PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA IGB Wira Pandu Winata 1, Dewa Nyoman Sudana, Ni Wayan Arini 3 1,,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Baguspandu81@yahoo.com 1, dewasudana65@gmail.com, wayanarini@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 015/016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dan menggunakan desain post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Sawan tahun pelajaran 015/016 yang berjumlah 173 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SD N 8 Bungkulan yang berjumlah 19 orang dan siswa kelas V SD N 5 Bungkulan yang berjumlah 1 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda/objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional (t hitung = 4,38 dan t tabel =,01, sehingga t hitung > t tabel ). Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Gugus IV Kecamatan Sawan. Kata kunci: LC5E, hasil belajar IPA Abstract This study aimed to determine the differences of Science learning outcomes between students who were given Learning Cycle 5E model with the help of interactive multimedia and students who were given conventional learning models in the fifth grade students in Cluster IV District of Sawan, Buleleng regency in the academic year 015 / 016. This study wis a quasi-experimental design and used post-test only control group design. The population of this research was all of fifth grade students in Cluster IV District of Sawan, Buleleng regency in the academic year 015/016 which consisted 173 people. The samples of this study were 19 fifth grade students of SD (Elementary) N 8 Bungkulan and 1 fifth grade students of SD N 5 Bungkulan. The students Science score as the data of this study were collected by using a multiple choice test / objective. The data obtained were analyzed by using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The result of the study shows, it was found that there were significant differences between students who were given Learning Cycle 5E with the help of interactive multimedia model and the students who were given conventional model in term of Science score (t obs = 4,38 dan t cv =,01, t obs > t cv ). From the result, it can be concluded that Learning Cycle 5E model with the help of interactive multimedia 1

2 model effected the fifth grade students in Cluster IV District of Sawan s Science outcome. Keywords: Learning Cycle 5E, learning outcomes PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan berkualitas merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Melalui pendidikan dapat diciptakan manusia yang cerdas, terampil, berwawasan luas, disiplin, beriman, bertaqwa serta bertanggungjawab di dalam kehidupan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Dalam dunia pendidikan seorang guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Guru memiliki peranan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting dan strategis. Gurulah yang mengendalikan arah bagaimana proses kegiatan pembelajaran yang harus dicapai siswa di dalam kelas. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, seorang guru harus bisa melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran. Uno dan Mohammad (011:11) menyatakan bahwa inovasi dalam pembelajaran tersebut dapat dikembangkan melalui strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Inovasi dalam pembelajaran dapat dimulai dari upaya guru menggunakan seluruh keterampilan mengajar yang dimiliki serta dalam penggunaan strategi, metode dan model pembelajaran yang inovatif. Guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh atau mempelajari sendiri pengetahuannya melalui penemuan ide-ide baru dan mengaitkan dengan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Mulyasa (009:3) mengungkapkan bahwa terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil atau perorangan. Dalam pembelajaran guru harus bisa menerapkan kedelapan keterampilan dasar mengajar yang dimilikidengan baik, sehingga menjadikan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tujuan akhir yang di harapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik. Jadi, dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, seorang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus memposisikan dirinya lebih tinggi dari siswa, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau konsulator yang bersifat saling melengkapi dan guru harus bisa melakukan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih inovatif dengan keterampilan dasar yang dimilikinya. Sekolah dasar merupakan pendidikan formal di Indonesia yang memiliki andil besar sebagai pondasi pengetahuan untuk kelanjutan pendidikan seseorang. Jadi, sudah seharusnya sekolah dasar dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermakna, sehingga mampu membangun pondasi pengetahuan yang kokoh bagi siswa. Pada tingkat pendidikan sekolah dasar, diajarkan lima pengetahuan utama yang terdiri dari matematika, bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaraaan, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial yang wajib dikuasai.

3 Pendidikan IPA adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Nash (dalam Darmodjo dan Kaligis, 199/1993:3) mengatakan bahwa Science is away of looking at the woeld, yang artinya IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Menurut Darmodjo dan Kaligis (199/1993:3), menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akal sehat, sedangkan objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indra. Pada hakikatnya IPA memiliki komponen yaitu komponen produk dan proses. Hakikat IPA adalah IPA sebagai produk dan IPA sebagai Proses (Sudana dan Kusmariati, 013:). Secara definisi, IPA sebagai produk adalah temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian atau peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya IPA sebagai proses. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA di Indonesia, seperti pengembangan model-model pembelajaran IPA, pengembangan media pembelajaran IPA, penataran bagi guru, penyediaan sarana prasarana yang menunjang pembelajaran IPA, dan pelatihan-pelatihan. Namun, hasil yang diperoleh belum maksimal. Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar. IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi karena IPA dapat membangkitkan minat siswa serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun pembelajaran IPA dapat dilihat secara langsung, namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ada beberapa permasalahan yang sering menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa. Pertama, kurangnya minat dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Kedua, pembelajaran masih terpusat pada guru (Teacher centered). Siswa seolah-olah belajar sebagai pendengar yang baik. Hal ini sangat bertentangan dengan kontruktivisme, yang memandang pengetahuan harus dibangun sendiri oleh pebelajar. Selain itu Penyebab rendahnya hasil belajar IPA tersebut dibuktikan dengan hasil pencatatan dokumen nilai ulangan tengah semester yang dilakukan pada tanggal 17 februari 016 di SD gugus IV Kecamatan Sawan. Berkaitan dengan masalah ini, maka memerlukan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut serta atau berperan aktif dalam pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi di SD Gugus IV kecamatan Sawan adalah model (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif karena pada model tersebut siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara 3

4 terinyegrasi. Munir (013:) mengemukakan multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media ( format file) yang berupa teks, gambar (vector atau bipmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi dan lain-lain yang telah dikemas menjadi (file) digital, digunakan untuk menyampaikan atau menghantarkan pesan kepada publik. Istilah multimedia yang digunakan dalam pendidikan sekarang ini memberi gambaran terhadap suatu media berupa teks, grafik, audio/suara, animasi dan video berada dalam satu perangkat lunak untuk menyajikan suatu informasi. Pendapat lain mengenai pengertian multimedia dikemukakan oleh Arsyad (006:171) arti multimedia yang umumnya adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video dan animasi. Perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media tersebut. Perpaduan ini juga merupakan suatu kesatuan secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian multimedia adalah penggabungan dua atau lebih media yang berupa gambar, teks, suara, video, dan animasi dengan menggunakan aplikasi (microsoft powerpoint) suatu (software) untuk menyajikan informasi. Penggunaan multimedia ini apabila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut multimedia interaktif. Interaktif berarti bersifat saling mempengaruhi. Munir (013:110) menjelaskan pengertian interaktif terkait dengan komunikasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif adalah hubungan antara manusia dengan komputer. Antara pengguna (manusia) dan media ada hubungan timbal balik, pengguna memberikan respon terhadap permintaan/tampilan media, kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi/konsep berikutnya yang disajikan oleh media (program) tersebut. Berdasarkan pengertian multimedia dan interaktif tersebut, maka multimedia interaktif adalah penggabungan dua atau lebih media yang berupa grafis, suara, teks, video dan animasi dengan menggunakan komputer untuk menampilkan informasi dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya dengan memberikan keleluasaan untuk mengontrol multimedia tersebut. Berdasarkan solusi masalah tersebut, model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif merupakan solusi yang sesuai dengan masalah yang telah dipaparkan. Maka perlu kiranya dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E terhadap hasil belajar IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di SD Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 015/016. Hasil penelitian yang dilakukan mempunyai manfaat secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis penelitian yang dilakukan mengkaji model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Dengan demikian temuan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pembelajaran, khususnya model pembelajaran. Manfaat praktis (1) b agi siswa, penggunaan model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. () bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran. (3) bagi Sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengalaman dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif. METODE Jenis penelitian ini merupakan eksperimen semu ( quasi experiment). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, pada rentang waktu 4

5 semester II (genap) tahun pelajaran 015/016. Kuasi eksperimen berfungsi untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakteristik subjek yang diinginkan oleh peneliti (Mulyatiningsih, 01). Penelitian ini menggunakan rancangan non-equivalent post-test only control group design. Pada penelitian ini, kelompok eksperimen dikenai perlakuan berupa model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E, sedangkan kelompok kontrol dikenai model pembelajaran konvensional Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas V di Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 015/016. Gugus ini terdiri dari delapan sekolah sehingga terdapat delapan kelas V dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 173 siswa. Untuk mengetahui kesetaraan populasi, maka dilakukan uji kesetaraan populasi dengan ANAVA satu jalur. Hasil analisis dengan ANAVA satu jalur menunjukkan bahwa delapan sekolah dasar tersebut setara. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara (simple random sampling) yaitu dengan cara undian. Pada teknik ini subjek-subjek di dalam populasi dianggap sama dan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel. Berdasarkan hasil (simple random sampling), diperoleh sampel yaitu siswa kelas V SDN 8 Bungkulan yang berjumlah 19 orang dan siswa kelas V SD N 5 Bungkulan yang berjumlah 1 orang siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan satu jenis alat (instrumen) penelitian yaitu berupa tes objektif atau pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar IPA. Tes tersebut telah di ujicobakan, sehingga teruji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan uji prasyarat. Teknik analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada analisis deskriptif, data dianalisis dengan menghitung mean, median, modus, dan standar deviasi. Dalam penelitian ini data disajikan dalam kurva polygon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui data kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk hasil belajar IPA digunakan analisis chi-kuadrat. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data benar-benar homogen. Uji homogenitas untuk kedua kelompok digunakan uji F. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t dengan menggunakan rumus polled varians (n1 n dan varians homogen dengan db=n1+n ). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, () mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar IPA, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) dan standar deviasi. Rangkuman hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean (M) 3 16,6 5

6 Median (Md) 3,6 16, Modus (Mo) 5,5 15,63 Varians 16,55 5,44 Standar Deviasi 4,06 5,04 Data diatas selanjutnya disajikan dalam bentuk kurva polygon. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon distribusi frekuensi.seperti pada Gambar 1. Frekuensi M = 3 Interval Me = 3,6 Mo = 5,5 Gambar 1. Kurva Polygon Post-test Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen Skor Mean (M), Median (M e), Modus (Mo) digambarkan dalam kurva polygon. Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa nilai modus lebih besar dari median, dan median lebih besar dari mean (Mo>Me>M) 5,5>3,6>3,00. Data di atas termasuk pada distribusi juling negatif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar IPA cenderung tinggi. Hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen selanjutnya dikonversi kedalam PAP Skala Lima untuk menentukan tinggi rendahnya sebaran data. Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan M=3,00 tergolong kriteria sangat tinggi. Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA kelompok kontrol yang telah mengikuti 6 pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar. Frekuensi Mo =15,63 M = 16,6 Interval Me = 16, Gambar. Kurva Polygon Post-test Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Skor Mean (M), Median (M e), Modus (Mo) digambarkan dalam kurva polygon. Berdasarkan kurva polygon di atas, dapat diketahui bahwa nilai modus lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari mean (Mo<Me<M) atau 15,63<16,<16,6. Data di atas termasuk pada distribusi juling positif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar IPA cenderung rendah. Hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol selanjutnya dikonversi kedalam PAP Skala Lima untuk menentukan tinggi rendahnya sebaran data. Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan M =16,6 tergolong kriteria sedang. Setelah mengetahui hasil analisis deskriptif kemudian dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar IPA. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh

7 hit hasil belajar IPA siswa kelompok tab eksperimen adalah 1,54 dan dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,8. Hal ini berarti, hit hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen lebih kecil dari tab ( hit tab ) sehingga data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, hit hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 1,89 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,8. Hal ini berarti, hit hasil post-test kelompok kontrol lebih tab ( hit tab ) sehingga kecil dari data hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah melakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan uji F dengan kriteria kedua kelompok memiliki varians homogen jika F hitung < F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan F hit hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,537. Sedangkan F tab dengan db pembilang = 18, db penyebut = 0, dan taraf signifikansi 5% adalah,1. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H 0 ditolak jika t hitung > t tabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan (dk) = n 1 + n. Hasil perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel. Tabel. Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar N X SD s Db t hitung t tabel (t.s. 5%) Eksperimen 19 3,00 4,06 15, ,38,01 Kontrol 1 16,6 5,04 5,44 Berdasarkan rangkuman hasil uji t, t hitung sebesar = 4,38 dan t tabel =,01 untuk db = 38 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti t hitung > t tabel. Berdasarkan kriteria pengujian maka H 0 ditolak H a diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional pada siswa kelas V Semester genap tahun ajaran 015/016 di Gugus IV Kecamatan Sawan. 7 Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sawan. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa lebih mengembangkan potensi individu yang berguna, kreatif, bertanggung jawab dan siswa mampu berpikir kritis untuk menanggapi suatu masalah. Situasi pembelajaran di kelas menggambarkan aktivitas yang dilaksanakan oleh siswa. Kelas tidak didominasi oleh guru, tetapi diusahakan tercipta suasana penuh dengan

8 aktivitas berpikir untuk memecahkan suatu masalah baik secara individu maupun kelompok. Siswa yang satu dengan yang lain atau antara siswa dan guru berinteraksi secara optimal. Penggunaan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model siklus belajar (Learning Cycle) 5E sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dalam model siklus belajar (Learning Cycle) 5E terdiri dari lima tahapan pembelajaran. Lorsbach (dalam Wena, 009:171) menyatakan bahwa tahapan tersebut terdiri dari tahap pembangkitan minat (engagement), tahap ekplorasi (exploration), tahap penjelasan (explanation), tahap elaborasi ( elaboration) dan evaluasi (evaluation). Tahap engagement (pembangkitan minat) yang bertujuan mempersiapkan diri peserta didik agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ideide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Pada fase ini pula peserta didik diajak membuat prediksiprediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan pada tahap eksplorasi. Pada fase exploration, peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari pendidik untuk menguji prediksi, mencatat hasil pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Pada fase explanation, pendidik harus mendorong peserta didik untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pendidik menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Pada fase elaboration, peserta didik menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Tahap akhir adalah evaluation, evaluasi dilakukan terhadap efektivtas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi peserta didik melalui problem solving baru yang terkadang mendorong peserta didik melakukan investigasi lebih lanjut. Menurut Shoimin (014;59) menyatakan bahwa ciri khas model pembelajaran (Learning Cycle) 5E adalah setiap siswa secara individu belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru, kemudian hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua anggota kelompok bertanggung jawab secara bersama-sama atas keseluruhan jawaban. Dengan memerhatikan pendapat Wina dan Shoimin yang telah diuraikan di atas menggunakan model pembelajaran (Learning Cycle) 5E dapat membangkitkan minat belajar siswa, masing-masing siswa mampu memberikan sumbangan pendapat dalam kelompok, siswa dapat menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri dan siswa mampu membuat suatu dugaan terhadap permasalahan yang diberikan guru. Selain itu, dengan penggunaan model siklus belajar (Learning Cycle) 5E yang berbantuan dengan menggunakan multimedia interaktif, siswa dengan mudah mendapat suatu gambaran materi yang akan dipelajari karena guru menggunakan media gambar, suara dan video dalam menjelaskan materi dengan tetap berpatokan pada buku pelajaran IPA. Perbedaan hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol karena adanya perbedaan perlakuan pada kegiatan pembelajaran. Kelompok eksperimen seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan lima tahapan kegiatan yaitu engagement, exploration, elaboration, explanation dan evaluation. Sedangkan kelompok control dengan model pembelajaran konvensional lebih menekankan pada ceramah dan berpusat pada guru, sehingga pembelajaran terlihat membosankan. Dalam pembelajaan di kelas menjadikan kegiatan siswa pasif, siswa mudah bosan, dan sumber belajar hanya pada buku teks. Selain itu, untuk 8

9 mengetahui besarnya pengaruh antara model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dan model pembelajaran konvensional, dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar IPA antara dua kelompok. Rerata hasil post-test IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif adalah 3. Adapun siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 16,6. Hal ini berarti bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok kontrol (3 > 16,6). Berdasarkan hasil analisis uji t yang diketahui diketahui t hitung = 4,38 dan t tabel =,01 untuk db = 38 pada taraf signifikansi 5%. Dari hasil perhitungan tersebut pada taraf signifikansi 5% diketahui t hitung > t tabel, hal ini berarti hasil penelitian signifikan. Jadi, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 015/016 di SD Gugus IV kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Keberhasilan penelitian ini didukung pula oleh beberapa penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian yang mendukung adalah Penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (013) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok eksperimen atau yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok kontrol. Dilihat dari skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa, kelompok eksperimen memiliki rata-rata 37,14 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan skor kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok kontrol adalah 3,63 berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian Dewi (013) menunjukkan bahwan Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan Model siklus belajar ( (Learning Cycle) 5E mendapat skor rata-rata 70,00 lebih dari hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional dengan skor rata-rata 58,4. Penelitian relevan yang telah diuraikan merupakan bukti bahwa pada penelitian sebelumnya model siklus belajar (Learning Cycle) 5E berpengaruh positif untuk prestasi belajar, kemampuan berfikir kritis siswa, dan hasil belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Gugus IV Kecamatan sawan tahun pelajaran 015/016 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari analisis uji hipotesis terhadap hasil belajar IPA menunjukkan bahwa ditemukan harga t hitung = 4,38, harga ini signifikan pada taraf 5% untuk db = 38. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif adalah 3. Sementara rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 16,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 015/016. Berdasarkan simpulan tesebut adapun saran yang dapat diberikan yaitu (1) pihak sekolah khususnya kepala sekolah, diharapkan agar dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba 9

10 menerapkan strategi, model, metode maupun media pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran disekolah. () Guru-guru diharapkan menggunakan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E berbantuan multimedia interaktif sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Peneliti lain dengan adanya penelitian ini, diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E pada mata pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, Eka Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran (Learning Cycle) 5E Terhadap Kemampuan berpikir kritis Siswa Kelas V SD di Deswa Penarukan Pada Mata Pelajaran IPA Tahun Pelajaran 01/013. Skripsi. (Tidak di terbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Arsyad, Azhar Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Darmodjo dan Kaligis. 199/1993. Pendidikan IPA. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dewi, Ratna Pengaruh Model Pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) 5E Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 6 Pemecutan Barat. Skripsi. (Tidak di terbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Mulyatiningsih, Endang. 01. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Munir Multimedia Konsep Dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta Shoimin, Aris Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum. Yogjakarta: AR-RUZZ MEDIA Sudana, Dewa Nyoman dan Nyoman Kusmariyatni Pendidikan IPA SD. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Uno, Hamzah dan Mohamad Nurdin Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara. Wena, made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: bumi aksara. 10