BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam yang akan dikonversi menjadi grafik panjang logam (L) terhadap temperatur logam (T) untuk tiap logam yang memiliki panjang bervariasi dari 80 mm, 100 mm dan 120 mm. Selain itu juga nantinya akan didapatkan grafik hubungan L (perubahan panjang logam besi) terhadap T (selisih perubahan temperatur pada rongga logam besi) untuk tiap logam yang memiliki variasi panjang dari 80 mm, 100 mm dan 120 mm. Dari grafik inilah nilai ekspansi linear untuk masing-masing logam dapat ditentukan. Penjelasan mengenai hasil uji X-Ray Flourescent (XRF) logam juga akan diulas pada akhir bab keempat ini. 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian dari pengukuran koefisien ekspansi linear logam besi dan besi tuang dengan menggunakan fiber coupl er, yaitu berupa data karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin dan

2 data tegangan keluaran detektor terhadap perubahan temperatur logam besi dan besi tuang. Data karakterisasi tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L) dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Gambar 4.1 berikut merupakan plot grafik karakterisasi tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L). 14 Tegangan keluaran detektor (10-4 V) Pergeseran cermin (mm) Gambar 4.1. Grafik karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm dapat dilihat pada Lampiran 2 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm dapat dilihat pada Gambar 4.2.

3 Tegangan keluaran detektor (10-4 V) Temperatur logam (ºC) Gambar 4.2. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm. Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm dapat dilihat pada Lampiran 3 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tegangan keluaran detektor (10-4 V) Temperatur logam (ºC) Gambar 4.3. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm.

4 Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm dapat dilihat pada Lampiran 4 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm dapat dilihat pada Gambar 4.4. Tegangan keluaran detektor (10-4 V) 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 6,4 6, Temperatur logam (ºC) Gambar 4.4. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm. Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm dapat dilihat pada Lampiran 5 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm dapat dilihat pada Gambar 4.5.

5 Tegangan keluaran detektor (10-4 V) 7,8 7,7 7,6 7,5 7,4 7,3 7,2 7, Temperatur Logam (ºC) Gambar 4.5. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm. Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm dapat dilihat pada Lampiran 6 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm dapat dilihat pada Gambar ,6 Tegangan keluaran detektor (10-4 V) 9,4 9,2 9 8,8 8,6 8,4 8, Temperatur logam (ºC) Gambar 4.6. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm.

6 Data tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm dapat dilihat pada Lampiran 7 dan plot grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm dapat dilihat pada Gambar 4.7. Tegangan keluaran detektor (10-4 V) 7,9 7,8 7,7 7,6 7,5 7,4 7, Temperatur logam (ºC) Gambar 4.7. Grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm. 4.2 Analisa dan Pembahasan Sebelum melakukan eksperimen pengukuran koefisien ekspansi linear logam besi dan besi tuang, terlebih dahulu melakukan karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Tujuan dari eksperimen karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin adalah untuk mencari daerah linier tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin serta menentukan faktor konversi tegangan ke panjang logam. Faktor konversi tersebut berfungsi sebagai faktor pembagi terhadap tegangan keluaran detektor yang didapat dari eksperimen pengukuran nilai koefisien ekspansi linear logam besi dan besi tuang.

7 Hasil dari pengolahan data karakterisasi tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L) diperoleh daerah linier tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L). Data karakterisasi dari daerah linier tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan plot grafik daerah linier karakterisasi tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L) serta hasil dari regresi liniernya dapat dilihat pada Gambar 4.8. Tegangan keluaran detektor (10-4 V) ,2 0,4 0,6 0,8 1 Pergeseran cermin (mm) V = -8,144L + 0,995 R² = 0,9982 V Linear (V) Gambar 4.8. Grafik daerah linier karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Pada plot grafik daerah linier karakterisasi tegangan keluaran detektor (V) terhadap pergeseran cermin (L), diperoleh persamaan regresi linier V = -8,144 L + 0,995 dan R 2 = 0,9982. Hasil regresi linier pada Gambar 4.8 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R 2 ) mendekati 1, artinya hubungan antara tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin linier. Nilai kemiringan (slop) grafik sebesar 8,144 mm/mv adalah faktor konversi tegangan keluaran detektor ke pergeseran.

