RENCANA PEMBANGUNAN PLTA UPPER CISOKAN PUMP STORAGE: TANTANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN TINDAK LANJUTNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PEMBANGUNAN PLTA UPPER CISOKAN PUMP STORAGE: TANTANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN TINDAK LANJUTNYA"

Transkripsi

1 RENCANA PEMBANGUNAN PLTA UPPER CISOKAN PUMP STORAGE: TANTANGAN LINGKUNGAN HIDUP DAN TINDAK LANJUTNYA Tona Indora, Arief Heryana Abstrak Berdasarkan RUPTL , disebutkan bahwa PLN akan memprioritaskan pengembangan panas bumi dan tenaga air. Kedua jenis energi ini dapat masuk ke sistem tenaga listrik kapan saja mereka siap, walaupun dengan tetap memperhatikan kebutuhan demand dan adanya rencana pembangkit yang lain. Pada RUPTL juga disebutkan bahwa apabila ada potensi, PLN lebih mengutamakan pembangkit yang menggunakan energi hidro, seperti pumped storage, PLTA peaking dengan reservoir. Potensi energi hidro sebagai energi terbarukan di Indonesia cukup tinggi. Salah satu PLTA yang akan dibangun oleh PLN adalah PLTA Upper Cisokan Pump Storage (PLTA UCPS) dengan daya sebesar 1040 MW (4 x 260 MW). PLTA UCPS tersebut akan menggunakan Bendungan Atas dan Bendungan Bawah. Lahan yang terkena area pembangunan adalah seluas 350 Ha, yang terdiri atas tanah milik Masyarakat dan lahan kehutanan. Pembangunan PLTA UCPS akan menggunakan dana pinjaman pemerintah yang berasal dari Bank Dunia (World Bank). Bank Dunia sangat memberikan perhatian terhadap dampak yang akan timbul dari proyek-proyek yang menggunakan dana mereka. Maksud dari langkah Bank Dunia ini adalah agar masyarakat ataupun lingkungan hidup tidak mendapatkan dampak negatif akibat pembangunan tersebut. Makalah ini akan membahas secara umum tentang persyaratan-persyaratan lingkungan hidup terkait dengan rencana pra-konstruksi pembangunan PLTA UCPS, baik dari Pemerintah Indonesia maupun dari Bank Dunia, seperti AMDAL, Land Acquisition and Resettlement Plan (LARAP) dan Enviromental Management Plan (EMP). Pada akhir makalah ini akan disampaikan rencana tindak lanjut dari persyaratan-persyaratan tersebut. Kata Kunci-PLTA, Upper Cisokan Pump Storage, AMDAL, LARAP, EMP I. PENDAHULUAN Kebutuhan energi listrik di Indonesia dari tahun ketahun akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk dan kemajuan ekonomi. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Tahun , dengan proyeksi pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,6 1,7% dan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,9%, maka proyeksi kebutuhan energi listrik pada tahun 2021 adalah sebesar 358,3 TWh (lihat Tabel 1) [1]. Kebutuhan energi listrik tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan energi primer, khususnya yang berasal dari fosil. Sementara itu energi primer yang berasal dari nonfosil belum sepenuhnya dimanfaatkan. Ketidak selarasan antara kebutuhan dan ketersediaan energi tersebut dapat menimbulkan ancaman krisis energi. Oleh karena itu pemerintah tidak akan mengizinkan lagi pembangunan pembangkit listrik yang akan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dalam operasionalnya. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, untuk menghemat penggunaan BBM di Tanah Air, pembangkit listrik yang akan dibangun tersebut harus 1

2 menggunakan potensi yang ada di daerah pembangunannya [2]. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, mempunyai empat cara untuk mengatasi persoalan energy di Indonesia. Salah satu caranya adalah mendorong secara masif pengembangan energi baru dan terbarukan. Diantaranya adalah panas bumi ( MW), hidropower ( MW) dan tenaga surya ( MW) [3]. Potensi tenaga air di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study (HPPS) pada tahun 1983 adalah MW, dan angka ini diulang kembali pada Hydro Power Inventory Study pada tahun Namun pada laporan Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun 2011, potensi tenaga air setelah menjalani screening lebih lanjut adalah MW, yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek yang sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru ( MW) [1]. Berdasarkan RUPTL Tahun [1], maka PLN akan memprioritaskan pengembangan panas bumi dan tenaga air. Hal ini dikarenakan kedua jenis energi ini dapat masuk ke sistem tenaga listrik kapan saja mereka siap, walaupun dengan tetap memperhatikan kebutuhan demand dan adanya rencana pembangkit yang lain. Pada RUPTL tersebut juga disebutkan bahwa apabila ada potensi, PLN lebih mengutamakan pembangkit yang menggunakan energi hidro, seperti pumped storage, PLTA peaking dengan reservoir. Tabel 1. Perkiraan Kebutuhan Enegri Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi [1] 2

