BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen penting adanya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian manajemen dan fungsi dari manajemen Pengertian Manajemen Griffin (2011:5) menyatakan bahwa manajemen merupakan seperangkat aktivitas yang terdiri dari perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang mengarah pada sumber daya organisasi, bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efisien dan efektif. Menurut Robbins dan Coulter (2012:36), manajemen meliputi koordinasi dan pengawasan terhadap aktivitas pekerjaan orang lain sehingga aktivitas tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Amirullah (2015:5) berpendapat bahwa manajemen mengacu pada upaya-upaya dalam mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif melalui penerapan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif Fungsi Manajemen Manajemen terdiri dari empat fungsi, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan adalah fungsi dari manajemen yang mana seorang manajer menetapkan tujuan, membangun strategi dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan aktivitas. Pengaturan adalah fungsi manajemen yang melibatkan penataan dan pengaturan pekerjaan untuk memenuhi tujuan organisasi. Pengarahan adalah fungsi manajemen yang melibatkan interaksi dengan orang lain seperti memotivasi dan memimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Pengendalian 11

2 12 adalah fungsi manajemen yang meliputi pengawasan, penilaian dan pemeriksaan kinerja (Robbins dan Coulter, 2012:36). 2.2 Manajemen Operasi Heizer dan Render (2014:40) menyatakan manajemen operasi adalah aktivitas dari menciptakan barang atau jasa melalui perubahan input menjadi output. Stevenson dan Chuong (2014:4) berpendapat bahwa manajemen operasi merupakan manajemen yang bertanggung jawab untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. Menurut Rusdiana (2014:19), manajemen operasi merupakan serangkaian proses dalam menciptakan barang, jasa atau kegiatan yang mengubah bentuk dengan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manajemen operasi terdiri beberapa komponen pembentuk, yaitu : 1) Aktivitas Manajemen Manajemen merupakan siklus kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan perbaikan. 2) Konsep IPO Input-Proses-Output (IPO) adalah inti dari aktivitas manajemen di mana setiap proses memiliki input dan output. Input adalah material, bahan baku, komponen, bahan bakar, uang, tenaga kerja, jam orang, waktu atau sumber daya lainnya. Output dapat berupa hasil dari proses yang dicirikan dengan adanya nilai tambah dari input yang diterima. Proses dapat dikatakan baik jika mampu memberi nilai tambah pada input yang diterima. 3) Indikator Proses Indikator proses diturunkan dari tipikal kebutuhan industri, yaitu sebagai berikut : a) Quality adalah kualitas di mana upaya membuat produk dengan lebih baik dari kondisi sebelumnya atau lebih baik dalam pemenuhan spesifikasi. b) Cost diartikan sebagai ukuran biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu proses. Suatu proses akan lebih baik apabila memerlukan biaya lebih murah dengan output yang sama.

3 13 c) Delivery/responsif, diterjemahkan sebagai kecepatan perusahaan dalam mengantarkan barang atau jasanya kepada pelanggan. Suatu proses akan semakin baik jika dapat dilakukan dengan lebih cepat, termasuk ke dalam pengertian responsif yaitu fleksibilitas perusahaan dalam membuat barang dan jasa yang dibutuhkan pelanggan. d) Safety, yaitu tingkat keamanan dan keselamatan kerja bagi karyawan dan diperluas hingga keamanan dampak proses bagi lingkungan. 4) Efisiensi dan Efektifitas Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin sedikit penggunaan sumber daya, suatu proses dikatakan semakin efisien. Sedangkan efektivitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau tujuan proses. Semakin tinggi target atau tujuan proses yang dicapai, maka proses tersebut akan semakin efektif. Jadi, dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan proses menciptakan barang atau jasa dari input menjadi output untuk memenuhi kebutuhan manusia secara efisien dan efektif. 2.3 Rantai Pasokan Pengertian Rantai Pasokan Schroeder (2007:189) menyatakan bahwa rantai pasokan merupakan rangkaian proses dan informasi bisnis yang meyediakan produk atau jasa dari pemasok melalui pabrik dan distribusi kepada pelanggan akhir. Stevenson dan Chuong (2014:130) berpendapat bahwa rantai pasokan adalah urutan fasilitas, fungsi dan aktivitas yang terlibat dalam produksi dan pengiriman suatu produk atau jasa. Sebuah rantai pasokan terdiri dari semua pihak yang terlibat untuk memenuhi permintaan pelanggan baik secara langsung atau tidak langsung. Rantai pasokan tidak hanya terdiri dari produsen dan pemasok, tetapi juga pengangkutan, pergudangan, pengecer dan pelanggan itu sendiri. (Chopra dan Meindl, 2013:13). Jadi, dapat disimpulkan bahwa rantai pasokan adalah rangkaian aktivitas dari produk atau jasa yang dihasilkan hingga produk atau jasa tersebut sampai ke pelanggan akhir.