8 Karena hasil dari grafik tegangan keluaran detektor (V) terhadap perubahan temperatur logam (T) tidak sesuai dengan yang diinginkan, yaitu nilai b pada persamaan linear V=aL+b, tidak sama dengan 0. Maka pada analisis yang dilakukan adalah dengan mengkonversi tegangan menjadi panjang logam, dengan menggunakan Persamaan 3.1. yaitu L=(V-b)/a, dengan V, a, L berturut-turut adalah tegangan keluaran detektor, faktor konversi tegangan ke pergeseran data karakterisasi, pertambahan panjang logam dan b adalah konstanta data karakterisasi. Berikut akan ditampilkan data dan grafik panjang logam terhadap temperatur logam dengan mengambil daerah linear dari data tegangan keluaran detektor terhadap temperatur logam. Panjang logam yang dimaksud merupakan panjang mula-mula logam yang ditambahkan dengan skala pergeseran pada mikrometer. Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm dapat dilihat pada Lampiran 9 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm dapat dilihat pada Gambar ,62 Panjang logam (mm) 80,6 80,58 80,56 80,54 80,52 80,5 80, Temperatur logam (ºC) Gambar 4.9. Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 80 mm.

9 Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm dapat dilihat pada Lampiran 10 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm dapat dilihat pada Gambar Panjang logam (mm) 100,7 100,68 100,66 100,64 100,62 100,6 100,58 100,56 100,54 100, Temperatur logam (ºC) Gambar Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 100 mm. Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm dapat dilihat pada Lampiran 11 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm dapat dilihat pada Gambar Panjang logam (mm) 120,8 120,78 120,76 120,74 120,72 120,7 120,68 120,66 120, Temperatur logam (ºC) Gambar Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi tuang 120 mm.

10 Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm dapat dilihat pada Lampiran 12 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm dapat dilihat pada Gambar Panjang logam (mm) 80,81 80,805 80,8 80,795 80,79 80,785 80,78 80,775 80,77 80,765 80, Temperatur logam (ºC) Gambar Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 80 mm. Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm dapat dilihat pada Lampiran 13 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm dapat dilihat pada Gambar Panjang logam (mm) 101,06 101,04 101, ,98 100,96 100,94 100,92 100,9 100, Temperatur logam (ºC) Gambar Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 100 mm.

11 Data panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm dapat dilihat pada Lampiran 14 dan plot grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm dapat dilihat pada Gambar Panjang logam (mm) 120, ,84 120, ,83 120, ,82 120, ,81 120, Temperatur logam (ºC) Gambar Grafik panjang logam (L) terhadap temperatur (T) logam besi 120 mm. Pergeseran cermin diakibatkan oleh perubahan temperatur di dalam rongga logam besi. Pergeseran cermin ini tidak lain adalah pertambahan panjang dari logam besi ( L) yang diakibatkan oleh perubahan temperatur (ΔT) di dalam rongga logam besi. Langkah berikutnya adalah mencari hubungan L (perubahan panjang logam besi) terhadap T (selisih perubahan temperatur pada rongga logam besi). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi tuang 80 mm dapat dilihat pada Lampiran 15.Dan Gambar 4.15 merupakan plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi terhadap selisih perubahan

12 temperatur ( T) logam besi tuang 80mm, dapat diketahui bahwa pertambahan panjang ( L) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi berbanding lurus. Pernyataan ini sesuai dengan perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L 0 α T, pertambahan panjang suatu logam berbanding lurus dengan perubahan temperatur pada logam tersebut. 0,12 ΔL (mm) 0,1 0,08 0,06 0,04 ΔL = 0,0013ΔT + 0,0192 R² = 0,9762 ΔL Linear (ΔL) 0, ΔT (ºC) Gambar 4.15 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi tuang 80 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi tuang 80 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,0013 ΔT + 0,0192, sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,0013. Dengan L 0 =80mm, maka diperoleh nilai α=1,625x10-5 ( C -1 ). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi

13 tuang 100mm dapat dilihat pada Lampiran 16.Dan Gambar 4.16 merupakan plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi tuang 100mm terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi tuang 100mm. ΔL (mm) 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0-0, ΔT (ºC) ΔL = 0,0023ΔT - 0,003 R² = 0,9928 ΔL Linear (ΔL) Gambar 4.16 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi tuang 100 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi tuang 100 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,0023 ΔT + 0,003. Sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,0023. Dengan L 0 =100 mm, maka diperoleh nilai α=2,3x10-5 ( C -1 ). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi tuang 120mm dapat dilihat pada Lampiran 17.Dan Gambar 4.17 merupakan

14 plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi tuang 120mm terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi tuang 120mm. 0,14 ΔL (mm) 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 ΔL = 0,0014ΔT + 0,0106 R² = 0, ΔT (ºC) ΔL Linear (ΔL) Gambar 4.17 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi tuang 120 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi tuang 120 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,0014 ΔT + 0,0106. Sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,0014. Dengan L 0 =120 mm, maka diperoleh nilai α=1,167x10-5 ( C -1 ). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi 80mm dapat dilihat pada Lampiran 18.Dan Gambar 4.18 merupakan plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi 80mm terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi 80mm.

15 ΔL (mm) 0,045 0,04 0,035 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0,005 0 ΔL = 0,0006ΔT + 0,001 R² = 0, ΔT (ºC) ΔL Linear (ΔL) Gambar 4.18 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi 80 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi 80 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,0006 ΔT + 0,001. Sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,0006. Dengan L 0 =80mm, maka diperoleh nilai α=7,5x10-6 ( C -1 ). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi 100mm dapat dilihat pada Lampiran 19.Dan Gambar 4.19 merupakan plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi 100mm terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi 100mm.

16 ΔL (mm) 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0-0, ΔT (ºC) ΔL = 0,002ΔT - 0,0039 R² = 0,994 ΔL Linear (ΔL) Gambar 4.19 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi 100 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi 100 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,002 ΔT + 0,0039. Sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,002. Dengan L 0 =100 mm, maka diperoleh nilai α=2x10-5 ( C -1 ). Data dari perubahan panjang logam besi ( L) terhadap selisih perubahan temperatur pemanasan pada rongga besi ( T) untuk logam besi 120mm dapat dilihat pada Lampiran 20.Dan Gambar 4.20 merupakan plot grafik pertambahan panjang ( L) logam besi 120mm terhadap selisih perubahan temperatur ( T) logam besi 120mm.

17 ΔL (mm) 0,04 0,035 0,03 0,025 0,02 0,015 0,01 0, ΔT (ºC) ΔL = 0,0008ΔT+ 1E-05 R² = 0,9604 ΔL Linear (ΔL) Gambar 4.20 Grafik pertambahan panjang (ΔL) logam besi terhadap selisih perubahan temperatur (ΔT) logam besi 120 mm. Pada grafik pertambahan panjang logam besi tuang terhadap perubahan temperatur logam besi 120 mm diatas, diperoleh persamaan regresi linier ΔL = 0,0008 ΔT + 1E-05, sedangkan di dalam perumusan yang terdapat pada teori ekspansi linier logam yaitu L = L0 α T. Hal ini berarti nilai L/ T =c=0,0008. Dengan L 0 =120 mm, maka diperoleh nilai α=6,67x10-6 ( C -1 ). Untuk mempermudah membandingkan hasil perhitungan nilai ekspansi linear dari logam besi dan besi tuang dengan panjang masingmasing logamnya, maka dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut :

18 Jenis Logam Besi Tuang Besi Panjang Nilai α Nilai α Logam (ºC -1 ) Rata-rata(ºC -1 ) (mm) , , , , , , , Tabel 4.1 Tabel nilai ekspansi linear logam besi dan besi tuang hasil eksperimen Sedangkan nilai α besi dan besi tuang pada literatur masing-masing adalah α besi =11, (ºC -1 ) dan α besi tuang = (ºC -1 ). Bila temperaturnya dinaikkan, maka akan terjadi peningkatan energi yang disebabkan oleh atom-atom pada logam besi dan besi tuang mengalami peristiwa vibrasi atomik sehingga membuat jarak antar atom semakin melebar, hal ini mengakibatkan logam mengalami pemuaian karena jarak rata-rata antar atom membesar. Selain itu, sampel logam besi dan besi tuang tersebut juga diuji X-Ray Flourescent (XRF) untuk diketahui komposisi unsur-unsur apa saja yang terkandung didalamnya. Tabel 4.2 berikut merupakan hasil uji XRF untuk logam besi dan besi tuang :

19 Unsur Persen Berat (%) Besi Besi Tuang Al (Aluminium) 0,9 - Si (Silicon) 0,48 0,35 P (Phosporus) 0,14 0,35 Ca (Calcium) 0,5 0,27 Cr (Chromium) 0,037 0,11 Mn (Manganese) 0,815 0,25 Fe (Ferrum) 90,09 98,25 Cu (Cuprum) 0,093 0,21 Br (Bromine) 6,9 - K (Kalium) - 0,1 Ni (Nickel) - 0,11 Tabel 4.2 Tabel persen berat komposisi unsur penyusun logam besi dan besi tuang Berdasarkan hasil uji XRF (Lampiran 21), dapat dilihat bahwa unsur Si besi > Si besi tuang selisih 0,13%, unsur P besi < P besi tuang selisih 0,21%, unsur Ca besi > Ca besi tuang selisih 0,23%, unsur Cr besi < Cr besi tuang selisih 0,073%, unsur Mn besi > Mn besi tuang selisih 0,565%, Fe besi < Fe besi tuang selisih 8,16%, unsur Cu besi > Cu besi tuang selisih 0,117%. Dari data di atas diketahui bahwa sampel yang digunakan bukan logam besi murni. Dari tabel diatas juga bisa dilihat adanya perbedaan komposisi unsur penyusun dari logam besi dan besi tuang. Pada logam besi terdapat unsur Al (Aluminium) dan Br (Bromine), sedangkan pada logam besi tuang tidak terdapat kedua unsur itu. Tetapi pada logam besi tuang ini terdapat unsur K (Kalium) dan Ni (Nickel), sedangkan pada logam besi tidak terdapat kedua unsur itu.

20 Masing-masing komposisi unsur yang terkandung di dalam logam besi dan besi tuang yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sifat-sifat mekanik, antara lain : 1. Fe (Ferrum) Unsur Fe (Besi) merupakan silver white metal yang mempunyai sifat mekanik dapat ditempa, ulet, dapat menerima polish yang tinggi, dan memungkinkan berkarat di udara lembab. 2. Si (Silicon) Silicon adalah logam yang berkilau dan berwarna ke abu-abuan. Silicon merupakan semikonduktor yang baik. 3. Mn (Mangan) Mangan mempunyai sifat mekanik keras, rapuh (getas), dan dapat menerima polish yang brilian. Mangan merupakan silver white metal. 4. Cr (Crome) Crome adalah logam yang berwarna agak ke abu-abuan, dengan sifat mekanik keras, sangat tidak ulet, dan dapat dipoles. 5. Ni (Nickel) Unsur Ni (nikel) merupakan silver white metal yang bersifat mekanik lebih keras dibandingkan dengan besi (Fe), dapat ditempa, ulet, penghantar panas dan penghantar listrik yang hampir bagus. 6. Cu (Cuprum) Cuprum adalah logam yang berwarna merah kekuning-kuningan dan bersifat mekanik sangat mudah di tempa, penghantar panas yang baik,

21 penghantar listrik yang baik, serta tidak dapat bereaksi dengan udara kering. 7. Al (Alluminium) Silver white metal merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh alluminium. Alluminium memiliki sifat mekanik yaitu tidak berkilau, tidak magnit, dan mempunyai ketahanan korosi yang baik. 8. P (Phosphorus / fosfor) Fosfor adalah padatan yang berwarna putih dan larut dalam karbon disulfida. Unsur ini juga sangat beracun. 9. Ca (Calcium) Unsur ini tergolong dalam logam alkali tanah yang berwarna keperakan. Bila Calsium ini dibakar maka logam ini akan mengeluarkan warna oranye-merah (merah bata) dengan intensitas cahaya tinggi. Dalam bentuk bubuk calsium ini dapat bereaksi dengan air sangat cepat. Karena kepadatan dalam logam ini sangat rendah maka calsium ini merupakan konduktor yang lebih baik dari yang baik. 10. Br (Bromine) Unsur dari deret kimia halogen ini berbentuk cairan berwarna merah pada suhu kamar dan memiliki reaktivitas di antara klor dan yodium. Dalam bentuk cairan, zat ini bersifat korosif. Dalam bentuk gas, bromin bersifat toksik.

22 11. K (Kalium) Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya. Unsur ini sangat reaktif dan yang paling elektropositif di antara logam-logam. Kecuali litium, kalium juga logam yang sangat ringan. Elemen ini cepat sekali teroksida dengan udara dan harus disimpan dalam kerosene (minyak tanah). Seperti halnya dengan logam-logam lain dalam grup alkali, kalium mendekomposisi air dan menghasilkan gas hidrogen. Unsur ini juga mudah terbakar pada air. Kalium dan garam-garamnya memberikan warna ungu pada lidah api. Hubungan komposisi penyusun unsur-unsur kedua logam tersebut dengan hasil nilai α yang diperoleh dari penelitian ini, terkait pada tingkat homogenitas dan kemurnian dari logam yang digunakan. Tingkat kehomogenitasan dan kemurnian kedua logam yang digunakan berpengaruh pada saat logam dipanaskan untuk diukur nilai α-nya. Hal ini terkait konduksi panas yang terjadi pada logam saat logam dipanaskan.

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya, BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga ini akan dijelaskan metode penelitiannya, antara lain tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, bahan dan alat yang digunakan saat penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori I. Landasan Teori Bab 1 Pendahuluan Logam alkali dan alkali tanah memberikan warna nyala yang khas, warna nyala dari logam alkali tanah dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi adanya unsur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini akan dipaparkan hasil penelitian aplikasi multimode fiber coupler sebagai sistem sensor suhu dengan menggunakan probe baja. Terdapat dua hasil penelitian, yang

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA Oleh kelompok 7 AYU ANDRIA SOLIHAT (20130110066) SEPTIYA WIDIYASTUTY (20130110077) BELLA LUTFIANI A.Z. (20130110080) M.R.ERNADI RAMADHANI (20130110100) Pengertian Baja Baja

Lebih terperinci

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi BAB I MATERI 1.1 Pengertian Materi Dalam Ilmu Kimia kita mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan yang dialami materi, baik dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.3

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.3 SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.3 1. Penabahan kromium (Cr) pada baja bertujuan untuk... Meningkatkan kekuatan tariknya Mengisi ruang kosong antar atom besi pada

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 ) Nama : Gilang Adythia NPM : 23409095 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing: Ir. Tri Mulyanto, MT ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS

Lebih terperinci

BENDA, MATERI DAN ZAT

BENDA, MATERI DAN ZAT Modul III Kimia Tanggal: 9/9/2015 Berdasakan pengetahuan tentang sususan materi yang telah ada, kita dapat memahami sifat-sifat materi dan melakukan pengelompokkan. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK LOGAM

MATERIAL TEKNIK LOGAM MATERIAL TEKNIK LOGAM LOGAM Logam adalah Jenis material teknik yang dipakai secara luas,dan menjadi teknologi modern yaitu material logam yang dapat dipakai secara fleksibel dan mempunyai beberapa karakteristik.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para pengambil keputusan dan para ahli produksi

Lebih terperinci

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol Klasifikasi Materi Kimia unsur Iqmal Tahir Jurusan Kimia FMIPA UGM Kuantitas materi : Atom dan konsep mol Mol - Jumlah materi yang terkandung sebagai kuantitas dasar dalam bentuk atom, molekul atau partikel

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6 Pengantar Bahan listrik dalam sistem tanaga listrik merupakan salah satu elemen penting yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan listrik

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING 1) Yoga Adi Susila, 2) Dody Prayitno 1.2) Teknik Mesin Universitas Trisakti yogaadisusila@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

KIMIA UNSUR. (4) energi ionisasi kripton lebih tinggi daripada energi ioniasasi neon

KIMIA UNSUR. (4) energi ionisasi kripton lebih tinggi daripada energi ioniasasi neon KIMIA UNSUR GAS MULIA 1. Pernyataan di bawah ini yang merupakan sifat gas mulia a. terletak dalam sistem periodik pada periode kedelapan b. nomor atom terkecil adalah 8 c. sangat reaktif d. elektron pada

Lebih terperinci

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur 1. Identifikasi suatu unsur dapat dilakukan melalui pengamatan fisis maupun kimia. Berikut yang bukan merupakan pengamatan kimia adalah. A. perubahan warna B. perubahan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian komposisi kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan mesin spektrum komposisi kimia Optical Emission Spectrometer dan memberikan hasil pembacaan secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Kereaktifan Logam alkali dan alkali tanah luar biasa besar. Dalam satu golongan,

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN Al-Si-Cu YANG TELAH MENGALAMI SOLUTION TREATMENT 450 0 C, QUENCHING DENGAN AIR 27 0 C DAN AGING 150 0 C Disusun : LILIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

BAB III TABEL PERIODIK

BAB III TABEL PERIODIK BAB III TABEL PERIODIK 1. Pengelompokan Unsur-Unsur dan Perkembangannya Pengetahuan berbagai sifat fisis dan kimia yang dimiliki oleh unsur dan senyawanya telah banyak dikumpulkan oleh para ahli sejak

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI RESISTIVITAS AIR AKIBAT RADIASI MATAHARI PADA JENIS WADAH LOGAM

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI RESISTIVITAS AIR AKIBAT RADIASI MATAHARI PADA JENIS WADAH LOGAM ANALISIS DESKRIPTIF NILAI RESISTIVITAS AIR AKIBAT RADIASI MATAHARI PADA JENIS WADAH LOGAM Oleh: Ahmad Abtokhi ABSTRAK: Studi analisis nilai resistivitas air sangat penting untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian Tujuh2wujud Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

KIMIA (2-1)

KIMIA (2-1) 03035307 KIMIA (2-1) Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra Kuliah ke-1 Sejarah Perkembangan Kimia, pengertian dasar tentang zat, komposisi, struktur zat, unsur dan senyawa Faperta UNMUL 2011 KONTRAK

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH Sumidi, Helmy Purwanto 1, S.M. Bondan Respati 2 Program StudiTeknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN PUFFING Menurut Sulaeman (1995), teknik puffing merupakan teknik pengolahan bahan pangan dimana bahan pangan tersebut mengalami pengembangan sebagai akibat pengaruh

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.2

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.2 SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.2 1. Image not found http://latex.codecogs.com/gif.latex?w_{^3}^+ Unsur W mempunyai nomor atom 13 dan massa 27, maka Ion mempunyai...

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap korosi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Komposisi Bahan Hasil uji komposisi menunjukan bahwa material piston bekas mempunyai unsur paduan utama 81,60% Al dan 13,0910% Si. Adapun hasil lengkap pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pengerasan permukaan merupakan suatu proses untuk meningkatkan sifat kekerasan serta kinerja dari suatu komponen atau material. Kerusakan suatu material biasanya

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG SOAL ULANGAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2008/2009

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG SOAL ULANGAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG SOAL ULANGAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Mata Pelajaran : IPA Kelas : VII (Tujuh) Hari, tanggal : Kamis, 8 Januari 2009 Waktu : 90 menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Ir. Hari Subiyanto, MSc Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. KIMIA DASAR I PERTEMUAN 1 Tujuan Perkuliahan: Setelah proses pembelajaran ini selesai, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari larutan beserta contohnya. 2. Menjelaskan perbedaan larutan

Lebih terperinci

NAMA : KELOMPOK : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit.

NAMA : KELOMPOK : Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. NAMA : KELOMPOK : 90 Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X 5 /2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit. Materi Pokok : Sifat dan jenis larutan elektrolit dan non elektrolit. Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK A. Diagram Material Teknik Secara garis besar material teknik dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu 1. Logam (metal) dan 2. bukan logam (non metal). Logam (Metal) Logam besi (ferro)

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN Review II A. ELEKTROLISIS 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 O 4H + + O 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam membuat paduan logam lain untuk mendapatkan sifat bahan yang diinginkan. Baja merupakan

Lebih terperinci

KOEFISIEN MUAI PANJANG

KOEFISIEN MUAI PANJANG KOEFISIEN MUAI PANJANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat banyak sekali hal-hal yang terjadi berkaitan dengan pemuaian dan pengerutan suatu benda. Misalnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s Ikatan atom pada keramik Keramik Lukhi mulia s O Ikatan ion O Ikatan kovalen O Ikatan logam O Ikatan dipol O Ikatan antar atom dan sifat-sifat kristal 1 3 1438 1438 3 3 Pendahuluan O Keramik merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Oksidasi Spesimen baja AISI 4130 dilapisi alumunium dengan cara mencelupkan ke dalam bak alumunium cair pada temperatur 700 ºC selama 16 detik. NaCl/Na2SO4 dengan perbandingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirumuskan menjadi beberapa permasalahan. Batasan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirumuskan menjadi beberapa permasalahan. Batasan masalah BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian hingga manfaat penelitian yang dilakukan. Latar belakang masalah menjelaskan bahan

Lebih terperinci

SMP VIIa. Unsur, Senyawa, dan Campuran. Devi Diyas Sari SMP VIIa

SMP VIIa. Unsur, Senyawa, dan Campuran. Devi Diyas Sari SMP VIIa SMP VIIa Unsur, Senyawa, dan Campuran Devi Diyas Sari 08312244013 SMP VIIa PETA KONSEP Materi Zat murni Campuran Unsur Senyawa Homogen Heterogen Pendapat Jons Jacob Berzelius Lambang unsur yang sekarang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Resistor. Gambar Resistor

Resistor. Gambar Resistor Resistor Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perindustrian di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah industri elektroplating. Beragam barang perhiasan, peralatan rumah tangga, komponen

Lebih terperinci

MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA MODUL 10 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA () TINGKAT : XII PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 0 Umum Logam Campuran atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. Ilmu Pengetahuan Alam - Kelas VII SMP/MTs

GLOSSARIUM. Ilmu Pengetahuan Alam - Kelas VII SMP/MTs GLOSSARIUM Berat Besarnya gaya tarik bumi terhadap benda itu Jangka sorong Alat ukur panjang dengan tingkat ketelitian 0,1 mm Mikrometer sekrup Alat ukur panjang dengan tingkat ketelitian 0,01 mm Neraca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa LEMBAR KEGIATAN PERTEMUAN I I. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)-01 : Kelompok Nama Kelompok : Nama Anggota : 1. 4. 2. 5. 3. 6. A. Petunjuk: 1. Bacalah dulu infornasi singkat pada LKS ini,

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci