METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Surya Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan Agustus 2006 hingga Januari Lokasi penelitian adalah kawasan hulu DAS Batanghari, tepatnya DAS Batang Pelepat (Lampiran 7). Daerah alliran sungai (DAS) ini terletak di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan berbagai pertimbangan, diantaranya DAS Batang Pelepat merupakan kawasan hulu DAS Batanghari yang sebagian wilayahnya termasuk kawasan penyangga TNKS dan sebagian hutannya telah mengalami konversi menjadi lahan UTKKS, tetapi belum dikelola secara berkelanjutan dan optimal, terutama usahatani rakyat. Bahan dan Alat Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian adalah seperangkat peralatan untuk survei tanah, seperti bor tanah, pisau profil, kompas atau GPS (Geography Position System), abney level, dan lain-lain. Peralatan lain yang diperlukan adalah seperangkat peralatan untuk pengamatan erosi di lapangan, yaitu petak dan bak erosi. Penelitian juga memerlukan bahan berupa bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis sampel tanah di laboratorium. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dan percobaan lapangan dengan pendekatan model program tujuan ganda (PTG). Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan perencanaan UTKKS berkelanjutan (Gambar 5). Persiapan Penelitian diawali dengan penetapan lokasi pengamatan intensif, yaitu pada sub DAS Batang Pelepat. Berdasarkan peta lereng, peta tanah dan peta penggunaan lahan sub DAS Batang Pelepat diperoleh satuan lahan (SL) yang menjadi obyek pengamatan dan dasar menyusun perencanaan. Satuan lahan (SL) juga digunakan sebagai pedoman untuk menentukan letak petak erosi yang mewakili setiap tipe UTKKS pada beberapa kemiringan lereng. Sub DAS Batang Pelepat juga digunakan sebagai unit perencanaan UTKKS berkelanjutan. Perencanaan yang disusun pada sub DAS Batang Pelepat tersebut diektrapolasi untuk seluruh DAS Batang Pelepat. 38
2 39 Mulai Persiapan : Studi Pustaka, Pengumpulan peta dan data sekunder, Penetapan sampel (Satuan Lahan Pengamatan, tanah dan responden), Persiapan Kuisioner, dan Groundcheck peta Pengumpulan Data di Lapangan Tujuan 1 dan 2 Survei, Pengukuran dan Pengamatan Kondisi Aktual Data Biofisik : Iklim, hidrologi, karakteristik lahan dan tipe penggunaan lahan, tipe UTKKS Data Sosial Ekonomi : Penduduk, pendapatan, jenis usahatani, luas dan status penggunaan lahan, modal, penggunaan input dan sarana produksi dan agroteknologi yang digunakan. - Analisis Kemampuan dan Kesesuaian Lahan - Analisis Tipe UTKKS - Analisis Pengaruh Tipe UTKKS terhadap sifat tanah, aliran permukaan dan erosi - Prediksi Erosi dengan USLE Analisis Karakteristik Petani Analisis Usahatani Analaisis Kelayakan Usahatani Alternatif Tipe dan Agroteknologi UTKKS yang sudah diterima dan diterapkan petani Tujuan 3 Analisis Agroteknologi UTKKS (Erosi Etol; P PKHL Tipe dan Agroteknologi UTKKS Berkelanjutan Analisis Optimalisasi UTKKS berkelanjutan dengan PTG Usahatani Berkelanjutan dan Optimal Selesai Gambar 5 Diagram alir tahapan penelitian dan analisis data.
3 Persiapan penelitian juga meliputi penyiapan kuisioner untuk pengumpulan data dari responden. Responden terdiri atas responden pejabat terkait dan petani. Responden pejabat terkait yang ditunjuk secara sengaja (purposive) berjumlah 2 orang, yaitu kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di kecamatan Pelepat, sedangkan responden petani ditetapkan dengan cara proportional stratified random sampling. Petani ini dikelompokkan berdasarkan tipe usahatani yang terdapat di DAS Batang Pelepat dengan jumlah sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi (Tabel 9). Tabel 9 Jumlah sampel responden petani yang ditetapkan berdasarkan tipe UTKKS yang terdapat di DAS Batang Pelepat Tipe UTKKS Jumlah Populasi Petani Jumlah Sampel Petani Karet : Sesap