4 Pengertian Manajemen Rantai Pasokan Agami, Saleh dan Rasmi (2012:1) berpendapat bahwa manajemen rantai pasokan merupakan sebuah filosofi bisnis yang efektif yang telah memperoleh sejumlah besar perhatian dari akademisi, konsultan, praktisi dan manajer bisnis dalam beberapa tahun terakhir untuk membantu perusahaan bertahan hidup di bawah tekanan terus-menerus dan mencapai tujuan umum dari peningkatan kepuasan pelanggan. Manajemen rantai pasokan terutama berkaitan dengan koordinasi aliran output proses bisnis dari salah satu pelaku ke input dari proses pelaku lain yang mana aliran utama antara proses bisnis rantai pasokan adalah produk, pesanan, permintaan dan informasi pasokan (Georgise, Thoben dan Seifert, 2014:12). Menurut Schroeder (2007:189), manajemen rantai pasokan mengacu pada perencanaan, perancangan dan pengendalian dari aliran informasi dan material sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi keperluan pelanggan dengan cara yang efisien sekarang dan yang akan datang. Manajemen rantai pasokan adalah keseluruhan aktivitas rantai pasokan, dimulai dari bahan mentah dan berakhir dengan kepuasan pelanggan yang mana rantai pasokan tersebut terdiri dari pemasok, manufaktur dan/atau penyedia jasa; dan distributor, wholesaler, dan/atau pengecer yang mengirimkan produk dan/atau jasa kepada pelanggan akhir (Heizer dan Render, 2014:468). Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen rantai pasokan merupakan koordinasi dari seluruh aktivitas rantai pasokan untuk memenuhi kepuasan pelanggan Tujuan Manajemen Rantai Pasokan Pujawan dan Mahendrawathi (2010:31) menyatakan bahwa tujuan manajemen rantai pasokan adalah harus menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi untuk bertahan dalam persaingan pasar. Tujuan dari setiap rantai pasokan harus untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan yang mana nilai tersebut dikenal sebagai kelebihan rantai pasokan yang menghasilkan perbedaan antara nilai produk akhir kepada pelanggan dan biaya yang ditimbulkan dalam rantai pasokan untuk memenuhi permintaan pelanggan (Chopra dan Meindl, 2013:15).

5 Manfaat Manajemen Rantai Pasokan Stevenson dan Chuong (2014:137) menyatakan manajemen rantai pasokan memberikan strategi dan metode untuk mengintegrasikan organisasiorganisasi terpisah dalam rantai pasokan dan fungsi mereka menjadi sebuah sistem operasi yang terpadu. Manfaat dari manajemen rantai pasokan yang efektif umumnya meliputi persediaan yang lebih rendah, biaya yang lebih rendah, produktivitas yang lebih tinggi, kelincahan yang lebih besar, waktu tunggu yang lebih pendek, laba yang lebih tinggi, dan kesetiaan pelanggan yang lebih besar Elemen-elemen Manajemen Rantai Pasokan berikut: Elemen-elemen kunci dari manajemen rantai pasokan adalah sebagai Tabel 2.1 Elemen-elemen Manajemen Rantai Pasokan Elemen Isu Tipikal Menentukan produk dan/atau jasa apakah Pelanggan yang diinginkan pelanggan. Meramalkan kuantitas dan waktu permintaan Peramalan pelanggan. Menggabungkan pelanggan, keinginan, Desain kemampuan manufaktur, dan waktu ke pasar. Perencanaan kapasitas Menyesuaikan pasokan dengan permintaan. Pemrosesan Mengendalikan mutu, menjadwalkan kerja. Memenuhi persyaratan permintaan sambil Persediaan mengelola biaya penyimpanan persediaan. Mengevaluasi pemasok potensial, Pembelian mendukung kebutuhan operasi pada barang dan jasa yang dibeli. Memantau kualitas pemasok, ketepatan Pemasok waktu pengiriman, dan fleksibilitas; mempertahankan hubungan pemasok. Lokasi Menentukan lokasi fasilitas. Memutuskan cara terbaik untuk Logistik memindahkan informasi dan material. Sumber : Stevenson dan Chuong (2014:138)

6 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan Pujawan dan Mahendrawathi (2010:9) menyatakan klasifikasi dari kegiatan manajemen rantai pasokan adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan merancang produk baru (pengembangan produk) 2) Kegiatan mendapatkan bahan baku (pengadaan, pembelian atau pasokan) 3) Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (perencanaan dan pengendalian) 4) Kegiatan melakukan produksi 5) Kegiatan melakukan pengiriman atau distribusi 6) Kegiatan pengembalian produk Tabel 2.2 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan Bagian Pengembangan Produk Cakupan Kegiatan Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru. Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memantau rantai resiko pasokan, membina dan memelihara hubungan baik dengan pemasok Perencanaan dan Pengendalian Produksi Distribusi Perencanaan permintaan, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan Eksekusi produksi, pengendalian kualitas Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memantau tingkat layanan di setiap pusat distribusi. Sumber: Pujawan dan Mahendrawathi (2010:10)

7 Kegiatan-kegiatan Manajemen Rantai Pasokan Pujawan dan Mahendrawathi (2010:17) menyatakan bahwa kegiatan dari manajemen rantai pasokan terbagi menjadi dua, yaitu: 1) Kegiatan Mediasi Pasar Kegiatan mediasi pasar bertujuan untuk mencari titik temu antara apa yang diinginkan oleh pelanggan dengan produk perusahaan. Kegiatan tersebut meliputi riset pasar, pengembangan produk, penetapan harga diskon dan pelayanan purna jual. 2) Kegiatan Fisik Kegiatan fisik merupakan kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk dan mengirimkannya sampai ke tangan pelanggan. Kegiatan tersebut meliputi mencari bahan baku, produksi, penyimpanan produk, distribusi atau transportasi dan pengembalian produk Arus Material dan Informasi dalam Manajemen Rantai Pasokan Menurut Pujawawan dan Mahendrawathi (2010:5), terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola dalam rantai pasokan, yaitu: 1) Aliran produk yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). 2) Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. 3) Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Gambar 2.1 menunjukkan ilustrasi konseptual mengenai sebuah rantai pasokan: Gambar 2.1 Simplifikasi Model Rantai Pasokan dan Aliran yang dikelola Sumber: Pujawan dan Mahendrawathi (2010:5)

8 Mencapai Kesesuaian Strategis Chopra dan Meindl (2014:34) menyatakan bahwa sebuah perusahaan harus memastikan bahwa kapabilitas rantai pasokannya mendukung kemampuan untuk memnuhi kebutuhan segmen pelanggan yang ditargetkan. Terdapat tiga langkah dalam mencapai kesesuaian strategis, yaitu: 1) Langkah 1 : Memahami ketidakpastian pelanggan dan rantai pasokan. Perusahaan harus memahami kebutuhan pelanggan untuk setiap segmen yang ditargetkan dan ketidakpastian yang mana kebutuhan tersebut membantu perusahaan menetapkan biaya dan layanan yang diinginkan. Ketidakpastian rantai pasokan membantu perusahaan mengetahui tingkat permintaan yang tidak bisa diperkirakan, gangguan dan penundaan rantai pasokan harus dipersiapkan. 2) Langkah 2 : Memahami kapabilitas rantai pasokan. Masing-masing dari banyaknya jenis rantai pasokan dirancang untuk menjalankan tugas-tugas yang berbeda dengan baik. 3) Langkah 3 : Mencapai kesesuaian strategis. Jika terdapat ketidaksesuaian antara rantai pasokan dengan kebutuhan pelanggan, perusahaan perlu untuk menata ulang rantai pasokannya untuk mendukung strategi persaingan atau mengubah strategi persaingannya Penggerak Manajemen Rantai Pasokan Penggerak dalam manajemen rantai pasokan terdiri dari empat komponen utama, yaitu sebagai berikut (Chopra dan Meindl, 2013:53): 1) Facilities, adalah lokasi-lokasi aktual dalam jaringan rantai pasokan di mana produk disimpan, dirakit atau dibuat. Terdapat dua jenis utama dari fasilitas ini, yaitu fasilitas produksi dan fasilitas penyimpanan. Keputusan dalam menentukan berdampak signifikan terhadap kinerja rantai pasokan. Terdapat tiga komponen keputusan facilities, yaitu: a) Role, perusahaan harus memutuskan apakah fasilitas produksi akan fleksibel, khusus atau kombinasi dari keduanya. Kapasitas fleksibel dapat digunakan untuk banyak jenis produk tetapi kurang efisien sedangkan kapasitas khusus dapat digunakan hanya untuk beberapa produk namun hal tersebut lebih efisien.

9 19 b) Location, penentuan lokasi akan berpengaruh besar terhadap kinerja rantai pasokan. Perusahaan harus mempertimbangkan isu dan karakteristik dari tempat dimana fasilitas itu didirikan. c) Capacity, perusahaan harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimilikinya. Kapasitas dalam jumlah besar akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya. 2) Inventory, mencakup semua kebutuhan produksi yang dapat berupa bahan baku atau barang jadi di dalam sebuah rantai pasokan. Komponen dari inventory adalah sebagai berikut: a) Cycle inventory, yaitu jumlah rata-rata dari persediaan yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Hal ini tergantung dari strategi rantai pasokan apa yang diterapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. b) Safety inventory, yaitu persediaan yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. c) Seasonal inventory, yaitu persediaan yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. 3) Transportation, transportasi diperlukan untuk memindahkan persediaan dari satu titik ke titik lainnya dalam rantai pasokan. Terdapat beberapa komponen utama dalam keputusan transportasi, yaitu: a) Rancangan dari jaringan transportasi b) Pemilihan moda transportasi 4) Information, terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan persediaan, transportasi, fasilitas dan pelanggan dalam keseluruhan rantai pasokan. Informasi menyajikan kesempatan kepada pihak pengelola untuk membuat rantai pasokan lenih responsif dan efisien yang merupakan penggerak terbesar dari kinerja rantai pasokan. Komponen dari keputusan mengenai informasi yaitu: a) Push versus Pull. Sistem push dimulai dari peramalan yang digunakan untuk membangun master production schedule, membuat jadwal untuk para pemasok dengan jenis-jenis, kuantitas dan tanggal pengiriman. Sistem pull membutuhkan informasi

10 20 pada permintaan aktual yang disampaikan secara cepat melalui keseluruhan rantai sehingga produksi dan distribusi dari produk dapat menunjukkan permintaan aktual secara akurat. b) Coordinating and information sharing. Koordinasi rantai pasokan terjadi ketika semua tahap dalam rantai pasokan bekerja untuk memaksimalkan keuntungan total berdasarkan informasi yang dibagikan. c) Sales and operations planning. S&OP adalah proses menciptakan seluruh rantai pasokan (produksi dan persediaan) untuk memenuhi tingkat permintaan yang diperkirakan. d) Enabling technologies. Untuk menciptakan komunikasi yang terintegrasi dalam rantai pasokan, maka terdapat beberapa teknologi yang digunakan, seperti Electronic Data Interchange (EDI), Internet, Enterprise Resource Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM) Software dan Radio Frequency Identification (RFID). 5) Sourcing, yaitu pilihan dari siapa yang akan melakukan aktivitas rantai pasokan seperti produksi, pergudangan, transportasi atau manajemen informasi. Komponen-komponen utama dalam keputusan sourcing, yaitu: a) In-house or outsource. Keputusan ini menentukan apakah perusahaan akan melakukan pekerjaan in-house atau outsource kepada pihak ketiga. b) Supplier selection. Seorang manajer harus memutuskan jumlah dari pemasok untuk aktivitas khusus dan mengidentifikasi pemasok mana yang akan dievaluasi dan bagaimana akan dipilih. c) Procurement. Procurement adalah proses memperoleh barang dan jasa dalam rantai pasokan. Manajer harus menyusun pengadaan dengan tujuan untuk meningkatkan surplus rantai pasokan. 6) Pricing, yaitu memperhitungkan perusahaan seberapa banyak mengenakan biaya untuk barang dan jasa yang tersedia dalam rantai pasokan. Komponen-komponen utama dalam keputusan pricing, yaitu: a) Pricing and economies of scale. Penyedia aktivitas rantai pasokan harus memutuskan bagaimana menetapkan harga secara khusus untuk mencerminkan skala ekonomi yang terjadi.

11 21 b) Everyday low pricing versus high-low pricing. Everyday low pricing berarti menetapkan harga stabil dari waktu ke waktu sedangkan high-low pricing adalah strategi di puncak minggu diskon dan seringkali diikuti dengan penurunan permintaan yang tajam selama minggu selanjutnya. c) Fixed price versus menu pricing. Perusahaan harus memutuskan untuk mengenakan biaya tetap untuk aktivitas rantai pasokannya atau memiliki daftar dengan harga-harga yang beragam dengan beberapa atribut lain seperti waktu tanggapan atau lokasi pengiriman Tantangan dalam Mengelola Rantai Pasokan Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010:19), terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola rantai pasokan, yaitu: 1) Kompleksitas struktur rantai pasokan. Suatu rantai pasokan biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di dalam maupun luar perusahaan yang memiliki kepentingan berbedabeda bahkan bertentangan satu sama lain. Kompleksitas rantai pasokan juga dipengaruhi oleh perbedaan zona waktu, bahasa dan budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. 2) Ketidakpastian. Berdasarkan sumbernya, terdapat tiga klasifikasi utama ketidakpastian pada rantai pasokan, yaitu ketidakpastian permintaan, ketidakpastian dari pemasok dan ketidakpastian internal Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Najmi, Gholamian dan Makui (2013:95) berpendapat bahwa pengukuran kinerja rantai pasokan sebagai alat dan cara manajemen yang penting untuk mencapai keberhasilan. Pengukuran kinerja memungkinkan rantai pasokan untuk mengelola secara strategis dan mengendalikan tujuan yang sedang dicapai secara terus menerus. Hal ini menyediakan bantuan yang diperlukan untuk peningkatan kinerja dalam mencapai keunggulan rantai pasokan.

12 22 Salah satu aspek dasar dalam manajemen rantai pasokan yaitu manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara keseluruhan. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk: 1) Melakukan pemantauan dan pengendalian 2) Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi rantai pasokan 3) Mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai 4) Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010:95). 2.4 SCOR Model Pengertian SCOR Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model disahkan oleh Supply Chain Council (SCC). SCC yang terbentuk tahun 1996 adalah asosiasi non-profit internasional dan independen dengan keanggotaan terbuka bagi semua perusahaan atau organisasi. SCC membangun dan memelihara kerangka kerja yang paling luas diterima di dunia untuk mengevaluasi dan membandingkan aktivitas-aktivitas rantai pasokan dan kinerjanya yang dinamakan SCOR Model. SCOR Model memungkinkan perusahaan untuk menentukan secara cepat dan membandingkan kinerja rantai pasokan dan operasional lainnya dalam organisasi mereka serta terhadap organisasi lain (SCC, 2010:1). Menurut Paul (2014:xii), model SCOR merupakan sebuah bahasa rantai pasokan yang dapat digunakan dalam berbagai situasi untuk merancang, mendeskripsikan, menyusun dan menyusun ulang berbagai jenis aktivitas komersial atau bisnis. Penerapan SCOR dalam batas-batas tertentu cukup fleksibel dan dapat disesuaikan untuk meningkatkan produktivitas demi memenuhi kebutuhan konsumen. SCOR Model mendefinisikan rantai pasokan terdiri dari lima proses utama yang terintegrasi, yaitu Plan, Source, Make, Deliver dan Return. Kinerja dari sebagian besar proses-proses diukur dari lima perspektif, yaitu Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost dan Asset (Agami, Saleh dan

13 23 Rasmi, 2012:6). Erkan dan Bac (2011:381) menyatakan SCOR Model adalah alat manajemen yang digunakan untuk menangani, meningkatkan, dan mengkomunikasikan keputusan manajemen rantai pasokan dalam perusahaan dan dengan pemasok serta pelanggan. SCOR Model menyediakan sebuah gambaran standar dari prosesproses rantai pasokan, metrik kinerja, praktek terbaik dan teknologi yang memungkinkan untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan (Georgise, Thoben dan Seifert, 2012:2). Jadi, dapat disimpulkan bahwa SCOR Model merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasokan dengan melihat pada proses-proses bisnis yang ada Objektif SCOR Model Model SCOR berperan sebagai basis dalam memahami cara mengoperasikan rantai pasokan, mengidentifikasi semua pihak yang terkait, serta menganalisis kinerja rantai pasokan. Model ini juga berperan sebagai basis bagi proyek perbaikan manajemen rantai pasokan, dengan cara: 1) Mengidentifikasi proses-proses dalam bahasa yang dapat dikomunikasikan ke seluruh elemen organisasi dan fungsional. 2) Menggunakan terminologi dan notasi standar. 3) Menghubungkan berbagai aktivitas dengan ukuran/ metrik yang tepat. SCOR mencakup setidaknya empat bidang, yaitu: 1) Interaksi antara seluruh pemasok dan konsumen, mulai dari penerimaan pesanan hingga pembayaran tagihan. 2) Seluruh transaksi material fisik, dari pihak pemasok hingga konsumen pihak pelanggan, termasuk peralatan, bahan-bahan pendukung, suku cadang, produk curah (bulk), perangkat lunak. 3) Seluruh transaksi pasar, dari pemahaman akan permintaan agregat hingga pemenuhan setiap pesanan. 4) Proses pengembalian.

14 24 SCOR terstruktur ke dalam lima proses manajemen berbeda : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return dari pemasoknya pemasok hingga konsumen pihak pelanggan. Pendekatan dalam membangun SCOR terdiri atas Proses, Praktek, Kinerja dan Keterampilan Orang atau SDM (Paul, 2014: xv). Gambar 2.2 Struktur SCOR Sumber : SCC (2010:6) Berdasarkan Supply Chain Operations Reference (SCOR) model versi 10.0, model referensi proses SCOR mengandung komponen sebagai berikut (SCC, 2010:6): 1) Performance Metric adalah standar metrik untuk mengukur kinerja proses. 2) Processes adalah standar deskripsi pada proses manajemen dan kerangka hubungan proses. 3) Practices adalah praktek manajemen yang menghasilkan kinerja terbaik di kelasnya. 4) People adalah persyaratan pelatihan dan keterampilan yang sesuai dengan proses, praktek terbaik dan metrik Tahap Pemetaan dalam SCOR Model Pemetaan Level 1 SCOR didasarkan pada lima proses manajemen level 1 yang terdiri dari Plan (P), Source (S), Make (M), Deliver (D), dan Return

15 25 (R). Proses Plan menggambarkan aktivitas perencanaan yang berhubungan dengan kegiatan operasional rantai pasokan. Proses Source menggambarkan pemesanan atau penjadwalan dan penerimaan barang dan jasa. Proses Make menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan pengubahan material atau pembuatan isi dari jasa. Proses Deliver menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan pembuatan, pemeliharaan dan pemenuhan pemesanan pelanggan. Proses Return menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan arus balik barang dari pelanggan (SCC, 2010:12). Paul (2014:129) menyatakan metrik level 1 mendefinisikan lima atribut kinerja model SCOR (Reliability, Responsiveness, Flexibility, Costs dan Assets). Tiga atribut bersifat eksternal dan menunjukkan perspektif dari kinerja rantai pasokan eksternal. Dua atribut bersifat internal dan mewakili organisasi internal perusahaan. Kartu SCOR terdiri dari beberapa metrik kinerja. Setiap metrik terhubung dengan atribut kinerja rantai pasokan. Kartu SCOR generik untuk pengukuran kinerja rantai pasokan dan tolok banding ditampilkan sebagai berikut : Metrik Kinerja Level 1 Tabel 2.3 Kartu SCOR Atribut Kinerja Eksternal Internal Reliability Responsiveness Flexibility Cost Asset Perfect Order Fulfillment (POF) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Upside Supply Chain Flexibility (USCF) Upside Supply Chain Adaptability (USCA) Downside Supply Chain Adaptability (DSCA) Total Cost to Serve (TCTS) Cash to Cash Cycle Time (CTCCT) Return on Fixed Assets (ROF) Return on Working Capital (ROW) Sumber: Paul (2014:130)

16 26 Definisi dari setiap metrik kinerja level 1 dikelompokkan berdasarkan atribut kinerja sebagai berikut: Supply Chain Reliability Tabel 2.4 Sistem Metrik Kinerja SCOR Model Atribut Kinerja Definisi Atribut Kinerja Metrik Level 1 Kinerja rantai pasokan dalam mengirimkan produk yang tepat, ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dalam kondisi dan kemasan Perfect Order Fulfillment yang tepat, dalam jumlah (POF) yang tepat dengan dokumentasi yang tepat, kepada konsumen yang tepat. Supply Chain Responsiveness Supply Chain Flexibility Kecepatan rantai pasokan n dalam menyediakan produk bagi konsumen. Ketangkasan rantai pasokan dalam menanggapi perubahan pasar demi mendapatkan atau mempertahankan daya saing. Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) Upside Supply Chain Flexibility (USCF) Upside Supply Chain Adaptability (USCA) Downside Supply Chain Adaptability (DSCA) Supply Chain Costs Biaya-biaya terkait pengoperasian rantai pasokan. Total Cost to Serve (TCTS) Supply Chain Asset Management Cost Sumber: Paul (2014:113) Efektivitas suatu organisasi dalam manajemen aset untuk mendukung pemenuhan permintaan. Mencakup manajemen semua aset: modal tetap dan modal kerja. Cash-to-cash cycle time (CTCCT) Return on Supply Chain Fixed Assets (ROF) Return on Working Capital (ROW) Indikator dari atribut kinerja tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perfect Order Fulfillment (POF) POF adalah persentase pesanan yang memenui kinerja pengiriman dengan dokumentasi yang utuh, akurat dan tanpa kerusakan pengiriman. Perhitungan :[Jumlah pesanan yang sempurna] x 100% /[Jumlah pesanan total]

17 27 2) Order Fulfillment Cycle Time (OFCT) OFCT adalah waktu siklus aktual rata-rata yang secara konsisten diterima untuk memenuhi pesanan konsumen. Waktu siklus dimulai dari penerimaan pesanan dan berakhir saat konsumen menerima pesanan untuk setiap pesanan. 3) Upside Supply Chain Flexibility (USCF) USCF adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana secara berkelanjutan sebanyak 20% dari jumlah produk yang dikirim. 4) Upside Supply Chain Adaptability (USCA) USCA adalah peningkatan maksimal persentase jumlah produk yang dikirim secara berkelanjutan yang dapat dicapai dalam 30 hari. 5) Downside Supply Chain Adaptability (DSCA) DSCA adalah pengurangan kuantitas pesanan berkelanjutan 30 hari sebelum pengiriman tanpa menimbulkan sediaan atau penalti biaya. 6) Total Cost to Serve (TCTS) TCTS adalah jumlah biaya rantai pasokan untuk mengirimkan produk dan jasa ke konsumen. Dikarenakan perusahaan hanya dapat memberikan data Cost of Good Sold (COGS) atau harga pokok penjualan, maka perhitungan metrik menggunakan data COGS. Perhitungan : (Biaya administrasi + Biaya tenaga kerja + Biaya tidak langsung) / Total pendapatan x 100% 7) Cash-to-cash Cycle Time (CTCCT) CTCCT adalah waktu yang dibutuhkan bagi sebuah investasi untuk mengalir kembali ke perusahaan setelah dibelanjakan untuk bahan baku. Perhitungan : Inventory days of supply + Average days of account receivable Average days of account payable

18 28 8) Return on Supply Chain Fixed Assets (ROF) ROF adalah besarnya investasi relatif terhadap posisi modal kerja perusahaan versus penghasilan yang dihasilkan oleh sebuah rantai pasokan. 9) Return on Working Capital (ROW) ROW adalah besarnya investasi relatif terhadap posisi modal kerja perusahaan versus penghasilan yang dihasilkan oleh sebuah rantai pasokan. Tabel 2.5 Atribut Kinerja SCOR Model Atribut Kinerja Metrik Data Data Benchmark Level 1 Aktual Superior Advantage Parity Supply Chain Reliability POF % % % % Supply Chain Responsiveness OFCT Hari Hari Hari Hari USCF Hari Hari Hari Hari Supply Chain Flexibility USCA % % % % DSCA % % % % Supply Chain Cost TCTS % % % % CTCCT Hari Hari Hari Hari Supply Chain Asset Management ROF % % % % ROW % % % % Sumber : Paul (2014:148) Data benchmark terdiri dari 3 kategori, yaitu superior, advantage dan parity. Data pada kategori superior diperoleh dari ratarata nilai dari perusahaan-perusahaan dengan nilai terbaik untuk masing-masing metrik. Data pada kategori parity diperoleh dari ratarata nilai perusahaan pada posisi median. Sedangkan data pada kategori advantage merupakan rata-rata nilai tengah antara kategori superior dan parity (Bolstorff dan Rosenbaum, 2007:61). Apabila data aktual dari suatu metrik berada di posisi superior, artinya kinerja perusahaan berdasarkan metrik tersebut sudah dalam posisi terbaik sehingga tidak perlu lagi dilakukan analisis pada level 2. Namun, bila data aktual berada di posisi advantage, parity atau di bawah parity, maka harus dilakukan analisis lebih rinci pada levellevel selanjutnya. Kinerja target pada kategori superior ditetapkan hanya untuk satu atribut yang menjadi fokus perusahaan atau metrik-

19 29 metrik yang mewakili tujuan bisnis yang utama. Demikian juga dengan kinerja target pada posisi advantage hanya dapat diberikan pada satu atribut yang menjadi fokus berikutnya. Sedangkan, kinerja target kategori parity ditetapkan untuk dua atribut lainnya (Bolstorff dan Rosenbaum, 2007:71) Pemetaan Level 2 SCC (2010:13) menyatakan metrik level 2 berfungsi sebagai diagnosa untuk metrik level 1. Hubungan diagnosa tersebut membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab atau penyebab kesenjangan kinerja untuk metrik level 1. Level ini membedakan strategi dari proses level 1. Level 2 ini mengolah perusahaan sendiri maupun posisi mereka dalam rantai pasokan yang menentukan strategi rantai pasokan. SCC menyatakan terdapat tiga jenis proses dalam level 2, yaitu planning, execution dan enable. Berikut adalah penjelasan dari ketiga proses tersebut: a) Planning, yaitu proses yang menyesuaikan sumber daya yang diharapkan untuk memenuhi permintaan. Proses ini memiliki beberapa ciri, seperti menyeimbangkan agregat permintaan dan penawaran, umumnya terjadi teratur secara periodik, mempertimbangkan horizon perencanaan yang konsisten dan dapat berkontribusi untuk waktu tanggapan rantai pasokan. b) Execution, yaitu proses yang dipicu oleh permintaan aktual atau direncanakan yang mengubah keadaan dari barang material. Proses ini umumnya terdiri dari penjadwalan, transformasi produk, dan/atau memindahkan produk ke proses selanjutnya. c) Enable, yaitu proses yang menyiapkan, memelihara atau mengelola informasi atau hubungan yang mengandalkan pada proses perencanaan dan eksekusi. Pada level 2, model membedakan antara produk make-to-stock (MTS), produk make-to-order (MTO), dan produk Engineered-toorder (ETO). Setiap proses level 1 dibagi menjadi subkategori tergantung pada produknya. Make process (sm) misalnya dibagi menjadi Make-to-stock (sm1), Make-to-order (sm2), dan Engineered-

20 30 to-order (sm3). Source dan Deliver mengikuti terminologi yang sama, dengan proses tambahan : Deliver retail product (sd4). Proses plan terdiri dari seluruh proses Plan supply chain (sp1) dan satu proses perencanaan untuk setiap proses lain dari proses level 1. Proses return terdiri dari dua proses yaitu source return dan deliver return. Kedua proses tersebut terbagi menjadi tiga sub proses yaitu return of defective product, return of MRO (maintenance, repair dan overhaul) product, dan return on excess product. Bersamamaan dengan semua proses level 2 ini, SCOR Model juga mencakup enabling processes. Enabling processes mendukung proses-proses lain dan mendefinisikan sebagian besar metodologi serta menentukan perencanaan dan pengendalian kebijakan (SCC,2010:15). Contoh dari pemetaan level 2 dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Pemetaan Level 2 Sumber : Pemetaan Level 3 SCC (2010:16) menyatakan level 3 menyediakan diagnosa untuk pemetaan level 2. Proses-proses pada level 3 menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan proses-proses

21 31 level 2. Urutan dari proses-proses tersebut yang dilakukan mempengaruhi kinerja dari proses-proses level 2 dan rantai pasokan secara keseluruhan. Sebagai contoh level 2 source stocked product (ss1). Dari situ akan diturunkan ke level 3, schedule product deliveries (ss1.1), receive product (ss1.2), verify product (ss1.3), transfer product (ss1.4), authorize suppliers payment (ss1.5). Contoh dari pemetaan level 3 ditunjukkan oleh gambar 2.4. Gambar 2.4 Pemetaan Level 3 Sumber : Gap Analysis Gap analysis atau analisis kesenjangan membandingkan kinerja rantai pasokan perusahaan saat ini dengan data perusahaan lain dalam industri untuk memperlihatkan kesenjangan (jika ada) dan bidang-bidang di mana perusahaan itu menjadi yang terbaik di kelasnya. Analisis kesenjangan akan mengidentifikasikan secara jelas bidang-bidang perbaikan dalam rantai

22 32 pasokan perusahaan dan hal itu merupakan input kritikal bagi tahap selanjutnya (Paul, 2014:149). Pada langkah pertama dari analisis kesenjangan adalah perhitungan matematis terkait opportunity dari setiap metrik. Jika analisis kesenjangan dalam angka negatif, hal itu berarti kinerja aktual kurang dari benchmark. Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan angka kesenjangan ke dalam potensi laba yang mana perhitungan yang paling sering digunakan adalah pendapatan operasional. Terdapat 3 pendekatan perhitungan dalam gap analysis, yaitu: 1) The Lost Opportunity Measure. Pendekatan ini menghitung pendapatan yang hilang sebelum masuknya pesanan karena kurangnya ketersediaan produk. 2) The Canceled Order Measure. Pendekatan ini menghitung pendapatan yang hilang setelah masuknya pesanan karena pesanan dibatalkan akibat kinerja pengiriman yang buruk. 3) The Market Share Measure. Pendekatan ini mencoba untuk memproyeksikan peningkatan pendapatan berdasarkan pada pencapaian keunggulan kompetitif dalam kategori metrik customer-facing (Bolstorff dan Rosenbaum, 2007:82). 2.5 Distribusi Distribusi berfungsi menghantarkan produk dari lokasi di mana produk diproduksi sampai di mana produk tersebut akan digunakan. Kegiatan distribusi penting adanya bagi rantai pasokan untuk menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010:192). Menurut Chopra dan Meindl (2013:80), distribusi mengarah pada langkah-langkah untuk memindahkan atau menyimpan produk dari tahap pemasok sampai ke tahap pelanggan dalam rantai pasokan Sistem Distribusi Heizer dan Render (2014:480) menyatakan terdapat beberapa sistem distribusi, yaitu: 1) Truk. Sebagian besar barang prosuksi diangkat oleh truk-truk. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh truk adalah fleksibilitas pengirimannya. 2) Kereta api. Kereta api dapat digunakan untuk mengirimkan batubara, mobil, produk kertas, makanan, kayu gergajian atau bahan kimia. Proses

23 33 kontainerisasi telah melaukan pengiriman dengan menggunakan truk gandenga yang sering dibuat bersusun sebagai sarana distribusi. 3) Angkutan udara. Perkembangan perusahaan angkutan udara belakangan ini membuat usaha ini menjadi jenis pengiriman yang tumbuh palimg cepat. Angkutan udara menawarkan kecepatan dan dapat dihandalkan untuk mengangkut barang secara nasional dan internasional. 4) Sarana transportasi air. Transportasi air merupakan salah satu sarana transportasi muatan yang paling tua. Muatan yang dikirimkan lewat air umumnya seperti bijih besi, biji-bijian, semen, batubara, bahan kimia, batu gamping dan produk minyak. 5) Saluran pipa. Saluran pipa penting untuk mengangkut minyak mentah, gas alam, produk minyak dan bahan kimia lain. 6) Multimodal. Sistem ini mengkombinasikan beberapa metode pengiriman khususnya untuk pengiriman internasional.

24 Kerangka Pemikiran PT. Hokari Linex Pratama Kinerja Rantai Pasokan PT. Hokari Linex Pratama (distributor) SCOR Model Pemetaan Level 1 Gap Analysis Pemetaan Level 2 Pemetaan Level 3 Hasil SCOR Model PT. Hokari Linex Pratama (distributor) Perbandingan SCOR Model PT. Hokari Linex Pratama dengan SCOR Model perusahaan distributor lain, ritel dan manufaktur Hasil Penelitian Hasil SCOR Model perusahaan distributor lain Hasil SCOR Model perusahaan ritel Hasil SCOR Model perusahaan manufaktur

25 Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis (2015) 35

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Robbin dan Coutler (2012:36) menyatakan bahwa manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintregrasikan kegiatan

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI Ian Darma Saputra, Haryadi Sarjono Department of Management, School of Business

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Tipper Vessel

Gambar 4.1 Tipper Vessel BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Obyek penelitian dalam tulisan ini adalah produk-produk PT. XYZ yang termasuk dalam tipe vessel (bak untuk truk) hasil dari pabriknya yang berlokasi di Cakung, Jakarta

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PERHITUNGAN SCOR MODEL PADA PERUSAHAAN JOB ORDER( STUDI KASUS PT. HUDA RACHMA GROUPINDO) Bayu Muhammad Silmy Jaenudin

PEMBUKTIAN PERHITUNGAN SCOR MODEL PADA PERUSAHAAN JOB ORDER( STUDI KASUS PT. HUDA RACHMA GROUPINDO) Bayu Muhammad Silmy Jaenudin PEMBUKTIAN PERHITUNGAN SCOR MODEL PADA PERUSAHAAN JOB ORDER( STUDI KASUS PT. HUDA RACHMA GROUPINDO) Bayu Muhammad Silmy Jaenudin Bina Nusantara University, Indonesia, bayusilmy@yahoo.com Haryadi Sarjono

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Gambaran Rantai Pasok di PT. Indoturbine PT. Indoturbine yang bergerak dibidang distributor solar turbine parts seperti yang dijelaskan pada bab II, sebagai gambaran rantai

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) Mutakin, Hubeis Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan 89 Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) Anas Mutakin Alumni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipresentasikan metodelogi penelitian yang diuraikan menjadi tujuh sub bab yaitu fokus kajian dan tempat, diagram alir penelitian, k-chart penelitian, konseptual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR 5.1 Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok merupakan ukuran kinerja secara keseluruhan rantai pasok tersebut (Chopra

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan Menurut Nahmias (2005), sebuah rantai pasokan adalah seluruh jaringan terkait pada aktivitas dari sebuah firma yang mengaitkan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis utama: penjualan dan pemasaran, manufaktur dan produksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD. RIKI FAMILY I.Made Aryantha Anthara Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) BAB V ANALISIS Bab ini berisi tentang analisis yang dilakukan pada pengolahan data yang telah diolah. Pada bab ini berisi mengenai analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan analisis desain traceability.

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM #14 PENGUKURAN KINERJA SCM Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

Hakikat Rantai Pasokan

Hakikat Rantai Pasokan 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Hakikat Rantai Pasokan 2 Jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

Bab V Pengolahan Data dan Analisis 20 Bab V Pengolahan Data dan Analisis V. Analisis Model Menurut SCOR Versi 9.0, atribut SCOR terdiri atas: Atribut dari sisi pelanggan. Keandalan (Reliability) 2. Ketanggapan (Responsiveness). Ketangkasan

Lebih terperinci

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) Petunjuk Sitasi: Henny, & Kharisma, A. L. (2017). Analisis Performansi Management Menggunakan Model Operation Reference (SCOR). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H131-136). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Dadan Teja Nugraha Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Pascasarjana

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCM

PENGUKURAN KINERJA SCM PENGUKURAN KINERJA SCM Bahan Kuliah Fakultas : Ekonomi Program Studi : Manajemen Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : EMA 402 Nama Mata Kuliah : Manajemen Rantai Pasokan Materi : #14 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 6 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Value Chain Setiap perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas yang dipergunakan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Tujuan sistem pengukuran Iktisar Pengukuran Kinerja Asesmen operasional

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API)

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API) PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API) Puji Rahayu 1), Lien Herliani Kusumah 2) 1),2) Program Studi Magister Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR DENGAN MODEL PERFORMANCE OF AKTIVITY ( POA ) DAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE ( SCOR ) Sidarto Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain Pengukuran Kinerja Supply Chain Pentingnya Sistem Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengendalian Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain Mengetahui dimana posisi suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dewasa ini tidak ada satupun organisasi yang merasa bahwa kegiatan memproduksi sendiri semua bahan baku dan bahan pengemas yang diperlukan merupakan sesuatu yang ekonomis, karena

Lebih terperinci

Disain Jejaring (Network Design)

Disain Jejaring (Network Design) Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Marketing Mix Kotler (Jilid 1, 2005: 17) menjelaskan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #2

Pembahasan Materi #2 Materi #2 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan Materi #2 2 Konsep Dasar Pemain Utama SC Pengelolaan Aliran SC The Interenterprise Supply Chain Model Inventory Optimalisasi Rantai Pasokan Push & Pull

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tingkat kepuasan pelanggan menjadi suatu pembahasan yang menarik di semua kalangan industri. Tingkat kepuasan pelanggan ini dapat diketahui melalui serangkaian

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Manajemen Rantai Pasokan a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Distorsi informasi pada supply chain merupakan satu sumber kendala menciptakan supply chain yang efisien. Seringkali permintaan dari custromer relatif stabil dari waktu

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Era 1960-an Era Produksi Masal Mobil Ford Model T berwarna Hitam Mengutamakan jumlah output per satuan waktu Kuncinya : Produktivitas, Efisiensi, dan Utilitas Sistem Produksi.

Lebih terperinci

STRATEGI RANTAI PASOKAN

STRATEGI RANTAI PASOKAN STRATEGI RANTAI PASOKAN Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut : 1. Banyak Pemasok (Many Supplier) Strategi ini memainkan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 1 Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Persediaan Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 3 Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Supply Chain Management Pembahasan yang berkaitan tentang Supply Chain Management sudah banyak diangkat dalam penulisan penulisan sebelumnya. Menurut Fortune Megazine (artikel

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT. Rantai Suplai /pasok adalah nama lain untuk menyebutkan seluruh proses bisnis

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT. Rantai Suplai /pasok adalah nama lain untuk menyebutkan seluruh proses bisnis SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Rantai Suplai /pasok adalah nama lain untuk menyebutkan seluruh proses bisnis 1 Literatur SCM I Nyoman Pujawan, Supply Chain Management, Guna Widya, ITS Sby Lina Anatan, Lenna Ellitan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis / Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan

Lebih terperinci

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu

Lebih terperinci