PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS V Made Indrieta Sari 1, Putu Nanci Riastini 2, I Made Suarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia indrietas@gmail.com 1, putunanci.riastini@undiksha.ac.id 2, suarjana_undiksha@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan aktivitas dan hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran Course Review Horay. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain post test only control group desain. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelompok siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 93 orang siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas V SDN 2 Banjar Bali dan SDN 1 Kampung Kajanan. Data aktivitas dan hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode observasi menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas belajar dan metode tes menggunakan instrumen tes hasil belajar IPA. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif dan uji-t dengan rumus polled varians. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan aktivitas dan hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji-t pada aktivitas belajar IPA adalah thitung =32,88 > ttabel = 1,68 dan hasil uji-t pada hasil belajar IPA adalah thitung =71,50 > ttabel = 1,68. Temuan yang diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay adalah membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Kata kunci: Course Review Horay, aktivitas belajar, hasil belajar Abstract This research aims to determine the significant difference toward activity and cognitive science learning outcomes of students between students who were taught by Course Review Horay and students who were not taught by Course Review Horay. This study was a quasi-experimental study. The design of this research was Post-test only control group design. Population of this research were all of fifth grade students of state VII elementary school at Buleleng Sub-District in academic year 2016/2017 with total population of 93 students. The sample of this research was fifth grade students at SDN 2 Banjar Bali and SDN 1 Kampung Kajanan. The data of activities and science learning outcomes of students was obtained by observation method using observation sheet instrument of learning activity as well as test method by using the test results of the evaluation of student science learning. The data analysis technique was used descriptive statistics analysis and t-test with polled variant formula. The result of this study showed that there were differences of activities and cognitive science learning outcomes of students between students who were taught by Course Review Horay and students who were not taught by Course Review Horay. Based on the test results using t-test in science learning activities showed tcount = > ttable = 1.68 and the result of t-test in science learning outcomes showed tvalue = > ttable = The 1

2 conclusion of this research based on the data that is obtained by using the learning model Course Review Horay can improve students' activeness in the learning processes. In addition it makes the learning in the classroom become more fun. Keywords : Course Review Horay, learning activities, learning outcomes PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SD. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia (Samatowa, 2016:2). IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran IPA tidak cukup hanya dengan siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Mereka dilatih untuk aktif berpikir luas dan mendalam tentang memahami materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007:99) yang menyatakan bahwa Proses pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar mejelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk aktif mempelajari diri sendiri, alam sekitar, dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sangat penting agar siswa belajar bermakna. Semakin tinggi aktivitas siswa dalam belajar, maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan semakin tinggi pula. Menurut Hamalik (2014:90), Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja dalam proses belajar dan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta prilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Selanjutnya menurut Hamalik (2013:171), Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.hal ini berarti, guru harus melaksanakan suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam suasana yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan akan menumbuhkan minat siswa untuk belajar, sehingga keaktifan pun muncul. Aktifnya siswa dalam belajar sangat baik terhadap pemahaman siswa. Pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri. Semakin siswa memahami materi yang dipelajari, maka hasil belajarnya juga akan semakin meningkat. Namun pada kenyataannya, aktivitas belajar IPA siswa belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas belajar IPA pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas V SD Gugus VII Kecamatan Buleleng yang dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 13 Januari 2017, didapatkan presentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa seperti yang disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Presentase Rata-rata Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng No. Nama Sekolahh Jumlah Presentase Rata-rata Siswa Aktivitas Belajar IPA 1. SDN 1 Kampung Kajanan 25 36% 2. MI.AT-Taufiq Singaraja 15 26% 3. SDN 1 Banjar Bali 33 60,6% 4. SDN 2 Banjar Bali 20 30% 2

3 Presentase rata-rata aktivitas belajar IPA yang dipaparkan di atas berada pada rentangan 25,00 41,67. Jika dikonversikan terhadap skala Penilaian Acuan Patokan (PAP), interval rata-rata aktivitas belajar siswa berada pada kategori rendah. Namun, satu kelompok kelas memiliki rata-rata aktivitas belajar IPA yang berada pada rentangan 58,34 75 berada pada kategori baik. Aktivitas belajar siswa yang rendah ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 13 Januari 2017, rentangan ratarata hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA jika dikonversikan terhadap skala Penilaian Acuan Patokan (PAP) berada pada rentangan 41,7 75 yang berada pada kategori sedang hingga tinggi. Berdasarkan studi dokumen dengan melihat nilai UTS, didapatkan ratarata hasil belajar IPA seperti yang disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-rata Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Siswa Kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017 No. Nama Sekolahh KKM Rata-rata 1. SDN 1 Kampung Kajanan 65 62,12 2. MI.AT-Taufiq Singaraja 60 56,47 3. SDN 1 Banjar Bali 66 64,03 4. SDN 2 Banjar Bali 66 62,65 Kenyataan di atas terjadi karena beberapa sebab. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap wali kelas V di SD gugus VII Kecamatan Buleleng pada tanggal 5 sampai dengan 13 Januari 2017, diperoleh informasi penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Pertama, pembelajaran masih didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa masih belum maksimal atau dengan kata lain siswa masih pasif dalam pembelajaran, dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan materi yang diberikan oleh guru, sesekali guru bertanya kepada siswa dan siswa menjawab, serta dilanjutkan dengan pemberian contoh soal atau tugas kepada siswa. Akibatnya siswa kurang antusias dalam belajar, suasana kelas nampak pasif, dan siswa tampak bosan mengikuti pembelajaran. Kedua, guru hanya memanfaatkan buku paket yang ada di kelas akibatnya pembelajaran di kelas menjadi membosankan dan siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena apa yang dijelaskan oleh guru di kelas sudah terdapat pada buku paket yang digunakan. Ketiga, guru tidak menerapkan model pembelajaran yang bervariasi karena kurangnya pemahaman guru tentang strategi pembelajaran. Siswa pun menjadi cepat bosan, sehingga siswa sering sibuk dengan dirinya sendiri atau teman sebangkunya, dan sering tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran karena mengantuk. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan inovasi dalam proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan Course Review Horay. Menurut Kurniasih dan Sani (2016:80) Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak hore! atau yel-yel lainnya yang disepakati. Model pembelajaran Course Review Horay memberikan kesempatan siswa bekerjasama antar siswa di dalam kelompok dengan cara yang menyenangkan. Siswa pun dapat memahami materi yang di pelajari dengan mudah. Pemahaman siswa tentang materi dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Dengan pembelajaran yang demikian, konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya. Siswa 3

4 pun akan merasakan proses belajar yang lebih bermakna dan dengan demikian aktivitas dan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Berdasarkan uraian pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Course Review Horay berpotensi berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar IPA siswa pada saat proses pembelajaran. Namun, besarnya pengaruh model pembelajaran Course Review Horay belum dapat diketahui. Untuk itu, dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa Kelas V SD Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent post-test only control group design. Desain ini dipilih karena tidak memungkinkan mengubah kelas yang ada. Secara prosedural desain penelitian ini mengikuti pola seperti pada tabel 3. Tabel 3. Non Equivalent Post-Test Only Control Group Design Kelompok Treatment Post-Test E X O 1 K - O 2 (dalam Sugiyono, 2011:112) Berdasarkan desain penelitian di atas, kelompok pertama diberikan perlakuan (X) disebut dengan kelompok eksperimen (E) dan kelompok kedua yang tidak diberikan perlakuan disebut dengan kelompok kontrol (K). setelah diberikan perlakuan Course Review Horay pada kelompok eksperimen dan tidak diberikan perlakuan untuk kelompok kontrol dilanjutkan dengan pemberian post-test (O 1 dan O 2) pada masing-masing kelompok. Dalam penelitian ini, hal yang dibandingkan adalah model pembelajaran Course Review Horay dengan model pembelajaran yang bukan model pembelajaran Course Review Horay terhadap pembelajaran IPA. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelompok siswa kelas V SD di Gugus VII Kabupaten Buleleng. Jumlah seluruh siswa kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng adalah 93 siswa. Sebaran populasi penelitian disajikan pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Sebaran Populasi Penelitian di Gugus VII Kecamatan Buleleng No. Nama Sekolahh Kelas Jumlah Siswa 1. SDN 1 Kampung Kajanan V MI.AT-Taufiq Singaraja V SDN 1 Banjar Bali V SDN 2 Banjar Bali V 20 Jumlah 93 Untuk mengetahui tingkat kesetaraan populasi sampel dalam penelitian ini dilakukan uji kesetaraan menggunakan Anava satu jalur. Berdasarkan analisis Anava satu jalur pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai F hitung = 4,28. Nilai F tabel pada db antar = 3 dan db dal = 93 yaitu diperoleh F tabel sebesar 4,73. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, populasi penelitian dinyatakan memiliki kesetaraan. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh sampel yaitu 4

5 kelas V SDN 1 Kampung Kajanan dan kelas V SDN 1 Banjar Bali. Setelah Pengundian tahap pertama, selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua. Adapaun sebaran sampel dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Sebaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. Nama Sekolahh Kelas Kelompok Jumlah Belajar Siswa 1. SDN 2 Banjar Bali V Eksperimen SDN 1 Kampung Kajanan V Kontrol 20 Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar IPA. Sedangkan, variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yang digunakan di pada kelompok eksperimen dan pembelajaran bukan Course Review Horay yang digunakan pada kelompok kontrol sebagai suatu perlakuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Pengumpulkan data aktivitas belajar IPA menggunakan metode observasi dengan instrumen lembar observasi aktivitas belajar IPA dan data hasil belajar IPA menggunakan metode tes dengan instrument tes hasil belajar IPA. Tes hasil belajar yang dikembangkan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal dengan empat alternatif pilihan jawaban. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba atau validitas instrumen dilakukan agar diperoleh gambaran kelayakan dari instrumen tersebut untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba yang dilakukan bergantung pada jenis instrumen yang digunakan. Instrumen penelitian tersebut terlebih dahulu dianalisis menggunakan diuji validitas isi oleh para ahli (uji pakar). Selanjutnya, instrumen yang telah mendapat kecocokan pakar kemudian diujicobakan untuk mendapatkan gambaran tentang kelayakan instrumen tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil uji coba dianalisis lebih lanjut menggunakan validitas butir, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda. Data yang diperoleh dianalisis dengen menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskritif digunakan untuk mengetahui sebaran data yang terdapat pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang nantinya akan digunakan untuk mendukung hasil uji hipotesis. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, median, dan modus skor aktivitas belajar IPA dan skor hasil belajar IPA siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva polygon. Tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel penelitian dapat ditentukam dari skor rata-rata (mean) tiaptiap variabel yang dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima. Sedangkan metode analisis statistik inferensial yang digunakan adalah uji-t. Namun, sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji-t menggunakan rumus polled varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data skor aktivitas belajar IPA kelompok eksperimen diperoleh melalui hasil rekapitulasi aktivitas belajar IPA. Hasil rekapitulasi aktivitas belajar IPA diperoleh skor aktivitas belajar IPA siswa berada pada rentangan Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu modus (Mo) = 23,00, median (Md) = 20,50, mean (M) = 20,20, standar deviasi (s) = 2,92, dan varians (s 2 ) = 8,98. 5

6 Data aktivitas belajar IPA kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 1. Gambar 1. Kurva Polygon Data Aktivitas Belajar Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar daripada median dan mean (Mo>Md>M), sehingga kurva yang terbentuk adalah kurva juling negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Apabila nilai mean (M) dikonversikan terhadap kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, maka rata-rata skor aktivitas belajar IPA siswa kelompok eksperimen berada pada rentangan 20,01 M 24,01 dengan kategori sangat baik/sangat tinggi. Data skor aktivitas belajar IPA kelompok kontrol diperoleh melalui hasil rekapitulasi aktivitas belajar IPA. Hasil rekapitulasi aktivitas belajar IPA diperoleh skor aktivitas belajar IPA siswa berada pada rentangan Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu modus (Mo) = 14,84, median (Md) = 15,64, mean (M) = 15,86, standar deviasi (s) = 2,88, dan varians (s 2 ) = 8,62. Data aktivitas belajar IPA kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 2. Gambar 2. Kurva Polygon Data Aktivitas Belajar Kelompok Kontrol Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih kecil daripada median dan mean (Mo<Md<M), sehingga kurva yang terbentuk adalah kurva juling positif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Apabila nilai mean (M) dikonversikan terhadap kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, maka rata-rata skor aktivitas belajar IPA siswa kelompok kontrol berada pada rentangan 15,17 M 17,50 dengan kategori baik/tinggi. Selanjutnya data skor post-test hasil belajar IPA kelompok eksperimen berada pada rentangan Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu modus (Mo) = 22,92, median (Md) = 22,06, mean (M) = 21,40, standar deviasi (s) = 2,71, dan varians (s 2 ) = 7,73. Data skor post-test hasil belajar IPA kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 3. Gambar 3. Kurva Polygon Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar daripada median dan mean (Mo>Md>M), sehingga kurva yang terbentuk adalah kurva juling negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Apabila nilai mean (M) dikonversikan terhadap kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, maka rata-rata skor post-test hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen berada pada rentangan 18,76 M 25,01 dengan kategori sangat baik/sangat tinggi. 6

7 Data skor post-test hasil belajar IPA kelompok kontrol berada pada rentangan Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan, yaitu modus (Mo) = 12,50, median (Md) = 12,60, mean (M) = 12,82, standar deviasi (s) = 2,54, dan varians (s 2 ) = 6,74. Data skor post-test hasil belajar IPA kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 4. Gambar 4. Kurva Polygon Data Hasil Belajar Kelompok kontrol Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih kecil daripada median dan mean (Mo<Md<M), sehingga kurva yang terbentuk adalah kurva juling positif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Apabila nilai mean (M) dikonversikan terhadap kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, maka rata-rata skor post-test hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol berada pada rentangan 10,42 M 14,59 dengan kategori cukup/sedang. Selanjutnya sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas kelompok varians. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, data berdistribusi normal dan homogen sehingga bisa dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi) dengan rumus polled varians. Kriteria tolak H 0 jika t hit > t tab dan terima H 1 jika t hit < t tab. Hasil ringkasan perhitungan uji hipotesis aktivitas belajar IPA dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Aktivitas Belajar IPA Kelompok Data Aktivitas Belajar IPA Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Varian (s 2 ) n 8, ,62 25 t db tabel dengan (n 1+ n 2 2) thitung taraf signifikansi 5% 43 32,88 1,68 Kesimpulan t hitung > t tabel (H 0 ditolak) Hasil perhitungan sesuai dengan tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung = 32,88 > t tabel = 1,68) sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Ini berati terdapat perbedaan yang signifikan terhadap aktivitas belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan Course Review Horay pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Selanjutnya, hasil ringkasan perhitungan uji hipotesis hasil belajar IPA dapat dilihat pada tabel 7 berikut. 7

8 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar IPA Kelompok Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen Kelompok Varian (s 2 ) n 7, ,74 25 Kontrol Hasil perhitungan sesuai dengan tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung = 71,50 > t tabel = 1,68) sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Ini berati terdapat terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data, diketahui terdapat perbedaan terhadap aktivitas dan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Course Review Horay dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan ratarata skor dan hasil uji-t. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, model pembelajaran Course Review Horay memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk kelompok diskusi. Sebagai contoh dalam pembelajaran tahap course, siswa berdiskusi untuk membahas tugas yang diberikan oleh guru. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat berpartisipasi menyampaikan pendapat untuk memecahkan suatu permasalahan dan dapat saling bertukar informasi. Selain itu, dengan diskusi kelompok siswa dapat menghargai pendapat orang lain. Artinya, diskusi memberikan wadah untuk siswa menjadi aktif membangun pengetahuannya sehingga hasil t db tabel dengan (n 1+ n 2 2) thitung taraf signifikansi 5% 43 71,50 1,68 8 Kesimpulan t hitung > t tabel (H 0 ditolak) belajarnya juga menjadi baik. Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa, dalam diskusi kelompok siswa menjadi aktif, dapat saling tukar pengalaman, informasi, dan dapat memecahkan masalah. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastiti (2016), yang mengemukakan bahwa dengan membentuk kelompok dan berdiskusi menyebabkan siswa terlatih berpartisipasi dalam kelompoknya dan siswa terlatih untuk saling menghargai pendapat satu sama lain. Kedua, penggunaan media pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk menggali informasi mengenai materi pelajaran. Sebagai contoh, guru menggunakan video animasi pada tahap eksplorasi. Hal ini sangat membantu guru untuk membuat siswa dapat menemukan sendiri dan memperoleh informasi pada materi secara tepat sesuai keinginan guru, sehingga mendorong terjadinya proses belajar. Artinya, media pembelajaran membuat siswa lebih aktif dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Miarso (2004) yang menyatakan bahwa, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Ketiga, keterlibatan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dapat membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih hidup. Sebagai contoh, guru ikut berpartisipasi dalam membacakan soal secara acak dan perhitungan skor yang didapat setiap kelompok setelah pembacaan soal. Hal ini juga dapat membentuk hubungan guru dengan siswa

9 dan siswa dengan siswa, sehingga terjadi interaksi yang baik antara satu dengan yang lainnya dan menjadikan hubungan guru dengan siswa lebih dekat. Akibatnya, hampir semua siswa menjadi lebih berani dan aktif dalam mengungkapkan pendapat maupun bertanya mengenai materi yang belum dipahami ataupun soal yang belum dapat dijawab. Hal ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Pernyataan di atas sesuai dengan pernyataan Arends (2008) yang menyatakan bahwa, interaksi guru pada saat pembelajaran, baik antarsiswa maupun antarguru dan siswa, membuat permasalahan siswa bisa diatasi, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Lianto (2016), yang mengemukakan bahwa dengan keterlibatan guru dalam permainan dapat membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih hidup dan memberikan kesan yang berbeda pada pembelajaran. Keempat, kegiatan permainan pada tahap review horay memberikan pengalaman yang menyenangkan pada siswa. Melalui kegiatan tersebut, aktivitas siswa dalam belajar berada pada suasana yang menyenangkan dan siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Siswa pun dapat memahami materi dengan baik, yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Soefandi & Ahmad (2009) yang menyatakan bahwa, bermain dapat merangsang anak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan membatu anak untuk memahami dunia sekitar, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh oleh anak. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Lianto (2016) yang mengemukakan bahwa, kegiatan bermain memberikan kesan yang menyenangkan pada diri siswa. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa untuk mempelajari IPA, yang pada akhirnya dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Kelima, pemberian penghargaan kepada kelompok berupa tanda ceklist ( ) pada jawaban yang benar serta langsung berteriak horay atau yel-yel lain yang telah disepakati dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga perhatian siswa berpusat pada kegiatan belajar yang dilaksanakan. Hal ini membuat siswa lebih aktif dan juga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa pun semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Barnawi dan Arifin (2012) yang menyatakan bahwa, penguatan dalam bentuk symbol, dapat berupa tanda ceklist ( ) pada hasil pekerjaan siswa, dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga hasil belajar kognitifnya pun menjadi optimal. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastiti (2016) yang menemukan bahwa dengan pemberian reward membantu siswa dalam mengembangkan prilaku produktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, berkenaan dengan skor ratarata aktivitas belajar siswa kelompok kontrol cenderung baik/tinggi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, guru lebih mempersiapkan diri untuk mengajar karena didampingi oleh pengamat. Hal tersebut membuat guru menunjukan kemampuannya dalam mengajar dan mengelola kelas lebih maksimal. Kedua, adanya dokumentasi pada saat proses pembelajaran membuat siswa lebih bersemangat untuk mengacungkan tangan dalam mengemukakan pendapat. Adanya faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap skor aktivitas belajar IPA siswa pada kelompok kontrol. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaaan yang signitifikan aktivitas belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran Course Review Horay pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa t hitung = 32,23 lebih besar daripada t tabel = 1,684 (t hitung > t tabel) 9

10 yang diuji pada taraf signifikansi 5% dengan db 43. Selanjutnya, dapat disimpulkan pula bahwa terdapat perbedaaan yang signitifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan Course Review Horay dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan model pembelajaran Course Review Horay pada siswa kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa t hitung = 70,66 lebih besar daripada t tabel = 1,684 (t hitung > t tabel) yang diuji pada taraf signifikansi 5% dengan db 43. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya menambah referensi atau media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa. (2) kepala sekolah hendaknya mengikutsertakan guru dalam seminar atau pelatihan mengenai model pembelajaran yang inovatif agar kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran di sekolah dasar lebih baik. (3) Peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian berikutnya tentang pengaruh peran guru sebagai fasilitator terhadap keberhasilan belajar siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan atau ditujukan kepada kepala sekolah di Gugus VII Kecamatan Buleleng, Dra. Ni Made Wati dan Ibu Putu Suparmi, S.Pd.SD., yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru kelas V, Made Sri Utami, S.Pd. dan Ibu Ida Ayu Parwati atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Serta Putu Nanci Riastini, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan Bapak Drs. I Made Suarjana, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing, sehingga artikel ini dapat terselesaikan. Serta semua pihak yang membantu dalam penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan artikel ini. DAFTAR RUJUKAN Djamarah, Syaiful Bahri Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kurniasih dan Seni Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Lianto, I.M Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV. e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, No. 1 (halaman 10). Miarso Media Pembelajaran. Makasar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar. Samatowa, Usman Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Soefansi, Indra & Ahmad Pramudya Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Widyastiti, N.L.P Pengaruh Model Pembelajaran CRH Berbantuan 10

11 Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV. e- Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, No. 1 (Halaman 9). 11