Karet I Sesap Karet II Monokultur Karet I Monokultur Karet II Karet-Gaharu Jumlah Kelapa Sawit : Monokultur Kelapa Sawit Kelapa Sawit-Pisang Jumlah Total Pengumpulan Data Jenis, Sumber dan Kegunaan Data Data yang dihimpun dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder yang meliputi data biofisik dan sosial ekonomi (Tabel 10). Data sekunder berupa peta-peta digunakan untuk melengkapi surface radar topography model (SRTM) dalam membuat (delineasi) batas DAS Batang Pelepat dan memperoleh satuan lahan. Data biofisik yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data hidrologi (tinggi muka air dan debit), data vegetasi (penggunaan lahan) dan tipe UTKKS, data tanah (fisik dan kimia) dan iklim (curah hujan dan suhu) yang dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik biofisik DAS Batang Pelepat. Data tanah dan iklim digunakan untuk evaluasi lahan, analisis erosi, erodibilitas dan pemilihan teknik KTA (Tabel 10). Data iklim (curah hujan yang meliputi curah hujan bulanan, jumlah hari hujan per bulan dan rata-rata maksimum hujan dalam 24 jam setiap bulan) diperlukan untuk menentukan indeks erosivitas hujan dalam prediksi erosi dengan model USLE. 40
4 Tabel 10 Jenis, sumber, teknik pengumpulan dan kegunaan data penelitian Jenis Data Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Kegunaan Data Primer : 1. Aliran permukaan dan jumlah tanah yang tererosi pada setiap tipe UTKKS 2. Sifat tanah (berat volume, total ruang pori, stabilitas agregat, permeabilitas, kapasitas infiltrasi dan C- organik) 3. Luas penggunaan lahan 4. jumlah dan jenis tanaman pertanian yang diusahakan 5. jumlah anggota keluarga 6. produksi tanaman 7. pendapatan petani 8. modal yang diperlukan dan yang dimiliki petani 9. tenaga kerja yang digunakan 10. input atau sarana produksi yang digunakan 11. Sistem usahatani (agroteknologi) yang diterapkan Data Sekunder : 1. Surface radar topograph model (SRTM) 2. Peta rupa bumi skala 1 : lembar , , dan Peta SPT Kabupaten Bungo skala 1 : Peta penggunaan lahan yang dapat diinterpretasi dari citra landsat ETM 7 path 126/061 tahun Curah hujan dan suhu udara di DAS Batang Pelepat 6. Tinggi muka air dan debit 7. Sifat-sifat tanah(berat volume, total ruang pori, struktur, tekstur, stabilitas agregat, warna tanah, kedalaman tanah, drainase dan permeabilitas, lereng dan bahaya erosi, bahaya banjir (genangan), batuan dipermukaan, C-organik, ph, N-total, K-tersedia, dan P-tersedia) 8. Data Kependudukan 9. Data pendukung lainnya dan hasil penelitian sebelumnya Pengukuran pada petak erosi Analisis sampel tanah petak erosi di laboratorium Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel Wawancara Petani Sampel & pengamatan pada SL Bakosurtanal Bakosurtanal Balitbang Pertanian (2005c) Balitbang Pertanian (2005c) Balitbang Pertanian (2005c) Stasiun Pasir Putih, Kabupaten Bungo Depkimpraswil Satuan lahan (Balitbang Pertanian 2005c) Kantor Kecamatan dan BPS Kab. Bungo Studi Pustaka Analisis pengaruh tipe UTKKS terhadap aliran permukaan dan erosi Analisis pengaruh tipe UTKKS terhadap sifatsifat tanah Analisis karakteristik petani Analisis karakteristik petani Analisis karakteristik petani, KFM &PKHL Analisis karakteristik UTKKS Analisis karakteristik petani Analisis karakteristik petani & analisis usahatani Analisis usahatani Analisis usahatani Identifikasi dan analisis karakteristik tipe UTKKS SRTM dan peta-peta digunakan untuk delineasi batas DAS dan untuk menentukan satuan lahan Kondisi iklim dan menentukan indeks erosivitas Kondisi hidrologi Analisis karakteristik lahan, kelas kemampuan dan kesesuaian lahan, analisis erodibilitas dan erosi serta pemilihan teknik KTA Analisis karakteristik sosial ekonomi Penunjang 41
5 Data sosial ekonomi yang dikumpulkan antara lain data kependudukan, luas pemilikan lahan, sarana produksi yang digunakan, tingkat pendapatan, dan data sosial ekonomi lainnya (Tabel 10). Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk menentukan karakteristik sosial dan ekonomi DAS Batang Pelepat, terutama karakteristik petani dan karakteristik tipe UTKKS. Teknik Pengumpulan Data Tipe UTKKS Tipe UTKKS yang ada di DAS Batang Pelepat diidentifikasi melalui survei berdasarkan peta satuan lahan. Satuan lahan (SL) yang dijadikan acuan adalah SL dengan penggunaan lahan berupa karet dan kelapa sawit. Tipe UTKKS diklasifikasi berdasarkan sistem pengelolaan atau budidaya. Tanah Data karakteristik tanah setiap satuan lahan (SL) diperoleh dari hasil penelitian Balitbang Pertanian (2005c). Data tanah juga diperoleh berdasarkan analisis sampel tanah utuh, agregat utuh dan komposit yang diambil dari setiap lokasi petak erosi sesuai dengan perlakuan dan kelompok yang ditetapkan (Tabel 11). Sampel tanah utuh digunakan untuk analisis sifat-sifat fisik tanah seperti bobot isi dan permeabilitas, sampel tanah agregat utuh digunakan untuk analisis indeks kemantapan agregat dan sampel tanah komposit digunakan untuk C-organik tanah. Data tanah dari setiap petak erosi digunakan untuk analisis pengaruh tipe UTKKS terhadap sifat tanah. Aliran Permukaan dan Erosi tanah pada berbagai Tipe UTKKS dan Hutan Besarnya aliran permukaan dan erosi pada lahan dengan berbagai tipe UTKKS serta hutan ditentukan berdasarkan pengukuran di lapangan dengan membuat petak erosi. Pengukuran tersebut dilakukan pada jenis tanah yang paling dominan di kawasan DAS Batang Pelepat, yaitu Dystrudept. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengukuran aliran permukaan dan erosi adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang terdiri atas 3 tipe usahatani karet, 2 tipe usahatani kelapa sawit dan hutan sekunder yang berumur 7 8 tahun dan kelompok (ulangan) yang terdiri atas kelas lereng 10%, 20%, dan 30%. Oleh karena itu jumlah petak erosi yang dibuat di lapangan adalah 18 petak (Tabel 11). Deskripsi masing-masing tipe UTKKS dan hutan yang dijadikan perlakuan adalah sebagai berikut : 42
6 Tabel 11 Perlakuan masing-masing petak erosi yang ditentukan berdasarkan tipe UTKKS serta kelompok kemiringan lereng yang digunakan untuk pengukuran aliran permukaan dan erosi di lapangan Kode Petak Erosi Perlakuan Kelas Lereng (%) (Kelompok) KR11 Monokultur Karet I 10 KR12 Monokultur Karet I 20 KR13 Monokultur Karet I 30 KR21 Monokultur Karet II 10 KR22 Monokultur Karet II 20 KR23 Monokultur Karet II 30 KR31 Karet - Manau - Sungkai 10 KR32 Karet - Manau - Sungkai 20 KR33 Karet - Manau - Sungkai 30 KS11 Monokultur Kelapa Sawit 10 KS12 Monokultur Kelapa Sawit 20 KS13 Monokultur Kelapa Sawit 30 KS21 Kelapa Sawit - Pisang 10 KS22 Kelapa Sawit - Pisang 20 KS22 Kelapa Sawit - Pisang 30 Ht1 Hutan Sekunder 10 Ht2 Hutan Sekunder 20 Ht3 Hutan Sekunder Monokultur karet I (KR-1) Penanaman karet disertai dengan pemupukan dan penyemprotan dengan pestisida secara lebih teratur dengan takaran relatif rendah. Penyiangan tanaman pengganggu dilakukan secara intensif sehingga permukaan tanah relatif bersih dan terbuka (tanpa tanaman penutup tanah dan hanya ditutupi oleh daun-daun karet yang gugur). 2. Monokultur karet II (KR-2) Penanaman karet yang disertai dengan pemupukan pada saat tanaman belum menghasilkan dan selanjutnya hanya dilakukan setiap 5 tahun. Penyiangan tanaman pengganggu relatif tidak dilakukan sehingga permukaan tanah ditutupi oleh tumbuhan semak belukar. 3. Sesap karet (KR-3) Campuran karet dengan tanaman hutan (manau dan sungkai), tanpa pemupukan dan permukaan tanah dibiarkan tertutup oleh tumbuhan semak belukar. 4. Monokultur kelapa sawit (KS-1) Penanaman kelapa sawit yang disertai dengan pemupukan pada saat tanaman yang belum menghasilkan dan selanjutnya hanya dilakukan setiap 5 tahun. Penyiangan tanaman pengganggu relatif tidak dilakukan sehingga permukaan tanah ditutupi oleh tumbuhan semak belukar.
7 44 5. Campuran kelapa sawit dan pisang (KS-2) Campuran kelapa sawit dengan pisang dengan teknik budidaya yang dilengkapi dengan pemupukan pada saat tanaman yang belum menghasilkan dan selanjutnya dilakukan secara tidak teratur. Penyiangan tanaman pengganggu relatif tidak dilakukan sehingga permukaan tanah ditutupi oleh tumbuhan semak belukar. 6. Hutan sekunder (Ht) Hutan bekas tebangan dan telah dibiarkan menjadi hutan kembali selama 7 8 tahun. Petak erosi yang dibuat berukuran 10 m searah lereng dan lebar 10 m searah kontur. Bagian atas dan samping petak dibatasi plastik dengan lebar 45 cm. Sebagian plastik (15 cm) ditanam secara vertikal ke dalam tanah. Bagian bawah lereng pada setiap petak dipasang bak penampung. Bak penampung ini berfungsi untuk menampung aliran permukaan yang terjadi dan tanah yang tererosi. Data aliran permukaan dan erosi pada setiap petak diasumsikan berbeda sesuai dengan perlakuan dan kelompok yang ditetapkan, sedangkan kondisi variabel lain yang mempengaruhi aliran permukaan dan erosi tersebut diasumsikan sama (homogen). Aliran permukaan dan tanah yang tererosi diukur per hari hujan. Volume aliran permukaan dihitung dengan menakar air yang tertampung pada bak erosi. Tanah yang tererosi ditentukan dengan menganalisis sampel yang tertampung di bak dengan metode gravimetri. Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi (Tabel 10) diperoleh melalui wawancara responden dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data sosial ekonomi digunakan untuk menggambarkan karakteristik petani dan analisis pendapatan serta kelayakan usahatani. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis data biofisik dan sosial ekonomi. Analisis data biofisik meliputi analisis karakateristik lahan (kemampuan dan kesesuaian lahan untuk beberapa tanaman pertanian) dan tipe UTKKS serta pengaruh tipe UTKKS terhadap sifat-sifat tanah, aliran permukaan dan erosi, sedangkan analisis data sosial ekonomi meliputi analisis PKHL, pendapatan dan kelayakan setiap tipe UTKKS. Berdasarkan hasil analisis
8 data biofisik dan sosial ekonomi disusun perencanaan UTKKS berkelanjutan sehingga diperoleh tipe dan agroteknologi UTKKS berkelanjutan dan optimal (Gambar 5). Karakteristik Lahan Karakteristik lahan dianalisis secara deskriptif dan dilanjutkan dengan evaluasi lahan (penilaian kelas kemampuan dan kesesuaian lahan). Kelas kemampuan setiap SL dinilai dengan berdasarkan sifat-sifat fisik lingkungan dan jenis faktor penghambat sesuai dengan kriteria klasifikasi kemampuan lahan yang dikemukakan oleh Klingebiel dan Montgomery (1973), diacu dalam Arsyad (2006) dan Hardjowigeno (2007), sedangkan kelas kesesuaian lahan ditentukan dengan menilai atau membandingkan kualitas lahan pada setiap SL dengan kriteria kesesuaian lahan untuk karet dan kelapa sawit serta tanaman sela (padi ladang dan pisang yang disusun oleh Djaenudin et al. (2003) pada Lampiran 2 hingga 5. Karakteristik Tipe UTKKS Karakteristik tipe UTKKS yang terdapat di DAS Batang Pelepat dianalisis secara deskriptif. Analisis meliputi karakteristik petani dan setiap tipe UTKKS yang teridentifikasi, diantaranya tanaman yang digunakan, teknik budidaya dan teknik KTA dan input yang digunakan (bibit, pupuk, dan saprodi lainnya), produksi tanaman (karet, kelapa sawit dan tanaman sela) serta pendapatan yang diperoleh dari usahatani. Analisis Pengaruh Tipe UTKKS terhadap Sifat-Sifat Tanah, Aliran Permukaan dan Erosi Pengaruh setiap tipe UTKKS terhadap sifat-sifat tanah, aliran permukaan dan erosi dianalisis secara statistik dengan analisis ragam atau uji F pada selang kepercayaan 95%, yang didasarkan pada model linear aditif Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang menurut Gaspersz (1991) dirumuskan dengan persamaan berikut : Y = μ + K + A + ε...(8) ijk k i Keterangan : Y ijk = Pengamatan pada perlakuan ke-i dari faktor A dalam kelompok ke-k µ = nilai rata-rata umum K k = pengaruh kelompok ke-k (kelas kemiringan lereng) = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A (tipe UTKKS dan hutan) A i ijk 45
9 46 Є ijk = pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang mempengaruhi perlakuan ke-i dari faktor A Analisis ragam dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan s New multiple range test atau DNMRT pada selang kepercayaan 95%). Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan (tipe UTKKS serta hutan) dalam mempengaruhi sifat-sifat tanah, aliran permukaan dan erosi. Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol) Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol) dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Wood dan Dent (1983), diacu dalam Hardjowigeno (2007), yang juga memperhitungkan kedalaman minimum tanah dan laju pembentukan tanah selain kedalaman ekuivalen (equivalent depth) dan umur guna tanah (resources life) dengan persamaan sebagai berikut : D E tol = e D min + LPT...(9) UGT Keterangan : D e = kedalaman ekuivalen (Arsyad, 2006) = kedalaman efektif tanah (mm) x faktor kedalaman tanah (Lampiran 11) D min = kedalaman tanah minimum (mm) (Lampiran 12) UGT = Umur guna tanah, yaitu 300 tahun untuk pemakaian secara terus menerus dan intensif (Sinukaban, 1989) LPT = laju pembentukan tanah, yaitu 1.00 mm/tahun ( Hardjowigeno 2007) Prediksi Erosi pada Satuan Lahan Erosi pada setiap SL diprediksi dengan menggunakan model USLE. Data ini digunakan dalam menyusun perencanaan UTKKS di DAS Batang Pelepat. Penetapan nilai faktor-faktor dalam model USLE dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus atau hasil penelitian yang sudah ada, yaitu : Faktor Erosivitas hujan (R). Di Indonesia data hujan harian untuk menghitung EI belum banyak tersedia sehingga biasanya menggunakan rumus EI. Faktor erosivitas hujan (R) merupakan penjumlahan nilai-nilai indeks erosi hujan bulanan (Bols 1978) dan dihitung berdasarkan persamaan berikut : R = 12 i= 1 ( EI 30) i...(10)
10 47 Nilai EI30 dihitung dengan menggunakan rumus berikut : EI30 = (Rain) 1.21 (Days) 0.47 (Maxp) (11) Keterangan : EI30 = rata-rata erosivitas hujan bulanan Rain = rata-rata hujan bulanan (cm) Days = rata-rata jumlah hari hujan per bulan Maxp = rata-rata maksimum hujan dalam 24 jam setiap bulan Faktor Erodibilitas Tanah (K). Nilai erodibilitas tanah dihitung dengan menggunakan rumus Weischmeier dan Smith (1978) berikut : 100K = {1.292 (2.1 M 1.44 (10-4 )(12 a) (b 2) (c 3)}...(12) Keterangan : K = erodibilitas tanah M = kelas tekstur tanah (% pasir halus + %debu)(100 - % liat) a = % bahan organik b = kode struktur tanah (Lampiran 8) c = kode permeabilitas profil tanah (Lampiran 8) Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS). Faktor panjang dan kemiringan lereng juga bisa dihitung secara langsung (digabung) menurut rumus : LS = X ( S S (13) keterangan : X = panjang lereng (m) dan S = kecuraman lereng (%) Faktor Tanaman dan Pengelolaannya (C). Penentuan faktor C untuk tanaman karet dan kelapa sawit didasarkan atas berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, demikian pula dengan penggunaan lahan lainnya (Lampiran 9). Faktor Pengelolaan Lahan atau Teknik KTA (P). Faktor P juga ditentukan berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Lampiran 10). Analisis Agroteknologi Analisis agroteknologi didahului dengan inventarisasi tipe UTKKS yang ada dan alternatif agroteknologi yang sesuai dengan kapasitas dan keinginan masyarakat di DAS Batang Pelepat. Sistem budidaya yang telah diterapkan oleh petani dibandingkan dengan sistem budidaya yang direkomendasikan. Perbaikan
11 agroteknologi disesuaikan dengan sistem budidaya yang ideal (rekomendasi) tersebut, meliputi pemupukan dan tindakan pemeliharaan tanaman lainnya. Analisis agroteknologi juga dilengkapi dengan pemilihan teknik KTA yang tepat. Teknik KTA dievaluasi berdasarkan perbandingan erosi yang akibat penerapan beberapa tipe UTKKS dengan Etol. Pemilihan teknik KTA dilakukan berdasarkan simulasi dengan menggunakan model USLE (Weischmeier dan Smith 1978). Nilai faktor R, K, L, dan S diasumsikan konstan sehingga teknik KTA dapat ditentukan dengan simulasi terhadap nilai faktor C dan P saja. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan nilai CP maksimum adalah nilai CP yang mengakibatkan erosi lebih kecil atau sama dengan Etol. Kriteria tersebut dapat ditulis sebagai berikut : 48 A Etol atau RKLSCP Etol...(14) Etol CP atau CP rek CP max...(15) RKLS Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani diperoleh dengan melakukan analisis usahatani dengan menggunakan input berupa komponen biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani. Menurut Soekartawi (2002), analisis usahatani dengan menggunakan variabel tersebut dikenal dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis). Variabel-variabel tersebut dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : a. Total penerimaan usahatani, merupakan perkalian antara produksi tanaman ke-i yang diperoleh dengan harga produksi tanaman ke-i dan dapat ditulis sebagai : n TR = Y i P yi = ( Y1 Py1 + Y2 Py Yn Pyn )...(16) i= 1 Keterangan : TR = Total penerimaan usahatani (Rupiah) Y i = Produksi tanaman ke-i (kg/ha) P yi = Harga produksi tanaman ke-i (Rupiah) b. Total biaya Usahatani, merupakan nilai semua keluaran yang dipakai dalam usahatani selama proses produksi baik yang langsung maupun tidak langsung. Total biaya usahatani dapat dihitung dengan rumus :
12 49 TC = FC + VC...(17) n VC = X i P xi = ( X 1 Px 1 + X 2Px X npxn )...(18) i= 1 Keterangan : TC = Total biaya usahatani (Rupiah) FC = biaya tetap yang berupa pajak dan biaya-biaya penyusutan modal petani seperti peralatan, bangunan, dll (Rupiah). VC = Biaya variabel atau tidak tetap (Rupiah) Xi = Input usahatani ke-i (kg/ha) Pxi = Harga input usahatani ke-i (Rupiah) c. Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dapat dirumuskan dalam persamaan berikut : π = TR TC...(19) Keterangan : π = Pendapatan usahatani (Rupiah) TR = Total penerimaan (Rupiah) TC = Total biaya (Rupiah) Pendapatan usahatani dianalisis pada setiap tipe UTKKS dengan berbagai skenario agroteknologi (pada kondisi aktual dan perbaikan). Pendapatan yang diperoleh dari setiap tipe UTKKS dengan penerapan alternatif agroteknologi dijadikan masukan dalam optimalisasi UTKKS berkelanjutan dengan menggunakan PTG. Standar Kebutuhan Fisik Minimum dan Hidup Layak Standar kebutuhan fisik minimum (KFM) dan hidup layak (KHL) ditentukan berdasarkan kebutuhan beras per KK dan harga beras yang berlaku di suatu daerah. Menurut Sajogyo dan Sajogyo (1990), nilai ambang kecukupan pangan (beras) untuk tingkat pengeluaran rumah tangga di pedesaan berkisar antara kg/orang/tahun. Standar kebutuhan fisik minimum (KFM) ditetapkan dengan pendekatan sebagai berikut : KFM = KRT x 100% x n x Rp...(20) Keterangan : KFM = Kebutuhan Fisik Minimum KRT = Kebutuhan Rumah Tangga setara beras
13 50 n = Jumlah anggota keluarga Rp = Harga beras Menurut Sinukaban (2007c), KHL adalah KFM ditambah dengan kebutuhan hidup tambahan (KHT) berupa kebutuhan untuk menabung, rekreasi ataupun kebutuhan untuk mengikuti kegiatan sosial yang masing-masing sebesar 50% dari KFM (Persamaan 21). Oleh karena itu besarnya KHL adalah 2.5 kali (250%) KFM (Persamaan 22). KHT = KPS + KKR +Kastab = 150% KFM... (21) KHL = KFM + KHT = KRT x 250% x n x Rp... (22) Keterangan : KFM = Standar Kebutuhan Fisik Minimum (Rupiah) KRT = Standar Kebutuhan Rumah Tangga setara beras (Rupiah) n = Jumlah anggota keluarga (jiwa) Rp = Harga beras (Rupiah) KHT = Standar Kebutuhan Hidup Tambahan (Rupiah) KHL = Standar Kebutuhan Hidup Layak (Rupiah) KPS = Standar Kebutuhan untuk pendidikan dan kegiatan sosial (Rupiah) KKR = Standar Kebutuhan untuk kesehatan dan rekreasi (Rupiah) Kastab = Standar Kebutuhan untuk asuransi dan tabungan (Rupiah) Kebutuhan Lahan Minimal (L min ) Kebutuhan lahan minimal (L min ) adalah luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk mengembangkan setiap tipe UTKKS, alternatif agroteknologi sehingga petani dapat memperoleh pendapatan yang dapat memenuhi PKHL. Oleh karena itu kebutuhan luas lahan minimal (L min ) dirumuskan sebagai perbandingan antara standar kebutuhan hidup layak (PKHL) dan pendapatan usahatani (P) atau dapat pula dituliskan dengan persamaan berikut : PKHL L min =...(23) P Analisis Kelayakan UTKKS Berdasarkan total biaya dan pendapatan yang diperoleh melalui analisis usahatani dapat dilakukan analisis kelayakan finansial terhadap setiap tipe UTKKS. Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk setiap tipe UTKKS eksisting dan setiap tipe UTKKS yang menerapkan skenario agroteknologi. Kelayakan
14 setiap tipe UTKKS dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator kelayakan. Menurut Gittinger (1986); Soekartawi (2002) dan Gray et al. (2007), kriteria yang umum digunakan dan dapat dipertanggung jawabkan untuk berbagai penggunaan adalah benefit cost ratio (B/C ratio), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Benefit Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan antara present value total dari hasil keuntungan (B t /(1+i) t ) terhadap present value dari biaya (C t /(1+i) t ) atau dirumuskan dengan persamaan 24berikut : n B t i= 1 t + B (1 i) ratio = C...(24) n C t i= 1 t (1+ i) Keterangan rumus : B t = manfaat dalam tahun ke-t C t = biaya produksi dalam tahun ke-t i = tingkat diskonto atau bunga t = tahun ke-t n = umur ekonomi jenis tanaman Tipe UTKKS dinilai layak dan menguntungkan jika nilai B/C ratio > 1 dan tidak menguntungkan jika nilai B/C ratio < 1. Nilai B/C ratio = 1 menunjukkan tipe UTKKS hanya dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan. Net Prevent Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari benefit (B t /(1+i) t ) dengan nilai sekarang dari biaya (C t /(1+i) t ) dengan rumus : Keterangan rumus : B t = manfaat dalam tahun ke-t C t = biaya produksi dalam tahun ke-t i = tingkat diskonto atau bunga t = tahun ke-t n = umur ekonomi jenis tanaman 51 n Bt Ct NPV =...(25) t t= 0 (1+ i)
15 52 Nilai NPV > 0 (positif) adalah indikator tipe UTKKS layak dan menguntungkan untuk dikembangkan, NPV < 0 (negatif) menunjukkan bahwa tipe UTKKS tidak layak dan tidak menguntungkan untuk dikembangkan dan NPV = 0 berarti tipe UTKKS hanya dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menunjukkan persentase keuntungan yang akan diperoleh tiap tahun atau kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga bank. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga pada saat NPV bernilai 0. Perhitungan IRR dilakukan dengan cara interpolasi antara tingkat bunga (i) pada saat NPV bernilai positif (NPV 1 ) dengan tingkat bunga pada saat NPV bernilai negatif (NPV 2 ). Nilai IRR dihitung dengan menggunakan rumus : NPV IRR =...(26) ( i ) 1 i1 + 2 i1 NPV1 NPV2 Keterangan rumus : NPV 1 = NPV bernilai positif NPV 2 = NPV bernilai negatif i 1 = tingkat bunga pada NPV positif i 2 = tingkat bunga pada NPV negatif Tipe UTKKS dinilai layak dan menguntungkan jika IRR > tingkat suku bunga yang sedang berlaku dan jika nilai IRR < tingkat suku bunga yang sedang berlaku, tipe UTKKS dinilai tidak layak dan tidak menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai IRR = tingkat suku bunga yang sedang berlaku menunjukkan bahwa tipe UTKKS hanya dapat mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Asumsi yang digunakan dalam analisis pendapatan dan kelayakan usahatani (UTKKS) diantaranya : 1. Umur ekonomis tanaman adalah 30 tahun untuk tipe usahatani sesap karet dan 25 tahun untuk tipe usahatani lainnya. 2. Tanaman karet berproduksi pada umur 8 tahun (sesap karet) dan 6 tahun (monokultur karet), sedangkan tanaman kelapa sawit berproduksi pada umur 3 tahun. 3. Tanaman padi ladang sebagai tanaman sela hanya ditanam 2 musim tanam dalam setahun hingga tanaman utama (karet atau kelapa sawit) berumur 2
16 53 tahun, sedangkan produksi tanaman pagar (pinang) diperhitungkan setiap tahun, mulai tahun ketiga. 4. Produksi tanaman karet dalam bentuk kadar karet kering (KKK), kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (TBS), padi dalam bentuk gabah kering giling (GKG), pinang dalam bentuk biji kering, dan gaharu dalam bentuk gubal, kayu sungkai, balam dan medang dalam bentuk kayu bulat (kg/ha atau ton/ha). 5. Hasil panen berupa KKK dan TBS dan produk lainnya selama satu tahun (Lampiran 13) habis terjual pada tahun tersebut. 6. Harga yang digunakan adalah harga rata-rata yang berlaku selama 5 tahun sebelumnya hingga penelitian berlangsung dan diasumsikan tetap (Rp/kg atau Rp/ton). 7. Perhitungan menggunakan tingkat suku bunga bank 12% dan diasumsikan tetap. 8. Harga pasar input (sarana) produksi, hasil (produksi) dan upah tenaga kerja ditentukan berdasarkan harga standar lokal. 9. Peralatan yang digunakan diasumsikan mengalami penyusutan 5% setiap tahun dan diperbaharui setiap 5 tahun. Optimalisasi UTKKS dengan PTG Analisis optimalisasi dilakukan untuk memperoleh usahatani berkelanjutan yang optimal. Analisis optimalisasi dirumuskan dengan model PTG dengan prioritas. Tahapan analisis optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Input data Input dalam analisis PTG adalah data modal yang dibutuhkan, erosi, pendapatan pada setiap kemiringan lereng yang menerapkan berbagai tipe UTKKS sesuai dengan skenario agroteknologi. 2. Penetapan target Penggunaan lahan untuk UTKKS yang disertai dengan agroteknologi optimal tersebut harus mencapai sasaran (target) sebagai berikut : a. erosi menjadi lebih kecil dari atau sama dengan Etol b. pendapatan yang diperoleh harus lebih besar dari sama dengan PKHL. 3. Penetapan peubah dan parameter Peubah keputusan, fungsi kendala dan fungsi tujuan yang ditetapkan untuk memperoleh solusi optimal berdasarkan analisis PTG adalah :
17 54 A. Peubah Keputusan : luas penggunaan lahan yang menerapkan tipe UTKKS ke-i (X i ) dalam hektar. B. Fungsi Kendala 1. Kendala real : a. Alokasi penggunaan lahan dengan menerapkan tipe UTKKS ke-i (X i ) yang dibatasi oleh luas milik petani (A) X i A...(27) X i 0...(28) b. Modal yang dibutuhkan untuk menerapkan tipe UTKKS ke-i (M i ) yang dibatasi oleh modal yang dimiliki oleh Petani (M pet ). M i X i M...(29) pet 2. Kendala tujuan/sasaran : a. Mengurangi jumlah erosi akibat penerapan UTKKS ke-i (X i ) yang dibatasi oleh Etol. + Ei X i + d e d e = Etol...(30) + Tujuan : meminimumkan d e b. Meningkatkan pendapatan petani dengan menerapkan tipe UTKKS ke-i (X i ) yang dibatasi oleh standar pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (PKHL). + Pi X i + d p d p = PKHL...(31) - Tujuan : meminimumkan d p C. Fungsi tujuan : meminimumkan total simpangan (deviasi) fungsi kendala tujuan terhadap target yang ditetapkan. + ( P ) ywi yd i + PsW i sd Z =, i,... (32) Keterangan rumus : X ij : Luas lahan dengan tipe UTKKS ke-i A : Luas lahan dominan yang dimiliki petani (5 ha) M i : Modal yang dibutuhkan untuk menerapkan tipe UTKKS ke-i (X i ) M pet : Modal yang dimiliki oleh petani
18 55 E i : Erosi akibat menerapkan tipe UTKKS ke-i (X i ) Etol : Erosi yang dapat ditoleransikan d + - e, d e : Deviasi positif dan negatif target erosi P i : Pendapatan akibat menerapkan tipe UTKKS ke-i PKHL : Pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak + - d p, d p : Deviasi positif dan negatif target pendapatan P y, P s : Faktor-faktor prioritas ke y dan ke s (ordinal) W i,y : Pembobotan terhadap di + dalam prioritas ke y W i,s : Pembobotan terhadap di - dalam prioritas ke s Z : Fungsi Tujuan 4. Penetapan Skenario Skenario analisis optimalisasi adalah penerapan alternatif agroteknologi UTKKS dengan modal dan luas lahan yang dimiliki petani dan diterapkan pada beberapa kemiringan lereng dengan prioritas tujuan yang berbeda, yaitu dengan menetapkan sasaran erosi sebagai prioritas utama atau menetapkan sasaran pendapatan sebagai prioritas utama.
BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2006 - Agustus 2006 di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Dodokan (34.814 ha) dengan plot pengambilan sampel difokuskan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian
29 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Krueng Seulimum mulai bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2012. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Aceh
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di DAS Siulak (hulu DAS Merao), di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi (Lampiran 2). Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar
26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember
Lebih terperinciBEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT
BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT (SOME PHYSICAL PROPERTIES OF SOIL ON RUBBER AND OIL PALM SMALLHOLDER LAND IN BATANG PELEPAT WATERSHED)
Lebih terperinciPRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu pada DAS Ciasem. Secara administratif terletak di Kabupaten Subang yang meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Sagalaherang,
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI PADA BERBAGAI TIPE USAHATANI KARET DI DAS BATANG PELEPAT KABUPATEN BUNGO, JAMBI. Sunarti * ) ABSTRACT
ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADA BERBAGAI TIPE USAHATANI KARET DI DAS BATANG PELEPAT KABUPATEN BUNGO, JAMBI Sunarti * ) * ) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi Telp.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Lahan DAS Batang Pelepat
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan DAS Batang Pelepat Satuan Lahan di DAS Batang Pelepat Lahan di DAS Batang Pelepat terdiri atas 4 jenis (grup) tanah, yaitu endoaquepts, hapludults, dystrudepts
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi
3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada bulan Agustus 2013. B. Alat dan Objek Penelitian Alat
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian dilaksanakan pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua desa (Desa Sukatani dan Desa Sindangjaya) yang merupakan wilayah kawasan agropolitan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 10 C. Tujuan Penelitian... 10
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sipiongot, Kec.Dolok, Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015sampai dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah vegetasi, tanah dan air serta jasa-jasa lingkungan yang merupakan modal bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
4 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pengertian dan Tujuan Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh topografi secara alami sehingga semua air yang jatuh pada area
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply
Lebih terperinciPendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang
Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang Estimation of Actual Erosion by USLE Method Approach Vegetation, Slope
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal
Lebih terperinciMENENTUKAN LAJU EROSI
MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL
VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pertanian lahan kering adalah merupakan suatu bentuk bercocok tanam diatas lahan tanpa irigasi, yang kebutuhan air sangat bergantung pada curah hujan. Bentuk pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data
19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data
21 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ngarip, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung selama dua bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Desa ini
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian
METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi
III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan DAS Krueng Peutoe yang luasnya 30.258 ha terdiri atas lima jenis penggunaan lahan, yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar dan hutan primer. Dari
Lebih terperinciIV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.
IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu
Lebih terperinci125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng
124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara mt dan
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian (1). Kondisi Geografi Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mt dan 9.406.450 mu sampai 527.200
Lebih terperinciTri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Fitriani et al.: Evaluasi Kuanlitatif dan Kuantitatif Pertanaman Jagung Vol. 4, No. 1: 93 98, Januari 2016 93 Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif dan Kuantitatif Pertanaman
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di beberapa lokasi daerah sebaran duku di Propinsi Jambi, di 8 (delapan) kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan
Lebih terperinciPaket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU
Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di
40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, yaitu salah satu metode penelitian dengan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciRd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat
EnviroScienteae 10 (2014) 27-32 ISSN 1978-8096 STUDI TINGKAT BAHAYA EROSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AIR (TSS DAN TDS) DAS SEJORONG, KECAMATAN SEKONGKANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG
ANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG Yulia Pujiharti dan Bariot Hafif Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1a Rajabasa Bandar Lampung
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pasirwangi. Namun, pengelolaan usahatani kentang di daerah ini banyak memanfaatkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari
47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk
12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT
Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup
39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.
ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi
Lebih terperinci