PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD Ni Made Budiantini 1, I Kadek Suartama 2, I Gusti Ngurah Japa 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia nimadebudiantini@gmail.com 1,ik-suartama@undiksha.ac.id 2, ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan post test only control group design. Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelonpok kontrol. Kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan tes. Data yang telah diperoleh lalu dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t yaitu thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Temuan yang diperoleh yaitu, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain hal tersebut, kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terdapat unsur permaianan yang membut siswa merasa senang, lebih giat belajar, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata kunci : Hasil belajar IPA, talking stick, Abstract This research Aims to determine the difference between learning outcomes between groups of students who are taught by cooperative learning model type of talking stick and group of students who were taught by conventional learning model in grade V elementary school students. This research is an experimental research with post test only control group design. In this design subjects are drawn from the population then grouped into two groups namely the experimental group and the control group. The experimental class and control class were determined by random sampling technique. Data collection was done by using observation and test method. The data have been obtained and then analyzed using descriptive statistics and inferential statistics with t-test. Based on the result of t-test calculation ie thit is greater than ttab (thit > ttab), so H0 is rejected and H1 accepted. The findings are that students become more active in the learning process. In addition to this, the activities of cooperative learning type of talking stick model is a game element that makes students feel happy, more active learning, and have high learning motivation. Thus, cooperative type learning model type talking stick effect on science learning outcomes of grade V elementary students in Cluster V Kecamatan Kubutambahan Buleleng District Lessons Year 2016/2017. Keywords : Results of learning science, talking stick. 1

2 PENDAHULUAN Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling dasar dalam pendidikan formal. Dalam pendidikan sekolah dasar, siswa mulai mempelajari dan memahami apa saja yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada tingkat sekolah dasar. Pengelolaan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Maka dari itu setiap kegiatan pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masingmasing peserta didik. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar adalah dengan meningkatkan kualitas kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Guru dalam mengajar harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan agar siswa bergairah dan berkembang selama proses pembelajaran. Selain itu, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa agar siswa dapat terdorong untuk menggali pengetahuannya sendiri, sehingga materi dapat diperoleh secara maksimal. Perbedaan tersebut akan memengaruhi proses pembelajaran, sehingga dituntut kepiawaian guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai. Apabila model pembelajaran yang dipilih dapat diterapkan dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran, siswa akan lebih termotivasi dan lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan. Proses seperti ini juga harus terjadi pada pembelajaran IPA. Usman (2010) menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta kemungkinan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ada berbagai alasan yang menyebabkan suatu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni: a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar, b) Bila diajakan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersiat hafalan belaka, d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Dengan kondisi guru yang lebih memilih menggunakan pembelajaran yang kurang inovatif secara terus menerus membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang dalam mencapai hasil belajar IPA dengan baik. Alasan ini diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada SD Gugus V Kecamatan Kubutambahan yang terdiri dari SD Negeri 1 Tamblang, SD Negeri 2 Tamblang, SD Negeri 3 Tamblang, SD Negeri 4 Tamblang, SD Negeri 5 Tamblang, dan SD Negeri 6 Tamblang. Berdasarkan wawancara dari guru pengampu mata pelajaran IPA, diperoleh beberapa informasi sebagai yang dicantumkan dalam Tabel 1. berikut. Tabel 1. Nilai Hasil Belajar IPA No Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata 1 SD Negeri 1 Tamblang V 18 siswa 51,27 2 SD Negeri 2 Tamblang V 17 siswa 50,82 3 SD Negeri 3Tamblang V 32 siswa 50,65 4 SD Negeri 4Tamblang V 16 siswa 53,31 5 SD Negeri 5Tamblang V 18 siswa 50,51 6 SD Negeri 6 Tamblang V 16 siswa 52,76 (Sumber: Dokumen guru kelas V di Gugus V Kecamatan Kubutambahan, 2017) 2

3 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat rentangan nilai rata-rata tersebut adalah 50,51-52,76, jika mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), maka rentangan nilai rata-rata skor dimensi proses kognitif berada pada kategori sangat rendah. Berikut merupakan Tabel 2 kriteria penilaian acuan patokan (PAP). Tabel 2. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Presentase Penguasaan Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Bedasarkan hasil wawancara dengan guru-guru dan observasi di kelas pada kegiatan pembelajaran IPA di kelas V SD di gugus V Kecamatan Kubutambahan yaitu banyaknya siswa yang memiliki nilai rata-rata di bawah KKM ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu : (a) Sebagian besar guru kelas V SD di gugus V Kecamatan Kubutambahan tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas guru dominan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan secara terus-menerus selama pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan materi ajar yang cukup banyak serta guru ingin menyampaikan materi ajar dengan cepat dan praktis. Karena ingin menyampaikan materi ajar dengan cepat dan praktis, guru memilih tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif. (b)selama berlangsungnya pembelajaran di kelas guru tidak menyelingi pembelajaran dengan permainan, hal tersebut menyebabkan siswa merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran. (c) kurangnya antusias dan kerjasama dari siswa yang kurang mampu apabila dibentuk sebuah kelompok karena lebih mengandalkan siswa yag lebih pandai. (d) siswa cenderung mengandalkan penjelasan dari guru, hal tersebut menyebabkan siswa tidak mau mencoba hal-hal baru seperti mengulas dan mempelajari kembali materi yang sudah diterima sebelumnya. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan membuat situasi belajar menjadi menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran yang diciptakan menyenangkan adalah model pembelajaran Talking Stick. Kurniasih dan Sani (2015) menyatakan Model pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan yang mengajak siswa untuk belajar sambil bermain. Dalam kegiatan permainan dengan model ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran. Pemilihan model pembelajaran Talking Stick dalam penelitian ini, dikarenakan model pembelajaran ini memiliki unsur permainan dalam 3

4 penerapannya. Seperti yang kita ketahui, anak usia SD masih sangat suka bermain, sehingga dengan menerapkan model pembelajaran ini yang mana dalam penerapannya terdapat unsur permainan menyebabkan siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran serta apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemilihan model ini dapat mendorong siswa untuk mau tidak mau harus aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dengan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat. Sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran IPA di sekolah dasar selain menuntut produk, juga menuntut proses dan sikap ilmiah. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick ini, selain siswa memiliki pemahaman terhadap suatu konsep IPA, siswa juga dapat berinteraksi dan bertukar pengetahuan dengan siswa lainnya serta dapat membentuk sikap ilmiah siswa. Salah satunya adalah sikap tanggung jawab, sehingga dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, akan dilakukan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design. Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelonpok kontrol. Kelompok pertama yang disebut kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Talking Stick dan kelompok kedua yang disebut kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional. Perbedaan perlakuan dengan cara tersebut berupa O 1 dan O 2. Desain rancangan penelitian tesebut disajikan dalam bentuk Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3. Rancangan Penelitian Kelompok Perlakuan Tes akhir (posttest) Eksperimen X O 1 Kontrol - O 2 Prosedur penelitian yang dilasanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Menentukan sekolah untuk dijadikan tempat penelitian, 2) Menentukan uji kesetaraan dari populasi untuk mendapatakan kelompok yang benar-benar setara. Setelah dilakukan uji kesetaraan, dilakukan pemilihan sampel dengan Random Sampling, 3) Menjajaki sekolah yang dipilih dan meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut, 4) Merancang perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam penelitian, 5) Mengkonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dengan dosen pembimbing, 6) Revisi perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan dalam pembelajaran, 7) Melaksanakan uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian, dilanjutkan dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda instrument, 8) Melakukan perlakuan pembelajaran yang diteliti. Pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick di kelas eksperimen dan pembelajaran yang tidak 4

5 menggunakan model pembelajaran talking stick di kelas kontrol, 9) Memberikan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Post test dilaksanakan setelah perlakuan pembelajaran,10) Melaksanakan analisis data sesuai dengan data yang diperoleh, 11) Membuat laporan hasil penelitian Dalam penelitian ini populasi yang digunakan keseluruhan siswa kelas V di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2016/2017. Adapun distribusi anggota populasi yang terdapat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Populasi Penelitian Sekolah Kelas Jumlah SD Negeri 1 Tamblang V 18 siswa SD Negeri 2 Tamblang V 17 siswa SD Negeri 3 Tamblang V 32 siswa SD Negeri 4 Tamblang V 16 siswa SD Negeri 5 Tamblang V 35 siswa SD Negeri 6 Tamblang V 16 siswa Jumlah 134 siswa Untuk mengetahui apakah hasil belajar dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V di masing-masing SD tersebut setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V SD di Gugus V Kecamatan Kubutambahan. Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai F hitung sebesar0,95 sedangkan F tabel pada db antar = 5 dan db dalam = 128 yaitu diperoleh F tabel sebesar 2,29. Maka, H 0 diterima dan H 1 ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. Ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng adalah setara.setelah semua populasi dikatakan setara maka selanjutnya dilakukan pengambilan sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengundian pertama, diperoleh dua kelas sampel yaitu kelas V SD Negeri 3 Tamblang dan kelas V SD Negeri 5 Tamblang. Kelas V SD Negeri 3 Tamblang dengan jumlah 32 siswa dan Kelas V SD Negeri 5 Tamblang dengan jumlah 35 siswa dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5.Distribusi Sampel No. Kelas Populasi Kelompok Jumlah Siswa 1 SD Negeri 5 Tamblang Eksperimen 35 2 SD Negeri 3 Tamblang Kontrol 32 Jumlah 67 5

6 Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data tentang hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode tes. Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes objektif untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA siswa dalam penelitian ini adalah berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban, Bobot soal untuk setiap jawaban benar adalah 1 dan untuk jawab salah adalah 0. Jawaban siswa dicocokkan dengan kunci jawaban tes pilihan ganda. Soal-soal yang akan digunakan telah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli pakar (judges). Penilaian dilakukan oleh 2 orang dosen. Satu orang dosen sebagai pakar (judges) IPA dan 1 orang dosen sebagai pakar tata bahasa yang bertujuan untuk mengetahui validitas isi, tata bahasa dan apakah soal tersebut layak diujicobakan ke sekolah dasar. Kemudian, soal yang sudah disetujui oleh kedua pakar diujicobakan ke sekolah dasar dan hasilnya di analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan analisis pengecohnya. Soal yang telah dianalisis dan memenuhi syarat tersebut, digunakan sebagai post-test. Untuk mendeskripsikan data yang diperoleh digunakan teknik analisis statistik deskriptif yang meliputi: mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan kesimpulan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data untuk hasil belajar IPA siswa dalam penelitian ini menggunakan analisis Chi-Square dengan kriteria pengujian, H 0 diterima jika 2 2 hit, dengan taraf signifikasi 5% dan dk = (jumlah kelas 1). Dilanjutkan dengan dilakukannya Uji homogenitas dilakukan untuk mencari tingkat homogenitas secara varians dari dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji Fisher dengan kriteria pengujian F hit F tab maka sampel tidak homogen dan jika F hit< F tab maka sampel homogen. Setelah data diketahui normal dan variannya homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji-t, karena penelitian ini merupakan penelitian dengan membandingkan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat yang datanya bersifat interval. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus yaitu Separated varians atau Polled Varians (Koyan,2012: 24). Sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1) H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran talking stick dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus V ecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. 2) H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran talking stick dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng. 3) Hipotesis statistik yang diajukan dan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 0 : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 µ 2 Keterangan: µ 1 : rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran talking stick µ 2 : rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional 6

7 Frekuensi Frekuensi e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar IPA siswa di kelompok eksperimen diperoleh melalui post-test terhadap 35 orang siswa. Berdasarkan hasil tes tersebut, diperoleh skor tertinggi 29 dan skor terendah 12. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians (s 2 ), dan standar deviasi (s), yaitu mean (M) = 20,17 median (Md) = 20,75, modus (Mo) = 22,64, varians (s 2 ) = 23,13, dan standar deviasi (s) = 4,81. Data hasil Post-test kelompok eksperimen kemudian dapat disajikan ke dalam grafik polygon seperti pada gambar berikut ini. Mean = 20,17 Median = 20, Titik Tengah Modus = 22,64 Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen. Berdasarkan kurva polygon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean Mo>Md>M (22,64>20,75>20,17). Dengan demikian, polygon di atas menggambarkan kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Data hasil belajar IPA siswa di kelompok eksperimen diperoleh melalui post-test terhadap 32 orang siswa. Berdasarkan hasil tes tersebut, diperoleh skor tertinggi 25 dan skor terendah 10. Dari skor yang diproleh dapat dideskripsikan, yaitu mean (M), median (Md), modus (Mo), varians (s 2 ), dan standar deviasi (s), yaitu mean (M) = 16,84, median (Md) = 15,60, modus (Mo) = 16,30, varians (s 2 ) = 20,88, dan standar deviasi (s) = 4,57. Data hasil tes kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk polygon seperti pada gambar 2 sebagai berikut Modus = 13, Titik Tengah Mean = 16,65 Median =16,51 Gambar 2 Polygon Data Post-Test IPA Kelompok Kontrol Berdasarkan polygon di atas, diketahui mean lebih besar dari median dan modus lebih besar dari modus M>Md>Mo (16,65>16,51>13,51). Dengan demikian, polygon di atas menggambarkan kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Selanjutnya sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas kelompok varians.berdasarkan analisis data yang dilakukan, data berdistribusi normal dan homogen sehingga bisa dilanjutkan pada pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumuspolled varians dengan kriteria H 0 tolak jika t hit> t tab dan H 0 terima jika t hit < t tab. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 6 berikut. 7

8 Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Data Kelompok N X s 2 t hit t tab (t.s. 5%) Posttest Eksperimen 35 20,17 23,13 Kontrol 32 16,65 15,68 3,256 1,997 Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t diatas, diperoleh t hit sebesar 3,256. Sedangkan t tab dengan dk = = 65dan taraf signifikansi 5% adalah 1,997. Hal ini berarti, t hit lebih besar dari t tab (t hit> t tab), sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stickdan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stickterhadap hasil belajar siswa, dapat dilihat dari rata-rata skor post-test hasil belajar antara kedua kelompok sampel. Dari rata-rata ( X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 20,17 dan X kelompok kontrol adalah 16,65. Hal ini berarti, X eksperimen lebih besar dari X kontrol X eksperimen > X kontrol). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stickberpengaruh terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPAsiswa kelas V di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun pelajaran 2016/2017. PEMBAHASAN Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata skor yang diperoleh siswa dan hasil uji-t. Perbedaan rata-rata skor yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran talking stick adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki unsur permainan yang membuat siswa belajar dalam suasana menyenangkan. Dengan pembelajaran yang diselingi degan permaianan siswa merasa senang dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran dan memahami materi dengan cepat. Kesiapan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting, Apabila siswa memiliki kesiapan yang matang, maka siswa akan memperoleh kemudahan dalam memahami materi pelajaran dengan cepat sehingga hasil belajar siswa pun meningkat. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Mulyani (2013) yang menyatakan kesiapan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari dan hal tersebut akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki kesiapan dalam belajar cenderung menunjukkan prestasi belajar yang rendah, sebaliknya siswa yang memiliki kesiapan dalam belajar cenderung menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. Selain itu, Kurniasih dan Berlin Sani (2015) menyatakan, kelebihan model pembelajaran talking stick yaitu menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran. Selanjutnya temuan penelitian yang dilakukan Lisdayani (2014) menunjukan bahwa, penggunaan model pembelajaran talking stick dapat menguji 8

9 kesiapan siswa dan melatih siswa memahami materi dengan cepat. Kedua, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick membuat siswa lebih giat lagi belajar karena dalam pembelajaran siswa diberikan penghargaan oleh guru. Pemberian penghargaan berupa nilai kepada siswa yang telah menjawab pertanyaan dengan benar akan membuat siswa merasa senang. Dengan memberikan penghargaan, siswa akan menjadi lebih antusias dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar pun meningkat. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Kurniasih dan Berlin Sani (2015) yang menyatakan, kelebihan model pembelajaran talking stick yaitu membuat siswa lebih giat belajar. Selain itu, Crow and Crow (2001) menyatakan bahwa, timbulnya minat dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Ketiga, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Winkel (2004) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan tercapainya tujuan. Selain itu, Gulam & Lisa (2011) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan faktor yang menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya pencapaian tujuan, semakin besar motivasi akan semakin besar kesuksesan, sebaliknya lemahnya motivasi mengakibatkan siswa mengalami kesulitan belajar Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat membuat siswa menjadi aktif dan memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Artinya, model pembelajaran talking stick berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Tamblang di Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa t hit > t tab sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima, atau terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu, berdasarkan analisis data diperoleh bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berpengaruh terhadap pembelajaran IPA siswa kelas V SD di gugus V Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. SARAN Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Saran yang dapat diberikan kepada siswa SD yaitu agar selalu aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mendapatkan pengetahuan 9

10 baru melalui pengalaman sendiri dan dapat mengembangkan kemampuannya.2) Guru SD hendaknya lebih mengkreasikan pembelajaran dengan cara menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif,salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan didukung dengan media gambar agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3) Kepala Sekolah hendaknya mampu membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe talking stickdalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. Mulyani, Dessy Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar. Journal Ilmiah Konseling. Vol:2 No:1. Rasana, I Dewa Putu Raka Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: DIPA PNBP FIP UNDIKSHA. Rusman Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Samatowa, Usman Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Permata Puri Media. Susanto, Ahmad Teori Pembelajaran dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Agung, A. A. Gede Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Gullam Hamdu & Lisa Agustina Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Journal Penelitian Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Vol :12 No: 1. Imas Kurniasih & Berlin Sani Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Penerbit: Kata Pena. Koyan, I Wayan Statistik Dasar dan Lanjut. Singaraja: Undiksha Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press. 10