Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali"

Transkripsi

1 Lampiran 6 : Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali 1. Definisi-definisi a. Definisi-definisi yang digunakan dalan kerangka kebijakan ini adalah : 1). Sensus adalah hitungan per kepala dari orang-orang yang diusulkan dalam subproyek yang memenuhi persyaratan sebagai orang yang terkena dampak (displaced person). Tanggal sensus adalah patokan tanggal pencacahan penduduk dalam wilayah sub-proyek/program yang akan menerima kompensasi, pemukiman kembali dan atau penggusuran dan bantuan rehabilitasi lainnya. 2). Kompensasi, yang dimaksud adalah biaya penggantian seperti yang ditentukan dalam Sub Bab 4 Kerangka Kebijakan ini, yang diberikan sebagai penggantian atas tanah dan bangunan yang dibebaskan, secara keseluruhan atau sebagian dan semua aset/benda tak bergerak di atas tanah dan bangun-bangunan serta tanaman dan pohon. 3). Pembebasan lahan, yang dimaksud adalah kegiatan dalam rangka perolehan lahan, bangunan atau aset-aset lain dari orang-orang yang terkena dampak untuk kepentingan sub-proyek/proyek yang diusulkan masyarakat. 4). Orang yang tergeser, adalah orang-orang yang tanah atau bangunannya dibebaskan sebagian sebagai akibat pelaksanaan sub-proyek/program tetapi masih mungkin tinggal lokasi lama. Mereka mengalami atau akan mengalami dampak negatif, seperti (i) memburuknya kwalitas kehidupan, (ii) hilang/berkurangnya hak atas tanah dan rumah (termasuk tanah pertanian dan tanaman) atau aset fisik lainnya yang dimiliki secara permanen/sementara, (iii) hilang/berkurangnya akses ke aset produktif secara permanen/sementara, (iv) hilang/berkurangnya penghasilan/bisnis/pekerjaan/tempat kerja atau sumber penghasilan. 5). Orang yang tergusur, dalam hal ini adalah orang-orang yang dipaksa pindah dari lokasi mereka sebelumnya karena : (i) semuanya atau lebih dari 50% dari lahan atau bangunan mereka terkena sub-proyek/program, atau (ii) kurang dari 50 % dari lahan atau bangunan mereka terkena subproyek/program dan bagian yang tersisa secara ekonomi tidak layak atau tidak dapat dihuni 6). Bantuan rehabilitasi, yang dimaksud adalah penyediaan dana tunai atau berupa aset-aset atau dalam bentuk bantuan lain yang diberikan kepada orang yang terkena dampak proyek yang tidak memiliki lagi hak hukum atas aset-aset yang dibebaskan oleh proyek sampai paling sedikitnya sama atau meningkatkan tingkat kehidupan mereka hingga lebih baik dari sebelum proyek. 7). Pemukiman kembali, yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu upaya atau kegiatan untuk merelokasi orang yang terkena dampak proyek (tergusur) ke suatu permukiman baru, sehingga kemudian mereka dapat mengembangkan kehidupan yang lebih baik. L VI - 1

2 8). Penggusuran (involuntary displacement), yang dimaksud adalah kegiatan memindahkan penduduk tanpa penjelasan yang cukup atau tidak memberikan pilihan kepada yang bersangkutan, dalam bentuk; (a) membebaskan lahan yg berakibat (i) relokasi atau kehilangan tempat tinggal, (ii) kehilangan aset atau akses ke aset, (iii) kehilangan penghasilan atau sumber penghasilan, tidak peduli yang bersangkutan harus pindah ke tempat lain atau tidak; atau (b) larangan paksa untuk memasuki ruang terbuka resmi dan wilayah lindung yang memberi dampak negatif kepada yang bersangkutan. 9). Sub-proyek/program adalah investasi pembangunan perumahan dan atau prasarana/sarana yang didanai PNPM Mandiri Perkotaan. 2. Prinsip-Prinsip Dasar b. Pemukiman kembali dapat mengakibatkan penderitaan dalam jangka panjang, kemiskinan dan kerusakan lingkungan kecuali dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar yang baik sebagai berikut ini: 1). Usulan (proposal) kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) harus meminimalkan pembebasan lahan dan aset-asetnya dan pemukiman kembali non swakarsa (paksa). Kelompok-kelompok yang mengusulkan harus telah memperhitungkan alternatif-alternatif rancangan yang memungkinkan minimalisasi penggusuran. 2). Kelompok-kelompok yang mengusulkan akan melakukan proses-proses secara transparan dan partisipatif untuk meyakinkan bahwa semua orang yang terkena dampak proyek menyetujui tiap usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) yang mengandung pembebasan lahan atau pemukiman kembali. 3). Kelompok-kelompok yang mengusulkan kegiatan (sub-proyek/program) harus menyetujui untuk memasukkan biaya pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali non swakarsa didalam usulan kegiatan mereka sebagai bagian dari biaya sub-proyek/programnya. Biaya kompensasi harus dibayar dengan dana swadaya masyarakat sendiri atau dana pemerintah (dana yang berasal dari JRF tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi). 4). Sejalan dengan kebiasaan/tradisi, anggota masyarakat dapat memilih secara sukarela menyumbang lahan atau aset-aset dan/atau relokasi secara sementara atau permanen dari tempat tinggal mereka tanpa kompensasi. Sumbangan lahan atau aset ini harus benar-benar dipahami oleh masyarakat yang terkena dampak dan alasan/tujuan mengapa lahan tersebut disumbangkan berikut semua konsekwensinya (hukum, sosial dan ekonomi) dalam menyumbang lahan atau aset tersebut. 5). Masyarakat yg terkena dampak harus mendapat bantuan agar dapat memulihkan kondisi kehidupan dan penghidupan mereka minimum sama dengan kondisi sebelum proyek atau malah lebih baik. 3. Kerangka Kerja c. Dalam hal sebuah usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) memerlukan pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali, maka usulan sub-proyek/program tersebut harus sudah mengidentifikasi kebutuhan lahan yang perlu dibebaskan, jumlah dan nama-nama orang yang terkena dampak L VI - 2