3 II. PLTA UCPS Pembangkit Listrik Tenaga Air Upper Cisokan Pump Storage (PLTA UCPS), dibangun dengan tujuan utama untuk dapat meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Jawa-Bali dan memikul beban puncak. PLTA ini memanfaatkan potensi tenaga air Sungai Cisokan dan aliran sungai lain di sekitarnya yang terletak pada Sub dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisokan daerah hulu serta berada di daerah geografi Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. PLTA UCPS didesain menggunakan sistem pumped storage yang merupakan sistem PLTA yang pertama dan terbesar di Indonesia. Dengan sistem pumped storage ini maka PLTA UCPS akan menggunakan dua buah genangan waduk (reservoir). Waduk hulu (upper reservoir) yang mempunyai elevasi muka air tertinggi sekitar 796,5 mdpl, dibuat dengan membendung Sungai Cirumanis (anak Sungai Cisokan) dan akan menjadi genangan seluas ± 80 Ha. Sedangkan waduk hilir (lower reservoir) dibuat dengan cara membendung Sungai Cisokan dan akan menjadi genangan seluas ± 260 Ha. Elevasi muka air yang tertinggi pada waduk hulu ini adalah sekitar 499,5 mdpl. Pada saat beban puncak maka air dialirkan dari waduk hulu ke waduk hilir sehingga menghasilkan listrik sebesar MW. Sedangkan pada saat beban dasar, maka air akan dipompakan dari waduk hilir ke waduk hulu. Keuntungan yang akan didapat dari PLTA ini adalah pendapatan saat membangkitkan energi listrik (saat tarif listrik tinggi karena berada pada Waktu Beban Puncak) dikurangi dengan biaya untuk memompakan air dari waduk hilir ke hulu (saat tarif listrik rendah karena berada pada Luar Waktu Beban Puncak) dan dikurangi dengan biaya operasional lainnya. Gambar 1. Waduk Hulu dan Waduk Hilir PLTA UCPS 3

4 Salah satu kelebihan PLTA UCPS adalah memerlukan total lahan yang dibebaskan lebih kecil dibandingkan dengan PLTA Saguling ataupun PLTA Cirata (lihat Tabel 2.). No. Tabel 2. Perbandingan PLTA dan Luas Lahan PLTA Kapasitas Pembangkitan [MW] Luas Lahan [Ha] Kapasitas Penampungan Air [juta m3] 1 Saguling Cirata UCPS PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan VI (PLN UIP VI) diberi tugas untuk melalukan pengendalian kontruksi pembangunan PLTA UCPS ini. III. TANTANGAN LINGKUNGAN HIDUP Pembangunan PLTA UCPS berada di area yang mempunyai potensi dampak besar dan dampak penting terhadap lingkungan hidup, baik terhadap perubahan Geologi-Fisika, Biologi maupun Sosial-Ekonomi-Budaya. Karena dana untuk pembangunan PLTA UCPS ini berasal dari dana bantuan Bank Dunia, maka perhatian tentang lingkungan hidup diberikan selain oleh Pemerintah Indonesia juga oleh Bank Dunia. Bank Dunia sangat memberikan perhatian pada proyek yang menggunakan dana mereka terhadap dampak lingkungan yang timbul. Bank Dunia memiliki kebijakan untuk mendukung proyek yang akan mengakibatkan degradasi lingkungan yang signifikan. Mengingat sangat luasnya permasalahan lingkungan hidup terhadap pembangunan PLTA UCPS, maka pada tulisan ini akan dipaparkan secara umum tantangan yang ada terhadap persyaratan-persyaratan lingkungan hidup dalam tahap pra-konstruksi pembangunan PLTA UCPS tersebut, yaitu: 3.1. AMDAL [4] Untuk pembangunan PLTA UCPS telah dilakukan study Amdal Pembangunan PLTA Cisokan Hulu (Pump Storage) pada tahun 2007, yang kemudian dilengkapi dengan study untuk Pembangunan SUTET 500 kv (2008) dan Pembangunan Jalan Hantar, Quarry dan Fly Ash (2011). Tantangan yang terdapat dalam dokumen Amdal pada tahap pra-konstruksi sebagaimana terlihat pada Tabel 3. di bawah ini: 4

5 No. Tabel 3. Dampak Besar dan Penting Pada Tahap Pra-Konstruksi [4] Sumber Kegiatan Dampak Besar dan Penting 1. Pembebasan Lahan 1. Keresahan sosial pemilik lahan yang terkena proyek karena persyaratan administrasi hak atas tanah pada proses pembebasan lahan serta munculnya para spekulan tanah. 2. Keresahan sosial pemilik lahan terhadap nilai ganti rugi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. 3. Keresahan sosial penggarap lahan (landless) karena tidak memiliki lahan untuk tinggal ataupun untuk mencari nafkah. 4. Pengurangan pemilikan lahan yang berakibat pada berkurangnya pendapatan. 2. Pemindahan Penduduk 1. Keresahan sosial penduduk di rencana daerah genangan karena khawatir terhadap pemukiman kembali dan kehidupan di tempat yang baru. 2. Keresahan sosial penduduk di daerah rencana pemukiman kembali (penduduk penerima) Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) [5] Maksud dari penyusunan LARAP untuk rencana pembangunan PLTA Upper Cisokan Pumped Storage adalah untuk mempersiapkan laporan yang terkait dengan penggantian lahan dan rencana pemukiman kembali penduduk yang lahannya digunakan oleh PT PLN (Persero) dalam perencanaan proyek, dan sebagai materi yang akan diajukan kepada calon penyandang dana. Adapun tujuan dari penyusunan LARAP adalah sebagai berikut: a. Mengurangi dampak negatif pembebasan lahan sehingga tingkat kehidupan Warga Terkena Proyek (WTP) tidak akan menurun. b. Memberi kesempatan kepada WTP untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. c. Mendapatkan data akurat tentang WTP dan data lainnya sesuai dengan pedoman yang berlaku di Indonesia dan pedoman dari pihak calon penyandang dana (Bank Dunia), sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan LARAP. d. Melakukan sosialisasi LARAP kepada masyarakat berkaitan dengan pengalihan asset, penyamaan persepsi dan perolehan masukan dari WTP. e. Menyusun arahan/usulan umum tentang rencana pemukiman kembali bagi WTP yang dipindahkan. f. Menyediakan mekanisme penyampaian keluhan dan prosedur pemantauan serta evaluasi pelaksanaan LARAP. g. Menyusun kebijakan dalam memenuhi kepentingan Peraturan Pemerintah Indonesia maupun Bank Dunia. 5

6 Dari hasil studi LARAP tersebut terdapat beberapa hal penting yang perlu ditindak lanjuti, antara lain sebagai berikut: Respon Masyarakat Terhadap Rencana Pemukiman Kembali Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Penunjukan Lembaga Penilai Independen Berlisensi BPN Pembentukan Tim Perumus Kebijakan Pemukiman Kembali (TPKP) dan Tim Pelaksana Pemukiman Kembali (TPP) Pembentukan Gugus Tugas Advokasi dan Penanganan Keluhan Pembentukan Pemantau Independen (IMA) Penyampaian Laporan dari Institusi Terkait 3.3. Environmental Management Plan (EMP) [6] PLTA UCPS memiliki skema rencana pengelolaan lingkungan yang komprehensif yang tertuang dalam Environmental Management Plan (EMP). Rencana Pengelolaan Lingkungan (EMP) merupakan dokumen yang memuat upaya PLN untuk mengontrol dan meminimalkan dampak-dampak lingkungan dan sosial berkenaan dengan aktivitas pembangunan dan operasional PLTA UCPS. Implementasi EMP akan memastikan PLN, kontraktor, konsultan dan perusahaan di bawah koordinasinya agar mengerjakan kegiatan konstruksi dan operasi PLTA UCPS dengan selayaknya untuk melindungi dan menjaga lingkungan alami dan sosial. Aspek lingkungan dan sosial yang teridientifikasi dalam studi EMP yang harus diselesaikan dalam tahap pra-konstruksi adalah: 1. Perijinan 2. Pembebasan Lahan 3. Pemukiman Kembali Ketiga hal tersebut di atas akan dikaji lebih dalam pada dokumen tersendiri yaitu studi LARAP. Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan sebelum pekerjaan prakonstruksi dimulai, yaitu: 1. Rencana pengelolaan pembangunan dan base camp pekerja 2. Rencana pengelolaan pembersihan reservoir 3. Rencana pengelolaan masyarakat dan sosial 4. Rencana pengelolaan peninggalan budaya fisik 5. Rencana Pengelolaan Keragaman biota 6. Rencana Pengelolaan Lingkungan Pembangunan Access Road 7. Rencana Pengelolaan Lingkungan Transmisi (pembangunan dan operasi). 6

7 8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Quarry 9. Rencana Operasional Pengelolaan Lingkungan i. Rencana Hubungan Sosial dan Masyarakat ii. Rencana Pengelolaan Keragaman Biota iii. Rencana Pengelolaan Bendungan dan Reservoir iv. Rencana Pengelolaan DAS IV. RENCANA TINDAK LANJUT 4.1. AMDAL Berdasarkan Tabel 3.1. di atas, maka PLN diamanatkan oleh Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembangunan PLTA UCPS untuk melakukan hal-hal seperti yang tercantum pada Tabel 4. No. Sumber Kegiatan 1. Pembebasan Lahan 2. Pemindahan Penduduk Tabel 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup PLTA UCPS Tahap Pra-Kontruksi [4] Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Pemrakarsa, melalui Tim Pembebasan Tanah mengadakan sosialisasi bekerjasama dengan instansi terkait dan mengikutsertakan para tokoh masyarakat, dan semua stakeholders. 2. Pemrakarsa mengadakan musyawarah dengan masyarakat yang akan terkena proyek, untuk membicarakan masalah penetapan besarnya uang ganti rugi dan memberikan penyuluhan mengenai pemanfaatan uang ganti rugi dan kompensasi untuk keperluan yang bermanfaat. 3. Sistem pembebasan lahan dan besarnya ganti rugi harus berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. 4. Khusus untuk landless akan dilakukan penanganan mengacu padaprosedur Pelaksanaan dari Bank Dunia OP 4.12 tentang involuntary resettlement. 1. Pemrakarsa mengadakan musyawarah dengan masyarakat yang akan dipindahkan maupun masyarakat penerima untuk membicarakan soal rencana pemindahan penduduk. 2. Pemrakarasa memberikan pelatihan kepada masyarakat yang akan dipindahkan terutama yang berkaitan dengan usaha baru yang bisa dikembangkan di lokasi pemukiman yang baru LARAP Respon Masyarakat Terhadap Rencana Pemukiman Kembali Dari 583 kepala keluarga yang berpotensi harus pindah, 471 kepala keluarga ingin pindah sendiri dan 98 kepala keluarga (KK) ingin dipindahkan oleh pemerintah. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah sebagai berikut: A. Tempat Pemukiman yang Dikelola oleh Pemerintah 1. PLN mengajukan izin ke Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur dan Propinsi Jawa Barat untuk menggunakan Kampung Munjul, Pasir Taritih dan Nagrak Hamlets sebagai lokasi pemukiman kembali. 2. Setelah izin pemerintah diberikan, PLN melakukan studi kelayakan dan daya dukung lingkungan kedua lokasi pemukiman kembali tersebut. 3. Kunjungan lokasi dan konsultasi tentang persepsi WTP terhadap lokasi. 7

8 4. Keputusan lokasi relokasi berdasarkan hasil studi. 5. Mendiskusikan dengan WTP mengenai desain awal rencana pemindahan dan upaya perbaikan ekonomi sesuai karakteristik lokal. 6. Desain dan konstruksi fisik pemukiman baru termasuk fasilitas lain yang diminta oleh WTP jika di dalam komunitas terdapat 30 KK. 7. Relokasi WTP ke lokasi pemukiman baru. 8. Pemukiman dan perlakuan untuk pemukiman baru, yang meliputi aspek sosial-psikologis dan pembangunan ekonomi. B. Pemukiman Kembali Atas Kemauan Sendiri 1. Pemerintah harus memberikan informasi kepada WTP mengenai rencana pengembangan lokasi yang diinginkan oleh WTP (di wilayah sekitar proyek). 2. Membimbing dan memberikan bantuan kepada WTP yang ingin pindah atas keinginan sendiri melalui pembangunan ekonomi skala kecil. 3. Setiap kelompok WTP (minimal 30 kepala keluarga) yang ingin pindah akan mendapatkan fasilitas jalan, drainase dan fasilitas umum lainnya yang akan didanai oleh PLN. Untuk merealisasikan janji ini, PLN akan membangun unit pemukiman kembali yang dikoordinasikan dengan Tim Pelaksana Pemukiman Kembali. 4. Pemantauan pengembangan ekonomi Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) PLN akan menyerahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk membentuk dan menetapkan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) di Provinsi Jawa Barat dan di tingkat Kabupaten Bandung Barat serta Kabupaten Cianjur. Selain P2T, akan dibetuk Tim Gabungan Pemerintah Daerah dan PLN yang tugasnya mendaftar warga tanpa keterangan sesuai dengan pedoman Bank Dunia OP Tim gabungan akan melakukan inventarisasi investasi personal milik WTP tanpa surat keterangan resmi yang mungkin memiliki asset dalam bentuk struktur fisik atau tanaman pertanian Penunjukan Lembaga Penilai Independen Berlisensi BPN Lembaga ini akan menentukan keberhakan dengan mengikuti kriteria LARAP, WTP tanpa surat keterangan resmi yang mungkin memiliki investasi personal asset dalam bentuk struktur fisik atau tanaman pertanian dan menilai asset tersebut. Lembaga ini juga akan menilai keberhakan bantuan untuk mereka Pembentukan Tim Perumus Kebijakan Pemukiman Kembali (TPKP) dan Tim Pelaksana Pemukiman Kembali (TPP). 8

9 TPKP akan meninjau rencana pemukiman kembali yang dibuat oleh konsultan LARAP yang akan dijadikan kebijakan oleh Pemda terkait. TPP akan mengkoordinasikan semua aktifitas pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk bantuan dan perbaikan kehidupan/pendapatan sosial ekonomi WTP setelah proyek dilaksanakan Pembentukan Gugus Tugas Advokasi dan Penanganan Keluhan (Grievance Task Force) Gugus tugas ini terdiri dari PLN dan para ahli yang direkrut. Tugasnya adalah mendampingi warga atau WTP selama proyek, dan mengakomodasi serta memfasilitasi penanganan pengaduan selama proyek Pembentukan Pemantau Independen (Independent Monitoring Agency) Lembaga ini berfungsi sebagai Pemantau Independen sekaligus pelaksana evaluasi atas dampak pelaksanaan proyek secara keseluruhan EMP EMP merupakan dokumen hidup. Dengan demikian maka EMP harus dilakukan pengkinian informasi terhadap rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan rencana semula. Selain itu perlu juga dilakukan penyusunan rencana yang lebih implementatif jika rencana pengelolaan yang tercantum pada EMP masih berbentuk pedoman yang bersifat secara umum. Secara garis besar Rencana Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Management Plan/BMP) telah disusun dan menjadi salah satu sub-plan di bawah EMP. Rencana pengelolaan keanekaragaman hayati ini membutuhkan pekerjaan lebih lanjut untuk diselesaikan dan diimplementasikan sebelum kegiatan konstruksi dimulai. BMP harus memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana melindungi dan memulihkan habitat di lokasi proyek, serta melindungi dan mengelola spesies yang terancam punah. Diharapkan penerapan BMP melalui pendekatan yang adaptif. Hal ini mengharuskan adanya pemantauan implementasi secara berkala, dan rencana yang fleksibel untuk memungkinkan adanya perubahan pendekatan (tergantung pada pelaksanaan dan permasalahan di lapangan). V. KESIMPULAN Dari uraian di atas terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengelolaan lingkungan hidup dalam kaitan pembangunan suatu PLTA yang menggunakan dana bantuan Bank Dunia merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak pihak. 9

10 2. Hasil studi LARAP merupakan rincian dari upaya pengelolaan aspek social yang dalam dokumen AMDAL dikaji tidak terlalu mendalam. 3. Dokumen EMP merupakan panduan bagi PLN, Konsultan Supervisi dan kontraktor dalam melaksanakan kegiatan konstruksi dan operasi PLTA UCPS. Beberapa bagian dokumen EMP harus disusun kembali untuk memperoleh rencana yang lebih implementatif. VI. REFERENSI [1] Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun [2] Plasadana-Content Slution Agency, edisi 12 Mei 2012, Pembangkit Berbahan Bakar Minyak, Sampai Di sini., (diakses pada tanggal 24 September 2013). [3] Kompas.com, edisi 21 Oktober 2013, Empat Cara Atasi Krisis Energi ala Jero Wacik. (diakses pada tanggal 24 September 2013). [4] PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan jawa, Bali dan Nusa Tenggara-Proyek Pembangkit dan Jaringan Jawa Barat, Rencana Pengelolaan Lingkungan PLTA Cisokan Hulu (Pumped Storage) [5] PT PLN (Persero) dan LPPM Unpad, Laporan Akhir LARAP Upper Cisokan Pump Storage. 18 Maret [6] PT PLN (Persero), Final Environmental Management Plan Upper Cisokan Pumped Storage Hidro Power Scheme

BAB I PENDAHULUAN. Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon MW dan potensi baru sebesar MW.

BAB I PENDAHULUAN. Master Plan Study for Hydro Power Development in Indonesia oleh Nippon MW dan potensi baru sebesar MW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi tenaga air di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study (HPPS) pada tahun 1983 adalah 75.000 MW, dan angka ini diulang kembali pada Hydro power inventory

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu

Lebih terperinci

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) 2015-2024 DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT 35.000 MW Arief Sugiyanto Divisi Perencanaan Sistem, PT PLN (Persero) arief.sugiyanto@pln.co.id S A R I Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius 75-100 yaitu program yang memiliki makna bahwa pada hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 tahun pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012, BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari

Lebih terperinci

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized SFG2511 DOKUMEN RENCANA KERJA PENGADAAN LAHAN (LAND ACQUISTION AND RESETTLEMENT ACTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007 Ir. Nini Medan,, 29 Maret 2007 LATAR BELAKANG 1. SETIAP PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN 2. TAHAPAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TERDIRI DARI PRA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI,

Lebih terperinci

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN www.detik.com I. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

2014, No Nomor 5286); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tanggal 3 November 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara se

2014, No Nomor 5286); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tanggal 3 November 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara se BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.708, 2014 KEMENESDM. Retensi Arsip Substantif. Ketenagalistrikan. Jadwal. PERATUR MENTERI ENERGI D SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTG JADWAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. No.79, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Energi listrik sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

Saran dan Harapan untuk Lembaga Penelitian dan Indonesia

Saran dan Harapan untuk Lembaga Penelitian dan Indonesia BAB VI Catatan Akhir: Saran dan Harapan untuk Lembaga Penelitian dan Indonesia Sebagai catatan akhir, ada beberapa saran dan harapan dari Benny Facius Dictus demi kemajuan dunia penelitian dan industri

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 7,3 6,5 11,0 9,4 10,2 9,6 13,3 12,0 9,6 9,0 12,9 10,4 85,3 80,4 78,1 83,6 74,4 75,9 65,5 76,6 71,8 74,0 61,2 73,5 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proyeksi permintaan energi listrik di Indonesia tumbuh pesat setiap tahunnya. Sebagaimana dipublikasikan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) dalam Rencana Usaha

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. investasi dan persyaratan pembiayaan yang ada di Bank BNI. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1 Berdasarkan hasil analisis data dari studi kasus analisis risiko kredit pada pembiayaan proyek PLTU maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi disaat musim penghujan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64,2012 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK

Lebih terperinci

GLossary. Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency) Penilaian Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)

GLossary. Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency) Penilaian Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment) GLossary ADB AFD AMDAL EIA EMP ESIA ESMF ESS ESSBCM FS IFC IPP LARAP MFI PT SMI RKL-RPL SIA ToR UKL-UPL Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat strategis dalam mengamankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik oleh PLN. Data kementrian ESDM tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini, sumber bahan bakar minyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini, sumber bahan bakar minyak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi merupakan kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini, sumber bahan bakar minyak merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Penggunaan Sistem Upaya Perlindungan Negara (CSS) di Tingkat Instansi bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Penggunaan Sistem Upaya Perlindungan Negara (CSS) di Tingkat Instansi bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Penggunaan Sistem Upaya Perlindungan Negara (CSS) di Tingkat Instansi bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Ringkasan Konsultasi dengan Organisasi Masyarakat Sipil 11 Desember 2017, Le Méridien Hotel, Jakarta

Lebih terperinci

Latar Belakang Gambar 1. Kriteria Pinjaman Daerah

Latar Belakang Gambar 1. Kriteria Pinjaman Daerah Ringkasan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMF-Environmental and Social Management Framework) Regional Infrastructure Development Fund (RIDF) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR Latar Belakang RIDF

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM PT. INDONESIA POWER adalah perusahaan pembangkit listrik terbesar di Indonesia yang merupakan salah satu anak perusahaan listrik milik PT. PLN (Persero). Perusahaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN ENERGI TERBARUKAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. UU No. 30 Tahun 2009 (Pasal 2) tentang Ketenagalistrikkan

PENDAHULUAN. UU No. 30 Tahun 2009 (Pasal 2) tentang Ketenagalistrikkan PENDAHULUAN Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum Bab III Studi Kasus III.1 Daerah Aliran Sungai Citarum Sungai Citarum dengan panjang sungai 78,21 km, merupakan sungai terpanjang di Propinsi Jawa Barat, dan merupakan salah satu yang terpanjang di Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pengembangan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi cara struktural dan non-struktural untuk mengendalikan, mengolah sumber daya air

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1.

- 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. - 308 - I. PEMBAGIAN URUSAN AN PERTANAHAN SUB 1. Izin Lokasi 1. Penetapan kebijakan nasional mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria izin lokasi. 2.a. Pemberian izin lokasi lintas provinsi. b.

Lebih terperinci

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1.

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. - 235 - I. PEMBAGIAN URUSAN AN PERTANAHAN SUB 1. Izin Lokasi 1. Penetapan kebijakan nasional mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria izin lokasi. 2.a. Pemberian izin lokasi lintas provinsi. b.

Lebih terperinci

Indonesia Water Learning Week

Indonesia Water Learning Week KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Indonesia Water Learning Week DisampaikAllan oleh: Alihuddin Sitompul- Direktur Aneka Energi

Lebih terperinci

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT LATAR BELAKANG Jumlah penduduk di Jawa Barat 44,28 juta jiwa (2012) dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,7% per tahun dan diprediksi akan mencapai

Lebih terperinci

II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2012

II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2012 I. PENDAHULUAN PT. Sejahtera Alam Energy efektif melaksanakan pengembangan panas bumi WKP Panas Bumi Daerah Baturraden - Provinsi Jawa Tengah mulai tanggal 12 April 2011 berdasarkan Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pembangunan berkelanjutan yang menekankan perlunya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan antar generasi,

Lebih terperinci

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prasarana pengairan seperti waduk. Sejumlah besar waduk di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prasarana pengairan seperti waduk. Sejumlah besar waduk di Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selain memiliki potensi air permukaan yang begitu besar Wilayah Sungai (WS) Brantas juga dihadapkan dengan permasalahan bidang pengairan seperti penyediaan air baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK 4.1. Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan

Lebih terperinci

Aceh Gencar Kembangkan Potensi Energi Terbarukan

Aceh Gencar Kembangkan Potensi Energi Terbarukan Aceh Gencar Kembangkan Potensi Energi Terbarukan Pemenuhan kebutuhan energi, termasuk energi listrik, merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh ke depan. Karena itu, upaya pemanfaatan potensi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI I. UMUM Sumber daya Panas Bumi merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 89 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 89 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 89 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN ENERGI, SUMBER DAYA MINERAL KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa daerah aliran sungai

Lebih terperinci

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 28 Oktober 2016. Indonesia: Akses Energi erkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik Nama Akses Energi erkelanjutan

Lebih terperinci

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PROSPEK KEBERHASILAN LISTRIK MW

PROSPEK KEBERHASILAN LISTRIK MW BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI REPUBLIK INDONESIA PROSPEK KEBERHASILAN LISTRIK 35.000 MW Prof. Dr. Rizal Djalil Bandung, 3 Agustus 2015 A.1 Situasi Kelistrikan di Berbagai Wilayah Indonesia per Maret 2015

Lebih terperinci

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali Lampiran 6 : Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali 1. Definisi-definisi a. Definisi-definisi yang digunakan dalan kerangka kebijakan ini adalah : 1). Sensus adalah hitungan per kepala

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci