USAHATANI BUDIDAYA TANAMAN JARAK (JATROPA CURCAS), BIODIESEL DAN HARGA MINYAK DUNIA 1. Eko Widaryanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USAHATANI BUDIDAYA TANAMAN JARAK (JATROPA CURCAS), BIODIESEL DAN HARGA MINYAK DUNIA 1. Eko Widaryanto"

Transkripsi

1 USAHATANI BUDIDAYA TANAMAN JARAK (JATROPA CURCAS), BIODIESEL DAN HARGA MINYAK DUNIA 1 Eko Widaryanto Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang eko.widar@brawijaya.ac.id ABSTRAK Dari tindak lanjut Inpres 1/2006 tentang penyediaan energi alternatip di setiap daerah, agaknya tersendat dan jalan di tempat. Hal ini dikarenakan setelah pelaksanaan Inpres tersebut hampir berjalan 2 tahun, ternyata kepastian pemanfaatannya di masing-masing daerah belum terjawab secara tegas, bahkan di daerah tertentu para petani mulai frustasi dan hampir memusnahkan tanaman yang telah ditanam, baik dari kegiatan bantuan proyek maupun usahanya secara mandiri. Kurang tanggapnya instansi terkait tentang hal semacam ini turut memicu permasalahan tersebut. Di samping itu para pemegang kebijakan di daerah tidak mengerti penuh tentang pemanfaatan tanaman jarak dan makna Inpres tersebut. Seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia yang saat ini mencapai US$100/barel, seharusnya kita harus merubah pola berpikir dari cara menghitung usahatani budidaya jarak secara konvensional yang telah banyak ditulis oleh para peneliti. Kenaikan harga minyak mentah dunia ini justru menjadikan momen yang terbaik untuk mengusahakan tanaman jarak, yang artinya akan meningkatkan daya saing pemanfaatan biodiesel dibandingkan dengan pemakaian minyak industri (yang harganya telah ditetapkan oleh pemerintah) yang harganya terus meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak dunia. Dari simulasi 4 cara budidaya yang dianjurkan yaitu, populasi 1666 dan 2500 tanaman/ha (tanpa subsidi bibit), populasi tanaman 1666 dan 2500 tanaman/ha (dengan subsidi bibit) masing-masing cara tersebut ditanam secara monokultur dan ditambah 2 pola tanam tumpangsari masing-masing dengan populasi 1666 dan 2500 tanaman/ha, dengan tanaman sela kacang tanah. Simulasi tersebut dikombinasikan lagi dengan tingkat rendemen yang diperoleh yaitu 25, 30 dan 35%, yang mana dengan rendemen biji semakin tinggi biaya untuk menghasilkan per liter minyak jarak akan semakin murah. Evaluasi proyek dilaksanakan selama 10 tahun pengusahaan tanaman jarak. Pada asumsi harga minyak US$80/barel ternyata 4 cara budidaya didapatkan keuntungan yang yang luar biasa dan didapatkan nilai NPV, IRR dan BCR yang cukup signifikan baik pada pada hasil biji yang mempunyai rendemen 25, 30 dan 35%. Dengan harga minyak mentah dunia yang sekarang mencapai US$100/barel tentunya budidaya jarak akan semakin menguntungkan dan diminati oleh perusahaan yang selama ini memakai minyak industri sebagai bahan baker industrinya. Dalam simulasi ini juga diperoleh nilai saving yang cukup signifikan antara pengusahaan tanaman jarak sebagai bahan pembuat biodiesel sendiri dibandingkan dengan harga minyak solar non subsidi. 1 Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Energi Alternatif, di Politeknik Negeri Malang, Sabtu 16 Pebruari

2 CASTOR OIL PLANT (JATROPA CURCAS) CULTIVATION, BIODIESEL AND GLOBAL OIL PRICE Eko Widaryanto Faculty of Agriculture Brawijaya University Malang eko_widar@brawijaya.ac.id ABSTRAK Indonesian government decree 1/2006 concerning quest of alternative energy in every region had come to the dead end. After two years implementation of this decree, almost every province has not reach the technical implementation or application level. In castor oil (Jatropa curcas) case, the farmer tends to abandoned their crop because there are not sufficient support and assistance from the local government, even if there is, still in a very micro level. Moreover many local governments do not understand about how to utilize castor oil for energy alternative and how to implement the alternative energy decree. With the continuing increase of raw oil (US$100/barel), there must be a change in farmer conventional orientation on castor plant cultivation, because now it is a good momentum for government and the farmer to start the bio diesel based industry because it has the a high competitive value compare to fossil fuel, which always follow the global oil market Based from the cultivation manual, there are four population recommendations which are 1666 and 2500 plant/ha monoculture without government seedling aids and the other are 1666 and 2500 plants/ha with government seedling aid, monoculture or intercropped with ground nut. Those recommendations result on 25, 30 up to 35 % castor oil yield, and the highest yield will make the production cost of castor oil is cheaper. This simulation was based on 10 years research of castor oil industry. Finally, with the US$80/barel global oil price, those four recommended cultivation will result on the maximum benefit in each level of each yielded oil (25%, 30% and 35%) with the high value of NPV, IRR and BCR. Furthermore with US$100/barel global oil price, the Castor oil plant cultivation will be more profitable and get more attention from many corporations to replace or substitute their fuel from fossil fuel to castor oil. The castor oil business proven to be highly competitive compare to non subsidized diesel fuel. PENDAHULUAN Potensi tanaman jarak pagar di Indonesia sebagai salah satu sumber energi alternatif pengganti BBM dari komoditas pertanian (Biofuel) saat ini sudah bukan wacana lagi. Pertama pemerintah melalui Blue Print Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan Departemen Energi dan sumber daya Mineral (ESDM) menetapkan, kebutuhan energi nasional akan dipenuhi dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 4,4 persen, dimana sebesar 1,3 persen berasal dari biofuel (setara dengan 4,7 juta kilo liter). Sedangkan yang kedua adalah adanya Instruksi Presiden No 1 tahun 2006 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar lain, secara tegas menginstruksikan pada Menteri Pertanian untuk: 1. Mendorong penyediaan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) termasuk benih dan bibitnya. 2

3 2. Melakukan penyuluhan pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel) 3. Memfasilitasi penyediaan benih dan bibit tanaman bahan baku bahan bakar nabati. 4. Mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pasca panen tanaman bahan baku bahan bakar nabati (biofuel). Secara ekonomi, tanaman jarak pagar bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai dari daun, buah, kulit batang, getah, dan batangnya. Daun bisa diekstraksi menjadi bahan pakan ulat sutera dan obat-obatan herbal. Kulit batang bisa juga diekstraksi menjadi tannin atau sekedar dijadikan bahan bakar lokal untuk kemudian menghasilkan pupuk. Bagian getah bisa diekstraksi menjadi bahan bakar. Demikian juga bagian batang, bisa digunakan untuk kayu bakar. Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Pada biji terdapat inti biji dan kulit biji. Inti biji inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan biodiesel, sumber energi pengganti solar (Heller, 1996). Tanaman jarak banyak dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan di Indonesia yang pada masa lalu terkenal dengan tanaman jarak pagar yang mudah tumbuh dan berkembang meskipun tanpa usaha budidaya yang sangat kurang. Biji tanaman jarak mulai dapat dipanen setelah usia empat bulan dengan produktivitas sangat bervariasi tergantung pada kesuburan lahan dan curah hujan. Secara umum produktivitas biji per tahun berkisar antara 0,5 sampai 12 t/ha (Heller, 1996 ; Foidl dan Eder, 1997 ; Maharishi, 2000 dan Siregar et al., 2005). Dalam suatu produksi pertanian, produksi biji bukanlah merupakan parameter tunggal untuk mengukur keberhasilan suatu usaha budidaya tanaman, khususnya tanaman jarak, namun rendemen yang diperoleh akan sangat menentukan nilai keuntungan dari usaha budidaya, karena akan menentukan jumlah minyak jarak yang akan dihasilkan. Dari penelitian Prajogo et al. (2006) pada harga minyak dunia US$ 60/barel dan asumsii sampai US$ 70/barel pada nilai tukar rupiah Rp 9143/US$ (baik dari hasil rendemen biji 25 sampai 35%) di Jatim dan Jateng (PTP XII) sampai tahun ke 15 pengusahaan tanaman jarak masih belum mendapatkan keuntungan (rugi), sehingga pada waktu itu sangat tidak menarik untuk mengusahakan tanaman jarak baik petani maupun investor. Adanya isu tentang penghapusan subsidi minyak tanah dan pembatasan pemakaian bahan bakar minyak yang bersubsidi, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, berkurangnya produksi minyak dalam negeri serta melambungnya harga minyak dunia yang sekarang mencapai US$100/barel, adalah momen yang tepat untuk menghitung ulang peluang pengusahaan tanaman jarak dalam skala luas (perusahaan) ataupun untuk skala petani melalui bantuan-bantuan paket budidaya seperti Proyek-proyek APBD II, APBD I maupun APBN dalam rangka mensukseskan Inpres no 1/2006 yang telah dicanangkan 2 tahun lalu serta tercapainya Desa Mandiri Energi, khususnya di pedesaan. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran pada pengusaha, petani dan pemegang kebijakan tentang analisis usahatani tanaman jarak kaitannya dengan harga minyak dunia, nilai tukar rupiah saat ini dan produksi minyak jarak (rendemen). ANALISIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHA 3

4 Untuk menentukan apakah suatu usaha tersebut menguntungkan atau layak (feasible) untuk diusahakan diperlukan alat ukur atau kriteria yang menunjukkan kelayakan usaha tersebut. Berbagai alat ukur dapat digunakan untuk menganalisis kelayakan dari suatu investasi yang semuanya menentukan layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Alat ukur atau kriteria yang biasa digunakan yaitu: a) N P V (Net Present Value) b) Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) c) I R R (Internal Rate of Return) Di dalam menghitung agroekonomi usaha budidaya jarak dibuat simulasi 4 cara budidaya yang merupakan studi kasus di Kotamadya Palangka Raya, Kalimantan Tengah dan dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu : a. Budidaya dengan populasi 1666 tanaman/ha (jarak tanam 2 m x 2 m) dengan tanpa subsidi bibit. b. Budidaya dengan populasi 2500 tanaman/ha (jarak tanam 2 m x 3 m) dengan tanpa subsidi bibit. c. Budidaya dengan populasi 1666 tanaman/ha (jarak tanam 2 m x 2 m) dengan subsidi bibit. d. Budidaya dengan populasi 2500 tanaman/ha (jarak tanam 2 m x 3 m) dengan subsidi bibit. Nilai NPV, IRR dan BCR pada pengusahaan tanaman jarak dengan harga minyak dunia US$ 80 dan US$ 90 /barel pada nilai tukar Rp 9.400,- semua kelompok cara budidaya menguntungkan, baik pada pencapaian rendemen rendah (25%) sampai 35 %, baik yang tidak disubsidi maupun disubsidi. (Tabel 1). Nilai NPV akan semakin meningkat dengan dengan perolehan rendemen yang makin tinggi demikin pula dengan dengan kenaikan harga minyak mendah juga diikuti dengan peningkatan nilai NPV. Hal tersebut juga terjadi pada penghitungan IRR, di mana dengan meningkatnya rendemen minyak jarak yang diperoleh akan diikuti peningkatan IRR, demikian pula dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia juga diikuti dengan meningkatnya nilai IRR. Nilai IRR yang dicapai terendah pada IRR 15 % yang artinya lebih besar dari bunga bank yang telah ditetapkan yaitu 8 %, sehingga dapat dikatakan usaha budidaya jarak sangat layak diusahakan pada saat sekarang meskipun hanya didapat rendemen minyak sebesar 25%. Hal tersebut juga berlaku pada nilai BCR. Sedangkan pada pola usaha tumpangsari sangat dianjurkan pada usaha budidaya jarak, yang mana pada perhitungannya didapatkan keuntungan sejak pengusahaan tahun pertama, baik pada populasi 1666 dan 2500 tanaman per hektar meskipun tidak ada program subsidi bibit namun untuk kepentingan petani miskin penggunaan jarak tanam 2 x 3 m sangat dianjurkan mengingat para petani pada umumnya memiliki luas lahan yang sempit, sehingga pemanfaatan dan penanaman tanaman sela merupakan suatu hal yang penting, karena mereka perlu mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti sayuran dan pangan dari sebagian hasil ladangnya. (Lampiran 1b dan 2 ab). 4

5 Tabel 1. NPV, IRR dan BCR Usahatani Jarak Pagar, Harga Minyak Mentah Dunia US$80 dan US$90/barel, Nilai Tukar Rp dan Rendemen Biji-CJO (Studi Kasus di Kalimantan Tengah) Uraian US$80 Asumsi Harga Minyak Dunia per Barel US$90 NPV IRR BCR NPV IRR BCR Rendemen Biji ke CJO 25% Tanpa Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha Rendemen Biji ke CJO 30% Tanpa Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha Rendemen Biji ke CJO 35% Tanpa Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha Subsidi Bibit - Populasi Tanaman 1666/ha Populasi Tanaman 2500/ha

6 Dari perhitungan tersebut juga dapat dikemukakan bahwa pada budidaya pola tumpangsari pada populasi tanaman jarak 1666 tanaman/ha (jarak tanam 2 x 3 m) didapatkan Nilai NPV = 12,757,941.78, IRR = 44.1 % dan BCR = 31,36, yang mana nilai ini jauh lebih besar atau lebih menguntungkan dibanding dengan pengusahaan dengan populasi tanaman jarak sesesar 2500 tanama/ha (jarak tanam 2 x 2 m), yaitu sebesar NPV = 11,954,599.15, IRR = 49,2 % dan BCR = Lebih besarnya nilai-nilai tersebut karena pada populasi tanaman 1666 tanaman/ha, lahan dapat ditanami tanaman sela sebanyak 3 kali yaitu tahun pertama sampai tahun ke 3, sedangkan pada populasi 2500 tanaman/ha hanya dapat ditanami 2 kali yaitu tahun pertama dan kedua. Semua nilai IRR di atas bunga bank yang berlaku saat ini sehingga pengusahaan tanaman jarak sangat layak di Kalimantan Tengah, meskipun penghitungan analisis usaha tani tanaman jarak dengan tumpangsari ini hanya menggunakan asumsi harga biji Rp 624,-/kg dengan patokan nilai tukar rupiah Rp 9.400,- dan harga minyak mentah dunia US $ 80 dan dengan rendemen biji hanya 25%. Sedangkan kenyataan yang ada bahwa tanaman jarak mempunyai rendemen bervariasi dari 25 sampai 40% %, dengan demikian akan didapatkan keuntungan yang lebih besar daripada perhitungan tersebut apabila memiliki rendemen lebih besar dari 25%. PENENTUAN HARGA JUAL BIJI JARAK DI TINGKAT PETANI Biodiesel mempunyai fungsi yang sama dengan solar (sebagai bahan subtitusi), maka harga solar akan sangat menentukan harga biodiesel, sehingga para pengguna akan menginginkan agar harga biodiesel maksimal sama dengan harga solar di dalam negeri. Dengan demikian akan merangsang para pengusaha yang menggunakan bahan bakar minyak (non subsidi) untuk berfikir mengusahakan tanaman jarak pagar untuk memenuhii kebutuhan bahan bakarnya sendiri, yang nantinya akan berimplikasi pada pemanfaatan tenaga kerja dalam sektor perkebunan jarak pagar. Penghitungan perbandingan biaya pembuatan biodiesel oleh suatu perusahaan haruslah dibandingkan dengan harga solar yang non subsidi yang berlaku saat ini, yang mana sangat ditentukan oleh harga minyak mentah di pasar dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tabel 2 adalah simulasi yang dibuat oleh Dartanto (2006) tentang taksiran harga solar yang berlaku saat ini pada 3 asumsi harga minyak mentah dunia yaitu US$80, US$90 dan US$100 per barel dengan nilai tukar adalah Rp /US$, maka harga solar dalam negeri (tanpa subsidi) per liter masingmasing adalah Rp 5.846, Rp dan Rp Penghitungan biaya pengolahan dan harga biji jarak untuk mendapatkan 1 liter biodiesel, tidaklah lepas dari teknik budidaya yang dilakukan, yang mana produktivitas tanaman jarak tidaklah hanya ditentukan oleh kuantitas biji yang dihasilkan, namun faktor lain yaitu rendemen biji terhadap hasil minyak juga memegang peranan penting dalam menentukan biaya pembuatan biodiesel baik oleh petani maupun perusahaan. Dari rangkuman yang telah disampaikan oleh Prayogo et al. (2006) bahwa rendemen CJO/kg bervariasi dari 20% sampai 35% jika menggunakan alat pemeras mekanis dan 35-45% jika menggunakan cara pelarutan. Karena masyarakat pedesaan/petani lebih sesuai menggunakan alat mekanis dibanding cara pelarutan, maka analisis ini menggunakan data rendemen dan biaya dengan alat pemeras mekanis. Demikian pula, rendemen dari CJO ke biodiesel adalah 90%. Analisis ini menggunakan tiga macam rendemen biji-cjo yaitu 25% (paling umum), 30% (ada beberapa kasus) dan 35% (harapan) dan satu cara rendemen CJO biodiesel yaitu 90%. Data biaya ekstraksi CJO dengan menggunakan mesin pemeras berulir (screw press) dengan tenaga penggerak motor diesel/listrik yang dihitung oleh Sugiri (2006), yaitu Rp 242/kg biji jarak pagar, dan data biaya pengolahan CJO-biodiesel 2 tahap (proses 6

7 estrans) diperoleh dari Sudrajat et al. (2006) yaitu Rp 1.500/liter biodiesel. Biaya perhitungan biaya per liter biodiesel tertera pada Tabel 4. Adapun peluang yang cukup baik untuk pengembangan tanaman jarak dalam rangka mensukseskan Program Desa Mandiri Energi adalah dengan pemanfaatan biji jarak sebagai bahan bakar kompor berbahan bakar biji jarak (Widaryanto, 2008) dan pemanfaatan PPO (Plant Pure Oil) sebagai bahan bakar mesin-mesin yang mempunyaii RPM rendah seperti (Huller, traktor, penggergajian, genset dan lain sebagainya) yang sekarang bertebaran di masyarakat pedesaan. Adapun biaya pembuatan PPO dari CJO diperkirakan hanya Rp 1.000,-/l yang berarti biaya pembuatan PPO lebih murah Rp 500,-/liter dibanding biaya pembuatan biodisel (Hendroko, 2008), Tabel 2 dapat dikemukakan bahwa asumsi harga minyak dalam negeri bahwa dengan makin rendah harga minyak dunia pada nilai tukar yang sama, makin rendah pula harga solar dalam negeri, demikian pula makin kuat nilai rupiah dengan harga minyak mentah yang sama, makin rendah pula harga minyak solar dalam negeri. Tabel 2. Simulasi Harga Solar Dalam Negeri Berdasarkan Harga Minyak Mentah Dunia dan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2008 (Dartanto, 2006) Nilai Tukar (Rp/US$) Harga minyak mentah dunia (US$/barel) ,500 5,923 6,584 7,245 9,400 5,726 6,507 7,168 9,000 5,612 6,237 6,863 Tabel 3. Simulasi Harga Bahan Baku Biji Jarak Pagar per Kg Berdasarkan Harga Minyak Mentah Dunia, Nilai Tukar Rupiah dan Rendemen Biji-CJO, Uraian Harga biji tanpa subsidi solar (Rp/kg): Rendemen Biji-CJO 25% 30% 35% 1. US$80, NT Rp US$90, NT Rp US$100, NT Rp Harga biji dengan subsidi solar (Rp/kg) Adapun dari Tabel 3 dari hasil perhitungan harga bahan baku jarak di tingkat petani, didapatkan bahwa sebagai contoh pada nilai tukar Rp dan harga minyak mentah dunia US$80/barel, dan rendemen biji jarak-cjo (Jatropa Crude Oil) 25% harga biji jarak di tingkat petani hanya Rp 624,-/kg. Harga ini akan meningkat jika diperoleh rendemen yang meningkat, yaitu Rp 797,-/kg untuk rendemen 30% dan Rp 971,-/kg untuk rendemen 35%. Adapun pada harga minyak mentah makin tinggi akan diperoleh nilai bahan baku yang makin tinggi pula. 7

8 Angka-angka tersebut didapat dari perhitungan selisih antara asumsi harga minyak yang berlaku pada nilai tukar rupiah dan harga minyak dunia pada saat itu dengan dengan biaya produksi yang digunakan untuk memproduksi setiap liter biodiesel. Dari sisa nilai tersebut kemudian dibagi dengan nilai konversi hasil biodiesel dari biji jarak, yang mana pada rendemen 25% sebesar 4,44, 30% sebesar 3,7 dan 35% sebesar 3,1. Tabel 4 Penghitungan Harga Bahan Baku Biji Jarak Pagar Berdasarkan Rendemen Biji- CJO, Harga Minyak Mentah Dunia dan Nilai Tukar Rupiah, Februari 2008 (disesuaikan berdasarkan Prayogo et al., 2006). Uraian Rendemen Biji-CJO Biaya ekstraksi biji (dengan screw presser): 25% 30% 35% - Dari biji ke CJO (Rp/kg biji) A) Konversi biji ke CJO (liter/kg) 0,25 0,30 0,35 Biaya ekstraksi biji/liter CJO (Rp) Konversi CJO-Biodiesel 0,9 0,9 0,9 Biaya ekstraksi biji/liter biodiesel (Rp) Biaya ekstrans CJO-biodiesel/liter biodiesel (Rp) B) Total biaya pengolahan/liter biodisel (Rp) Biaya distribusi dan laba/liter biodiesel (Rp) Total pengolahan, distribusi, laba/liter biodisel Harga solar dalam negeri tanpa subsidi (Rp/liter) C): 1. US$ 80/barel, NT Rp US$ 90/barel, NT Rp US$ 100/barel, NT Rp Harga solar subsidi (Rp/liter) Nilai bahan baku biji/liter biodiesel tanpa subsidi(rp): 1. US$ 80, NT Rp US$ 90, NT Rp US$ 100, NT Rp Nilai bahan baku biji/liter biodiesel dengan subsidi (Rp) Konversi biodiesel ke biji (kg/liter) 4,44 3,7 3,17 Harga biji per kg tanpa subsidi solar (Rp): 1. US$ 80, NT Rp US$ 90, NT Rp US$ 100, NT Rp Harga biji per kg dengan subsidi solar (Rp)

9 PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI PPO (PLANT PURE OIL) DAN BIODIESEL PER LITER Tabel 5. Biaya Produksi per Liter Biodiesel dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Perusahaan Besar pada Harga Minyak Dunia US$80/barel, Nilai Tukar Rp 9.400/US$ dan Rendemen Biji-CJO 25%, 30% dan 35%, Tanpa Subsidi Bibit Rendemen biji-cjo dan Pola Tanam Biaya Produksi Biji Per kg (Rp) Per liter Biodisel (Rp) Biaya Pengolahan Ekstraksi Biodisel) Estrans Biodisel) Total Biaya Biodisel) Harga Solar DN )*) Saving Biodisel) Rendemen 25%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Rendemen 30%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Rendemen 35%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) *) Harga Solar Tanpa Subsidi Tabel 6. Biaya Produksi per Liter PPO (Plant Pure Oil) dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Perusahaan Besar pada Harga Minyak Dunia US$80/barel, Nilai Tukar Rp 9.400/US$ dan Rendemen Biji- CJO, Tanpa Subsidi Bibit Rendemen biji- CJO dan Pola Tanam Rendemen 25%: Biaya Produksi Biji Per kg (Rp) Per liter Biodisel (Rp) Biaya Pengolahan Ekstraksi Biodisel) Biaya degumisasi & deaciditasi Total Biaya PPO Harga Solar DN )*) Saving PPO) Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Rendemen 30%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Rendemen 35%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) *) Harga Solar Tanpa Subsidi 9

10 Dari Tabel 5 dan 6 nampak bahwa pada asumsi harga minyak dunia US$ 80/barel, biaya pembuatan PPO maupun biodiesel oleh perusahaan diperoleh biaya yang cukup rendah dibandingkan dengan harga solar tidak bersubsidi pada saat sekarang, pada rendemen biji 25% (rendah) sudah menunjukkan saving yang cukup signifikan. Tentunya saving akan lebih besar lagi apabila diperoleh rendemen biji jarak yang makin besar dan harga minyak mentah dunia yang lebih besar dari US$ 80/barel. Tabel 6, apabila dilihat dari efisiensi pembuatan PPO (Plant Pure oil) sendiri oleh masyarakat atau Lembaga yang ada dalam mempersiapkan program Desa Mandiri Energi maka dapat dikemukakan bahwa pengusahaan tanaman jarak akan dapat bersaing dengan harga solar bersubsidi sebesar Rp 4300,-/liter seperti keadaan sekarang ini, dengan pengusahaan tanaman jarak dengan rendemen 25% pun telah memiliki daya saing (saving) yang cukup signifikan, kecuali pada pola A (populasi tanaman 1666 tanaman/ha) (Tabel 7). Pada rendemen 35%-35% semua pola budidaya (A-D) akan diperoleh sesisih yang makin besar dibanding harga solar bersubsidi. Namun ada keuntungan lain yang tidak dapat dihargai dengan materi yaitu dengan penggunaan PPO akan terjadi penyelamatan lingkungan dan terjadi kontinuitas pasokan Bahan Bakar Nabati yang diproduksi lingkungan sendiri dalam rangka mensukseskan program Desa Mandiri Energi. Tabel 7. Biaya Produksi per Liter Biodiesel dan Penghematan Biaya Bahan Bakar Solar Bersubsidi dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Masyarakat atau Koperasi pada Harga Solar bersubsidi saat ini dan Rendemen Biji-CJO, Tanpa dan dengan Subsidi Bibit Rendemen biji- CJO dan Pola Tanam Rendemen 25%: Biaya Produksi Biji Per Per liter kg Biodisel (Rp) (Rp) Biaya Pengolahan Ekstraksi Biodisel) Estrans Biodisel) Total Biaya Biodisel) Harga Solar DN )*) Saving Biodisel) Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) Rendemen 30%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) Rendemen 35%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) *) Harga Tanpa Subsidi Penghitungan biaya produksi CJO hanya dimasukkan 2 komponen biaya yaitu biaya produksi biji untuk menghasilkan 1 liter CJO dan biaya ekstraksi dari biji ke CJO yang 10

11 besarannya masing-masing tergantung dari rendemen yang diperoleh, yang mana rendemen makin tinggi diperoleh biaya produksi per liternya makin rendah. Pada Tabel 8, analisa biaya CJO oleh petani apabila dibandingkan harga minyak tanah bersbubsidii maka biaya pembuatan CJO pada rendemen biji hanya 25% (baik subsidi bibit) tidak mampu mengimbangi tingginya harga minyak tanah sebesar Rp Rp 2.600,-/liter, yang mana biaya pada kondisi ini biaya pembuatan CJO mencapai Rp 2.612,- sampai Rp 2.956,-/liter sehingga jauh lebih mahal dari harga minyak tanah yang hanya Rp 2.600,-/liter. Adapun untuk rendemen 30 dan 35% biaya pembuatan CJO jauh lebih murah dibanding harga minyak tanah sejalan dengan meningkatnya rendemen biji-cjo. Peluang bagi perusahaan besar untuk usaha budidaya ini juga terbuka lebar karena dengan mengolah sendiri dan menggunakan biodiesel maupun PPO untuk kebutuhan sendirii llebih terbuka lebar. Penghematan biaya pembuatan biodiesel bila dibandingkan dengan harga solar industri sudah nampak pada kondisi harga minyak mentah dunia US $80 baik pada rendemen biji-cjo 25, 30 dan 35%. Apalagi apabila harga minyak dunia mencapai US $90 dan US $100 maka penghematan biaya biodiesel akan sangat bermanfaat bagi perusahaan besar. Tabel 8. Biaya Produksi per Liter CJO dan Penghematan Biaya Bahan Bakar dengan Bahan Baku Biji Jarak Pagar Produksi Sendiri oleh Petani dengan Harga Minyak Tanah bersubsidi pada saat ini dan Rendemen Biji-CJO 25%, 30% dan 35%, Tanpa dan dengan Subsidi Bibit Rendemen biji- CJO dan Pola Tanam Biaya Produksi Biji Per kg (Rp) Per liter CJO (Rp) Biaya Ekstraksi CJO) Total Biaya CJO) Harga Minyak Tanah DN )*) Saving M. Tanah) Rendemen 25%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) Rata-rata Rendemen 30%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) Rata-rata Rendemen 35%: Pola A (Pop 1666 tan/ha) Pola B (Pop 2500 tan/ha) Pola C (Pop 1666 tan/ha+ subs) Pola D (Pop 2500 tan/ha+ subs) Rata-rata *) Harga Minyak Tanah Subsidi 11

12 Selisih biaya pembuaatan CJO dengan harga minyak tanah akan semakin besar apabila dibandingkan harga minyak tanah non subsidi yang saat ini mencapai Rp 8.374/liter sejak bulan Desember 2007 yang lalu. KESIMPULAN 1. Harga minyak mentah dunia, rendemen biji-cjo dan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh pada kelayakan finansial usahatani jarak pagar. Di mana makin tinggi harga minyak dunia dan rendemen biji jarak akan meningkatkan nilai NPV, IRR dan BCR sehingga usahatani jarak makin fisibel. 2. Pola tumpangsari sangat dianjurkan untuk skala petani, karena dapat menyokong kebutuhan keluarga sehari-hari di samping untuk menutup biaya penanaman tanaman pokok jarak dan dianjurkan menanam dengan jarak tanam 2 x 3 m. 3. Untuk mencapai target rendemen lebih besar dari 30% dianjurkan untuk menanam varietas yang telah dilepas oleh Deptan seperti IP 1A, IP 2A, IP 1M, IP 2M dan IP 1P, IP 2P atau menanam varietas lokal yang mempunyai rendemen di atas 30 % dengan memperhatikan kesesuaian lahan. 4. Dukungan pemerintah dan teknologi harus benar-benar serius seperti halnya penyediaan bibit, penyuluhan tentang budidaya yang baik (mulai pembibitan sampai pasca panen), proses ekstraksi biji-cjo dan proses estrans dari CJO ke biodisel. Pemakaian alat pengekstrak biji harus mempunyai faktor rendemen yang tinggi sehingga didapatkan hasil CJO yang maksimal. 5. Penentuan harga biji jarak pada petani, sebaiknya bukan berdasar dari hasil biji namun berdasar rendemen yang diperoleh dari hasil budidayanya atau sebaiknya petani menjual produknya berupa CJO, sehingga petani tidak perlu menjual biji, namun dapat menjual CJO dan difasilitasi oleh Instansi terkait. 6. Pengusahaan tanaman jarak oleh perusahaan yang menggunakan bahan bakar biodiesel atau PPO akan mendapatkan selisih harga yang cukup siknifikan dibanding dengan harga biodiesel non subsidi, selisih tersebut akan makin besar apabila rendemen biji makin tinggi dan makin tingginya harga minyak mentah dunia. 7. Dalam rangka menunjang program Desa Mandiri Energi pemakaian biji jarak sebagai bahan bakar kompor dan Plant Pure Oil sebagai bahan bakar untuk mesinmesin RPM rendah sangat dianjurkan karena mempunyai selisih biaya yang cukup siknifikan dibanding dengan pemakaian minyak tanah atau solar baik yang bersubsidi maupun tidak. DAFTAR PUSTAKA Dartanto, T Tantangan Pengembangan Biofuel/Biodiesel di Indonesia. INDENI. Jakarta. 7 hal. Heller, J Physic nut (Jatropha curcas). IPGRI. Internasional plant genetic resources instintute roma italy. 66pp. Hendroko, R Perhitungan Biaya Pembuatan PPO dan CJO. Komunikasi Pribadi. Maharishi, A Jatropha Plantation. Prajogo, U.H., A. Djulin, A.K. Zakaria, V. Darwis dan J. Situmorang Prospek Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Biofuel) Fokus pada Jarak Pagar. Pusat 12

13 Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 27 hal. Siregar, H., Harianto dan N. A. Achsani Analisis Usahatani Skala Tanaman Jarak. Dalam Seminar Nasional pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas Linn) untuk biodiesel dan minyak bakar. Kamis, 22 Desember 2005; Bogor. Sudradjat, H.R., D. Setiawan, Y. Widyawati, R. Ariatmi dan Suherman Permasalahan dalam Teknologi Pengolahan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Sugiri, M.B Pengembangan Pemerah Berulir Skala Kecil untuk Ekstraksi Minyak Jarak. PT Tricon Industri Widaryanto, E Kompor Berbahan Bakan Biji Jarak. Jawa Pos 28 Januari

14 Lampiran 1a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani di Kalteng (populasi tanaman pohon/ha, Jarak Tanam 2 x 2m) Uraian Satuan Tahun ke Input: A Tanaman Jarak 1. Bahan a. Bibit Jarak batang b. Pupuk - Urea kg SP36 kg KCl kg Pupuk kandang kg c. Obat-obatan: liter Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok Pembuatan lubang tanaman hok Tanam hok Pemupukan hok Penyulaman hok Penyiangan hok Pengendalian hama/penyakit hok Pemangkasan hok Panen hok Pasca Panen hok Peralatan set B. Tanaman Sela: Kacang Tanah - Bibit kg Tanam hok Pemeliharaan hok Panen hok Output: A. Jarak ton B. Kacang Tanah ton

15 Lampiran 1b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani di Kalteng (populasi tanaman pohon/ha, jarak tanam 2 x 2 m). Uraian Harga Tahun ke- (Rp/sat) Biaya A Tanaman Jarak 1. Bahan a. Bibit Jarak 500 1,500, , b. Pupuk - Urea 1, , , , , , , , , , ,000 - SP36 1, , , , , , , , , , ,000 - KCl 2, , , , , , , , , , ,000 - Pupuk kandang , c. Obat-obatan: 50,000-50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50, Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20,000 2,000, Pembuatan lubang tanaman 20, , Tanam 15, , Pemupukan 20, , , , , , , , , , ,000 - Penyulaman 20,000 80,000 80, Penyiangan 15, , , , ,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 90,000 - Pengendalian hama/penyakit 20, , , , , , , , , , ,000 - Pemangkasan 20, , , , Panen 15, , , , , , , , , , ,000 - Pasca Panen 15, , , , , , , , , , , Peralatan 180, , , , , , , , , , , Biaya lain-lain - Sewa lahan 250, , , , , , , , , , ,000 - Bunga deposito (8%/th) 459, , , , , , , , , ,400 B. Tanaman Sela - Bibit 10, , , Tanam 15, , , Pemeliharaan 15, , , Panen 15, , , Total Biaya 8,301,900 4,273,500 1,946, ,484,000 2,678,400 2,678,400 2,678,400 2,678,400 2,678,400 Penerimaan A. Output Jarak ($80, rend 25%) 624 1,248,000 1,872,000 2,371,200 3,494,400 4,492,800 5,241,600 5,241,600 5,241,600 5,241,600 5,241,600 B. Output Kacang Tanah 2,200 6,600,000 6,600, Total Output 7,848,000 8,472,000 2,371, ,492,800 5,241,600 5,241,600 5,241,600 5,241,600 5,241,600 Keuntungan total (453,900) 4,198, ,500 1,237,200 2,008,800 2,563,200 2,563,200 2,563,200 2,563,200 2,563,200 Keuntungan tanaman sela 4,500,000 4,500,

16 Lampiran 2a. Kebutuhan Fisik Input dan Output Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani di Kalteng (populasi tanaman pohon/ha, jarak tanam 2 x 3 m). Uraian Harga Tahun ke- (Rp/sat) Input: A Tanaman Jarak 1. Bahan a. Bibit Jarak batang b. Pupuk - Urea kg SP36 kg KCl kg Pupuk kandang kg c. Obat-obatan: liter Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan hok Pembuatan lubang tanaman hok Tanam hok Pemupukan hok Penyulaman hok Penyiangan hok Pengendalian hama/penyakit hok Pemangkasan hok Panen hok Pasca Panen hok Peralatan set B. Tanaman Sela: Kacang Tanah - Bibit kg Tanam hok Pemeliharaan hok Panen hok Output: A. Jarak ton B. Kacang Tanah ton

17 Lampiran 2b. Biaya dan Pendapatan Usahatani Jarak Pagar dengan Pola Tanam Tumpangsari Petani di Kalteng (populasi tanaman pohon/ha, jarak tanam 2 x 3 m). Uraian Harga Tahun ke- (Rp/sat) Biaya A Tanaman Jarak 1. Bahan a. Bibit Jarak 500 1,000, , b. Pupuk - Urea 1, , , , , , , , , , ,500 - SP36 1,600 80,000 80,000 80,000 80, , , , , , ,000 - KCl 2, , , , , , , , , , ,000 - Pupuk kandang 50 75,000 75, c. Obat-obatan: 50, , , , , , , , Tenaga Kerja - Pembukaan/pengol lahan 20,000 2,000, Pembuatan lubang tanaman 20, , Tanam 15, , Pemupukan 20, , , , , , , , , , ,000 - Penyulaman 20,000 80,000 40, Penyiangan 15, , , , , , , , , , ,000 - Pengendalian hama/penyakit 20, ,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 - Pemangkasan 20, , , , Panen 15,000 75, , , , , , , , , ,000 - Pasca Panen 15,000 75, , , , , , , , , , Peralatan 180, , , , , , , , , , , Biaya lain-lain - Sewa lahan 250, , , , , , , , , , ,000 - Bunga deposito (8%/th) 381, , , , , , , , , ,600 B. Tanaman Sela - Bibit 10, , , , Tanam 15, , , , Pemeliharaan 15, , , , Panen 15, , , , Total Biaya 7,251,600 4,017,000 3,852,300 1,741,500 1,995,300 2,141,100 2,141,100 2,141,100 2,141,100 2,141,100 Penerimaan A. Output Jarak ($80, rend 25%) ,000 1,248,000 1,872,000 2,745,600 3,182,400 3,744,000 3,744,000 3,744,000 3,744,000 3,744,000 B. Output Kacang Tanah 2,200 6,600,000 6,600,000 5,500, Total Output 7,224,000 7,848,000 7,372,000 2,745,600 3,182,400 3,744,000 3,744,000 3,744,000 3,744,000 3,744,000 Keuntungan total (27,600) 3,831,000 3,519,700 1,004,100 1,187,100 1,602,900 1,602,900 1,602,900 1,602,900 1,602,900 17

18 Lampiran 3. REKAPITULASI KEUNTUNGAN TAHUN I - X PADA BERBAGAI HARGA MINYAK DUNIA DAN RENDEMEN JARAK Tahun Uraian ke US$S80-25% TS 1666 Keuntungan ( ) (755400) US$S80-25% TS 2500 Keuntungan ( ) (301500) US$S80-30% TS 1666 Keuntungan ( ) (409400) US$S80-30% TS 2500 Keuntungan ( ) US$S80-35% TS 1666 Keuntungan ( ) (61400) US$S80-35% TS 2500 Keuntungan ( ) US$S90-25% TS 1666 Keuntungan ( ) (457400) US$S90-25% TS 2500 Keuntungan ( ) US$S90-30% TS 1666 Keuntungan ( ) (55400) US$S90-30% TS 2500 Keuntungan ( ) US$S90-35% TS 1666 Keuntungan ( ) US$S90-35% TS 2500 Keuntungan ( ) TS = tanpa subsidi 18

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) Oleh : Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Jefferson Situmorang Valeriana Darwis PUSAT ANALISIS SOSIAL

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) : FOKUS PADA JARAK PAGAR

PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) : FOKUS PADA JARAK PAGAR Makalah Seminar Hasil Penelitian T.A. 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL) : FOKUS PADA JARAK PAGAR Oleh: Prajogo U. Hadi Adimesra Djulin Amar K. Zakaria Valeriana Darwis Jefferson

Lebih terperinci

Eko Widaryanto. Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK

Eko Widaryanto. Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang ABSTRAK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANGSARI DENGAN TANAMAN SAYURAN PADA PERTANAMAN JARAK (JATROPHA CURCAS L) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI Eko Widaryanto Faklutas Pertanian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANGSARI PADA PERTANAMAN JARAK (JATROPHA CURCAS L) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANGSARI PADA PERTANAMAN JARAK (JATROPHA CURCAS L) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANGSARI PADA PERTANAMAN JARAK (JATROPHA CURCAS L) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI Eko Widaryanto Faklutas Pertanian Univ. Brawijaya Malang

Lebih terperinci

PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA

PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA Moch. Romli Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang ABSTRAK Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki potensi sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11 MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : 1829-9946 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO UMI BAROKAH Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN PENGEMBANGAN TANAMAN DAN BIOENERGI BERBASIS EKOREGION Prof Dr. Risfaheri Kepala Balai Besar Litbang Pasca panen Pertanian Focus Group Discussion Sinergi Riset dan Inovasi Bio-Energi pada Era Industri 4.0

Lebih terperinci

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TANI AGROFORESTRY NYAMPLUNG DI LAHAN SEMPIT UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DI KABUPATEN CIAMIS

ANALISIS USAHA TANI AGROFORESTRY NYAMPLUNG DI LAHAN SEMPIT UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DI KABUPATEN CIAMIS ANALISIS USAHA TANI AGROFORESTRY NYAMPLUNG DI LAHAN SEMPIT UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI DI KABUPATEN CIAMIS Devy P. Kuswantoro, Soleh Mulyana, dan Harry Budi Santoso ABSTRAK Kementerian Kehutanan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH Oleh: Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TUJUAN KEBIJAKAN DAN KETENTUAN HPP Harga jual gabah kering panen (GKP) petani pada saat panen raya sekitar bulan Maret-April

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi

Lebih terperinci

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan 6 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi I. Pendahuluan Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT

HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Boks 1 HASIL KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA JATROPHA DI PROVINSI NTT Latar Belakang Perkembangan industri di dunia tentunya berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Untuk itu peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KEDUA

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KEDUA PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KEDUA Mochammad Sholeh dan Djumali Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang ABSTRAK

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di sisi lain ketersediaan bahan bakar minyak bumi dalam negeri semakin hari semakin

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Pipihnuraeni01@gmail.com Betty Rofatin 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan penyediaan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Dedi Soleh Effendi, S. Taher, dan W. Rumini Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

KINERJA EKSTRAKSI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN PROSES PELARUTAN (SOLVENT EXTRACTION)

KINERJA EKSTRAKSI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN PROSES PELARUTAN (SOLVENT EXTRACTION) KINERJA EKSTRAKSI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN PROSES PELARUTAN (SOLVENT EXTRACTION) Sudjito Soeparman, Putut Jatmiko D.P., dan Adhes Gamayel Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

POTENSI PRODUKSI DAN BESARNYA PANGSA PASAR SORGUM DI JAWA BARAT

POTENSI PRODUKSI DAN BESARNYA PANGSA PASAR SORGUM DI JAWA BARAT POTENSI PRODUKSI DAN BESARNYA PANGSA PASAR SORGUM DI JAWA BARAT Jalan H. Darham No 54 Cicalengka Bandung 40395 Telepon Kantor : 022-7222 0745 Telepon Gudang : 022-7220 7565 POTENSI PRODUKSI SORGUM Sorgum

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI

PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK 2004 BERDASARKAN ALTERNATIF PERHITUNGAN SUBSIDI ATAS BIAYA DISTRIBUSI MOHAMAD MAULANA Pusat Analisis Sosial Ekonoi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Bogor Jl. A

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU J. Agroland 22 (2) : 70-75, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Analysis of Financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis mempengaruhi aktivitas penduduk di dunia yang diakibatkan oleh sumber daya alam ini tidak dapat diperbaharui dan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.124 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PEMBIBITAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN BERBAGAI MEDIA TANAM

ANALISIS BIAYA PEMBIBITAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN BERBAGAI MEDIA TANAM ANALISIS BIAYA PEMBIBITAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN BERBAGAI MEDIA TANAM Dewi Listyati dan Dibyo Pranowo Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri ABSTRAK Tanaman jarak pagar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Eko Widaryanto Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya, Malang ABSTRAK

Eko Widaryanto Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya, Malang ABSTRAK OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANG SARI PADA PERTANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI Eko Widaryanto Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO Ukuran Kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah net present value (NPV) dan net benevit cost ratio (net

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013 Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 213 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara)

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara) CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara) Pengembangan Energi di Dunia 1. BBM berbasis minyak

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS KEAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA CALINA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Aramita27@gmail.com Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Heryadiday63@yahoo.co.id

Lebih terperinci