JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN ISSN"

Transkripsi

1 JTM JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JTM JURNAL TEKNIK MESIN ISSN Volume 05, Nomor 1, Februari 2016

2 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Volume 05, Nomor 1, Februari ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA Heri Suwandono 2 ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA Puguh Ogi Nur Rachman 3 ANALISA PEMANFAATAN EXCESS COKE OVEN GAS SEBAGAI BAHAN BAKAR GAS HEATER DI IRON MAKING Edi Suderajat 4 OPTIMASI FILLING TIME INJECTION MOLDING CRISPER DENGAN BANTUAN SOFTWARE AUTODESK MOLDFLOW INSIGHT Raswan Rudiyadi 5 OPTIMASI PERHITUNGAN ULANG KEBUTUHAN LIFT PENUMPANG TYPE IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 PADA GEDUNG APARTEMEN 17 LANTAI Andri Sulistyo 6 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS Dicky Cahyadhi

3 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 KATA PENGANTAR Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena dengan karunia dan hidayah-nya, maka Jurnal JTM, Volume 05, Nomor 1 Tahun 2016 kembali dapat diterbitkan. Edisi jurnal kali ini menyajikan enam makalah hasil kerja Tugas Akhir mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Dalam makalahnya, beberapa mahasiwa mempresentasikan judul yang erat kaitannya dengan analisa proses, desain dan perancangan. Beberapa judul yang disajikan antara lain: Analisa Kerusakan Forklift dengan Metode FMEA, Optimasi filling time injection molding menggunakan AutoDesk MoldFlow Insight, Pemanfaatan limbah lumpur sebagai bahan baku kompos. Kami mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya selama proses penyiapan, penyusunan sampai penerbitan. Semoga keberadaan Jurnal Teknik Mesin ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh civitas akademika secara umum dan semua kolega di Universitas Mercu Buana secara khususnya. Jakarta, Februari 2016 Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang Pemimpin Redaksi

4 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Pemimpin Redaksi Dewan Redaksi Redaktur Pelaksana Alamat Redaksi : Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang (UMB) : Prof. Dr. Ir. Chandrasa Soekardi (UMB) : Dr. Kontan Tarigan (UMB) : Dr. Nurdin Ali (UMB) : Dr. Poempida Hidayatullah (UMB) : Prof. Dr. Bambang Suharno (Universitas Indonesia) : Dr. Nasrudin (Universitas Indonesia) : Dr. Ing.Puji Untoro (Universitas Surya) : Dr. Ing Kusnanto (Universitas Gajah Mada) : Dr. Sagir Alva (UMB) : Ir. Yuriadi Kusuma (UMB) : Dr. Sulistyo (Universitas Diponegoro) : Dr. Abdul Hamid (UMB) : Ir. Haris Wahyudi, M.Sc (UMB) : Nur Indah, S. ST. MT (UMB) : Ir. Nurato, MT (UMB) : Edijon Nopian (UMB) : Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Kampus Menara Bhakti, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan No. 01, Kembangan, Jakarta Barat 11650, Indonesia mesin@mercubuana.ac.id Telp/Fax: Jurnal ilmiah JTM diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni dan Oktober. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian, karsa cipta, penerapan dan kebijakan teknologi yang berkaitan dengan Teknik Mesin.

5 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016

6 J T M JURNAL TEKNIK MESIN Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi Volume 05, Nomor 1, Februari 2016 DAFTAR ISI 1 ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA Heri Suwandono 2 ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA Puguh Ogi Nur Rachman 3 ANALISA PEMANFAATAN EXCESS COKE OVEN GAS SEBAGAI BAHAN BAKAR GAS HEATER DI IRON MAKING Edi Suderajat 4 OPTIMASI FILLING TIME INJECTION MOLDING CRISPER DENGAN BANTUAN SOFTWARE AUTODESK MOLDFLOW INSIGHT Raswan Rudiyadi 5 OPTIMASI PERHITUNGAN ULANG KEBUTUHAN LIFT PENUMPANG TYPE IRIS1- NV PA 20 (1350) CO105 PADA GEDUNG APARTEMEN 17 LANTAI Andri Sulistyo 6 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS Dicky Cahyadhi

7 1 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA Heri Suwandono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Abstrak -- Forklift merupakan jenis kendaraan khusus yang digunakan untuk memindahkan dan menyusun barang dalam suatu susunan tertentu. Forklift elektrik Nichiyu tipe FB20-75C merupakan forklift elektrik yang menggunakan tenaga listrik sebagai tenaga penggerak, sehingga emisi gas buang yang dihasilkan forklift elektrik lebih bagus dibandingkan dengan forklift bertenaga diesel. Untuk menjaga performa dari forklift elektrik tersebut dibutuhkan perawatan yang berkala. Untuk itu penulis menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam menganalisa penyebab kegagalan yang sering terjadi serta efek yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut serta menentukan langkah-langkah untuk mencegah tingkat kerusakan atau kemungkinan rusak dimulai dengan prioritas tinggi sampai prioritas rendah sehingga mengurangi kerugian-kerugian dan bahaya yang terjadi. Dari 17 kegagalan yang ditemukan maka dapat dianalisa nilai severity, occurance, detection dan Rpn dari setiap potensi kerusakan tersebut. Dari hasil analisa tersebut didapat bahwa kerusakan MPU, charger dan bearing sensor memiliki nilai Rpn tertinggi yaitu 80, sehingga menjadi prioritas dalam tindakan perbaikan dengan cara melakukan aksi terhadap mode kegagalan tersebut berdasarkan kontrol detection sehingga dapat mengurangi kerugian dan bahaya yang akan terjadi. Kata kunci: Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), severity, occurance, detection dan Rpn. Abstract -- Forklift is a special vehicle used to move and arrange items in a specific arrangement. Electric forklift Nichiyu FB20-75C uses electricity as the driving force so the exhaust emissions produced is better than the diesel powered forklift. To maintain the performance of an electric forklift, periodic maintenance is required. Author using failure mode and effects analysis method to analyze the causes of failure that often occurs as well as the effects of the failure and determine the measures to prevent the extent of damage or possible damage starting from the highest priority to the lowest priority for reduce losses and dangers inflicted. From 17 kinds of failures were founded, it can be analyzed the value of severity, occurrence, detection and RPN from any potential failures. The result of the analysis showed that the failure of the MPU, Charger and Bearing sensor has the highest RPN value 80. So it becomes a priority in the corrective and preventive actions through the detection control for reducing losses and danger. Keywords: Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), severity, occurance, detection and Rpn. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan banyaknya pembangunan gudanggudang industri, mulai dari gudang dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia. Sejalan dengan kondisi tersebut tingkat kebutuhan akan alat bantu angkut berkapasitas besar memegang peranan penting dalam menunjang proses pemindahan dan proses penataan barang-barang hasil produksi didalam gudang tersebut. Forklift elektrik Nichiyu tipe FB20-75C merupakan forklift elektrik produk Jepang yang cukup banyak digunakan di Asia sebagai salah satu alat bantu angkut yang digunakan dalam proses pemindahan dan penataan barang dalam gudang. Forklift elektrik tersebut menggunakan baterai sebagai sumber tenaga listrik yang dibutuhkan. Untuk mendukung kinerja dan menjaga produktivitas tetap berjalan dengan baik maka diperlukan sebuah sistem perawatan dan pemeliharaan yang baik dan terencana guna menghindari kerusakan kerusakan yang dapat menyebabkan gagalnya produktifitas dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja di suatu perusahaan. Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis ingin menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang merupakan teknik analisa resiko secara sirkulatif dalam perawatan dan pemeliharaan forklift elektrik Nichiyu tipe FB20-75C. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Penyebab kerusakan yang sering terjadi pada forklift elektrik Nichiyu tipe FB20-75C.

8 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Penggunaan metode FMEA dalam menganalisa kerusakan-kerusakan yang terjadi. 3. Bagaimana nilai RPN yang dihasilkan dari penggunaan metode FMEA pada forklift elektrik Nichiyu tipe FB20-75C. 1.2 Batasan Masalah Guna menghindari masalah-masalah lain yang akan muncul dalam penulisan tugas akhir ini, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Penggunaan metode FMEA hanya digunakan dalam menganalisa beberapa kerusakan yang terdapat pada forklift elektrik Nichiyu FB20-75C. Kerusakan-kerusakan tersebut antara lain : hose pecah, cylinder bocor, tie rod rusak, bearing motor traction rusak, bearing sensor rusak, oli dan filter oli kotor, control valve bocor, baterai rusak, micro processor unit rusak, condenser rusak, contactor aus, microswitch rusak, kipas rusak, kanvas rem aus, master rem bocor, charger baterai rusak, carbon brush motor steering aus. 1.3 Tujuan Penelitian Penulis ingin menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam perawatan forklift elektrik Nichiyu FB20-75C untuk mengetahui penyebab kerusakan serta akibat dari kerusakan sehingga bisa menentukan langkahlangkah untuk mencegah terjadinya kerusakan dan memperbaiki kerusakan sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Sehingga forklift tersebut bisa beroperasi dengan baik dan mengurangi resiko kerusakan yang bisa berakibat pada menurunnya produktifitas forklift 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan Umum Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C adalah salah satu produk dari Mitsubishi Nichiyu Forklift CO., LTD. Forklift ini merupakan forklift tipe counter balance yang memiliki daya angkut 2000 Kilogram, dengan tenaga baterai sebagai penggerak utama. Keunggulan forklift elektrik ini sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan forklift diesel karena tidak mengeluarkan emisi gas buang maupun emisi suara, sehingga sangat cocok digunakan didalam ruangan terutama dalam industri makanan dan obat obatan. Gambar 1. Forklif Elektrik Nichiyu FB20-75C Prinsip Kerja Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Pada dasarnya prinsip kerja dari forklift elektrik adalah merubah tenaga elektrik menjadi tenaga mekanis. Tenaga elektrik diperoleh dari baterai yang ada pada forklift yang kemudian dialirkan menuju motor untuk menggerakan roda dan hydraulic pump melalui kontrol elektronik dengan memanfaatkan beberapa sensor dan potentiometer agar motor bekerja sesuai dengan kebutuhan. Dalam forklift elektrik terdapat 3 motor yang memiliki fungsi berbeda, yaitu untuk sistem traction, hydraulic, serta steering. Pada unit forklift elektrik yang lama, ketiga motor yang digunakan adalah motor dengan arus searah (DC). Sedangkan pada unit forklift elektrik Nichiyu FB20 75C sudah menggunakan motor arus bolak-balik (AC) untuk sistem hydraulic dan sistem traction, sedangkan untuk sistem steering tetap menggunakan motor arus searah (DC). Sistem kerja forklift elektrik Nichiyu FB20-75C dibagi menjadi 3 sistem kerja yaitu: A. Sistem Traction Sistem traction baru bekerja ketika sensor keamanan (safety sensor) sudah memberikan sinyal bahwa kendaraan aman untuk bekerja. Control unit menerima input dari directional valve yang menentukan kearah mana kendaraan harus berjalan. sinyal dari potentiometer yang terdapat pada accelerator menentukan besar kecilnya tegangan yang harus dialirkan control unit menuju motor melalui field effect transistor, sehingga unit dapat berjalan dengan kecepatan yang dibutuhkan. Ketika motor mulai bergerak, bearing sensor akan memberikan sinyal balik menuju control unit sehingga control unit dapat mengetahui kerja dari motor sudah selaras dengan input yang diterima control unit dari accelerator. Putaran motor itulah yang kemudian diteruskan oleh front axle untuk menjalankan roda bagian depan forklift.

9 3 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 B. Sistem hydraulic Sistem hydraulic akan bekerja ketika safety sensor telah mengirimkan sinyal menuju control unit bahwa sistem hydraulic telah aman untuk dioperasikan. Ketika hydraulic lever ditekan maka control unit akan mengalirkan arus listrik menuju motor hydraulic melalui field effect transistor sehingga motor akan berputar. Putaran motor tersebut akan menggerakan hydraulic pump sehingga oli dari hydraulic tank akan mengalir menuju control valve dan diteruskan menuju cylinder hydraulic melalui hose hydraulic. C. Sistem Steering Sistem steering berfungsi ketika steering wheel diputar. Potentiometer yang terdapat pada steering wheel akan mengirimkan sinyal menuju control unit sehingga control unit bisa menggerakan motor steering. Putaran motor steering itulah yang digunakan untuk membelokkan roda bagian belakang forklift melalui actuator linkage FMEA FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) pertama kali diperkenalkan penggunaannya pada akhir tahun 1940 oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat. Metode FMEA banyak digunakan didalam berbagai industri termasuk plastik, katering dan software. FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) adalah suatu alat metodologi analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab suatu kegagalan serta mengevaluasi akibat akibat dan resiko potensi kegagalan yang terjadi pada suatu produk atau proses, kemudian menetapkan langkah-langkah guna mengatasi atau mencegah kegagalan itu terjadi sehingga produk atau proses dapat berjalan dengan baik. FMEA terdiri dari dua (2) tipe yaitu: A. PMFEA (Process Failue Mode and Effect Analysis) adalah analisis yang digunakan untuk memastikan bahwa masalah-masalah potensial telah dipertimbangkan dan dibahas selama proses pengembangan produk dan proses (APQP Advanced Product Quality Planning). Titik penting dari FMEA proses yaitu bahwa diskusi dilakukan mengenai desain (produk atau proses), penelaan dan perubahan terhadap fungsi dalam aplikasi dan resiko yang ditimbulkan oleh potensi kegagalan. B. DFMEA (Design Failure Mode and Effect Analysis) adalah analisa sebuah produk yang berdasarkan desain dalam mengurangi resiko kegagalan dengan: Membantu dalam evaluasi objektif dari desain, termasuk persyaratan fungsional dan alternative desain. Mengevaluasi desain awal produk dalam perakitan, layanan dan persyaratan daur ulang. Meningkatkan kemungkinan bahwa mode potensial kegagalan dan efek pada system operasi kendaraan telah dipertimbangkan dalam proses desain. DMFEA adalah dokumen hidup yang harus diperbaharui sebagai perubahan yang terjadi atau informasi tambahan yang diperoleh sepanjang fase pengembangan produk. Sebuah DMFEA harus dimulai dengan pengembangan informasi untuk memahami sistem, subsistem, atau komponen yang dianalisis dan menentukan persyaratan dan karakteristik fungsional. 2. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 1. Diagram alir penelitian 2.1 Identifikasi Masalah Start Identifikasi masalah Pengambilan data Menentukan nilai severity Menentukan nilai detection Menentukan nilai occurrence Menghitung nilai RPN Analisa penyebab kegagalan dan menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan Finish Identifikasi masalah dilakukan dengan cara studi literatur, studi lapangan, wawancara serta diskusi dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian dan perawatan forklift elektrik. 2.2 Pengambilan Data

10 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Data diambil dari dokumen-dokumen perawatan forklift elektrik pada PT. Berca Mandiri Perkasa. 2.3 Menentukan Nilai Severity Severity (keparahan) adalah nilai yang terkait dengan efek yang paling serius untuk modus kegagalan yang diberikan pada satu komponen yang berpengaruh pada hasil kerja suatu alat. Peringkat nilai severity dapat dilihat dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 10 yang mencerminkan nilai tingkat bahaya dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Penentuan nilai severity dari setiap mode kegagalan dilakukan berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh kegagalan yang terjadi. 2.4 Menentukan Nilai Occurrence Untuk menenetukan nilai occurrence maka kita harus mementukan Ppk (Probability Process Control) melalui perhitungan statistik sebagai berikut: Ppk = (sumber: Potential Failure and Effect Analysis Automotive Industry Action Group, AIAG : 71) Dengan Z = η untuk kontrol deteksi adalah dengan mengasumsikan kegagalan yang terjadi dan kemudian melihat kemampuan control desain tersebut. Setiap kegagalan memiliki nilai deteksi yang diukur berdasarkan nilai kegagalan.nilai deteksi yang tinggi menunjukan bahwa besar kemungkinan kegagalan akan terjadi kembali. 2.6 Menghitung Nilai RPN RPN (Risk Priority Number) merupakan salah satu pendekatan untuk membantu dalam menentukan aksi prioritas dengan cara mengalikan nilai dari Severity, Occurrence, Detection. RPN = Severity (S) x Occurrence (O) x Detection (D) 3. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 3.1 Pengambilan Data Berdasarkan dokumen-dokumen perawatan forklift elektrik Nichiyu FB20-75C didapatkan data sebagai seperti Tabel 1. Tabel 1. Potensi Kegagalan (sumber: Ronald E. Walpole, Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan, ITB: 243). = n. p =. (1 ) q = 1 p atau =.. Ppk : Probability Process Control Z : Distribusi normal X : waktu terjadi n : frekuensi kegagalan dalam satu tahun (12 bulan) p : banyaknya kegagalan pertahun ( ) q : probabilitas gagal : simpangan baku : nilai tengah 2.5 Menentukan Nilai Detection Detection (deteksi) ini berhubungan dengan control yang digunakan untuk mendeteksi penyebab terjadinya kegagalan serta tindakan perbaikannya. Pendekatan yang disarankan 3.2 Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN

11 5 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 Tabel 2. Nilai severity, occurrence, detection dan RPN 2.3 Analisa Data Kerusakan Tabel 3. FMEA 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebocoran pada master rem memiliki nilai severity tertinggi dibanding kerusakan yang lain karena dapat membahayakan keselamatan operator, barang, serta fasilitasfasilitas yang berada di ruang lingkup kerja forklift. 2. Kerusakan MPU, bearing sensor dan charger memiliki nilai RPN tertinggi dibanding kerusakan yang lain, yaitu dengan nilai RPN masing-masing 80 atau sebesar 18,14% dari total keseluruhan nilai RPN. Oleh sebab itu kerusakan MPU, bearing sensor dan charger harus mendapat prioritas utama dalam proses perawatan karena dapat menyebabkan forklift elektrik berhenti beroperasi. 4.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Perawatan dan pemeriksaan berkala yang dibutuhkan dalam mencegah down time akibat

12 JTM Vol. 05, No. 1, Februari kerusakan pada MPU, bearing sensor dan charger yaitu sebagai berikut: Periksa wiring control unit dari kemungkinan adanya short ataupun putus Periksa sambungan dari tiap connector Periksa komponen-komponen elektronik yang berhubungan dengan MPU. Periksa input voltage yang menuju bearing sensor yaitu sebesar 5 Volt dan periksa output voltage dari bearing sensor yaitu sebesar 0,8 Volt 5 Volt ketika beroperasi. Periksa sumber tegangan listrik yang menuju charger yaitu sebesar Volt dan sesuaikan dengan tapping charger. Periksa output dari charger ketika proses pengisian yaitu sebesar 50 Volt 52 Volt dengan arus sebesar 10 A 100 A. 2. Ganti komponen secara berkala tanpa menunggu adanya kerusakan. DAFTAR PUSTAKA [1]. Automotive industry action group (AIAG), February 1995 Potential Failure Mode and Effect Analysis. [2]. Hanliang, Njoo. Et al Peningkatan Kualitas Proses Produksi di PT. Indal Alumunium Industry TBK Sidoarjo. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Volume 2, No.1. [3]. Laricha, Lithrone. Et al Usulan Perbaikan Kualitas dengan Penerapan Metode Six Sigma dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Pada Proses Produksi Roller Conveyor MBC di PT. XYZ Jurnal Ilmiah Teknik Industri Untar. Volume 1, No. 2, [4]. Nanda, Leonard. Et al. Desember Analisa Risiko Kualitas Produk dalam Proses Produksi Miniatur Bis dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis Pada Usaha Kecil Menengah Niki Kayoe. Gema Aktualita. Volume, No. 2. [5]. Nippon Yusoki, Workshop Manual Nichiyu FB-75 series. Nurkertamanda, Denny & Tri Wulandari, Fauziyati. Januari Analisa Moda dan Efek Kegagalan (Failure Mode and Effects Analysis/FMEA) Pada Produk Kursi Lipat Chitose Yamato HAA. J@TI Undip. Volume IV, No. 1. [6]. Potential Failure Mode and Effects Analysis, 2008 ( FMEA ) Reference Manual Fourth Edition. [7]. PT. Altrak 1978 BASIC NICHIYU COURSE, Jakarta [8]. Putra, Muhammad Nur Mulianto Analisis Penyebab Defect Kapal Motor) dan Fault Tree Analysis (FTA) (Study Kasus di PT. PAL Indonesia). Teknik Industri Universitas Brawijaya. Volume 3, No.2. [9]. Ronald E. Walpole Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB.

13 7 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA PUGUH OGI NUR RACHMAN Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Korosi merupakan kerusakan material logam yang disebabkan reaksi antara logam dengan lingkungannya yang menghasilkan oksida logam dan sulfida logam atau hasil reaksi lainnya yang lebih dikenal sebagai pengkaratan. Stainless steel merupakan jenis baja yang tahan terhadap korosi karena memiliki unsur paduan minimal 18% chrom (Cr) dan 8% nikel (Ni).Penelitian ini menggunakan tahanan polarisasi dengan menggunakan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software yang dilengkapi dengan Potensiostat/Galvanostat 273, lalu dilakukan uji foto optik dengan pembesaran 50 kali, untuk mengetahui permukaan spesimen dengan perbesaran struktur pada stainless steel 304 tersebut. Objek penelitian menggunakan stainless steel 304 dengan ukuran spesimen 10 mm sebanyak 3 kali pengujian. Stainless steel AISI 304 mempunyai nilai masa jenis 7,94 gr/cm² dan berat ekuivalen 25,12 gr.hasil dari metode tahanan polarisasi pada sample pertama didapatkan potensial korosi - 336,54 mv dan laju korosi 0,0201 mpy, pada sample kedua potensial korosi -359,25 mv dan laju korosi 0,0266 mpy, selanjutnya pada sample terakhir didapatkan potensial korosi -353 mv dan laju korosi 0,0221 mpy. Kata Kunci: Pump Impeller, Stainless Steel, Limbah Batu Bara, Korosi, Laju Korosi. Abstact -- Corrosion is a metal material damage caused by the reaction between the metal and its environment that generates metal oxide and metal sulfide or other reaction products are more commonly known as rusting. Stainless steel is a type of steel that is resistant to corrosion because it has at least 18% alloying elements chromium (Cr) and 8% nickel (Ni).This study uses a polarization resistance using 342 software Sotcorr Corrosion Meansurement software that comes with a potentiostat / Galvanostat 273, then test optical photograph with magnification of 50 times, to know the surface of the specimen with a magnification of structures on the 304 stainless steel. The object of research using 304 stainless steel with a size of 10 mm specimen 3 times testing. Stainless steel AISI 304 has a value of density of 7.94 g / cm² and the equivalent weight of grams.results of polarization resistance method in the first sample obtained mv corrosion potential and corrosion rate of mpy, the second sample mv corrosion potential and corrosion rate of mpy, then the final sample obtained corrosion potential mv and the corrosion rate of mpy. Keywords: Pump Impeller, Stainless Steel, Waste Coal, Corrosion, Corrosion rate 1. PENDAHULUAN Pompa mempunyai fungsi pada operasi penambangan dan penggalian menangani berbagai cairan, banyak di antaranya mengandung zat padat atau asam pekat bahkan keduanya. Aplikasi pada penambangan batu bara mencakup pengembunan air, umpan penyaringan, penanganan medium berat, perpindahan endapan lumpur, pengaliran lumpur, pemompaan minyak, umpan pengentalan, kemudian pengaliran pengentalan, pembuangan sampah dan pembilasan batu bara. Sebagian besar pompa dalam pelayanan ini kerap menggunakan pompa sentrifugal dan pompa bolak balik. Pompa sentrifugal sering disebut pompa tambang, karena unit-unitnya dilengkapi dengan selubung besar, yang memberikan kemudahan karat yang luas. Oleh karena itu, perlengkapan tambahan dibuat agar dapat mencegah karat. Keunggulan dari pompa sentrifugal adalah mudahnya penggantian pada bagian-bagian yang telah aus. Pada penambangan batu bara, bagian yang cepat terkorosi adalah impeller, yang berfungsi mengubah tenaga mesin menjadi tenaga kinetik. Pada proses produksi batu bara pompa ini berfungsi memompakan slurry dari slurry pool ke mesin press untuk di pisahkan dengan air dan juga sebagai pembilasan pada batu bara. Korosi pada pompa impeller merupakan proses kerusakan material karena pengaruh lingkungan yang korosif. Korosi tidak dapat di cegah keberadaannya, akan tetapi korosi dapat dikendalikan keberadaanya sehingga kita dapat menunda terjadinya korosi yang membuat material pompa impeller jadi tahan lebih lama terhadap korosi. Pada penelitian sebelumnya mengenai pengukuran laju korosi pada stainless steel AISI 304, dengan media larutan nira aren oleh Rizki Ornelasari (2015), dengan temperature 27 ºC dengan waktu 7 hari didapatkan laju korosi 13,938 mpy.

14 JTM Vol. 05, No. 1, Februari METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju korosi pada pump impeller pada limbah pertambangan batu bara. 2.1 Diagram Alir Mulai Gambar 2.2 Foto Sampel 02 Pengumpulan Data dan Sample (Jurnal, Wawancara, buku dll) Pengujian Sample (Potensiotat Galvanostat, Mikroskop Optik) Anaslisa Hasil Uji Pemecahan Kasus Kesimpulan Selesai Gambar 2.1 Diagram allir Gambar 2.3 Foto Sampel 03 Alat penelitian yang digunakan sesuai kebutuhan adalah Software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software yang dilengkapi dengan alat ukur laju korosi Potensiostat / Galvanostat 273 dan Mikroskop Optik Potensiostat / Galvanostat 273 Diagram alir adalah diagram yang menggambarkan bagaimana proses pengujian mulai dari awal hingga akhir. 2.2 Bahan Dan Alat Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan sebanyak tiga sampel menggunakan material stainless steel AISI 304. Gambar 2.4 Alat ukur laju korosi Potensiostat/ Galvanostat 273 Pembuktian dari hasil alat ini dapat menggunakan rumus: ( )( ) = 0,13 ( ). Gambar 2.1 Foto Sampel 01 dimana: I corr = Arus korosi (ma) EW = Berat ekuivalen (g) A = Luas permukaan sample (cm 2 ) D = Densitas massa (g/cm 3 ) mpy = Mili-inchi per tahun (mils per year) Mikroskop Optik

15 9 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 Mikroskop optik digunakan untuk melakukan pengamatan permukaan pada permukaan stainless steel AISI 304 sebelum maupun sesudah pengujian. SUS AISI EW (gr) Density (gr/cmᵌ) ,12 7, ,62 7, ,44 7, ,5 7, ,26 7, ,13 7, ,94 7, ,3 7, ,22 7,65 Dari tabel 3.1 equivalent weight values for a variety of metals and alloys, diketahui bahwa material baja tahan karat AISI 304 yang di uji memiliki nilai berat ekuivalen gr dan memiliki nilai densitas masa 7.94 gr/cm³. Gambar 2.5 Mikroskop optik Dari uraian metode peneltian diatas, untuk mencapai hasil yang optimal maka alur penelitian harus sesuia dengan urutannya. Tabel 3.2. Data hasil pengujian pada sampel ANALISA Pengujian terhadap impeller dengan material stainless steel AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek adalah untuk mengetahui perilaku korosi dan laju korosi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software yang dilengkapi dengan Potensiostat/Galvanostat 273. Dari pengujian yang dilakukan akan diperoleh kurva tafel dari setiap sampel uji. Kurva tafel yang didapat dari hasil penelitian menggunakan potensiostat dengan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software akan di analisa nilai potensial korosi, arus korosi dan laju korosi sehingga dapat diketahui sejauh mana material baja tahan karat AISI 304 bertahan dalam lingkungan pertambangan batu bara. 3.1 Pengujian Laju Korosi Polarisasi Resistance Laju korosi terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 di lingkungan limbah pertambangan batu bara menggunakan standar ASTM 102 yang merupakan standar pengujian laju korosi untuk material stainless steel AISI 304 tanpa inhibitor, terdapat nilai massa jenis (density) dan berat ekuivalen (weight equivalent). Dengan pembuktian perhitungan dengan rumus: ( )( ) ( ) = 0,13 ( )( ) = 0,13 0,05 (25,12) 0,785 7,94 ( )( )= 0,0261 Tabel 3.1. Equivalent Weight Values for a Variety of Metals and Alloys Tabel 3.3 Data hasil pengujian pada sampel 02

16 JTM Vol. 05, No. 1, Februari ( )( ) = 0,13 0,05 (25,12) 0,785 7,94 ( )( )= 0,0261 Dengan pembuktian perhitungan dengan rumus: ( )( ) ( ) = 0,13 ( )( ) = 0,13 0,06 (25,12) 0,785 7,94 ( )( )= 0,0314 Tabel 3.4 Data hasil pengujian pada sampel03. Dengan pengujian pada stainless steel AISI 304 perbedaan arus korosi yang tidak terlalu signifikan ( Icorr ) yaitu 0,05 μa/cm 2 untuk PG-01, 0,06 μa/cm 2 untuk PG-02 dan 05 μa/cm 2 untuk PG-03. Dengan nilai laju korosi ( coor rate ) yaitu mpy untuk S-01, mpy untuk S-02 dan mpy untuk S-03. Dari analisa pembahasan diatas dapat dilihat bahwa stainless steel AISI 304 dilingkungan pertambangan batu bara mempunyai nilai laju korosi yang baik antara mpy sampai mpy, yang tergolong sebagai tingkat ketahanan korosi outstanding yang berarti dapat di pergunakan dalam pekerjaan pompa ini. Dari analisa di atas maka di dapatkan data sebagai berikut: Tabel 3.5 Potensial Korosi Baja Tahan Karat AISI 304 Waktu (min) E S-01 E S-02 E S ,58-3,71-3, ,533-3,663-3, ,483-3,613-3, ,433-3,563-3, ,383-3,513-3, ,333-3,463-3, ,283-3,413-3, ,233-3,363-3, ,183-3,313-3,343 Dengan pembuktian perhitungan dengan rumus: ( )( ) ( ) = 0,13. Potensial Korosi (MV) Waktu (Menit) E S-01 E S-02 E S-03 Gambar 3.1 Kurva Potensial Korosi Baja Tahan Karat AISI 304 Dari tabel dan grafik diatas terlihat pada sampel 01, sampel 02 dan sampel 03 mempunyai nilai potensial korosi ( E ) yang tidak terlalu signifikan perubahannya dengan waktu pengujian 180 menit. Sampel 01 pada menit pertama memiliki

17 11 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 potensial korosi (E) -3,58 dan berakhir pada menit 180 dengan nilai potensial korosi (E) -3,183, sampel 02 pada menit pertama memiliki potensial korosi (E) -3,74 dan berakhir pada menit 180 dengan nilai potensial korosi (E) -3,43 dan pada sampel 03 pada menit pertama memiliki potensial korosi (E) -3,71 dan berakhir pada menit 180 dengan nilai potensial korosi (E) -3,313. Maka potensial korosi mengalami kenaikan 0,25 % per menit atau 15% per jam. 3.2 Tafel Analisa Baja Tahan Karat AISI 304 Dari proses pengujian korosi menggunakan polarisasi resistance maka diperoleh data berupa kurva tafel yaitu kurva potensial lawan log arus. Kurva tafel untuk sampel Stainless Steel AISI 304 dengan media limbah batu bara disajikan pada grafik. Dari berbagai kurva hasil dari proses pengujian dengan metode tahanan polarisasi di peroleh nilai laju korosi, arus korosi dan potensial korosi yang tersedia di Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Gambar 3.4 Kurva tafel tahanan polarisasi media larutan limbah batu bara S Foto Optik Permukaan Stainless Steel Untuk dapat mengetahui kondisi material setelah pengujian laju korosi maka perlu dilakukan pengujian foto optik. Dari pengujian foto optik akan tampak kerusakan yang terjadi pada sempel uji setelah mengalami pengujian laju korosi. Berikut merupakan hasil pengujian foto Optik pada material. Analisa Foto Optik permukaan pada sampel. A. Foto Optik Permukaan dari sampel awal Gambar 3.2 Kurva tafel tahanan polarisasi media larutan limbah batu bara S-01. Gambar 3.5 Foto optik permukaan sampel 01, 02 dan 03 sebelum pengujian Gambar 3.3 Kurva tafel tahanan polarisasi media larutan limbah batu bara S-02 Foto optik permukaan sampel awal dapat dilihat pada gambar, pada gambar terlihat adanya garis-garis halus dan relatif tipis merupakan pengaruh dari pengamplasan permukaan baja tahan karat AISI 304 yang dilakukan sebelum dilakukan pengujian. Terlihat juga bahwa permukaan masih rata, bersih dan belum mengalami cacat (belum terkorosi). Hal ini berarti baja tahan karat AISI 304 belum menunjukan

18 JTM Vol. 05, No. 1, Februari reaksi korosi karena belum ada pengaruh dari lingkungan air laut yang bersifat korosif. C. Foto optik permukaan Stainless steel yang telah rusak B. Foto optik permukaan Stainless stell AISI 304 Gambar 3.6 Foto optik permukaan Stainless steel AISI 304 sampel 01 Gambar 3.7 Foto optik permukaan Stainless steel AISI 304 sampel 02 Gambar 3.8 Foto optik permukaan Stainless steel AISI 304 sampel 03 Gambar 3.6, 3.7 dan 3.8 yang merupakan hasil foto optik permukaan sampel stainless steel AISI 304 setelah melakukan uji korosi dalam media limbah pada pertambangan batu bara terlihat bahwa stainless steel mengalami proses korosi yang ditandai lubang-lubang kecil pada lokal tertentu permukaan stainless steel akibat reaksi kimia dan diprediksi mengalami pitting corrosion (korosi sumuran). Terlihat jelas bahwa stainless steel tersebut telah mengalami korosi dan terjadi kerusakan pada permukaan stainless steel. Permukaan stainless stell mengalami perubahan struktur dan terbentuk pori dimana logam teroksidasi, dilingkungan yang korosif limbah pertambangan batu bara stainless steel akan lebih cepat berkorosi. Gambar 3.6 Foto optik permukaan Stainless steel AISI 304 yang telah rusak. Dari Gambar 4.4 terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan yang terjadi pada permukaan stainless steel yang telah digunakan ± 5 bulan dikarenakan adanya reaksi yang terjadi pada media limbah pada pertambangan batu bara dan juga akibat gaya putar yang di lakukan oleh impeller saat bekerja yang mengakibatkan korosi erosi. 4. KESIMPULAN 1. Limbah batu bara yang memiliki nilai tingkat keasaman antara 6,4 7,6 ph menjadi penyebab terjadinya korosi pada impeller dengan material stainless steel AISI Pada stainless steel AISI 304 pada limbah pertambangan batu bara, lamanya waktu pengujian akan mempengaruhi nilai dari potensial korosinya. 3. Untuk analisa pada limbah pertambangan batu bara nilai laju korosi pada temperature yang sama antara 0,0201 mpy sampai 0,0266 mpy. DAFTAR PUSTAKA [1]. Fontana, Mars Guy. (1986). Corrosion Engineering. Singapore : McGraw-Hill. [2]. Knofel, Dietbert. (1978). Corrosion Of Building Material. United States : Van Nostrand Reinhold Company Chamberlain. [3]. J.,Trethewey, KR. (1991). Korosi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama [4]. ASTM Internasional ASTM G102: Standard Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals. United State. [5]. Sularso. (2004). Pompa dan Kompresor. Jakarta : PT Pradnya Paramita [6]. Marcus P., and Oudar J., Corrosion Mechanisms in Theory and Practice,United States :Marcel Dekker Inc [7]. Chruch, Austin. (1993). Pompa dan Blower Sentrifugal. Jakarta : Eirlangga.

19 13 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 [8]. Ornelasari, Rizki Analisa Laju Korosi pada Stainless Steel 304 dengan Metode ASTM G31-72 pada Media Air Nira Aren, [9]. AK Steel /304 L Stainless Steel. Retrieved: [10]. Kopecki, E. (1937). Cleaning Stainless Steel. ASTM International.

20 JTM Vol. 05, No. 1, Februari ANALISA PEMANFAATAN EXCESS COKE OVEN GAS SEBAGAI BAHAN BAKAR GAS HEATER DI IRON MAKING Edi Suderajat Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abtrak -- Analisa pemanfaatan excess Coke Oven Gas Sebagai Bakar Bakar Gas Heater dilakukan untuk Memanfaatkan excess COG dari coke oven plant yang berjumlah NCMH untuk dipakai sebagai bahan bakar di gas heater dan juga untuk meningkatkan ketersediaan gas bakar akibat makin menurunnya pasokan dan semakin mahalnya gas alam. Dari hasil perhitungan Coke oven gas (COG) memiliki nilai kalor yang relatif tinggi, yaitu sekitar 4, kcal/nm3 atau kira-kira setengah nilai kalor gas alam yang mencapai 8600 kcal/nm3. Apabila digunakan sebagai bahan bakar di gas heater akan berdampak Heat Duty kecil, Namun hal ini bisa diantisipasi dengan menambah flow dari COG yang akan masuk ke gas heater, apabila COG digunakan sebagai bahan bakar maka dapat menggantikan hampir separuh dari kebutuhan gas alam untuk volume yang sama. Kata kunci: Analisa, Coke Oven Gas, Nilai Kalor, Temperatur 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi, harga, dan kestabilan suplai energi merupakan isu utama bagi industri baja untuk dapat menjamin kelangsungan bisnis. Gas alam adalah sumber energi utama yang digunakan pada industri baja yang berbasis gas (gas based steel industry). Harga gas alam terus meningkat secara signifikan, tetapi di sisi lain gas alam telah menjadi alternatif sumber energi yang paling banyak digunakan pada saat tingginya harga minyak bumi, sehingga hal ini berakibat terbatasnya suplai gas alam ke industri baja. Perusahaan baja berbasis gas yang sedang bertransformasi menjadi perusahaan berbasis batubara melalui blast furnace complex dengan tetap mempertahankan fasilitas iron making existing yang berbasis gas. Perusahaan akan memiliki keuntungan dari operasi kedua teknologi ini secara bersamaan dimana excess coke oven gas dari coke oven plant dapat dimanfaatkan di Direct reduction plant tidak hanya sebagai bahan bakar tetapi juga sebagai gas proses karena kemiripan komposisi kimia coke oven gas dengan reformed gas atau gas reduktor. COG yang dihasilkan coke oven plant berjumlah NCMH dan dipakai untuk keperluan internal BF Complex sebesar NCMH sehingga ada ekses sebesar NCMH. Berdasarkan analisis excess coke oven gas berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai gas proses meliputi gas reduksi dan gas cooling, dan juga sebagai bahan bakar di beberapa bagian dari fasilitas produksi 2. METODE PENELITIAN Pelaksanaan tugas akhir ini berada di PTKS di kota Cilegon provinsi Banten. PTKS merupakan pabrik baja yang terintegrasi dari mulai hilir sampai hulu. Salah satu pabrik hulu dari PTKS adalah Coke Oven Plant. Waktu pembuatan tugas akhir ini disusun dan akan digunakan sebagai panduan penulis dalam penyelesaian rancangan tugas akhir, dan jadwal penelitian adalah sebagai berikut: Dalam pembuatan tugas akhir ini berikut tahapan pelaksanaan penelitian pemanfaatan COG: A. Studi Literatur Tahap awal perancangan ini didasari dengan teoriteori yang telah ada, dengan studi literatur penulis mendapat referensi analisa pemanfaatan COG. Dalam studi literatur referensi didapat dari beberapa buku dan situs internet seperti yang tercatat dalam daftar pustak tugas akhir ini. B. Pengumpulan Data Tahap ini didasarkan pada kondisi parameter proses di PT Krakatau Steel, beberapa parameter tersebut adalah temperature serta nilai kalor Coke Oven Gas (COG) Parameter tersebut disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Parameter ini didapat dari dokumen basic engineering coke oven plant. C. Analisa Setelah didapat data berupa nilai kalor dan temperature dari COG berdasarkan referensi dari PT Krakatau Steel maka disimulasikan dengan

21 15 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 menggunakan Microsoft excel dan hysis guna menentukan hasil apakah COG mampu digunakan sebagai bahan bakar di gas heater berdasarkan nilai kalor dan temperaturnya dikomparasikan dengan data Natural Gas yang sebelumnya sudah dipakai sebagai bahan bakar di gas heater 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengujian Nilai kalor. Tabel 4.1 Total Caloric Value Natural gas + LHV Composition LHV (kcal/ncm) PERTAMINA % LHV N % 0.00 CO % 0.00 CH4 8, % 6, C2H6 15, % C3H8 21, % i C4H10 28, % n C4H10 28, % i C5H12 34, % n C5H12 34, % Total 8, Tabel 4.2 kompoisi keluaran COG 1 Composition COG % N2 3.50% CO2 4.50% CH % C2H6 3.00% H % O2 3.00% CO 8.25% Tabel 4.3 kompoisi keluaran COG 2 COG Composition % N2 4.50% CO2 5.50% CH % C2H6 3.50% H % O2 2.50% CO 9.25% Tabel 4.4 kompoisi keluaran COG 3 COG Composition % N2 4.00% CO2 5.00% CH % C2H6 4.00% H % O2 3.50% CO 9.50% Tabel 4.5 Kompisisi rata rata keluaran COG Composition COG % N2 4.00% CO2 5.00% CH4 25.5% C2H6 3.50% H % O2 3.00% CO 9.00% B. Perhitungan LHV dari kandungan Coke Oven Gas Untuk menghitung nilai LHV dari masing-masing kandungan yang ada di dalam COG dapat dipakai rumus: LHV = LHV (kcal/ncm) x % (COG) LHV (N2) = 0 kcal/ncm x 4.00 % = 0 kcal/ncm LHV (CO2) = 0 kcal/ncm x 5.00 % = 0 kcal/ncm LHV (CH4) = 8, kcal/ncm x 25.5% = 2, kcal/ncm LHV (C2H6) = 15, kcal/ncm x 3.50% = kcal/ncm LHV (H2) = 2,570 kcal/ncm x % = 1, kcal/ncm LHV (O2) = 0 kcal/ncm x 3 % = 0 kcal/ncm LHV (CO) = 3, kcal/ncm x 9.00% = kcal/ncm Total LHV = 0+0+2, , = 4, kcal/ncm Tabel 4.6 Total Caloric Value Coke Oven Gas Composition LHV COG (kcal/ncm) % LHV N % 0 CO % 0 CH4 8, % 2, C2H6 15, % H2 2, % 1, O % 0.00

22 JTM Vol. 05, No. 1, Februari CO 3, % Total 4, C. Hasil perhitungan nilai kalor Dari hasil perhitungan didapat bahwa nilai kalor dari COG sekitar 4, Kcal/NMH atau sekitar setengah dari nilai kalor NG 8,079.77, maka dampak yang ditimbulkan jika COG digunakan sebagai bahan bakar di gas heater adalah Heat duty kecil. D. Menghitung temperature dari masing masing komposisi COG a. CH 4 Untuk menghitung mula mula dapat menggunakan rumus: M = % CH4 x flow COG/ 22,4 = 25,5 x : 22,4 = mol Q1 = CH4 4 = = = 2.004E+13 Q2 = O2 2 + N2 2 = = = = E E+13 = E+13 Q3 = Reaksi CH4 x ΔH = x = E+12 = [ E+05 (T-298) E+03/2 (T ) E + 03/3 (T ) E+01/4 (T ) = [ (1.7543E E+07) E+03T E+08) + ( E+02 T E+10) E+01 T E+09) = ( E E+05T E+03T E+ 02T E-01T 4 = E+17 + ( E E+08 T E+05 T) 2 T 2 Q4 (CO2) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T ) = [ E+05 (T- 298) E+05/2 (T ) E+02/3 (T ) E-01/4 (T ) = [ E+06T E+02) + ( E+04T E+09) +(-1.444E+02 T E+09) +(1.5013E+01T E+09) = E+13 + ( E+08T E+07T 2 ) T 2 Q4 (H2O) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T )] = [0,0336 (T-298) + 0,2679/2 (T ) + 2,6105/3 (T ) + 0,0890/4 (T ) = [ 0,0336 T 1,0012 E+01) + (0,1339 T 2 + 1,189E+04) + (0,8701 T 3 + 2,3027 E+07) + (0,02225 T 4 + 1,7546 E+08) = 3,8048 E+07 + (1,9567 E+07 T + 5,0036E+05 T 2 ) T 2 b. C 2H 6 Q4 (O2) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T )] Untuk menghitung mula mula dapat menggunakan rumus: M = % C2H6 x flow COG/ 22,4

23 17 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 = 3,5 x / 22,4 = mol Q1 = C2H = = E+12 Q2 = O2 2 + N2 2 = = = = E E+12 = E+12 Q3 = Reaksi C2H6 x ΔH = x = E+11 Q4 (O2) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T )] = [1.7543E+05 (T-298) E+03 / 2 (T ) E+03 / 3 (T ) E+01 (T ) ] = [ (1.7543E E+07) E+03T E+08) + ( E+02T E+10) E+01T E+09)] = [ E+9 + (1.7543E+05T E+03T E+ 02T E-01T 4 )] = E E+10 + ( E+09T E+08T E+05T 3 )T = E E+09 + (2.0530E+08T E+05T 2 )T 2 Q4 (CO2) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T ) = [ E+05 (T- 298) E+05/2 (T ) E+02/3 (T ) E-01/4 (T ) = [ E+06T E+02) + (5.2185E+04T E+09) + ( E+02 T E+09)+( E+01T E+09) = [9.6405E E (5.2185E+04T E+02T E+01T 3 ) T] = E E E+10 + ( E+08T E+07T 2 ) T 2 = E+16 + ( E+08T E+07T 2 )T 2 Q4 (H2O) = sisa + = n [A (T-298) + B/2 (T ) + C/3 (T ) + D/4 (T )] = [0,0336 (T-298) + 0,2679/2(T ) + 2,6105/3 (T ) + 0,0890/4 (T )] = [0,0336 T 1,0012 E+01) + (0,1339 T 2 +1,189E+04) + (0,8701 T 3 + 2,3027 E+07) + (0,02225 T 4 + 1,7546 E+08) = [1.5244E+08+(0.0336T T T T 4 )] = E E E+05 + (0.8701T T 2 )T 2 = E+14 + (0.8701T T 2 )T 2 KESIMPULAN Coke Oven Gas (COG) memiliki nilai kalor yang relatif tinggi, yaitu sekitar 4, kcal/nm 3 atau kira-kira setengah nilai kalor gas alam yang mencapai 8600 kcal/nm 3. Apabila digunakan sebagai bahan bakar di gas heater, COG mampu menggantikan NG namun dengan menambah flow COG dua kali agar temperatur bakar di gas heater tercapai dengan suhu 1253 o C mampu melebihi temperatur di gas heater dengan menggunakan NG.

24 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Dari hasil simulasi dan perhitungan bahwa nilai kalor COG lebih rendah dari nilai natural gas sehingga temperatur keluaran gas heater menjadi berkurang. Namun, hal ini bisa diatasi dengan menambah flow dari COG dua kali sehingga bisa didapat temperatur bakar di gas heater tercapai. Namun hal ini bisa diantisipasi dengan menambah flow dari COG yang akan masuk ke gas heater, apabila COG digunakan sebagai bahan bakar maka dapat menggantikan hampir separuh dari kebutuhan gas alam untuk volume yang sama. DAFTAR PUSTAKA Diktat Sertifikasi Keahlian Bidang Operasi. 2002, Cilegon : PT Krakatau Steel. Suwandi, Yusuf. Komunikasi Pribadi. 2008, Cilegon : PT Krakatau Steel. Zuhan, Zulfiadi. Metallurgy of iron and steel making Bandung : Institute Teknologi Bandung. Perry's Chemical Engineers' Handbook diakses pada tanggal 15 April

25 19 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 OPTIMASI FILLING TIME INJECTION MOLDING CRISPER DENGAN BANTUAN SOFTWARE AUTODESK MOLDFLOW INSIGHT RASWAN RUDIYADI Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta Abstrak -- Laporan Tugas Akhir ini penulis susun berdasarkan kerja nyata penulis di PT PyoJoon Mold Indonesia pada unit Design, dan berdasarkan beberapa literature dari buku, serta bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing Tugas Akhir Bapak Nurato ST. MT. yang telah memberikan motivasi dan petunjuk dalam penyelesain Laporan Tugas Akhir ini. Tujuan pembuatan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisa apakah produk Crisper tersebut mampu diproduksi dengan system hot runner molding dan Mencegah defect produk Crisper yang akan dihasilkan. Dengan bantuan software Autodesk moldflow insight penulis melakukan analisa terhadap produk yang akan dibuat molding dan membuat design molding Crisper. Abstract -- The final report is structured around a real working writer writer in Indonesia at PT PyoJoon Mold Design unit, and based on some literature from the book, as well as the guidance provided by the supervisor Final Mr. Nurato ST. MT. which has provided the motivation and guidance in the completion of this final report. The purpose of making this final report is to analyze whether the Crisper product can be produced by molding and hot runner system Prevent product defect Crisper that will be generated. With the help of Autodesk Moldflow Insight software authors have analyzed the products to be made molding and molding design makes Crisper. 1. PENDAHULUAN PT. PyoJoon Mold Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, ini dibuktikan dengan diperluasnya bidang usaha. Dari yang awalnya hanya Mold Maker sekarang ditambah dengan Injection Molding untuk keperluan trial. Dengan bidang usaha baru tersebut PT PyoJoon Mold Indonesia mempunyai target untuk menurunkan waktu (jam) trial molding. Dalam bidang molding PT PyoJoon Mold Indonesia sudah mempunyai pengalaman yang banyak, namun untuk Injection Molding masih kurang pengalaman. Untuk menutupi kekurangan tersebut PT PyoJoon Mold Indonesia membeli sebuah software untuk menganalisa/ mensimulasikan proses injection molding. Dengan software tersebut dapat dilakukan simulasi injection molding sebelum molding tersebut dibuat, dengan simulasi tersebut dapat mengurangi waktu untuk trial molding dan mengurangi cost untuk trial molding. Dengan software simulasi Autodesk Simulation Moldflow Insight, saya sebagai orang design melakukan simulasi untuk menganalisa produk baru yang akan dibuat molding tersebut. Analisa tersebut dilakukan untuk mengecek apakah memungkinkan produk tersebut dibuat dengan system hot runner molding. 2. METODE Metoda penulisan Laporan Tugas Akhir ini didasarkan pada: Pengamatan proses injection molding di lapangan, pada metoda ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan melihat secara visual dan dokumentasi.diskusi dan tanya jawab dengan operator penanggung jawab dan pengendali proses injection molding.pada metoda ini dilakukan sharing mengenai proses injection molding, dan pengendalian mutu produk yang dihasilkan.studi literatur, pada metoda ini dilakukan penambahan pengetahuan tentang proses injection molding melalui materi dari buku maupun panduan proses yang berkaitan dengan injection molding yang ada di PT PyoJoon Mold Indonesia. Metoda deskripsi, pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyajikan dalam bentuk deskripsi, yaitu memberikan fakta apa yang ada dilapangan dengan uraian secara detail. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dilakukan beberapa kali percobaan dengan parameter yang berbeda-beda. Material plastic yang digunakan dalam percobaan ini adalah GPPS (General Pupose Polystyrene ), material ini memiliki sifat jernih seperti kaca, kaku, getas, buram, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, melunak pada suhu 95ºC. Berikut ulasan mengenai material propertis GPPS secara umum, Density1.05 g/cm3 (66 lb/ft3), Dielectric Constant (Relative Permittivity) 2.5, Dielectric Strength (Breakdown Potential)20 kv/mm (0.8 V/mil), Elastic (Young's, Tensile) Modulus 2.9 GPa (0.42 x 106 psi), Electrical Resistivity Order of Magnitude15 10x Ω-m, Elongation at Break2 %, Flexural Modulus 3.2 GPa (0.46 x 106 psi), Flexural Strength 76 MPa (11 x 103 psi), Glass Transition Temperature100 C (210 F), Limiting Oxygen Index (LOI)18 %, Refractive Index1.59, Specific Heat Capacity1250 J/kg-K, Strength to Weight Ratio44 kn-m/kg, Tensile Strength: Ultimate (UTS)46 MPa (6.7 x 103 psi), Thermal Conductivity0.14 W/m-K, Thermal Expansion120

26 JTM Vol. 05, No. 1, Februari µm/m-k, Vicat Softening Temperature100 C (210 F), Water Absorption: After 24 Hours0.04 %. A. Percobaan kesatu Parameter simulasi: - Pin hot runner diameter 5 - Pressure 80 Mpa - Material plastik GPPS C. Percobaan ketiga Parameter simulasi: - Pin hot runner diameter 5 - Pressure 100 Mpa - Material plastik GPPS Gambar 3.3 Result filling time percobaan ketiga Gambar 3.1 Result filling time percobaan kesatu Dari percobaan kesatu produk yang dihasilkan memiliki defect shortmold dengan filling time 1,308 detik. B. Percobaan kedua Parameter simulasi: - Pin hot runner diameter 5 - Pressure 90 Mpa - Material plastik GPPS Dari percobaan ketiga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus dengan filling time 1,571 detik. D. Percobaan keempat Parameter simulasi: - Pin hot runner diameter 6 - Pressure 80 Mpa - Material plastik GPPS Gambar 3.4 Result filling time percobaan keempat Gambar 3.2 Result filling time percobaan kedua Dari percobaan kedua produk yang dihasilkan memiliki defect shortmold dengan filling time 1,486 detik. Dari percobaan ketiga produk yang dihasilkan memiliki defect shortmold dengan filling time 1,364 detik. E. Percobaan kelima Parameter simulasi: - Pin hot runner diameter 6 - Pressure 90 Mpa

27 21 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Material plastik GPPS tersebut dengan di tambahkan parameter shear rate untuk melihat pemerataan panas yang ditimbulkan dari proses filling time tersebut. Berikut hasil simulasi shear rate-nya: Gambar 3.5 Result filling time percobaan kelima Dari percobaan ketiga produk yang dihasilkan memiliki defect shortmold dengan filling time 1,505 detik. Percobaan keenam Parameter simulasi : - Pin hot runner diameter 6 - Pressure 100 Mpa - Material plastik GPPS Gambar 3.7 Result shear rate percobaan ketiga Gambar 3.8 Result shear rate percobaan keenam Gambar 3.6 Result filling time percobaan keenam Dari percobaan ketiga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus dengan filling time 1,573 detik. Dari data data percobaan tersebut, percobaan kesatu, kedua, keempat, kelima tidak bisa diaplikasikan dalam pembuatan molding karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Produk tersebut memiliki defect shortmold karena pressure-nya kurang. Untuk percobaan ketiga dan keenam memiliki kualitas produk yang bagus dengan filling time yang hamper sama dan tidak ada defect shortmold. Percobaan ketiga dan keenam memiliki kualitas yang hampir sama bagusnya, karena itu dilakukan simulasi ulang untuk kedua percobaan Dari hasil simulasi tersebut percobaan keenam memiliki kualitas shear rate yang lebih bagus dari percobaan ketiga. Shear rate pada percobaan keenam lebih merata dan lebih kecil dari percobaan ketiga. Berdasarkan data-data percobaan tersebut, sebagai seorang designer saya merekomendasikan percobaan keenam yang diigunakan untuk referensi pembuatan molding. Dengan data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan, pihak management dan customer meng-approval apa yang direkomendasikan. 4. KESIMPULAN Barang-barang dari plastik yang kita gunakan dalam sehari-hari banyak yang dibuat dengan cara injection molding. Material termoplastik merupakan material yang paling banyak digunakan untuk industri injection molding. Untuk memperolah hasil yang bagus dari proses injection molding dibutuhkan waktu yang cukup

28 JTM Vol. 05, No. 1, Februari lama karena hasrus melewati beberapa kali trial. Sekarang waktu yang digunakan untuk trial bisa dikurangi dengan bantuan software Simulation Moldflow, biasanya untuk melihat hasil produk yang kita buat harus dibuat dahulu moldingnya dan di trial. Dengan bantuan software tersebut kita tidak harus membuat dulu moldingnya, kita cukup melakukan simulasi dan menganalisa hasil simulasi tersebut. Dengan hasil simulasi tersebut kita bisa mencegah / meminimalisi defect-defect yang akan timbul. Dari hasil percobaan yang dilakukan bisa disimpulkan bahwa produk yang awalnya diproses dengan konstruksi molding 2 plate cold runner bisa diganti dengan 2 plate hot runner system. Dengan perubahan system tersebut dapat mengurangi biaya daur ulang untuk mengolah Runner dan pengambilan Runner secara manual oleh manusia dari mesin injeksi, apalagi dengan jumlah mesin yang banyak. Dengan open daylight specific yang lebih kecil investasi untuk mesin pun akan lebih kecil. Selain itu produk yang dihasilkan pun akan lebih bagus jika menggunakan hot runnner system. REFERENSI [1]. Autodesk moldflow. (n.d.). Retrieved from website : [2]. Hot runner system. (n.d.). Retrieved from website : [3]. Injection molding machine. (n.d.). Retrieved from website: olding [4]. Moldbase. (n.d.). Retrieved from website: 17/index.html [5]. Molding area diagram. (n.d.). Retrieved from website: ding [6]. Runner type. (n.d.). Retrieved from website: [7]. Spring. (n.d.). Retrieved from website: [8]. Standard design PT PyoJoon Mold Indonesia. (n.d.). Retrieved from : Arsip PT PyoJoon Mold Indonesia.

29 23 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 OPTIMASI PERHITUNGAN ULANG KEBUTUHAN LIFT PENUMPANG TYPE IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 PADA GEDUNG APARTEMEN 17 LANTAI Andri Sulistyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta Abstrak -- Pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, teknologi sangat dibutuhkan untuk membantu dalam kehidupan dan kegiatan aktifitas sehari hari khususnya pada gedung bertingkat terutama apartemen yang sering dibangun di Jakarta. Maka pada Tugas Akhir, Penulis ingin mengambil judul optimasi perhitungan ulang kebutuhan lift penumpang type IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 pada gedung apartemen 17 lantai. Optimasi Perhitungan ulang kebutuhan lift penumpang ini menggunakan metode literatur dan observasi sehingga diharapkan akan mempermudah dalam menganalisanya. Pada Tugas Akhir ini permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai kecepatan, kapasitas, daya motor dan jumlah unit lift sehingga akan menekan biaya operasional dan perawatan mesin lift dan dapat menjamin kelayakan dan kenyamanan bagi penghuninya. Perencanaan awal pada lift apartemen 17 lantai adalah kecepatan lift 105 mpm (1,5 m/s), daya 15,9 kw, kapsitas daya angkut lift kg (20 orang). Maka di dalam optimasi perhitungan lift ini akan diharapkan mendapatkan desain yang sesuai dengan kebutuhan apartemen tersebut yaitu kecepatan lift menjadi 60 mpm (1m/s), daya 7,7 kw, kapasitas daya angkut lift kg (17 orang), jumlah unit lift yang akan digunakan adalah 2 unit. Kata kunci: Kecepatan, kapasitas, daya motor, jumlah unit lift. Abstract -- In the development of science and technology today, technology is needed to assist in the life and activities of daily activities, especially in high rise buildings are often built primarily apartments in Jakarta. Then the final project, the author would like to take the title optimization recalculation needs IRIS1 type passenger lift-nv PA 20 (in 1350) CO105 the apartment building 17 floors. Optimization Recalculation needs passenger lift uses literature and observation method which is expected to ease in analyzing it. In this final project the issues to be discussed is the speed, capacity, motor power and the amount of lift unit that will reduce operating costs and maintenance of the elevator machine and can ensure the feasibility and comfort for occupants. Planning early in the 17-storey apartment elevator is the elevator speed of 105 mpm (1.5 m / 15.9 kw motor power, lift capacity 1,350 kg carrying capacity (20 people). Then in optimization calculation of this lift will be expected to get a design that fit the needs of the apartment that is the speed of the elevator to 60 mpm (1m / s), the motor power 7.7 kw, haulage capacity lift 1,150 kg (17 people), the amount of lift unit which will be used is 2 units. Keywords: speed, capacity, motor power, the number of units lift. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan teknologi serta untuk menunjang pekerjaan orang pada gedung bertingkat, maka dibutuhkan alat transportasi vertikal atau yang kita kenal dengan lift. Peralatan ini dipergunakan untuk mengefisiensikan waktu, jarak tempuh dan tenaga bagi manusia untuk menuju lantai yang diinginkan dalam gedung bertingkat. Keberadaan lift ini juga merupakan sebagai pengganti fungsi dari tangga dalam mencapai tiap tiap lantai berikutnya pada gedung bertingkat. Lift ini digunakan untuk transportasi manusia secara vertikal, yang dilengkapi dengan kereta (car) dan digerakkan dengan motor dan bergerak pada rel penuntun tetap yang terletak pada ruang luncur (hoistway) serta dapat dikendalikan sesuai dengan kehendak pemakainya. Perhitungan ulang lift penumpang 17 lantai pada gedung apartemen merk Sigma type IRIS1- NV PA 20 (1350) CO105 didasarkan pada kapasitas orang (building population) apartemen tersebut. Berarti berhubungan dengan peninjauan kembali mengenai kecepatan lift, kapasitas lift, daya motor lift, waktu menunggu (interval, waiting time), dan jumlah unit lift yang akan digunakan pada apartemen 17 lantai. Sehingga nantinya dapat menjamin kelayakan dan kenyamanan pengguna lift pada gedung apartemen tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas peranan lift sebagai alat untuk memindahkan orang sangatlah penting sehingga

30 JTM Vol. 05, No. 1, Februari dapat digunakan untuk mengefisiensi terhadap waktu tempuh. Perumusan masalah dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah perhitungan ulang kebutuhan lift yang sudah ada yaitu merk Sigma type IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 sehingga akan di dapatkan kecepatan lift, kapasitas lift, daya motor lift, dan jumlah unit lift yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada gedung apartemen tersebut. 1.3 Tujuan Perhitungan dan Analisis Tujuan perhitungan ulang kebutuhan lift merk Sigma type IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 ini adalah untuk mengetahui kebutuhan kapasitas lift pada gedung bertingkat apartemen 17 lantai dan untuk mengetahui kecepatan lift, kapasitas lift, daya motor lift dan jumlah unit lift yang akan digunakan. Selain itu tujuan sebenarnya adalah untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana menganalisis menghitung kebutuhan lift pada gedung bertingkat ataupun sarana prasarana yang lainnya. 1.4 Batasan Masalah Pada Tugas Akhir ini diperlukan batasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari topik. Pembatasan masalah yang diberikan pada perhitungan optimasi perhitungan lift type IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 adalah sebagai berikut : 1. Memperkirakan populasi yang berada dalam gedung apartemen 2. Menghitung Traffic Analisis Kebutuhan lift dengan asumsi kecepatan: 105 mpm, 90 mpm dan 60 mpm. 3. Menghitung handling capacity lift 4. Menghitung round trip time (RT) 5. Menghitung jumlah unit lift (N) 6. Menghitung beban puncak (L) 7. Menghitung interval (I) 8. Menghitung efficiency daya motor lift (Poutput) 1.5 Metode Penulisan Penulisan merupakan suatu kegiatan pengumpulan, penyajian, pengolahan data-data yang dilaksanakan secara sistematis untuk memecahkan suatu masalah. Dalam mengadakan perhitungan Laporan Tugas Akhir, penulis berusaha sebaik mungkin untuk memperoleh data yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya yang sekaligus berkaitan dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini metode penulisan yang digunakan adalah: 1. Studi kepustakaan Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui perpustakaan yaitu dengan mempelajari dan membaca buku-buku yang berhubungan dengan teori dasar maupun berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi serta catatan kuliah yang berkaitan dengan perhitungan lift. 2. Studi Lapangan a. Observasi (tinjauan secara langsung) yaitu melihat, mengamati secara langsung tentang lift di Apartemen. b. Interview dengan pembimbing secara langsung mengenai pemasalahan yang berhubungan dengan perhitungan lift tersebut. Selain itu penulis juga melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan terutama bagian engineering yang setiap harinya berhubungan langsung dengan lift tersebut. 2. LANDASAN TEORI Lift Penumpang adalah pesawat pengangkat atau pengangkut manusia yang digerakkan dengan tenaga listrik baik melalui tarikan langsung (tanpa atau dengan roda gigi) maupun transmisi sistem hidrolik dengan gerakan vertikal (toleransi 7%) naik dan turun (SNI ). Atau secara umum Lift penumpang adalah alat transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang pada gedung gedung bertingkat. 3. METODE PERHITUNGAN 3.1 Pengertian Optimasi Secara umum optimasi adalah berarti pencarian nilai terbaik (minimum atau maksimum) dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Optimasi juga dapat berarti upaya untuk meningkatkan kinerja sehingga mempunyai kualitas yang baik dan hasil kerja yang tinggi. Pada Tugas Akhir ini Penulis akan mengoptimalkan perancangan lift yang sudah ada yaitu merk sigma type type IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 pada gedung apartemen 17 lantai. Sehingga akan didapatkan desain perancangan lift yang dapat menjamin kelayakan dan kenyamanan bagi penghuni apartemen tersebut.

31 25 JTM Vol. 05, No. 1, Juni Flowchart alur perhitungan kebutuhan lift 3.3 Data Perencanaan Lift Awal URAIAN Fungsi Kecepatan Jumlah Unit Lift Kapasitas Mesin Traksi Sistem bukaan lift Ukuran bukaan lift Ukuran Hoistway Ukuran Pit Lift Ukuran Overhead Daya Motor Lift (Daya Output) PERENCANAAN AWAL LP (Lift Penumpang) 105 mpm (1,75 m/s) 4 Unit Lift 1350 Kg AC-VVVF Center Opening (CO) 1000 mm x 2100 mm 2650 mm x 2200 mm 2100 mm 5000 mm 15,9 kw 4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Traffic Analisis kebutuhan lift dengan kecepatan 105 mpm (1,75 m/s) Dari gambar diatas asumsi perhitungan kecepatannya adalah 105 mpm. Faktor yang mempengaruhi untuk menghitung waktu tunggu rata-rata adalah sebagai berikut: a) Jumlah unit lift yang diperhitungkan adalah 2 unit. b) Jumlah perjalanan bolak balik lift dalam waktu 1 kali adalah 143 detik Maka waktu menunggu rata rata adalah 143 detik / 2 unit lift = 71,84 detik, syarat dari SNI No waktu menunggu rata rata adalah 60 sampai dengan 90 detik. Maka untuk waktu tunggu memenuhi standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut. Pada data diatas untuk handling capacity pada waktu 5 menit diatas dipengaruhi oleh: a) Handling capacity rata rata untuk semau lift dalam waktu 5 menit: 49,69 Orang = 50 Orang. b) Total Populasi yang ada pada gedung tersebut : 560 Orang Maka untuk menghitung handling capacity pada 1 unit lift dalam waktu 5 menit adalah = (50 Orang / 560 Orang) x 100% = 8,87%, syarat dari SNI No adalah 6 sampai dengan 8 %. Maka untuk handling capacity Tidak Memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut.

32 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Traffic Analisis kebutuhan lift dengan kecepatan 90 mpm (1,5 m/s) Pada data diatas untuk handling capacity pada waktu 5 menit diatas dipengaruhi oleh: a) Handling capacity rata rata untuk semau lift dalam waktu 5 menit : 47,9 Orang = 48 Orang. b) Total Populasi yang ada pada gedung tersebut : 560 Orang Maka untuk menghitung handling capacity pada 1 unit lift dalam waktu 5 menit adalah = (48 Orang / 560 Orang) x 100% = 8,55%, syarat dari SNI No adalah 6 sampai dengan 8 %. Maka untuk handling capacity Tidak Memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut. 4.3 Traffic Analisis kebutuhan lift dengan kecepatan 60 mpm (1 m/s) Dari gambar diatas asumsi perhitungan kecepatannya adalah 90 mpm. Faktor yang mempengaruhi untuk menghitung waktu tunggu rata-rata adalah sebagai berikut: a) Jumlah unit lift yang diperhitungkan adalah 2 unit. b) Jumlah perjalanan bolak balik lift dalam waktu 1 kali adalah 149 deti Maka waktu menunggu rata rata adalah 143 detik / 2 unit lift = 74,50 detik, syarat dari SNI No waktu menunggu rata rata adalah 60 sampai dengan 90 detik. Maka untuk waktu tunggu memenuhi standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut. Dari gambar diatas asumsi perhitungan kecepatannya adalah 60 mpm. Faktor yang mempengaruhi untuk menghitung waktu tunggu rata-rata adalah sebagai berikut:

33 27 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 a) Jumlah unit lift yang diperhitungkan adalah 2 unit. b) Jumlah perjalanan bolak balik lift dalam waktu 1 kali adalah 178 detik Maka waktu menunggu rata rata adalah 143 detik / 2 unit lift = 89,48 detik, syarat dari SNI No waktu menunggu rata rata adalah 60 sampai dengan 90 detik. Maka untuk waktu tunggu memenuhi standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut. Pada data diatas untuk handling capacity pada waktu 5 menit diatas dipengaruhi oleh: a) Handling capacity rata rata untuk semau lift dalam waktu 5 menit: 39,8 Orang = 40 Orang. b) Total Populasi yang ada pada gedung tersebut 560 Orang Maka untuk menghitung handling capacity pada 1 unit lift dalam waktu 5 menit adalah = (48 Orang / 560 Orang) x 100% = 7,12%, syarat dari SNI No adalah 6 sampai dengan 8 %. Maka untuk handling capacity Memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) tersebut. Berikut rekap perhitungan dari Analisis data diatas: Sistem Bukaan Pintu : Center Opening Automatic door (CO) Ukuran Bukaan Lift : 1000 mm x 2100 mm Ukuran Hoistway : 2350 mm x 2200 mm Kedalaman Pit Lift : 1400 mm Tinggi Overhead : 4300 mm Jarak Gerak (Travel): 52,8 m Tinggi Lantai Ke Lantai : 3 m 4.5 Menghitung beban puncak lift Beban puncak lift adalah beban lift yang akan bekerja pada jam jam sibuk, maka perhitungan beban puncak lift akan berguna untuk memperhitungkan kepadatan orang pada waktu tertentu.untuk menghitung beban puncak lift dipengaruhi oleh beberapa faktor : a) Luas Lantai = 700 m 2 b) Prosentase jumlah penghuni gedung yang diperhitungkan beban puncak = ± 5% c) Kapasitas lift = 17 Orang d) Luas Lantai per netto per orang (pada apartemen diasumsikan 6 m 2 /Orang) e) Jumlah lantai dalam 1 zone adalah 15 Lantai. Maka dari data diatas dapat diperhitungkan untuk beban puncak lift dengan rumus sebagai berikut: L Beban puncak = P (2a 3 mn ) n 2 2a = = 5 % (2 x N) 15 2 x 6 = 5 % % x 3 x 17. N x15 12 = 87,5-3,1 N = 84,4 N (Orang) Dari perhitungan beberapa alternatif diatas, maka dapat di simpulkan untuk optimasi perhitungan lift ini akan menggunakan alternatif-3 yang sesuai dengan standard dari Standard Nasional Indonesia (SNI). 4.4 Data data kebutuhan lift dilapangan Fungsi : Lift Penumpang Kecepatan : V= 60 m/menit = 1 m/s Kapasitas : kg (17 Orang) Lantai yang di layani : Basement, Dasar, 3, 5 s/d 17 (lantai LG, 1 & 2 tidak terbuka) Jumlah Pemberhentian : 15 stop / 14 opening Luas lantai rata rata : 950 m 2 Luas lantai netto : 700 m 2 Luas lantai netto/orang : 6 m 2 /orang Mesin Traksi : AC-VVVF Permanent Magnetic Gearless Dimana: N = jumlah lift dalam satu zone a = luas lantai per tingkat P = Porsentase jumlah penghuni gedung yang diperhitungkan sebagai beban puncak lift T = waktu perjalanan bolak balik m = kapasitas lift a = luas lantai netto per orang n = jumlah lantai dalam satu zone 4.6 Menghitung Round Trip Time (RTT)/ Waktu Perjalanan Bolak Balik lift Round Trip Time (RTT) adalah waktu perjalanan balok balik lift dalam waktu 1 kali perjalanan. Faktor yang mempengaruhi untuk menghitung perjalanan bolak balik lift adalah: a) Tinggi lanti satu ke lantai berikutnya = 3 m b) Kecepatan lift yang siperhitungkan = 1 m/s c) Kapasitas lift = 17 Orang d) Jumlah lantai dalam 1 zone = 15 lantai

34 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Data waktu perjalanan Bolak balik lift: No URAIAN WAKTU 1 Penumpang memasuki lift 1,5 detik / Orang 2 Pintu Lift menutup kembali 2 detik 3 Pintu lift membuka di 2 detik setiap lantai 4 Penumpang 1,5 detik meninggalkan lift di setiap lantai 5 Pintu Lift menutup kembali 2 detik di setiap lantai 6 Pintu membuka di lantai dasar 2 detik Dari data diatas dapat diperhitungkan untuk waktu perjalanan bolak - balik lift dengan rumus sebagai berikut: T = (2 h + 4 s) (n 1 ) + s (3 m + 4) s (detik) T = ( ) (15 1 ) + 1 ( ) 1 (detik) T = 10 x = 195 detik Dari perhitungan diatas didapatkan waktu yang perjalanan bolak balik lift dalam waktu 1 kali perjalanan adalah: 195 detik. T = Waktu yang diperlukan oleh kereta dari dasar sampai ke puncak dan kembali ke dasar (Round Trip Time). Daya Angkut N Lift dalam 5 menit MN = 300 mn T MN = N 195 = 26,15 N (Orang) 4.8 Menghitung Jumlah Unit Lift (N) Menghitung Jumlah unit lift bertujuan untuk mengetahui jumlah lift yang akan direncanakan dalam suatu bangunan gedung. Dengan demikian dapat mengetahui kebutuhan lift yang dibutuhkan dalam bangunan tersebut agar sesuai dengan kebutuhannya. Faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: a) Beban puncak lift = 84, 4 N b) Daya angkut lift dalam waktu 5 menit = 26,15 N. Dari data diatas dapat diperhitungkan untuk menghitung jumlah unit lift yang akan di optimasi dengan rumus sebagai berikut : L = MN L = P (2a 3 mn ) n = 300 mn 2 a T Dimana: T = waktu perjalanan bolak balik (round trip time) h = tinggi lantai sampai dengan lantai berikutnya s = kecepatan rata rata lift n = Jumlah lantai dalam 1 zone m = kapasitas lift L 4.7 Menghitung daya angkut lift dalam waktu 5 menit Daya angkut lift dalam waktu 5 menit adalah daya angkut satu unit lift dalam waktu 300 detik untuk dapat mengangkat penumpang. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas angkut lift dalam waktu 5 menit. Faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: a) Daya angkut dalam waktu 5 menit adalah = Orang b) Waktu perjalanan bolak balik lift = 195 detik. Dari data diatas dapat diperhitungkan untuk daya angkut lift dalam waktu 5 menit dengan rumus sebagai berikut: M = 5 x 60 detik x m = 300 mn T T Dimana : M = Daya angkut kereta dalam 5 menit Sehingga: 84,4 N = L 26,15 N Maka = 3,2 dibulatkan menjadi = 3 lift Dengan perincian: 2 unit lift penumpang 1 unit lift service Jadi beban puncak lift adalah: Beban = P (2a 3 mn ) n 2 a = 5 % (2 x N) 15 2 x 6 = 5 % % x 3 x 17. N x15 12 = 87,5-3,1 N = 84,4 N = 84,4 x 2 = 168,8 Orang Dibulatkan menjadi 169 Orang Daya angkut lift dalam waktu 5 menit adalah: MN = 300 mn T MN = N 247 = 26,15 N = 26,15 x 2 = 52,3 = 53 Orang

35 29 JTM Vol. 05, No. 1, Juni Menghitung Waktu Menunggu (Interval atau Waiting Time) Berdasarkan table SNI No adalah sebagai berikut: Fungsi Kecepatan Lift Penumpang 105 mpm (1,75 m/s) Lift Penumpang 60 mpm atau (1 m/s) Jumlah Unit Lift 4 Unit Lift 2 Unit Lift Kapasitas 1350 kg (20 Orang) 1150 kg (17 orang) Mesin traksi AC-VVVF AC-VVVF Waktu menunggu rata rata (interval, waiting time) pada apartemen adalah : I = RT N I = 169 / 2 = 84,5 detik (menuhi syarat dari standar SNI) Menghitung daya motor lift (Daya Output) Daya motor lift adalah daya yang diperlukan untuk lift bekerja dalam suatu gedung betingkat.faktor yang mempengaruhi perhitungan daya motor lift adalah sebagai berikut: a) Kapasitas lift dalam kg = kg b) Kecepatan lift = 1 m/s. c) overbalance (0,425 s/d 0,50) Dari data diatas dapat diperhitungkan untuk menghitung daya motor lift yang akan di optimasi dengan rumus sebagai berikut: Power output = K x s x (1 O/B) 6120 x η = x 60 x (1-0,425) 6120 x 0.85 = = 7,63 kw dibulatkan menjadi 7,7 kw (Sesuai dengan data sigma lift) Dimana: Poutout = Daya yang menghasilkan kerja (kw) K = Kapasitas lift (kg) s = kecepatan lift (mpm) O/B = overbalance (0,425 s/d 0,50) 6120 = angka konversi dalam kgm/m/kw Η = rendemen system instalasi 4.11 Perbandingan hasil perhitungan optimasi dengan Perencanaan Awal URAIAN PERENCANAAN AWAL HASIL OPTIMASI Sistem bukaan pintu Ukuran bukaan lift Ukuran hoistway Ukuran pit lift Center Opening (CO) 1000 mm x 2100 mm 2650 mm x 2200 mm Center Opening (CO) 1000 mm x 2100 mm 2350 mm x 2200 mm 2100 mm 1400 mm Ukuran overhead 5000 mm 4300 mm Daya motor (daya output) 5. 15,9 7,7 kw Dari optimasi perhitungan ulang kebutuhan lift penumpang pada gedung apartemen didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Dari perhitungan ulang kebutuhan lift penumpang pada gedung apartemen 17 lantai didapatkan: a) Kecepatan yang dibutuhkan adalah 60 mpm atau 1 m/s. b) Kapasitas daya angkut lift adalah kg atau 17 orang. c) Daya output untuk motor lift 7,7 kw. d) Jumlah lift yang harus dipasang 2 Unit Lift Penumpang, 1 Unit Lift Barang. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam memilih lift penumpang pada gedung apartemen 17 lantai ini sebaiknya dioptimalkan sesuai kebutuhan agar dapat menekan biaya pembelian lift sekitar 10 % - 20%. DAFTAR PUSTAKA [1]. Zainuri,Ach. Muhib.(2010). Mesin Pemindah Bahan. Yogyakarta : Andi Publishing. [2]. S. Juwana, Jimmy. (2005). Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga. [3]. Sunarno. (2005). Mekanikal Elektrikal. Yogyakarta : Andi Publishing. [4]. Poerba, Hartono.(1992).Utilitas Bangunan. Jakarta : Djambatan. [5]. Tangoro, Dwi. (1999). Utilitas Bangunan. Jakarta : UI- Press. [6]. Pujo L.Setiwan dan Heinz Frick. (2002). Ilmu Perlengkapan dan Utilitas Bangunan. Jakarta : Kanisius.

36 JTM Vol. 05, No. 1, Februari [7]. Company Profile Sigma Elevator and Escalator. [8]. SNI : Istilah untuk Lif dan Eskalator. [9]. Kusuma, Yuriadi. (2010). Sistem Mekanikal Gedung. PPBA-UMB. [10]. Buku Mechanical Engineering (Buku MEE). SNI : Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Dalam Gedung (lif).

37 31 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS Dicky Cahyadhi Progam Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Abstrak -- PT. X merupakan industri yang mengolah limbah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). Hasil samping dari Wastewater Treatment Plant berupa limbah lumpur (Sludge) yang belum dikelola dengan baik. Penelitian ini menggunakan limbah lumpur (Sludge) hasil Wastewater Treatment Plant, Kotoran kambing, Serbuk Gergaji. Kompos diproses secara aerobik komposter sederhana selama 28 hari & 35 hari dengan menambahkan aktivator EM4. Perbandingan lumpur: Kotoran kambing: Serbuk gergaji yaitu 1:1:1 & 2:1:1. Hasil kompos matang menunjukkan bahwa variasi dengan komposisi 2:1:1 lebih baik dibandingkan variasi 1:1:1 dengan memenuhi semua unsur makro, mikro dan unsur lain baku mutu SNI , tetapi untuk perbandingan 1:1:1 ph, C/N Rasio dan Kalium kurang memenuhi baku mutu SNI Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Air Limbah, limbah lumpur, Kompos 1. PENDAHULUAN Setiap produksi pastilah menghasilkan limbah, begitu juga halnya di PT X. PT.X merupakan perusahaan industri makanan ringan di Indonesia. PT.X mengolah limbah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). Namun, beroperasinya Wastewater Treatment Plant juga memunculkan masalah baru yaitu timbulnya limbah lumpur atau sludge sebagai produk samping Wastewater Treatment Plant. Sejalan dengan pengoperasian Wastewater Treatment Plant. A kumulasi sludge dari hari ke hari juga terus bertambah sehingga menimbulkan masalah baru cukup serius dilingkungan pabrik. Pemanfaatan lumpur (sludge) sebagai pupuk kompos merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Diperlukan serangkaian penelitian sehubungan dengan penggunaan lumpur tersebut, mengingat lumpur yang digunakan dalam industri pangan yang berbeda akan mempunyai sifat kimia yang berbeda, sementara untuk sifat fisika dan biologinya cenderung sama. Tujuan penelitian ini adalah Pemanfaatan limbah lumpur hasil pengolahan air limbah menjadi bahan baku kompos dan Analisa kandungan kompos membandingkannya dengan standar mutu kompos menurut SNI LANDASAN TEORI Instalasi pengolahan limbah mempunyai spesifikasi tertentu dengan kriteria-kriteria teknsi seperti tingkat efisiensi, beban persatuan luas, Waktu penahan hidrolis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Metode alternatif didalam pengolahan limbah domestik secara sederhana dibagi ke dalama tiga kategori utama yaitu: (Perdana Ginting, 2007) Pengolahan Primer (proses fisika) Pengolahan Sekunder (proses biologi dan Pengolahan Tersier atau advance (Kombinasi proses fisika kimia dan biologi) Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Sludge organik yang berasal dari kolam pengedap awal (primary settling tank) dan kolam pengendap akhir (secondary settling

38 JTM Vol. 05, No. 1, Februari tank). Sludge dari primary settling tank disebut primary sludge yang merupakan endapan padatan yang ikut mengalir bersama air limbah, sedangkan sludge dari secondary settling tank disebut secondary sludge, merupakan endapan mikroba sisa yang dibuang dari unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). (Ikbal dkk, 2006) beban persatuan luas, Waktu penahan hidrolis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. Metode alternatif didalam pengolahan limbah domestik secara sederhana dibagi ke dalama tiga kategori utama yaitu: (Perdana Ginting, 2007) Pengolahan Primer (proses fisika) Pengolahan Sekunder (proses biologi dan Pengolahan Tersier atau advance (Kombinasi proses fisika kimia dan biologi) beberapa parameter yang terdapat pada limbah tersebut, kemudian limbah tersebut menjadi bahan baku kompos melalui eksperimen pengomposan. Setelah kompos tersebut matang sesuai eksperimen pengomposan, tahap selanjutnya adalah melakukan uji laboratorium di Pengujian, Dept Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor. 3.1 DIAGRAM ALIR Gambar 4.2 Asal limbah lumpur 3. METODOLOGI PENELITIAN angkah awal penelitian yaitu menganalisa kandungan limbah (Sludge) untuk mengetahui Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian 3.2 EKSPERIMEN Hasil eksperimen bisa dilihat pada tabel di bawah. NO NAMA KOMPOS TER EKSPERIMEN PERBANDINGAN BAHAN BAKU DAN WAKTU PENGOMPOSAN SLUDGE KOTORAN KAMBING /PUPUK KANDANG SERBUK GERGAJI TOTAL PENAMBAHAN AKTIVATOR EM4 WAKTU PENGOMPOSAN 1 A ml 4 MINGGU 2 A ml 4 MINGGU 3 A ml 4 MINGGU 4 B ml 5 MINGGU 5 B ml 5 MINGGU 6 B ml 5 MINGGU 7 C ml 4 MINGGU 8 C ml 4 MINGGU 9 C ml 4 MINGGU 10 D ml 5 MINGGU 11 D ml 5 MINGGU 12 D ml 5 MINGGU

39 33 JTM Vol. 05, No. 1, Juni ALAT DAN BAHAN Bahan utama pengomposan yang digunakan adalah limbah sludge Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment) PT.X. Dan ditambahkan Serbuk Gergaji, Pupuk kandang kambing dan EM4 sebagai aktivator Alat yang digunakan adalah alat penunjang dalam proses pengomposan dan analisa suhu kompos antara lain: komposter, wadah bervolume 3liter untuk perbandingan bahan baku komposter, termometer alkohol, spidol, terpal plastik, dan alat penyiram air. jadi, Volume bahan menyusut menjadi sepertiga dari awal, Kompos sangat berbeda alias tidak memperlihatkan bentuk awalnya, Kompos berkualitas naik ciri-cirinya adalah berwarna cokelat gelap hingga hitam berbau tanah, partikelnya halus, ph normal, dan tidak mengadung logam, kaca, ataupun plastik (Wildan Djaja, 2008). Hasil pengamatan fisik kompos matang dapat dilihat tabel HASIL DAN PEMBAHASAN Kompos yang telah jadi setidaknya berumur satu bulan. Hal termudah untuk menentukan matang atau tidaknya kompos adalah menggenggamnya dengan tangan untuk merasakan temperatur kompos jika terasa dingin berarti kompos sudah. Gambar 3.1 Desain Komposter Setelah Minggu Ke-4 Tabel 4.1 Pengamatan Fisik Kompos - Berwana Setelah Coklat Minggu Kehitaman Ke-5 - Sudah Berbau Tanah - Berwarna Hitam - Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-4 - Berwana Coklat Kehitaman - Sudah Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-5 - Berwarna Hitam - Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-4 - Berwana Coklat Kehitaman - Sudah Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-5 - Berwarna Hitam - Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-4 - Berwana Coklat Kehitaman - Mulai Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-5 - Berwana Coklat Kehitaman - Sudah berbau tanah

40 JTM Vol. 05, No. 1, Februari Setelah Minggu Ke-4 - Berwana Coklat Kehitaman - Mulai Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-5 - Berwana Coklat Kehitaman - Sudah berbau tanah Setelah Minggu Ke-4 - Berwana Coklat Kehitaman - Mulai Berbau Tanah Setelah Minggu Ke-5 - Berwana Coklat Kehitaman - Sudah berbau tanah suhu celciuc Pengukuran Suhu Harian Komposter 4 Minggu Termofilik Mesofilik Hari A1 A2 A3 C1 C2 C3 suhu celciuc Pengukuran Suhu Harian Komposter 5 Minggu Hari B1 B2 B3 D1 D2 D3

41 35 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 Pada penelitian ini, perubahan temperatur kompos variasi 4 Minggu (A1, A2, A3, C1, C2, C3) dan variasi 5 MInggu (B1, B2, B3, D1, D2, D3) sudah mengikuti tahap penghangatan, temperatur puncak, pendinginan dan pematangan. melewati tiga tahapan yang berkaitan dengan suhu yang diamati, yaitu tahap penghangatan (mesophilic) suhu puncak (thermophilic), dan pendinginan (cooling). (Daizell et al., 1987) Penjelasan kurang lebih sama dengan penjelasan pengomposan dengan waktu 4 minggu namun, pada penelitian ini berlangsung 5 minggu. Diharapkan kompos tersebut lebih matang. Tabel 4.2 Hasil Analisa Kandungan Mikro dan Unsur Lain Komposter Lumpur, A2 & C1 Baku Mutu Hasil Hasil Hasil (SNI No Parameter Satuan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan minim maksimal Lumpur Kompos A2 Kompos C1 al 1. Kadar Air % ph C / N Ratio Besi (Fe) % * Aluminium % * 2.20 (Al) 6. Mangan % (Mn) 7. Nikel (Ni) mg/kg <0.026 <0.026 * Timbal (Pb) mg/kg * 150 Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran ph yang lebar. ph yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. ph kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan ph bahan itu sendiri.(isroi) Menurut PP No. 101 Tahun 2014 mengenai pengelolaan limbah B3, logam berat yang termasuk limbah B3 salah satunya adalah Pb. Kandungan Pb sebagai logam berat yang terkandung dalam lumpur tidak membahayakan karena masih berada di bawah baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun Tabel 4.3 Hasil Analisa Kandungan Makro A2, B3, C1, & D2 Baku Mutu Hasil Pemeriksaan (SNI ) No Parameter Satuan Komposter Komposter Komposter Komposter Minimal Maksimal A2 B3 C1 D2 1 Kadar Air % Phofor % C- Organik % Nitrogen % Kalium % * Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman menurut (Marsono, 2006) a) Nitrogen (N) Peranan utama Nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang petumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan

42 JTM Vol. 05, No. 1, Februari daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. b) Phosfor (P) Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. c) Kalium (K) Fungsi Utama Kalium ialah membantu pembentukan dan karbonhidrat. Kalium pun beperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. d) Karbon (C) Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02 5. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil dari analisa pemanfaatan lumpur (Sludge) yang merupakan limbah dari PT.X sebagai berikut: 1. Sludge hasil samping dari Wastewater Treatment Plant PT.X sebelum dilakukan pengomposan didapatkan data nilai kadar air 52%, ph lumpur adalah 3.84, Nilai C/N rasio sebesar 86.20, Kandungan Fe sebesar %, Kandungan Al sebesar %, kandungan Mn sebesar %, Kandungan Ni sebesar 11,48 mg/l, Kandungan Pb sebesar 2,62 mg/l. 2. Sludge hasil samping dari Wastewater Treatment Plant PT.X setelah dilakukan pengomposan didapatkan hasil pengomposan yang terbaik berdasarkan komposisi dan waktu. didapatkan pada sampel C1 dengan perbandingan antara sludge, kotoran kambing dan serbuk gergaji (2:1:1) dengan waktu 4 minggu memenuhi baku mutu baik secara unsur makro, unsur mikro maupun unsur lainnya sebagai pupuk dengan nilai kadar air 52%, ph pupuk adalah 7.10, Nilai C/N rasio sebesar 20.81, Nilai kandungan Fe sebesar %, Nilai kandungan Al sebesar %, Nilai kandungan Mn sebesar %, Nilai kandungan Ni sebesar <0.026, Nilai kandungan Pb sebesar 6.29 mg/kg, Nilai kandungan P sebesar 0.894%, nilai kandungan C-Organik sebesar 27.54%, nilai kandungan N sebesar 22.38%, K sebesar 0.25%, Sesuai dengan baku mutu kompos SNI Untuk pengomposan sludge sebaiknya dalam keadaaan tidak basah karena akan mudah pada saat pencampuran dan pengadukan bahan baku pupuk kandang dan serbuk gergaji. Pengomposan harus jauh dari tempat tinggal karena menimbulkan bau tidak sedap dan mengundang banyak semut. Untuk penelitian selanjutnya bisa diteliti mengenai dampak pupuk kompos ini terhadap pertumbuhan tanaman Penulis berharap pupuk hasil pemanfaatan limbah sludge bisa dipatenkan Pupuk ini bisa menambah nilai ekonomis dari limbah tersebut. Pemanfaatan ini bisa menjadi peluang usaha. Daftar Pustaka [1]. Perdana Ginting. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri. Bandung: YRama Widya [2]. Ikbal dan Rudi Nugroho, Pengolahan Sludge Dengan Proses Biologi Anaerobik. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT. 7 (1): [3]. Wildan Djaja. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta: Agromedia [4]. Daizell. H.W., A.J Biddlestone, K. R. Gray, and K. Thurairajan. Soil Management: Compost Production and Use in Tropical and Subtropical Environment. Soil Bulletin No. 56. Food and Agricultural Organization of The United Nation [5]. Marsono. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya

43 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 PANDUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN Penulis01, Penulis02, dan Penulis03 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Penulis Abstrak -- (intisari) memuat inti permasalahan, metodologi pemecahannya dan hasil yang diperoleh. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, disertai kata kunci (keyword) di bawahnya. Tulisan asli berupa softcopy yang dikirim penulis akan langsung dicetak sebagai isi JURNAL TEKNIK MESIN apabila telah memenuhi panduan penulisan. Untuk menjamin keseragaman dan kelancaran proses pencetakan, serta format tulisan maka dibuat panduan penulisan. Panduan ini sebagai acuan yang diperlukan untuk penulisan dan pengiriman tulisan JURNAL TEKNIK MESIN. Panduan ini ditulis sebagai format baku JURNAL TEKNIK MESIN dan untuk kemudahan panduan dalam bentuk softcopy ini dapat langsung dijadikan template bagi penulis. Kata kunci: panduan, tulisan, format, judul Abstract -- contains the core of the problem, the solution methodology and the results obtained. Abstract written in Indonesian and English, accompanied by keywords (keywords) below. The original text in the form of soft copy sent direct writer will be printed as JURNAL TEKNIK MESIN contents if it has met the writing guide. To ensure uniformity and smoothness of the printing process, as well as the format of the writing made the posting. This guide as a reference is required for the writing and delivery of writings JURNAL TEKNIK MESIN. This guide is written as a standard format for ease JURNAL TEKNIK MESIN and guidelines in softcopy format can be directly used as a template for writers. Keywords: guidance, writing, format, title 1. PENGIRIMAN TULISAN Tulisan asli yang dikirim ke Redaksi JURNAL TEKNIK MESIN harus dalam bentuk softcopy siap cetak yang dicopy-kan langsung kepada Redaksi atau dikirimkan via dalam format *.doc atau *.docx dengan dilampiri pernyataan bahwa tulisan tersebut belum diterbitkan dan tidak sedang menunggu untuk diterbitkan di media mana pun. Penulis juga diminta untuk melampirkan biografi ringkas, afisiliasi dan alamat lengkap, termasuk alamat TULISAN Tulisan akan dicetak dengan tinta hitam pada satu muka kertas HVS putih ukuran A4. Setiap halaman diberi nomor dan panjang tulisan maksimal 8 (delapan) halaman. Untuk menjamin keseragaman format, tulisan hendaknya mempunyai marjin minimum sebagai berikut: a. Marjin atas 2.5 cm, kiri 3 cm, bawah dan kanan 2 cm. b. Badan tulisan ditulis dalam dua kolom dengan jarak antar kolom 0.5 cm. 2.1 Huruf dan Spasi Tulisan menggunakan huruf Arial 10 dengan jarak antar baris satu spasi, kecuali judul. Judul menggunakan huruf besar Arial 12 yang dicetak tebal (bold), dan abstrak ditulis miring (Italic) dengan huruf Arial Judul Judul Tulisan: Judul tulisan dicetak tebal dengan huruf besar (12) dan diletakkan di tengah halaman. Judul tulisan diikuti nama dan afisiliasi penulis serta abstrak, seperti pada panduan ini. Judul Bagian: Judul bagian dicetak tebal (bold) dengan huruf besar dan diberi nomor. Judul Subbagian: judul sub-bagian dicetak tebal, dengan gabungan huruf besar dan kecil, dimulai dari sisi kiri kolom. Jarak Tabs dalam paragraf adalah 0.6 cm. 2.3 Bahasa, Satuan dan Persamaan Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa dan istilah asing sedapat mungkin dihindari, kecuali untuk abstrak. Penggunaan singkatan dan tanda-tanda diusahakan untuk mengikuti aturan nasional atau internasional. Satuan yang digunakan hendaknya mengikuti sistem satuan internasional (SI). Persamaan atau hubungan matematik harus dicetak dan diberi nomor seperti ini:

44 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 = 2 (1) Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan Pers. (1) atau Persamaan (1). judul serta diacu pada tulisan. Nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar, seperti terlihat pada Gambar Tabel Tabel yang rapi dan jelas disertakan dalam teks serta harus dirujuk pada teks. Keterangan tabel ditulis di atas tabel sebagai berikut: Tabel 1. Di dalam teks, tabel 1 dinyatakan dengan Tabel 1. Tabel 1. Contoh penulisan nomor dan judul tabel Conversion from Symbol Quantity Gaussian and CGS EMU to SI a magnetic flux 1 Mx 10 8 Wb = 10 8 V s 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = m B magnetic moment magnetic flux density, magnetic induction magnetic field strength 10 3 J/T 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T 1 G 10 4 T = 10 4 Wb/m 2 H 1 Oe 10 3 /(4 ) A/m 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T M magnetization 1 erg/(g cm 3 ) = 1 emu/cm A/m 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m specific magnetization 1 erg/(g g) = 1 emu/g 1 A m 2 /kg m magnetic moment 1 erg/g = 1 emu 10 3 A m 2 = 10 3 J/T 4 M magnetization 1 G 10 3 /(4 ) A/m j 2.5 Gambar magnetic dipole moment 1 erg/g = 1 emu Wb m Gambar dituliskan menggunakan format rata tengah. Setiap gambar haruslah diberi nomor dan Gambar 1. Penulisan nomor dan judul gambar 2.6. Nomenclature Simbol dan Definisi kosa kata sebaiknya dikumpulkan dan di tulis disini (sebelum Daftar Pustaka). Sebagai contoh: APT = Available Production Time C max = Maximum Consumption DT = Design Time KD = Design Coefficient Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan Pers. (1) atau Persamaan (1). 3. DAFTAR PUSTAKA Penyitiran pustaka dilakukan dengan menyebutkan sumber penulis dan tahun, contoh: (Chapman, 2008). Daftar Pustaka hanya memuat pustaka yang secara langsung menjadi sumber kutipan. Penulisan Daftar Pustaka dilakukan dengan pengurutan berdasarkan nama belakang penulis, dicantumkan pada bagian akhir tulisan. Berikut adalah beberapa contoh penulisan daftar pustaka. [1]. Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation of a Direct Control Algorithm on Discrete Space Vector Modulation. IEEE Transactions on Power Electronics. 2007; 15(4): [2]. Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA. Towards Data Warehouse Quality Metrics. Proceedings of the 3rd Int l. Workshop on Design and Management. Interlaken. 2009; 39: [3]. Ward J, Peppard J. Strategic planning for Information Systems. Fourth Edition. West Susse: John Willey & Sons Ltd. 2007:

45 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA Jl. Meruya Selatan No. 1, Kembangan, Jakarta Barat Telp: (Hunting), Pesawat: 5200 Fax:

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA 7 JTM Vol. 05, No. 1, Juni 2016 ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA PUGUH OGI NUR RACHMAN Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA

ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA 1 JTM Vol. 05, No. 1, Februari 2016 ANALISA KERUSAKAN PADA FORKLIFT ELEKTRIK NICHIYU FB20-75C DENGAN METODE FMEA Heri Suwandono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Email:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan banyaknya pembangunan gudang-gudang industri, mulai dari gudang dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN pemanfaatan excess coke oven gas sebagai bahan bakar gas heater BAB III METODELOGI PENELITIAN Pada pembuatan tugas akhir ini pelaksanaannya berdasarkan dari metodelogi penelitian pada bab III. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C adalah salah satu produk dari Mitsubishi Nichiyu Forklift CO., LTD. Forklift ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS M Bima Syah Alam 1, Din Aswan Amran Ritonga, ST, MT 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan 2016 E-mail

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) Robert Triatmaja 1*, LM.Hadi Santosa 2, Ig.Joko Mulyono 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No.2. Oktober 2009 (144-149) Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon I Made Gatot Karohika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA OLEH : NICKY ERSANDI NRP. 4105 100 041 DOSEN PEMBIMBING : DONY SETYAWAN, ST., M.Eng 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Material kapal harus

Lebih terperinci

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT BAB 1 BAB 2 PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KEANDALAN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN METODE FAILURE MODE EFFECT & ANALYSIS (FMEA) DALAM MERENCANAKAN STRATEGI PREVENTIVE MAINTENANCE (Studi

Lebih terperinci

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( ) Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA. ABSTRACT PT. X is an automotive indutsry produces front and back lamps for motorcycles and cars. Production processes are divided into injection, aluminizing, and assembling. In the production process,

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA 516-70 TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI Material baja karbon A 516 yang telah diklasi klasifikasikan : American Society For Testing

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Pengendalian Kualitas Produk Jumbo Roll. Dengan Menggunakan Metode FTA (Fault Tree Analysis)

TUGAS AKHIR. Analisa Pengendalian Kualitas Produk Jumbo Roll. Dengan Menggunakan Metode FTA (Fault Tree Analysis) TUGAS AKHIR Analisa Pengendalian Kualitas Produk Jumbo Roll Dengan Menggunakan Metode FTA (Fault Tree Analysis) Dan FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) Di PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk Diajukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi ix xi xii BAB 1

Lebih terperinci

Journal of Mechanical Engineering Learning

Journal of Mechanical Engineering Learning JMEL 2 (2) (2013) Journal of Mechanical Engineering Learning http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jmel ANALISIS PANAS PADA KNALPOT BERBASIS SPONGE STEEL Defyta Denny Meriyanto Hadromi, Suratno Margo

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION Muhammad Kholil 1*, Suryanto 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGGINYA BREAKDOWN TIME

ANALISIS TINGGINYA BREAKDOWN TIME ANALISIS TINGGINYA BREAKDOWN TIME MESIN HYDROSTATIC TEST PLANT VAI PADA PT XYZ DENGAN METODOLOGI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS ( OEE ) (STUDI KASUS PT XYZ) TUGAS AKHIR Yoyon Waryono 1128003030 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Disusun oleh : HASAN L2E

TUGAS SARJANA. Disusun oleh : HASAN L2E TUGAS SARJANA PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH ABU BATUBARA TERHADAP KONDUKTIVITAS THERMAL, KUAT LENTUR, MASSA JENIS DAN BIAYA PEMBUATAN GENTENG DI INDUSTRI GENTENG KARANGASEM WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN Diajukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles. JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, 1, (2013 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print G-95 ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI Adrian Dwilaksono, Heri

Lebih terperinci

ANALISA LAJU KOROSI PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN METODE ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN

ANALISA LAJU KOROSI PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN METODE ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN JTM. Volume Nomor Tahun 25, 112-117 ANALISA LAJU KOROSI PADA STAINLESS STEEL 304 MENGGUNAKAN METODE ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN Rizki Ornelasari S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU Zulkifli A. Yusuf Dosen Program Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp *  Abstrak. Abstract PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL CHASSIS BERBAHAN DASAR LIMBAH ALUMINIUM HASIL PENGECORAN HPDC YANG DISERTAI PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) *Pandhu Madyantoro

Lebih terperinci

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Putu Hadi Setyarini, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono no.

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp *  Abstrak PENGUJIAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADASAMBUNGAN PENGELASAN GESEK SAMA JENIS BAJA ST 60, SAMA JENIS AISI 201, DAN BEDA JENIS BAJA ST 60 DENGAN AISI 201 *Hermawan Widi Laksono 1, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 28 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Operasi Kondisi operasi dan informasi teknis dari sampel sesuai dengan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan posisi sample dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M *Chrisman 1, Athanasius Priharyoto Bayuseno 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal) Anggita Hardiastuty1 *, Galih Anindita 2, Mades D. Khairansyah

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT Toto Rusianto Jurusan Teknik Mesin, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta Email: totorusianto@yahoo.com ABSTRACT Stress Corrosion Craking

Lebih terperinci

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Gurum AP. Ayu SA, Dita Rahmayanti, dan Nindy EM. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung. Jl Prof. Dr. Sumantri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh : SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh : KADEK AGENG NALIKA ADNYANA NIM : 1104305052 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Analisis Gangguan Jaringan Kabel dengan Kombinasi Metode Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi kasus PT.

Analisis Gangguan Jaringan Kabel dengan Kombinasi Metode Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi kasus PT. Performa (2005) Vol. 4, No.1: 10-15 Analisis Gangguan Jaringan Kabel dengan Kombinasi Metode Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi kasus PT. ABC) Donar Setyajid Carel, Yuniaristanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X Ambri 1, Yohanes 2, Yuhelson 2 Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING Herry Christian Palit 1, *), Winny Sutanto 2) 1) Industrial

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X. PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA PENGARUH PELAPISAN NIKEL (Ni) TERHADAP LAJU KOROSI PADA IMPELLER POMPA Oleh : Drs. Syafrul Hadi, M.Eng 1 Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Padang e-mail syafrul_hadi@yahoo.com Abstrak Pelapisan Ni

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU

PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU 1 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari 2017 PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU Suliknyo Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan untuk mencapai suatu tujuan. Peralatan tersebut dapat berupa mesin yang bekerja sendiri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Risiko Kerja Pada Proses Start - Up Unit Boiler Turbine Dengan Metoda Enterprise Risk Management (ERM)

TUGAS AKHIR. Analisa Risiko Kerja Pada Proses Start - Up Unit Boiler Turbine Dengan Metoda Enterprise Risk Management (ERM) TUGAS AKHIR Analisa Risiko Kerja Pada Proses Start - Up Unit Boiler Turbine Dengan Metoda Enterprise Risk Management (ERM) Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Anugrah, dkk USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Ninda Restu Anugrah, Lisye Fitria, Arie Desrianty

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR Saifudin 1*, Suroto Munahar 2, Dimas Abdul Khusaeni 3 Program Studi Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang Jl. Mayjend Bambang Sugeng

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:

Lebih terperinci

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Mengerti filosopi sistem control dan aplikasinya serta memahami istilahistilah/terminology yang digunakan dalam system control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan data mengikuti metode Reliability Centered Maintenance (RCM) yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan : a. Penentuan komponen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA 30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4 Kevin J. Pattireuw, Fentje A. Rauf, Romels Lumintang. Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado 2013 ABSTRACT In this

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015:

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015: PENGARUH BENTUK DAN UKURAN GERAM SEBAGAI BAHAN BAKU TERHADAP KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS *Angga Febrianto 1, Rusnaldy 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen

Lebih terperinci

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA Sidang TUGAS AKHIR Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA Latar Belakang Abdul Latif Murabbi / 2708.100.088 Batasan Masalah Abdul Latif Murabbi / 2708.100.088 PERMASALAHAN Abdul Latif Mrabbi /

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 3, Juli 2016 222 Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal Heru Sagito Palka *, Meqorry Yusfi Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Dedy Haryanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin

Lebih terperinci

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 36 DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI 1 Muhammad Akhlis Rizza, 2 Agus Dani 1,2 Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM :

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM : SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN SILIKON TERHADAP LAJU KOROSI PADA PADUAN PERUNGGU TIMAH PUTIH ( 85 Cu 15 Sn ) Oleh : Yoppi Eka Saputra NIM : 1104305004 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT.

ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. ANALISIS KERUSAKAN LINER PADA MUD PUMP IDECO T-800 TYPE TRIPLEX PUMP BERDASARKAN RELIABILITY, AVAILABILITY, DAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X Jupri Aldi 1, Yohanes 2, Yuhelson 3 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan a. Resiko kegagalan tiap komponen Castor 5 Inch Swivel K1 Rem yang diproduksi Unit Castor sebanyak 1 kegagalan dari 6 komponen. b. Faktor penyebab kegagalan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja

Lebih terperinci

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS Jurnal Mechanical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A111 Menggunakan Mata Bor HSS Arinal Hamni, Anjar Tri Gunadi, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.

Lebih terperinci

Sumber :

Sumber : Sepeda motor merupakan kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah. Sumber : http://id.wikipedia.org Rachmawan

Lebih terperinci

1. Joko Supono, 2. Lestari

1. Joko Supono, 2. Lestari Journal Industrial Manufacturing Vol. 3,. 1, Januari 201, pp. 15-22 P-ISSN: 2502-452, E-ISSN: 250-3794 ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PRODUK SEPATU TERREX AX2 GORETEX DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE

Lebih terperinci

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 Oleh : I Gede Sudiantara Pembimbing : Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST.,Masc.,Ph.D. I Gusti Ngurah Putu Tenaya,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

Dewi Widya Lestari

Dewi Widya Lestari Dewi Widya Lestari 2411 106 011 WHB merupakan komponen yang sangat vital bagi berlangsungnya operasional untuk memenuhi pasokan listrik pabrik I PT Petrokimia Gresik. Dari tahun 90-an hingga kini WHB beroperasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition

Lebih terperinci

ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AWS 2205 DENGAN METODE WEIGHT LOSS

ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AWS 2205 DENGAN METODE WEIGHT LOSS ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AS 2205 DENGAN METODE EIGHT LOSS Minto Basuki 1, Abdul Aris acana Putra 1, Dzikri Hidayat 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan Institut Teknologi

Lebih terperinci