PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP MINAT BACA DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP MINAT BACA DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD I Pt. Yarka Wikrama 1, Pt. Nanci Riastini 2, I Made Suarjana 3 1,2,3 Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia wikramayarka@gmail.com putunanci.riastini@undiksha.ac.id imade.suarjana@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat baca dan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran inkuiri dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran bukan inkuiri. Populasi penelitian ini adalah kelompok siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2016/2017. Sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik random sampling. Hasil pengundian sampel menunjukkan bahwa kelas VB ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VA ditetapkan sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat baca dan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran inkuiri dengan kelompok siswa yang dibelajarkan pembelajaran bukan inkuiri. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa thit = 3,71 > t tab = 2,201 Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa t hit = 4,141 > ttab = 2,021. Hal ini, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan minat baca dan pemahaman konsep IPA antara kelompok yang dibelajarkan pembelajaran Inkuiri dengan kelompok yang tidak dibelajarkan pembelajaran Inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rasa ingin tahu siswa dalam mencari jawaban tentang permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap minat baca dan pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: pemahaman konsep, inkuiri, minat baca. Abstract The research aims to determine the difference in reading interest and understanding of science concept between groups of students who were tought the inquiry learning model with the groups of students who were taught by non inquiry learning. The population of the research is the students of Grade V SD Negeri 3 Anturan academic year 2016/2017. The sample of the research was taken by using random sampling technique. Data analysis techniques used are description statistics and t-test. To test the hypothesis I and hypothesis II used t-test. The results showed that there was a different in reading intersest and understanding of science concept between groufsof students who were modeled inquiry learning. The results of hypothesis test I showed that t hit = 3,71 > t tab = 2,021 and the results of hypothesis test II showed that t hit = 4,141 > t tab = 2,021. It can be interpreted there are significant differences between the two of students groups. And the evarege calculation of reading intersest and understanding concepts was higher in experiment class than control class. Thus the iinquiry learning model has an effect on reading interest and understanding of science concept of the students Grade V SD Negeri 3 ANTURAN 2016/2017. Keywords: understanding concepts, inquiry, reading interest. 1

2 PENDAHULUAN IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang dibelajarkan di sekolah dasar. Menurut Trianto (2012), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan menuntut sikap ilmiah. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa IPA adalah wahana bagi setiap peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya. Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran IPA yang baik hendaknya memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang ada di dalam dirinya untuk memperoleh muatan pembelajaran yang ada pada IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan pengetahuan, yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dan pemahaman konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari (Trianto, 2008). Artinya, proses pembelajarannya menekankan pada pengembangan pemahaman konsep-konsep siswa, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah siswa itu sendiri. Penekanan tersebut menuntut siswa untuk selalu membaca, sehingga menambah wawasan mengenai pengetahuan yang telah dimilikinya. Minat baca tersebut dipercaya akan mampu menuntun siswa dalam membentuk pemahaman konsepnya terkait materi IPA. Kenyataannya, minat baca siswa tergolong rendah. Berdasarkan data UNESCO, presentase minat baca anak Indonesia sebesar 0,01 persen. Artinya, dari anak bangsa, hanya satu saja yang memiliki minat baca (Kompas.com, 2015). Permasalahan serupa juga dijumpai di SD Negeri 3 Anturan. Hal tersebut dibuktikan dengan observasi dan wawancara di SD Negeri 3 Anturan. Saat pembelajaran berlangsung di kelas VA, dari 20 siswa hanya 4 siswa yang membaca buku. Di kelas VB, dari 22 siswa hanya 8 siswa yang membaca buku. Rendahnya minat baca siswa berpengaruh terhadap pemahaman konsep mereka. Berdasarkan perolehan skor tes pemahaman konsep IPA kelas V yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016, skor tes pemahaman konsep IPA kelas V masih rendah. Skor rata-rata tes pemahaman konsep IPA siswa kelas VA dan VB tampak pada tabel 1. Tabel 1. Skor Rata-rata Tes Pemahaman Konsep IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Anturan Tahun Pelajaran 2016/2017 NO Kelas Jumlah Siswa Rata-rata skor siswa kelas V 1 VA 20 7,85 2 VB 22 9,18 Rata-rata Keseluruhan 8,52 Selanjutnya, untuk mengetahui kategori tinggi rendahnya rata-rata skor pemahaman konsep IPA siswa, maka dibuatkan tabel skala lima teoretik sebagaimana terlihat pada Tabel 2. 2

3 Tabel 2. Kategori Skor Tes Rata-rata Pemahaman Konsep IPA Kelas V SD Negeri 3 Anturan Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Skala Lima Teoretik Rentang Skor Kategori 14,995 X 19,99 Sangat tinggi 11,665 X < 14,995 Tinggi 8,335 X < 11,665 Sedang 5,005 X <8,335 Rendah 0,001 X < 5,005 Sangat rendah Mengacu pada Tabel 2. maka ratarata skor pemahaman konsep IPA siswa secara keseluruhan berada pada kategori Sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep IPA siswa masih belum maksimal. Kenyataan di atas terjadi dikarenakan beberapa hal. Berdasarkan kegiatan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 5-11 Januari 2016, ditemukan bahwa proses pembelajaran IPA yang terjadi masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran dimulai dari pemberian informasi oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, membentuk kelompok belajar, dan pemberian soal oleh guru. Pada proses pembelajaran, guru hanya meggunakan fasilitas yang ada, seperti buku paket dan papan tulis. Buku paket dijadikan sebagai pedoman guru dalam ceramah. Ceramah yang dilakukan guru menuntut siswa untuk mendengarkan, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk membaca. Saat pembentukan kelompok, siswa belajar di dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditetapkan guru. Tetapi, kelompok yang dibentuk tidak berjalan efektif karena tugas dari guru dikerjakan oleh siswa yang pintar saja dalam satu kelompok. Pada saat temannya tampil di depan kelas, 70% siswa kurang memperhatikan temannya, membuat kegaduhan, dan mengejek temannya. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk meningkatkan minat baca dan pemahaman konsep IPA siswa yang masih rendah, diperlukan upaya yang inovatif dalam pembelajaran. Upaya ini hendaknya membuat siswa tertarik untuk belajar IPA. Salah satu cara yang dapat dilakukan 3 adalah penerapan model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri sangat cocok untuk pembelajaran IPA. Menurut Shoimin (2014:85), menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan. Pendapat serupa di ungkapkan Marhaeni (2013:168), model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu yang dipertanyakan. Selanjutnya, Susanto(2013:173) menyatakan, Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, me-reveiw apa yang telah diketahaui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengomunikasikan hasilnya. Pendapat tersebut menunjukan bahwa pada pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inkuiri ini, terdapat kegiatan-kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk merumuskan masalah dan menuntun siswa untuk mencari sumber-sumber informasi secara kritis. Untuk mencari sumber informasi secara kritis, siswa harus membaca berbagai macam sumber. Hal ini, secara

4 tidak langsung akan meningkatkan minat siswa dalam membaca sehingga siswa dapat mengembangkan pemahamannya akan konsep-konsep IPA. Berdasarkan uraian di atas dapat diungkapkan bahwa, model pembelajaran inkuiri diduga berpengaruh terhadap minat baca dan pemahaman konsep IPA siswa. METODE Penelitian ini di katagorikan sebagai penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat dikontrol secara ketat. Desain penelitian yang digunakan berupa Post Test Only Control Group Design. Namun, besarnya pengaruh model pembelajaran tersebut belum dapat diungkapkan. Untuk itu, dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap minat baca siswa dan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan. Rancangan ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan baru, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan seperti sebelumnya. Post-test diberikan kepada semua kelompok penelitian. Desain penelitian disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Desain Penelitian Kelompok Perlakuan Post-Test E X O 1 K - O 2 (Sumber: Sugiyono, 2015:112) Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas V pada tahun pelajaran 2016/2017 SD Negeri 3 Anturan kecamatan Buleleng. Jumlah keseluruhan anggota populasi adalah 42 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelompok siswa kelas VA dan VB di SD Negeri 3 Anturan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik random sampling. Teknik random sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel secara acak, dimana sampel diambil adalah kelas. Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena populasi penelitian sekaligus digunakan sebagai sampel penelitian. Karena diketahui kelas-kelas pada populasi memiliki kemampuan yang setara, penarikan sampel bisa dilakukan pada kelas-kelas tersebut. Hasil pengundian sampel menunjukkan bahwa kelas VB SD Negeri 3 Anturan ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VA SD Negeri 3 Anturan ditetapkan sebagai kelas kontrol. Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang minat baca dan pemahaman konsep IPA. Data tentang minat baca dikumpulkan melalui metode kuesioner dengan instrumen kuesioner minat baca. Data tentang pemahaman konsep IPA dikumpulkan melalui tes pemahaman konsep berupa soal uraian. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menyelesaikan, memaparkan, dan menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mean (rata-rata), median (nilai tengah), dan modus. Selanjutnya, statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji t. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitas. Uji prasyarat ini dilakukan untuk menjamin 4

5 prasyarat (asumsi) statistik yang dituntut terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil post test kelompok eksperimen yang dilakukan terhadap 22 siswa, diketahui skor post-test minat baca kelompok eksperimen yang tertinggi adalah 75 dan skor terendah adalah 61. Data skor minat baca siswa selanjutnya disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi. Penyajian data ke dalam tabel distribusi frekuensi dilakukan dan varians kedua kelompok homogen. dengan menentukan jumlah kelas interval, rentang data, dan panjang kelas. Selanjutnya, dilakukan analisis deskriptif yang meliputi perhitungan mean, median, dan modus. Ringkasan hasil analisis data post test minat baca kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Ringkasan Hasil Analisis Data Post-test minat baca Kelompok Eksperimen Jumlah kelas interval (k) 5 Rentang data 14 Panjang kelas (p) 3 Mean(M) 67,55 Median (Md) 67,70 Modus (Mo) 67,75 Mean, median, dan modus skor minat baca kelompok eksperimen, selanjutnya disajikan ke dalam Grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data minat baca pada kelompok eksperimen. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan Grafik poligon distribusi frekuensi. Selanjutnya, data tersebut disajikan pada Grafik polygon sebagaimana terlihat pada gambar 1. Gambar 1. Grafik Poligon Skor Data Minat Baca Siswa Kelompok Eksperimen (Sumber: Distribusi Frekuensi Skor Post Test Minat Baca Kelompok Eksperimen) Berdasarkan Grafik poligon tersebut, tampak bahwa sebaran data minat baca kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri merupakan juling negatif, karena Mo > Md > M (67,75 > 67,70 > 67,55). Hal ini menunjukkan bahwa 5

6 sebagian besar skor minat baca siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Data skor post-test pemahaman konsep IPA 22 orang siswa kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 42 dan skor terendah adalah 23. Selanjutnya, dilakukan analisis deskriptif yang meliputi perhitungan mean, median, dan modus. Ringkasan hasil analisis data post test pemahaman konsep kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Data Post-test pemahaman konsep Kelompok Eksperimen Jumlah kelas interval (k) 5 Rentang data 19 Panjang kelas (p) 4 Mean(M) 33,41 Median (Md) 35,07 Modus (Mo) 36,50 Mean, median, dan modus skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen, selanjutnya disajikan ke dalam Grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data pemahaman konsep IPA pada kelompok eksperimen. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik poligon distribusi frekuensi. Selanjutnya, data tersebut disajikan pada grafik poligon berikut. Gambar 2. Grafik Poligon Data Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelompok Eksperimen (Sumber: Distribusi Frekuensi Skor Post Test Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelompok Eksperimen) Berdasarkan Grafik poligon tersebut, tampak bahwa sebaran data pemahaman konsep kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri merupakan juling negatif karena Mo > Md > M (36,50 > 35,07 >33,41). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Data skor post-test minat baca 20 orang siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 72 dan skor 6

7 terendah adalah 59. Ringkasan hasil analisis data post test minat baca kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Ringkasan Hasil Analisis Data Post-test minat baca Kelompok Kontrol Jumlah kelas interval (k) 5 Rentang data 5 Panjang kelas (p) 3 Mean(M) 63,75 Median (Md) 63,38 Modus (Mo) 63,00 Mean, median, dan modus skor minat baca siswa kelompok kontrol, selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data minat baca pada kelompok kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik poligon distribusi frekuensi. Selanjutnya, data tersebut disajikan pada Grafik poligon berikut. Gambar 3. Grafik Poligon Data Minat baca kelompok kontrol Berdasarkan Grafik poligon tersebut, tampak bahwa sebaran data minat baca kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan inkuiri merupakan juling positif karena Mo < Md < M (63,00 < 63,38 <63,75). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor minat baca siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Data skor post-test pemahaman konsep IPA 22 orang siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 36 dan skor terendah adalah 17. Selanjutnya, dilakukan analisis deskriptif yang meliputi perhitungan mean, median, dan modus. Ringkasan hasil analisis data post test pemahaman konsep kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Data Post-test pemahaman konsep Kelompok Kontrol Jumlah kelas interval (k) 5 Rentang data 19 Panjang kelas (p) 4 Mean(M) 25,90 7

8 Median (Md) 25,30 Modus (Mo) 22,50 Mean, median, dan modus skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol, selanjutnya disajikan ke dalam Grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data pemahaman konsep IPA pada kelompok kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan Grafik poligon distribusi frekuensi. Selanjutnya, data tersebut disajikan pada Grafik polygon berikut. Gambar 4. Grafik Poligon Data Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelompok kontrol Uji prasyarat analisis data dilakukan sebelum melaksanakan uji hipotesis. Terdapat beberapa persyaratan analisis data yang harus dipenuhi, meliputi: 1) uji normalitas sebaran data, 2) uji homogenitas varians. Normalitas sebaran data diuji dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menggunakan bantuan SPSS for windows. Hasil disajikan pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data dengan Teknik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk dengan Taraf Signifikansi 5% Nilai Pemahaman Minat baca daengan model pembelajaran Inkuiri Pemahaman konsep IPA dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Minat Baca Dengan Pembelajaran bukan Inkuiri Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig *

9 Pemahaman Konsep dengan Pembelajaran bukan Inkuiri a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa statistik Kolmogorov-Smirnov memiliki angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa semua sebaran data minat baca dan pemahaman konsep IPA * Tabel 9. Hasil analisis homogenitas varians 9 sudah berdistribusi normal. Sedangkan, pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis disajikan pada tabel 9. Variabel Statistik(F) Df1 Df2 Sig. Minat Baca Pemahaman Konsep IPA Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki varians yang homogen.hasil perhitungan menunjukkan bahwa minat baca kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran bukan inkuiri menghasilkan harga t hitung sebesar 3,71 > t tab (2,021). Hal ini berarti, hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesis alternatif (H 1 ) diterima. Jadi, terdapat perbedaan secara signifikan terhadap minat baca kelompok siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan Kecamatan Buleleng yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran bukan inkuiri. Selanjutnya, hasil perhitungan menunjukkan pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran bukan inkuiri menghasilkan harga t hitung sebesar 4,141 > t tab (2,021). Hal ini berarti, hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesis alternatif (H 1 ) diterima. Jadi, terdapat perbedaan secara signifikan terhadap Pemahaman Konsep IPA kelompok siswa kelas V SD Negeri 3 Anturan yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran bukan inkuiri. Berdasarkan uraian hasil penelitian, terdapat perbedaan minat baca dan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan inkuiri. Beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap minat baca dan pemahaman konsep IPA siswa adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran inkuiri menghadirkan situasi belajar yang mengarahkan siswa mempelajari peristiwaperistiwa ilmiah seperti layaknya seorang ilmuan. Model pembelajaran inkuiri mampu merangsang kegiatan berpikir siswa, sehingga timbul kemampuan berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu yang dipertanyakan. Susanto (2013:173) menyatakan, Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatankegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, me-reveiw apa yang telah diketahaui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengomunikasikan hasilnya. Selanjutnya, sesuai dengan pendapat O Daffer, dkk. (2008) mengemukakan, untuk memahami suatu konsep, siswa perlu membaca informasi yang diberikan dengan intensif terlebih dahulu. Hal ini berarti bahwa apabila minat

10 baca siswa tinggi, tentu peluang siswa memahami konsep semakin besar Kedua, pembelajaran menggunakan model inkuiri yang didesain dengan membentuk kelompok kecil melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas/lks yang diberikan. Pada kegiatan diskusi, anggota kelompok mengerjakan tugas yang diberikan. Untuk memahami tugas yang diberikan, seluruh anggota kelompok harus menganalis permasalahan yang dihadapi. Dengan membaca materi siswa mampu menganalisis permasalahan yang dihadapi. Semakin tinggi minat baca siswa, maka semakin meningkat juga kemampuan siswa dalam menganalisis. Secara tidak langsung hal tersebut juga berimbas pada meningkatnya pemahaman konsep siswa. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Ruminiati (2008:25) yang menyatakan bahwa berdiskusi memiliki beberapa kebaikan yaitu,(1) dapat memperluas wawasan siswa, (2) dapat merangsang kreativitas siswa dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu masalah, serta (3) dapat mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, (4) dapat menumbuhkan partisipasi siswa menjadi lebih aktif. Ketiga, adanya reinforcement juga berkontribusi terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. Penguatan dalam pembelajaran adalah salah satu bentuk apresiasi terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Adanya reinforcement yang diberikan guru berupa tepuk tangan dan hadiah menjadi motivasi bagi siswa untuk berkarya, menjawab, dan mengajukan pertanyaan selama kegiatan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan minat baca antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran yang bukan inkuiri. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t hit adalah 3,71 sedangkan t tab pada taraf signifikansi 5% dan db = 40 adalah 2,021 (t hit > t tab ). 2. Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang 10 pembelajaran berlangsung. Motivasi menjadikan siswa aktif dalam bekerja dan menggali pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap minat baca dan mengoptimalkan pemahaman konsep siswa. Pendapat ini didukung oleh Sukadi (2005), berbagai bentuk motivasi, seperti pemberian hadiah dan tepuk tangan memungkinkan siswa untuk semakin aktif mengembangkan konsep-konsep agar dapat dipahami dengan baik. Ini berarti, pemberian reinforcement penting pula dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Implikasi dari penelitian ini yaitu, siswa memiliki pengalaman dalam mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah layaknya seorang ilmuan. Selanjutnya, pembelajaran yang dilaksanakan dengan setting kelompok dapat memupuk sikap kerjasama sehingga siswa tidak hanya belajar mengenai pemahaman konsep, tetapi juga belajar untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Melalui diskusi kelompok siswa dapat mengomunikasikan gagasan dan memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri. Kemudian, implikasi bagi guru yaitu guru dapat menentukan materi, media, model/metode dan atau cara yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran IPA, khususnya pemahaman konsep IPA. Guru mampu berperan sebagai koordinator, fasilitator, dan motivator secara maksimal dalam setiap pembelajaran. Selain itu, guru juga mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA yang aktif dan inovatif. mengikuti model pembelajaran inkuiri dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan inkuiri. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t hit adalah 4,141 sedangkan t tab pada taraf signifikansi 5% dan db = 40 adalah 2,021 (t hit > t tab ). Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Kepada Guru, hendaknya dapat melanjutkan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dengan beberapa modifikasi agar

11 sesuai dengan kondisi, materi, sekolah, dan peserta didik. (2) Kepada Kepala Sekolah, hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi bahan pertimbangan kepala sekolah untuk mengadakan pelatihan tentang pembelajaran inkuiri bagi guru-guru di sekolahnya. (3) Kepada Peneliti Lain, Penelitian ini hanya dibatasi pada pemahaman konsep IPA, belum menyentuh ranah sikap ilmiah. Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut hendaknya dapat melakukan penelitian berikutnya tentang sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran inkuiri. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih ditujukan kepada kepala sekolah SD Negeri 3 Anturan, Made Oletha, S.Pd.SD yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga ditujukan kepada I Nyoman Suradana, S.Pd.SD selaku wali kelas V atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Serta, Putu NancI Riastni, S.Pd., M.Pd.selaku pembimbing I dan Drs. Made Suarjana, M.Pd. selaku pembimbing II. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Basuki, Yayuk Minat Baca Anak Indonesia Hanya 0,01 Persen. Tersedia pada: 5/05/25/ /Yayuk.Basuki. Minat.Baca.Anak.Indonesia.Hanya.0.01.Persen. Diakses pada tanggal 1 Februari Marhaeni Landasan Dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Undiksha. Ruminiati Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Shoimin, Aris Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukadi Pendidikan IPS yang Powerful Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran.No. 4 TH. XXXVIII Oktober 2005 ISSN Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Anda Learning). Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher. Trianto Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara. 11