3 proyek (tergeser dan tergusur), dan perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk kompensasi dan pemukiman kembali. d. Usulan/proposal yang akan mengakibatkan dampak pada 200 orang atau lebih, biasanya akan memerlukan waktu lama (jangka panjang), dan diperkirakan melampaui cakupan jangka waktu proyek. Dalam hal yang sangat tidak diharapkan bahwa lebih dari 200 orang yang akan terkena dampak dan memerlukan kompensasi, maka KMW akan memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua usulan tersebut dilengkapi dengan Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (Land Acquisition and Resttlement Action Plan = LARAP). LARAP tersebut akan mencakup; (i) survei identifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari orang yang terkena dampak, (ii) rencana menyeluruh untuk pembebasan lahan dan pemukiman kembali, dan (iii) skema kompensasi yang sesuai dengan pedoman kompensasi seperti tertera dalam sub Bab V dan telah disetujui oleh orang-orang yang terkena dampak dan masyarakat yang mengusulkan sub-proyek/program yang dikoordinasi oleh LKM. Usulan subproyek/program (proposal) perlu menjelaskan pula sumber dana untuk kompensasi yang diperlukan (dana dari JRF tidak boleh digunakan untuk membiayai kompensasi). KMP/KMW perlu mendapatkan persetujuan Bank Dunia terhadap LARAP dan pembiayaannya, dan melakukan perubahanperubahan apabila bank menganggap perlu. Penjelasan lebih rinci mengenai LARAP terlampir (lihat lampiran 3). e. Untuk setiap usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program) yang memerlukan pemukiman kembali kurang dari 200 orang, LKM bersama Fasilitator Perumahan dan tenaga ahli KMW akan membantu pembuatan usulan untuk menjamin bahwa langkah-langkah berikut diterapkan : 1). Kelompok pengusul harus melakukan sensus dari orang-orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang teridentifikasi sebagai orang akan dipindahkan 2). Orang-orang yang terkena dampak setuju pada usulan kegiatan masyarakat (sub-proyek/program), dan telah menyepakati hasil negosiasi dgn kelompok pengusul, baik dalam hal kompensasi atau merupakan sumbangan sukarela untuk subproyek tersebut. 3). Persetujuan dibuat secara tertulis melalui sebuah proses yang transparan dan partisipatif 4). Orang yang dipindahkan harus disadarkan akan hak mereka untuk mendapat kompensasi atau bantuan lain sesuai dengan sub Bab V. 5). Dalam hal sumbangan sukarela dalam bentuk lahan atau aset-aset yang ada, maka persetujuan tertulis harus dibuat dengan jelas untuk semua orang yang dipindahkan dengan mencantumkan; nama-nama penyumbangnya dan rincian sumbangan yang diberikan; dan semua ini diperiksa dan secara teknis disetujui oleh KMW. 6). Sebuah format persetujuan sederhana untuk hal tersebut, juga disertakan dalam usulan sub-proyek/program. Surat persetujuan ini harus secara jelas menggambarkan setiap persil lahan dari masing-masing pemilik yang dibutuhkan untuk dibebaskan atau pemukiman kembali, jumlah dan namanama orang yang terkena dampak, skema kompensasi dan atau pemukiman kembali, serta perkiraan biaya untuk kompensasi pembebasan lahan dan/atau pemukiman kembali. Dalam kasus sumbangan sukarela, persetujuan ini harus menjelaskan alasan mengapa hal tersebut dilakukan L VI - 3

4 dan juga fakta bahwa yang bersangkutan sebenarnya punya pilihan untuk tidak menyumbang, sedangkan dalam kasus masyarakat terpaksa memberikan kontribusi maka cara penilaian kontribusinya harus dilakukan sesuai dengan sub Bab 4 di bawah ini. 7). Surat persetujuan atau kesepakatan, harus menjelaskan bahwa dana untuk biaya kompensasi akan berasal dari masyarakat atau kontribusi pemerintah. Dana dari JRF hanya dapat digunakan untuk membiayai pekerjaan kecil yang membuka kesempatan kerja bagi anggota masyarakat yang akan dipindahkan (dimukimkan kembali). Hal ini harus sdh disetujui oleh kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program dan mencantumkannya dalam surat persetujuan 8). Rincian kesepakatan/persetujuan akan diperiksa oleh KMW/Tim Fasilitator yang bertugas sebelum LKM mempertimbangkan untuk mendanai. Apabila terjadi tidak adanya kesepakatan yang dapat dicapai dalam hal bentuk atau jumlah kompensasi, maka usulan kegiatan (sub-proyek/program) tidak perlu dipertimbangkan untuk didanai. 9). Tidak boleh ada pembebasan lahan atau aset-aset dari orang yang akan digusur/dipindahkan sebelum mereka menerima kompensasi seperti yang disepakati dan dijelaskan pada usulan sub-proyek/program. 10). Pembayaran kompensasi, pemindahan penduduk, penggarapan lokasi pemukiman kembali, seperti yang telah disetujui harus sudah selesai dilaksanakan sebelum memulai dengan kegiatan sub-proyek/program. 11). Sistem monitoring dan evaluasi terhadap kompensasi akan dilakukan untuk meyakinkan bahwa orang yang terkena dampak telah menerima kompensasi mereka seperti yang telah disepakati. Monitoring akan dilakukan oleh KMW melalui survey penuh atau sample bergantung pada jumlah keluarga yang terkena dampak. Laporan dari hasil dan rekomendasinya akan diumumkan dan dipublikasikan oleh KMW kepada masyarakat dan KMP. 12). Dalam kasus rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan, persyaratan tambahan ini harus diterapkan : a). Sebelum kesepakatan tentang calon pemanfaat (penerima manfaat) maka tenaga ahli dari KMP dan KMW harus menjamin bahwa batas dan kepemilikan persil sudah teridentifikasi dan dikonfirmasi oleh tetangga sebelah menyebelah, depan dan belakang dan diverifikasi oleh Fasilitator Perumahan. b). Perselisihan mengenai batas persil harus sudah selesai sebelum calon pemanfaat ditetapkan bersama c). Dalam hal ada pembebasan lahan dan pemukiman kembali, kesepakatan tentang skema kompensasi, pembayaran atau realisasinya harus sudah selesai sebelum memulai pembangunan/rekonstruksi rumah. Tenaga ahli dari KMP dan KMW membantu persiapan pembebasan lahan dan pemukiman kembali dan akan memantau proses pelaksanaannya. d). LARAP dan laporan pelaksanaanya harus disampaikan ke PMU 4. Pedoman untuk Kompensasi, Pemukiman Kembali dan Bantuan Lain f. Berdasarkan pada persetujuan yang dicapai dalam negosiasi, orang yang tergusur (displaced persons) dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai, pemukiman kembali atau pilihan-pilihan lain. Pilihan lainnya termasuk kapling L VI - 4

5 siap bangun, pertukaran lahan yang sama ukurannya atau sama produktifnya, rumah sederhana, apartemen, perumahan yang dibangun pengembang dengan fasilitas kredit, atau skema lainnya. Dari semua pilihan tersebut, orang yang tergusur akan mendapatkan sebidang lahan dimana mereka tidak perlu membayar lebih dari pengeluaran rutin mereka sebelumnya. Dalam semua kasus, jumlah kompensasi, pemukiman kembali, atau lainnya harus cukup memadai untuk mencapai perbaikan atau sekurangnya tetap seperti sebelum proyek dalam hal kwalitas hidup, penghasilan dan produktifitas dari orang yang tergusur. 1). Kompensasi a). Orang yang terkena dampak pemindahan memiliki hak untuk menerima biaya penggantian/pemindahan yang sebenarnya adalah : Untuk lahan di wilayah perkotaan, nilai pasar dari lahan di lokasi sebelum dipindahkan dengan ukuran dan penggunaan yang sama, dengan yang sejenis atau dengan pelayanan prasarana dan sarana umum yang lebih baik, serta berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang terkena proyek, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, biaya balik nama dan pajak. Untuk lahan pertanian, nilai lahan sebelum sub-proyek/program atau sebelum pemindahan, meskipun lebih tinggi. Lahan pengganti harus sama produktifnya atau potensi penggunaannya, berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang lama, termasuk biaya-biaya untuk penyiapan lahan sehingga menyerupai lahan sebelumnya, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama dan pajak. Untuk rumah-rumah dan bangunan lainnya, nilai pasar dari material untuk membangun sebuah bangunan pengganti, atau untuk memperbaiki sebagian bangunan yang terkena, ditambah biaya pengangkutan material bangunan ke lokasi pembangunan, ditambah biaya buruh dan jasa kontraktor, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama dan pajak. Dalam hal perhitungan biaya penggantian dari sebuah aset yang terkena dampak, perlu dijelaskan bahwa depresiasi dari aset dan nilai dari sejumlah material tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, dan juga tidak diperhitungkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan sub-proyek/program yang dikerjakan. Kompensasi dari tanaman, pohon-pohon, dan aset lainnya akan didasarkan pada nilai penggantian dengan menggunakan harga yang ada per pohon yang disiapkan oleh lembaga / dinas terkait, diambil dari perhitungan harga pasar setempat (lokal). b). Nilai kompensasi akan bergantung pada status penguasaan atas lahan dan bangunan dari orang yang akan dipindahkan seperti ditetapkan pada sub Bab 5. c). Orang yang terkena dampak yang ; (i) sisa lahan dan bangunannya tidak bisa digunakan untuk hunian atau tempat bekerja; atau (ii) sisa lahannya kurang dari 60 m2; (iii) sisa lahan pertaniannya kurang dari 50% dari ukuran tertentu sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan; atau (iv) sisa bangunan kurang dari 21 m2; memiliki pilihan dimasukkan sebagai L VI - 5

6 orang-orang yang secara fisik dipindahkan/tergusur dan mendapat kompensasi untuk aset yang terkena dampak. Orang yang terkena dampak yang sisa lahannya kurang dari 60 m2 dan bangunannya kurang dari 21 m2, akan memperoleh pilihan untuk pindah ke sebuah lokasi baru pada persil minimum seluas 60 m2 dan bangunan minimum seluas 21 m2. Mereka juga akan mendapat kompensasi di lokasi baru sesuai kerugian mereka 2). Tapak Pemukiman Kembali d). Tapak atau lahan pemukiman kembali yang disediakan untuk orangorang yang tergusur akan termasuk juga sarana dan prasarana umum sehingga baik untuk tinggal dan memungkinkan pengembangan sebuah kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik, termasuk (a) jalan dan jalan setapak yang diperlukan; (b) sistem drainase; (c) penyediaan air bersih (jika distribusi air melalui pipa tidak memungkinkan, maka harus ada sumur dangkal yang memenuhi standar kesehatan); (d) listrik; (e) fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat kerja, fasilitas keagamaan, dan fasilitas olahraga, sesuai dengan ukuran jumlah komunitas yang baru; dan (f) fasilitas transportasi umum untuk mencapai kehidupan yang layak. e). Orang yang secara fisik dipindahkan akan pindah ke lokasi baru setelah sarana dan prasarana di lokasi pemukiman kembali selesai dan layak untuk dihuni yang dinyatakan oleh KMW dan LKM. Orang yang terkena dampak akan diinformasikan tentang penyelesaian dari lahan pemukiman kembali sekurangnya satu bulan sebelum pemindahan, dan mereka akan diundang untuk meninjau lokasi baru tersebut. Tapak pemukiman sudah harus ada sebelum mulai dengan subproyek terkait. f). Lokasi yang disediakan (dicadangkan) untuk pemukiman kembali secara luas akan dipublikasikan sehingga masyarakat secara luas akan mendapat informasi. 3). Bantuan Lainnya g). Orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang kehilangan pekerjaan/sumber pendapatan, akan menerima bantuan untuk memulihkan ini. Bentuk-bentuk bantuannya akan dikonsultasikan oleh LKM dan disepakati oleh KMW. Pelatihan dan bantuan yang dapat disediakan termasuk; pengembangan motivasi, pelatihan keterampilan dan jenis pekerjaan tertentu, bimbingan untuk memulai dan mengembangkan usaha kecil, kredit usaha kecil, pengembangan pemasaran, bantuan selama periode transisi, dan penguatan dari organisasi masyarakat dan pelayanan lainnya. Dalam pelaksanaan bantuan melalui pendampingan, perlu diperhatikan untuk harmonisasi komunitas baru dengan masyarakat setempat di wilayah pemukiman kembali melalui upaya-upaya pendampingan dan upaya integrasi sosial. Pendampingan dapat dikaitkan dengan program-program dan sumberdaya yang ada lainnya. L VI - 6

7 5. Kriteria Seleksi Orang-Orang yang Terkena Dampak g. Orang yang terkena dampak dapat dikelompokan ke dalam golongan orangorang sebagai berikut : 1). Memiliki sertifikat lahan (akte hak milik), girik, atau hak adat; 2). Secara hukum setempat/adat dinyatakan memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, atau industri di dalam wilayah proyek, atau tinggal di tapak prasarana atau sarana publik seperti sungai, jalan, ruang terbuka, sarana publik lainnya di wilayah sub-proyek/program tetapi tidak memiliki sertifikat tanah atau bukti hak atas tanah lainnya yang legal; 3). Tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu. 4). Para penyewa. 5). Mereka yang kehilangan pekerjaan karena kehilangan lahan 6). Tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah subproyek/program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus atau pra studi kelayakan dilakukan. Kompensasi harus diberikan secara berbeda sesuai dengan kategori tersebut di atas. 1). Orang-orang yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat. Orang yang terkena dampak yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat akan menerima kompensasi untuk tanah, bangunan, dan aset-aset tetap. Orang yang terkena dampak yang dipindahkan oleh proyek dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lain seperti dijelaskan di paragraf g). Persil-persil di lahan pemukiman kembali akan memiliki status hak tanah dengan tingkat yang sama atau lebih tinggi dari yang dimiliki sebelumnya, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak. Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya. Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf g). 2). Orang-orang yang berdasarkan hukum setempat dinyatakan memiliki hak untuk tinggal; di kawasan permukiman, komersial atau industri di dalam wilayah proyek, tetapi tidak memiliki bukti sertifikat tanah atau bukti legal lainnya, begitu juga mereka yang berdasarkan hukum adat sudah tinggal di tanah negara atau tapak sarana publik pada saat dilakukan sensus. Akan menerima kompensasi dari lahan, bangunan, dan aset-aset tetap menurut lamanya mereka menempati dan nilai penggantian dari aset mereka. Dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti dijelaskan di paragraf g). L VI - 7

8 Persil-persil pada lahan pemukiman kembali akan memiliki hak pakai atau hak tanah lainnya yang lebih tinggi, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak. Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya. Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf g). 3). Orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu. Akan menerima bantuan rehabilitasi/pemulihan seperti yang diuraikan di paragraf f pada kompensasi yang cukup untuk tanah yang diduduki dalam jumlah yang cukup untuk mencapai tujuan dari Kerangka Kebijakan ini, dan kompensasi untuk penggantian biaya bangunan, barang tak bergerak begitu juga tanaman dan pohon sesuai dengan harga pasar. Mereka dapat memilih antara kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti diuraikan di paragraf f Persil ditempat yang baru akan mendapatkan status hak pakai atau lebih tinggi dan sertifikat akan diterbitkan dalam waktu 1 tahun setelah penggusuran Mereka akan mendapat biaya transport untuk memindahkan milik mereka Mereka akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf g) 4). Orang-orang penyewa Akan dibantu dengan biaya sewa selama 6 (enam) bulan yang diperhitungkan dengan dasar rata-rata harga sewa dari perumahan sejenis di dalam areal yang sama. Akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan serta transport untuk memindahkan milik mereka. 5). Orang-orang yang kehilangan pekerjaan Akan mendapat bantuan seperti diuraikan dalam paragraf g). 6). Orang-orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus atau pra studi kelayakan dilakukan. Mereka tidak akan mendapat kompensasi maupun bantuan apapun termasuk penggantian bangun-bangunan yang mereka bangun atau tanaman yang mereka tanam 6. Konsultasi dan Pengaduan h. Kerangka kebijakan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari pedoman proyek dan staf proyek, KMP, KMW maupun Tim Fasilitator wajib menerapkannya. L VI - 8

9 Pendekatan proyek secara keseluruhan dalam mengembangkan transparansi dan konsultasi diharapkan mampu memberi pemecahan persoalan di tingkat lokal, cepat, dan efektif. Jika ada orang yang terkena dampak proyek, atau anggota masyarakat lainnya memiliki keluhan berkaitan dengan kerangka kebijakan ini atau praktek pelaksanaannya, proyek memiliki sebuah sistem yang baku untuk menangani keluhan/pengaduan pada tingkat kelurahan/desa, tingkat kota/kabupaten begitu juga pada tingkat propinsi maupun nasional, dengan staf yang penuh dedikasi dan ditugasi untuk menangani dan menindak-lanjuti pengaduan tersebut. Pengaduan yang tidak dapat dipecahkan melalui sistem pengelolaan pengaduan di tingkat LKM akan dirujuk ke KMW, dan jika perlu ke KMP atau PMU. Bagaimanapun juga bila kesepakatan penyelesaian persoalan tidak dapat dicapai dalam waktu 120 hari maka akan diberlakukan Peraturan Presiden No 36/2005 and No 65/2006 i. Kemajuan dari pelaksanaan pembebasan lahan dan pemukiman kembali serta bantuan lainnya akan dilaporkan kepada Bank Dunia secara teratur oleh KMW/KMP. Jika diperlukan sebuah pemantau independen dapat diperbantukan untuk melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan dari LARAP. Perusahaan tersebut harus memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dan kerangka acuan kerja (TOR) untuk hal tersebut harus disetujui oleh Bank Dunia. L VI - 9

10 Sub Lampiran 6a Persyaratan untuk Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (Requirements for Land Acquisition and Resttlement Action Plan = LARAP) 1. Jika kegiatan masyarakat yang diusulkan (sub-proyek/program proposal) mengindikasi bahwa lebih dari 200 orang akan terkena dampak oleh subproyek/program, maka kelompok-kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program, LKM dan Dinas terkait akan dibantu dan didampingi oleh KMW, untuk melakukan survey sosial-ekonomi penduduk yang terkena dampak agar : (i) menetapkan jumlah orang yang terkena dampak; (ii) mengumpulkan data tentang kondisi sosial dan ekonomi dari orang-orang yang terkena dampak dan kondisi fisik dari wilayah proyek; dan (iii) menetapkan potensi dampak dari sub-proyek/program. 2. Tanggal dari survey/sensus ini merupakan patokan waktu untuk mencatat orangorang di wilayah sub-proyek/program yang akan menerima kompensasi, pemukiman kembali dan/atau pemindahan maupun bantuan rehabilitasi. 3. Rincian sensus dan survei sosial-ekonomi akan mencakup hal-hal berikut : a. Ukuran, kondisi, status legal dari tanah dan bangunan-bangunan (didaftar dalam kelompok yang terkena dampak mulai 0-25%, 25-50%, % terkena dampak); b. Jumlah dari orang dan keluarga yang terkena dampak/dipindahkan c. Karakteristik sosial yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak (umur, jenis kelamin, pendidikan, dsb) d. Karakteristik ekonomi yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak seperti mata pencaharian (termasuk seperti halnya; tingkat produksi dan pendapatan yang dihasilkan secara formal dan informal dari kegiatan usaha/ekonomi); tingkat kwalitas kehidupan (termasuk status kesehatan). e. Besaran dari kehilangan yang dapat diperkirakan total atau sebagian dari aset-aset, dan dampak pemindahan, secara fisik atau ekonomi, dan; f. Informasi tentang kelompok rentan atau orang-orang rentan dimana tindakan khusus perlu dilakukan. 4. Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi tersebut, KMW akan membantu kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program dalam menyiapkan sebuah rencana yang menyeluruh mengenai pembebasan aset-aset untuk tujuan sub-proyek/program, penyediaan kompensasi, pemukiman kembali dan bantuan rehabilitasi untuk orang yang terkena dampak proyek sesuai dengan prinsip-prinsip dari kerangka kebijakan ini. Hal ini akan diuraikan dalam sebuah Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (LARAP) yang harus dikirim ke Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan. 5. Lingkup dan tingkat kerincian dari LARAP akan bervariasi sesuai dengan dampak dan kompleksitas dari pemukiman kembali. Rencana tersebut harus didasarkan pada data dan informasi terkini yang ada tentang : (a) pemukiman kembali yang diusulkan dan dampak-dampaknya pada orang yang dipindahkan dan kelompokkelompok lain yang dirugikan; dan (b) perkara hukum yang terkait dalam pemukiman kembali. Daftar berikut menjelaskan hal-hal yang biasanya perlu dimasukkan di dalam LARAP dan harus diikuti sebagai pedoman umum dalam penyiapan LARAP. L VI - 10

11 Apabila ada sesuatu yang di dalam daftar tidak sesuai (relevan) dengan situasi proyek, harus dicatat di dalam rencana pemukiman kembali: a. Deskripsi tentang dampak sub-proyek/program dan analisisnya 1). Uraian tentang sub-proyek/program dan batas-batas lokasi subproyek/program 2). Identifikasi (i) komponen sub-proyek/program atau kegiatan-kegiatan yang menyebabkan pemukiman kembali; (ii) wilayah dampak dari komponen tersebut atau kegiatan-kegiatan; (iii) alternatif-alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindarkan atau meminimalkan pemukiman kembali; dan (iv) mekanisme yang dibangun untuk meminimalkan pemukiman kembali sejauh mungkin, selama pelaksanaannya. 3). Tujuan utama dari program pemukiman kembali 4). Temuan-temuan dari kajian sosial-ekonomi 5). Temuan-temuan dari analisis kerangka hukum 6). Temuan-temuan dari analisis kerangka kelembagaan 7). Definisi tentang orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan dan kriteria persyaratan untuk mendapat kompensasi dan bantuan pemukiman kembali lainnya termasuk batas waktu patokan pencacahan penduduk. b. Metode dan prosedur-prosedur 1). Metode yang digunakan dalam menilai kerugian untuk menetapkan biaya penggantian; uraian tentang usulan bentuk dan tingkat kompensasi menurut aturan setempat dan sejumlah suplemen tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai biaya penggantian yang tepat dari kehilangan asset mereka. 2). Sebuah deskripsi tentang strategi konsultasi dan partisipasi dari orang-orang yang dipindahkan maupun penduduk asli setempat di dalam rancangan dan pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan pemukiman kembali mencakup; Ringkasan dari pendapat dan pandangan yang dikemukakan dan bagaimana hal tersebut tertuang dalam rencana pemukiman kembali. Tinjauan dari alternatif-alternatif diajukan dan pilihan yang dibuat oleh orang-orang yang dipindahkan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia bagi mereka, termasuk pilihan-pilihan terhadap bentuk-bentuk kompensasi dan bantuan pemukiman kembali, pola memindahkan sebagai kelompok keluarga lepas atau sebagai bagian dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya atau kelompok kekerabatan, untuk melestarikan pola organisasi masyarakat dan kekayaan budaya yang ada. Melembagakan mekanisme dimana orang-orang yang dipindahkan dapat mengkomunikasikan kepentingan/kebutuhan mereka pada otoritas proyek melalui perencanaan dan pelaksanaannya; dan Rencana tindakan untuk menjamin bahwa kelompok-kelompok masyarakat seperti masyarakat tertinggal/rentan, yang tidak memiliki lahan, dan kaum perempuan cukup terwakili. c. Paket Kompensasi Uraian paket-paket kompensasi dan aturan pemukiman kembali lainnya, yang akan membantu tiap kategori dari orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan sehingga tercapai tujuan Kerangka Kebijakan ini. Kompensasi akan dihitung berdasarkan uraian pada sub Bab V pedoman ini. L VI - 11

12 d. Alternatif Relokasi 1). Pengaturan kelembagaan dan teknis untuk identifikasi dan penyiapan lahan relokasi, baik perdesaan maupun perkotaan, dimana kombinasi dari potensi produktif, seperti keuntungan lokasi, dan faktor-faktor lain sekurangkurangnya sebanding dengan keunggulan dari lahan sebelumnya. 2). Perkiraan waktu untuk membebaskan dan mengalihkan lahan dan bantuan lainnya. 3). Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah spekulasi lahan dan masuknya orang-orang yang tidak berhak pada lokasi yang dipilih. 4). Prosedur untuk pemindahan secara fisik di dalam sub-proyek/program, termasuk jadwal untuk penyiapan lahan dan penyerahannya. 5). Penataan hukum untuk mengatur hak penguasaan dan pengalihan hak kepada orang-orang yang dipindahkan. 6). Rencana untuk penyediaan, atau pendanaan orang-orang yang dipindahkan, penyediaan perumahan, prasarana dan fasilitas pelayanan sosial bagi orangorang yang dipindahkan (dengan mempertimbangkan keserasian pelayanan dengan penduduk setempat); maupun pengembangan tapak yang perlu dan rancang bangun dari fasilitas-fasilitas tersebut. 7). Deskripsi dari batas-batas dari wilayah relokasi; dan penilaian terhadap dampak lingkungan dari usulan pemukiman kembali dan rencana tindakan untuk pencegahan dan pengelolaan dampak lingkungan (terkoordinasi secara tepat dengan penilaian lingkungan dari keseluruhan pemukiman kembali). 8). Rencana tindakan untuk mencegah dampak pemukiman kembali ini pada masyarakat setempat yang ada. e. Pelaksanaan Pemukiman Kembali 1). Kerangka organisasi untuk pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk identifikasi dari lembaga-lembaga yang bertanggung-jawab untuk menyediakan aturan-aturan pemukiman kembali dan menyediakan pelayanan prasarana. 2). Jadwal pelaksanaan (implementasi) yang mencakup semua kegiatan pemukiman kembali mulai dari persiapan hingga pelaksanaan, termasuk target waktu pencapaian manfaat yg diharapkan bagi orang yang dipindahkan maupun masyarakat setempat dan pengakhiran dari semua bantuan. f. Biaya-biaya 1). Rincian biaya untuk paket-paket kompensasi menyeluruh, biaya pemukiman kembali dan semua biaya-biaya yang terkait. 2). Identifikasi sumber-sumber pendanaan (bantuan dana dari JRF tidak boleh digunakan untuk membayar kompensasi) g. Pemantauan (Monitoring) dan Prosedur Pengaduan 1). Penyiapan untuk monitoring dari kegiatan pemukiman kembali oleh Lembaga Pelaksana (PMU), diperkuat dengan pengamat independen yang juga dinilai cukup mampu (capable) oleh Bank Dunia. 2). Uraian tentang tata cara pengaduan. L VI - 12

13 6. Harus dilakukan konsultasi secara periodik (reguler) dengan orang-orang yang terkena dampak, dan semua pelaku kunci (stakeholders) termasuk LSM selama perencanaan dan pelaksanaan LARAP. 7. LARAP yang dijelaskan diatas akan dipersiapkan bersama LKM yang mengusulkan sub-proyek/program, dengan bantuan KMW dan selanjutnya dikonsultasikan ke Bank Dunia melalui KMW/KMP. Apabila persetujuan Bank Dunia sudah diperoleh, maka hal ini akan dikeluarkan sebagai surat keputusan (SK) Walikota/Bupati. Apabila SK walikota/bupati tentang hal ini telah dikeluarkan, maka akan disebarluaskan oleh KMW dan dinas terkait kepada orang-orang yang terkena dampak. 8. Persetujuan untuk penandatanganan kontrak dari sub-proyek/program yang perlu LARAP akan dipertimbangkan oleh Bank Dunia setelah diterimanya laporan kemajuan dari KMW/KMP yang menggambarkan pelaksanaan substansial dari LARAP, termasuk pembebasan semua lahan di lokasi-lokasi kritis. 9. LARAP, termasuk peta-peta terkait dan lampiran-lampiran, akan dipublikasikan di kantor KMP dan kantor-kantor KMW terkait, kantor kelurahan/desa yang terkait, dan kantor-kantor LKM yang terkait. L VI - 13

14 Sub Lampiran 6b Belajar dari Pengalaman P2KP dalam Penyediaan Lahan Secara umum ada 3 pola penyediaan lahan dalam pengalaman P2KP yang lalu a) Penyediaan lahan melalui kontribusi lahan oleh warga penerima manfaat b) Penyediaan lahan melalui mekanisme kompensasi c) Penyediaan lahan melalui kontribusi pemerintah setempat A. Kontribusi lahan oleh warga 1. Proses penyediaan lahan melalui kontribusi warga adalah sebagai berikut; KSM menyerahkan usulan subproyek ke BKM. Dalam proposal tersebut sdh termasuk ketersediaan lahan sebagai kontribusi dari warga. BKM dan fasilitator melakukan pemeriksaan ke lapangan untuk memastikan bahwa pemilik lahan menghibahkan lahan tersebut secara sukarela. BKM dan fasilitator juga memastikan bahwa keputusan menghibahkan lahan tersebut dilakukan secara partisipatif dimana BKM dan fasilitator sendiri hadir dlm pertemuan tersebut. Penyerahan lahan ini dilakukan secara tertulis dan juga dilakukan dihadapan saksi yaitu Lurah atau Kepala Desa. Dalam surat penyerahan tersebut sekurangkurang berisi nama dan alamat yg menghibahkan, lokasi dan luas lahan yg dihibahkan serta tujuan penghibahan lahan tersebut. Segera setelah proposal disetujui maka pemilik lahan menunjukkan lokasi definitif untuk membangun prasarana. D. Penyediaan lahan melalui kompensasi 2. Proses penyediaan lahan melalui kompensasi adalah sebagai berikut; KSM menyerahkan usulan subproyek ke BKM. Dalam proposal tersebut sdh menyebutkan penyediaan lahan akan dilakukan melalui kompensasi tunai. Biasanya lokasi ini memang merupakan lokasi yang tidak dapat digantikan dgn lokasi lain seperti kasus penampungan air didekat mata air. Penerima manfaat melakukan negosiasi dengan pemilik lahan sampai suatu kesepakatan harga. Kemudian anggota KSM membahas bagaimana kompensasi ini akan dibebankan KSM membayar kompensasi lepada pemilik lahan BKM menerima bukti transaksi dari KSM dan dilampirkan dalam proposal D. Penyediaan lahan oleh pemerintah setempat 3. Secara terbatas lahan juga disediakan oleh pemerintah setempat sebagai berikut : Pemerintah setempat menyediakan lahan untuk pembangunan prasarana, biasanya adalah lahan negara (state land) untuk pembangunan prasarana/sarana yang pembiayaannya dilakukan secara patungan. Proposal subproyek juga disusun bersama antara masyarakat dan pemerintah setempat dan diserahkan ke Komite Kemitraan, KMW dan Komite kemitraan memverifikasi ketersediaan lahan tersebut. L VI - 14

LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN

LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1. Rekap Lokasi PNPM Mandiri Perkotaan TA. 2009 92 Lampiran 1. Rekap Lokasi PNPM Mandiri Perkotaan TA. 2009 Lampiran

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN

LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAMPIRAN - LAMPIRAN PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN i 123 i Lampiran 1. Rekap Lokasi PNPM Mandiri Perkotaan TA. 2009 Lampiran 1. Rekap Lokasi PNPM Mandiri Perkotaan TA. 2009 95i Lampiran 1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

5 Informasi Sosial-Ekonomi

5 Informasi Sosial-Ekonomi 41 5 Informasi Sosial-Ekonomi Perencanaan dan pelaksanaan pemukiman kembali memerlukan data yang dapat dipercaya dan benar yang menunjukkan dampak yang sebenarnya terhadap OTD sehingga dapat disusun dengan

Lebih terperinci

Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP

Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP Tujuan Perlindungan Sosial dan Lingkungan Menjamin tidak adanya dampak negatif dari hasil pelaksanaan program kepada sosial dan lingkungan Optimalisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 3-1972 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana Kegiatan Persiapan Sosial Pleno Alor Dengan metode Rapid Rural Appraisal Analisa Dampak Sosial untuk Komunitas Adat Terpencil (Social Impact Assessment

Lebih terperinci

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB 2016-2020 NO INDIKATOR SATUAN TARGET KINERJA (TAHUN) 2016 2017 2018 2019 2020 STRATEGI OPERASIONAL KOMPONEN PENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET 2 Key Performance Indicator NSUP-IDB

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. Perumahan Tapak. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG POLA KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015 TENTANG BANTUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.1216, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Perumahan Umum. Bantuan. Prasarana. Sarana. Utilitas Umum. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PRT/M/2015

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KOMPENSASI DAMPAK NEGATIF PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2014 KEPENDUDUKAN. Transmigrasi. Wilayah. Kawasan. Lokasi. Pemukiman. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497) PERATURAN

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan

Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan Di dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan pihak Donor (Bank Dunia) disepakati adanya kewajiban bagi pihak pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : Menetapkan :

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1557, 2017 KEMENPU-PR. Penyediaan Rumah Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transmigrasi merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 41 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Panduan Penerapan Penilaian Indonesia 18 (PPPI 18) Penilaian Dalam Rangka Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Panduan Penerapan Penilaian Indonesia 18 (PPPI 18) Penilaian Dalam Rangka Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Panduan Penerapan Penilaian Indonesia 18 (PPPI 18) Penilaian Dalam Rangka Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Komentar atas draf ini dapat diberikan sampai dengan tanggal 10 Desember

Lebih terperinci

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

SFG2511. Agustus 2016 PT PLN (Persero) UNIT INDUK PEMBANGUNAN JAWA BAGIAN BARAT. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized SFG2511 DOKUMEN RENCANA KERJA PENGADAAN LAHAN (LAND ACQUISTION AND RESETTLEMENT ACTION

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI IV Kampus Pusat Universitas Teknologi Yogyakarta Yogyakarta, 5 April 2007 --- ISBN 978-979-1334-20-4 PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14.A 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR : 14. A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF BERBASIS KOMUNITAS (P3BK) TAHUN 2013

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO Beby. S.D. Banteng Pusat Kajian dan Pengembangan Wilayah Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA A. Kerja Sama Antar Daerah 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT 12.1. Penjelasan Umum 12.1.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup berlakunya Penjelasan XII adalah berkaitan dengan pengadaan yang dilakukan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 958, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kemitraan Kehutanan. Masyarakat. Pemberdayaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.39/MENHUT-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG DI KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 01/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci