BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis / Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (Sugiono 2009). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah menemukan, membuktikan, dan mengembangkan suatu pengetahuan dengan cara ilmiah dan menggunakan rasional yang koheren. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan secara umum menggunakan metode statistik (Prasetyo dan Miftahuljannah, 2 007). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang karakteristik dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik (Praset yo dan Miftahuljannah, 2007). Penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian konsep dalam hipotesis Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Di PT. Indoturbine Dengan Model Supply Chain Operation References (SCOR) disertai dengan deskripsi fakta empiris dari model konseptual yang telah diuji hipotesisnya dan untuk mendeskripsikan logika manajemen atas berbagai proses yang tersirat dalam hipotesis yang diuji. 40

2 41 Metode penelitian bisnis dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan sedangkan sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2009). Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun tujuan penelitian secara umum ada tiga macam yaitu : 1. Bersifat Penemuan Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. 2. Bersifat Pembuktian Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. 3. Bersifat Pengembangan Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada (Sugiyono, 2009). Penelitian bersifat penemuan karena terjadinya keterlambatan pengiriman

3 42 turbine parts yang dianalisa, ditemukan penyebab potensialnya kemudian dilakukan control dan monitoring terhadap variabel-variabelnya sehingga benarbenar dapat menurunkan keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Data yang dibuat dengan pendekatan Supply Chain Operation References (SCOR) yang dituangkan dalam bentuk Standard Opeating Procedure (SOP) di setiap lini. Proses penyimpanan dan pemakaian material benar-benar menjadi data dan informasi yang baru yang sebelumnya belum pernah ada. Penelitian ini juga bersifat pengembangan karena dengan adanya data dan informasi yang baru ini diharapkan semua karyawan yang bekerja dibagian warehouse akan bertambah pengetahuannya. Objek yang akan diteliti adalah fokus pada keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Sebagai konsekuensi logisnya adalah peneliti harus mempunyai pengetahuan tentang seluk beluk proses penyimpanan turbine parts sehingga dalam mencari akar penyebabnya dengan menentukan penyebab terjadinya keterlambatan pengiriman parts menggunakan pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR). Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan secara sederhana dalam penelitian ini adalah melakukan analisis untuk mencari akar penyebab dan potensial penyebab dari masalah yang timbul, menentukan alternatif perbaikan, memilih alternatif perbaikan yang sesuai dan melakukan control serta monitoring terhadap variabelvariabel hasil perbaikan agar tidak terjadi penyimpangan kualitas.

4 43 Metode penyelesaian masalah sebagai acuan yang harus diikuti dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada dalam metode penyelesaian masalah tersebut dan diuraikan secara sistematis langkah-langkah kerja atau urutan kerja sesuai dengan pendekatan atau metode yang digunakan yaitu : 1. Wawancara. 2. Kuesioner. 3. Penjadwalan. 4. Pengamatan 5. Analisis Konten Langkah-langkah ini harus dilakukan secara berurutan dari nomor satu sampai dengan nomor 5. Khusus untuk tahapan wawancara diusahakan disiapkan secara rinci dengan menggunakan pertanyaan yang menggali informasi yang akan didapatkan. Metoda penyelesaian masalah yang digunakan dalam penulisan tesis ini dapat digambarkan pada Gambar 4.1. Flow Chart Metoda Perbaikan Proses sebagai berikut: Wawancara Kuesioner Penjadwalan Pengamatan Analisis Konten Gambar 4.1 Flow Chart Metoda Perbaikan Proses Sumber : Supply Chain Council, 2006

5 44 Penjelasan : 1. Langkah 1 : Wawancara Model perbaikan proses dimulai dari Interview terhadap beberapa karyawan PT. Indoturbine yang terkait dengan pengiriman turbine parts ke pelanggan. Karyawan yang dimaksud adalah karyawan yang bekerja pada bagian warehouse, delivery dan QC. Interview ini dilakukan untuk menggali semua informasi terkait dengan permasalahan yang timbul sehingga membuat ketidakpuasan pelanggan. 2. Langkah 2 : Kuesioner Pada langkah dua ini dilakukan Kuesioner yaitu membuat daftar susunan pertanyaan yang terkait dengan kinerja karyawan. Kuesioner ini dibagikan kepada karyawan yang terkait yaitu karyawan yang bekerja pada bagian warehouse, delivery dan QC. Karyawan tersebut memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada quesioner dan selanjutnya jawaban tersebut diolah dengan software untuk diproses untuk mengetahui gambaran yang terdapat pada jawaban kuesioner tersebut. 3. Langkah 3 : Penjadwalan Pada tahapan ini setiap aktifitas yang terdapat pada proses pengiriman turbine parts ke pelanggan dibuatkan jadwal kerjanya, Dalam jadwal kerja tersebut digambarkan uraian pekerjaan, siapa person in charge -nya, kapan dilakukan pengiriman turbine parts, dimana alamat tempat tujuan pengiriman dan bagaimana cara pengirimannya.

6 45 4. Langkah 4 : Pengamatan Untuk memastikan bahwa permasalahan tersebut tepat sasaran dan tepat biaya maka perlu dilakukan pengamatan. Pengamatan ini memastikan bahwa semua hal yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. 5. Langkah 5 : Analisa Konten Konten yang dimaksud adalah permasalahan yang timbul dalam pengiriman parts mesin ke pelanggan. Dalam analisa ini dilakukan kajian dari berbagai aspek sehingga akan terlihat jelas akar penyebab masalahnya dan solusi yang diambil serta action plan yang dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian terdiri dari batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini mengukur performasi Supply Chain PT. Indoturbine dengan lingkup pengukuran adalah internal PT. Indoturbine. Penelitian menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation Reference) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di departemen SCO (Supply Chain Operation). PT. Indoturbine yang berlokasi Jl. Raya Narogong KM.15 pangkalan 6 Bekasi. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 Juni Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana dalam proses penelitian yang digunakan berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk

7 46 menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan memilih pendekatan kualitatif karena hal ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang dikemukakan pada pendahuluan yang mengarah pada studi kasus Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang halhal tersebut (Sugiyono, 2009). Variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut (Soenarmo dan Sigit, 2009). Variabel penelitian adalah atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lainnya atau satu obyek dengan obyek lainnya (Hatch dan Farhadi, 2009). Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2009). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Dinamakan variabel karena ada variasinya misalnya berat badan maka berat badan dapat dikatakan variabel karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Jadi jika peneliti akan memilih variabel penelitian baik yang dimiliki oleh orang, obyek maupun bidang dan kegiatan dan keilmuan tertentu maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang

8 47 bervariasi (Sugiyono, 2009 : 58). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran kinerja dari manajemen rantai pasok di PT. Indoturbine ditinjau dari empat atribut kerja yang terdapat pada Model SCOR yaitu : 1. Supply Chain Reliability Supply Chain Reliability berkaitan dengan keandalan suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur keandalan proses tersebut adalah Perfect Order Fulfillment (POF). POF adalah persentase dari pesanan yang terkirim lengkap dan pada waktunya sesuai dengan permintaan pelanggan dan barang yang dikirim tidak memiliki masalah mutu. Adapun cara menentukan nilai POF dengan rumus 4.1. Total Pesanan Jumlah Pesanan Bermasalah POF = x 100% ( 4.1) Total Pesanan 2. Supply Chain Responsiveness Supply Chain Responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu dalam merespon setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur kecepatan waktu dalam merespon setiap perubahan tersebut adalah Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). OFCT = Jumlah Waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima dari pelanggan sampai produk yang diorder tersebut dikirim dan sampai di pelanggan (sampai produk yang dipesan tersebut diterima oleh pelanggan). ( 4.2)

9 48 3. Supply Chain Cost Supply Chain Cost berkaitan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan. Indikator yang mengukur biayabiaya yang dibutuhkan pada suatu proses rantai pasok dari suatu perusahaan tersebut adalah Cost of Godd Sold (COGS). COGS adalah biaya langsung untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan. Dalam menghitung COGS ini dapat diartikan sebagai Harga Pokok Penjualan. Untuk menentukan besarnya nilai COGS dapat dihitung dengan rumus 4.3. COGS = Inventori Awal + Pembelian selama satu periode Inventori Akhir ( 4.3) 4. Supply Chain Asset Management Supply Chain Asset Management berkaitan dengan pengelolaan asset perusahaan khususnya yang berkaitan dengan nilai suatu barang. Indikator yang mengukur asset perusahaan tersebut adalah Cash to Cash Cycle Time (CTCCT). CTCCT adalah salah satu metrik yang mengukur kecepatan Supply Chain yang mengubah persediaan barang menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan maka semakin bagus Supply Chain. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki siklus Cash to Cash yang pendek. Besarnya nilai CTCCT dapat dihitung dengan rumus 4.4. : CTCCT = Inventory Days of Supply + Average Days of Account Recivable Average Days of Account Payable (4.4)

10 Definisi Konsep Menurut Chopra dan Meindl (2007 ) pengertian rantai pasok, sebagai berikut: A supply chain consists of all parties involved, directly or indirectly, in fulfilling a customer request. The supply chain not only includes the manufacturer and suppliers, but also transporters, warehouses, retailers, and customers themselves. Sedangkan menurut Hugos 2007 pengertian rantai pasok adalah A supply chain is a network of facilities and distribution options that performs the functions of procurements of materials, transformation of these materials into intermediate and finished products, and the distribution of the finished products to customers. Menurut Hanfield dan Nichols (2006) Supply Chain Management didefinisikan sebagai berikut : Supply Chain Management is the integration and management of supply chain organization and activities through cooperative organizational relationship, effective business process, and high level of information sharing to create high-performing value systems that provide member organizations a sustainable competitive or advantage. Dalam konsep baru tersebut, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, merupakan mata rantai penyediaan barang (Indrajit dan Djokopranoto, 2006) Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran dari konsep yang akan dirinci secara terukur dalam bentuk tabel matriks yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Operasional Variabel sebagai berikut :

11 50 Tabel 4.1. Operasional Variabel No Variabel Indikator 1 Supply Chain Reliability Perfect Order Fulfillment (POF) Total Pesanan Jumlah Pesanan Bermasalah POF = x 100% Total Pesanan 2 Supply Chain Responsiveness Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). Besarnya nilai OFCT dapat diukur dari rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan dalam pengiriman turbine parts ke pelanggan, yang dimulai dari pelanggan memesan barang hingga barang tersebut sampai ditangan pelanggan. 3 Supply Chain Cost Cost of Godd Sold (COGS). COGS = Inventori Awal + Pembelian selama satu periode Inventori Akhir 4 Supply Chain Asset Management Cash to Cash Cycle Time (CTCCT). CTCCT = Inventory Days of Supply + Average Days of Account Recivable Average Days of Account Payable Sumber : Data Ketetapan Penelitian di PT. Indoturbine, Populasi Penelitian Penelitian kuantitatif untuk populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan bendabenda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek tersebut. Sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

12 51 populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan Social Situation yang terdiri dari 3 elemen yaitu Place, Actor dan Activity yang berinteraksi secara sinergis. Situasi tersebut dapat di perusahaan, di tempat kerja dan atau suatu proyek pekerjaan tertentu. Karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif maka metode yang digunakan adalah dengan mengambil dari ke dua metode tersebut yaitu populasi untuk tesis ini adalah semua jenis atau macam turbine parts dari berbagai merek dimana peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas dan orang-orang yang ada pada proses pengiriman parts mesin turbinetersebut (Sugiyono, 2009 : 115). Berdasarkan Tabel 4.2. populasi pada penelitian ini adalah semua turbine parts yang mempunyai jumlah keterlambatan pengiriman pada tahun 2011 hingga tahun 2014.

13 52 Tabel 4.2. Populasi Keterlambatan Turbine Part PT. Indoturbine TAHUN PART NUMBER DESKRIPSI CUSTOMER 2011 PN C1 RELAY SOLAR Sumber : Divisi Spareparts Warehouse (2015) JUMLAH KETERLAMBATAN PHE 22 PN C2 PROXIMITOR P HE 15 PN C1 EXTENSION CABLE PHE 18 PN C1 SPARK PLUG CNOOC SES 10 PN C1 RELAY SOLAR TOTAL E&P PN C1 SPARK PLUG PHE 9 PN C1 PN K102B PN V-BAND CLAMP SERVO RELIEF VALVE KIT PRE-POST LUBRICATOR PHE 11 PHE 13 PHE 12 PN REGULATOR PHE 10 PN R92 REPAIR KIT PHE 12 PN REGULATOR Medco Power Indonesia PN REGULATOR PHE PN C1 O-RING PHE 19 PN C1 REGULATOR, DP,0.75 IN PHE 17 PN FGCV PHE 22 PN C PN EXTENSION CABLE Petrochina 10 PN C1 O-RING PLN Medan 9 PN PRESSURE SWITCH SEAL OIL FILTER PHE 11 PHE 12 PN REGULATOR PHE 16 PN C1 GASKET PHE 15 PN C1 EXTENSION CABLE Total E&P 9 PN C1 O-RING PLN Makassar 8 7

14 53 Tabel 4.3. Populasi Kesalahan Turbine Part PT. Indoturbine TAHUN PART NUMBER DESKRIPSI CUSTOMER 2011 PN C1 RELAY SOLAR Sumber : Divisi Spareparts Warehouse (2015) JUMLAH KESALAHAN PHE 8 PN REGULATOR PHE 6 PN C1 EXTENSION CABLE PHE 7 PN C1 SPARK PLUG CNOOC SES 2 PN C1 RELAY SOLAR TOTAL E&P PN C1 SPARK PLUG PHE 5 PN C1 PN K102B PN PN V-BAND CLAMP SERVO RELIEF VALVE KIT PRE-POST LUBRICATOR REGULATOR PHE 5 PHE 6 Medco Power Indonesia Saka Pangkah Indonesia 2013 PN C1 O-RING PHE 6 PN C1 PN C PN REGULATOR, DP,0.75 IN EXTENSION CABLE PHE 5 Petrochina 2 PN C1 O-RING PLN Medan 1 PN PRESSURE SWITCH SEAL OIL FILTER PHE 5 PHE 6 PN REGULATOR PHE 4 PN C1 GASKET PHE 3 PN C1 EXTENSION CABLE Total E&P 3 PN C1 O-RING PLN Makassar Berdasarkan Tabel 4.3 populasi pada penelitian ini adalah semua turbine parts yang mempunyai jumlah kesalahan pengiriman pada tahun 2011 hingga tahun 2014.

15 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh langsung di lapangan. Data primer pada penelitian ini diantaranya berupa data pengiriman material, data ketidaksesuaian material dilapangan, data delivery order material, hasil wawancara dengan divisi terkait dan data primer lainnya. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang sudah diperoleh atau tersedia oleh pihak lain yang berguna untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran pihak lain yang berguna untuk diproses lebih lanjut. Data ini diperoleh melalui dokumentasi, studi kepustakaan dan buku-buku pedoman serta catatan yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan diteliti. Data sekunder pada penelitian ini diantaranya berupa data laporan penerimaan dan pemakaian material, data pelanggan, laporan keuangan perusahaan dan data sekunder lain yang diperlukan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data/informasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

16 55 1. Melakukan Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka ini sering digunakan dalam penelitian yang lebih mendalam tentang masalah yang timbul. Wawancara ini dilakukan terhadap Divisi Customer Service terdiri dari sub divisi operation maintenance dan sub divisi Sparepart, ( Staff Purchasing Order, Sales Order, Supervisor, Sparepart Manager, dan untuk tim Warehouse terdiri dari helper, receiving & delivery staff, QC, Supevisor. Wawancara ini fokus pada masalah keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order dan bagaimana untuk mengatasinya sehingga masalah yang timbul tersebut dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat dan bagian Warehouse dapat menghasilkan output yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Jika dibutuhkan maka pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ideidenya demi untuk mencari solusi yang cepat, tepat dan berkualitas dalam menurunkan keterlambatan delivery parts, menurunkan kesalahan atau ketidaksesuaian material yang diserahkan dengan fisik material di lapangan dan meningkatkan jumlah Delivery Order. Dalam melakukan wawancara peneliti harus mendengarkan secara teliti dan seksama serta mencatat semua yang dikemukakan oleh pemberi informasi (Sugiyono, 2009 :205).

17 56 2. Melakukan Observasi Nonpartisipan Peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti tidak perlu ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan hanya bertindak sebagai pengamat independen. Didalam proses ini peneliti dapat mengamati bagaimana proses penyimpanan, pengecekan dan pengeluaran material serta bagaimana performance dari bagian warehouse (Sugiyono, 2009 : 204). 3. Membuat Dokumentasi Dokumentasi adalah mengambil dan mengumpulkan gambar-gambar, fotofoto atau informasi lain yang penting dari object yang diteliti. Alat yang digunakan adalah kamera, tape recorder dan buku catatan. Dokumentasi ini adalah suatu pendekatan deskriptif dimana data-data yang disajikan dapat berupa gejala-gejala dalam bentuk foto-foto, laporan harian, mingguan dan bulanan, dokumen dan catatan-catatan lapangan saat penelitian dilakukan sehingga pada penelitian ini data diambil dari Existing Problem Warehousing dari Bagian Warehouse PT. Indoturbine (Soenarmo dan Sigit, 2009). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data sekunder. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan-tulisan, gambar-gambar, dan karya-karya monumental dari seseorang. Study dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009 : 374).

18 Teknik Analisa Data Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem metrik untuk menilai kinerja rantai pasok yang terdiri atas 3 level yaitu level 1, level 2, dan level Level 1 Supply Chain Council dalam Bolsstorf (2007 ) menerangkan bahwa analisis level 1 dimulai dengan mendefinisikan tujuan bisnis (business objectives) perusahaan. Hal ini bertujuan agar evaluasi kinerja rantai pasok yang akan dilakukan sejalan dengan strategi korporasi dan fokus pada tujuan utama yang ingin dicapai oleh bisnis ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Warehouse PT. Indoturbine. Adapun tujuan bisnis PT. Indoturbine yaitu untuk memberikan tingkat layanan (level services) terbaik, tanpa adanya kesalahan dan keterlambatan pengiriman parts dan meningkatkan keuntungan ( profit) perusahaan. Tujuan untuk memberikan layanan terbaik dapat dicapai dengan meningkatkan dua indikator diantaranya delivery performance dan responsiveness to customer demand. Sedangkan keuntungan perusahaan dicapai dengan menurunkan nilai dari dua indikator, diantaranya yaitu Supply Chain Cost dan Cash-to-Cash Cycle Time. Langkah selanjutnya yaitu pengukuran metrik-metrik pada SCOR yang disesuaikan dengan tujuan di atas. Metrik-metrik yang diberikan oleh SCOR dapat dilihat pada kolom actual data Tabel 4.4. Untuk tujuan bisnis yang pertama data aktual yang tersedia adalah untuk metric Perfect Order Fulfillment (POF) dan Order Fulfillment Cycle Time (OFCT). Sedangkan tujuan untuk meningkatkan

19 58 profit / keuntungan perusahaan, data yang tersedia adalah untuk metrik Cost of Goods Sold (COGS) dan Cash-to-Cash Cycle Time (C2C). Tabel 4.4. Atribut Kinerja SCOR Model Supply Supply Supply Chain Level 1 Metrics Chain Relia Chain Respon Cost bility siveness Perfect Order Fullfilment X Supply Chain Assets Order Fulfillment Cycle Time X Cost Of Gold Sold X Cash To Cash Cycle Time Sumber : Supply Chain Council, 2006 X Setelah data aktual diperoleh dari keempat metrik tersebut, langkah selanjutnya adalah menentukan posisi data aktual dan menetapkan kinerja target (target performance) untuk masing-masing metrik berdasarkan data benchmark yang diperoleh dari Global Supply Chain Benchmark tahun 2012 untuk industrial equipment yang dikeluarkan oleh Supply Chain Council, sebuah lembaga nonprofit yang independen di Amerika Serikat. Global Supply Chain Benchmark 2012 merupakan hasil kerjasama antara Supply Chain Council dan APQC (American Productivity and Quality Center), sebuah lembaga non-profit yang bergerak dalam bidang benchmarking untuk perusahaan-perusahaan industri tertentu. Dalam benchmark ini digunakan untuk menentukan kinerja target, memberikan gambaran mengenai besarnya GAP antara kinerja perusahaan (Performance GAP) dengan kinerja perusahaan yang menjadi acuan (target)

20 59 dalam data benchmark dan tren kinerja dari tahun ke tahun serta mengarahkan pengembangan rantai pasok (Supply Chain Council, 2006). Benchmark terdiri dari 3 kategori, yaitu superior, advantage, dan parity. Data pada kategori superior diperoleh dari rata-rata nilai dari 10% perusahaanperusahaan dengan nilai terbaik untuk masing-masing metric (persentil 90). Data pada kategori parity diperoleh dari rata-rata nilai perusahaan pada posisi median (rata-rata nilai tengah). Sedangkan data pada kategori advantage merupakan ratarata nilai tengah antara kategori superior dan parity. Konsep ini diberikan oleh Supply Chain Council dalam Bolsstorf (2007 ). Apabila data aktual dari suatu metric berada di posisi superior, artinya kinerja perusahaan berdasarkan metric tersebut sudah dalam posisi terbaik, sehingga tidak perlu lagi dilakukan analisis pada level 2. Namun, bila data aktual berada di posisi advantage, parity, atau di bawah parity, maka harus dilakukan analisis lebih rinci pada level-level selanjutnya. Kinerja target ditetapkan pada setiap metrik, Supply Chain Council menjelaskan ketentuan penetapan tersebut dalam Bolsstorf (2007). Kinerja target pada kategori superior ditetapkan hanya untuk satu atribut yang menjadi fokus perusahaan atau metrik-metrik yang mewakili tujuan bisnis yang utama. Demikian juga dengan kinerja target pada kategori advantage hanya dapat diberikan pada satu atribut yang menjadi fokus berikutnya. Sedangkan kinerja target kategori parity ditetapkan untuk dua atribut lainnya. Definisi dari setiap atribut kinerja dan metrik yang dikelompokkan berdasarkan atribut kinerja dijelaskan dalam tabel 4.5.

21 60 Variabel (Atribut Kinerja) Suppy Chain Reliability Keandalan sistem supply untuk menyediakan produk. Supply Chain Responsiveness Kecepatan sistem supply untuk menyediakan produk. Supply Chain Cost Biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan operasional sistem supply. Supply Chain Assets Management Cost Tingkat efektifitas organisasi dalam mengelola aset untuk mendukung kepuasan permintaan pelanggan. Tabel 4.5. Sistem Metrik Kinerja SCOR Model Indikator (Metrik Kinerja Level 1) Perfect Order Fulfillment (POF) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Cost of Goods Sold (COGS) Cash to Cash Cycle Time (C2C) Definisi Jumlah order yang terkirim ontime dan in full sesuai dengan permintaan pelanggan atau kontrak/komitmen dan kesesuaian dokumen-dokumen PO, invoice serta penerimaan ( receipt) dibagi dengan jumlah total order. Jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima sampai produk diterima pelanggan. Biaya langsung ( direct cost) untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan dapat diartikan Harga Pokok Penjualan. Jumlah hari dibutuhkan untuk menagih invoice, dari saat modal kerja digunakan. Sedangkan gambaran antara data aktual dan data benchmark yang menjadi dasar dari penentuan kinerja target dapat dilihat pada tabel 4.6 Performance Attribute Tabel 4.6. Metrik SCOR Model Level 1 Data Data Benchmark Aktual Superior Level 1 Metrik Data Benchmark Advantage Data Benchmark Parity Supply Chain Reliability POF (%) X X X X Supply Chain OFCT Responsiveness (hari) X X X X Supply Chain COGS Cost (%) X X X X Supply Chain CTCCT Asset (hari) Management X X X X Sumber : Supply Chain Council, 2006

22 61 Proses selanjutnya adalah melakukan gap analysis yang bertujuan untuk menghitung besarnya perbedaan antara kondisi aktual dengan yang ditargetkan. Besarnya perbedaan tersebut menunjukkan besarnya peningkatan pendapatan apabila kinerja ditingkatkan sampai mencapai target (Supply Chain Council dalam Bolsstorf, 2007). Kolom opportunity diisi dengan besarnya peningkatan pendapatan bila kinerja untuk metrik-metrik tersebut ditingkatkan sampai pada posisi yang ditargetkan. Untuk menghitung opportunity dari POF dibutuhkan data nilai total pendapatan dalam setahun ( total revenue) dan persentase laba kotor (gross profit) yang dihasilkan oleh parts mesin turbin (Supply Chain dalam Bolsstorf, 2007). Untuk data keuangan bersifat rahasia, maka dari itu besarnya opportunity akan dihitung dengan menggunakan beberapa pendekatan. Berdasarkan Laporan Tahunan PT. Indoturbine dapat diketahui besarnya laba kotor, total pendapatan dihitung berdasarkan total pengiriman parts mesin turbin selama tahun 2012 dan nilai tengah dari range harga yang diberikan oleh bagian marketing. Requirements Gaps merupakan selisih antara kondisi actual dengan target yang akan dicapai (target mengacu pada Global Supply Chain Benchmark 2012); sedangkan untuk menghitung besarnya opportunity untuk POF, terdapat beberapa metode dalam SCOR Model yang dapat digunakan, diantaranya sebagai berikut : The Lost Opportunity Measure Perhitungan dilakukan atas dasar besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih ( lost) sebelum order-entry karena barang tidak tersedia.

23 62 The Canceled Order Measure Perhitungan dilakukan atas dasar besarnya pendapatan yang tidak dapat diraih ( lost) setelah order-entry yang disebabkan pembatalan pesanan karena kinerja pengiriman kurang baik. The Market Share Measure Metode ini menghitung perkiraan peningkatan pendapatan sebagai dampak dari terciptanya competitive advantage berdasarkan kategori customerfacing metrics. Penelitian ini menggunakan The Lost Opportunity Measeure (Suppl y Chain Council dalam Bolsstorf, 2007) karena dengan metode ini, dapat diketahui besarnya kesempatan yang hilang untuk memperoleh pendapatan tertentu dengan kinerja POF saat ini. Apabila PT. Indoturbine dapat memperbaiki kinerjanya maka akan mengalami peningkatan pendapatan. Cara menghitung opportunity untuk metrik POF dan COGS, akan dibuat tabel seperti Tabel 4.7 Tabel 4.7 Perhitungan Opportunity Untuk POF dengan The Lost Opportunity Parameter Perhitungan Total pendapatan (Pendapatan Turbine parts tahun ) / 3 POF actual (%) Jumlah Turbine parts yang dikirim / jumlah pemesanan customer * 100% POF target (superior) Benchmarking Pendapatan POF aktual (a) Pendapatan POF target (b) Selisih pendapatan POF aktual dengan target Total pendapatan x ((100-POF actual)/100) Total pendapatan x ((100-POF target)/100) a - b Laba kotor (%) POF actual data - POF Superior atau Laporan Keuangan Perusahaan Opportunity Laba kotor x selisih (a dan b) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Hasil perhitungan opportunity untuk POF diperoleh dari perkalian Laba Kotor dengan selisih Selisih pendapatan POF aktual dengan target Untuk metrik

24 63 siklus waktu pemenuhan pesanan ( Order Fulfillment Cycle Time), besarnya opportunity apabila mencapai target sejalan dengan opportunity yang berasal dari POF. Jika siklus waktu pemenuhan pesanan makin rendah, berarti waktu tunggu semakin pendek, yang membuat nilai pemenuhan kebutuhan pelanggan semakin tinggi dan berdampak pada peningkatan pendapatan (Supply Chain Council dalam Bolsstorf, 2007). Opportunity untuk metrik COGS diperoleh dengan menghitung besarnya penurunan COGS bila target tercapai, yang berarti peningkatan laba kotor atau laba operasi ( operating profit) yang akan dihitung dan dicantumkan pada tabel, seperti dijelaskan pada tabel 4.8 Total pendapatan Tabel 4.8 Perhitungan Opportunity Untuk COGS Parameter Perhitungan COGS actual (%) COGS target (advantage) Pendapatan COGS actual (a) Pendapatan COGS target (b) Selisih pendapatan COGS aktual dengan target Laba kotor (%) (Pendapatan Turbine parts tahun ) / 3 Data Produksi (POF Source) Benchmarking Total pendapatan x COGS actual Total pendapatan x COGS target (b) a b COGS Actual data - COGS Superior atau Laporan Keuangan Perusahaan Opportunity Laba kotor x selisih (a dan b) Sumber : Supply Chain Council, 2006 Hasil perhitungan opportunity untuk COGS diperoleh dari data logistik, dan pemasaran yang akan diimplementasikan dalam model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Untuk menghitung besarnya opportunity dari CTCCT dibutuhkan data besarnya biaya bunga per hari yang harus dikeluarkan. Akan tetapi, data ini tidak tersedia sehingga besarnya opportunity tidak dapat ditentukan. Selanjutnya adalah memetakan rantai pasok untuk produk turbine parts seperti gambar 4.2. Pemetaan ini bertujuan untuk melihat gambaran aliran

25 64 material secara jelas, terstruktur, dan menyeluruh yang terdapat dalam rantai pasok perusahaan mulai dari pemasok sampai konsumen akhir. Dengan demikian, karakteristik rantai pasok perusahaan dapat terlihat jelas, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Rantai pasok yang terdapat pada PT. Indoturbine tidak mempunyai proses manufacture karena PT. Indoturbine dalam memenuhi kebutuhan turbine parts pelanggannya langsung membeli produk parts mesin turbin tersebut dari suppliernya dan memasarkannya kepada perusahaanperusahaan yang sudah menjadi pelanggannya dan perusahaan lainnya yang membutuhkan turbine parts tersebut. Parts Supplier End User Parts Supplier QC Warehouse Marketing End User Parts Supplier End User Gambar 4.2 Pemetaan Level 1 SCOR Model Rantai Pasok Turbine Parts Sumber : Supply Chain Council, Level 2 Pada pemetaan level 2 ini akan dipaparkan gambaran rinci dari prosesproses yang ada dalam rantai pasok perusahaan, mulai dari proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas warehouse, dan distribusi sampai parts mesin turbin

26 65 diterima oleh konsumen. Karena PT. Indoturbine tidak melakukan manufacture maka proses yang terjadi pada level 2 ini hanya meliputi plan (tidak termasuk pembuatan barang), source, deliver dan return di PT. Indoturbine. Jenis pemetaan yang akan dilakukan yaitu pemetaan diagram ( thread diagram). Pemetaan ini memperlihatkan aliran material dan informasi dari pemasok sampai konsumen. Diagram ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 Pemetaan Level 2 Rantai Pasok Selain memperlihatkan aliran material dan informasi, pemetaan ini juga digunakan untuk menganalisis aktivitas yang tidak tergabung dengan baik (disconnect analysis) yang berakibat pada kinerja rantai pasok kurang baik. Gambar 4.3 Pemetaan Level 2 Rantai Pasok Sumber : Supply Chain Council, 2006 Tahapan berikutnya yaitu menentukan proses yang menyebabkan POF (Perfect Order Fulfillment) dan OFCT (Order Fulfillment Cycle Time) dari PT. Indoturbine yang kurang baik. Metrik COGS dan C2C tidak dilakukan pengukuran karena dengan menganalisis metrik POF dan OFCT maka secara

27 66 langsung akan berdampak pada perbaikan COGS dan C2C. Pada saat menghitung POF, terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu ketepatan waktu (on time), ketepatan kuantitas ( in full), dan kelengkapan dokumen pendukung serta kondisi barang ( perfect condition). Apabila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka pesanan dari konsumen dapat dikatakan tidak dilayani dengan baik atau sempurna oleh PT. Indoturbine. Berdasarkan data dan wawancara dengan bagian warehouse, maka dapat diketahui penyebab ketidak sempurnaan dalam pemenuhan pesanan konsumen. Untuk itu akan ditelusuri secara bertahap mulai dari hilir ke hulu (proses delivery) yang menyebabkan pemenuhan pesanan tidak tepat waktu dan terdapat kesalahan. Nilai POF diperoleh dengan menghitung jumlah pesanan dari PT. Indoturbine yang dapat dipenuhi oleh pemasok dengan baik berdasarkan ketiga syarat yang telah disebutkan sebelumnya. Nilai OFCT adalah 10 hari yang diperoleh dari hasil wawancara dengan divisi penjualan di PT. Indoturbine. Berdasarkan nilai pemenuhan kebutuhan pelanggan (POF) dan siklus waktu pemenuhan pesanan (OFCT) seperti pada tabel 4.9 dapat diketahui bagaimana kinerja rantai pasok PT. Indoturbine secara keseluruhan dan apa penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen, kemudian dilakukan penelitian level 3. Tabel 4.9. Nilai POF dan OFCT Untuk Proses Source dan Delivery Yang Akan Diperoleh Dari Hasil Wawancara Dengan Divisi Warehouse Metrik Delivery Source Perfect Order Fulfillment (POF) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Sumber : Supply Chain Council, 2006

28 67 Pada proses delivery nilai POF, diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen ketepatan pengiriman barang dalam hal kuantitas yang sesuai dengan permintaan barang dari pelanggan, sedangkan nilai OFCT diperoleh dari rata-rata pengiriman barang sampai di pelanggan sesuai dengan harapan pengiriman pelanggan. Pada proses source nilai POF diperoleh berdasarkan perkiraan atas berapa persen jumlah pesanan turbine parts dari PT. Indoturbine yang dapat dipenuhi oleh pemasok dengan baik berdasarkan ketiga syarat yang telah disepakati yaitu ketepatan waktu (on time), ketepatan kuantitas (in full), dan kelengkapan dokumen pendukung serta kondisi barang ( perfect condition) dan nilai OFCT pada proses source diperoleh dari rata-rata pengiriman barang sampai di PT. Indoturbine sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditetapkan oleh PT. Indoturbine Level 3 Analisis level 3 dilakukan untuk melihat lebih rinci proses deliver atau source, karena penyebab kinerja paling rendah tergantung dari nilai POF dan OFCT dari hasil analisis pada level 2 untuk proses deliver atau source. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan semua aktivitas dalam proses deliver atau source sehingga diperoleh Gambar 4.4 (Proses Delivery Input, Process, Output ). Gambar tersebut memperlihatkan pengelolaan persediaan material (source) di PT. Indoturbine yang terdiri dari input, process, dan output. Hasil yang ingin dicapai dari analisis level 3 adalah mencari penyebab terjadinya masalah dalam proses source. Metode yang digunakan untuk menelusuri akar masalah dalam proses tersebut adalah metode Fishbone Analysis yang berbentuk diagram sebab akibat.

29 Gambar 4.4 Pemetaan Level 3 Rantai Pasok Sumber : Supply Chain Council,

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Tipper Vessel

Gambar 4.1 Tipper Vessel BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Obyek penelitian dalam tulisan ini adalah produk-produk PT. XYZ yang termasuk dalam tipe vessel (bak untuk truk) hasil dari pabriknya yang berlokasi di Cakung, Jakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT: ANALISIS DAN PENERAPAN MENGGUNAKAN REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT: ANALISIS DAN PENERAPAN MENGGUNAKAN REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE SUPPLY CHAIN MANAGEMENT: ANALISIS DAN PENERAPAN MENGGUNAKAN REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE Ahmad H. Sutawijaya dan Eri Marlapa Universitas Mercu Buana dan PT. Alfin Permatajaya sutawijaya_69@hotmail.com

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE TESIS ERI MARLAPA

EVALUASI MANAJEMEN RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE TESIS ERI MARLAPA EVALUASI MANAJEMEN RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. INDOTURBINE TESIS ERI MARLAPA 55113120335 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI Ian Darma Saputra, Haryadi Sarjono Department of Management, School of Business

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) Mutakin, Hubeis Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan 89 Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) Anas Mutakin Alumni

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) Manajemen rantai pasok (supply chain management) merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Sebagai dasar

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) Petunjuk Sitasi: Henny, & Kharisma, A. L. (2017). Analisis Performansi Management Menggunakan Model Operation Reference (SCOR). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H131-136). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM #14 PENGUKURAN KINERJA SCM Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. RIKI FAMILY I.Made Aryantha Anthara Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 81 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia di Bandung. III.2 Metode Penelitian Menurut Yin (1996), bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCM

PENGUKURAN KINERJA SCM PENGUKURAN KINERJA SCM Bahan Kuliah Fakultas : Ekonomi Program Studi : Manajemen Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : EMA 402 Nama Mata Kuliah : Manajemen Rantai Pasokan Materi : #14 Dosen

Lebih terperinci

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

Bab V Pengolahan Data dan Analisis 20 Bab V Pengolahan Data dan Analisis V. Analisis Model Menurut SCOR Versi 9.0, atribut SCOR terdiri atas: Atribut dari sisi pelanggan. Keandalan (Reliability) 2. Ketanggapan (Responsiveness). Ketangkasan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) BAB V ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan pada pengolahan data yang telah diolah. Pada bab ini berisi mengenai analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis desain traceability.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Manajemen Bandung LOGISTICS MANAGEMENT

Sekolah Tinggi Manajemen Bandung LOGISTICS MANAGEMENT LOGISTICS MANAGEMENT SCOPE & INFLUENCE Sekolah Tinggi Manajemen Bandung THE EVOLUTION OF LOGISTICS WORKPLACE LOGISTICS FACILITY LOGISTICS CORPORATE LOGISTICS SUPPLY CHAIN LOGISTICS GLOBAL LOGISTICS 1950

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini dilakukan di supply chain division tvone. TvOne merupakan sebuah televisi swasta nasional dan berproduksi sebagai perusahaan jasa dimana perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ)

EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ) EVALUASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL VERSI 8.0 (Studi Kasus di PT. XYZ) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen JULIANA ROULI 0606147541

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen penting adanya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian manajemen dan fungsi dari manajemen. 2.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

10/17/2013. N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika Istilah (1 dari 5)

10/17/2013. N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika  Istilah (1 dari 5) N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika http://trisaptadi.uajm.ac.id 1 Istilah (1 dari 5) Supply Chain Manajement (SCM) biasa disebut dalam istilah Bahasa Indonesia yaitu: Manajemen Rantai Pasok. SCM

Lebih terperinci

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO

TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO TECHNICAL MEETING PRACTICAL GAME MANAJEMEN LOGISTIK LOGO www.themegallery.com Apa itu Practical Game? LOGO www.themegallery.com Practical Game adalah permainan ditujukan pada pemahaman konsep pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia indusri kemampuan bersaing menjadi suatu tantangan penting yang dihadapi perusahaan manufaktur maupun jasa. Persaingan yang semakin ketat mendorong sebuah

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

Hakikat Rantai Pasokan

Hakikat Rantai Pasokan 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Hakikat Rantai Pasokan 2 Jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail dan chain store telah berkembang pesat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan customer, baik dalam skala internasional, nasional, bahkan lokal. Walmart

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Gramedia Printing berdiri sejak tahun 1972, terletak di Jl. Palmerah Selatan 22-28 Jakarta dengan Nomor

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN BERDASARKAN PROSES INTI PADA SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) (Studi Kasus Pada PT Arthawenasakti Gemilang Malang) PERFORMANCE MEASUREMENT SUPPLY CHAIN BASED ON CORE

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya datang dari dalam tetapi datang juga

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA Nama : Hidayatunnisa NPM : 40209855 Jurusan : Akuntansi Komputer Pembimbing: Toto Sugiharto, MSC., PhD. Latar Belakang Masalah Delivery order

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap Supply Chain dalam industri makanan dan minuman dengan menggunakan Supply Chain Operations Reference (SCOR) berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Isu Konseptual Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan layanan purna jual dalam rangka meningkatkan penjualan. Nilai dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK DAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KELOMPOK WANITA TANI MELATI DI DESA TRIBUDISYUKUR KECAMATAN KEBUN TEBU LAMPUNG BARAT (Supply Chain Performance Analysis and Value Added Analysis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii iii iv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API)

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API) PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API) Puji Rahayu 1), Lien Herliani Kusumah 2) 1),2) Program Studi Magister Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi.

Keywords ; supply chain management system, distribution system, manajemen mata rantai suplai, tracking items, mata rantai distribusi. Abstract Secara internal sistem yang dipergunakan oleh PT Kian Ho Indonesia adalah sistem pembukuan ( akuntansi ) Accurate versi 4.03 yang merupakan salah satu produk software yang dibangun oleh CPSoft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dalam bentuk apapun akan berorientasi pada pencarian laba yang maksimal dengan modal yang tersedia. Dengan demikian perusahaan akan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. ETB adalah salah satu perusahaan multi nasional (MNC) yang berlokasi di Pulau Batam. Perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur elektronik dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL 9.0 (STUDI KASUS DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk) Oleh

PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL 9.0 (STUDI KASUS DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk) Oleh PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL 9.0 (STUDI KASUS DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk) Oleh ANAS MUTAKIN H24060161 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN Dira Ernawati Teknik Industri, FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dari managemen Supply Chain adalah untuk meminimalkan biaya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah analisis

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah analisis BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek penelitian adalah menjelaskan tentang apa dan siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan (Husein Umar,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl.

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak di Jl. BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan PT. Prima Rezeki Pertiwi adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang produksi genteng metal dan batu bata. Dengan pabrik yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR DENGAN MODEL PERFORMANCE OF AKTIVITY ( POA ) DAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE ( SCOR ) Sidarto Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Logistik Perusahaan Garment Pada umumnya proses bisnis manufakturing garment dikelola sendiri oleh perusahaan, dari proses perencanaan produksi, operasi di pabrik,

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

Logistic Cost and Service

Logistic Cost and Service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logistik merupakan sebuah benua besar yang belum di jelajahi dari bisnis (Drucker, 1962). Kebanyakan dari perusahaan dan akademisi sekarang memiliki beberapa departemen

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Mahkotadewa Indonesia adalah salah satu perusahaan yang memproduksi obat tradisional yang terbuat dari herbal di Indonesia.Usaha ini berawal dari Kelompok

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing JOB COSTING METODE PRODUKSI DAN SISTEM AKUNTANSI Accounting System Job Costing Operation Costing Process Costing Type of Production Contraction Clothing Oil refinery Movie Studios Automobiles Paper Hospitals

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi MOTTO... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR

Lebih terperinci