I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Siska Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pembangunan berkelanjutan yang menekankan perlunya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan antar generasi, mendorong dilakukannya penggunaan sumberdaya secara efisien. Oleh karena itu dikembangkan sejumlah kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang menguraikan prinsip dan instrumen lingkungan sebagai acuan semua pihak yang berkepentingan (WCED 1987). Kebijakan lingkungan yang awalnya dikembangkan dengan pendekatan command and control dan hanya menjadi domain regulator, selanjutnya menggunakan pendekatan baru yang lebih lentur untuk membangun perilaku industri dalam mengurangi polusi (Hart 1997). Hal ini disebabkan berkembangnya konteks pembangunan berkelanjutan yang mengkaitkan penggunaan sumberdaya dan teknologi yang digunakan oleh perusahaan dengan isu sosial dan lingkungan. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan sukarela (voluntary approach) (Higley et al. 2001; Potoski & Prakash 2003). Kebijakan perlindungan lingkungan berbasis sukarela memberi kelenturan kepada organisasi (industri, perusahaan, firma) untuk meningkatkan kinerja lingkungan sesuai dengan aktivitas yang mereka lakukan (Barde 2000). Organisasi dapat mengambil tindakan dengan segera untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang dihadapi, tanpa menunggu adanya aturan legislasi atau ketentuan pajak terlebih dahulu (OECD 2003). Pendekatan ini diyakini mampu memberi manfaat bagi masyarakat, industri dan pemerintah. Masyarakat memperoleh manfaat berupa lingkungan hidup yang baik; organisasi dapat menekan biaya melalui penggunaan sumberdaya secara efisien; dan pemerintah juga dapat mengurangi kegiatan pemantauan yang akhirnya menurunkan beban administrasi maupun biaya penegakan hukum (Potoski 2003; Uchida 2004).
2 2 Salah satu tool yang banyak diacu oleh organisasi untuk memperagakan komitmen mereka terhadap perlindungan lingkungan sekaligus untuk memenuhi peraturan perundang-undangan adalah standar sistem manajemen lingkungan yang diterbitkan oleh International Organization for Standardization (ISO). Beberapa penelitian dan kajian mengenai penerapan standar ini menunjukkan bahwa organisasi dapat mengurangi polusi secara progresif dan memenuhi peraturan perundangan-undangan yang lebih baik (Dasgupta et al. 2000); menghemat biaya dan mencegah isu lingkungan yang tidak diharapkan (Wesly & Rogoff 2008); membangun corporate image (Yusoff et al. 2010); dan program sukarela berbasis standar mampu mendorong terciptanya rantai nilai korporasi multinasional antara perusahaan dan pemasok (Prakash et al. 2006). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai salah satu pihak yang memanfaatkan sumberdaya air dalam kegiatan industrinya, sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya air baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu, PLTA berkepentingan untuk melakukan berbagai tindakan perlindungan lingkungan. Saat ini, tindakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air di banyak PLTA masih banyak terpola pada ketentuan yang terdapat di dalam aturan legislasi dan cenderung terbatas pada penyampaian laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL). Pengelolaan sumberdaya air oleh PLTA perlu dilakukan dengan pendekatan sukarela, karena PLTA dapat mengkreasikan tindakan perlindungan dan pengelolaan sumber daya air sesuai dengan keperluan dan tanggungjawabnya. Selaku pemanfaat sumberdaya air, PLTA selain harus memperhatikan persyaratan teknis juga memiliki tanggungjawab untuk menjaga fungsi sumberdaya air setelah digunakannya agar tetap bisa dimanfaatkan oleh pihak lain. Sumberdaya air harus dikelola sebagai sumberdaya yang terbatas dan vulnarable, serta sumberdaya alam yang bernilai ekonomi. Menurut Sanim (2011), UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air secara eksplisit merupakan kontrak sosial antara pemerintah dan warga negaranya, serta menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, serta ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Hal ini menunjukkan bahwa
3 3 pemanfaataan dan peruntukan sumberdaya air lebih diprioritaskan untuk kepentingan umum dari pada kepentingan individu. Fungsi lingkungan hidup menempatkan sumberdaya sebagai bagian dari ekosistem, dan tempat kelangsungan hidup flora dan fauna. Sedangkan fungsi ekonomi lebih menekankan pada pendayagunaan air untuk menunjang kehidupan usaha. Komitmen untuk mencegah terjadinya pencemaran, mengharuskan PLTA untuk memastikan bahwa bahan baku (material) yang digunakannya memenuhi ketentuan teknis maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. PLTA juga harus memastikan air yang dilepaskan ke badan sungai tidak mengurangi fungsinya untuk dimanfaatkan pihak lainnya. Selain itu daya air yang dikonversi menjadi energi listrik berasal dari air sungai yang tergolong barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global common/common resources) dan memiliki nilai intrinsik yang harus diasumsikan terbatas dan langka (Sanim 2011). Berdasarkan paparan di atas, perlu dilakukan penelitian perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. Inisiatif pengendalian aspek lingkungan dari pemanfaatan sumberdaya air untuk mencegah dampak negatif lingkungan, tidak hanya memberi manfaat bagi PLTA tetapi juga bagi ekosistem dan stakeholder lainnya. PLTA harus memahami secara baik kondisi sumberdaya air, serta pandangan dan tekanan stakeholder dalam pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela. Selain itu, nilai jasa lingkungan sumberdaya air perlu dihitung guna meningkatkan pemahaman pentingnya nilai ekonomi sumberdaya air. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA secara jelas untuk dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan yang bisa mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Penelitian dirancang terhadap PLTA yang telah mendapat sertifikat ISO yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dengan karakteristik tekanan populasi penduduk, kebutuhan energi listrik, kapasitas produksi, dan jenis bendung yang relatif berbeda. PLTA Saguling dan Cirata di Provinsi Jawa Barat menjadi objek penelitian mewakili PLTA di Pulau Jawa, sementara PLTA
4 4 Tanggari I dan II di Provinsi Sulawesi Utara menjadi objek penelitian mewakili PLTA di luar Pulau Jawa. PLTA Saguling dan Cirata berada pada wilayah dengan tekanan populasi dan kebutuhan energi tinggi, sehingga relatif berada pada lingkungan dengan tingkat perubahan penggunaan lahan yang tinggi juga. Selain itu, PLTA ini memiliki kapasitas produksi yang cukup besar dan berada pada waduk yang memiliki bendungan buatan dengan genangan relatif luas. Sementara PLTA Tanggari I dan II berada pada wilayah dengan tekanan penduduk dan kebutuhan energi yang relatif lebih rendah, sehingga berada pada lingkungan dengan tingkat perubahan penggunaan lahan yang lebih rendah juga. PLTA ini juga merupakan PLTA yang tidak berada di waduk, tetapi langsung di badan sungai dengan mengalirkan langsung air sungai (run off river) ke dalam instalasi pembangkitan, serta memiliki kapasitas produksi yang lebih kecil. Perbedaan karakteristik tersebut diperkirakan memberikan perilaku sumberdaya alam yang relatif berbeda, sehingga perlu dikaji pendekatan perlindungan dan pengelolaan lingkungannya Kerangka Pemikiran Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa Sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Pengelolaan sumberdaya air perlu mempertimbangkan prinsip pendekatan holistik, yang mengkaitkan pembangunan sosial dan ekonomi dengan perlindungan ekosistem alam; pendekatan partisipasi yang melibatkan para pengguna, perencana dan pembuat keputusan; serta mengakui hak asasi manusia untuk memperoleh akses terhadap air dan sanitasi yang bersih dengan harga yang tinggi. Inisiatif sukarela dalam perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air dapat memperkuat dan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, karena bergeraknya semua komponen atau stakeholder secara sukarela untuk melindungi sumberdaya air. Meskipun secara teoritis total volume air di permukaan bumi relatif tetap, dan air akan selalu ada karena air bersirkulasi secara berkesinambungan dari bumi ke atmosfir dan kembali ke bumi ini relatif tetap. Namun ketersediaan air pada
5 5 tempat yang sesuai sepanjang waktu baik kuantitas maupun kualitas yang memadai akan terancam jika dalam pengelolaannya tidak mengindahkan prinsip pelestarian (Cunningham et al. 1999; Titienberg 2003) dan pertimbangan ekonomi (Sanim 2011). Pemanfaatan sumberdaya air yang tidak dikendalikan secara bijaksana dapat menurunkan kemampuan sumberdaya tersebut dalam memberikan jasa lingkungannya. Pemanfaatan sumberdaya air dan perubahan penggunaan lahan di wilayah hulu menghasilkan dinamika kuantitas dan kualitas air. Tidak hanya PLTA yang memperoleh implikasi dari kerusakan sumberdaya air tetapi juga pemanfaat air sungai lainnya. Secara umum, saat ini kondisi sumberdaya air pada PLTA di Jawa Barat (Saguling dan Cirata) serta PLTA di Sulawesi Utara (Tanggari I dan II) terancam oleh menurunnya kualitas dan kuantitas air akibat adanya perubahan penggunaan lahan pada DAS hulu PLTA (Gambar 1). Untuk mengantisipasi hal tersebut dan mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya air secara komprehensif. Pengelolaan yang bersifat komprehensif ini diharapkan mampu mendorong kebijakan yang bisa mendukung perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PLTA berbasis sukarela. Kondisi tersebut mendorong pengelola PLTA untuk meningkatkan kepedulian terhadap pencapaian kinerja lingkungan melalui berbagai pengendalian dampak lingkungan yang diakibatkannya sesuai dengan kebijakan dan tujuan lingkungan mereka. Inisiatif sukarela dan pemenuhan amanat regulasi tentang sumberdaya air diharapkan mampu menjadi solusi terhadap permasalahan yang mengancam kelestarian sumberdaya air di PLTA. Pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela ini bisa diterapkan PLTA dengan melakukan komunikasi eksternal dengan seluruh pihak terkait (stakeholder) untuk secara aktif bersama-sama melakukan program yang mendukung pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan. Program-program tersebut antara lain perbaikan kelembagaan dan pelaksanaan regulasi berbasis sukarela. Kelembagaan yang kuat dengan dasar regulasi diharapkan mampu berperan melakukan perbaikan kondisi lingkungan, khususnya penggunaan lahan pada DAS hulu PLTA guna meningkatkan perbaikan kualitas dan kuantitas
6 6 sumberdaya air. Selain itu, perlu dilakukan inventarisasi, sosialisasi, edukasi dan diseminasi tentang pentingnya nilai ekonomi jasa lingkungan sumberdaya air. Gambar 1 Kerangka pemikiran kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. Implementasi semua program tersebut diharapkan mampu mendukung perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air dalam kerangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan perumusan model kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela oleh PLTA melalui kajian yang mendalam dan komprehensif Perumusan Masalah Air merupakan barang yang sangat esensial bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di planet ini. Air berfungsi penting bagi budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik dan transportasi dan fungsi sosial lainnya, dan semuanya berharap air memiliki nilai yang sangat tinggi (Sanim 2011). Seiring dengan bertambahkanya penduduk dan pembangunan ekonomi, maka permintaan air menjadi terus meningkat. Sementara pasokan air
7 7 semakin kritis. Hal ini membawa konsekuensi fungsi dari air sering terganggu (Fauzi 2004). Pada sisi lain, pemanfaatan air sungai oleh banyak pihak (industri, rumah tangga dan pertanian) membawa dampak terhadap kualitas air. Umumnya keluaran air yang berasal dari lokasi kegiatan tersebut langsung masuk ke dalam daerah aliran sungai tanpa adanya suatu penyangga, baik berupa pengolahan limbah rumah tangga, industri maupun pertanian. Jumlah keseimbangan bahan juga berkontribusi pada tingkat polusi yang akan ditimbulkan oleh kegiatan tersebut (Tjokrokusumo et al. 2000). Pemanfaatan lahan di daerah hulu atau kawasan greenbelt, atau penggundulan hutan berpengaruh terhadap infiltrasi dan aliran permukaan. Tanpa adanya tetumbuhan di atas permukaan tanah, air akan mengalir lebih cepat secara signifikan. Aliran dari lahan gundul umumnya lebih banyak membawa sedimen (Indarto 2010). Erosi yang terjadi dengan adanya aliran permukaan yang terbawa oleh sungai akhirnya masuk ke dalam waduk dan terendapkan pada dasar waduk, lebih lanjut akan mempengaruhi debit air yang masuk. Permasalahan lain pada sungai atau waduk adalah banyak sampah organik dan non organik baik dari kegiatan KJA maupun perubahan fungsi lahan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya air dimana sumber air tersebut berada sehingga layak dalam jangka panjang dan bisa mendukung kontinuitas operasional pembangkit tersebut (Afandi 2010). Ketersediaan air sungai yang masuk dan keluar dari aliran sungai sangat mempengaruhi kontinuitas produksi listrik yang dihasilkannya. Korosi pada instalasi pembangkit tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh menurunnya kualitas air dari faktor lingkungan di sekitar (fisika, kimia dan biologi). Korosi pada instalasi pembangkit tenaga listrik telah terlihat pada turbin, pemutar poros, radiator dan sistem pendingin yang terbuat dari logam. Apabila ini terjadi maka biaya pemeliharaan semakin tinggi dan operasional pembangkit menjadi terganggu (Putra 2010). Alur rumusan masalah dalam pengelolaan sumberdaya air di PLTA tersebut disajikan dalam Gambar 2.
8 8 Gambar 2 Perumusan masalah perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. PLTA yang diteliti memanfaatkan aliran air (pasokan air dari air permukaan dan air tanah) Sungai Citarum di Jawa Barat untuk PLTA Saguling dan PLTA Cirata, dan aliran Sungai Tondano di Sulawesi Utara untuk PLTA Tanggari I dan Tanggari II. Dalam kegiatan PLTA, energi potensial dari dam atau air terjun diubah menjadi energi mekanik dengan bantuan turbin, dan selanjutnya menjadi energi listrik dengan bantuan generator. Keberadaan air sungai atau waduk menempati posisi sentral untuk menjamin ketersediaan air dan sumber energi untuk pembangkit listrik guna memenuhi kebutuhan dan menjamin aktivitas sosial, ekonomi dan pembangunan. Pemanfaatan air oleh PLTA sebagai bahan baku untuk menghasilkan listrik, akan memberikan dampak negatif jika pengelolaannya tidak mengindahkan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai salah satu aktor dalam
9 9 pemanfaatan sumberdaya air, keempat PLTA yang diteliti mengambil tindakan perlindungan lingkungan secara proaktif melalui penerapan sistem manajemen lingkungan. Suatu sistem yang menawarkan fleksibilitas yang bertanggungjawab bagi perusahaan untuk menetapkan kebijakan dan program lingkungan sesuai dengan sifat dan karakteristik PLTA, dan menggunakan pendekatan Plan Do Check Action (PDCA) untuk memperoleh hasil dan memberi keuntungan dalam konteks sosial ekonomi secara optimal PLTA yang telah menerapkan basis sukarela melakukan tindakan perlindungan sumberdaya air secara terprogram agar tidak terjadi penurunan kualitas air dan mempertahankan ketersediaan air yang dibutuhkannya. Kualitas air harus memenuhi peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah dan ketetapan lain yang berlaku. Pemanfaatan sumberdaya air yang memiliki banyak fungsi, memberi karakteristik unik bagi PLTA dalam penetapan program lingkungannya. Program lingkungan PLTA tidak bisa berdiri sendiri, PLTA perlu mempertimbangkan masukan dan tanggapan stakeholder. Akseptabilitas stakeholder akan mempercepat pencapaian target dan tujuan lingkungan PLTA. Hal ini bisa didukung dengan melakukan inventarisasi dan perhitungan, serta peningkatan pemahaman semua stakeholder tentang pentingnya nilai valuasi ekonomi jasa lingkungan yang berasal dari pemanfaatan air. Dengan demikian dari waktu ke waktu, perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air yang dilakukannya akan memberikan benefit kepada PLTA dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Dari uraian diatas, permasalahan penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi perubahan penggunaan lahan, serta pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas sumberdaya air yang dimanfaatkan PLTA? 2. Bagaimana tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder, serta landasan regulasi terkait pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA? 3. Berapa besar nilai jasa lingkungan yang diberikan sumberdaya air PLTA secara berkelanjutan? 4. Bagaimana model kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA?
10 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merumuskan kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA. Untuk mencapai tujuan umum tersebut terdapat tujuan spesifik penelitian yaitu: 1. Menganalisis kondisi perubahan penggunaan lahan dan kualitas sumberdaya air yang dimanfaatkan PLTA; 2. Menganalisis tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder, serta landasan regulasi terkait pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA; 3. Menganalisis nilai jasa lingkungan yang diberikan sumberdaya air PLTA secara berkelanjutan; 4. Merumuskan model kebijakan perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA Manfaat Penelitian Penelitian kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan sumberdaya air berbasis sukarela di PLTA memiliki nilai strategis dalam pembangunan berkelanjutan. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Menjadi acuan dalam penyusunan dan perencanaan pemanfaatan sumberdaya air secara efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; 2. Sebagai pertimbangan pengambil keputusan dalam merumuskan dan menetapkan aturan maupun kebijakan perlindungan lingkungan; 3. Memperbanyak khasanah ilmiah di bidang perlindungan lingkungan dengan pendekataan sukarela Novelty (Kebaruan) Desain perlindungan lingkungan selama ini masih menggunakan pendekatan mandatori (command and control) dimana peran regulator sangat dominan dan adanya keterbatasan ruang inovasi bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan lingkungan. Sementara dalam penelitian ini menghasilkan desain kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang berbeda dari pendekatan mandatori. Penelitian ini menggunakan pendekatan sistem (system approach) yang menggabungkan tiga aspek secara bersama yaitu: (1) aspek perbaikan
11 11 karakteristik sumberdaya air; (2) aspek perbaikan kelembagaan dan pemenuhan regulasi; serta (3) aspek pemahaman nilai ekonomi jasa lingkungan sumberdaya air melalui komunikasi eksternal dengan pendekatan sukarela. Ketiga aspek ini menjadi pilar utama dalam desain model kebijakan berbasis sukarela yang mendudukkan peran perusahaan dan stakeholder secara bijaksana dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BERBASIS SUKARELA DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR ZAKIYAH
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BERBASIS SUKARELA DI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR ZAKIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ii HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan
Lebih terperinciBAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II
Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan lingkungan sudah menjadi persoalan yang menarik dan menjadi isu sentral bagi negara-negara di dunia. Semenjak tahun 1980-1990, wacana CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Dieng merupakan salah satu kawasan penting dalam menyangga keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 sampai dengan 2093
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
No.1048, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion. Norma. Standar. Prosedur. Kriteria. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciPERENCANAAN PERLINDUNGAN
PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di
Lebih terperincikuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN STRATEGIS
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciPERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP
PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP Yang pertama muncul di Indonesia: UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 1982 (UULH) Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup kemudian disempurnakan dan diganti dengan:
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common
Lebih terperinci2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)
Lebih terperinci2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen pokok dan mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi. Menurut Indarto (2012) : Air adalah substansi yang paling melimpah
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD BLHD a. Visi Dalam rangka mewujudkan perlindungan di Sulawesi Selatan sebagaimana amanah Pasal 3 Ung-Ung RI Nomor 32 Tahun
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu tantangan pembangunan jangka panjang yang harus dihadapi Indonesia terutama di kota-kota besar adalah terjadinya krisis air, selain krisis pangan
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di
Lebih terperinciSTRATEGI MANAJEMEN AIR TANAH WILAYAH PERKOTAAN *)
STRATEGI MANAJEMEN AIR TANAH WILAYAH PERKOTAAN *) Oleh : Soetrisno S. **) S a r i Ada dua faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi manajemen air tanah perkotaan : i. wilayah
Lebih terperinciDisajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)
Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai
Lebih terperinciNOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 11 TAHUN 2 0 1 3 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan
Lebih terperinciDr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013
Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan
Lebih terperinciMAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)
MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I = PCB
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum memiliki peranan yang sangat penting dan strategis bagi Provinsi Jawa Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. DAS Citarum
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai kepentingan, yang airnya
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI KEBIJAKSANAAN PENDAYAGUNAAN SUNGAI DAN PEMELIHARAAN KELESTARIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam beserta lingkungan merupakan suatu kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan negara dengan ketersediaan air yang cukup, namun secara alamiah Indonesia menghadapi krisis dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA
PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Perangkat Daerah Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan merupakan unsur pelaksana teknis urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program
Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI III.1 LETAK DAN KONDISI WADUK CIRATA Waduk Cirata merupakan salah satu waduk dari kaskade tiga waduk DAS Citarum. Waduk Cirata terletak diantara dua waduk lainnya, yaitu
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
Lebih terperinciBAB 2 Perencanaan Kinerja
BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO
Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN
PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN Latar Belakang Air dan sumber daya air mempunyai nilai yang sangat strategis. Air mengalir ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah administrasi, maka
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI AIR SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI AIR SE-DUNIA TINGKAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 TANGGAL 22 MARET 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG Assalamu alaikum
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: kinerja lingkungan, kinerja ekonomi, manufaktur
Judul: Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Ekonomi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015) Nama: Ni Kadek Nyupina Dewi NIM : 1306305019 Abstrak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Hutan Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang memiliki karakter unik sebagai resultante aksi dan interaksi dari berbagai faktor, baik alami maupun pengaruh
Lebih terperincimemenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dengan luas keseluruhan lebih dari 5.000 km 2 atau sekitar 0,25% dari luas daratan Indonesia (Davies et al.,1995), namun status
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat
Lebih terperinciPROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN
PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah dengan topogafi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit tempat tangkapan air hujan yang akan dialirkan melalui anak-anak sungai
Lebih terperinciAMDAL PERTAMBANGAN I. UMUM
AMDAL PERTAMBANGAN I. UMUM Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinci2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinci*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea
MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR Sumihar Hutapea UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2016 KARAKTERISTIK DAS : DAS Sebagai Ekosistem Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, baik sektor pendidikan, ekonomi, budaya, dan pariwisata. Hal tersebut tentunya
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang: a. bahwa kondisi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi
Lebih terperinci2 Kegiatan usaha perikanan, khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Nelayan Kecil dan Pembudiday
No.5719 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 166). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim
Lebih terperinciDepartemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan
Lebih terperinciBAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD
BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai
Lebih terperinciBab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Perumusan penetapan strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kutai Timur mengacu kepada isu strategis
Lebih terperinciBAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI
BAB X. PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BERBASIS EKOLOGI A. Pendahuluan Daya tarik ekosistem dan lingkungan dunia memberikan isyarat dan tantangan, dan membujuk jiwa yang selalu mau menguasainya tanpa henti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah dan air berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 2 2004 SERI. C PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciHari Air Dunia Mengingatkan Kembali Kepedulian Kita Pentingnya Air dan Pengelolaan Air Limbah
Rilis PUPR #1 23 Maret 2017 SP.BIRKOM/III/2017/164 Hari Air Dunia Mengingatkan Kembali Kepedulian Kita Pentingnya Air dan Pengelolaan Air Limbah Jakarta - Hari Air Dunia (HAD) yang diperingati setiap tanggal
Lebih terperinci