat

Formulasi dan Karakterisasi Nanokapsul Asiklovir Tersalut Kitosan- Alginat yang Dipaut Silang dengan Natrium Tripolifosfat Formulasi dan Karakterisasi Nanokapsul Asiklovir Tersalut Kitosan- Alginat yang Dipaut Silang dengan Natrium Tripolifosfat Isriany Ismail, Hasriani, Surya Ningsi Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

Perilaku Disolusi Ketoprofen Tersalut Gel Kitosan-Karboksimetilselulosa (CMC)

Perilaku Disolusi Ketoprofen Tersalut Gel Kitosan-Karboksimetilselulosa (CMC) Jurnal Natur Indonesia 13(1), Oktober 2010: 21-26 ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 65a/DIKTI/Kep./2008 Perilaku disolusi ketoprofen 21 Perilaku Disolusi Ketoprofen Tersalut Gel Kitosan-Karboksimetilselulosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO

CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO CIRI NANOPARTIKEL KITOSAN DAN PENGARUHNYA PADA UKURAN PARTIKEL DAN EFISIENSI PENYALUTAN KETOPROFEN DWI WAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

UJI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN INDOMETASIN FARNESIL YANG TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR DEBBY ISDARULYANTI

UJI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN INDOMETASIN FARNESIL YANG TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR DEBBY ISDARULYANTI UJI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN INDOMETASIN FARNESIL YANG TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR DEBBY ISDARULYANTI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN OPTIMALISASI GEL KITOSAN-ALGINAT

SINTESIS DAN OPTIMALISASI GEL KITOSAN-ALGINAT SINTESIS DAN OPTIMALISASI GEL KITOSAN-ALGINAT Purwantiningsih Sugita, Achmad Sjachriza, Dwi Wahyono Departemen Kimia, FMIPA IPB, Kampus IPB Baranang Siang, Bogor 16144 Email: atiek@indo.net.id Abstrack

Lebih terperinci

OPTIMASI NANOKAPSUL ASPIRIN YANG TERSALUT KITOSAN GOM GUAR YANG DIPAUT SILANG DENGAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

OPTIMASI NANOKAPSUL ASPIRIN YANG TERSALUT KITOSAN GOM GUAR YANG DIPAUT SILANG DENGAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT OPTIMASI NANOKAPSUL ASPIRIN YANG TERSALUT KITOSAN GOM GUAR YANG DIPAUT SILANG DENGAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT Surya Ningsi, Isriany Ismail, Andi Ulfiana Utari Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah membawa pengaruh yang sangat luas dalam berbagai kehidupan manusia terutama dalam bidang ilmu sains

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang

I. PENDAHULUAN. ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polimer saat ini telah berkembang sangat pesat. Berbagai aplikasi polimer ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang yang sudah mengenal

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN MIKROKAPSUL SITRONELAL DENGAN PENYALUT KITOSAN Lia Listianingsih, Elvina Dhiaul Iftitah*, Siti Mariyah Ulfa ABSTRAK ABSTRACT

STUDI PEMBUATAN MIKROKAPSUL SITRONELAL DENGAN PENYALUT KITOSAN Lia Listianingsih, Elvina Dhiaul Iftitah*, Siti Mariyah Ulfa ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 301-305, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 27 August 2014, Accepted 27 August 2014, Published online 28 August 2014 STUDI PEMBUATAN MIKROKAPSUL SITRONELAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

Sintesis dan Optimalisasi Gel Kitosan-Gom Guar

Sintesis dan Optimalisasi Gel Kitosan-Gom Guar Jurnal Natur Indonesia 9 (1): 32-36 32 ISSN 1410-9379, Jurnal Natur Keputusan Indonesia Akreditasi 9 (1): 32 No - 36 55/DIKTI/Kep./2005 Sugita, et al. Sintesis dan Optimalisasi Gel Kitosan-Gom Guar Purwantiningsih

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

A = log P dengan A = absorbans P 0 = % transmitans pada garis dasar, dan P = % transmitans pada puncak minimum

A = log P dengan A = absorbans P 0 = % transmitans pada garis dasar, dan P = % transmitans pada puncak minimum LAMPIRAN 12 Lampiran 1 Prosedur pencirian kitosan Penelitian Pendahuluan 1) Penentuan kadar air (AOAC 1999) Kadar air kitosan ditentukan dengan metode gravimetri. Sebanyak kira-kira 1.0000 g kitosan dimasukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban 5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR FITHRI AMELIA

PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR FITHRI AMELIA PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR FITHRI AMELIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikulat atau partikel padat dengan jarak ukuran 1-1000 nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan diikat dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis 3 ke dalam 50 ml bufer fosfat ph 7.2. Campuran tersebut disaring dan filtratnya diencerkan sebanyak 10 kali. Setelah itu, filtrat dibaca absorbansnya dengan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur kimia ketoprofen (Valliappan et al. 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Struktur kimia ketoprofen (Valliappan et al. 2006). TINJAUAN PUSTAKA Ketoprofen Ketoprofen [asam 2-(3-benzoilfenil)-propionat; rumus kimia C 16 H 14 O 3 ; Mr=254,3 g mol -1 ] termasuk suatu obat anti inflamasi nonsteroid (AINS), derivat asam propionat.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Vol. 3., No. 3., September 2014

UNESA Journal of Chemistry Vol. 3., No. 3., September 2014 ENKAPSULASI PIRAZINAMID MENGGUNAKAN ALGINAT-KITOSAN DENGAN VARIASI KONSENTRASI PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80 ENCAPSULATION OF PYRAZINAMIDE USED BY ALGINATE-CHITOSAN WITH VARIATION CONCENTRATION OF ADDING

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT PAJRI SAMSI NASUTION

SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT PAJRI SAMSI NASUTION SINTESIS GEL KITOSAN-HIALURONAT PAJRI SAMSI NASUTION DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK PAJRI SAMSI NASUTION. Sintesis Gel Kitosan-Hialuronat.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI i PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS Oleh : RAHMADEVI 08 212 13 066 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2011

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT) SEBAGAI PENYALUT DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL

KATA PENGANTAR. berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT) SEBAGAI PENYALUT DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Alginat merupakan karbohidrat, seperti gula dan selulosa dan merupakan polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman (Dornish and Dessen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Pada penelitian ini digunakan bahan diantaranya deksametason natrium fosfat farmasetis (diperoleh dari Brataco), PLGA p.a (Poly Lactic-co-Glycolic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

STABILITAS MIKROKAPSUL KETOPROFEN DENGAN PENYALUT KITOSAN-ALGINAT SITI LATIFAH

STABILITAS MIKROKAPSUL KETOPROFEN DENGAN PENYALUT KITOSAN-ALGINAT SITI LATIFAH STABILITAS MIKROKAPSUL KETOPROFEN DENGAN PENYALUT KITOSAN-ALGINAT SITI LATIFAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK SITI LATIFAH. Stabilitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enkapsulasi merupakan teknik melindungi suatu material yang dapat berupa komponen bioaktif berbentuk cair, padat, atau gas menggunakan penyalut yang membentuk lapisan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,

Lebih terperinci

PENINGKATAN JUMLAH NANOPARTIKEL KITOSAN TERISI KETOPROFEN BERDASARKAN RAGAM SURFAKTAN DAN KONDISI ULTRASONIKASI LIDINIYAH

PENINGKATAN JUMLAH NANOPARTIKEL KITOSAN TERISI KETOPROFEN BERDASARKAN RAGAM SURFAKTAN DAN KONDISI ULTRASONIKASI LIDINIYAH PENINGKATAN JUMLAH NANOPARTIKEL KITOSAN TERISI KETOPROFEN BERDASARKAN RAGAM SURFAKTAN DAN KONDISI ULTRASONIKASI LIDINIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT RANGKAP DALAM GEL KITOSAN-GOM GUAR DENGAN ALGINAT YUNIA ANGGI SETYANI

PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT RANGKAP DALAM GEL KITOSAN-GOM GUAR DENGAN ALGINAT YUNIA ANGGI SETYANI PERILAKU DISOLUSI KETOPROFEN TERSALUT RANGKAP DALAM GEL KITOSAN-GOM GUAR DENGAN ALGINAT YUNIA ANGGI SETYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoenkapsulasi telah banyak diterapkan di bidang farmasi dan kesehatan. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan beberapa keunggulan

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR ELIN VINA SETYOWATI

STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR ELIN VINA SETYOWATI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN KETOPROFEN TERSALUT GEL KITOSAN-GOM GUAR ELIN VINA SETYOWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 STABILITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati adalah bahan baku yang sangat penting untuk industri makanan. Sebagai pengembangan produk makanan yang baru, pati memiliki sifat khusus yang fungsional. Fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D ) 5 Kadar Asetil (ASTM D-678-91) Kandungan asetil ditentukan dengan cara melihat banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menyabunkan contoh R(-C-CH 3 ) x xnah R(H) x Na -C-CH 3 Contoh kering sebanyak 1 g dimasukkan

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis sebagai salah satu hasil utama perikanan Indonesia. Menurut Pusat Data Statistik dan Informasi Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu, BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT 276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberian obat dengan cara per oral adalah rute yang paling umum dan nyaman digunakan oleh pasien. Namun demikian, ketersediaan hayati obat secara per oral

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci